Dalam Perspektif Syariah Islam

advertisement
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Tahun Baru Nasional & Natal
Dalam Perspektif
Syariah Islam
Ahmad Sarwat, Lc
Makalah ini bisa didownload gratis di www.ustsarwat.com
1
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Daftar Pertanyaan
Adakah Ibadah Ritual Khusus Tahun Baru Islam?
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Banyak dikutip dalam berbagai ceramah dan pengajian bahwa menjelang
masuknya bulan Muharram kita disunnahkan untuk berpuasa, shalat sunnah,
memotong kuku, memakai celak mata, bersilaturrahim, mengusap kepala anak
yatim, berziarah ke alim ulama serta membaca 'qulhu' 1000 kali.
Mohon dijelakan ustadz tentang dasar-dasar masyru'iyahnya, adakah perintah
atau contoh dari Rasulullah SAW? Kalau tidak ada, lantas dari mana datangnya
nasehat itu?
Khususnya dalil tentang shalat dan puasa khusus pada malam tahun baru
Islam ?
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi
Assalamu Alaikum wr. wb.
Ust. Ahmad yang terhormat, menjelang tahun baru masehi, banyak umat
Islam yang ikut merayakannya padahal perayaan tahun baru hanya dilakukan
oleh umat Nasrani. Pertanyaan saya bagaimanakah hukumnya merayakan Tahun
Baru ataupun merayakan hari-hari yang lain seperti Ulang Tahun, Maulid?
wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Makanan Parcel Natal Apakah Halal?
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Ustad, banyak perusahaan rekanan yang mengrimkan parcel Natal ke tempat
saya bekerja.
Apakah makanan-makanan itu halal untuk dimakan oleh kita sebagai seorang
muslim? Mohon penjelasannya ustad.
wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Mengucapkan Selamat Natal : Haram apa Tidak?
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya masih dilanda kebingungan lantaran ada beberapa ulama yang
membolehkan kita sebagai muslim mengucapkan selamat natal. Padahal MUI
sudah mengharamkannya? Mohon penjelasan
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
2
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Adakah Ibadah Ritual Khusus Tahun Baru Islam?
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Banyak dikutip dalam berbagai ceramah dan pengajian bahwa menjelang
masuknya bulan Muharram kita disunnahkan untuk berpuasa, shalat sunnah,
memotong kuku, memakai celak mata, bersilaturrahim, mengusap kepala anak
yatim, berziarah ke alim ulama serta membaca 'qulhu' 1000 kali.
Mohon dijelakan ustadz tentang dasar-dasar masyru'iyahnya, adakah
perintah atau contoh dari Rasulullah SAW? Kalau tidak ada, lantas dari mana
datangnya nasehat itu?
Khususnya dalil tentang shalat dan puasa khusus pada malam tahun baru
Islam ?
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Penentuan pergantian tahun baru Islam belum ada di zaman Rasulullah SAW.
Penentuan itu baru dilakukan di zaman khalifah Umar bin Al-Khattab
radhiyallahuanhu, setelah sebelumnya ada beberapa pendapat yang berbeda tentang
momentum yang akan dipakai sebagai penanda awal penanggalan Islam.
Sebagian ada yang mengusulkan peristiwa kelahiran Nabi SAW. Sebagian lagi
mengusulkan momentum diangkatnya beliau menjadi rasul. Ada juga yang
mengusulkan momentum perang Badar, Perjanjian Hudaibiyah, Fathu Mekkah
dan tahun wafatnya beliau SAW.
Namun akhirnya di bawah ketetapan dari sang khalifah, amirul-mukminin
Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu, ditetapkan bahwa momentum awal tahun
baru adalah tahun dimana Rasullulah SAW melaksanakan hijrah dari Mekkah ke
Madinah.
Maka kalau pertanyaan : adakah contoh dari nabi untuk shalat atau puasa
khusus pada malam tahun baru Islam, jawabnya sudah pasti tidak ada. Sebab awal
tahun baru Islam baru ditetapkan setelah nabi SAW wafat, tepatnya pada tahun
keenam belas dari hijrahnya Nabi Saw, atau tahun keempat masa kekhalifahan
Umar.
Tapi kalau pertanyaannya, adakah amalan khusus yang dilakukan di bulan
Muharram, maka jawabannya pasti ada. Sebab bulan Muharram tidak ada
kaitannya dengan tahun baru. Bulan Muharram sudah ada sejak zaman nabi-nabi
terdahulu. Bahkan orang-orang yahudi malah berpuasa pada tanggal 10
Muharram.
Amalan Bulan Muharram dan Dalil-dalilnya
Dalam kitab I‘anatut Thalibin, salah satu kitab yang banyak digunakan dalam
mazhab Asy-Syafi‘iyyah, pada jilid 2 hal 267, disebutkan bahwa memang banyak
amal-amal yang sering dilakukan pada momentum bulan Muharram.
