26 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI/AKUNTANSI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Oleh: Kristina Elisabet Lilis Setyowati X.7406031 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 27 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman modern sekarang ini, setiap negara dituntut untuk memililiki sumbar daya manusia yang cerdas dan berkompeten dalam bidangnya serta dapat mengoperasikan alat komunikasi dan informasi yang semakin canggih. Untuk medapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sangat tergantung pada sistem pendidikan yang diimplementasikan di sekolah formal maupun non formal. Peningkatan mutu pendidikan formal tidak akan terlepas dari komponenkomponen yang melekat dan saling berkaitan,diantaranya siswa, guru dan metode pembejaran yang dipakai. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu, keberhasilan dalam belajar, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti minat belajar, motivasi belajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar dan metode pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu pembaharuan dalam tingkah laku. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada dua faktor. Faktor tersebut antara lain faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu (sosial). Faktor dari dalam individu antara lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi, sedangkan yang termasuk faktor sosial seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, fasilitas belajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, ekonomi keluarga dan motivasi sosial. Dalam penelitian ini, hanya akan membahas satu faktor saja yaitu tentang peningkatan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan untuk berbuat yang sebaik mungkin, dimana dorongan tersebut dapat timbul dari dalam maupun dari luar, untuk memperoleh hasil yang terbaik sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai motor penggerak untuk menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan merupakan pendeorong bagi siswa untuk mencapai prestasi secara maksimal. 1 28 Salah satu rangsangan yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam belajar adalah metode yang dipakai guru dalam menyampaikan materi dan mengelola kelas. Dalam hal ini, yang akan dikaji adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada jurusan Ilmu pengetahuan Sosial (IPS). Akuntansi merupakan mata pelajaran pokok di Sekolah Menengah Atas(SMA) pada jurusan IPS. Dalam mempelajari akuntansi, dituntut adanya ketelitian, ketrampilan, dan kejelian. Karena setelah siswa lulus dari SMA siswa dituntut untuk mampu terjun ke dunia usaha yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Mata pelajaran akuntansi sangat menarik untuk dipelajari, tapi terkadang siswa merasa malas dan tidak bergairah untuk mengikuti proses belajar akuntansi, dan pada akhirnya siswa kesulitan untuk menguasai materi, terutama dalam menyelesaikan transaksi-transaksi yang rumit. Seperti yang diungkapkan oleh siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta yaitu Ravika dan Edho, mereka menganggap bahwa akuntansi adalah pelajaran yang cukup membosankandan rumit karena mereka hanya menghadapi angka-angka yang cukup banyak dan membutuhkan ketelitian tinggi dalam mengerjakan dan menghitungnya. Dari hasil observasi awal yang telah penulis laksanakan, kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa SMA Negeri 8 Surakarta kelas XI IPS 3 dapat dipaparkan sebagai berikut. Motivasi berprestasi siswa khususnya pada mata peljaran ekonomi/akuntansi masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat saat proses pembelajaran akuntansi berlangsung. Masih adanya siswa yang sering membuat kegaduhan di dalam kelas sambil bercanda dengan temannya serta siswa yang kurang memperhatikan materi saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga pasif, kurang kreatif dan inovatif dalam mengatasi kasus-kasus yang diberikan oleh guru. Kondisi seperti itu menyebabkan para siswa sulit untuk menyimpan apa yang dipelajari ke dalam memori otak mereka, dan pada akhirnya mereke kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Selain itu, 29 metode yang digunakan guru dalam mengajarpun juga masih bersifat konvensional sehingga siswa merasa jenuh dengan kondisi KBM yang monoton. Dengan metode yang masih konvensional itu, siswa masih merasa jenuh, kaku dalam mengikuti proses belajar mengajar. Itu terlihat pada saat siswa mengerjakan kasus-kasus yang menurut siswa sulit, siswa masih enggan bertanya kepada guru karena siswa merasa takut dan malu kepada guru dan teman sebayanya. Hal itu menyebabkan motivasi berprestasi siswa rendah sehingga prestasi belajar juga rendah. Dari hasil ulangan akhir semester gasal, prosentasi siswa yang lulus KKM sebesar 62,96% (17 siswa) dan 37,04% (10 siswa) tidak lulus KKM. Menurut guru akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta, bapak Joko Trisianto , S. Pd, motivasi berprestasi siswa kelas XI IPS 3 masih sangat rendah. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor lingkungan sekolah sendiri yang terkadang tidak memungkinkan untuk belajar serta teman sebaya yang kurang mendukung dalam belajar. Menurut beliau, saat proses pembelajaran sedang berlangsung masih banyak siswa yang asyik dengan kegiatannya sendiri, tidak mau bertanya kepada guru saat mereka kesulitan mengerjakan soal, jadi terkadang guru merasa kesulitan dalam mengajar dan mengendalikan kelas. Selain itu, dalam mengertjakan soal, siswa hanya mengandalkan LKS dan catatan yang diberikan guru tanpa mencari buku-buku yang relevan yang dapat digunakan sebagai referensi. Menurut beliau hanya sekitar 30 % siswa saja yang aktif bertanya kepada guru ketika siswa merasa kesulitan. Untuk dapat mengetahui siswa yang mana yang belum mengerti tentang materi yang diajarkan, guru harus memberikan umpan agar siswa tidak malu atau takut untuk bertanya. Dalam kondisi seperti itu, peneliti ingin mencoba mengkaji lebih lanjut khususnya bagaimana cara meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Untuk terus meningkatkan motivasi berprestasi siswa, maka guru harus memiliki kemampuan memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat serta sesuai dengan pokok bahasan tertentu dan tingkat kemampuan siswanya. Salah satu metode yang 30 dapat diterapkan adalah metode quantum learning, membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Quantum learning memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Selain itu, quantum learning merupakan metode belajar yang tepat, efektif dan dapat meningkatkan kemampuan diri dan motivasi diri untuk menjadi yang lebih baik dan bersemangat dalam belajar. Bagi siswa yang merasa bahwa belajar adalah pekerjaan yang menjenuhkan, maka quantum learning sebagai obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan terhadap belajar. Karena dalam quantum learning, siswa dapat mengekspresikan apa yang menjadi buah dari pemikirannya dengan tanggung jawab yang penuh sehingga siswa dapat mengembangkan keahlian dari materi yang dipelajari secara inovatif dan kreatif tanpa ada rasa takut dan perasaan tertekan. Quantum leaning akan berlangsung dengan syarat menggunakan rancangan pembelajaran dan guru yang tepat. Rancangan pembelajaran quantum learning merupakan kepanjangan dari TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan). Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan termotivasi pada setiap pelajaran apapun, tingkat kelas, dan beragam budayanya, jika para guru betul-betul menggunakan prinsip-prrinsip atau niali-nilai dalam quantum learning. Rancangan ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar. Dengan metode pembelajaran quantum learning ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran akuntansi sehingga keberhasilan dalam belajarpun dapat maksimal. Dari paparan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi/ Akuntansi Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. 31 B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentiikasikan beberapa masalah penelitian antara lain: 1. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan guru dalam mengajar kurang memicu motivasi berprestasi siswa . 2. Belum adanya metode pembelajaran yang tepat sebagai pemicu peningkatan motivasi berprestasi siswa. Oleh karena itu guru dapat menerapkan metode quantum learning agar motivasi berprestasi siswa dapat meningkat. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, agar permasalahan yang dikaji dapat lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah tersebut sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran akuntansi pada kompetensi dasar membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa dengan materi pada siklus I adalah penyusunan kertas kerja dan materi pada siklus II adalah penyusunan laporan keungan (laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca). 2. Masih rendahnya motivasi berprestasi siswa dikarenakan siswa kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Indikator motivasi berprestasi adalah: standart keunggulan tugas, standar keunggulan diri, standart keunggulan orang lain. Indikator pencapaian akan dijabarkan pada bab berikutnya. 3. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti menerapkan metode quantum learning untun meningkatkan motivasi berprestasi siswa. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu apakah motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2009/ 2010 melalui metode pembelajaran Quantum Learning dapat meningkat? 32 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2009/ 2010 melalui Pembelajaran Quantum Learning. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diharapkan adalah: 1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru akuntansi tentang penggunaan metode quantum learning dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata diklat akuntansi 2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis. 33 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Ekonomi/Akuntansi a. Hakikat Belajar Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilaksanakan dari luar. Apa yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamatinya. Bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa seseorang melakukan sesuatu yang menampakan hasil belajarnya. Belajar bisa terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang lain, dalam mengerjakan sesuatu, suatu peristiwa dan lain sebagainya. Tapi, perlu didiingat, tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan menjamin adanya proses belajar seseorang. Maka, agar terjadi proses belajar, seseorang dituntut untuk melibatkan diri secara aktif. Ada beberapa pendapat tentang definisi belajar. Menurut W. S. Winkel(1996:53), “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”. Menurut Witherington dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009:7), bahwa belajar merupakan perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Pendapat serupa juga dikemukakan Slameto dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009:2) “Belajar dirumuskan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang utuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 7 34 Menurut Gino dkk(1998:15), ada 3 ciri yang khas dalam belajar pada kativitas belajar manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan belajar yakni: 1) Akitivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar) baik aktual mauoun potensial. 2) Perubahan ini pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan itu terjadi karena usaha. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan keterampilan dan tingkah laku serta pengetahuan baru sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. b. Hakikat Pembelajaran Suharman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009:11) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Pengertian pembelajaran juga dipopulerkan oleh Gino dkk (1998:32-33) “pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relati lama dan karena adanya usaha.” Pembelajaran memanfaatkan seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara disengaja oleh guru (pendidik) untuk membuat siswa (peserta didik) belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal dan aksternal dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi perubahan sikap pada siswa (peserta didik). Dengan adanya usaha guru dalam pembelajaran tersebut diharapkan akan tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 35 c. Hakikat Pembelajaran Ekonomi/ Akuntansi “American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Moelyati dkk (2001:12), mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan, dan peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata uang, transaksi-transaksi, dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya bersifat finansial dan penafsiran hasil-hasilnya.” Hal tersebut mengandung arti bahwa akuntansi merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji tentang pelaporan keuangan perusahaan berdasarkan sumber-sumber transaksi yang ada. Akuntansi adalah sebuah proses, yang pencatatannya dilakukan secara bertahap dan diperlukan ketelitian dalam menganalisis sumber transaksi untuk kemudian diolah ke dalam elemen-elemen akuntansi yang diperlukan sebelum menghasilkan laporan keuangan. Sesuai dengan penjurusan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Surakarta, mata pelajaran akuntansi digabungkan dengan ekonomi dan diajarkan pada siswa kelas XI IPS, tetapi diampu oleh dua guru, satu guru untuk mata pelajaran ekonomi dan satu guru untuk mata pelajaran akuntansi. Pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS semester genap, khususnya pelajaran akuntansi, terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, yaitu: 1) Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi 2) Menasirkan persamaan dasar akuntansi. 3) Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debit dan kredit. 4) Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum. 5) Melakukan posting dari jurnal ke dalam buku besar. 6) Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa. 7) Menyusun laporan keuangan perusahaan jasa. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kompetensi dasar membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa dengan materi menyusun kertas kerja dan kompetensi dasar menyusun laporan keuangan dengan materi laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca. 36 2. Motivasi Berprestasi a. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan tingkah laku. Menurut Echols dan Shadily dalam Gino dkk (1998:81), motivasi dapat disamakan dengan motif. Keduanya termasuk jenis kata benda, yang berarti alasan, sebab, daya batin, dan dorongan. Senada dengan pendapat Marriam Webster, (Gino dkk, 1998:81), bahwa kata motif berasal dari bahasa latin, yaitu matus yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyebabkan seseorang bertindak. Motivasi diartikan sebagai tindakan seseorang atau proses memberikan dorongan. Menurut Kartono dan Dali Gulo, dalam Gino dkk (1998:81), motivasi mengandung 2 arti yaitu: 1) Kontrol batiniah dari tingkah laku seperti yang dimiliki oleh kondisi-kondisi fisiologis, minat-minat, kpentingan-kepentingan, sikap-sikap dan opini-opini. 2) Kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu, sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan. Dari teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang bertindak yang didasarkan atas sutu keingainan atau kepentingan untuk mencapai kebutuhan arau keinginan yang telah direncanakan. Bagi para siswa, kebutuhan dan keinginan yang ingin mereka capai adalah prestasi yang baik. Untuk mendapatkan prestasi yang baik, maka mereka harus mempunyai dorongan yang kuat dari dalam diri mereka sendiri untuk mencapai prestasi tersebut. Dorongan untuk berprestasi itulah yang disebut dengan motivasi berprestasi. Menurut Mc Clelland dalam Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution (2005:38-39), motivasi yang penting dalam pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau 37 memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Mc Clelland juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi tampak dari usaha yang gigih untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. Ia menyatakan bahwa motivasi berprestasi (need of achievement) adalah hasil dari proses belajar dan dapat ditingkatkan melalui latihan. MenurutMc Clelland dalam Fasti Rola (2006:7-8), orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, secara umum akan memiliki ciri umum sebagai berikut: 1) Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat standar tersebut dihubunkan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau, serta tugas yang harus dilakukannya. 2) Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. 3) Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya lebih baik atau lebih buruk. 4) Menghindarkan tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, tetapi akan memilih tugas-tugas yang kesukarannya sedang. 5) Inovatif yaitu melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu dilakukan dengan cara-cara yang lebih menguntungkan dalam mencapai tujuan. 6) Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain dan ingin merasakan sukses atau kegagalan disebabkan oleh tindakan individu itu sendiri Mc Clellend dalam Kristini (2003:48),juga menunjukan dalam percobaannya bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, apabila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks cenderung semakin baik dalam melaksanakannya sehingga apabila mereka berhasil, mereka tampak antusias untuk menelesaikan tugas-tugas lebih berat dengan lebih baik lagi. Untuk memberikan motivasi kepada siswa agar mampu mencapai prestasi yang tinggi, harus diciptakan adanya hubungan pribadi yang baik antara pengajar dengan pengajar, pengajar dengan siswa, serta siswa dengan siswa. Sehingga dengan demikian, siswa secara individual mampu mengambangkan diri yang pada gilirannya mampu mencapai prestasi yang tinggi. 38 Dari uraian diatas, maka dapat disusun definisi operasional mengenai motivasi berprestasi yaitu merupakan suatu dorongan baik itu yang berasal dari dalam maupun luar diri seseorang untuk melakukan hal yang sebaik mungkin, untuk memperoleh prestasi yang maksimal sesuai dengan tujuan atau rancangan yang sudah direncanakan. Jadi, motivasi berprestasi merupakan daya dorong bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi serta berlatih lebih maksimal agar tercapai prestasi yang yang tinggi terutama pada mata pelajaran akuntansi. b. Indikator Motivasi Berprestasi Menurut Ardana dalam Kristini (2003:51), motivasi berprestasi seseorang dapat dilihat atau disimpulkan dari adanya usaha konsisten, adanya kecenderungan untuk bekerja terus meskipun sudah tidak berada di bawah pengawasan atau adanya kesediaan mempertahankan kegiatan secara sukarela ke arah penyelesaian suatu tugas. Untuk mengenal seseorang apakah memiliki motivasi berprestasi apa tidak, bertolak dari kesadran diri untuk mengupayakan serta menciptakan iklim yang positi dalam lingkungan kita. Menurut Herzberg dalam Kristini (2003:52), ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi adalah: “Kemampuan bekerja lebih baik; menerima hal-hal yang baru serta mempelajari segi keuntungan dan kelemahannya; menunjukan sikap toleran dan etis dalam bekerja (kelompok); berpandangan global (diantaranya lebih mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi); berpandangan subyektif mungkin dalam memberikan suatu penilaian, sehingga unsur “like and dislike” tidak mewarnai dalam penilaian”. Bloom dalam Kristini, (2003:52) memberikan penjelasan tentang motivasi berprestasi yaitu: (1) melakukan suatu tugas dengan sebaik-baiknya, (2) melaksanakan sesuatu dengan sukses, (3) mengerjakan sesuatu dan menyelesaiakan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan, (4) ingin menjadi terkenal dan terpandang, (5) mengerjakan sesuatu tugas yang sangat berani atau penting, (6) mengerjakan pekerjaan yang sukar dengan baik, (7) menelesaikan suatu teka-teki dan suatu yang sukar, (8) melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain, dan (9) menulis novel atau cerita yang hebat dan bermutu. 39 Mc Clelland dalam Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution (2005:3839) juga mengartikan motivasi sebagai standart of excellence atau standart keuanggulan tugas. Teori dari Mc Clelland tersebut juga diperkuat oleh Eccles bahwa motivasi berprestasi adalah kecenderungan seseorang untuk berusaha mencapai kesuksesan, untuk mengevaluasi prestasi dengan standart keuanggulan dan akan merasa puas dengan prestasi yang diraihnya.. Pendapat Mc Clelland dan Eccles tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa standart keunggulan atau standart of excellence merupakan salah satu indikator untuk mengukur motivasi berprestasi. Penjabaran dari standar keunggulan tersebut dikemukanan oleh Monks dan Knoers dalam Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution (2005: 39), bahwa standart of excellence atau standart keunggulan, berhubungan dengan: 1) Standart keuanggulan tugas yang harus dilakukan, berarti siswa ingin menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Tugas merupakan tantangan tersendiri bagi siswa 2) Standart keunggulan prestasi diri sendiri yang telah lampau, berarti siswa ingin berbuat melebihi prestasinya yang telah lalu, ingin menghasilkan lebih baik daripada apa yang telah dihasilkan semula. 3) Standart keuanggulan prestasi orang lain, artinya bahwa siswa ingin berbuat lebih baik daripada apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Dari teori-teori diatas, maka dapat disusun suatu indikator tentang motivasi beprestasi yaitu: 1) Standart keunggulan tugas, meliputi: a) Cenderung bertindak kreatif dan inovatif b) Cenderung mengambil resiko sedang, artinya tindakan yang akan ditempuh sesuai dengan situasi dan kondisi kemampuan yang dimilikinya. c) Menggunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang efektif guna tercapainya prestasi d) Adanya kecenderungan untuk bekerja terus dan konsisten meskipun sudah tidak dalam pengawasan. 2) Standart keunggulan prestasi diri sendiri, meliputi: a) Ingin menambah pengetahuan dengan melakukan kerja baik. b) Menyelidiki dan memanfaatkan lingkungan serta sumber-sumber yang ada 40 c) Belajarnya dilakukan secara unik dan inovatif 3) Standart keunggulah prestasi orang lain, meliputi: a) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain b) Ingin menjadi tekenal dan terpandang dalam suatu bidang tertentu c) Memiliki tanggung jawab pribadi lebih besar dalam menghadapi suatu tugas. Indikator diatas akan dirinci lagi menjadi butir-butir angket yang terdapat pada kisi-kisi angket motivasi berprestasi. Tabel 2.1 Tabel Indikator Ketercapaian Motivasi Berprestasi siswa Aspek yang diukur Standart keunggulan tugas, meliputi: 1. Berusaha agar tidak gagal 2. Keinginan untuk berhasil 3. Menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 4. Senang memecahkan masalah yang dihadapi Standart keunggulan prestasi diri sendiri, meliputi: 1. Senang membaca bukubuku untuk mendapatkan pengetahuan yang baru 2. Senang bereksperimen untuk mendapatkan tambahan pengetahuan 3. Belajar secara terjadwal 4. Tidak mudah putus asa 5. Berusaha mendapatkan hal-hal yang baru 6. Tidak suka menggantungkan orang lain 7. Mudah mengantisipasi lingkungan Persentase target capaian Cara mengukur 70% Dengan angket, diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan dalam KBM serta siswa yang mampu memberikan inovasi dan kreatif. 70% Dengan angket, diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan serta keaktifan siswa dalam KBM 41 Standart keunggulan prestasi orang lain meliputi: 1. Memanfaatkan kesempatan untuk keberhasilan 2. Kejelian menangkap peluang yang ada Dengan angket, diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang paling antusias dalam mengikuti KBM 70% 3. Metode Pembelajaran Quantum Learning a. Pengetian Metode Pembelajaran Quantum Learning Metode pembelajaran dalam operasionalnya dapat dilaksanakan dengan berbagai metode pembelajaran, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, situasi karakteristik materi akuntansi dan karakteristik siswa sebagai individu yang memiliki emosi, kesenangan atau hobi. Diantaranya metode quantum learning. De Porter dan Mike Hernacki (2002:16) istilah quantum adalah “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran quantum learning adalah “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi energi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Di samping itu, dalam pembelajaran kuantum diyakini juga adanya keberagaman dan interdeterminisme. Konsep dan keyakinan lebih pada analogi rumus Teori Relavitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein. Hal ini tampak bila disimak pernyataan De Porter bahwa “Rumus yang terkenal dalam fisika quantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi (E=mc2)”. Sebagai siswa, bertujuan meraih cahaya sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Menurut teori diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran quantum bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika quantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitas Einstein, hanya analogi atau konsep saja. Jadi, akar konsep landasan pembelajaran quantum bukan fisika quantum. Konsep-konsep kunci quantum learning dalam strategi pembelajaran adalah: 42 1) Tori otak kanan/kiri 2) Teori otak triune(3 in 1) 3) Pilihan modalitas(visual, auditorial dan kinestetik) 4) Teori kecerdasan ganda 5) Pendidikan holistik(menyeluruh) 6) Belajar berdasarkan pengalaman 7) Belajar dengan simbol (metaphoric learning) 8) Simulasi atau permainan b. Karakteristik Metode Pembelajaran Quantum Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat menguatkan pembelajarannya. Menurut Sugianto (2008:69), beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk pembejaran quantum sebagai berikut: Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai. Pandangan tentang pembelajaran, belajar dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori isika quantum. Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivis empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Semua menunjukan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam persepektif humanistis. Pembelajaran quantum lebih bersifat kontruktifis, bukan positivistis empiris, behavioristis. Nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran quantum relatif kuat. Pembelajaran quantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efekti dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajran. Pembelajaran quantum berupa memadukan, 43 menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar degan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Karena itu pembelajaran quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran quantum. Pembelajaran quantum menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Pembelajaran diandaikan sebagai lompatan quantum. Menurut pembelajaran quantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus diingkirkan, dihilangkan atau dieliminasi. Berbagai kiat, cara dan teknik pembelajaran quantum dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan harus dihilangkan pada satu sisi yang lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya. Pembelajaran quantum menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedangkan keartiisaialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan. Pembelajaran quantum menekankan dan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sehingga segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar. Dalam hubungan ini perlu perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. 44 Dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajaran ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pihakyang lain pembelajar. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran melipti penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, ketrampilan belajar-untuk-belajar dan ketrampilan hidup. Konteks danisi tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkansimoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi;ibaratnya permaianan simoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra. Pembelajaran quantum memusatkan pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan(dalam) hidup dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran;tidak bisa hanya salah satu diantaranya. Sehingga kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar dapat terwujud kombinasi harmonis antara ketrampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal. Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan tertentu proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu pembelajaran harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positi dalam proses pmenelajaran. Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Denganperlu diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitasaktivitas pembelajar yang beragam dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajar bisa berlangsung lebih nyaman dan hasil optimal. 