3
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Beliau –An-Nawawi- mengutip nazham yang disusun anonim (tanpa nama
pengarang) berkaitan dengan amalan di bulan Muharram itu yaitu:
‫ﺴِﻞﹾ‬‫ﺍﻏﹾﺘ‬‫ ﻭ‬‫ﻕ‬‫ﺪ‬‫ﺼ‬‫ ﺗ‬‫ﺢ‬‫ﺴ‬‫ﻢِ ﺍﻣ‬‫ﺘِﻴ‬‫ ﺍﻟﻴ‬‫ﺃﹾﺱ‬‫ﺤِﻞ * * ﺭ‬‫ﺍﻛﹾﺘ‬‫ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺎِﳌﹰﺎ ﻋ‬‫ ﻋ‬‫ﺭ‬‫ﻞِّ ﺻِﻞﹾ ﺯ‬‫ ﺻ‬‫ﻢ‬‫ﺻ‬
‫ﺼِﻞﹾ‬‫ﻼﹶﺹِ ﻗﹸﻞﹾ ﺃﹶﻟﹾﻔﹰﺎ ﺗ‬‫ﺓﹸ ﺍﻹِﺧ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬‫ُﺍ * * ﻭ‬‫ــــﺎﻝِ ﻗﹶﻠﹾﻢ ﻇﹶﻔﹾﺮ‬‫ ﺍﻟﻌِﻴ‬‫ﻠﻰ‬‫ ﻋ‬‫ﺳِّﻊ‬‫ﻭ‬
Hendaklah kamu berpuasa, shalat sunnah, bersilaturrahim, kunjungilah orang
alim, tengoklah orang sakit, pakailah celak mata.
Usaplah kepala anak yatim, bersedakah dan mandi janabah sunnah
Luaskan belanja, potong kuku, baca surat Al-Ikhlas 1000 kali maka kamu akan
sampai.
Namun penyusun kitab ini mengatakan bahwa hanya dua saja yang memiliki
dasar kuat yaitu sunah puasa dan meluaskan belanja. Sedangkan selebihnya
kebanyakan haditsnya dhaif, sebagian lagi mungkar dan juga maudhu‘.
Puasa Asyura' dan Tasu'a
Yang berkaitan dengan puasa adalah puasa sunah yaitu pada hari kesepuluh
dan kesembilan di bulan itu. Sering juga disebut dengan ‘Asyura dan Tasu‘a.
Banyak sekali dalil yang menerangkan hal ini, antara lain:
ِ‫ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﺮ‬‫ـﻬ‬‫ﺎﻥﹶ ﺷ‬‫ﻀ‬‫ﻣ‬‫ ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻡِ ﺑ‬‫ﻴ‬‫ﻞﹸ ﺍﻟﺼ‬‫ ﺃﹶﻓﹾﻀ‬: ِ‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬:‫ﺓﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﺑِﻲ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
ِ‫ﻞ‬‫َﻼﺓﹸ ﺍﻟﻠﱠﻴ‬‫ﺔِ ﺻ‬‫ ﺍﻟﹾﻔﹶﺮِﻳﻀ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫َﻼﺓِ ﺑ‬‫ﻞﹸ ﺍﻟﺼ‬‫ﺃﹶﻓﹾﻀ‬‫ ﻭ‬.‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Shaum yang
paling utama setelah shaum Ramadhan adalah shaum di bulan Allah Muharram.
Dan shalat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah shalat malam” (HR
Muslim 1162)
‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃﹶﻥﹾ‬‫ ﻋ‬‫ﺴِﺐ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺀ ﺃﹶﺣ‬‫ﻮﺭ‬‫ﺎﺷ‬‫ﻡِ ﻋ‬‫ﻮ‬‫ ﻳ‬‫ﺎﻡ‬‫ ﺻِﻴ‬: ‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬َ ‫ﺒِﻲ‬‫ ﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺓﹶ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﺃﹶﺑِﻲ ﻗﹶﺘ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﻠﹶﻪ‬‫ﺔِ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻗﹶﺒ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻜﹶﻔِّﺮ‬‫ﻳ‬
Dari Abi Qatadah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW bersabda,"Puasa hari
Asyura aku berharap kepada Allah untuk menjadi kaffarah (penebus dosa) pada
tahun sebelumnya. (HR. Muslim)
‫ﻮﻡ‬‫ﺼ‬‫ ﺗ‬‫ﻮﺩ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻯ ﺍﻟﻴ‬‫ﺔﹶ ﻓﹶﺮ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﳌﹶﺪِﻳ‬ ِ‫ﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ ﺭ‬‫ ﻗﹶﺪِﻡ‬:‫ ﻗﺎﹶﻝﹶ‬ ٍ‫ﺎﺱ‬‫ﺒ‬‫ﻦِ ﻋ‬‫ﺪِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺑ‬‫ﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
4
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
‫ﻨِﻲ‬‫ﺑ‬‫ﻰ ﻭ‬‫ﻮﺳ‬‫ﻪِ ﻣ‬‫ ﻓِﻴ‬‫ﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺠ‬‫ ﺻﺎﹶﻟِﺢٍ ﻧ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺬﺍﹶ ﻳ‬‫ ﻫ‬:‫ﺬﹶﺍ ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ ﻣ‬:‫ﺍﺀ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻮﺭ‬‫ ﻋﺎﹶﺷ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬
ِ‫ﺎﻣِﻪ‬‫ﺮ ﺑِﺼِﻴ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺎﻣ‬‫ ﻓﹶﺼ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻰ ﻣِﻨ‬‫ﻮﺳ‬‫ ﺑِﻤ‬‫ﻖ‬‫ﺎ ﺃﹶﺣ‬‫ ﺃﹶﻧ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻭِّﻫِﻢ ﻓﹶﺼ‬‫ﺪ‬‫ ﻋ‬‫ﺍﺋِﻴﻞﹶ ﻣِﻦ‬‫ﺮ‬‫ﺇِﺳ‬
Dari Abdillah bin Abbas radhiyallahuanhu berkata bahwa ketika Rasulullah SAW
tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang yahudi berpuasa Asyura'. Beliau pun
bertanya,"Puasa untuk apa?". Mereka menjawab,"Hari ini adalah hari yang baik,
dimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, maka
berpuasa untuk hari itu". Beliau SAW bersabda,"Aku lebih berhak atas Musa dari
pada kalian". Maka beliau pun berpuasa di hari itu dan memerintahkan para
shahabat untuk berpuasa".(HR. Bukhari Muslim)
Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan RA
berkata: “Wahai penduduk Madinah, di mana ulama kalian? Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Ini hari Assyura, dan Allah tidak mewajibkan shaum
kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum
hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka” (HR
Bukhari 2003)
Rasulullah SAW bersabda: “Shaumlah kalian pada hari 'Assyura dan berbedalah
dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya”
(HR Ath-Thahawy dan Al-Baihaqy serta Ibnu Khuzaimah 2095)
Sedangkan dalil tentang berpuasa dari 9 hari di awal Muharram, haditsnya
ternyata maudhu' alias palsu.
‫ﻰ‬‫ﻨ‬‫ﻡِ ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻝِ ﺍﳌﹸﺤ‬‫ ﺃﹶﻭ‬‫ﺎﻡٍ ﻣِﻦ‬‫ﺔﹶ ﺃﹶﻳ‬‫ﻌ‬‫ ﺗِﺴ‬‫ ﺻﺎﹶﻡ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻪ‬‫ ﺃﹶﻧ‬ ِ‫ﺒِﻲ‬‫ﻦِ ﺍﻟﻨ‬‫ﺲٍ ﻋ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﻱ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬
ٍ‫ﺍﺏ‬‫ﻮ‬‫ﺔﹸ ﺃﹶﺑ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻞِ ﳍﹶﺎﹶ ﺃﹶﺭ‬‫ﻼﹰ ﰲِ ﻣِﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺍﺀِ ﻣ‬‫ﺔﹰ ﰲِ ﺍﳍﹶﻮ‬‫ ﻗﹸﺒ‬‫ﺍﷲُ ﻟﹶﻪ‬
Diriwayatkan dari Anas dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda,"Orang yang
berpuasa 9 hari di awal bulan Muharram, Allah telah membangunkan untuknya
kubah di udara yang luas memiliki 4 pintu.
Hadits ini dikatakan sebagai hadits palsu oleh Ibnul Jauzi dalam AlMaudhu'at. Asy-Syaukani dan Ibnu Hibban juga senada mengatakan bahwa hadits
ini palsu.
‫ﻝﹸ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﺔِ ﻭ‬‫ ﺫِﻱ ﺍﳊِﺠ‬‫ﻡٍ ﻣِﻦ‬‫ﻮ‬‫ ﻳ‬‫ ﺁﺧِﺮ‬‫ﺎﻡ‬‫ ﺻ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ِّ‫ﺒِﻲ‬‫ﻦِ ﺍﻟﻨ‬‫ ﻋ‬ ٍ‫ﺎﺱ‬‫ﺒ‬‫ﻦِ ﻋ‬‫ﻦِ ﺍﺑ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬
ُ‫ ﺍﷲ‬‫ﻠﹶﻪ‬‫ﻌ‬‫ﻡٍ ﺟ‬‫ﻮ‬‫ﻘﹾﺒِﻠﹶﺔﹶ ﺑِﺼ‬‫ﺘ‬‫ﺔﹶ ﺍﳌﹸﺴ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﺢ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻓﹾﺘ‬‫ﺔﹶ ﻭ‬‫ﺔﹶ ﺍﳌﺎﹶﺿِﻴ‬‫ﻨ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ ﺧ‬‫ﻡِ ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﳌﹸﺤ‬‫ﻡٍ ﻣِﻦ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬
‫ﺔﹰ‬‫ﻨ‬‫ ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺓﹶ ﲬﹶﺴِﻴ‬‫ﻛﹶﻔﱠﺎﺭ‬
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu dari Nabi SAW bersabda,"Siapa yang berpuasa
di hari terakhir bulan Dzulhijjah dan di hari pertama bulan Muharram, maka dia
telah menutup tahun sebelumnya dan membuka tahun berikutnya dengan puasa.
5
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Allah menjadikan puasanya itu sebagai kaffarah (tebusan) untuk lima puluh tahun.
Sedangkan amal lainnya –selain puasa dan meluaskan belanja- sebagaimana
disebutkan oleh An-Nawawi, adalah amal yang dasar hukumnya lemah.
Meluaskan Belanja
Dari hadits Abi Said Al-Khudhri ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Siapa yang
meluaskan belanja kepada keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan
meluaskan atasnya belanja selama setahun.
Oleh sebagian ulama hadits, hadits ini dilemahkan, namun sebagian lainnya
mengatakan hadits ini shahih, lalu sebagian lainnya mengatakan hasan. Yang
menshahihkan di antaranya adalah Zainuddin Al-Iraqi dan Ibnu Nashiruddin. AsSuyuthi dan Al-Hafidz Ibnu Hajarmengatakan bahwa karena begitu banyaknya
jalur periwayatan hadits ini, maka derajat hadits ini menjadi hasan bahkan
menjadi shahih.
Sehingga Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya Al-Ikhtiyarat termasuk yang
menganjurkan perbuatan ini di hari Asyura.
Bersedekah
Siapa yang puasa hari Asyura, dia seperti puasa setahun. Dan siapa yang
bersedekah pada hari itu, dia seperti bersedekah selama setahun.
Pada hari itu juga disunnahkan untuk bersedekah, menurut kalangan mazhab
Malik. Sedangkan mazhab lainnya, tidak ada landasan dalil yang secara khusus
menyebutkan hal itu dan kuat derajat haditsnya.Karena mereka mendhaifkan
hadits di atas.
Sebenarnya amal-amal itu semua baik-baik saja, selama tidak dikaitkan
dengan momentum tertentu. Sehingga yang jadi titik masalah adalah dikaitkannya
amal-amal itu dengan momen Muharram dengan keyakinan bahwa bila dilakukan
di waktu lain, tidak sebesar itu pahalanya. Karena dasar haditsnya memang
lemah, bahkan sebagian dhaif dan mungkar.
Namun kita harus pahami bahwa amaliyah seperti ini buat sebagain kalangan
umat sudah diajarkan dan dipraktekkan, meski sebagian haditsnya dikritik oleh
banyak kalangan. Dan selama masih ada kritik, sebenarnya merupakan ikhtilaf di
kalangan ulama hadits.
Wallahu A‘lam Bishshawab
Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ust. Ahmad yang terhormat, menjelang tahun baru masehi, banyak umat
Islam yang ikut merayakannya padahal perayaan tahun baru hanya dilakukan
oleh umat Nasrani. Pertanyaan saya bagaimanakah hukumnya merayakan Tahun
Baru ataupun merayakan hari-hari yang lain seperti Ulang Tahun, Maulid?
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
6
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ada sekian banyak pendapat yang berbeda tentang hukum merayakan tahun
baru masehi. Sebagian mengharamkan dan sebagian lainnya membolehkannya
dengan syarat.
1. Pendapat yang Mengharamkan
Mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah
dengan beberapa argumen.
a. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang Kafir
Bahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual
peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau
pun agama lainnya.
Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke Eropa, beragam budaya paganis
(keberhalaan) masuk ke dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam
tahun baru. Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya
secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa.
Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi itu adalah perayaan hari besar
agama kafir. Maka hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam.
b. Perayaan Malam Tahun Baru Menyerupai Orang Kafir
Meski barangkali ada yang berpendapat bahwa perayaan malam tahun
tergantung niatnya, namun paling tidak seorang muslim yang merayakan
datangnya malam tahun baru itu sudah menyerupai ibadah orang kafir. Dan
sekedar menyerupai itu pun sudah haram hukumnya, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:
‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ ﻣِﻨ‬‫ﻮ‬‫ﻡٍ ﻓﹶﻬ‬‫ ﺑِﻘﹶﻮ‬‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺸ‬‫ ﺗ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬
Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia
termasuk bagian dari mereka. (HR. Abu Daud )
c. Perayaan Malam Tahun Baru Penuh Maksiat
Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun
baru dengan minum khamar, berzina, tertawa dan hura-hura. Bahkan bergadang
semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah
menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk melek sepanjang malam,
kecuali bila ada anjuran untuk shalat malam.
Maka mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat Islam adalah
upaya untuk mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang
lazim dikerjakan para ahli maksiat.
d. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Bid`ah
Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah syariat yang lengkap
7
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
dan sudah tuntas. Tidak ada lagi yang tertinggal.
Sedangkan fenomena sebagian umat Islam yang mengadakan perayaan
malam tahun baru Masehi di masjid-masijd dengan melakukan shalat malam
berjamaah, tanpa alasan lain kecuali karena datangnya malam tahun baru, adalah
sebuah perbuatan bid'ah yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, para
shahabat dan salafus shalih.
Maka hukumnya bid'ah bila khusus untuk even malam tahun baru digelar ibadah
ritual tertentu, seperti qiyamullail, doa bersama, istighatsah, renungan malam,
tafakkur alam, atau ibadah mahdhah lainnya. Karena tidak ada landasan syar'inya.
2. Pendapat yang Menghalalkan
Pendapat yang menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan
malam tahun baru Masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua
tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir,
maka hukumnya haram. Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir, maka
tidak ada larangannya.
Mereka mengambil perbandingan dengan liburnya umat Islam di hari natal.
Kenyataannya setiap ada tanggal merah di kalender karena natal, tahun baru,
kenaikan Isa, paskah dan sejenisnya, umat Islam pun ikut-ikutan libur kerja dan
sekolah. Bahkan bank-bank syariah, sekolah Islam, pesantren, departemen Agama
RI dan institusi-institusi keIslaman lainnya juga ikut libur. Apakah liburnya umat
Islam karena hari-hari besar kristen itu termasuk ikut merayakan hari besar
mereka?
Umumnya kita akan menjawab bahwa hal itu tergantung niatnya. Kalau kita
niatkan untuk merayakan, maka hukumnya haram. Tapi kalau tidak diniatkan
merayakan, maka hukumnya boleh-boleh saja.
Demikian juga dengan ikutan perayaan malam tahun baru, kalau diniatkan
ibadah dan ikut-ikutan tradisi bangsa kafir, maka hukumnya haram. Tapi bila
tanpa niat yang demikian, tidak mengapa hukumnya.
Adapun kebiasaan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum
khamar, zina dan serangkaian maksiat, tentu hukumnya haram. Namun bila yang
dilakukan bukan maksiat, tentu keharamannya tidak ada. Yang haram adalah
maksiatnya, bukan merayakan malam tahun barunya.
Misalnya, umat Islam memanfaatkan even malam tahun baru untuk
melakukan hal-hal positif, seperti memberi makan fakir miskin, menyantuni panti
asuhan, membersihkan lingkungan dan sebagainya.
Demikianlah ringkasan singkat tentang perbedaan pandangan dari beragam
kalangan tentang hukum umat Islam merayakan malam tahun baru.
Wallahu a'lam bishshawab
8
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Makanan Parcel Natal Apakah Halal?
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustad, banyak perusahaan rekanan yang mengrimkan parcel Natal ke tempat
saya bekerja.
Apakah makanan-makanan itu halal untuk dimakan oleh kita sebagai seorang
muslim? Mohon penjelasannya ustad.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Haramnya makanan kembali kepada hukum fiqih, bukan hukum aqidah.
Secara aqidah, kita tidak bisa kompromi dengan tahayyul umat Kristiani yang
mengatakan tuhan ada tiga, salah satu di antaranya adalah Nabi Isa 'alaihisalam.
Karena itu dalam aqidah kita, teman-teman kita yang tetap memeluk agama
nasrani itu hanya akan jadi teman selama di dunia ini saja, begitu mereka mati,
mereka akan langsung berpisah dari kita untuk selama-lamanya. Sebab mereka
semua masuk neraka dan kekal selama-lamanya di sana.
Yang baik atau yang jahat, semua masuk neraka. Karena satu saja sebabnya,
mereka tidak mentauhidkan Allah dan ingkar kepada kenabian Muhammad SAW.
Urusan Muamalah
Tapi kalau urusannya bukan aqidah, tetapi urusan muamalah, lain lagi
hukumnya. Setidaknya menurut jumhur ulama. Kepada para non-muslim, kita
tetap wajib menjaga hak-hak mereka. Maksudnya kepada kafir dzimmi yang tidak
ada peperangan fisik antara kita dengan mereka.
Bahkan kita diwajibkan untuk menjaga harta benda serta keluarga mereka.
Nyawa mereka pun wajib kita jamin agar tidak tersia-sia. Jadi tidak ada salahnya
kalau kita berbaik-baik dengan mereka selama masih di dunia ini. Anggap saja
sebagai cendera mata sebelum mereka nanti digebukin malaikat di neraka kekal.
Islam tidak melarang kita bertukar hadiah dan penghormatan kepada
pemeluk Kristiani. Baik terkait dengan hari besar mereka atau pun hari besar kita.
Bahkan para ulama berijtihad bahwa dana baitul mal pun dibolehkan diserahkan
kepada umat Kristiani, kalau mereka miskin dan tidak mampu.
Dan dana zakat yang mustahiqnya ada 8 kelompok itu, salah satunya pun
ditetapkan untuk diberikan kepada mereka, yaitu orang kafir yang diharapkan
akan takluk hatinya. Kalau pun tidak masuk Islam, setidaknya tidak menjadi
musuh yang merugikan umat Islam.
‫ﻓِـﻲ‬‫ ﻭ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ﻟﱠﻔﹶﺔِ ﻗﹸﻠﹸـﻮﺑ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺎﻣِﻠِﲔ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺎﻛِﲔِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺍﺀ ﻭ‬‫ ﻟِﻠﹾﻔﹸﻘﹶﺮ‬‫ﻗﹶﺎﺕ‬‫ﺪ‬‫ﺎ ﺍﻟﺼ‬‫ﻤ‬‫ﺇِﻧ‬
‫ﻜِﻴﻢ‬‫ ﺣ‬‫ﻠِﻴﻢ‬‫ ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﺔﹰ ﻣ‬‫ﺒِﻴﻞِ ﻓﹶﺮِﻳﻀ‬‫ﻦِ ﺍﻟﺴ‬‫ﺍﺑ‬‫ﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﻭ‬‫ﻓِﻲ ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﺭِﻣِﲔ‬‫ﺍﻟﹾﻐ‬‫ﻗﹶﺎﺏِ ﻭ‬‫ﺍﻟﺮ‬
9
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)
Istilah wal-muallafati qulubuhum salah satu maknanya adalah mereka yang
masih kafir dan hatinya ingin ditaklukkan. Selain makna muallaf yaitu orang kafir
yang sudah masuk Islam.
Maka hadiah yang mereka berikan kepada kita, lepas dari masalah pengaruh
psikologisnya, sebenarnya bukan benda yang haram untuk dikonsumsi, selama
bukan benda yang secara dzatnya haram dimakan, seperti benda najis atau berupa
khamar.
Kecuali yang diberikan itu berupa hewan yang disembelih bukan karena
Allah, misalnya untuk berhala, maka kita diharamkan untuk memakannya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
‫ـﻄﹸﺮ‬‫ﻦِ ﺍﺿ‬‫ﺮِ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﻓﹶﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺃﹸﻫِﻞﱠ ﺑِﻪِ ﻟِﻐ‬‫ﻣ‬‫ ﺍﻟﹾﺨِﱰِﻳﺮِ ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﺔﹶ ﻭ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺇِﻧ‬
‫ﺣِﻴﻢ‬‫ ﺭ‬‫ ﻏﹶﻔﹸﻮﺭ‬‫ﻪِ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺎﺩٍ ﻓﹶﻼ ﺇِﺛﹾﻢ‬‫ﻻﹶ ﻋ‬‫ﺎﻍٍ ﻭ‬‫ ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang disebut selain Allah . (QS. Al-Baqarah: 173)
‫ﻭ‬ ‫ـﺔﹰ ﺃﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ ﻣ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﺃﹶﻥ ﻳ‬‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﻄﹾﻌ‬‫ﻠﹶﻰ ﻃﹶﺎﻋِﻢٍ ﻳ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ ﻣ‬‫ ﺇِﻟﹶﻲ‬‫ﺣِﻲ‬‫ﺎ ﺃﹸﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﻣ‬‫ﻗﹸﻞ ﻻﱠ ﺃﹶﺟِﺪ‬
‫ـﻄﹸﺮ‬‫ﻦِ ﺍﺿ‬‫ﺮِ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﺑِﻪِ ﻓﹶﻤ‬‫ﻴ‬‫ﻘﹰﺎ ﺃﹸﻫِﻞﱠ ﻟِﻐ‬‫ ﻓِﺴ‬‫ ﺃﹶﻭ‬‫ﺲ‬‫ ﺭِﺟ‬‫ﻪ‬‫ ﺧِﱰِﻳﺮٍ ﻓﹶﺈِﻧ‬‫ﻢ‬‫ ﻟﹶﺤ‬‫ﺎ ﺃﹶﻭ‬‫ﻔﹸﻮﺣ‬‫ﺴ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻣ‬‫ﺩ‬
‫ﺣِﻴﻢ‬‫ ﺭ‬‫ ﻏﹶﻔﹸﻮﺭ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺎﺩٍ ﻓﹶﺈِﻥﱠ ﺭ‬‫ﻻﹶ ﻋ‬‫ﺎﻍٍ ﻭ‬‫ ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬
Katakanlah, "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena
sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama
selain Allah. (QS Al-An-'am: 145)
Demikian juga bila yang diberikan itu berupa khamar, maka haram
hukumnya untuk dikonsumsi. Atau makanan lain yang sekiranya mengandung
khamar.
Selebihnya, bila makanan itu pada hakikatnya makanan halal, maka tidak ada
dalil atau hujjah untuk mengharamkannya dari sudut pandang fiqih. Kecuali kalau
kita mau memandang dari sudut yang lain, misalnya secara politis atau strategis.
Di mana kalau kita makan, akan memberikan dampak psikologis yang
meresahkan umat misalnya. Maka yang kita tetapkan bukan hukum halal atau
haramnya, melainkan unsur psikologisnya.
10
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Yang Mengharamkan
Di balik dari pendapat umumnya ulama, ada juga pendapat yang
mengharamkan semua bentuk penerimaan hadiah dalam rangka hari raya agama
lain, wabil khusus Kristen.
Sebutlah misalnya pendapat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu yang sangat benci
kepada kenasranian. Beliau sampai mengatakan tidak ada orang yang lebih syirik
daripada pemeluk agama Nasrani. Sebab mereka telah mengatakan Allah punya
anak dan nabi Isa sebagai anak Allah.
Sampai beliau mengharamkan laki-laki muslim menikahi wanita ahli kitab,
dan juga mengharamkan hewan sembelihan mereka.
Aspek Psikologis
Selain adanya pendapat yang mengharamkan, kita juga tidak boleh bermainmain dengan aspek psikologis. Dan inilah yang telah berlangsung lama di negeri
tercinta ini. Murtadnya sekian juta muslim di berbagai pelosok, disinyalir bermula
dari diterimanya hadiah, bantuan, santunan, beasiswa, biaya rumah sakit sampai
renovasi rumah dan seterusnya, dari kalangan penginjil kepada rakyat muslim
yang miskin.
Bantuan dan hadiah ini pada gilirannya akan menaklukkan hati umat Islam,
sehingga pendirian rumah ibadah Kristen di tengah pemukiman muslim jadi
dibolehkan. Padahal rumah ibadah ini jelas-jelas sebuah agen kristenisasi yang
sangat dahsyat memurtadkan umat Islam.
Sehingga untuk periode berikutnya, banyak masyarakat yang akhirnya
melego imannya, murtad dan jadi kafir serta bersiap-siap menjadi bahan bakar api
neraka. wal 'iyadhzu billah.
Kekhawatiran ini tidak berlebihan, mengingat bangsa Indonesia adalah
bangsa yang berada dalam nomor urut satu sebagai bangsa yang dijadikan objek
kristenisasi level dunia. Maka kalau ada tokoh yang bersikeras melarang kita
menerima atau makan parcel dari umat kristiani, harus dilihat dari sudut pandang
ini.
Walaupun kalau kita kembali kepada hukum dasar makanan, secara pisik
makanan itu tidak selalu haram.
Wallahu a'lam bishshawab,
Mengucapkan Selamat Natal : Haram apa Tidak?
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya masih dilanda kebingungan lantaran ada beberapa ulama yang
membolehkan kita sebagai muslim mengucapkan selamat natal. Padahal MUI
sudah mengharamkannya? Mohon penjelasan
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
11
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Haramnya ucapan selamat natal itu memang bukan merupakan ijma' atau
kesepakatan final para ulama. Sebagian kalangan mengharamkan dan sebagian
lainnya tidak. Tentu masing-masing dengan hujjah dan pertimbangannya.
Hal itu terjadi lantaran ditemukannya dalil-dalil yang saling berbeda, antara
dalil yang dipahami sebagai bentuk larangan, dengan dalil yang bisa dipahami
sebagai kebolehan.
Kalau buat situasi negeri kita, memang ada alasan yang bisa dipahami kalau
kecenderungan para ulama mengharamkan ucapan itu, bila dilakukan oleh kaum
muslimin.
1. Kalangan Yang Membolehkan
a. Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya
agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain.
Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama
lainnya.
Beliau mengatakan :"Sebagai pemeluk Islam, agama
kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan
tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau
tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan
perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr
(perbuatan yang baik).
Sebagaimana firman Allah SWT:
‫ ﺃﹶﻥ‬‫ﺎﺭِﻛﹸﻢ‬‫ﻦ ﺩِﻳ‬‫ﻮﻛﹸﻢ ﻣ‬‫ﺮِﺟ‬‫ﺨ‬‫ ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻳﻦِ ﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ‬‫ﻘﹶﺎﺗِﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‬‫ ﻳ‬‫ ﻟﹶﻢ‬‫ﻦِ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻻ ﻳ‬
‫ﻘﹾﺴِﻄِﲔ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺤِﺐ‬‫ ﻳ‬‫ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻬِﻢ‬‫ﻘﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﺗ‬‫ ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. AlMumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga
telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
ٍ‫ﺀ‬‫ـﻲ‬‫ﻠﹶﻰ ﻛﹸﻞﱢ ﺷ‬‫ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻋ‬‫ﺎ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺩ‬‫ ﺭ‬‫ﺎ ﺃﹶﻭ‬‫ﻬ‬‫ ﻣِﻨ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﻮﺍﹾ ﺑِﺄﹶﺣ‬‫ﻴ‬‫ﺔٍ ﻓﹶﺤ‬‫ﺤِﻴ‬‫ﻢ ﺑِﺘ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﺣ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﺴِﻴﺒ‬‫ﺣ‬
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
12
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS.
An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak
halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang
khusus milik agama lain. Artinya, ikut menghadiri ritual natal di dalam geraja
atau dimana pun yang sedang dilakukan ritual keagaamaan, hukumnya tetap
haram bagi seorang muslim.
b. Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa'
Dr. Mustafa Ahmad Zarqa' menyatakan bahwa tidak ada
dalil yang secara tegas melarang seorang muslim
mengucapkan tahniah kepada orang kafir.
Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa
Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi.
Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan
pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah
tersebut.
Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada
saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan
hari besar mereka, juga tidak terkait dengan pengakuan atas
kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi)
dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan
berbeda agama.
Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan,
maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat
natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya.
Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan
dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri
perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan
natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan
mungkar.
c. Majelis Fatwa dan Riset Eropa
Majelis Fatwa dan Riset Eropa juga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr.
Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya
dalil langsung yang mengharamkannya.
d. Fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said
Dr. Abdussattar Fathullah Said adalah profesor
bidang Tafsir dan Ulumul Quran di Universitas AlAzhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak
berhati-hati dan memilahnya menjadi dua, yaitu
tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
13
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan halhal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan
termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam.
Sedangkan tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang
mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram.
Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda
sekeluarga." Sedangkan ucapan yang halal seperti, "Semoga tuhan memberi petunjuk
dan hidayah-Nya kepada Anda."
Bahkan beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan
hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan
Allah.
2. Fatwa Yang Mengharamkan
Adapun fatwa-fatwa yang mengharamkan juga cukup banyak, mulai Ibnul
Qayyim, Syeikh Al-Utsaimin, bahkan para anggota Majelis Ulama Indonesia
sendiri secara individu dari banyak anggotanya.
a. Fatwa Haram Ibnul Qayyim
Pendapat anda yang mengharamkan ucapan selamat natal difatwakan oleh
Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah. Beliau pernah menyampaikan bila pemberian ucapan
“Selamat Natal” atau mengucapkan “Happy Christmas” kepada orang-orang kafir
hukumnya haram.
Dalam kitabnya 'Ahkam Ahli adz-Dzimmah', beliau berkata, “Adapun
mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi
mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu
mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
b. Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
Sikap ini juga sama pernah disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih
al-‘Utsaimin sebagaimana dikutip dalam Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403).
Beliau mengatakan bahwa memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan
selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada orang kafir
adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia?
Majelis Ulama Indonesia adalah salah satu diantara rujukan yang sering
disebut-sebut sebagai pelopor haramnya ucapan selamat natal bagi kaum
muslimin. Namun sayangnya, setelah diteliti ulang, ternyata kami tidak
menemukan fatwa tersebut. Yang ada hanyalah fatwa tentang haramnya natal
bersama, bukan haramnya mengucapkan selamat natal.
Malah Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA menyatakan bahwa
MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut
sakramen (ritual) Natal.
"Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam
ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang
14
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " kata Dien yang juga Ketua Umum
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu.
Point Keharaman
Inti masalah dari perbedaan pendapat ini adalah ketika menjawab pertanyaan
: Apakah ucapan selamat natal itu merupakan bentuk doa dan keridhaan kita atas
penyembahan dan tindakan syirik, atau bukan.
Disinilah para ulama berbeda pandangan. Sebagian mereka memandang
tahni'ah (greetings) itu berbeda 180 derajat dengan doa. Hukum mendoakan orang
kafir agar mendapatkan keberkahan dari Allah memang telah disepakati
keharamannya.
Sebagian lagi menganggap ucapan tahniah itu tetap merupakan refleksi dari
keridhaan kita atas kekafiran dan syirik yang mereka lakukan.
Lafadz ucapan selamat natal kalau disampaikan dalam bahasa Inggris atau
Arab, tidak mengandung doa. Merry Crismast tidak mengandung doa, tapi kalau
pakai bahasa Indonesia, ungkapan yang biasa kita gunakan memang
mencantumkan lafadz doa yaitu kata 'selamat'. Nah, kata 'selamat' inilah yang
kemudian menjadi biang keladi permasalahan.
Barangkali pendapat Dr. Abdussattar ada benarnya. Beliau mengatakan haram
atau tidaknya harus dilihat dulu dari lafadz ucapannya. Kalau mengandung doa,
hukumnya haram. Tetai kalau sekedar basa-basi dan penghormatan, tidak haram.
Tinggal kita harus kreatif merangkai kata, yang pada intinya tetap terjaga
akidah kita dari hal-hal yang batil, namun mujamalah kita dengan pemeluk agama
lain tetap utuh.
Sulit memang tetapi tidak ada salahnya dicoba. Kita tidak setuju dengan
akidah dan kemusyrikan mereka, tetapi bukan berarti kita harus menghalangi atau
melarang mereka beribadah sesuai dengan agama mereka.
Muslim dan Nasrani di Indonesia
Fatwa bolehnya ucapan tahniah kepada pemeluk nasrani bagi seorang muslim
yang hidup di negeri mayoritas nasrani mungkin sangat bermanfaat untuk
menunjukkan bahwa agama Islam itu toleran terhadap agama lain.
Agama Islam akan semakin dikenal sebagai agama yang terbuka tapi tetap
punya prinsip di negara barat sana. Akidahnya kukuh tapi basa-basi dan
pergaulannya tidak puritan atau fundamentalis.
Selain itu juga bila seorang muslim yang tinggal di negeri seperti itu
mengucilkan diri tanpa mau berbasa-basi dengan khalayak ramai, juga akan
membuat kehidupan mereka menjadi sangat ekslusif. Pada gilirannya, dakwah
Islam juga akan mengalami hambatan.
Dengan posisi seperti ini, Islam tumbuh subuh di Eropa dan Amerika serta
negara barat lainnya.
Namun fatwa seperti itu agak kurang pas kalau diterapkan di negeri kita
Indonesia, dimana umat Islam justru mayoritas, tetapi ditindas oleh kalangan
minoritas lewat berbagai proyek Kristenisasi yang menipu. Di antaranya lewat
nikah antar agama, ajakan natal bersama, mendirikan rumah ibadah di lingkungan
15
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
pemukiman muslim, hingga anjuran untuk saling mengucapkan selamat hari raya.
Kadang fatwa seperti itu malah dimanfaatkan untuk merusak aqidah dan
merontokkan iman umat Islam negeri ini yang terkenal kurang kuat aqidahnya.
Proyek Kristenisasi yang sudah berjalan lebih dari 4 abad secara bergantian oleh
para penjajah akan mendapat aliran darah segar.
Apalagi kalangan aktifis liberalis, tentu akan menari-nari kegirangan kalau
mendengar adanya fatwa yang membolehkan selamat natal. Fatwa ini akan
mereka gunakan sebagai senjata ampuh dalam mengikis habis semangat
keislaman.
Sebab lewat fatwa-fatwa seperti ini, perlahan-lahan umat Islam semakin
terseret ikut arus Kristenisasi. Kalau pun fatwa bolehnya mengucapkan natal ini
mau dipakai, harus didampingi dengan fatwa lain, misalnya haramnya umat Islam
menyekolahkan anak di sekolah-sekolah milik yayasan kristen, termasuk
perguruan tingginya, walau pun gratis atau beasiswa.
Juga harus ada fatwa haramnya umat Islam dirawat di rumah sakit, dipelihara
di panti asuhan Kristen, termasuk sumbangan dari yayasan milik mereka.
Kalau perlu juga harus ada fatwa haramnya umat Islam membeli buku,
majalah, koran, tabloid atau pun bentuk-bentuk penerbitan lain yang dikelola oleh
penerbit-penerbit yang secara tegas menyatakan kekristenannya.
Tapi tentu akan jadi ironi, lantaran umat Islam masih belum memiliki semua
itu dalam jumlah yang memadai dan memenuhi standar kualitas yang mumpuni.
Umat Islam masih butuh puluhan bahkan ratusan rumah sakit yang islami, dalam
arti memang didedikasikan buat kemanusiaan, bukan sekedar bisnis cari uang.
Umat Islam masih rajin menyekolahkan anak di sekolah dan kampus milik
agama lain dengan beragam alasan. Ada yang berasalan masalah kualitas, ada
yang karena murah atau gratis. Bahkan ada yang sekedar mengejar gengsi. Walau
pun mereka tahu bahwa hal itu beresiko tergadainya iman dan aqidah. Anehnya,
justru yang sekolah disana mayoritas malah umat Islam, bukan umat Kristiani.
Wallahu a'lam bishshawab.
16
Download