45 c. Prinsip Utama Pembelajaran Quantum Learning Prinsip dapat diartikan sebagai suatu aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal dan sebuah huluman, aksioma atau doktrin fundamental. Pembelajaran quantum juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma dan atau doktrin undamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar. Dalam Sugiyanto (2008:74), ada tiga macam prinsip utama yang membangaun pembelajaran quantum. Tiga prinsip tersebut adalah: Prinsip pertama, bawalah dunia mereka(pembelajar) ke dalam dunia kita(pengajar) dan dunia kita(pengajar) ke dalam dunia mereka(pembelajar). Jadi guru harus membawa siswa untuk terus berkonsentrasi terhadap pelajaran yang disampaikan, agar proses belajar mengajar tetap kondusif. Kondusif bukan berarti siswa harus tegang dalam mengikuti pelajaran, namun guru harus mampu membawa siswa dalam kondisi yang rileks, menarik dan tetap terkontrol sehingga konsentrasi tetap terjaga. Prinsip ke dua, proses pembelajaran merupakan permainan orkes simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, permainan simoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran quantum. Prinsip-prinsip dasar ada 5 yaitu: 1) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara 2) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan 3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penanaman 4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran 5) Sadarilah sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan Prinsip ke tiga bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya suatu keuanggulan. Adapun prinsip keunggulan sebagai berikut: 1) Terapkan hidup dalam integritas 2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan 3) Berbicara dengan niat baik 4) Tegaskanlah komitmen 5) Jadilah pemilik 6) Tetaplah lentur dan pertahankan keseimbangan 46 d. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning Untuk memudahkan mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran quantum, dikenal dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Unsur-unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi pendekatan quantum. Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada mata pelajaranyang dipelajari, tingkat kelas, dengan beragam budayanya, jika para guru betul-betul menggunakan prinsip-prinsip tau nilai-nilai pembelajaran quantum. Kerangka ini juga juga memastikan bahwa mereka sendiri dan akhirnya mencapai kesuksesan dalam belajar. Kerangka Perancangan Pembelajaran dan konsep TANDUR quantum learning menurut Sugianto (2008:79) adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Konsep TANDUR Quantum Learning No 1 Konsep TANDUR Tumbuhkan 2 Alami Mengapa Karena Konsep Tumbuhkansebagai konsep operasional dari prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita”, Dengan usaha penyertaan siswa dalam pikiran dan emosi, mereka dapat menjalin dan kepemilikan besama atau kemampuan saling memahami Karena unsur ini memberi pengalaman kepada siswa dan manfaat meningkatkan hasrat alami otak untuk menjelajah Pertanyaan Tuntunan Hal apakah yang mereka pahami? Apa yang mereka setujui? Apakah manfaat atau makna materi pelajaran tersebut bagi mereka? Pada bagian apa mereka tertarik atau bermakna? Cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permintaan atau kegiatan apa yang memanaatkan Strategi Sertakan Pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, puisi, video dan cerita Gunakan jembatan keledai, permaianan dan simulasi. Perankan unsur-unsur pembelajaran baru dalam 47 3 Namai 4 Demonstrasikan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memasilitasi “kebutuhan untuk mengetahui” mereka? Penanaman Perbedaan memuaskan hasrat apa yang alami otak untuk perlu dibuat? memberikan Apa yang identitas, harus kita menguatkan dan tambahkan mengidentifikasikan, pada penanaman dibangun pengertian di atas pengetahuan mereka? itu. Penanaman Strategi, kiat adalah saatnya untuk jitu, alat mengajarkan konsep, berpikir apa ketrampilan berpikir yang berguna dan strategi belajar. untuk mereka ketahui atau mereka gunakan? Memberikan siswa Dengan cara peluang untuk apa siswa menterjemahkan dan dapat dan menerapkan memperagak pengetahuan mereka an tingkat ke dalam kecakapan pembelajaran yang mereka lain, yaitu dalam dengan permasalhan riil, pengetahuan sekaligus yang baru? memberikan Kriteria yang kesempatan kepada dapat mereka untuk membantu menunjukan tingkat guru dan para pemahaman atau siswa penguasaan mereka mengambang terhadap materi yang kan bersam bentuk sandiwara. Berikan mereka tugas individu dan atau kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang mereka miliki. Gunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis dan poster di dinding dan komputer. Jika anda menggunakan jembatan keledai atau metaora, gunakan tahap ini. Mempraktekan program, membuat animasi, membuat video menyusun laporan, menyelesaikan kasus atau soal, menganalisis data dan seterusnya. 48 telah dipelajari 5 Ulangi Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tah bahwa aku tahu ini”. Jadi pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan adanya (permaianan, presentasi dan seterusnya) 6 Rayakan Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan! Perayaan memberikan rasa “rampung”. Untuk menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan belajar, dan akhirnya memberikan kepuasan dan kegembiraan auntuk menuntut kualitas peragaan kemampuan mereka Cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran in? dengan cara pa setiap siswa akan mendapat kesempatan untuk mengulang? Untuk pelajaran ini, cara yang paling sesuai untuk merayakan? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka Membuat isisn aku tahu bahwa aku tahu mengulang apa yang telah dipelajari dengan pertanyaan langsun, mengulang materi, dengan menunjukan poste, gambar, animasi dan dengan pertanyaanpertanyaan post test Pujian, memberi nilai, bernyanyi bersama, memberi reward berupa tepukan dan seterusnya B. Penelitian Relevan Karyono dalam Pengaruh Model Pembelajaran Quantun Learning Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Memperhatikan Minat Belajar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester I SMA Negeri Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010). Hasil penelitian 49 tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan antara siswa yang belajar dengan metode quantum learning dan metode ekspositoris, dan terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan antara siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan rendah. Setia Putri Ambarwati dalam Penerapan Model Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran(Mind Mapping) pada Mata Pelajaran Ekonomi sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akselerasi SMA N I Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan penerapan model quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Karyono. Penelitian yang dilakasanakan oleh Karyono adalah penelitian eksperimen, sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Perbedaan dari kedua penelitian yang paling mencolok adalah terdapat pada tujuan dari masing-masing penelitian tersebut. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian, memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimen dan menarik generalisasi hubungan antara variabel (Nurul Zuriah, 2006:58), sedangkan penelitian tindakan merupan suatu penelitian yang bertujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak dari situasi. (Kemmis dalam Nurul Zuriah, 2006:70). Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Setia Pratiwi Ambarwati, yaitu sama-sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa sedangkan penelitian yang dilaksanakan Setia Pratiwi ambarwati untuk meningkatkan hasil belajar siswa. C. Kerangka Pemikiran Keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai suatu mata pelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya oleh metode mengajar 50 yang digunakan guru dalam mengajar. Untuk mengajarkan pokok bahasan tertentu diperlukan metode mengajar tetentu pula. Hal ini disebabkan metode yang dianggap baik untuk suatu materi pelajaran belum tentu cocok untuk mengajarkan materi pelajaran yang lain. Dalam proses belajar mengajar, guru sering menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan metode konvensional lainnya yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga menyebabkan proses belajar mengajar menjadi monoton dan tidak efektif. Suasana kelas yang monoton dan tidak efektif itulah yang memicu kondisi emosional siswa menjadi tidak stabil. Dengan emosi yang tidak stabil, menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam belajar, motivasi berprestasi siswa menjadi menurun dan prestasi atau nilai kompetensi menjadi tidak maksimal. Salah satu cara yang digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode quantum learning. Dengan metode quantum learning diharapakan akan tercipta suasana nyaman, menarik dan menyenangkan sehingga siswa kembali termotivasi untuk belajar dan berprestasi. Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Permasalahan yang dihadapi 1. Motivasi berprestasi siswa rendah 2. Siswa bersifat pasif, kurang kreatif dan inovatif dalam belajar Penerapan metode quantum learning dalam belajar Motivasi berprestasi siswa meningkat 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran 51 D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesisnya adalah: dengan penerapan metode pembelajaran Quantum Learning dalam pembelajaran ekonomi/akuntansi, dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. 52 BAB III METODE PENELITIAN G. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Subyek Penelitian Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 8 Surakarta yang beralamat di Jalan Sumbing VI No 9 Mojosongo, Surakarta, dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3 semester 2 tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 27 siswa. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah: a. Menurut pendapat beberapa siswa (khususnya kelas XI IPS 3) bahwa dalam pembelajaran akuntansi yang dilakukan saat ini kurang menarik dan menyenangkan sehingga banyak siswa kurang memahami materi dan hasil yang diperoleh menjadi kurang maksimal; b. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang; Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yaitu Bapak Joko Trisianto, S. Pd yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian. 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah dari proses persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Untuk lebih jelasnya, dapat dipaparkan jadwal penelitian dalam tabel sebagai berikut: 26 53 Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Keterangan 1 2 3 4 5 Pengajuan judul dan mini proposal Penyusunan proposal Ijin penelitian Perencanaan Tindakan Implementansi Tindakan Siklus I dan Siklus II Penyusunan laporan penelitian 6 Tahun 2009 Des Tahun 2010 JanMar AprMei JuniJuli H. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas(PTK), dalam istilah asing disebut Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Suharsimi Arikunto (2008: 3) mengungkapkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Sedang menurut Kunandar dalam Iskandar (2009: 21), PTK adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Suharsimi Arikunto (2006: 2) menyatakan bahwad di dalam peneilitian tindakan kelas memiliki tiga pengertian yaitu : a. Penelitian —menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan —menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang senngaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa. c. Kelas —dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 54 Menurut Hopkins dalam Zainal Aqib (2009:17), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki 6 prinsip yaitu: a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan apa pun metode PTK yang diterapkannya seyogyanya tidak mengganggu komitmennya sebagai pangajar. b. Metode Pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. c. Metode yang digunakan harus reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. d. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan dan bertolak dari tanggung jawab proesionalnya. e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya. f. Dalam penyelenggaraan PTK sejauh mingkin harus digunakan class room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertent, melainkan persepektif misi sekolah secara keseluruhan. Sedangkan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Zainal Arif (2009:16) adalah: a. b. c. d. e. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalaminstruksional Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas(PTK) adalah sebuah penelitian yang dilaksanakan dengan sadar di dalam kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas atau memperbaiki kualitas, hasil, prestasi, motivasi dan lain sebagainya dengan siklus tertentu. Pada umumnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki empat tahapan yang lazim digunakan yaitu: 55 1) Perencanaan (planning) Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah mengidentiikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah. Secara lebih spesifik adalah merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM, menentukan pokok bahasan, mengembangkan skenario, menyiapkan sumber belajar, mengembang format evaluasi, mengembangkan format observasi lapangan. 2) Pelaksanaan (Acting) Tahap ke-2 dari PTK adalah pelaksanaan tindakan yang merukan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dikelas sesuai dengan scenario yang telah dibuat atau rencana yang telah dibuat. 3) Pengamatan (observating) Tahap ke-3 dari PTK adalah kegiatan pengamatan atau obseravasi dengan menggunakan ormat observasi dan menilai hasil tindakanyang telah dilaksanakan. 4) Refleksi (reflecting) Pada tahap terakhir ini, dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan antara lain tentang perubahan yang terjadi pada siswa dan guru. Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam penelitian ini, akan digambarkan siklus PTK ( Suharsimi Arikunto, 2008:4) 56 Perencanaan SIKLUS I Releksi Perlaksanaan Pengamatan Perencanaan SIKLUS I Releksi Perlaksanaan Pengamatan Siklus selanjutnya Gambar 3.1 Gambar Siklus PTK I. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: 1. Observasi Suharsimi Arikunto (2006:30) menyatakan bahwa observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematik. Dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi dilakukan dengan cara mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Data yang dihasilkan dari kegiatan observasi berupa catatan lapangan yang mendeskripsikan proses pembelajaran saat observasi awal, siklus I dan siklus II dilakukan. Catatan lapangan ini juga memuat refleksi yang dilakukan penneliti terhadap pembelajaran. 57 2. Angket Motivasi Berprestasi Suharsimi Arikunto (2002:128) menyatakan bahwa angket adalah jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang dia ketahui. Tabel 3.2 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi Aspek yang dinilai Standart keunggulan tugas Standart keunggulan prestasi diri sendiri Indikator 5. Berusaha agar tidak gagal 6. Keinginan untuk berhasil 7. Menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 8. Senang memecahkan masalah yang dihadapi 1. Senang membaca bukubuku untuk mendapatkan pengetahuan yang baru 2. Senang bereksperimen untuk mendapatkan tambahan pengetahuan 3. Belajar secara terjadwal 4. Tidak mudah putus asa 5. Berusaha mendapatkan halhal yang baru 6. Tidak suka menggantungkan orang lain 7. Mudah mengantisipasi lingkungan Soal(+) 28, 27 22, 38 Soal (-) 26, 34 29, 31 24, 39 20, 12 1, 30 8,10 21,25 11,15 32,38 35, 36 5 13 14 16 37,17 18, 19 23 3 6 9 Standart keunggulan 1. Memanfaatkan kesempatan prestasi orang lain untuk keberhasilan 2 2. Kejelian menangkap peluang yang ada 4 7 40 Menurut Moh Nazir (1999:385) ada tujuh skala dalam ilmu sosial yaitu: a) b) c) d) e) f) g) Skala jarak sosial (skala borgadus dan sosiogram) Skala penilaian (rating scales) Skala membuat rangking Skala konsisten internal (skala turstone) Skala Likert Skala komulati guttman Sematic deferential Pada penelitian ini, pemberian skor penilaian angket berpedoman pada skla Likert, dimana responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau 58 ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam 5 kategori jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak sejutu (TS), Sangat Setuju (STS). Menurut Moh. Natsir (1999:398) ada beberapa alasan digunakannya skala Likert yaitu: a) Dalam penyusunan skala, item-item tidak jelas menunjukan hubungan dengan sikap yang sedang diteliti masih dapat dimasukan dalam skala. b) Skala Likert lebih mudah membuatnya. c) Skala Likert mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi, karena mempunyai lima responsi alternatif. d) Karena jangka responsi yang lebih besar membuat skala Likert dapat memberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat/ sikap responden tentang isu yang dipertanyakan. Dalam penelitian ini, peneliti memodiikasi opsi jawaban tersebut dengan maksud agar jawaban yang ditawarkan kepada responden sesuai dengna pertanyaan dan informasi yang dibutuhkan peneliti. Modifikasi jawaban tersebut adalah: a) Sangat setuju atau Hampir selalu b) Setuju atau Sering sekali c) Ragu-ragu atau Kadang-kadang d) Tidak setuju atau Jarang e) Sangat tidak setuju atau Tidak pernah Pemberian skor pada angket ada dua kriteria penilaian, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif kriteria bobot penilaiannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Skor angket pernyataan positif Alternatif Jawaban Hampir selalu Sering sekali Kadang-kadang Kadang-kadang Tidak pernah Bobot Penilaian 5 4 3 2 1 59 Untuk pernyataan negatif, kriteria bobot penilaiannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Skor angket pernyataan negatif Alternatif Jawaban Hampir selalu Sering sekali Kadang-kadang Kadang-kadang Tidak pernah Bobot Penilaian 1 2 3 4 5 3. Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk mengdokumentasikan pelaksaan penelitian, yang berupa gambar-gambar atau foto, field note, silabus dan jenis dokumentasi lainnya untuk mendukung terpenuhinya sumber data. 4. Wawancara Menurut Nurul Zuriah (2006:179), wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengumpulkan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secar lisan pula. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab dengan narasumber yaitu guru mata pelajaran akuntansi dan beberapa siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta. Wawancara tersebut diperlukan guna terpenuhinya semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 5. Test Suharsimi Arikunto (2006:32) menyatakan bahwa test adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilam, pengetahuan, intelegendi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini, test berfungsi untuk membandingkan nilai ulangan mata pelajaran akuntansi siwa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta sebelum adanya penerapan metode quantum learning dengan sesudah diterapkannya metode quantum learning (dilaksanakan setelah siklus I dan II selesai). 60 J. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal hingga akhir. Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, yaitu: 1. Tahap pengenalan masalah Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain: a. Mengidentifikasi permasalahan yang ada selama proses pembelajaran b. Menganalisis permasalahan yang timbul dengan mengacu pada teori yang relevan 2. c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama d. Menyusun alat evaluasi dan lembar pengamatan Tahap persiapan tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi: 3. a. Penyusunan jadwal penelitian tindakan kelas b. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) c. Penyusunan angket sebagai alat ukur motivasi berprestasi Tahap penyusunan rencana tindakan Tindakan disusun dalam 2 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/ observasi tindakan dan refleksi terhadap tindakan. 4. Tahap implementasi tindakan Dalam tahap ini peneliti melakukan hipotesis tindakan, yaitu untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran akuntansi dengan penerapan pembelajaran quantum learning. Tahap ini dilakukan untuk menguji kebenaran melalui tindakan yang telah direncanakan. 5. Tahap pengamatan Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung, khususnya aktivitas belajar siswa yang sedang melakukan KBM di bawah bimbingan guru. 6. Tahap penyusunan laporan 61 Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung. K. Proses Penelitian Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaan ekonomi/akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta dengan penerapan metode quantum learning. Setiap tindakan upaya peningkatan hasil belajar dirancang ke dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan tindakan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi tindakan; dan (4) Refleksi tindakan untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. 1. Perencanaan tindakan Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas meliputi: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode quantum learning. b. Menyusun lembar observasi untuk siswa dengan tujuan agar dapat mengamati metode quantum learning yang telah diterapkan. c. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan penemuan hasil refleksi. d. Mempersiapkan lembar kerja siswa. e. Menyusun angket motivasi berprestai siswa f. Menetapkan indikator ketercapaian. 2. Pelaksanaan tindakan Kegiatan ini dilaksanakan ke dalam dua siklus. a. Rancangan Siklus I 1) Pendahuluan a) Apersepsi b) Motivasi c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai 62 d) Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari 5 kelompok, masing-masing kelompok akan diberi nama Jurnal, Buku Besar, Neraca saldo, Penyesuaian, Neraca lajur. Kelompok dibentuk oleh guru secara acak. 2) Kegiatan inti a) Memberikan penjelasan tentang metode quantum learning. b) Mempresentasikan materi yaitu tentang Kertas Kerja (Work Sheet). c) Membagikan soal yang akan didiskusikan secara kelompok, soal tersebut sesuai dengan nama kelompoknya. d) Masing-masing kelompok harus mendiskusikan tentang soal yang diberikan serta mempersiapkan hasil diskusinya sekreatif mungkin sehingga kemasannya dalam presentasi terlihat menarik. e) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan anggota kelompok ada 5 atau 6 siswa, maka dibagi sebagai berikut: Anggota 1 : Sebagai moderator Anggota 2 : Sebagai notulen/ mencatat hasil presentasi Anggota 3 : Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Anggota 4&5 atau 6 membuat soal singkat sebagai contoh soal dan membahas di depan kelas oleh masing-masing pembuat soal. Dengan rancangan ini, siswa akan aktif dan kelompok untuk menunjukkan kemapuan dalam proses belajar mengajar, dan siswa dapat termotivasi untuk mendapatkan nilai maksimal sehingga prestasipun juga akan meningkat. f) Siswa mengulangi dengan contoh-contoh soal, guru mengulang, menegaskan dan memperjelas kembali materi hasil presentasi tersebut. Hal ini akan menghindari salah konsep yang timbul atau utnuk menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan. 63 3) Penutup a) Guru memberikan rangkuman atas apa yang telah didiskusikan dalam pertemuan tersebut serta emberikan reward kepada kelompok terbaik. b) Guru memberikan angket motivasi berprestasi untuk diisi oleh siswa. b. Rancangan Siklus II 1) Pendahuluan a) Apersepsi b) Motivasi c) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai d) Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari 5 kelompok, masing-masing kelompok akan diberi nama Penyesuaian, Neraca Lajur, Laba Rugi, Neraca, Ekuitas Kelompok dibentuk oleh guru berdasarkan rata-rata hasil belajar sebelum diterapkan metode quantum learning. 2) Kegiatan inti a) Mempresentasikan informasi tentang materi yaitu tentang laporan keuangan (laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan neraca). b) Membagikan soal yang akan didiskusikan secara kelompok, soal tersebut sesuai dengan nama kelompoknya. c) Masing-masing kelompok harus mendiskusikan tentang soal yang diberikan serta mempersiapkan hasil diskusinya sekreatif mungkin sehingga kemasannya dalam presentasi terlihat menarik. d) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan . Anggota kelompok ada 5-6 siswa, maka dibagi sebagai berikut: Anggota 1 : Sebagai moderator Anggota 2 : Sebagai notulen/ mencatat hasil presentasi 64 Anggota 3 : Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Anggota 4&5 atau 6 membuat soal singkat sebagai contoh soal dan membahas di depan kelas oleh masing-masing pembuat soal Dengan rancangan ini, siswa akan akti dan kelompok untuk menunjukkan kemapuan dalam proses belajar mengajar, dan siswa dapat termotivasi untuk mendapatkan nilai maksimal sehingga prestasipun juga akan meningkat. e) Siswa mengulangi dengan contoh-contoh soal, guru mengulang, menegaskan dan memperjelas kembali materi hasil presentasi tersebut. Hal ini akan menghindari salah konsep yang timbul atau utnuk menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan. 3) Penutup a) Guru memberikan rangkuman atas apa yang telah didiskusikan dalam pertemuan tersebut serta emberikan reward kepada kelompok terbaik. b) Guru memberikan angket motivasi berprestasi untuk diisi oleh siswa. 65 3.2 66 Gambar Proses Penelitian SIKLUS I Permasalahan a.Refleksi Motivasi berprestasi siswa rendah b. Siswa bersifat pasif, kurang kreatif dan inovatif dalam Perencanaan Pelaksanaan a. Membuat (RPP) dengan metode quantm learning. b. Menyusun lembar observasi untuk guru dan siswa c. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan penemuan hasil refleksi. d. Mempersiapkan lembar kerja siswa. e. Menyusun angket motivasi berprestai siswa f. Menetapkan indikator ketercapaian. Pengamatan a. Membentuk kelompok b. Menyampaikann materi c. Memberikan materi yang dibahas setiap kelompok d. Memperdengarkan musik e. Presentasi hasil diskusi kelompok f. Pembahasan&penjelasan bersama guru g. menyimpulkan a. Merekam kegiatan guru dan siswa selama KBM b. Pengisian lembar obsevasi c. Pengisian angket motivasi berprestasi d. Analisis lembar observasi dan angket Kendalakendala di siklus I akan diperbaiki di siklus berikutnya SIKLUS II Refleksi Pengamatan Indikator tercapai a. Merekam kegiatan dari analisis siklus guru dan siswa selama KBM b. Pengisian lembar obsevasi c. Pengisian angket motivasi berprestasi d. Analisis lembar observasi dan angket II diharapkan pemahaman dan motivasi berprestasi siswa mencapai indikator(indikator 70 %) Pelaksanaan a. Membentuk kelompok b. Menyampaikan materi c. Memberikan materi yang dibahas setiap kelompok d. Memperdengarkan musik e. Presentasi hasil diskusi kelompok f. Pembahasan&penjelasan bersama guru g. menyimpulkan Perencanaan a. Membuat (RPP) dengan metode quantum learningàtarget motivasi berprestasi mencapai b. Menyusun lembar observasi untuk guru dan siswa c. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan penemuan hasil refleksi. d. Mempersiapkan lembar kerja siswa. e. Menyusun angket motivasi berprestai siswa f. Menetapkan indikator ketercapaian. 67 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMA Negeri 8 Surakarta Berdirinya SMA Negeri 8 Surakarta tidak lepas dari alih fungsi SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) Negeri Surakarta. Pengajar SGPLB Negeri Surakarta berjumlah 69 orang sebagian besar disebar ke UPT-UPT (SMU / SMA, SMK, SMP, SLB, dan hanya 2 orang yang menjadi dosen di UNS dan UMS). Kemudian disusul 3 orang ke IKIP Surabaya, yang di SMA Negeri 8 Surakarta tinggal 5 orang, yaitu Drs. Sumarno, Dra Mugiarti Chaei, Drs. Sugiatno, dan Drs. Mulyono. Tahun 1995/ 1996 dimulai tahun ajaran baru SMA Negeri 8 Surakarta, disamping SGPLB Negeri Surakarta menuntaskan mahasiswa sebanyak 7 orang. a. Pendaftaran dimulai bulan Juni 1995, dengan tenaga pendaftaran dari SMA Negeri 8 Surakarta. b. Membuka pendaftaran untuk 6 kelas dengan jumlah siswa 240 orang. c. Tenaga pengajar tetap 5 orang tidak tetap 5 orang. d. Tenaga administrasi/ TU 11 orang semuanya tenaga dari EX-SGPLB. e. Kepala sekolah diampu oleh Ign. Sutaryo, B.A. (Kepala SMA Negeri 6 Surakarta). Pada awal berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, pembiayaan ditunjang dengan Dana Sumbangan dan SPP, karena SMA Negeri 8 Surakarta belum mendapatkan SK Pendirian (dalam proses pendirian) dan belum mendapatkan alokasi dana DIK dari pemerintahan. SMA Negeri 8 Surakarta menempati bekas gedung SGPLB dengan segala mebel, dan peralatannya mempunyai luas tanah 4,2 ha yang terdiri dari 2 sertifikat. Namun yang dikelola belum secara keseluruhan, hal ini mengingat situasi dan kondisi dana. Secara pasti akhirnya berkat adanya perjuangan yang gigih dari pendahulu ataupun penerus, SMA Negeri 8 Surakarta diresmikan dan mendapatkan SK Pendirian NO .0106/0/96 pada tanggal 23 April 1996. 40 69 Berikut ini kepala sekolah yang pernah menjabat di SMA Negeri 8 Surakarta, yaitu: a. Ign. Sutaryo : Periode th 1995 – 1996 b. Drs. Ermus Rwa Sumarso : Periode th 1997 – 1998 c. Drs. H Winarno : Periode th 1998 – 2000 d. Drs. Sartono Praptoharjono : Periode th 2002 – 2004 e. Drs. JS. Soekarjo, M.A : Periode th 2004 – 2007 f. Drs. Sudadi Mulyono,M.Si : Periode th 2007 – sekarang 2. Keadaan Lingkungan Belajar SMA Negeri 8 Surakarta yang berlokasi di Jalan Sumbing VI No. 49 Mojosongo, Jebres, Surakarta ini mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Faktor Internal Keadaan lingkungan belajar siswa SMA Negeri 8 Surakarta pada umumnya cukup baik. Hal ini terlihat dari beberapa hal, antara lain: 1) Kebersihan Kebersihan lingkungan sekolah di SMA Negeri 8 Surakarta sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kelas, halaman sekolah, ruang guru, kantin, dan tempat parkir. Siswa bertanggung jawab pada kebersihan kelasnya masing-masing dengan adanya regu piket untuk tiap kelasnya. Sedangkan penjaga sekolah bertanggung jawab pada kebersihan tempattempat umum, misalnya: kamar mandi, halaman sekolah, ruang guru, aula, lapangan olahraga dan lain-lain. 2) Kerapian Kerapian di SMA Negeri 8 Surakarta dapat dilihat dari tempat parkir yang tertata rapi. Tempat parkir antar guru dan siswa terpisah. Kerapian di SMA juga dapat dilihat dari seragam yang dikenakan oleh siswa dan guru. 3) Ketenangan SMA Negeri 8 Surakarta cukup tenang karena letaknya cukup jauh dari jalan raya. 70 4) Keamanan Kondisi keamanan di SMA Negeri 8 Surakarta cukup baik karena adanya penjagaan yang lebih baik oleh penjaga sekolah dan penjaga parkir. 5) Ketertiban Ketertiban di SMA Negeri 8 Surakarta perlu ditingkatkan karena sebagian siswa belum mematuhi peraturan tata tertib yang ada. Misalnya ada beberapa siswa yang memakai sepatu tidak sesuai dengan yang ditentukan yaitu sepatu hitam. b. Faktor Eksternal Beberapa faktor eksternal yang kurang mendukung untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman antara lain: lokasi yang sulit dijangkau oleh transportasi umum dan jauh dari jalan raya. Tetapi secara umum, gedung SMA Negeri 8 Surakarta dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tanahnya yang luas dan tersedianya ruang-ruang kegiatan yang mendukung kegiatan belajar mengajar. 3. Motto, Visi, dan Misi a. Motto Sekolah Motto SMA Negeri 8 Surakarta adalah: Yang saya dengar, saya lupa; yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan, atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan. b. Visi Sekolah Visi SMA Negei 8 Surakarta adalah “Meningkatkan Dalam Prestasi Akademik dan Unggul Dalam Prestasi Nonakademis Berdasakan Imtak”. c. Misi Sekolah Misi SMA Negeri 8 Surakarta adalah: 1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga siswa dapat bekembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 71 2) Mengenalkan dan menggunakan serta mengembangkan hasil teknologi modern. 3) Mengoptimalisasi bakat dan ketrampilan siswa sehingga memiliki kemandirian dan kecakapan hidup di tengah masyarakat. 4) Menumbuhkan semangat ketertiban dan kedisiplinan bagi warga sekolah sebagai konsep dasar menuju sukses. 5) Mendorong semangat kerja bagi guru dan karyawan sehingga memiliki tanggung jawab dan berdedikasi tinggi. 6) Meningkatkan pengalaman ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan berperilaku. 7) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri dalam bidang olah raga dan seni sehingga dapat berkembang secara optimal. 8) Membudayakan etika pergaulan yang saling sapa, salam, senyum sehingga terjalin persaudaraan dan kesetiakawanan sejati, saling asah, asih, dan asuh. B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi pada Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 8 Surakarta Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan identifikasi masalah (observasi awal) dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada tanggal 28 April 2010 di SMA Negeri 8 Surakarta. Hasil dari identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ditinjau dari Segi Siswa a. Respon siswa terhadap pelajaran akuntansi kurang. Mata pelajaran akuntansi di SMA 8 Surakarta lebih sering berlangsung setelah jam istirahat. Di kelas XI IPS 3, jam akuntansi berlangsung setelah istirahat ke-2. Penempatan jadwal akuntansi setelah jam istirahat ke-2 itu menyebabkan siswa malas mengikuti KBM. Hal itu dapat dilihat saat bel masuk telah berbunyi, masih banyak siswa yang masih berada di luar kelas bahkan ada siswa yang sengaja duduk-duduk di kantin sekolah. Akibatnya, 72 guru akuntansi harus memaksa para siswa yang masih berada di luar kelas untuk masuk kelas dan mengikuti pelajaran akuntansi. Di dalam mengikuti pelajaran, masih banyak siswa yang tidak konsentrasi. Mereka asyik ngobrol dengan teman sebangku mereka, bahkan ada yang asyik bermain handphone saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. b. Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Di dalam aktivitas belajar mengajar, siswa XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta sangat aktif, tetapi keaktifan mereka bukan keaktifan yang positif melainkan keaktifan yang negatif. Hal ini dapat dilihat saat proses belajar mengajar berlangsung, jika siswa merasa kesulitan, siswa masih enggan bertanya kepada guru. Disaat guru bertanya apakah masih ada yag belum jelas, siswa juga hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari guru. c. Rendahnya motivasi berprestasi siswa. Motivasi berprestasi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta masih sangat rendah. Hal ini dapat ditinjau saat siswa mengikuti proses belajar mengajar. Masih banyak siswa yang masa bodoh dengan tugas yang diberikan guru, siswa tidak mempunyai buku pegangan lain selain LKS, siswa mudah putus asa dengan kasus yang sulit dan siswa hanya mengandalkan teman yang lebih pandai untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga masih banyak yang tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertanya kepada guru saat siswa merasa kesulitan. d. Siswa merasa bosan dengan metode yang diterapkan guru Hasil wawancara dari beberapa siswa kelas XI IPS 3 menyatakan bahwa mereka merasa bosan dengan metode yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Guru hanya monoton menerapkan metode ceramah dan driil. Menurut mereka proses pembelajaran terasa monoton dan kurang menyenangkan, akibatnya mereka menjadi mengantuk dan kurang bergairah untuk mengikuti proses pembelajaran. Siswa menginginkan situasi kelas yang berbeda yang mampu menggairahkan mereka untuk kembali belajar dan berprestasi. 73 2. Ditinjau dari Segi Guru a. Metode yang diterapkan guru masih konvensional Ceramah dan driil merupakan metode yang sering diterapkan oleh guru untuk mengajar akuntansi. Dengan metode ceramah tersebut, lambat laun membuat siswa menjadi bosan dan tidak nyaman, sehingga siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Saat guru memberikan PR, masih banyak siswa yang mengerjakan di sekolah dan mengandalkan temanteman mereka untuk menyontek. b. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi Dalam proses belajar mengajar, guru menggunakan media white board dan spidol untuk menyampaikan materi. Selain itu, guru juga menggunakan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi materi singkat dan kasus-kasus akuntansi. LKS tersebut berbentuk buku. c. Tidak adanya reward yang diberikan guru kepada siswa Dalam proses belajar mengajar, guru jarang sekali memberikan penghargaan kepada siswa. Baik siswa yang mendapatkan nilai rendah, sedang maupun tinggi mendapatkan perlakuan yang sama kecuali dalam hal beimbingan. C. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksananakan pada semester genap (semester II) dengan materi kertas kerja dan laporan keuangan (laporan leba-rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data awal yang didapat dari sekolah yaitu nilai awal siswa yang berfungsi sebagai pembanding prestasi siswa sebelum penerapan metode quantum learning dan sesudah penerapan metode quantum learning. Prestasi siswa sebelum penerapan metode quantum learning menunjukan bahwa 37,04% (10 dari 27 siswa) belum mencapai KKM sebesar 65. Dari hasil observasi awal yang telah dipaparkan diatas dan nilai tes siswa sebelum penerapan metode quantum learning, dapat disimpukan bahwa motivasi berprestasi siswa belum maksimal atau masih perlu ditingkatkan. 74 Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masingmasing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, (4) analisis dan releksi tindakan. 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan Siklus Pertama Perencanaan tindakan adalah suatu rencana yang dilaksanakan oleh peneliti sebelum peneliti melaksanakan suatu tindakan penelitian. Perncanaan tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumat 28 April 2010 di SMA Negeri 8 Surakarta. Peneliti bersama guru mata pelajaran mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Peneliti mulai melaksanakan penelitian untuk siklus pertama pada hari Rabu 5 Mei 2010 dengan materi Kertas Kerja (Work Sheet). Tahap perencanaan ini meliputi penyusunan skenario pembelajaran, pembutan RPP dan penyusunan instrumen penelitian. 1). Penyusunan skenario pembelajaran Penyusunan skenario pembelajaran dilakukan sesuai dengan penerapan metode quantum learning. Pada pertemuan ke-1, terdiri dari 3 kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen siswa dan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan apersepsi, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, guru membawa siswa untuk mengukap kembali hal-hal yang pernah dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang metode quantum learning dan indikator serta tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan penerapan metode quantum learning. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Kelompok tersebut berjumlah 5 kelompok yang diberi nama jurnal, buku besar, nerasa saldo, penyesuaian dan Kertas Kerja (Work Sheet). Selama kegiatan awal, akan 75 diringi dengan musik klasik. Dengan diputarnya musik klasik diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar. Kegiatan inti, dilaksanakan penyampaian materi tentang Kertas Kerja (Work Sheet) secara singkat. Setelah guru selesai menyampaiakan materi, guru memberikan soal kepada masing-masing kelompok sesuai dengan nama kelompoknya yang akan diselesaikan secara kelompok. Guru mengamati aktivitas belajar siswa, apabila ada siswa yang kesulitan, guru dapat membantu memecahkan kesulitan tersebut. Selama penyampaian materi tidak diiringi musik, tetapi pada saat diskusi diiringi musik. Kegiatan akhir yaitu pemberikan penguatan tentang materi dan penjelasan bahwa pada pertemuan berikutnya siswa harus mempersiapkan diri untuk melaksanakan presentasi kelas. Pertemuan ke-2 pada siklus I juga terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan pembelajaran, guru telah memutar iringan musik klasik. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan memberikan salam dan memberikan motivasi kepada siswa untuk melanjutkan pembelajaran dengan metode quantum learning. Guru memberikan interupsi kepada siswa agar siswa berkumpul di dalam kelompoknya. Kegiatan inti dilaksanakan dengan mendemonstrasikan hasil kerja kelompok, dimana guru tidak akan mempersilahkan kelompok mana yang akan presentasi terlebih dahulu. Kelompok yang akan mendemonstrasikan hasil kerjanya adalah atas inisiatif kelompok itu sendiri. Sebagai bentuk pengulangan, setiap kelompok juga harus membuat satu soal besarta jawabannya kemudian mendemonstrasikan di depan kelas. Kegiatan akhir dilaksanakan dengan memberikan kesimpulan secara singkat tentang hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah itu guru membagikan angket motivasi kepada siswa untuk diisi 76 dan selanjutnya setelah siswa selesai mengisi angket, guru memberikan reward kepada kelompok terbaik. 2). Pembuatan RPP menggunakan metode pembelajaran quantum learning pada materi Kertas Kerja (Work Sheet) 3). Penyusunan instrumen penelitian Instrumen berupa lembar observasi siswa yang bertujuan untuk mengetahui keaktifan, keinovatifan dan kekreativan siswa selama melaksanakan pembelajaran. Angket motivasi berprestasi yang berfungsi untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi siswa meningkat setelah diterapkan metode quantum learning pada siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama (Rabu, 5 Mei & Jumat 7 Mei 2010) Siklus pertama dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu Rabu 5 Mei 2010 pada jam ke 7-8 (pukul 12.00 s/d 13.30) di ruang kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta dan Jumat 7 Mei 2010 jam ke 2-3 (07.45 s/d 09.15) di ruang kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta dengan media white board dan spidol. Pertemuan dilaksanakan selama 4 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP 1). Rabu, 5 Mei 2010 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 5 Mei 2010, sebelum siswa masuk kelas, telah diputarkan instrumen klasik dari Kenny G yang berjudul My Heart Will Go On dan selama kegiatan awal berlangasung, diputarkan instrumen dari Kitaro yang berjudul Caravansary dan Shicu No Michi, instrumen itu masing-masing berdurasi 5:47 dan 4:27. Pertemuan pertama dimulai dengan salam pembuka dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Pertemuan ini ada 5 siswa yang tidak masuk yaitu Adi Sutrisno, Bagus Sulistyo Putro, Edho Rakyan Wicaksono, Findo Hakim Guna N dan Habraham Okky Fauzy. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, 77 guru membawa siswa untuk mengungkap kembali hal-hal yang pernah dipelajari. Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan secara singkat tentang quantum learning yang menggunakan konsep TANDUR (Tumbuhkankan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan) . Guru juga menjelaskan tujuan serta indikator yang akan dicapai selama pembelajaran berlangsung. Guru juga membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 s/d 6 siswa. Setelah guru selesai melaksanakan pembagian kelompok, guru menjelaskan maksud dari pembagian kelompok tersebut, yaitu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dengan adanya penerapan metode quantum learning. Setelah pembagian kelompok selesai, guru mulai mempresentasikan materi pembelajaran pada siklus pertama yaitu Kertas Kerja (Work Sheet). Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas. Selama kegiatan penyampaian materi berlangsung ruang kelas tidak diiringi instrumen agar siswa dapat mendengarkan guru yang sedang menyampaikan materi. Selanjutnya guru membagikan soal diskusi kepada siswa dan siswa harus menyelesaikan soal diskusi itu dalam kelompoknya. Soal diskusi itu berisi tentang kasus yang harus diselesaikan tiap kelompok dan sebuah perintah untuk membuat satu soal untuk didemonstrasikan sebagai bentuk pengulangan bahwa mereka sudah benar-benar mengerti tentang kasus yang mereka kerjakan. Pada saat diskusi berlangsung, guru mengamati jalannya diskusi dan guru membantu siswa apabila ada kesulitan. Selama kegiatan diskusi, siswa diiringi instrumen klasik dari Utada Hikaru dengan judul Give Me A Reason dengan durasi 6:27 dan First Love dengan durasi 4:17, Backsound Classical Piano dengan durasi 2:28, Various Artist yang berjudul 78 Flower dengan durasi 4:10, Love Poem dengan durasi 3:21, Teadrop Waltz dengan durasi 2:05, One Love dengan durasi 4:11. Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa mengumpulkan hasil diskusinya dan kemudian menyimpan hasil diskusi tersebut untuk dipresentasikan pada pertemuan berikutnya. Setelah pembelajaran selesai, guru menutup dengan salam penutup. 2). Jumat, 7 Mei 2010 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 7 Mei 2010, jam ke 2-3 (07:45 s/d 09.15) di ruang kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta dengan media white board dan spidol. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diputar musik secara lirih dari Josh Groban dalam album Awake yang berjudul Mai dengan durasi 4:35, Un Dia Liegera dengan durasi 4:17, Un Giorno Per Noi dengan durasi 3:38, Solo Por Ti dengan durasi 3:59, So She Dence dengan durasi 4:54 dan L’ultima Motte dengan durasi 4:22. Pertemuan kedua diawali dengan salam pembuka dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini siswa yang tidak masuk hanya satu orang yaitu Adi Tresno, BAgus Silistyo P, Diah Miftakul Janah dan Findo Hakim Guna N. Kemudian guru memberikan apersepsi dan motivasi. Kemudian guru memberikan interupsi kepada siswa untuk masuk ke dalam kelompoknya masingmasing. Selanjutnya guru menjelaskan prosedur berikutnya dalam pembelajaran dengan metode quantum learning. Kemudian guru memberikan kesempatan bagi kelompok yang akan mendemonstrasikan hasil dari kerja kelompoknya tanpa menunjuk satu per satu. Pada pertemuan ini, seluruh kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah demonstrasi selesai, guru menyimpulkan hasil dari demonstrasi tersebut secara singkat kemudian guru membagiakan 79 angket motivasi berprestasi kepada siswa untuk diisi. Setelah pengisian angket selesai, guru mengumumkan kelompok terbaik yang akan mendapatkan reward sebagai tanda perayaan terhadap kelompok terbaik. Kelompok yang mendapatkan reward (map transparan) adalah kelompok kertas kerja. Guru memberikan reward kepada kelompok ini karena kelompok ini adalah kelompok yan gpaling aktif baik pada saat demonstrasi dan diskusi. Kemudian guru memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya setiap kelompok harus membawa buku reerensi akuntansi minimal dua buku, kemudian guru menutup dengan salam. c. Observasi Tindakan Siklus Pertama Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Peneliti bertindak sebagai guru dalam menjelaskan tentang metode quantum learning dan pengamat saat kegiatan awal, sedangkan guru mata pelajaran bertindak sebagai kolaborator yang bertugas melaksanakan kegiatan awal, menjelaskan materi pembelajaran dan menjadi pengamat pada saat diskusi dan demonstrasi berlangsung. Pertemuan Ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu 5 Mei 2010, pada saat kegiatan awal diiringi musik klasik. Pada pertemuan ke-1 diisi dengan kegiatan pengenalan tentang metode quantum learning, penyampaian materi pembelajaran yaitu Kertas Kerja (Work Sheet) dan pembagian kelompok. Selama penyampaian materi tidak diiringi instrumen musik tetapi pada saat diskusi berlangsung diiringi instrumen musik. Selama diskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal diskusi kelompoknya. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 7 Mei 2010, selama pembelajaran berlangsung diiringi musik klasik. Pertemuan ke-2 diisi dengan demonstrasi hasil kerja dari tiap kelompok, pengisian angket motivasi berprestasi oleh siswa dan pemberian reward kepada kelompok terbaik. 80 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pengisian angket motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh gambaran peningkatan motivasi berprestasi siswa sebagai berikut, siswa yang mempunyai standart keunggulan tugas tinggi sebesar 30,43 %, sedang sebesar 52,17 % dan 17,39% mempunyai standart keunggulan tugas rendah. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang merasa takut gagal dalam belajar, mengerjakan tugas dengan mencontoh teman lain, apabila memecahkan soal yang sulit siswa merasa putus asa dan siswa merasa kuatir akan kegagalan. Siswa yang mempunyai standart keunggulan prestasi diri sendiri tinggi sebesar 30,43 %, sedang sebesar 56,52 %, dan 13,04 % mempunyai standart keunggulan prestasi diri sendiri dengan tingkat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran akuntansi dan hanya mengandalkan LKS sebagai buku pegangan mereka tanpa membaca buku referensi lain. Siswa yang mempunyai standart keunggulan prestasi orang lain tinggi sebesar 47,83 %, sedang sebesar 26,09 % dan 26,09 % adalah siswa yang mempunyai standart keunggulan tugas orang lain yang relatif rendah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mau engambilpeluang untuk bertanya kepada kelompok lain pada saat demonstrasi berlangsung. Prosentase siswa yang menunjukan kekreatifannya dalam kelompok sebesar 48,15 %, prosentase siswa yang inovatif dalam kelompok sebesar 40,74 % dan prosentase siswa yang akti saat demonstrasi dan tanya jawab sebesar 40,74 %. Hal itu disebabkan karena masih banyak siswa yang masa bodoh terhadap pembelajaran, siswa kurang nyaman dengan ruang kelas yang panas dan fasilitas yang digunakan pada saat demonstrasi di dalam kelas hanya white board dan spidol. 81 Tabel 4.1 Tabel Pencapaian Hasil Penelitian Siklus I SIKLUS I Aspek Tinggi Sedang yang Diukur ∑ % ∑ % Standart 7 30,43 12 52,17 Keunggulan Tugas Standart Keunggulan 7 30,43 13 56,52 Prestasi Diri Sendiri Standart Keunggulan 11 47,83 6 26,09 Prestasi Orang Lain Keterangan: 1. Simbol ∑ adalah jumlah siswa 2. Simbol % adalah simbol prosentase ketercapaian Rendah ∑ % 4 17,39 3 13,04 6 26,09 SIKLUS I 26.09% 26.09% 30.43% 17.39% 47.83% 13.04% 56.52% Standart Keungulan Tugas Tinggi Standart Keungulan Tugas Rendah 52.17% 30.43% Standart Keungulan Tugas Sedang Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Tinggi Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Sedang Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Rendah Standart Keunggulan Prestasi orang lain Tinggi Standart Keunggulan Prestasi orang lain Sedang Standart Keunggulan Prestasi orang lain Rendah Gambar 4.1 Gambar Hasil Penelitian Siklus I 82 d. Refleksi Tindakan Siklus Pertama Berdasarkan hasil observasi tindakan dari siklus pertama, maka peneliti dapat melakukan analisa yang ditinjau dari kebaikan guru, kebaikan siswa, kelemahan guru dan kelemahan siswa di siklus pertama. Kebaikan guru pada siklus pertama yaitu persiapan materi pembelajaran oleh guru dilaksanakan secara baik dan lengkap, guru dapat menjawab pertanyaan dari siswa dengan baik pada saat penjelasan materi ajar, guru dapat mengenalkan kepada siswa tentang metode quantum learning dengan baik, guru dapat memberikan bimbingan yang baik bagi kelompok yang merasa kesulitan. Kebaikan siswa pada siklus pertama yaitu beberapa siswa yang protes dengan anggota kelompok mereka tetap bersedia masuk dalam kelompok yang sudah ditentukan, siswa merespon dengan baik terhadap soal yang diberikan oleh guru dan siswa berusaha mengerjakan dengan baik. Jika siswa merasa kesulitan, siswa langsung bertanya kepada guru. Kelemahan guru pada siklus pertama yaitu dalam menyampaikan materi guru kurang sistematis, guru kurang memperhatikan alokasi waktu pada saat menyampaikan materi, guru belum bisa mengelola diskusi dengan baik karena ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti diskusi dan guru kurang memperhatikan tempo instrumen musik yang diputar sehingga siswa banyak yang mengeluh. Kelemahan siswa pada siklus pertama yaitu masih ada beberapa siswa yang masa bodoh dengan tugas mereka di dalam kelompok, pada saat pendemonstrasian dari kelompok lain, masih ada beberapa siswa yang pasif baik saat siswa menjadi demonstran ataupun audience. Siswa kurang kreatif dan inovatif saat mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya dan siswa kurang aktif selama kegiatan demonstrasi dan pengulangan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di atas, maka tindakan yang harus dilakukan adalah: 1). Dalam menyampaikan materi, hendaknya guru lebih sistematis dan tidak terlalu cepat untuk memastikan siswa memahami apa yang 83 disampaiakan. Peneliti harus menjelaskan ulang tentang metode quantum learning kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. 2). Guru harus lebih memotivasi siswa agar siswa tidak mudah putus asa apabila siswa mendapatkan kasus-kasus yang sulit. 3). Guru harus melakukan pendekatan kepada siswa yang masih masa bodoh dengan proses pembelajaran, baik saat guru menjelaskan materi, saat pendemonstrasian maupun diskusi kelompok. 4). Guru hendaknya lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif saat pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa tidak merasa puas akan nilai yang telah diperoleh. 5). Guru hendaknya menyiapkan ruangan yang nyaman dan menyenangkan dengan fasilitas yang lebih memadai, sehingga siswa akan lebih tertarik untuk belajar. 6). Guru hendaknya menyiapkan instrumen musik yang bertempo tidak terlalu lambat. 2. Sikus Kedua a. Perencanaan Tindakan Siklus Kedua Perencanaan tindakan adalah suatu rencana yang dilaksanakan oleh peneliti sebelum peneliti melaksanakan suatu tindakan penelitian. Perncanaan tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin 10 Mei 2010 di SMA Negeri 8 Surakarta. Peneliti bersama guru mata pelajaran mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Pembelajaran dengan penerapan metode quantum learning di siklus kedua akan dilaksanankan pada hari Rabu, 12 Mei 2010, Rabu, 19 Mei 2010 dan Rabu, 26 Mei 2010 dengan materi Laporan Keuangan (Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Neraca). Tahap perencanaan ini meliputi penyusunan skenario pembelajaran, pembutan RPP dan penyusunan instrumen penelitian. 84 1). Penyusunan skenario pembelajaran Penyusunan skenario pembelajaran dilakukan sesuai dengan penerapan metode quantum learning. Pada pertemuan ke-1 siklus kedua, terdiri dari 3 kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen siswa dan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan apersepsi, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, guru membawa siswa untuk mengungkap kembali hal-hal yang pernah dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang metode quantum learning dan indikator serta tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Kelompok tersebut berjumlah 5 kelompok yang diberi nama Penyesuaian, Kertas Kerja (Work Sheet), Laba-Rugi, Ekuitas dan Neraca. Selama kegiatan awal, akan diringi dengan musik klasik. Dengan diputarnya musik klasik diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar. Kegiatan inti, dilaksanakan penyampaian materi tentang Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Neraca). Setelah guru selesai menyampaikan materi, guru memberikan soal kepada masing-masing kelompok sesuai dengan nama kelompoknya yang akan diselesaikan secara kelompok. Guru mengamati aktivitas belajar siswa, apabila ada siswa yang kesulitan, guru dapat membantu memecahkan kesulitan tersebut. Selama penyampaian materi tidak diiringi musik, tetapi pada saat diskusi diiringi musik. Kegiatan akhir yaitu pemberikan penguatan tentang materi dan penjelasan bahwa pada pertemuan berikutnya siswa mempersiapkan diri untuk melaksanakan demonstrasi kelas. harus 85 Pertemuan ke-2 pada siklus kedua juga terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan pembelajaran, guru telah memutar iringan musik klasik. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan memberikan salam dan memberikan motivasi kepada siswa untuk melanjutkan pembelajaran dengan metode quantum learning. Guru memberikan interupsi kepada siswa agar siswa berkumpul di dalam kelompoknya. Kegiatan inti dilaksanakan dengan mendemonstrasikan hasil kerja kelompok, dimana guru tidak akan mempersilahkan kelompok mana yang akan presentasi terlebih dahulu. Kelompok yang akan mendemonstrasikan hasil kerjanya atas inisiatif kelompok itu sendiri. Kegiatan akhir dilaksanakan dengan memberikan kesimpulan secara singkat tentang hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah itu guru membagikan angket motivasi kepada siswa untuk diisi dan setelah siswa selesai mengisi angket, guru memberikan reward kepada kelompok terbaik. Pertemuan ke-3 pada siklus kedua, terbadi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan pembelajaran, guru telah memutar iringan musik klasik. Kegiatan awal dilaksanakan dengan dengan salam pembuka dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tes individu. Dalam hal ini, guru memberikan interupsi kepada siswa untuk duduk sesuai dengan nomor absen mereka Selama kegiatan inti siswa mengerjakan tes individu dalam waktu yang telah ditentukan dan guru memastikan bahwa siswa benar-benar mengerjakan tes tersebut secara individu. Selama siswa mengerjakan tes individu, ruang kelas diiringi dengan instrumen klasik. Kegiatan akhir, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil tes dan guru mengakhiri dengan salam. 86 2). Pembuatan RPP menggunakan metode pembelajaran quantum learning pada materi Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Ekuitan dan Laporan Neraca). 3). Penyusunan instrumen penelitian Instrumen berupa lembar observasi siswa yang bertujuan untuk mengetahui keaktifan, keinovatifan dan kekreativan siswa selama melaksanakan pembelajaran. Angket motivasi berprestasi yang berfungsi untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi siswa meningkat setelah diterapkan metode quantum learning pada siklus pertama dan siklus kedua. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Kedua (Rabu, 12 Mei, Rabu 19 Mei & Rabu 26 Mei 2010) Siklus pertama dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu Rabu 12 Mei 2010 pada jam ke 7-8 (pukul 12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta, Rabu 19 Mei 2010 pada jam ke 7-8 (12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dan Rabu 26 Mei 2010 jam ke 7-8 (12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dengan media lap top dan lcd projector. Pertemuan dilaksanakan selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. 1). Rabu, 12 Mei 2010 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 12 Mei 2010, pada jam ke 7-8 (pukul 12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dengan fasilitas ruangan berkarpet, ber-ac, tersedianya lcd projecktor dan lap top. Sebelum siswa masuk ruangan, telah diputarkan instrumen klasik dari Sherina yang berjudul Lihat Lebih Dekat dengan durasi waktu 5:13 dan selama kegiatan awal berlangasung, diputarkan instrumen dari Bryan Adam yang berjudul Homeland Main Title dengan durasi 3:41 dan If Love dengan durasi waktu 3:40. 87 Pertemuan pertama dimulai dengan salam pembuka dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Pertemuan ini ada 3 siswa yang tidak masuk yaitu Findo Hakim Guna N, Ravika Rizky N. A dan Serlia. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, guru membawa siswa untuk mengukap kembali hal-hal yang pernah dipelajari dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi kasus yang sulit dan tidak mudah puas dengan nilai yang telah didapatkan. Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan secara singkat tentang quantum learning yang menggunakan konsep TANDUR (Tumbuhkankan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan) . Guru juga menjelaskan tujuan serta indikator yang akan dicapai selama pembelajaran. Guru juga membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 s/d 6 siswa dan guru mengarahkan jalannya diskusi agar diskusi dapat berjalan dengan kondusi, aktif, inovatif dan kreatif. Setelah guru selesai melaksanakan pembagian kelompok, guru menjelaskan maksud dari pembagian kelompok tersebut, yaitu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dengan adanya penerapan metode quantum learning. Setelah pembagian kelompok selesai, guru mulai mempresentasikan materi pembelajaran pada siklus kedua yaitu Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Neraca). Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas. Selama kegiatan penyampaian materi berlangsung ruang kelas tidak diiringi instrumen agar siswa dapat mendengarkan guru yang sedang menyampaikan materi. Selanjutnya guru membagikan soal diskusi kepada siswa dan siswa harus menyelesaikan soal diskusi itu dalam kelompoknya. Soal 88 diskusi itu berisi tentang perintah supaya tiap kelompok menjelaskan tentang materi sesuai dengan nama kelompok mereka untuk didemonstrasikan kepada teman-temannya dan membuat satu soal beserta jawabannya sebagai bentuk pengulangan bahwa mereka benarbenar telah mengerti akan tugas mereka. Pada saat diskusi berlangsung, guru mengamati jalannya diskusi dan membantu siswa apabila ada kesulitan. Selama kegiatan diskusi, siswa diiringi instrumen klasik dari Bryan Adam yang berjudul Run Free dengan durasi waktu 6:21, Will You Be There dengan durasi waktu 4:40, Rytem Of The Rain dengan durasi waktu 2:43, Bag Pipe Regae dengan durasi waktu 3:33, I Just To Say I Love You dengan durasi waktu 3:34, Rytem Of The Rain dengan durasi waktu 2:43 dan We Are The Word dengan durasi waktu 2:39. Selama diskusi berlangsung, guru Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa mengumpulkan hasil diskusinya dan kemudian menyimpan hasil diskusi tersebut untuk didemonstrasikan pada pertemuan berikutnya. Setelah pembelajaran selesai, guru menutup dengan salam penutup. 2) Rabu, 19 Mei 2010 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 19 Mei 2010 pada jam ke 7-8 (12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dengan dengan fasilitas ruangan berkarpet, ber- ac,tersedianya lcd projecktor dan lap top. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diputar instrumen musik secara lirih dengan judul Another Day In Paradise dengan durasi waktu 4:47, Bonecas De Plata dengan durasi waktu 3:27, Girl rom Key Biscayne dengan durasi waktu 3:41, Nikita dengan durasi waktu 3:47, Carelles Whisper dengan durasi waktu 2:48, Stuck On You dengan durasi waktu 3:07, The Moment dengan durasi waktu 4:41, Rain dengan durasi waktu 2:50, Baby g’ dengan durasi waktu 3:33 dan Perhaps Love dengan durasi waktu 2:42 89 Pertemuan kedua diawali dengan salam pembuka dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini siswa yang tidak masuk ada tiga orang yaitu Moh. Sadam Husain, Rahmad Bangun S dan Sri Bintang Wicaksono. Kemudian guru memberikan apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guru memberikan interupsi kepada siswa untuk masuk ke dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan selanjutnya yaitu guru menjelaskan prosedur berikutnya dalam pembelajaran dengan metode quantum learning. Kemudian guru memberikan kesempatan bagi kelompok yang akan mendemonstrasikan hasil dari kerja kelompoknya tanpa menunjuk satu per satu. Pada pertemuan ini, seluruh kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah demonstrasi selesai, guru menyimpulkan hasil dari presentasi tersebut secara singkat kemudian peneliti membagiakan angket motivasi berprestasi kepada siswa untuk diisi. Setelah pengisian angket selesai, guru mengumumkan kelompok terbaik yang akan mendapatkan reward (map transparan) sebagai tanda perayaan terhadap kelompok terbaik. Kelompok yang mendapatkan reward adalah kelompok Ekuitas. Kemudian guru memberikan pesan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya siswa akan menghadapi tes lalu menutup dengan salam. 3). Rabu, 26 Mei 2010 Pertemuan ke-3 pada hari Rabu 26 Mei 2010 jam ke 7-8 (12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dengan kegiatan evaluasi siswa setelah penerapan metode pembelajaran quantum learning. Sebelum siswa masuk ruangan, ruangan telah diputarkan musik klasik yang berjudul I Have a Dream dengan durasi waktu 3:06. Pertemuan ketiga diawali dengan salam pembuka, memberikan interupsi kepada siswa agar seluruh siswa menyimpan seluruh buku 90 dan catatan yang berhubungan dengan akuntansi di dalam tas dan meminta siswa untuk duduk sesuai dengan nomor absen. Selanjutnya guru membagikan soal kepada siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu seluruh siswa mengerjakan tes dan guru memastikan bahwa siswa mengerjakan tes secara individu. Selama tes berlangsung guru mengawasi jalannya tes dan siswa diiringi instrumen musik klasik dengan judul Right Here Waiting dengan durasi waktu 4:17, Goodbye dengan durasi waktu 4:00, The Lady in Red dengan durasi waktu 4:12, Now and Forever dengan durasi waktu 3:33, Implora dengan durasi waktu 3:50, Sleeping Child dengan durasi waktu 3:39, The Power Of Love dengan durasi 5:27, Without You dengan durasi 3:40, Tears In Heaven dengan durasi 4:31 dan Always Some Where dengan durasi 4:50. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan hasil tes danmemastikan bahwa identitas pekerjaan mereka seudah lengkap. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan salam penutup. c. Observasi Tindakan Siklus Kedua Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Peneliti bertindak sebagai guru dalam menjelaskan tentang metode quantum learning dan pengamat saat kegiatan awal, sedangkan guru mata pelajaran bertindak sebagai kolaborator yang bertugas melaksanakan kegiatan awal, menjelaskan materi pembelajaran dan menjadi pengamat pada saat diskusi dan demonstrasi berlangsung. Pertemuan Ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu 12 Mei 2010, pada saat kegiatan awal diiringi musik klasik. Pada pertemuan ke-1 diisi dengan kegiatan pengenalan tentang metode quantum learning, penyampaian materi pembelajaran Laporan Keuangan (Laporan LabaRugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Neraca) dan pembagian kelompok serta pemberian motivasi pada siswa. Selama penyampaian 91 materi tidak diiringi instrumen musik tetapi pada saat diskusi berlangsung diiringi instrumen musik. Selama diskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal diskusi kelompoknya. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 19 Mei 2010, selama pembelajaran berlangsung diiringi musik klasik. Pertemuan ke-2 diisi dengan demonstrasi hasil kerja dari tiap kelompok, pengisian angket motivasi berprestasi oleh siswa dan pemberian reward kepada kelompok terbaik. Pertemuan ketiga dilaksanakan hari Rabu 26 Mei 2010, guru memberikan tes individu kepada siswa untuk mengetahui pemahaman dan peningkatan siswa setelah diterapkannya metode quantum learning. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pengisian angket motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh gambaran peningkatan motivasi berprestasi siswa sebagai berikut, siswa yang mempunyai standart keunggulan tugas tinggi sebesar 75 %. Dari hasil pengamatan, hal ini dikarenakan siswa semakin optimis untuk mengerjakan tugas secara individu dan dalam mengerjakan kasus yang sulit, siswa tidak mudah putus asa dan segan untuk bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Dari hasil wawancara pasca penelitian dengan beberapa siswa yang mengalami peningkatan secara signifikan, peningkatan ini disebabkan karena siswa semakin tertarik kepada pelajaran akuntansi dan siswa semakin ingin tahu tentang akuntansi. Jumlah ini mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, sebesar 44,57 % untuk siswa yang memiliki standart keunggulan tugas tinggi. Sebanyak 25 % siswa memiliki tingkat standart keunggulan tugas sedang. Siswa yang mempunyai standart keunggulan prestasi diri sendiri tinggi sebesar 79,17 %, dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena siswa semakin tertarik pada kegiatan pembelajaran dengan metode quantum learning dan siswa juga membawa buku referensi lain selain LKS, siswa berusaha untuk memahami konsep akuntansi yang dijelaskan 92 guru dan siswa merasa percaya diri dengan tugas yang telah diselesaikan. Dari hasil wawancara pasca penilitian dengan beberapa siswa yang mengalami peningkatan secara signiikan, bahwa siswa ingin mendapatkan nilai test yang lebih baik dari sebelumnya. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 48,74 % dari siklus sebelumnya. Sebanyak 20,83 % siswa memiliki tingkat standart keunggulan prestasi diri sendiri sedang. Siswa yang mempunyai standart keunggulan tugas orang lain tinggi sebesar 83,33% , dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena siswa sangat antusias untuk meningkatkan prestasi mereka dan berani bersaing dengan teman-temannya. Hal tersebut terlihat pada saat demonstrasi, siswa sangat semangat dan antusias dan semangat saat kegiatan demonstrasi. Siswa tidak segan bertanya kepada demonstran dan siswa berebut untuk menjawab soal yang dibuat kelompok lain. Dari hasil wawancara pasca penelitian dengan beberapa siswa yang mengalami peningkatan signifikan, bahwa siswa ingin bersaing dengan teman-teman yang lain dan siswa juga merasa malu apabila jauh ketinggalan dengan teman lainnya. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 35,5%. Sebanyak 4, 17 % mempunyai tingkat standart keunggulan tugas orang lain sedang dan 12,5 % adalah siswa yang memiliki standart keunggulan prestasi orang lain tingkat rendah. Prosentase siswa yang menunjukan kekreatifannya dalam kelompok sebesar 74,07 %, prosentase siswa yang inovatif dalam kelompok sebesar 70,37 % dan prosentase siswa yang akti saat demonstrasi dan tanya jawab sebesar 92,59 %. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari siklus sebelumnya masing-msing, 25,92%, 29, 63 % dan 51,85 %. Dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena pada saat kegiatan demonstrasi tiap kelompok menggunakan media kertas karton, lap top dan lcd projekctor. Selain itu, selama proses pengulangan yaitu saat demonstran menawarkan soal kepada siswa yang menjadi audience, para siswa antusia menjawab soal tersebut dan siswa 93 juga mampu mrmberikan pendapat dan bertanya saat kegiatan demonstrasi. Dari hasil wawancara dengan siswa pasca penelitian, hal itu disebabkan karena siswa merasa nyaman berada di ruang multimedia dengan fasilitas ruang ber-ac, siswa juga merasa bahwa dalam pembelajaran ini siswa merasa bebas belajar dengan menggunakan segala fasilitas dan bebas untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hasil tes siswa setelah penerapan metode quantum learning mengalami peningkatan dan ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50. Sebayak 92,59 % siswa tuntas dalam mengerjakan soal dari materi Kertas Kerja dan Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Neraca), sedangkan 7,41 % siswa tidak tuntas. Siswa yang tidak tersebut kurang teliti dalam mengerjakan soal. Tabel 4.2 Tabel Pencapaian Hasil Penelitian Siklus II SIKLUS II Aspek Tinggi Sedang yang Diukur ∑ % ∑ % Standart 18 75 6 25 Keunggulan Tugas Standart Keunggulan 19 25 5 20,83 Prestasi Diri Sendiri Standart Keunggulan 20 83,88 1 4,17 Prestasi Orang Lain Keterangan: 1. Simbol ∑ adalah jumlah siswa 2. Simbol % adalah simbol prosentase ketercapaian Rendah ∑ % 0 0 0 0 3 12,5 94 SIKLUS II 3. 4.17%12.5% 75% 83.33% 25% 20.83% 79.17% Standart Keungulan Tugas Tinggi Standart Keungulan Tugas Rendah Standart Keungulan Tugas Sedang Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Tinggi Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Sedang Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Rendah Standart Keunggulan Prestasi orang lain Tinggi Standart Keunggulan Prestasi orang lain Sedang Standart Keunggulan Prestasi orang lain Rendah Gambar 4.2 Gambar Hasil Penelitian Siklus II Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Tes Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Quantum Learning No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Siswa Adi Sutrisno Agung Setiawan Ana Kurnia Widyowati Anindya Elfa Santika Ariyanti Tri Nugroho Bagus Setiawan SP Bagus Sulistyo Putro Bara Pranata Debby Mardalina Ayu N Desian Vio Alvianto Diah Mitakul Janah Edho Rakyan Wicaksono Enggar Naida Ulfah Findo Hakim Guna N Habraham Okky Fauzy Hanafi Tri Indarto Hardito Bhakti N Iin Samsi Yanik Muh. Sadam Husain Muhamad Yusuf Sebelum 60 60 90 80 95 75 70 70 90 60 90 60 95 60 80 90 70 90 60 60 Sesudah 95 65 95 100 98 67 55 65 95 65 98 94 100 65 65 100 100 100 50 66 95 21 22 23 24 25 26 27 Rahmad Bangun Saputro Ravika Rizky Nur A Ribut Ari Bawa Ryan Ganang Kurnia Sefrilia Sri Bintang Wicaksono Novia Catur 60 90 70 70 90 60 60 66 96 68 86 100 66 70 d. Refleksi Tindakan Siklus Kedua Berdasarkan hasil observasi tindakan dari siklus kedua, maka peneliti dapat melakukan analisa yang ditinjau dari kebaikan guru, kebaikan siswa, kelemahan guru dan kelemahan siswa di siklus pertama. Kebaikan guru pada siklus kedua yaitu persiapan materi pembelajaran oleh guru dilaksanakan secara baik dan lengkap, guru berhasil memotivasi siswa agar tidak mudah putus asa, semakin kreatif, inovatif dan aktif selama proses pembelajaran dan guru dapat menyediakan tempat yang nyaman dan menyenangkan dengan fasilitas memadai, guru telah menyediakan instrumen musik sesuai dengan permintaan siswa yaitu dengan tempo lebih cepat. Kebaikan siswa pada siklus kedua yaitu adanya peningkatan yang luar biasa dari segi keaktivan, inovatif dan kekreatifan siswa dalam kelompok selama demonstrasi. Siswa semakin berusaha untuk mengerti konsep dari pembelajaran akuntansi dengan quantum learning. Siswa tidak segan dan tidak malu untuk bertanya maupun mengeluarkan pendapat mereka saat kegiatan demonstrasi. Siswa berani bersaing saat mengerjakan soal yang diberikan demonstran. Kelemahan guru pada siklus kedua yaitu guru kurang tegas dalam menegur siswa yang masa bodoh saat ada kelompok yang sedang mendemonstrasikan hasil kerjanya. Kelemahan siswa pada siklus kedua yaitu siswa masih harus dimotivasi terlebih dahulu agar siswa mau bertanya dan mengerjakan soal dari demonstran. 96 Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di atas, maka tindakan yang harus dilakukan adalah: 1). Guru hendaknya bertindak lebih tegas kepada siswa yang kurang memperhatikan pada saat kegiatan pembelajaran 2). Guru perlu mengenal siswa secara pribadi agar dapat memantau perkembangan siswa dan membantu kesulitan siswa selama pembelajaran. D. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan metode quantum learning dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Hal tersebut dapat dilihat saat proses pembelajaran. Siswa mulai terbiasa melakukan diskusi dan menyampaikan pendapat apabila ada materi yang belum jelas, siswa semakin tertarik untuk mengerti tentang konsep akuntasi dan siswa mulai tidak putus ada serta tetap optimis dalam menghadapi kasus-kasus yang sulit dan siswa mau bersaing untuk mendapatkan nilai yang lebih baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Hasil Penelitian terhadap Motivasi Berprestasi Siswa kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta Aspek yang Diukur Standart Keunggulan Tugas Standart Keunggulan Prestasi Diri Sendiri Standart Keunggulan Prestasi Orang Lain Tinggi SIKLUS I Sedang Rendah Tinggi SIKLUS II Sedang Rendah ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 7 30,43 12 52,17 4 17,39 18 75 6 25 0 0 7 30,43 13 56,52 3 13,04 19 25 5 20,83 0 0 11 47,83 6 26,09 6 26,09 20 83,33 1 4,17 3 12,5 Keterangan: 1. Simbol ∑ adalah jumlah siswa 2. Simbol % adalah simbol prosentase ketercapaian 97 Gambar 4.3 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tabel gambar di atas adalah hasil PTK dengan penerapan metode pembelajaran quantum learning dilihat dari peningkatan motivasi berprestasi siswa. Secara umum motivasi berprestasi siswa mengalami peningkatan baik dari segi standart keunggulan tugas, standart keunggulan prestasi diri sendiri maupun standart keunggulan tugas prestasi orang lain. Peningkatan tersebut menunjukan bahwa siswa semakin terbiasa dengan pembelajaran metode quantum learning yang nyaman dan menyenangkan. Hal tersebut ditunjukan dengan prosentase siswa siswa yang mengalami perkembangan secara positif. Siswa juga menjadi terbiasa berdiskusi dengan teman satu kelompok, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kasus yang sulit, siswa mampu bersaing dalam hal tes individu, siswa terbiasa mengungkapkan pendapatnya dan siswa tidak segan bertanya kepada guru apabila siswa merasa kesulitan dalam menghadapi kasus dan tugas yang diberikan guru. 98 Peningkatan motivasi berprestasi juga dapat dilihat dari kekreatifan, keinovatifan dan keaktifan siswa dalam kelompok, siswa mengalami peningkatan yang luar biasa pada siklus kedua. Prosentase siswa yang menunjukan kekreatifannya dalam kelompok sebesar 74,07 %, prosentase siswa yang inovatif dalam kelompok sebesar 70,37 % dan prosentase siswa yang akti saat demonstrasi dan tanya jawab sebesar 92,59 %. Jumlah tersebut menunjukan bahwa siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran dengan sungguhsungguh, mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya, menggunakan media yang disediakan dnganbaik, siswa mampu mengungkapkan pendapat mereka dan siswa juga bertanya apabila mengalami kesulitan. Setelah diterapkannya metode pembelajaran quantum learning, kriteria ketuntasan minimal (KKM) mengalami peningkatan dibandingkan sebelum diterapkannya metode quantum learning. Sebelum penerapan metode ini, prosentase ketuntasan sebesar 62,96 % (17 dari 27 siswa) tetapi setelah penerapan metode quantum learning, prosentase ketuntasan hasil belajar menjadi 92,59% (25 dari 27 siswa). Prosentase tersebut didapat dari hasil tes siswa setelah diterapkannya metode quantum learning. PTK dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) refleksi tindakan. Deskripsi hasil penelitian dari PTK ini dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Observasi awal adalah langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui masalah pembelajaran yang muncul di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa masih rendah. Peneliti bersama kolaborator berdiskusi dan menerapkan metode quantum learning dalam pembelajaran 2. Peneliti bersama kolaborator menyusun RPP dan skenario pembelajaran yang kemudian dilaksanakan pada siklus pertama dengan materi pembelajaran Kertas Kerja (Work Sheet). Peneliti selaku guru memberikan penjelasan tentang prosedur metode Pembelajaran quantum learning dan mulai membagi 27 siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, di mana satu kelompok terdiri 99 dari lima hingga enam siswa. Setelah guru selesai menjelaskan matri, siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal kelompok yang diberikan oleh guru. Pertemuan berikutnya diisi dengan mendemonstrasikan hasil kerja kelompok siswa. Pertemuan Pertemuan kedua diakhiri dengan pengisian angket motivasi berprestasi dan pemberian reward kepada kelompok terbaik. Selama pembelajaran berlangsung terdapat kelemahan yang perlu diperbaiki, antara lain: Siswa masih acuh tak acuh selama kegiatan demonstrasi, siswa kurang kreati, inovatif saat mendemonstrasikan materi, siswa kurang akti selama kegiatan demonstrasi dan pengulangan. Berdasarkan kelemahan yang ada, peneliti bersama kolaborator menyusun skenario pembelajaran dan RPP untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. 3. Materi pembelajaran pada siklus kedua adalah laporan keuangan (laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca). Pembelajaran di siklus ketiga ini berlangsung lebih kreati, inovatif dan aktif dibandingkan siklus sebelumnya. Siswa sudah mulai terbiasa dengan metode quantum learning dan masing-masing anggota kelompok juga sudah mampu bekerjasama dengan baik dengan anggota kelompok yang lain untuk mendemonstrasikan hasil kerjanya secara kreati dan inovatif. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berani mengungkapkan pendapat jika belum dimotivasi oleh guru, tetapi secara umum metode pembelajaran quantum learning pada siklus kedua ini sudah berjalan dengan baik dan lancar. Motivasi berprestasi siswa meningkat baik dilihat dari standart keunggulan tugas, standart keunggulan prestasi diri sendiri dan standart keunggulan prestasi orang lain. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat dipaparkan bahwa guru berhasil meningkatkan motivasi berprestasi siswa dengan penerapan metode quantum learning. Kekreatifan, keinovatifan dan keaktifan siswa juga mengalami peningkatan.hal ini dapat dilihat saat siswa mendemonstrasikan hasil kerja kelompok mereka dengan media dan fasilitas yang telah disediakan, keberanian siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat saat kegiatan demonstrasi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi 100 mengalami peningkatan. Keberhasilan tersebut dapat dilihar dari indikatorindikator sebagai berikut: 1. Siswa semakin optimis untuk mengerjakan tugas secara individu dan dalam mengerjakan kasus yang sulit, siswa tidak mudah putus asa dan segan untuk bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Siswa menunjukkan tanggung jawab mereka masing-masing dengan mengerjakan dan mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru secara berkelompok (Standart keunggulan tugas. 2. Siswa semakin tertarik pada kegiatan pembelajaran akuntansi dengan metode quantum learning dan siswa juga membawa buku referensi lain selain LKS, siswa berusaha untuk memahami konsep akuntansi yang dijelaskan guru dan siswa merasa percaya diri dengan tugas yang telah diselesaikan (Standart keunggulan prestasi diri sendiri). 3. Siswa sangat antusias untuk meningkatkan prestasi mereka dan berani bersaing dengan teman-temannya. Hal tersebut terlihat pada saat demonstrasi, siswa tidak segan bertanya kepada demonstran dan siswa berebut untuk menjawab soal yang dibuat kelompok lain (standart keunggulan prestasi orang lain). 101 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) refleksi tindakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal tersebut didukung oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1. Standart keunggulan tugas siswa pada tingkat tinggi mengalami peningkatan dari 30,43% (7 siswa) pada siklus pertama menjadi 75% (18 siswa) pada siklus kedua, tingkat sedang dari 52,17 (12 siswa) menjadi 25 % (6 siswa) dan tingkat rendah dari 17,39 %(4 siswa) menjadi 0 %; 2. Standart Keunggulan prestasi diri sendiri pada tingkat tinggi mengalami peningkatan dari 30, 43 (7 siswa ) menjadi 79,17 % (19 siswa); tingkat sedang dari 56,52 % (13 siswa) menjadi 20,83 % (5 siswa) dan tingkat rendah dari 13,04 % (3 siswa) menjadi 0 %; 3. Standart keunggulan prestasi orang lain pada tingkat tinggi dari 47, 83 % (11 siswa) menjadi 83,33 % (20 siswa), tingkat sedang dari 26,09 % (6 siswa) menjadi 4,17 % (1 siswa) dan tingkat rendah dari 26,09 % (6 siswa) menjadi 12,5 % ( 3 siswa). B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dikaji implikasinya, baik impllikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa 73 102 pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi. Motivasi berprestasi siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari tiga hal yaitu standart keunggulan tugas, standart keunggulan prestasi diri sendiri dan standart keunggulan prestsi orang lain. Motivasi berprestasi merupakan daya dorong bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi serta berlatih lebih maksimal agar tercapai prestasi yang diinginkan. Daya dorong itu dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan salah satu daya dorong dari luar yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa agar siswa semakin bersemangat untuk menggapai prestasinya. Siklus pertama sampai siklus kedua dalam penelitian ini menunjukan hasil positif dari kegiatan pembelajaran siswa. Siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak mudah putus asa apabila mendapatkan kasus sulit, siswa tidak segan untuk bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan, siswa semakin aktif, inovatif dan kreatif dalam kelompok mereka dan siswa semakin percaya diri akan hasil kerja mereka. Pembelajaran dalam kelompok membuat siswa bebas, nyaman dan senang dalam mengungkapkan pendapat. 2. Implikasi Praktis Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan metode pembelajaran quatum learning dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi siswa. Hasil penelitian tersebut menjadikan guru mata pelajaran akuntansi termotivasi untuk melakukan peningkatan motivasi berprestasi siswa di kelas lain dengan menerapkan metode pembelajaran quantum learning karena metode pembelajaran ini adalah metode pembelajaran yang memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Selain itu, guru mata pelajaran akuntansi juga menjadi lebih optimis dalam melakukan perbaikan dari metode pembelajaran yang selama ini diterapkan, yaitu dengan menjadikan ceramah sebagai sebuah sarana dan bukan yang utama dalam memberikan pemahaman materi pembelajaran akuntansi yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. 103 C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Guru hendaknya selalu memotivasi siswa untuk terus berprestasi dengan rasa percaya diri dan tanpa putus asa agar tujuan siswa untuk terus berprestasi dapat terwujud. b. Guru hendaknya dapat memilih penerapan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. c. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat dikemas menjadi lebih menarik bagi siswa dan proses pembelajaran di dalam kelas. d. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas sehingga pembelajaran apapun yang akan diterapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar. 2. Bagi Siswa a. Metode pembelajaran quantum learning dapat dijadikan sebagai obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan terhadap belajar, karena metode quantum learning memberikan kebebasan untuk siswa dapat mengekspresikan diri menjadi siswa yang lebih inovatif dan kreatif. b. Metode pembelajaran quantum learning dapat membantu siswa untuk mengembangkan keahlian dari materi yang dipelajari seperti halnya materi akuntansi. 3. Bagi Sekolah a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru dalam bentuk bimbingan dan pembinaan tentang metode pembelajaran inovatif dan efektif agar keberhasilan pembelajaran di dalam kelas dapat tercapai. b. Sekolah sebaiknya membuka kerja sama dengan pihak eksternal seperti peneliti atau lembaga pendidikan agar kesempatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lebih terbuka dengan adanya masukan dari pihak lain. 104 DAFTAR PUSTAKA Asep Jihad&Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multipressindo. Gino, dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta:UNS Pers. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press. De Porter,Bobbi dan Mike Hernachi. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Fasti Rola. 2006. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. USU Repository (Jurnal Psikologi):Universitas Sumatera Utara Harti. 2009. Pembelajaran dengan Model Quantum Learning dan Simulasi Peran Ditinjau dari Motivasi Belajar. Surakarta:UNS. Iskandar, Dr. M. Pd. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press. Karyono. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Quantun Learning Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Memperhatikan Minat Belajar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester I SMA Negeri Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis:UNS Kristini. 2003. Pengaruh Penggunaan Metode Mengajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Tentang Pengetahuan Lingkungan Hidup. Tesis:UNS. 105 Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution. 2005. Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Motivasi Berprestasi. Jurnal Psikologia:Universitas Sumatera Utara. Moelyati dkk. 2001. Siklus Akuntansi Untuk Tingkat 1 SMK Kelompok Bisnis dan Manajemen. Jakarta: Yudhistira. Moh. Nazir, D. 2000. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia Nanang Hanaiah&Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:Refika Aditama. 76 Ngadiman, dkk. 2007. Dasar-Dasar Akuntansi. Surakarta:UNS Pers. Setia Putri Ambarwati. 2010. Penerapan Model Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran(Mind Mapping) pada Mata Pelajaran Ekonomi sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akselerasi SMA N I Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi:UNS Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Guru Rayon 13. Sertifikasi Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:Bumi Aksara Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta:PT Gramedia. Zianal. Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya.