penerapan metode pembelajaran quantum learning untuk

advertisement
26
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI/AKUNTANSI KELAS XI IPS 3
SMA NEGERI 8 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:
Kristina Elisabet Lilis Setyowati
X.7406031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di zaman modern sekarang ini, setiap negara dituntut untuk memililiki
sumbar daya manusia yang cerdas dan berkompeten dalam bidangnya serta dapat
mengoperasikan alat komunikasi dan informasi yang semakin canggih. Untuk
medapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sangat tergantung pada
sistem pendidikan yang diimplementasikan di sekolah formal maupun non formal.
Peningkatan mutu pendidikan formal tidak akan terlepas dari komponenkomponen yang melekat dan saling berkaitan,diantaranya siswa, guru dan metode
pembejaran yang dipakai. Komponen-komponen tersebut memegang peranan
penting
dalam
keberhasilan
proses
belajar
mengajar,
sehingga
akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu, keberhasilan dalam belajar, juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti minat belajar, motivasi belajar,
kurikulum, sarana dan prasarana belajar dan metode pembelajaran.
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
pembaharuan dalam tingkah laku. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu
tergantung kepada dua faktor. Faktor tersebut antara lain faktor dari dalam
individu dan faktor dari luar individu (sosial). Faktor dari dalam individu antara
lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi, sedangkan yang termasuk faktor sosial seperti faktor keluarga/keadaan
rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, fasilitas belajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia, ekonomi keluarga dan motivasi sosial.
Dalam penelitian ini, hanya akan membahas satu faktor saja yaitu tentang
peningkatan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan
untuk berbuat yang sebaik mungkin, dimana dorongan tersebut dapat timbul dari
dalam maupun dari luar, untuk memperoleh hasil yang terbaik sesuai dengan
kondisi yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai motor penggerak untuk menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
merupakan pendeorong bagi siswa untuk mencapai prestasi secara maksimal.
1
28
Salah satu rangsangan yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi
siswa dalam belajar adalah metode yang dipakai guru dalam menyampaikan
materi dan mengelola kelas. Dalam hal ini, yang akan dikaji adalah metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada jurusan Ilmu pengetahuan
Sosial (IPS).
Akuntansi merupakan mata pelajaran pokok di Sekolah Menengah
Atas(SMA) pada jurusan IPS. Dalam mempelajari akuntansi, dituntut adanya
ketelitian, ketrampilan, dan kejelian. Karena setelah siswa lulus dari SMA siswa
dituntut untuk mampu terjun ke dunia usaha yang sesuai dengan keahlian dan
keterampilan yang dimiliki.
Mata pelajaran akuntansi sangat menarik untuk dipelajari, tapi terkadang
siswa merasa malas dan tidak bergairah untuk mengikuti proses belajar akuntansi,
dan pada akhirnya siswa kesulitan untuk menguasai materi, terutama dalam
menyelesaikan transaksi-transaksi yang rumit. Seperti yang diungkapkan oleh
siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta yaitu Ravika dan Edho, mereka
menganggap bahwa akuntansi adalah pelajaran yang cukup membosankandan
rumit karena mereka hanya menghadapi angka-angka yang cukup banyak dan
membutuhkan ketelitian tinggi dalam mengerjakan dan menghitungnya.
Dari hasil observasi awal yang telah penulis laksanakan, kegiatan belajar
mengajar (KBM) siswa SMA Negeri 8 Surakarta kelas XI IPS 3 dapat dipaparkan
sebagai berikut. Motivasi berprestasi siswa khususnya pada mata peljaran
ekonomi/akuntansi masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat saat proses
pembelajaran akuntansi berlangsung. Masih adanya siswa yang sering membuat
kegaduhan di dalam kelas sambil bercanda dengan temannya serta siswa yang
kurang memperhatikan materi saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,
siswa juga pasif, kurang kreatif dan inovatif dalam mengatasi kasus-kasus yang
diberikan oleh guru. Kondisi seperti itu menyebabkan para siswa sulit untuk
menyimpan apa yang dipelajari ke dalam memori otak mereka, dan pada akhirnya
mereke kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Selain itu,
29
metode yang digunakan guru dalam mengajarpun juga masih bersifat
konvensional sehingga siswa merasa jenuh dengan kondisi KBM yang monoton.
Dengan metode yang masih konvensional itu, siswa masih merasa jenuh,
kaku dalam mengikuti proses belajar mengajar. Itu terlihat pada saat siswa
mengerjakan kasus-kasus yang menurut siswa sulit, siswa masih enggan bertanya
kepada guru karena siswa merasa takut dan malu kepada guru dan teman
sebayanya. Hal itu menyebabkan motivasi berprestasi siswa rendah sehingga
prestasi belajar juga rendah. Dari hasil ulangan akhir semester gasal, prosentasi
siswa yang lulus KKM sebesar 62,96% (17 siswa) dan 37,04% (10 siswa) tidak
lulus KKM.
Menurut guru akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta, bapak
Joko Trisianto , S. Pd, motivasi berprestasi siswa kelas XI IPS 3 masih sangat
rendah. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor
lingkungan sekolah sendiri yang terkadang tidak memungkinkan untuk belajar
serta teman sebaya yang kurang mendukung dalam belajar. Menurut beliau, saat
proses pembelajaran sedang berlangsung masih banyak siswa yang asyik dengan
kegiatannya sendiri, tidak mau bertanya kepada guru saat mereka kesulitan
mengerjakan soal, jadi terkadang guru merasa kesulitan dalam mengajar dan
mengendalikan kelas. Selain itu, dalam mengertjakan soal, siswa hanya
mengandalkan LKS dan catatan yang diberikan guru tanpa mencari buku-buku
yang relevan yang dapat digunakan sebagai referensi. Menurut beliau hanya
sekitar 30 % siswa saja yang aktif bertanya kepada guru ketika siswa merasa
kesulitan. Untuk dapat mengetahui siswa yang mana yang belum mengerti tentang
materi yang diajarkan, guru harus memberikan umpan agar siswa tidak malu atau
takut untuk bertanya.
Dalam kondisi seperti itu, peneliti ingin mencoba mengkaji lebih lanjut
khususnya bagaimana cara meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Untuk terus
meningkatkan motivasi berprestasi siswa, maka guru harus memiliki kemampuan
memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat serta sesuai dengan
pokok bahasan tertentu dan tingkat kemampuan siswanya. Salah satu metode yang
30
dapat diterapkan adalah metode quantum learning, membiasakan belajar nyaman
dan menyenangkan.
Quantum learning memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh
proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat
serta membuat belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat.
Selain itu, quantum learning merupakan metode belajar yang tepat, efektif dan
dapat meningkatkan kemampuan diri dan motivasi diri untuk menjadi yang lebih
baik dan bersemangat dalam belajar.
Bagi siswa yang merasa bahwa belajar adalah pekerjaan yang
menjenuhkan, maka quantum learning sebagai obat penawar yang menghidupkan
dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan terhadap belajar. Karena
dalam quantum learning, siswa dapat mengekspresikan apa yang menjadi buah
dari pemikirannya dengan tanggung jawab yang penuh sehingga siswa dapat
mengembangkan keahlian dari materi yang dipelajari secara inovatif dan kreatif
tanpa ada rasa takut dan perasaan tertekan.
Quantum leaning akan berlangsung dengan syarat menggunakan
rancangan pembelajaran dan guru yang tepat. Rancangan pembelajaran quantum
learning merupakan kepanjangan dari TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan). Kerangka TANDUR dapat membawa
siswa menjadi tertarik dan termotivasi pada setiap pelajaran apapun, tingkat kelas,
dan beragam budayanya, jika para guru betul-betul menggunakan prinsip-prrinsip
atau niali-nilai dalam quantum learning. Rancangan ini juga memastikan bahwa
mereka mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi
mereka sendiri dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar. Dengan
metode pembelajaran quantum learning ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan
motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran akuntansi sehingga keberhasilan
dalam belajarpun dapat maksimal.
Dari paparan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning
Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi/
Akuntansi Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.
31
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentiikasikan beberapa masalah penelitian antara lain:
1.
Metode pembelajaran yang selama ini digunakan guru dalam mengajar
kurang memicu motivasi berprestasi siswa .
2.
Belum adanya metode pembelajaran yang tepat sebagai pemicu peningkatan
motivasi berprestasi siswa. Oleh karena itu guru dapat menerapkan metode
quantum learning agar motivasi berprestasi siswa dapat meningkat.
C.
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, agar permasalahan yang dikaji dapat
lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah tersebut sebagai berikut:
1.
Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran akuntansi pada
kompetensi dasar membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa dengan
materi pada siklus I adalah penyusunan kertas kerja dan materi pada siklus II
adalah penyusunan laporan keungan (laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas dan laporan neraca).
2.
Masih rendahnya motivasi berprestasi siswa dikarenakan siswa kurang
antusias mengikuti proses pembelajaran. Indikator motivasi berprestasi
adalah: standart keunggulan tugas, standar keunggulan diri, standart
keunggulan orang lain. Indikator pencapaian akan dijabarkan pada bab
berikutnya.
3.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti menerapkan metode quantum
learning untun meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu
apakah motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi siswa
kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2009/ 2010 melalui
metode pembelajaran Quantum Learning dapat meningkat?
32
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan
motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS 3
SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2009/ 2010 melalui Pembelajaran
Quantum Learning.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diharapkan adalah:
1.
Memberikan informasi kepada guru atau calon guru akuntansi tentang
penggunaan metode quantum learning dalam meningkatkan motivasi
berprestasi siswa pada mata diklat akuntansi
2.
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.
33
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran Ekonomi/Akuntansi
a.
Hakikat Belajar
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilaksanakan dari
luar. Apa yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat
diketahui secara langsung hanya dengan mengamatinya. Bahkan hasil belajar
seseorang tidak langsung kelihatan tanpa seseorang melakukan sesuatu yang
menampakan hasil belajarnya.
Belajar bisa terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul
dengan orang lain, dalam mengerjakan sesuatu, suatu peristiwa dan lain
sebagainya. Tapi, perlu didiingat, tidak sembarang berada di tengah-tengah
lingkungan menjamin adanya proses belajar seseorang. Maka, agar terjadi proses
belajar, seseorang dituntut untuk melibatkan diri secara aktif.
Ada beberapa pendapat tentang definisi belajar. Menurut W. S.
Winkel(1996:53), “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap”.
Menurut Witherington dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana
(2009:7), bahwa belajar merupakan perubahan kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.
Pendapat serupa juga dikemukakan Slameto dalam Asep Jihad dan Abdul
Haris (2009:2) “Belajar dirumuskan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang utuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
7
34
Menurut Gino dkk(1998:15), ada 3 ciri yang khas dalam belajar pada
kativitas belajar manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan
belajar yakni:
1) Akitivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar
(individu yang belajar) baik aktual mauoun potensial.
2) Perubahan ini pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama.
3) Perubahan itu terjadi karena usaha.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh suatu
perubahan keterampilan dan tingkah laku serta pengetahuan baru sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b.
Hakikat Pembelajaran
Suharman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2009:11) menyatakan
bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi antara
peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan
sikap.
Pengertian pembelajaran juga dipopulerkan oleh Gino dkk (1998:32-33)
“pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan
itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relati
lama dan karena adanya usaha.” Pembelajaran memanfaatkan seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses
belajar yang sifatnya internal.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi
yang dilakukan secara disengaja oleh guru (pendidik) untuk membuat siswa
(peserta didik) belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal dan aksternal
dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi perubahan sikap pada siswa (peserta
didik). Dengan adanya usaha guru dalam pembelajaran tersebut diharapkan akan
tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
35
c.
Hakikat Pembelajaran Ekonomi/ Akuntansi
“American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam
Moelyati dkk (2001:12), mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan,
pengelompokan, dan peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata
uang, transaksi-transaksi, dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya bersifat
finansial dan penafsiran hasil-hasilnya.” Hal tersebut mengandung arti bahwa
akuntansi merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji tentang pelaporan
keuangan perusahaan berdasarkan sumber-sumber transaksi yang ada. Akuntansi
adalah sebuah proses, yang pencatatannya dilakukan secara bertahap dan
diperlukan ketelitian dalam menganalisis sumber transaksi untuk kemudian diolah
ke dalam elemen-elemen akuntansi yang diperlukan sebelum menghasilkan
laporan keuangan.
Sesuai dengan penjurusan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Surakarta,
mata pelajaran akuntansi digabungkan dengan ekonomi dan diajarkan pada siswa
kelas XI IPS, tetapi diampu oleh dua guru, satu guru untuk mata pelajaran
ekonomi dan satu guru untuk mata pelajaran akuntansi.
Pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS semester genap,
khususnya pelajaran akuntansi, terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa, yaitu:
1) Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi
2) Menasirkan persamaan dasar akuntansi.
3) Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debit dan kredit.
4) Mencatat transaksi/dokumen ke dalam jurnal umum.
5) Melakukan posting dari jurnal ke dalam buku besar.
6) Membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa.
7) Menyusun laporan keuangan perusahaan jasa.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kompetensi dasar membuat
ikhtisar siklus akuntansi perusahaan jasa dengan materi menyusun kertas kerja
dan kompetensi dasar menyusun laporan keuangan dengan materi laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca.
36
2. Motivasi Berprestasi
a.
Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong
(driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam
diri peserta didik
untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan
menyenangkan dalam rangka perubahan tingkah laku.
Menurut Echols dan Shadily dalam Gino dkk (1998:81), motivasi dapat
disamakan dengan motif. Keduanya termasuk jenis kata benda, yang berarti
alasan, sebab, daya batin, dan dorongan. Senada dengan pendapat Marriam
Webster, (Gino dkk, 1998:81), bahwa kata motif berasal dari bahasa latin, yaitu
matus yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyebabkan seseorang
bertindak. Motivasi diartikan sebagai tindakan seseorang atau proses memberikan
dorongan.
Menurut Kartono dan Dali Gulo, dalam Gino dkk (1998:81), motivasi
mengandung 2 arti yaitu:
1) Kontrol batiniah dari tingkah laku seperti yang dimiliki oleh
kondisi-kondisi fisiologis, minat-minat, kpentingan-kepentingan,
sikap-sikap dan opini-opini.
2) Kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu, sikap atau
perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada
tujuan tertentu yang telah direncanakan.
Dari teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
seseorang bertindak yang didasarkan atas sutu keingainan atau kepentingan untuk
mencapai kebutuhan arau keinginan yang telah direncanakan.
Bagi para siswa, kebutuhan dan keinginan yang ingin mereka capai
adalah prestasi yang baik. Untuk mendapatkan prestasi yang baik, maka mereka
harus mempunyai dorongan yang kuat dari dalam diri mereka sendiri untuk
mencapai prestasi tersebut. Dorongan untuk berprestasi itulah yang disebut
dengan motivasi berprestasi.
Menurut Mc Clelland dalam Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution
(2005:38-39), motivasi yang penting dalam pendidikan adalah motivasi
berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau
37
memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Mc
Clelland juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi tampak dari usaha yang
gigih untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. Ia
menyatakan bahwa motivasi berprestasi (need of achievement) adalah hasil dari
proses belajar dan dapat ditingkatkan melalui latihan.
MenurutMc Clelland dalam Fasti Rola (2006:7-8), orang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, secara umum akan memiliki ciri
umum sebagai berikut:
1) Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar.
Seperangkat standar tersebut dihubunkan dengan prestasi orang lain,
prestasi diri sendiri yang lampau, serta tugas yang harus
dilakukannya.
2) Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
3) Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan
yang dilakukannya sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang
diperoleh dari kegiatannya lebih baik atau lebih buruk.
4) Menghindarkan tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, tetapi
akan memilih tugas-tugas yang kesukarannya sedang.
5) Inovatif yaitu melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara
yang berbeda, efisien dan lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini
dilakukan agar individu dilakukan dengan cara-cara yang lebih
menguntungkan dalam mencapai tujuan.
6) Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena
tindakan orang lain dan ingin merasakan sukses atau kegagalan
disebabkan oleh tindakan individu itu sendiri
Mc Clellend dalam Kristini (2003:48),juga menunjukan dalam
percobaannya bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi,
apabila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks cenderung semakin baik
dalam melaksanakannya sehingga apabila mereka berhasil, mereka tampak
antusias untuk menelesaikan tugas-tugas lebih berat dengan lebih baik lagi.
Untuk memberikan motivasi kepada siswa agar mampu mencapai
prestasi yang tinggi, harus diciptakan adanya hubungan pribadi yang baik antara
pengajar dengan pengajar, pengajar dengan siswa, serta siswa dengan siswa.
Sehingga dengan demikian, siswa secara individual mampu mengambangkan diri
yang pada gilirannya mampu mencapai prestasi yang tinggi.
38
Dari uraian diatas, maka dapat disusun definisi operasional mengenai
motivasi berprestasi yaitu merupakan suatu dorongan baik itu yang berasal dari
dalam maupun luar diri seseorang untuk melakukan hal yang sebaik mungkin,
untuk memperoleh prestasi yang maksimal sesuai dengan tujuan atau rancangan
yang sudah direncanakan. Jadi, motivasi berprestasi merupakan daya dorong bagi
siswa untuk belajar lebih giat lagi serta berlatih lebih maksimal agar tercapai
prestasi yang yang tinggi terutama pada mata pelajaran akuntansi.
b.
Indikator Motivasi Berprestasi
Menurut Ardana dalam Kristini (2003:51), motivasi berprestasi
seseorang dapat dilihat atau disimpulkan dari adanya usaha konsisten, adanya
kecenderungan untuk bekerja terus meskipun sudah tidak berada di bawah
pengawasan atau adanya kesediaan mempertahankan kegiatan secara sukarela ke
arah penyelesaian suatu tugas.
Untuk mengenal seseorang apakah memiliki motivasi berprestasi apa
tidak, bertolak dari kesadran diri untuk mengupayakan serta menciptakan iklim
yang positi dalam lingkungan kita. Menurut Herzberg dalam Kristini (2003:52),
ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi adalah:
“Kemampuan bekerja lebih baik; menerima hal-hal yang baru serta
mempelajari segi keuntungan dan kelemahannya; menunjukan sikap
toleran dan etis dalam bekerja (kelompok); berpandangan global
(diantaranya lebih mementingkan kepentingan kelompok daripada
kepentingan pribadi); berpandangan subyektif mungkin dalam
memberikan suatu penilaian, sehingga unsur “like and dislike” tidak
mewarnai dalam penilaian”.
Bloom dalam Kristini, (2003:52) memberikan penjelasan tentang
motivasi berprestasi yaitu:
(1) melakukan suatu tugas dengan sebaik-baiknya, (2) melaksanakan
sesuatu dengan sukses, (3) mengerjakan sesuatu dan menyelesaiakan
tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan, (4) ingin menjadi
terkenal dan terpandang, (5) mengerjakan sesuatu tugas yang sangat
berani atau penting, (6) mengerjakan pekerjaan yang sukar dengan baik,
(7) menelesaikan suatu teka-teki dan suatu yang sukar, (8) melakukan
sesuatu yang lebih baik dari orang lain, dan (9) menulis novel atau cerita
yang hebat dan bermutu.
39
Mc Clelland dalam Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution (2005:3839) juga mengartikan motivasi sebagai standart of excellence atau standart
keuanggulan tugas. Teori dari Mc Clelland tersebut juga diperkuat oleh Eccles
bahwa motivasi berprestasi adalah kecenderungan seseorang untuk berusaha
mencapai kesuksesan, untuk mengevaluasi prestasi dengan standart keuanggulan
dan akan merasa puas dengan prestasi yang diraihnya.. Pendapat Mc Clelland dan
Eccles tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa standart keunggulan atau standart
of excellence merupakan salah satu indikator untuk mengukur motivasi
berprestasi.
Penjabaran dari standar keunggulan tersebut dikemukanan oleh Monks
dan Knoers dalam Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution (2005: 39), bahwa
standart of excellence atau standart keunggulan, berhubungan dengan:
1) Standart keuanggulan tugas yang harus dilakukan, berarti siswa ingin
menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Tugas merupakan tantangan
tersendiri bagi siswa
2) Standart keunggulan prestasi diri sendiri yang telah lampau, berarti
siswa ingin berbuat melebihi prestasinya yang telah lalu, ingin
menghasilkan lebih baik daripada apa yang telah dihasilkan semula.
3) Standart keuanggulan prestasi orang lain, artinya bahwa siswa ingin
berbuat lebih baik daripada apa yang telah diperbuat oleh orang lain.
Dari teori-teori diatas, maka dapat disusun suatu indikator tentang
motivasi beprestasi yaitu:
1) Standart keunggulan tugas, meliputi:
a) Cenderung bertindak kreatif dan inovatif
b) Cenderung mengambil resiko sedang, artinya tindakan yang akan
ditempuh sesuai dengan situasi dan kondisi kemampuan yang dimilikinya.
c) Menggunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang efektif guna
tercapainya prestasi
d) Adanya kecenderungan untuk bekerja terus dan konsisten meskipun sudah
tidak dalam pengawasan.
2) Standart keunggulan prestasi diri sendiri, meliputi:
a) Ingin menambah pengetahuan dengan melakukan kerja baik.
b) Menyelidiki dan memanfaatkan lingkungan serta sumber-sumber yang ada
40
c) Belajarnya dilakukan secara unik dan inovatif
3) Standart keunggulah prestasi orang lain, meliputi:
a) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain
b) Ingin menjadi tekenal dan terpandang dalam suatu bidang tertentu
c) Memiliki tanggung jawab pribadi lebih besar dalam menghadapi suatu
tugas.
Indikator diatas akan dirinci lagi menjadi butir-butir angket yang terdapat
pada kisi-kisi angket motivasi berprestasi.
Tabel 2.1 Tabel Indikator Ketercapaian Motivasi Berprestasi siswa
Aspek yang diukur
Standart keunggulan tugas,
meliputi:
1. Berusaha agar tidak
gagal
2. Keinginan untuk berhasil
3. Menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
4. Senang memecahkan
masalah yang dihadapi
Standart keunggulan
prestasi diri sendiri,
meliputi:
1. Senang membaca bukubuku untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru
2. Senang bereksperimen
untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan
3. Belajar secara terjadwal
4. Tidak mudah putus asa
5. Berusaha mendapatkan
hal-hal yang baru
6. Tidak suka
menggantungkan orang
lain
7. Mudah mengantisipasi
lingkungan
Persentase
target
capaian
Cara mengukur
70%
Dengan angket, diamati saat
pembelajaran
dengan
menggunakan lembar observasi
dan dihitung dari jumlah siswa
yang menunjukkan perhatian dan
kesungguhan dalam KBM serta
siswa yang mampu memberikan
inovasi dan kreatif.
70%
Dengan angket, diamati saat
pembelajaran
dengan
menggunakan lembar observasi
dan dihitung dari jumlah siswa
yang menunjukkan perhatian dan
kesungguhan serta keaktifan siswa
dalam KBM
41
Standart
keunggulan
prestasi orang lain meliputi:
1. Memanfaatkan
kesempatan
untuk
keberhasilan
2. Kejelian
menangkap
peluang yang ada
Dengan angket, diamati saat
pembelajaran
dengan
menggunakan lembar observasi
oleh peneliti dan dihitung dari
jumlah siswa yang paling antusias
dalam mengikuti KBM
70%
3. Metode Pembelajaran Quantum Learning
a.
Pengetian Metode Pembelajaran Quantum Learning
Metode pembelajaran dalam operasionalnya dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode pembelajaran, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, situasi
karakteristik materi akuntansi dan karakteristik siswa sebagai individu yang
memiliki emosi, kesenangan atau hobi. Diantaranya metode quantum learning.
De Porter dan Mike Hernacki (2002:16) istilah quantum adalah
“interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah
pembelajaran quantum learning adalah “interaksi-interaksi yang mengubah energi
menjadi energi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Di samping itu,
dalam
pembelajaran
kuantum
diyakini
juga
adanya
keberagaman
dan
interdeterminisme. Konsep dan keyakinan lebih pada analogi rumus Teori
Relavitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein. Hal ini
tampak bila disimak pernyataan De Porter bahwa “Rumus yang terkenal dalam
fisika quantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi
(E=mc2)”. Sebagai siswa, bertujuan meraih cahaya sebanyak mungkin cahaya:
interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Menurut
teori
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
prinsip-prinsip
pembelajaran quantum bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi
prinsip-prinsip fisika quantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitas
Einstein, hanya analogi atau konsep saja. Jadi, akar konsep landasan pembelajaran
quantum bukan fisika quantum.
Konsep-konsep kunci quantum learning dalam strategi pembelajaran
adalah:
42
1) Tori otak kanan/kiri
2) Teori otak triune(3 in 1)
3) Pilihan modalitas(visual, auditorial dan kinestetik)
4) Teori kecerdasan ganda
5) Pendidikan holistik(menyeluruh)
6) Belajar berdasarkan pengalaman
7) Belajar dengan simbol (metaphoric learning)
8) Simulasi atau permainan
b.
Karakteristik Metode Pembelajaran Quantum
Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat
menguatkan
pembelajarannya.
Menurut
Sugianto
(2008:69),
beberapa
karakteristik umum yang tampak membentuk pembejaran quantum sebagai
berikut:
Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai. Pandangan
tentang pembelajaran, belajar dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan dan
dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori isika quantum.
Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivis empiris,
“hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat
perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari
pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan
hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha dilakukan manusia patut
dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Semua menunjukan
bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam persepektif humanistis.
Pembelajaran quantum lebih bersifat kontruktifis, bukan positivistis
empiris, behavioristis. Nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran quantum
relatif kuat. Pembelajaran quantum menekankan pentingnya peranan lingkungan
dalam mewujudkan pembelajaran yang efekti dan optimal dan memudahkan
keberhasilan tujuan pembelajran. Pembelajaran quantum berupa memadukan,
43
menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku
pembelajar degan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Karena itu pembelajaran
quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi
interaksi yang bermutu dan bermakna. Komunikasi menjadi sangat penting dalam
pembelajaran quantum.
Pembelajaran quantum menekankan pada pemercepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi. Pembelajaran diandaikan sebagai lompatan
quantum. Menurut pembelajaran quantum, proses pembelajaran harus berlangsung
cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang
dapat melambatkan proses pembelajaran harus diingkirkan, dihilangkan atau
dieliminasi. Berbagai kiat, cara dan teknik pembelajaran quantum dapat
dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan,
lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi
segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan harus dihilangkan pada satu sisi
yang lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus
diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
Pembelajaran quantum menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan
dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai dan
menyenangkan, sedangkan keartiisaialan dan kepura-puraan menimbulkan
suasana tegang, kaku dan membosankan.
Pembelajaran quantum menekankan dan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak
bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Sehingga segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan
kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar. Dalam hubungan ini
perlu perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi
pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai.
44
Dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajaran ke dalam dunia pengajar
pada satu pihak dan pihakyang lain pembelajar.
Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana
yang memberdayakan,
landasan kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung dan rancangan
belajar yang dinamis. Isi pembelajaran melipti penyajian yang prima,
pemfasilitasan yang lentur, ketrampilan belajar-untuk-belajar dan ketrampilan
hidup. Konteks danisi tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah
orkestra yang memainkansimoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan
kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional
akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi;ibaratnya permaianan
simoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.
Pembelajaran quantum memusatkan pada pembentukan ketrampilan
akademis, ketrampilan(dalam) hidup dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya
harus diperhatikan, diperlakukan dan dikelola secara seimbang dan relatif sama
dalam proses pembelajaran;tidak bisa hanya salah satu diantaranya. Sehingga
kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar dapat terwujud kombinasi
harmonis antara ketrampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal.
Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan tertentu proses
pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu pembelajaran harus memiliki nilai dan
keyakinan tertentu yang positi dalam proses pmenelajaran.
Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan
dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Denganperlu diakui
keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitasaktivitas pembelajar yang beragam dan digunakannya bermacam-macam kiat dan
metode pembelajaran.
Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat
pembelajar bisa berlangsung lebih nyaman dan hasil optimal.
45
c.
Prinsip Utama Pembelajaran Quantum Learning
Prinsip dapat diartikan sebagai suatu aturan aksi atau perbuatan yang
diterima atau dikenal dan sebuah huluman, aksioma atau doktrin fundamental.
Pembelajaran quantum juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma dan
atau doktrin undamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar. Dalam
Sugiyanto (2008:74), ada tiga macam prinsip utama yang membangaun
pembelajaran quantum. Tiga prinsip tersebut adalah:
Prinsip pertama, bawalah dunia mereka(pembelajar) ke dalam dunia
kita(pengajar) dan dunia kita(pengajar) ke dalam dunia mereka(pembelajar). Jadi
guru harus membawa siswa untuk terus berkonsentrasi terhadap pelajaran yang
disampaikan, agar proses belajar mengajar tetap kondusif. Kondusif bukan berarti
siswa harus tegang dalam mengikuti pelajaran, namun guru harus mampu
membawa siswa dalam kondisi yang rileks, menarik dan tetap terkontrol sehingga
konsentrasi tetap terjaga.
Prinsip ke dua, proses pembelajaran merupakan permainan orkes
simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, permainan simoni ini memiliki
struktur dasar chord. Struktur dasar ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar
pembelajaran quantum. Prinsip-prinsip dasar ada 5 yaitu:
1) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
2) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan
3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penanaman
4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
5) Sadarilah sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan
Prinsip ke tiga bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya
suatu keuanggulan. Adapun prinsip keunggulan sebagai berikut:
1) Terapkan hidup dalam integritas
2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
3) Berbicara dengan niat baik
4) Tegaskanlah komitmen
5) Jadilah pemilik
6) Tetaplah lentur dan pertahankan keseimbangan
46
d.
Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning
Untuk memudahkan mengingat dan untuk keperluan operasional
pembelajaran quantum, dikenal dengan konsep TANDUR yang merupakan
akronim dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
Unsur-unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi pendekatan quantum.
Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan
berminat pada mata pelajaranyang dipelajari, tingkat kelas, dengan beragam
budayanya, jika para guru betul-betul menggunakan prinsip-prinsip tau nilai-nilai
pembelajaran quantum. Kerangka ini juga juga memastikan bahwa mereka sendiri
dan akhirnya mencapai kesuksesan dalam belajar. Kerangka Perancangan
Pembelajaran dan konsep TANDUR quantum learning menurut Sugianto
(2008:79) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Konsep TANDUR Quantum Learning
No
1
Konsep
TANDUR
Tumbuhkan
2
Alami
Mengapa
Karena Konsep
Tumbuhkansebagai
konsep operasional
dari prinsip
“Bawalah dunia
mereka ke dunia
kita”, Dengan usaha
penyertaan siswa
dalam pikiran dan
emosi, mereka dapat
menjalin dan
kepemilikan besama
atau kemampuan
saling memahami
Karena unsur ini
memberi
pengalaman kepada
siswa dan manfaat
meningkatkan hasrat
alami otak untuk
menjelajah
Pertanyaan
Tuntunan
Hal apakah
yang mereka
pahami? Apa
yang mereka
setujui?
Apakah
manfaat atau
makna materi
pelajaran
tersebut bagi
mereka? Pada
bagian apa
mereka
tertarik atau
bermakna?
Cara apa
yang terbaik
agar siswa
memahami
informasi?
Permintaan
atau kegiatan
apa yang
memanaatkan
Strategi
Sertakan
Pertanyaan,
pantomim,
lakon pendek
dan lucu,
drama, puisi,
video dan
cerita
Gunakan
jembatan
keledai,
permaianan
dan simulasi.
Perankan
unsur-unsur
pembelajaran
baru dalam
47
3
Namai
4
Demonstrasikan
pengetahuan
yang sudah
mereka
miliki?
Permainan
dan kegiatan
apa yang
memasilitasi
“kebutuhan
untuk
mengetahui”
mereka?
Penanaman
Perbedaan
memuaskan hasrat
apa yang
alami otak untuk
perlu dibuat?
memberikan
Apa yang
identitas,
harus kita
menguatkan dan
tambahkan
mengidentifikasikan, pada
penanaman dibangun pengertian
di atas pengetahuan
mereka?
itu. Penanaman
Strategi, kiat
adalah saatnya untuk jitu, alat
mengajarkan konsep, berpikir apa
ketrampilan berpikir yang berguna
dan strategi belajar.
untuk mereka
ketahui atau
mereka
gunakan?
Memberikan siswa
Dengan cara
peluang untuk
apa siswa
menterjemahkan dan dapat
dan menerapkan
memperagak
pengetahuan mereka an tingkat
ke dalam
kecakapan
pembelajaran yang
mereka
lain, yaitu dalam
dengan
permasalhan riil,
pengetahuan
sekaligus
yang baru?
memberikan
Kriteria yang
kesempatan kepada
dapat
mereka untuk
membantu
menunjukan tingkat guru dan para
pemahaman atau
siswa
penguasaan mereka
mengambang
terhadap materi yang kan bersam
bentuk
sandiwara.
Berikan
mereka tugas
individu dan
atau kelompok
dan kegiatan
yang
mengaktifkan
pengetahuan
yang mereka
miliki.
Gunakan
susunan
gambar,
warna, alat
bantu, kertas
tulis dan poster
di dinding dan
komputer. Jika
anda
menggunakan
jembatan
keledai atau
metaora,
gunakan tahap
ini.
Mempraktekan
program,
membuat
animasi,
membuat
video
menyusun
laporan,
menyelesaikan
kasus atau
soal,
menganalisis
data dan
seterusnya.
48
telah dipelajari
5
Ulangi
Pengulangan
memperkuat koneksi
saraf dan
menumbuhkan rasa
“aku tah bahwa aku
tahu ini”. Jadi
pengulangan harus
dilakukan secara
multimodalitas dan
multikecerdasan,
lebih baik dalam
konteks yang
berbeda dengan
adanya (permaianan,
presentasi dan
seterusnya)
6
Rayakan
Jika layak dipelajari,
maka layak pula
dirayakan! Perayaan
memberikan rasa
“rampung”. Untuk
menghormati usaha,
ketekunan dan
kesuksesan belajar,
dan akhirnya
memberikan
kepuasan dan
kegembiraan
auntuk
menuntut
kualitas
peragaan
kemampuan
mereka
Cara apa
yang terbaik
bagi siswa
untuk
mengulang
pelajaran in?
dengan cara
pa setiap
siswa akan
mendapat
kesempatan
untuk
mengulang?
Untuk
pelajaran ini,
cara yang
paling sesuai
untuk
merayakan?
Bagaimana
anda dapat
mengakui
setiap orang
atas prestasi
mereka
Membuat isisn
aku tahu
bahwa aku
tahu
mengulang apa
yang telah
dipelajari
dengan
pertanyaan
langsun,
mengulang
materi, dengan
menunjukan
poste, gambar,
animasi dan
dengan
pertanyaanpertanyaan
post test
Pujian,
memberi nilai,
bernyanyi
bersama,
memberi
reward berupa
tepukan dan
seterusnya
B. Penelitian Relevan
Karyono dalam Pengaruh Model Pembelajaran Quantun Learning
Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan
Memperhatikan Minat Belajar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester I
SMA Negeri Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010). Hasil penelitian
49
tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar
pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan antara siswa yang belajar
dengan metode quantum learning dan metode ekspositoris, dan terdapat
perbedaan
pencapaian
kompetensi
belajar
mata
pelajaran
pendidikan
kewarganegaraan antara siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan rendah.
Setia Putri Ambarwati dalam Penerapan Model Quantum Learning
dengan Metode Peta Pikiran(Mind Mapping) pada Mata Pelajaran Ekonomi
sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akselerasi SMA N I
Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
dengan penerapan model quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan
oleh Karyono. Penelitian yang dilakasanakan oleh Karyono adalah penelitian
eksperimen, sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah
penelitian tindakan. Perbedaan dari kedua penelitian yang paling mencolok adalah
terdapat pada tujuan dari masing-masing penelitian tersebut. Penelitian
eksperimen bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian,
memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimen dan menarik
generalisasi hubungan antara variabel (Nurul Zuriah, 2006:58), sedangkan
penelitian tindakan merupan suatu penelitian yang bertujuan memperbaiki atau
mengubah sesuatu agar memperoleh dampak dari situasi. (Kemmis dalam Nurul
Zuriah, 2006:70).
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Setia
Pratiwi Ambarwati, yaitu sama-sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian ini untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa sedangkan
penelitian yang dilaksanakan Setia Pratiwi ambarwati untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
C. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai suatu mata
pelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya oleh metode mengajar
50
yang digunakan guru dalam mengajar. Untuk mengajarkan pokok bahasan tertentu
diperlukan metode mengajar tetentu pula. Hal ini disebabkan metode yang
dianggap baik untuk suatu materi pelajaran belum tentu cocok untuk mengajarkan
materi pelajaran yang lain.
Dalam proses belajar mengajar, guru sering menggunakan metode
ceramah, demonstrasi dan metode konvensional lainnya yang tidak sesuai dengan
materi yang diajarkan sehingga menyebabkan proses belajar mengajar menjadi
monoton dan tidak efektif. Suasana kelas yang monoton dan tidak efektif itulah
yang memicu kondisi emosional siswa menjadi tidak stabil. Dengan emosi yang
tidak stabil, menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam belajar, motivasi
berprestasi siswa menjadi menurun dan prestasi atau nilai kompetensi menjadi
tidak maksimal.
Salah satu cara yang digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menggunakan metode quantum learning. Dengan metode quantum
learning diharapakan akan tercipta suasana nyaman, menarik dan menyenangkan
sehingga siswa kembali termotivasi untuk belajar dan berprestasi.
Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Permasalahan yang dihadapi
1. Motivasi berprestasi siswa rendah
2. Siswa bersifat pasif, kurang kreatif dan inovatif dalam belajar
Penerapan metode quantum learning dalam belajar
Motivasi berprestasi siswa meningkat
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran
51
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesisnya adalah: dengan penerapan metode pembelajaran Quantum Learning
dalam pembelajaran ekonomi/akuntansi, dapat meningkatkan motivasi berprestasi
siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8
Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
G.
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1.
Tempat dan Subyek Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 8 Surakarta yang beralamat di
Jalan Sumbing VI No 9 Mojosongo, Surakarta, dengan subyek penelitian adalah
siswa kelas XI IPS 3 semester 2 tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah 27 siswa.
Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah:
a. Menurut pendapat beberapa siswa (khususnya kelas XI IPS 3) bahwa dalam
pembelajaran akuntansi yang dilakukan saat ini kurang menarik dan
menyenangkan sehingga banyak siswa kurang memahami materi dan hasil
yang diperoleh menjadi kurang maksimal;
b. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis,
sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang;
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata
pelajaran akuntansi yaitu Bapak Joko Trisianto, S. Pd yang membantu dalam
pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara
tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan
hasil penelitian.
2.
Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah dari
proses persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Untuk lebih
jelasnya, dapat dipaparkan jadwal penelitian dalam tabel sebagai berikut:
26
53
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Keterangan
1
2
3
4
5
Pengajuan judul dan mini proposal
Penyusunan proposal
Ijin penelitian
Perencanaan Tindakan
Implementansi Tindakan
Siklus I dan Siklus II
Penyusunan laporan penelitian
6
Tahun
2009
Des
Tahun 2010
JanMar
AprMei
JuniJuli
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas(PTK), dalam istilah
asing disebut Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan di kelas. Suharsimi Arikunto (2008: 3) mengungkapkan bahwa
PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Sedang menurut Kunandar dalam Iskandar (2009: 21), PTK adalah
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan
orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu proses pembelajaran di kelasnya.
Suharsimi Arikunto (2006: 2) menyatakan bahwad di dalam peneilitian
tindakan kelas memiliki tiga pengertian yaitu :
a. Penelitian —menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan —menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang senngaja
dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan siswa.
c. Kelas —dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah
kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
54
Menurut Hopkins dalam Zainal Aqib (2009:17), Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) memiliki 6 prinsip yaitu:
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan apa pun metode PTK yang
diterapkannya seyogyanya tidak mengganggu komitmennya sebagai
pangajar.
b. Metode Pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran.
c. Metode yang digunakan harus reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya,
serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis
yang dikemukakannya.
d. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukan dan bertolak dari tanggung jawab
proesionalnya.
e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten
menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
f. Dalam penyelenggaraan PTK sejauh mingkin harus digunakan class
room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat
terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertent, melainkan
persepektif misi sekolah secara keseluruhan.
Sedangkan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut
Zainal Arif (2009:16) adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalaminstruksional
Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya
Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional
Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas(PTK) adalah sebuah penelitian yang dilaksanakan dengan sadar di dalam
kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas atau memperbaiki kualitas,
hasil, prestasi, motivasi dan lain sebagainya dengan siklus tertentu.
Pada umumnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki empat
tahapan yang lazim digunakan yaitu:
55
1) Perencanaan (planning)
Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah mengidentiikasi masalah dan
penerapan alternatif pemecahan masalah. Secara lebih spesifik adalah
merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM, menentukan
pokok bahasan, mengembangkan skenario, menyiapkan sumber belajar,
mengembang format evaluasi, mengembangkan format observasi lapangan.
2) Pelaksanaan (Acting)
Tahap ke-2 dari PTK adalah pelaksanaan tindakan yang merukan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan
dikelas sesuai dengan scenario yang telah dibuat atau rencana yang telah
dibuat.
3) Pengamatan (observating)
Tahap ke-3 dari PTK adalah kegiatan pengamatan atau obseravasi dengan
menggunakan ormat observasi dan menilai hasil tindakanyang telah
dilaksanakan.
4) Refleksi (reflecting)
Pada tahap terakhir ini, dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan
antara lain tentang perubahan yang terjadi pada siswa dan guru.
Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam penelitian ini, akan
digambarkan siklus PTK ( Suharsimi Arikunto, 2008:4)
56
Perencanaan
SIKLUS I
Releksi
Perlaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS I
Releksi
Perlaksanaan
Pengamatan
Siklus selanjutnya
Gambar 3.1 Gambar Siklus PTK
I.
Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
1. Observasi
Suharsimi Arikunto (2006:30) menyatakan bahwa observasi adalah suatu
teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematik.
Dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas
saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi dilakukan dengan
cara mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan kelebihan
dalam proses pembelajaran. Data yang dihasilkan dari kegiatan observasi
berupa catatan lapangan yang mendeskripsikan proses pembelajaran saat
observasi awal, siklus I dan siklus II dilakukan. Catatan lapangan ini juga
memuat refleksi yang dilakukan penneliti terhadap pembelajaran.
57
2. Angket Motivasi Berprestasi
Suharsimi Arikunto (2002:128) menyatakan bahwa angket adalah jumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang dia ketahui.
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi
Aspek yang dinilai
Standart keunggulan
tugas
Standart keunggulan
prestasi diri sendiri
Indikator
5. Berusaha agar tidak gagal
6. Keinginan untuk berhasil
7. Menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
8. Senang memecahkan
masalah yang dihadapi
1. Senang membaca bukubuku untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru
2. Senang bereksperimen
untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan
3. Belajar secara terjadwal
4. Tidak mudah putus asa
5. Berusaha mendapatkan halhal yang baru
6. Tidak suka
menggantungkan orang lain
7. Mudah mengantisipasi
lingkungan
Soal(+)
28, 27
22, 38
Soal (-)
26, 34
29, 31
24, 39
20, 12
1, 30
8,10
21,25
11,15
32,38
35, 36
5
13
14
16
37,17
18, 19
23
3
6
9
Standart
keunggulan 1. Memanfaatkan kesempatan
prestasi orang lain
untuk keberhasilan
2
2. Kejelian menangkap peluang
yang ada
4
7
40
Menurut Moh Nazir (1999:385) ada tujuh skala dalam ilmu sosial yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Skala jarak sosial (skala borgadus dan sosiogram)
Skala penilaian (rating scales)
Skala membuat rangking
Skala konsisten internal (skala turstone)
Skala Likert
Skala komulati guttman
Sematic deferential
Pada penelitian ini, pemberian skor penilaian angket berpedoman pada
skla Likert, dimana responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau
58
ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam 5 kategori jawaban yaitu,
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak sejutu (TS), Sangat
Setuju (STS).
Menurut Moh. Natsir (1999:398) ada beberapa alasan
digunakannya skala Likert yaitu:
a)
Dalam penyusunan skala, item-item tidak jelas menunjukan hubungan
dengan sikap yang sedang diteliti masih dapat dimasukan dalam skala.
b) Skala Likert lebih mudah membuatnya.
c) Skala Likert mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi, karena mempunyai
lima responsi alternatif.
d) Karena jangka responsi yang lebih besar membuat skala Likert dapat
memberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat/ sikap
responden tentang isu yang dipertanyakan.
Dalam penelitian ini, peneliti memodiikasi opsi jawaban tersebut dengan
maksud agar jawaban yang ditawarkan kepada responden sesuai dengna
pertanyaan dan informasi yang dibutuhkan peneliti. Modifikasi jawaban
tersebut adalah:
a) Sangat setuju atau Hampir selalu
b) Setuju atau Sering sekali
c) Ragu-ragu atau Kadang-kadang
d) Tidak setuju atau Jarang
e) Sangat tidak setuju atau Tidak pernah
Pemberian skor pada angket ada dua kriteria penilaian, yaitu pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif kriteria bobot penilaiannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skor angket pernyataan positif
Alternatif Jawaban
Hampir selalu
Sering sekali
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Tidak pernah
Bobot Penilaian
5
4
3
2
1
59
Untuk pernyataan negatif, kriteria bobot penilaiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Skor angket pernyataan negatif
Alternatif Jawaban
Hampir selalu
Sering sekali
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Tidak pernah
Bobot Penilaian
1
2
3
4
5
3. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengdokumentasikan pelaksaan penelitian, yang
berupa gambar-gambar atau foto, field note, silabus dan jenis dokumentasi
lainnya untuk mendukung terpenuhinya sumber data.
4. Wawancara
Menurut Nurul Zuriah (2006:179), wawancara ialah alat pengumpul informasi
dengan cara mengumpulkan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab
secar lisan pula. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab dengan
narasumber yaitu guru mata pelajaran akuntansi dan beberapa siswa kelas XI
IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta. Wawancara tersebut
diperlukan guna
terpenuhinya semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
5. Test
Suharsimi Arikunto (2006:32) menyatakan bahwa test adalah sederetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilam, pengetahuan, intelegendi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini, test berfungsi untuk
membandingkan nilai ulangan mata pelajaran akuntansi siwa kelas XI IPS 3
SMA Negeri 8 Surakarta sebelum adanya penerapan metode quantum learning
dengan sesudah diterapkannya metode quantum learning (dilaksanakan setelah
siklus I dan II selesai).
60
J.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal hingga akhir. Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari
beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
1.
Tahap pengenalan masalah
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain:
a.
Mengidentifikasi permasalahan yang ada selama proses pembelajaran
b.
Menganalisis permasalahan yang timbul dengan mengacu pada teori
yang relevan
2.
c.
Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama
d.
Menyusun alat evaluasi dan lembar pengamatan
Tahap persiapan tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
3.
a.
Penyusunan jadwal penelitian tindakan kelas
b.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c.
Penyusunan angket sebagai alat ukur motivasi berprestasi
Tahap penyusunan rencana tindakan
Tindakan disusun dalam 2 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 4
tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/
observasi tindakan dan refleksi terhadap tindakan.
4.
Tahap implementasi tindakan
Dalam tahap
ini peneliti melakukan hipotesis tindakan, yaitu untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran akuntansi
dengan penerapan pembelajaran quantum learning. Tahap ini dilakukan untuk
menguji kebenaran melalui tindakan yang telah direncanakan.
5.
Tahap pengamatan
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung, khususnya aktivitas belajar siswa yang sedang
melakukan KBM di bawah bimbingan guru.
6.
Tahap penyusunan laporan
61
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian berlangsung.
K.
Proses Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan
motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaan ekonomi/akuntansi kelas XI
IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta dengan penerapan metode quantum learning.
Setiap tindakan upaya peningkatan hasil belajar dirancang ke dalam satu siklus
yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan tindakan; (2) Pelaksanaan
tindakan; (3) Observasi tindakan; dan (4) Refleksi tindakan untuk perencanaan
siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan akan dilaksanakan dalam
dua siklus.
1. Perencanaan tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas meliputi:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
metode quantum learning.
b. Menyusun lembar observasi untuk siswa dengan tujuan agar dapat
mengamati metode quantum learning yang telah diterapkan.
c. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan
penemuan hasil refleksi.
d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
e. Menyusun angket motivasi berprestai siswa
f. Menetapkan indikator ketercapaian.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan ke dalam dua siklus.
a. Rancangan Siklus I
1) Pendahuluan
a)
Apersepsi
b)
Motivasi
c)
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai
62
d) Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari 5
kelompok, masing-masing kelompok akan diberi nama Jurnal,
Buku Besar, Neraca saldo, Penyesuaian, Neraca lajur. Kelompok
dibentuk oleh guru secara acak.
2) Kegiatan inti
a) Memberikan penjelasan tentang metode quantum learning.
b) Mempresentasikan materi yaitu tentang Kertas Kerja (Work Sheet).
c) Membagikan soal yang akan didiskusikan secara kelompok, soal
tersebut sesuai dengan nama kelompoknya.
d) Masing-masing kelompok harus mendiskusikan tentang soal yang
diberikan serta mempersiapkan hasil diskusinya sekreatif mungkin
sehingga kemasannya dalam presentasi terlihat menarik.
e) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya dan anggota kelompok ada 5 atau 6 siswa, maka dibagi
sebagai berikut:
Anggota 1 : Sebagai moderator
Anggota 2 : Sebagai notulen/ mencatat hasil presentasi
Anggota 3 : Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
Anggota 4&5 atau 6 membuat soal singkat sebagai contoh soal dan
membahas di depan kelas oleh masing-masing pembuat soal.
Dengan rancangan ini, siswa akan aktif dan kelompok untuk
menunjukkan kemapuan dalam proses belajar mengajar, dan siswa
dapat termotivasi untuk mendapatkan nilai maksimal sehingga
prestasipun juga akan meningkat.
f)
Siswa mengulangi dengan contoh-contoh soal, guru mengulang,
menegaskan dan memperjelas kembali materi hasil presentasi
tersebut. Hal ini akan menghindari salah konsep yang timbul atau
utnuk menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan.
63
3) Penutup
a) Guru memberikan rangkuman atas apa yang telah didiskusikan
dalam pertemuan tersebut serta emberikan reward kepada
kelompok terbaik.
b) Guru memberikan angket motivasi berprestasi untuk diisi oleh
siswa.
b. Rancangan Siklus II
1) Pendahuluan
a) Apersepsi
b)
Motivasi
c)
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai
d) Membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari 5
kelompok,
masing-masing
kelompok
akan
diberi
nama
Penyesuaian, Neraca Lajur, Laba Rugi, Neraca, Ekuitas
Kelompok dibentuk oleh guru berdasarkan rata-rata hasil belajar
sebelum diterapkan metode quantum learning.
2) Kegiatan inti
a) Mempresentasikan informasi tentang materi yaitu tentang laporan
keuangan (laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan
neraca).
b) Membagikan soal yang akan didiskusikan secara kelompok, soal
tersebut sesuai dengan nama kelompoknya.
c) Masing-masing kelompok harus mendiskusikan tentang soal yang
diberikan serta mempersiapkan hasil diskusinya sekreatif mungkin
sehingga kemasannya dalam presentasi terlihat menarik.
d) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya dan . Anggota kelompok ada 5-6 siswa, maka dibagi
sebagai berikut:
Anggota 1 : Sebagai moderator
Anggota 2 : Sebagai notulen/ mencatat hasil presentasi
64
Anggota 3 : Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
Anggota 4&5 atau 6 membuat soal singkat sebagai contoh soal dan
membahas di depan kelas oleh masing-masing pembuat soal
Dengan rancangan ini, siswa akan akti dan kelompok untuk
menunjukkan kemapuan dalam proses belajar mengajar, dan siswa
dapat termotivasi untuk mendapatkan nilai maksimal sehingga
prestasipun juga akan meningkat.
e) Siswa mengulangi dengan contoh-contoh soal, guru mengulang,
menegaskan dan memperjelas kembali materi hasil presentasi
tersebut. Hal ini akan menghindari salah konsep yang timbul atau
utnuk menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan.
3) Penutup
a) Guru memberikan rangkuman atas apa yang telah didiskusikan
dalam pertemuan tersebut serta emberikan reward kepada
kelompok terbaik.
b) Guru memberikan angket motivasi berprestasi untuk diisi oleh
siswa.
65
3.2
66
Gambar Proses Penelitian
SIKLUS I
Permasalahan
a.Refleksi
Motivasi
berprestasi
siswa rendah
b. Siswa bersifat
pasif, kurang
kreatif dan
inovatif dalam
Perencanaan
Pelaksanaan
a. Membuat (RPP) dengan metode
quantm learning.
b. Menyusun lembar observasi untuk
guru dan siswa
c. Menyusun format catatan hasil
refleksi untuk mendokumentasikan
penemuan hasil refleksi.
d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
e. Menyusun angket motivasi berprestai
siswa
f. Menetapkan indikator ketercapaian.
Pengamatan
a. Membentuk kelompok
b. Menyampaikann materi
c. Memberikan materi yang
dibahas setiap kelompok
d. Memperdengarkan musik
e. Presentasi
hasil
diskusi
kelompok
f. Pembahasan&penjelasan
bersama guru
g. menyimpulkan
a. Merekam kegiatan
guru dan siswa selama
KBM
b. Pengisian lembar
obsevasi
c. Pengisian angket
motivasi berprestasi
d. Analisis lembar
observasi dan angket
Kendalakendala di
siklus I akan
diperbaiki di
siklus
berikutnya
SIKLUS II
Refleksi
Pengamatan
Indikator tercapai
a. Merekam kegiatan
dari analisis siklus
guru dan siswa selama
KBM
b. Pengisian lembar
obsevasi
c. Pengisian angket
motivasi berprestasi
d. Analisis lembar
observasi dan angket
II diharapkan
pemahaman dan
motivasi berprestasi
siswa mencapai
indikator(indikator 70 %)
Pelaksanaan
a. Membentuk kelompok
b. Menyampaikan materi
c. Memberikan materi yang
dibahas setiap kelompok
d. Memperdengarkan musik
e. Presentasi
hasil
diskusi
kelompok
f. Pembahasan&penjelasan
bersama guru
g. menyimpulkan
Perencanaan
a. Membuat (RPP) dengan metode
quantum learningàtarget motivasi
berprestasi mencapai
b. Menyusun lembar observasi untuk
guru dan siswa
c. Menyusun format catatan hasil
refleksi untuk mendokumentasikan
penemuan hasil refleksi.
d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.
e. Menyusun angket motivasi berprestai
siswa
f. Menetapkan indikator ketercapaian.
67
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 8 Surakarta
Berdirinya SMA Negeri 8 Surakarta tidak lepas dari alih fungsi SGPLB
(Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa) Negeri Surakarta. Pengajar SGPLB Negeri
Surakarta berjumlah 69 orang sebagian besar disebar ke UPT-UPT (SMU / SMA,
SMK, SMP, SLB, dan hanya 2 orang yang menjadi dosen di UNS dan UMS).
Kemudian disusul 3 orang ke IKIP Surabaya, yang di SMA Negeri 8 Surakarta
tinggal 5 orang, yaitu Drs. Sumarno, Dra Mugiarti Chaei, Drs. Sugiatno, dan Drs.
Mulyono.
Tahun 1995/ 1996 dimulai tahun ajaran baru SMA Negeri 8 Surakarta,
disamping SGPLB Negeri Surakarta menuntaskan mahasiswa sebanyak 7 orang.
a. Pendaftaran dimulai bulan Juni 1995, dengan tenaga pendaftaran dari SMA
Negeri 8 Surakarta.
b. Membuka pendaftaran untuk 6 kelas dengan jumlah siswa 240 orang.
c. Tenaga pengajar tetap 5 orang tidak tetap 5 orang.
d. Tenaga administrasi/ TU 11 orang semuanya tenaga dari EX-SGPLB.
e. Kepala sekolah diampu oleh Ign. Sutaryo, B.A. (Kepala SMA Negeri 6
Surakarta).
Pada awal berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, pembiayaan
ditunjang dengan Dana Sumbangan dan SPP, karena SMA Negeri 8 Surakarta
belum mendapatkan SK Pendirian (dalam proses pendirian) dan belum
mendapatkan alokasi dana DIK dari pemerintahan.
SMA Negeri 8 Surakarta menempati bekas gedung SGPLB dengan
segala mebel, dan peralatannya mempunyai luas tanah 4,2 ha yang terdiri dari 2
sertifikat. Namun yang dikelola belum secara keseluruhan, hal ini mengingat
situasi dan kondisi dana. Secara pasti akhirnya berkat adanya perjuangan yang
gigih dari pendahulu ataupun penerus, SMA Negeri 8 Surakarta diresmikan dan
mendapatkan SK Pendirian NO .0106/0/96 pada tanggal 23 April 1996.
40
69
Berikut ini kepala sekolah yang pernah menjabat di SMA Negeri 8
Surakarta, yaitu:
a. Ign. Sutaryo
: Periode th 1995 – 1996
b. Drs. Ermus Rwa Sumarso
: Periode th 1997 – 1998
c. Drs. H Winarno
: Periode th 1998 – 2000
d. Drs. Sartono Praptoharjono
: Periode th 2002 – 2004
e. Drs. JS. Soekarjo, M.A
: Periode th 2004 – 2007
f. Drs. Sudadi Mulyono,M.Si
: Periode th 2007 – sekarang
2. Keadaan Lingkungan Belajar
SMA Negeri 8 Surakarta yang berlokasi di Jalan Sumbing VI No. 49
Mojosongo,
Jebres,
Surakarta
ini
mempunyai
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Internal
Keadaan lingkungan belajar siswa SMA Negeri 8 Surakarta pada
umumnya cukup baik. Hal ini terlihat dari beberapa hal, antara lain:
1) Kebersihan
Kebersihan lingkungan sekolah di SMA Negeri 8 Surakarta sudah baik.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi kelas, halaman sekolah, ruang guru,
kantin, dan tempat parkir. Siswa bertanggung jawab pada kebersihan
kelasnya masing-masing dengan adanya regu piket untuk tiap kelasnya.
Sedangkan penjaga sekolah bertanggung jawab pada kebersihan tempattempat umum, misalnya: kamar mandi, halaman sekolah, ruang guru, aula,
lapangan olahraga dan lain-lain.
2) Kerapian
Kerapian di SMA Negeri 8 Surakarta dapat dilihat dari tempat parkir yang
tertata rapi. Tempat parkir antar guru dan siswa terpisah. Kerapian di SMA
juga dapat dilihat dari seragam yang dikenakan oleh siswa dan guru.
3) Ketenangan
SMA Negeri 8 Surakarta cukup tenang karena letaknya cukup jauh dari
jalan raya.
70
4) Keamanan
Kondisi keamanan di SMA Negeri 8 Surakarta cukup baik karena adanya
penjagaan yang lebih baik oleh penjaga sekolah dan penjaga parkir.
5) Ketertiban
Ketertiban di SMA Negeri 8 Surakarta perlu ditingkatkan karena sebagian
siswa belum mematuhi peraturan tata tertib yang ada. Misalnya ada
beberapa siswa yang memakai sepatu tidak sesuai dengan yang ditentukan
yaitu sepatu hitam.
b. Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal yang kurang mendukung untuk terciptanya
suasana belajar yang nyaman antara lain: lokasi yang sulit dijangkau oleh
transportasi umum dan jauh dari jalan raya. Tetapi secara umum, gedung
SMA Negeri 8 Surakarta dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai
tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
tanahnya yang luas dan tersedianya ruang-ruang kegiatan yang mendukung
kegiatan belajar mengajar.
3. Motto, Visi, dan Misi
a.
Motto Sekolah
Motto SMA Negeri 8 Surakarta adalah: Yang saya dengar, saya lupa; yang
saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; yang saya dengar, lihat, dan
pertanyakan, atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari
yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan
keterampilan.
b.
Visi Sekolah
Visi SMA Negei 8 Surakarta adalah “Meningkatkan Dalam Prestasi
Akademik dan Unggul Dalam Prestasi Nonakademis Berdasakan Imtak”.
c.
Misi Sekolah
Misi SMA Negeri 8 Surakarta adalah:
1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga siswa dapat
bekembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
71
2) Mengenalkan dan menggunakan serta mengembangkan hasil teknologi
modern.
3) Mengoptimalisasi bakat dan ketrampilan siswa sehingga memiliki
kemandirian dan kecakapan hidup di tengah masyarakat.
4) Menumbuhkan semangat ketertiban dan kedisiplinan bagi warga sekolah
sebagai konsep dasar menuju sukses.
5) Mendorong semangat kerja bagi guru dan karyawan sehingga memiliki
tanggung jawab dan berdedikasi tinggi.
6) Meningkatkan pengalaman ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa
sehingga menjadi sumber kearifan berperilaku.
7) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri dalam
bidang olah raga dan seni sehingga dapat berkembang secara optimal.
8) Membudayakan etika pergaulan yang saling sapa, salam, senyum sehingga
terjalin persaudaraan dan kesetiakawanan sejati, saling asah, asih, dan
asuh.
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi pada Kelas XI IPS 1
SMA Negeri 8 Surakarta
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan identifikasi masalah (observasi awal) dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada
tanggal 28 April 2010 di SMA Negeri 8 Surakarta. Hasil dari identifikasi
masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Ditinjau dari Segi Siswa
a. Respon siswa terhadap pelajaran akuntansi kurang.
Mata pelajaran akuntansi di SMA 8 Surakarta lebih sering berlangsung
setelah jam istirahat. Di kelas XI IPS 3, jam akuntansi berlangsung setelah
istirahat ke-2. Penempatan jadwal akuntansi setelah jam istirahat ke-2 itu
menyebabkan siswa malas mengikuti KBM. Hal itu dapat dilihat saat bel
masuk telah berbunyi, masih banyak siswa yang masih berada di luar kelas
bahkan ada siswa yang sengaja duduk-duduk di kantin sekolah. Akibatnya,
72
guru akuntansi harus memaksa para siswa yang masih berada di luar kelas
untuk masuk kelas dan mengikuti pelajaran akuntansi. Di dalam mengikuti
pelajaran, masih banyak siswa yang tidak konsentrasi. Mereka asyik
ngobrol dengan teman sebangku mereka, bahkan ada yang asyik bermain
handphone saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
b. Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar.
Di dalam aktivitas belajar mengajar, siswa XI IPS 3 SMA Negeri 8
Surakarta sangat aktif, tetapi keaktifan mereka bukan keaktifan yang
positif melainkan keaktifan yang negatif. Hal ini dapat dilihat saat proses
belajar mengajar berlangsung, jika siswa merasa kesulitan, siswa masih
enggan bertanya kepada guru. Disaat guru bertanya apakah masih ada yag
belum jelas, siswa juga hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari guru.
c. Rendahnya motivasi berprestasi siswa.
Motivasi berprestasi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta
masih sangat rendah. Hal ini dapat ditinjau saat siswa mengikuti proses
belajar mengajar. Masih banyak siswa yang masa bodoh dengan tugas
yang diberikan guru, siswa tidak mempunyai buku pegangan lain selain
LKS, siswa mudah putus asa dengan kasus yang sulit dan siswa hanya
mengandalkan teman yang lebih pandai untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Selain itu, siswa juga masih banyak yang tidak
memanfaatkan kesempatan untuk bertanya kepada guru saat siswa merasa
kesulitan.
d. Siswa merasa bosan dengan metode yang diterapkan guru
Hasil wawancara dari beberapa siswa kelas XI IPS 3 menyatakan
bahwa mereka merasa bosan dengan metode yang diterapkan guru dalam
pembelajaran. Guru hanya monoton menerapkan metode ceramah dan
driil. Menurut mereka proses pembelajaran terasa monoton dan kurang
menyenangkan, akibatnya mereka menjadi mengantuk dan kurang
bergairah untuk mengikuti proses pembelajaran. Siswa menginginkan
situasi kelas yang berbeda yang mampu menggairahkan mereka untuk
kembali belajar dan berprestasi.
73
2.
Ditinjau dari Segi Guru
a. Metode yang diterapkan guru masih konvensional
Ceramah dan driil merupakan metode yang sering diterapkan oleh guru
untuk mengajar akuntansi. Dengan metode ceramah tersebut, lambat laun
membuat siswa menjadi bosan dan tidak nyaman, sehingga siswa tidak
mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Saat guru memberikan PR, masih
banyak siswa yang mengerjakan di sekolah dan mengandalkan temanteman mereka untuk menyontek.
b. Media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi
Dalam proses belajar mengajar, guru menggunakan media white board
dan spidol untuk menyampaikan materi. Selain itu, guru juga
menggunakan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi materi singkat dan
kasus-kasus akuntansi. LKS tersebut berbentuk buku.
c. Tidak adanya reward yang diberikan guru kepada siswa
Dalam proses belajar mengajar, guru jarang sekali memberikan
penghargaan kepada siswa. Baik siswa yang mendapatkan nilai rendah,
sedang maupun tinggi mendapatkan perlakuan yang sama kecuali dalam
hal beimbingan.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksananakan pada semester
genap (semester II) dengan materi kertas kerja dan laporan keuangan (laporan
leba-rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan sumber data awal yang didapat dari sekolah yaitu nilai awal
siswa yang berfungsi sebagai pembanding prestasi siswa sebelum penerapan
metode quantum learning dan sesudah penerapan metode quantum learning.
Prestasi
siswa
sebelum
penerapan
metode
quantum
learning
menunjukan bahwa 37,04% (10 dari 27 siswa) belum mencapai KKM sebesar 65.
Dari hasil observasi awal yang telah dipaparkan diatas dan nilai tes siswa sebelum
penerapan metode quantum learning, dapat disimpukan bahwa motivasi
berprestasi siswa belum maksimal atau masih perlu ditingkatkan.
74
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masingmasing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi tindakan, (4) analisis dan releksi tindakan.
1.
Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan Siklus Pertama
Perencanaan tindakan adalah suatu rencana yang dilaksanakan oleh
peneliti sebelum peneliti melaksanakan suatu tindakan penelitian. Perncanaan
tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumat 28 April 2010 di SMA Negeri 8
Surakarta. Peneliti bersama guru mata pelajaran mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Peneliti mulai
melaksanakan penelitian untuk siklus pertama pada hari Rabu 5 Mei 2010
dengan materi Kertas Kerja (Work Sheet). Tahap perencanaan ini meliputi
penyusunan skenario pembelajaran, pembutan RPP dan penyusunan
instrumen penelitian.
1). Penyusunan skenario pembelajaran
Penyusunan skenario pembelajaran dilakukan sesuai dengan
penerapan metode quantum learning. Pada pertemuan ke-1, terdiri dari 3
kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen siswa
dan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada
siswa. Pada kegiatan apersepsi, guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti kegiatan pembelajaran, guru membawa siswa untuk mengukap
kembali hal-hal yang pernah dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan
penjelasan tentang metode quantum learning dan indikator serta tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan penerapan metode
quantum learning. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kelompok
dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Kelompok tersebut berjumlah
5 kelompok yang diberi nama jurnal, buku besar, nerasa saldo,
penyesuaian dan Kertas Kerja (Work Sheet). Selama kegiatan awal, akan
75
diringi dengan musik klasik. Dengan diputarnya musik klasik diharapkan
siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar.
Kegiatan inti, dilaksanakan penyampaian materi tentang Kertas
Kerja (Work Sheet) secara singkat. Setelah guru selesai menyampaiakan
materi, guru memberikan soal kepada masing-masing kelompok sesuai
dengan nama kelompoknya yang akan diselesaikan secara kelompok.
Guru mengamati aktivitas belajar siswa, apabila ada siswa yang
kesulitan, guru dapat membantu memecahkan kesulitan tersebut. Selama
penyampaian materi tidak diiringi musik, tetapi pada saat diskusi diiringi
musik.
Kegiatan akhir yaitu pemberikan penguatan tentang materi dan
penjelasan
bahwa
pada
pertemuan
berikutnya
siswa
harus
mempersiapkan diri untuk melaksanakan presentasi kelas.
Pertemuan ke-2 pada siklus I juga terdiri dari tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan
pembelajaran, guru telah memutar iringan musik klasik.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan memberikan salam
dan memberikan motivasi kepada siswa untuk melanjutkan pembelajaran
dengan metode quantum learning. Guru memberikan interupsi kepada
siswa agar siswa berkumpul di dalam kelompoknya.
Kegiatan inti dilaksanakan dengan mendemonstrasikan hasil kerja
kelompok, dimana guru tidak akan mempersilahkan kelompok mana
yang
akan
presentasi
terlebih
dahulu.
Kelompok
yang
akan
mendemonstrasikan hasil kerjanya adalah atas inisiatif kelompok itu
sendiri. Sebagai bentuk pengulangan, setiap kelompok juga harus
membuat satu soal besarta jawabannya kemudian mendemonstrasikan di
depan kelas.
Kegiatan akhir dilaksanakan dengan memberikan kesimpulan
secara singkat tentang hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Setelah itu guru membagikan angket motivasi kepada siswa untuk diisi
76
dan selanjutnya setelah siswa selesai mengisi angket, guru memberikan
reward kepada kelompok terbaik.
2). Pembuatan RPP menggunakan metode pembelajaran quantum learning
pada materi Kertas Kerja (Work Sheet)
3). Penyusunan instrumen penelitian
Instrumen berupa lembar observasi siswa yang bertujuan untuk
mengetahui keaktifan, keinovatifan dan kekreativan
siswa selama
melaksanakan pembelajaran. Angket motivasi berprestasi yang berfungsi
untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi siswa meningkat setelah
diterapkan metode quantum learning pada siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama (Rabu, 5 Mei & Jumat 7 Mei 2010)
Siklus pertama dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu
Rabu 5 Mei 2010 pada jam ke 7-8 (pukul 12.00 s/d 13.30) di ruang kelas
XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta dan Jumat 7 Mei 2010 jam ke 2-3 (07.45 s/d
09.15) di ruang kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta dengan media white
board dan spidol. Pertemuan dilaksanakan selama 4 x 45 menit sesuai
dengan skenario pembelajaran dan RPP
1). Rabu, 5 Mei 2010
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 5 Mei 2010,
sebelum siswa masuk kelas, telah diputarkan instrumen klasik dari
Kenny G yang berjudul My Heart Will Go On dan selama kegiatan
awal berlangasung, diputarkan instrumen dari Kitaro yang berjudul
Caravansary dan Shicu No Michi, instrumen itu masing-masing
berdurasi 5:47 dan 4:27.
Pertemuan pertama dimulai dengan salam pembuka dilanjutkan
dengan mengabsen siswa. Pertemuan ini ada 5 siswa yang tidak
masuk yaitu Adi Sutrisno, Bagus Sulistyo Putro, Edho Rakyan
Wicaksono, Findo Hakim Guna N dan Habraham Okky Fauzy.
Kemudian
dilanjutkan
dengan
kegiatan
apersepsi,
guru
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran,
77
guru membawa siswa untuk mengungkap kembali hal-hal yang pernah
dipelajari.
Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan secara singkat tentang
quantum
learning
yang
menggunakan
konsep
TANDUR
(Tumbuhkankan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan) .
Guru juga menjelaskan tujuan serta indikator yang akan dicapai
selama pembelajaran berlangsung. Guru juga membagi siswa menjadi
5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 s/d 6
siswa. Setelah guru selesai melaksanakan pembagian kelompok, guru
menjelaskan maksud dari pembagian kelompok tersebut, yaitu untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi dengan adanya
penerapan metode quantum learning.
Setelah
pembagian
kelompok
selesai,
guru
mulai
mempresentasikan materi pembelajaran pada siklus pertama yaitu
Kertas Kerja (Work Sheet). Kemudian guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
Selama kegiatan penyampaian materi berlangsung ruang kelas tidak
diiringi instrumen agar siswa dapat mendengarkan guru yang sedang
menyampaikan materi.
Selanjutnya guru membagikan soal diskusi kepada siswa dan
siswa harus menyelesaikan soal diskusi itu dalam kelompoknya. Soal
diskusi itu berisi tentang kasus yang harus diselesaikan tiap kelompok
dan sebuah perintah untuk membuat satu soal untuk didemonstrasikan
sebagai bentuk pengulangan bahwa mereka sudah benar-benar
mengerti tentang kasus yang mereka kerjakan. Pada saat diskusi
berlangsung, guru mengamati jalannya diskusi dan guru membantu
siswa apabila ada kesulitan. Selama kegiatan diskusi, siswa diiringi
instrumen klasik dari Utada Hikaru dengan judul Give Me A Reason
dengan durasi 6:27 dan First Love dengan durasi 4:17, Backsound
Classical Piano dengan durasi 2:28, Various Artist yang berjudul
78
Flower dengan durasi 4:10, Love Poem dengan durasi 3:21, Teadrop
Waltz dengan durasi 2:05, One Love dengan durasi 4:11.
Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa mengumpulkan
hasil diskusinya dan kemudian menyimpan hasil diskusi tersebut
untuk
dipresentasikan
pada
pertemuan
berikutnya.
Setelah
pembelajaran selesai, guru menutup dengan salam penutup.
2). Jumat, 7 Mei 2010
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 7 Mei 2010,
jam ke 2-3 (07:45 s/d 09.15) di ruang kelas XI IPS 3 SMA N 8
Surakarta dengan media white board dan spidol. Selama kegiatan
pembelajaran berlangsung diputar musik secara lirih dari Josh Groban
dalam album Awake yang berjudul Mai dengan durasi 4:35, Un Dia
Liegera dengan durasi 4:17, Un Giorno Per Noi dengan durasi 3:38,
Solo Por Ti dengan durasi 3:59, So She Dence dengan durasi 4:54 dan
L’ultima Motte dengan durasi 4:22.
Pertemuan
kedua
diawali
dengan
salam
pembuka
dan
dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini siswa
yang tidak masuk hanya satu orang yaitu Adi Tresno, BAgus Silistyo
P, Diah Miftakul Janah dan Findo Hakim Guna N. Kemudian guru
memberikan apersepsi dan motivasi. Kemudian guru memberikan
interupsi kepada siswa untuk masuk ke dalam kelompoknya masingmasing.
Selanjutnya guru menjelaskan prosedur berikutnya dalam
pembelajaran dengan metode quantum learning. Kemudian guru
memberikan
kesempatan
bagi
kelompok
yang
akan
mendemonstrasikan hasil dari kerja kelompoknya tanpa menunjuk
satu per satu. Pada pertemuan ini, seluruh kelompok dapat
mempresentasikan hasil kerjanya.
Setelah demonstrasi selesai, guru menyimpulkan hasil dari
demonstrasi tersebut secara singkat kemudian guru membagiakan
79
angket motivasi berprestasi kepada siswa untuk diisi. Setelah
pengisian angket selesai, guru mengumumkan kelompok terbaik yang
akan mendapatkan reward sebagai tanda perayaan terhadap kelompok
terbaik. Kelompok yang mendapatkan reward (map transparan) adalah
kelompok kertas kerja. Guru memberikan reward kepada kelompok
ini karena kelompok ini adalah kelompok yan gpaling aktif baik pada
saat demonstrasi dan diskusi. Kemudian guru memberitahukan kepada
siswa bahwa pertemuan berikutnya setiap kelompok harus membawa
buku reerensi akuntansi minimal dua buku, kemudian guru menutup
dengan salam.
c. Observasi Tindakan Siklus Pertama
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Peneliti bertindak sebagai guru dalam menjelaskan tentang metode
quantum learning dan pengamat saat kegiatan awal, sedangkan guru mata
pelajaran bertindak sebagai kolaborator yang bertugas melaksanakan
kegiatan awal, menjelaskan materi pembelajaran dan menjadi pengamat
pada saat diskusi dan demonstrasi berlangsung.
Pertemuan Ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu 5 Mei 2010, pada
saat kegiatan awal diiringi musik klasik. Pada pertemuan ke-1 diisi dengan
kegiatan pengenalan tentang metode quantum learning, penyampaian
materi pembelajaran yaitu Kertas Kerja (Work Sheet) dan pembagian
kelompok. Selama penyampaian materi tidak diiringi instrumen musik
tetapi pada saat diskusi berlangsung diiringi instrumen musik. Selama
diskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
soal diskusi kelompoknya.
Pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Jumat 7 Mei 2010,
selama pembelajaran berlangsung diiringi musik klasik. Pertemuan ke-2
diisi dengan demonstrasi hasil kerja dari tiap kelompok, pengisian angket
motivasi berprestasi oleh siswa dan pemberian reward kepada kelompok
terbaik.
80
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan
pengisian angket motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh gambaran
peningkatan motivasi berprestasi siswa sebagai berikut, siswa yang
mempunyai standart keunggulan tugas tinggi sebesar 30,43 %, sedang
sebesar 52,17 % dan 17,39% mempunyai standart keunggulan tugas
rendah. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang merasa takut gagal
dalam belajar, mengerjakan tugas dengan mencontoh teman lain, apabila
memecahkan soal yang sulit siswa merasa putus asa dan siswa merasa
kuatir akan kegagalan.
Siswa yang mempunyai standart keunggulan prestasi diri sendiri
tinggi sebesar 30,43 %, sedang sebesar 56,52 %, dan 13,04 % mempunyai
standart keunggulan prestasi diri sendiri dengan tingkat rendah. Hal ini
disebabkan karena siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran akuntansi
dan hanya mengandalkan LKS sebagai buku pegangan mereka tanpa
membaca buku referensi lain.
Siswa yang mempunyai standart keunggulan prestasi orang lain
tinggi sebesar 47,83 %, sedang sebesar 26,09 % dan 26,09 % adalah siswa
yang mempunyai standart keunggulan tugas orang lain yang relatif rendah.
Hal ini disebabkan karena siswa tidak mau engambilpeluang untuk
bertanya kepada kelompok lain pada saat demonstrasi berlangsung.
Prosentase
siswa
yang
menunjukan
kekreatifannya
dalam
kelompok sebesar 48,15 %, prosentase siswa yang inovatif dalam
kelompok sebesar 40,74 % dan
prosentase siswa yang akti saat
demonstrasi dan tanya jawab sebesar 40,74 %. Hal itu disebabkan karena
masih banyak siswa yang masa bodoh terhadap pembelajaran, siswa
kurang nyaman dengan ruang kelas yang panas dan fasilitas yang
digunakan pada saat demonstrasi di dalam kelas hanya white board dan
spidol.
81
Tabel 4.1 Tabel Pencapaian Hasil Penelitian Siklus I
SIKLUS I
Aspek
Tinggi
Sedang
yang
Diukur
∑
%
∑
%
Standart
7
30,43
12
52,17
Keunggulan
Tugas
Standart
Keunggulan
7
30,43
13
56,52
Prestasi
Diri Sendiri
Standart
Keunggulan
11
47,83
6
26,09
Prestasi
Orang Lain
Keterangan:
1.
Simbol ∑ adalah jumlah siswa
2.
Simbol % adalah simbol prosentase ketercapaian
Rendah
∑
%
4
17,39
3
13,04
6
26,09
SIKLUS I
26.09% 26.09% 30.43%
17.39%
47.83%
13.04%
56.52%
Standart Keungulan Tugas Tinggi
Standart Keungulan Tugas Rendah
52.17%
30.43%
Standart Keungulan Tugas Sedang
Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Tinggi
Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Sedang Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Rendah
Standart Keunggulan Prestasi orang lain Tinggi Standart Keunggulan Prestasi orang lain Sedang
Standart Keunggulan Prestasi orang lain Rendah
Gambar 4.1 Gambar Hasil Penelitian Siklus I
82
d. Refleksi Tindakan Siklus Pertama
Berdasarkan hasil observasi tindakan dari siklus pertama, maka
peneliti dapat melakukan analisa yang ditinjau dari kebaikan guru,
kebaikan siswa, kelemahan guru dan kelemahan siswa di siklus pertama.
Kebaikan guru pada siklus pertama yaitu persiapan materi
pembelajaran oleh guru dilaksanakan secara baik dan lengkap, guru dapat
menjawab pertanyaan dari siswa dengan baik pada saat penjelasan materi
ajar, guru dapat mengenalkan kepada siswa tentang metode quantum
learning dengan baik, guru dapat memberikan bimbingan yang baik bagi
kelompok yang merasa kesulitan.
Kebaikan siswa pada siklus pertama yaitu beberapa siswa yang
protes dengan anggota kelompok mereka tetap bersedia masuk dalam
kelompok yang sudah ditentukan, siswa merespon dengan baik terhadap
soal yang diberikan oleh guru dan siswa berusaha mengerjakan dengan
baik. Jika siswa merasa kesulitan, siswa langsung bertanya kepada guru.
Kelemahan guru pada siklus pertama yaitu dalam menyampaikan
materi guru kurang sistematis, guru kurang memperhatikan alokasi waktu
pada saat menyampaikan materi, guru belum bisa mengelola diskusi
dengan baik karena ada beberapa siswa yang kurang serius dalam
mengikuti diskusi dan guru kurang memperhatikan tempo instrumen musik
yang diputar sehingga siswa banyak yang mengeluh.
Kelemahan siswa pada siklus pertama yaitu masih ada beberapa
siswa yang masa bodoh dengan tugas mereka di dalam kelompok, pada
saat pendemonstrasian dari kelompok lain, masih ada beberapa siswa yang
pasif baik saat siswa menjadi demonstran ataupun audience. Siswa kurang
kreatif dan inovatif saat mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya dan
siswa kurang aktif selama kegiatan demonstrasi dan pengulangan.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di atas, maka tindakan
yang harus dilakukan adalah:
1). Dalam menyampaikan materi, hendaknya guru lebih sistematis dan
tidak terlalu cepat untuk memastikan siswa memahami apa yang
83
disampaiakan. Peneliti harus menjelaskan ulang tentang metode
quantum learning kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal.
2). Guru harus lebih memotivasi siswa agar siswa tidak mudah putus asa
apabila siswa mendapatkan kasus-kasus yang sulit.
3). Guru harus melakukan pendekatan kepada siswa yang masih masa
bodoh dengan proses pembelajaran, baik saat guru menjelaskan
materi, saat pendemonstrasian maupun diskusi kelompok.
4). Guru hendaknya lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif saat
pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa tidak merasa puas
akan nilai yang telah diperoleh.
5). Guru
hendaknya
menyiapkan
ruangan
yang
nyaman
dan
menyenangkan dengan fasilitas yang lebih memadai, sehingga siswa
akan lebih tertarik untuk belajar.
6). Guru hendaknya menyiapkan instrumen musik yang bertempo tidak
terlalu lambat.
2.
Sikus Kedua
a. Perencanaan Tindakan Siklus Kedua
Perencanaan tindakan adalah suatu rencana yang dilaksanakan oleh
peneliti sebelum peneliti melaksanakan suatu tindakan penelitian.
Perncanaan tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin 10 Mei 2010 di
SMA Negeri 8 Surakarta. Peneliti bersama guru mata pelajaran
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam
penelitian. Pembelajaran dengan penerapan metode quantum learning di
siklus kedua akan dilaksanankan pada hari Rabu, 12 Mei 2010, Rabu, 19
Mei 2010 dan Rabu, 26 Mei 2010 dengan materi Laporan Keuangan
(Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Neraca).
Tahap perencanaan ini meliputi penyusunan skenario pembelajaran,
pembutan RPP dan penyusunan instrumen penelitian.
84
1). Penyusunan skenario pembelajaran
Penyusunan skenario pembelajaran dilakukan sesuai dengan
penerapan metode quantum learning. Pada pertemuan ke-1 siklus kedua,
terdiri dari 3 kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir.
Kegiatan awal dimulai dengan salam pembuka, mengabsen siswa
dan dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada
siswa. Pada kegiatan apersepsi, guru mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti
kegiatan
pembelajaran,
guru
membawa siswa untuk
mengungkap kembali hal-hal yang pernah dipelajari. Kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan tentang metode quantum learning dan
indikator serta tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan setiap kelompok terdiri
dari 5-6 orang. Kelompok tersebut berjumlah 5 kelompok yang diberi
nama Penyesuaian, Kertas Kerja (Work Sheet), Laba-Rugi, Ekuitas dan
Neraca. Selama kegiatan awal, akan diringi dengan musik klasik. Dengan
diputarnya musik klasik diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi
dalam belajar.
Kegiatan inti, dilaksanakan penyampaian materi tentang Laporan
Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan
Neraca). Setelah guru selesai menyampaikan materi, guru memberikan
soal kepada masing-masing kelompok sesuai dengan nama kelompoknya
yang akan diselesaikan secara kelompok. Guru mengamati aktivitas
belajar siswa, apabila ada siswa yang kesulitan, guru dapat membantu
memecahkan kesulitan tersebut. Selama penyampaian materi tidak
diiringi musik, tetapi pada saat diskusi diiringi musik.
Kegiatan akhir yaitu pemberikan penguatan tentang materi dan
penjelasan
bahwa
pada
pertemuan
berikutnya
siswa
mempersiapkan diri untuk melaksanakan demonstrasi kelas.
harus
85
Pertemuan ke-2 pada siklus kedua juga terdiri dari tiga kegiatan
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan
pembelajaran, guru telah memutar iringan musik klasik.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan memberikan salam
dan memberikan motivasi kepada siswa untuk melanjutkan pembelajaran
dengan metode quantum learning. Guru memberikan interupsi kepada
siswa agar siswa berkumpul di dalam kelompoknya.
Kegiatan inti dilaksanakan dengan mendemonstrasikan hasil kerja
kelompok, dimana guru tidak akan mempersilahkan kelompok mana
yang
akan
presentasi
terlebih
dahulu.
Kelompok
yang
akan
mendemonstrasikan hasil kerjanya atas inisiatif kelompok itu sendiri.
Kegiatan akhir dilaksanakan dengan memberikan kesimpulan
secara singkat tentang hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Setelah itu guru membagikan angket motivasi kepada siswa untuk diisi
dan setelah siswa selesai mengisi angket, guru memberikan reward
kepada kelompok terbaik.
Pertemuan ke-3 pada siklus kedua, terbadi menjadi tiga bagian
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan
pembelajaran, guru telah memutar iringan musik klasik.
Kegiatan awal dilaksanakan dengan dengan salam pembuka dan
mempersiapkan siswa untuk menghadapi tes individu. Dalam hal ini,
guru memberikan interupsi kepada siswa untuk duduk sesuai dengan
nomor absen mereka
Selama kegiatan inti siswa mengerjakan tes individu dalam waktu
yang telah ditentukan dan guru memastikan bahwa siswa benar-benar
mengerjakan tes tersebut secara individu. Selama siswa mengerjakan tes
individu, ruang kelas diiringi dengan instrumen klasik.
Kegiatan akhir, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil tes dan
guru mengakhiri dengan salam.
86
2). Pembuatan RPP menggunakan metode pembelajaran quantum learning
pada materi Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan
Ekuitan dan Laporan Neraca).
3). Penyusunan instrumen penelitian
Instrumen berupa lembar observasi siswa yang bertujuan untuk
mengetahui keaktifan, keinovatifan dan kekreativan
siswa selama
melaksanakan pembelajaran. Angket motivasi berprestasi yang berfungsi
untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi siswa meningkat setelah
diterapkan metode quantum learning pada siklus pertama dan siklus
kedua.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Kedua (Rabu, 12 Mei, Rabu 19 Mei & Rabu
26 Mei 2010)
Siklus pertama dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu
Rabu 12 Mei 2010 pada jam ke 7-8 (pukul 12.00 s/d 13.30) di ruang
multimedia SMA N 8 Surakarta, Rabu 19 Mei 2010 pada jam ke 7-8
(12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dan Rabu 26
Mei 2010 jam ke 7-8 (12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8
Surakarta dengan media lap top dan lcd projector. Pertemuan dilaksanakan
selama 6 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
1). Rabu, 12 Mei 2010
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 12 Mei 2010,
pada jam ke 7-8 (pukul 12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N
8 Surakarta dengan fasilitas ruangan berkarpet, ber-ac, tersedianya lcd
projecktor dan lap top.
Sebelum siswa masuk ruangan, telah
diputarkan instrumen klasik dari Sherina yang berjudul Lihat Lebih
Dekat dengan durasi waktu 5:13 dan selama kegiatan awal
berlangasung, diputarkan instrumen dari Bryan Adam yang berjudul
Homeland Main Title dengan durasi 3:41 dan If Love dengan durasi
waktu 3:40.
87
Pertemuan pertama dimulai dengan salam pembuka dilanjutkan
dengan mengabsen siswa. Pertemuan ini ada 3 siswa yang tidak
masuk yaitu Findo Hakim Guna N, Ravika Rizky N. A dan Serlia.
Kemudian
dilanjutkan
dengan
kegiatan
apersepsi,
guru
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran,
guru membawa siswa untuk mengukap kembali hal-hal yang pernah
dipelajari dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa
tidak mudah putus asa dalam menghadapi kasus yang sulit dan tidak
mudah puas dengan nilai yang telah didapatkan.
Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan secara singkat tentang
quantum
learning
yang
menggunakan
konsep
TANDUR
(Tumbuhkankan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan) .
Guru juga menjelaskan tujuan serta indikator yang akan dicapai
selama pembelajaran. Guru juga membagi siswa menjadi 5 kelompok
dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 s/d 6 siswa dan guru
mengarahkan jalannya diskusi agar diskusi dapat berjalan dengan
kondusi, aktif, inovatif dan kreatif. Setelah guru selesai melaksanakan
pembagian kelompok, guru menjelaskan maksud dari pembagian
kelompok
tersebut,
yaitu
untuk
mempermudah
siswa dalam
memahami materi dengan adanya penerapan metode quantum
learning.
Setelah
pembagian
kelompok
selesai,
guru
mulai
mempresentasikan materi pembelajaran pada siklus kedua yaitu
Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas
dan Laporan Neraca). Kemudian guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas. Selama
kegiatan penyampaian materi berlangsung ruang kelas tidak diiringi
instrumen agar siswa dapat mendengarkan guru yang sedang
menyampaikan materi.
Selanjutnya guru membagikan soal diskusi kepada siswa dan
siswa harus menyelesaikan soal diskusi itu dalam kelompoknya. Soal
88
diskusi itu berisi tentang perintah supaya tiap kelompok menjelaskan
tentang materi sesuai dengan nama kelompok mereka untuk
didemonstrasikan kepada teman-temannya dan membuat satu soal
beserta jawabannya sebagai bentuk pengulangan bahwa mereka benarbenar telah mengerti akan tugas mereka. Pada saat diskusi
berlangsung, guru mengamati jalannya diskusi dan membantu siswa
apabila ada kesulitan. Selama kegiatan diskusi, siswa diiringi
instrumen klasik dari Bryan Adam yang berjudul Run Free dengan
durasi waktu 6:21, Will You Be There dengan durasi waktu 4:40,
Rytem Of The Rain dengan durasi waktu 2:43, Bag Pipe Regae dengan
durasi waktu 3:33, I Just To Say I Love You dengan durasi waktu 3:34,
Rytem Of The Rain dengan durasi waktu 2:43 dan We Are The Word
dengan durasi waktu 2:39. Selama diskusi berlangsung, guru
Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa mengumpulkan
hasil diskusinya dan kemudian menyimpan hasil diskusi tersebut
untuk
didemonstrasikan
pada
pertemuan
berikutnya.
Setelah
pembelajaran selesai, guru menutup dengan salam penutup.
2) Rabu, 19 Mei 2010
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 19 Mei 2010
pada jam ke 7-8 (12.00 s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8
Surakarta
dengan
dengan
fasilitas
ruangan
berkarpet,
ber-
ac,tersedianya lcd projecktor dan lap top. Selama kegiatan
pembelajaran berlangsung diputar instrumen musik secara lirih
dengan judul Another Day In Paradise dengan durasi waktu 4:47,
Bonecas De Plata dengan durasi waktu 3:27, Girl rom Key Biscayne
dengan durasi waktu 3:41, Nikita dengan durasi waktu 3:47, Carelles
Whisper dengan durasi waktu 2:48, Stuck On You dengan durasi
waktu 3:07, The Moment dengan durasi waktu 4:41, Rain dengan
durasi waktu 2:50, Baby g’ dengan durasi waktu 3:33 dan Perhaps
Love dengan durasi waktu 2:42
89
Pertemuan
kedua
diawali
dengan
salam
pembuka
dan
dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini siswa
yang tidak masuk ada tiga orang yaitu Moh. Sadam Husain, Rahmad
Bangun S dan Sri Bintang Wicaksono. Kemudian guru memberikan
apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guru memberikan interupsi
kepada siswa untuk masuk ke dalam kelompoknya masing-masing.
Kegiatan
selanjutnya
yaitu
guru
menjelaskan
prosedur
berikutnya dalam pembelajaran dengan metode quantum learning.
Kemudian guru memberikan kesempatan bagi kelompok yang akan
mendemonstrasikan hasil dari kerja kelompoknya tanpa menunjuk
satu per satu. Pada pertemuan ini, seluruh kelompok dapat
mempresentasikan hasil kerjanya.
Setelah demonstrasi selesai, guru menyimpulkan hasil dari
presentasi tersebut secara singkat kemudian peneliti membagiakan
angket motivasi berprestasi kepada siswa untuk diisi. Setelah
pengisian angket selesai, guru mengumumkan kelompok terbaik yang
akan mendapatkan reward (map transparan) sebagai tanda perayaan
terhadap kelompok terbaik. Kelompok yang mendapatkan reward
adalah kelompok Ekuitas. Kemudian guru memberikan pesan kepada
siswa bahwa pada pertemuan berikutnya siswa akan menghadapi tes
lalu menutup dengan salam.
3). Rabu, 26 Mei 2010
Pertemuan ke-3 pada hari Rabu 26 Mei 2010 jam ke 7-8 (12.00
s/d 13.30) di ruang multimedia SMA N 8 Surakarta dengan kegiatan
evaluasi siswa setelah penerapan metode pembelajaran quantum
learning. Sebelum siswa masuk ruangan, ruangan telah diputarkan
musik klasik yang berjudul I Have a Dream dengan durasi waktu
3:06.
Pertemuan ketiga diawali dengan salam pembuka, memberikan
interupsi kepada siswa agar seluruh siswa menyimpan seluruh buku
90
dan catatan yang berhubungan dengan akuntansi di dalam tas dan
meminta siswa untuk duduk sesuai dengan nomor absen. Selanjutnya
guru membagikan soal kepada siswa.
Kegiatan selanjutnya yaitu seluruh siswa mengerjakan tes dan
guru memastikan bahwa siswa mengerjakan tes secara individu.
Selama tes berlangsung guru mengawasi jalannya tes dan siswa
diiringi instrumen musik klasik dengan judul Right Here Waiting
dengan durasi waktu 4:17, Goodbye dengan durasi waktu 4:00, The
Lady in Red dengan durasi waktu 4:12, Now and Forever dengan
durasi waktu 3:33, Implora dengan durasi waktu 3:50, Sleeping Child
dengan durasi waktu 3:39, The Power Of Love dengan durasi 5:27,
Without You dengan durasi 3:40, Tears In Heaven dengan durasi 4:31
dan Always Some Where dengan durasi 4:50.
Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru meminta kepada
siswa untuk mengumpulkan hasil tes danmemastikan bahwa identitas
pekerjaan mereka seudah lengkap. Kemudian guru mengakhiri
pembelajaran dengan salam penutup.
c. Observasi Tindakan Siklus Kedua
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Peneliti bertindak sebagai guru dalam menjelaskan tentang metode
quantum learning dan pengamat saat kegiatan awal, sedangkan guru
mata
pelajaran
bertindak
sebagai
kolaborator
yang
bertugas
melaksanakan kegiatan awal, menjelaskan materi pembelajaran dan
menjadi pengamat pada saat diskusi dan demonstrasi berlangsung.
Pertemuan Ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu 12 Mei 2010, pada
saat kegiatan awal diiringi musik klasik. Pada pertemuan ke-1 diisi
dengan kegiatan pengenalan tentang metode quantum learning,
penyampaian materi pembelajaran Laporan Keuangan (Laporan LabaRugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Neraca) dan pembagian
kelompok serta pemberian motivasi pada siswa. Selama penyampaian
91
materi tidak diiringi instrumen musik tetapi pada saat diskusi
berlangsung diiringi instrumen musik. Selama diskusi, guru memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menyelesaikan
soal
diskusi
kelompoknya.
Pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Rabu 19 Mei 2010,
selama pembelajaran berlangsung diiringi musik klasik. Pertemuan ke-2
diisi dengan demonstrasi hasil kerja dari tiap kelompok, pengisian angket
motivasi berprestasi oleh siswa dan pemberian reward kepada kelompok
terbaik. Pertemuan ketiga dilaksanakan hari Rabu 26 Mei 2010, guru
memberikan tes individu kepada siswa untuk mengetahui pemahaman
dan peningkatan siswa setelah diterapkannya metode quantum learning.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan
pengisian angket motivasi berprestasi siswa, maka diperoleh gambaran
peningkatan motivasi berprestasi siswa sebagai berikut, siswa yang
mempunyai standart keunggulan tugas tinggi sebesar 75 %. Dari hasil
pengamatan, hal ini dikarenakan siswa semakin optimis untuk
mengerjakan tugas secara individu dan dalam mengerjakan kasus yang
sulit, siswa tidak mudah putus asa dan segan untuk bertanya kepada guru
apabila mengalami kesulitan. Dari hasil wawancara pasca penelitian
dengan beberapa siswa yang mengalami peningkatan secara signifikan,
peningkatan ini disebabkan karena siswa semakin tertarik kepada
pelajaran akuntansi dan siswa semakin ingin tahu tentang akuntansi.
Jumlah ini mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, sebesar
44,57 % untuk siswa yang memiliki standart keunggulan tugas tinggi.
Sebanyak 25 % siswa memiliki tingkat standart keunggulan tugas
sedang.
Siswa yang mempunyai standart keunggulan prestasi diri sendiri
tinggi sebesar 79,17 %, dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena
siswa semakin tertarik pada kegiatan pembelajaran dengan metode
quantum learning dan siswa juga membawa buku referensi lain selain
LKS, siswa berusaha untuk memahami konsep akuntansi yang dijelaskan
92
guru dan siswa merasa percaya diri dengan tugas yang telah diselesaikan.
Dari hasil wawancara pasca penilitian dengan beberapa siswa yang
mengalami
peningkatan
secara
signiikan,
bahwa
siswa
ingin
mendapatkan nilai test yang lebih baik dari sebelumnya. Jumlah ini
mengalami peningkatan sebesar 48,74 % dari siklus sebelumnya.
Sebanyak 20,83 % siswa memiliki tingkat standart keunggulan prestasi
diri sendiri sedang.
Siswa yang mempunyai standart keunggulan tugas orang lain
tinggi sebesar 83,33% , dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena
siswa sangat antusias untuk meningkatkan prestasi mereka dan berani
bersaing dengan teman-temannya. Hal tersebut terlihat pada saat
demonstrasi, siswa sangat semangat dan antusias dan semangat saat
kegiatan demonstrasi. Siswa tidak segan bertanya kepada demonstran dan
siswa berebut untuk menjawab soal yang dibuat kelompok lain. Dari
hasil wawancara pasca penelitian dengan beberapa siswa yang
mengalami peningkatan signifikan, bahwa siswa ingin bersaing dengan
teman-teman yang lain dan siswa juga merasa malu apabila jauh
ketinggalan dengan teman lainnya. Jumlah ini mengalami peningkatan
sebesar 35,5%. Sebanyak 4, 17 % mempunyai tingkat standart
keunggulan tugas orang lain sedang dan 12,5 % adalah siswa yang
memiliki standart keunggulan prestasi orang lain tingkat rendah.
Prosentase
siswa
yang
menunjukan
kekreatifannya
dalam
kelompok sebesar 74,07 %, prosentase siswa yang inovatif dalam
kelompok sebesar 70,37 % dan
prosentase siswa yang akti saat
demonstrasi dan tanya jawab sebesar 92,59 %. Jumlah tersebut
mengalami kenaikan dari siklus sebelumnya masing-msing, 25,92%, 29,
63 % dan 51,85 %. Dari hasil pengamatan, hal ini disebabkan karena
pada saat kegiatan demonstrasi tiap kelompok menggunakan media
kertas karton, lap top dan lcd projekctor. Selain itu, selama proses
pengulangan yaitu saat demonstran menawarkan soal kepada siswa yang
menjadi audience, para siswa antusia menjawab soal tersebut dan siswa
93
juga mampu mrmberikan pendapat dan bertanya saat kegiatan
demonstrasi. Dari hasil wawancara dengan siswa pasca penelitian, hal itu
disebabkan karena siswa merasa nyaman berada di ruang multimedia
dengan fasilitas ruang ber-ac, siswa juga merasa bahwa dalam
pembelajaran ini siswa merasa bebas belajar dengan menggunakan segala
fasilitas dan bebas untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Hasil tes siswa setelah penerapan metode quantum learning
mengalami peningkatan dan ada siswa yang mendapatkan nilai
sempurna. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 50.
Sebayak 92,59 % siswa tuntas dalam mengerjakan soal dari materi Kertas
Kerja dan Laporan Keuangan (Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Neraca), sedangkan 7,41 % siswa tidak tuntas.
Siswa yang tidak tersebut kurang teliti dalam mengerjakan soal.
Tabel 4.2 Tabel Pencapaian Hasil Penelitian Siklus II
SIKLUS II
Aspek
Tinggi
Sedang
yang
Diukur
∑
%
∑
%
Standart
18
75
6
25
Keunggulan
Tugas
Standart
Keunggulan
19
25
5
20,83
Prestasi
Diri Sendiri
Standart
Keunggulan
20
83,88
1
4,17
Prestasi
Orang Lain
Keterangan:
1. Simbol ∑ adalah jumlah siswa
2. Simbol % adalah simbol prosentase ketercapaian
Rendah
∑
%
0
0
0
0
3
12,5
94
SIKLUS II
3.
4.17%12.5%
75%
83.33%
25%
20.83%
79.17%
Standart Keungulan Tugas Tinggi
Standart Keungulan Tugas Rendah
Standart Keungulan Tugas Sedang
Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Tinggi
Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Sedang Standart Keunggulan Prestasi diri sendiri Rendah
Standart Keunggulan Prestasi orang lain Tinggi
Standart Keunggulan Prestasi orang lain Sedang
Standart Keunggulan Prestasi orang lain Rendah
Gambar 4.2 Gambar Hasil Penelitian Siklus II
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Tes Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode
Quantum Learning
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama Siswa
Adi Sutrisno
Agung Setiawan
Ana Kurnia Widyowati
Anindya Elfa Santika
Ariyanti Tri Nugroho
Bagus Setiawan SP
Bagus Sulistyo Putro
Bara Pranata
Debby Mardalina Ayu N
Desian Vio Alvianto
Diah Mitakul Janah
Edho Rakyan Wicaksono
Enggar Naida Ulfah
Findo Hakim Guna N
Habraham Okky Fauzy
Hanafi Tri Indarto
Hardito Bhakti N
Iin Samsi Yanik
Muh. Sadam Husain
Muhamad Yusuf
Sebelum
60
60
90
80
95
75
70
70
90
60
90
60
95
60
80
90
70
90
60
60
Sesudah
95
65
95
100
98
67
55
65
95
65
98
94
100
65
65
100
100
100
50
66
95
21
22
23
24
25
26
27
Rahmad Bangun Saputro
Ravika Rizky Nur A
Ribut Ari Bawa
Ryan Ganang Kurnia
Sefrilia
Sri Bintang Wicaksono
Novia Catur
60
90
70
70
90
60
60
66
96
68
86
100
66
70
d. Refleksi Tindakan Siklus Kedua
Berdasarkan hasil observasi tindakan dari siklus kedua, maka
peneliti dapat melakukan analisa yang ditinjau dari kebaikan guru,
kebaikan siswa, kelemahan guru dan kelemahan siswa di siklus pertama.
Kebaikan guru pada siklus kedua yaitu persiapan materi
pembelajaran oleh guru dilaksanakan secara baik dan lengkap, guru
berhasil memotivasi siswa agar tidak mudah putus asa, semakin kreatif,
inovatif dan aktif selama proses pembelajaran dan guru dapat
menyediakan tempat yang nyaman dan menyenangkan dengan fasilitas
memadai, guru telah menyediakan instrumen musik sesuai dengan
permintaan siswa yaitu dengan tempo lebih cepat.
Kebaikan siswa pada siklus kedua yaitu adanya peningkatan yang
luar biasa dari segi keaktivan, inovatif dan kekreatifan siswa dalam
kelompok selama demonstrasi. Siswa semakin berusaha untuk mengerti
konsep dari pembelajaran akuntansi dengan quantum learning. Siswa
tidak segan dan tidak malu untuk bertanya maupun mengeluarkan
pendapat mereka saat kegiatan demonstrasi. Siswa berani bersaing saat
mengerjakan soal yang diberikan demonstran.
Kelemahan guru pada siklus kedua yaitu guru kurang tegas dalam
menegur siswa yang masa bodoh saat ada kelompok yang sedang
mendemonstrasikan hasil kerjanya.
Kelemahan siswa pada siklus kedua yaitu siswa masih harus
dimotivasi terlebih dahulu agar siswa mau bertanya dan mengerjakan
soal dari demonstran.
96
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di atas, maka tindakan
yang harus dilakukan adalah:
1). Guru hendaknya bertindak lebih tegas kepada siswa yang kurang
memperhatikan pada saat kegiatan pembelajaran
2). Guru perlu mengenal siswa secara pribadi agar dapat memantau
perkembangan siswa dan membantu kesulitan siswa selama
pembelajaran.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan penerapan metode quantum learning dapat meningkatkan
motivasi berprestasi siswa. Hal tersebut dapat dilihat saat proses pembelajaran.
Siswa mulai terbiasa melakukan diskusi dan menyampaikan pendapat apabila ada
materi yang belum jelas, siswa semakin tertarik untuk mengerti tentang konsep
akuntasi dan siswa mulai tidak putus ada serta tetap optimis dalam menghadapi
kasus-kasus yang sulit dan siswa mau bersaing untuk mendapatkan nilai yang
lebih baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Hasil Penelitian terhadap Motivasi Berprestasi
Siswa kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta
Aspek
yang
Diukur
Standart
Keunggulan
Tugas
Standart
Keunggulan
Prestasi
Diri Sendiri
Standart
Keunggulan
Prestasi
Orang Lain
Tinggi
SIKLUS I
Sedang
Rendah
Tinggi
SIKLUS II
Sedang
Rendah
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
7
30,43
12
52,17
4
17,39
18
75
6
25
0
0
7
30,43
13
56,52
3
13,04
19
25
5
20,83
0
0
11
47,83
6
26,09
6
26,09
20
83,33
1
4,17
3
12,5
Keterangan:
1. Simbol ∑ adalah jumlah siswa
2. Simbol % adalah simbol prosentase ketercapaian
97
Gambar 4.3 Hasil Penelitian Tindakan Kelas
Tabel gambar di atas adalah hasil PTK dengan penerapan metode
pembelajaran quantum learning dilihat dari peningkatan motivasi berprestasi
siswa. Secara umum motivasi berprestasi siswa mengalami peningkatan baik dari
segi standart keunggulan tugas, standart keunggulan prestasi diri sendiri maupun
standart keunggulan tugas prestasi orang lain. Peningkatan tersebut menunjukan
bahwa siswa semakin terbiasa dengan pembelajaran metode quantum learning
yang nyaman dan menyenangkan. Hal tersebut ditunjukan dengan prosentase
siswa siswa yang mengalami perkembangan secara positif. Siswa juga menjadi
terbiasa berdiskusi dengan teman satu kelompok, tidak mudah putus asa dalam
menghadapi kasus yang sulit, siswa mampu bersaing dalam hal tes individu, siswa
terbiasa mengungkapkan pendapatnya dan siswa tidak segan bertanya kepada guru
apabila siswa merasa kesulitan dalam menghadapi kasus dan tugas yang diberikan
guru.
98
Peningkatan motivasi berprestasi juga dapat dilihat dari kekreatifan,
keinovatifan dan keaktifan siswa dalam kelompok, siswa mengalami peningkatan
yang luar biasa pada siklus kedua.
Prosentase siswa yang menunjukan
kekreatifannya dalam kelompok sebesar 74,07 %, prosentase siswa yang inovatif
dalam kelompok sebesar 70,37 % dan
prosentase siswa yang akti saat
demonstrasi dan tanya jawab sebesar 92,59 %. Jumlah tersebut menunjukan
bahwa siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran dengan sungguhsungguh, mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya, menggunakan
media yang disediakan dnganbaik, siswa mampu mengungkapkan pendapat
mereka dan siswa juga bertanya apabila mengalami kesulitan.
Setelah diterapkannya metode pembelajaran quantum learning, kriteria
ketuntasan minimal (KKM) mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
diterapkannya metode quantum learning. Sebelum penerapan metode ini,
prosentase ketuntasan sebesar 62,96 % (17 dari 27 siswa) tetapi setelah penerapan
metode quantum learning, prosentase ketuntasan hasil belajar menjadi 92,59%
(25 dari 27 siswa). Prosentase tersebut didapat dari hasil tes siswa setelah
diterapkannya metode quantum learning.
PTK dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) refleksi tindakan.
Deskripsi hasil penelitian dari PTK ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Observasi awal adalah langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui
masalah pembelajaran yang muncul di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8
Surakarta. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
siswa masih rendah. Peneliti bersama kolaborator berdiskusi dan menerapkan
metode quantum learning dalam pembelajaran
2. Peneliti bersama kolaborator menyusun RPP dan skenario pembelajaran yang
kemudian dilaksanakan pada siklus pertama dengan materi pembelajaran
Kertas Kerja (Work Sheet). Peneliti selaku guru memberikan penjelasan
tentang prosedur metode Pembelajaran quantum learning dan mulai membagi
27 siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, di mana satu kelompok terdiri
99
dari lima hingga enam siswa. Setelah guru selesai menjelaskan matri, siswa
berdiskusi untuk menyelesaikan soal kelompok yang diberikan oleh guru.
Pertemuan berikutnya diisi dengan mendemonstrasikan hasil kerja kelompok
siswa. Pertemuan Pertemuan kedua diakhiri dengan pengisian angket motivasi
berprestasi dan pemberian reward kepada kelompok terbaik. Selama
pembelajaran berlangsung terdapat kelemahan yang perlu diperbaiki, antara
lain: Siswa masih acuh tak acuh selama kegiatan demonstrasi, siswa kurang
kreati, inovatif saat mendemonstrasikan materi, siswa kurang akti selama
kegiatan demonstrasi dan pengulangan. Berdasarkan kelemahan yang ada,
peneliti bersama kolaborator menyusun skenario pembelajaran dan RPP untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut.
3. Materi pembelajaran pada siklus kedua adalah laporan keuangan (laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan neraca). Pembelajaran di siklus
ketiga ini berlangsung lebih kreati, inovatif dan aktif dibandingkan siklus
sebelumnya. Siswa sudah mulai terbiasa dengan metode quantum learning dan
masing-masing anggota kelompok juga sudah mampu bekerjasama dengan
baik dengan anggota kelompok yang lain untuk mendemonstrasikan hasil
kerjanya secara kreati dan inovatif. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
belum berani mengungkapkan pendapat jika belum dimotivasi oleh guru, tetapi
secara umum metode pembelajaran quantum learning pada siklus kedua ini
sudah berjalan dengan baik dan lancar. Motivasi berprestasi siswa meningkat
baik dilihat dari standart keunggulan tugas, standart keunggulan prestasi diri
sendiri dan standart keunggulan prestasi orang lain.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat dipaparkan
bahwa guru berhasil meningkatkan motivasi berprestasi siswa dengan penerapan
metode quantum learning. Kekreatifan, keinovatifan dan keaktifan siswa juga
mengalami peningkatan.hal ini dapat dilihat saat siswa mendemonstrasikan hasil
kerja kelompok mereka dengan media dan fasilitas yang telah disediakan,
keberanian siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat saat kegiatan
demonstrasi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa
kelas XI IPS 3 SMA N 8 Surakarta pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi
100
mengalami peningkatan. Keberhasilan tersebut dapat dilihar dari indikatorindikator sebagai berikut:
1. Siswa semakin optimis untuk mengerjakan tugas secara individu dan dalam
mengerjakan kasus yang sulit, siswa tidak mudah putus asa dan segan untuk
bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Siswa menunjukkan
tanggung
jawab
mereka
masing-masing
dengan
mengerjakan
dan
mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru secara berkelompok (Standart
keunggulan tugas.
2. Siswa semakin tertarik pada kegiatan pembelajaran akuntansi dengan metode
quantum learning dan siswa juga membawa buku referensi lain selain LKS,
siswa berusaha untuk memahami konsep akuntansi yang dijelaskan guru dan
siswa merasa percaya diri dengan tugas yang telah diselesaikan (Standart
keunggulan prestasi diri sendiri).
3. Siswa sangat antusias untuk meningkatkan prestasi mereka dan berani bersaing
dengan teman-temannya. Hal tersebut terlihat pada saat demonstrasi, siswa
tidak segan bertanya kepada demonstran dan siswa berebut untuk menjawab
soal yang dibuat kelompok lain (standart keunggulan prestasi orang lain).
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap
siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi tindakan, dan (4) refleksi tindakan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran quantum learning dapat
meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi
kelas XI IPS 3 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal tersebut
didukung oleh fakta-fakta sebagai berikut:
1.
Standart keunggulan tugas siswa pada tingkat tinggi mengalami peningkatan
dari 30,43% (7 siswa) pada siklus pertama menjadi 75% (18 siswa) pada
siklus kedua, tingkat sedang dari 52,17 (12 siswa) menjadi 25 % (6 siswa)
dan tingkat rendah dari 17,39 %(4 siswa) menjadi 0 %;
2.
Standart Keunggulan prestasi diri sendiri pada tingkat tinggi mengalami
peningkatan dari 30, 43 (7 siswa ) menjadi 79,17 % (19 siswa); tingkat
sedang dari 56,52 % (13 siswa) menjadi 20,83 % (5 siswa) dan tingkat rendah
dari 13,04 % (3 siswa) menjadi 0 %;
3.
Standart keunggulan prestasi orang lain pada tingkat tinggi dari 47, 83 % (11
siswa) menjadi 83,33 % (20 siswa), tingkat sedang dari 26,09 % (6 siswa)
menjadi 4,17 % (1 siswa) dan tingkat rendah dari 26,09 % (6 siswa) menjadi
12,5 % ( 3 siswa).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka
dapat dikaji implikasinya, baik impllikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penerapan metode
pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa
73
102
pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi. Motivasi berprestasi siswa dalam
penelitian ini dapat dilihat dari tiga hal yaitu standart keunggulan tugas, standart
keunggulan prestasi diri sendiri dan standart keunggulan prestsi orang lain.
Motivasi berprestasi merupakan daya dorong bagi siswa untuk belajar
lebih giat lagi serta berlatih lebih maksimal agar tercapai prestasi yang diinginkan.
Daya dorong itu dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Dalam proses
pembelajaran, guru merupakan salah satu daya dorong dari luar yang sangat
berpengaruh untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa agar siswa semakin
bersemangat untuk menggapai prestasinya. Siklus pertama sampai siklus kedua
dalam penelitian ini menunjukan hasil positif dari kegiatan pembelajaran siswa.
Siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak mudah putus
asa apabila mendapatkan kasus sulit, siswa tidak segan untuk bertanya kepada
guru apabila mengalami kesulitan, siswa semakin aktif, inovatif dan kreatif dalam
kelompok mereka dan siswa semakin percaya diri akan hasil kerja mereka.
Pembelajaran dalam kelompok membuat siswa bebas, nyaman dan senang dalam
mengungkapkan pendapat.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan
metode pembelajaran quatum learning dapat meningkatkan motivasi berprestasi
siswa pada mata pelajaran ekonomi/akuntansi siswa. Hasil penelitian tersebut
menjadikan guru mata pelajaran akuntansi termotivasi untuk melakukan
peningkatan motivasi berprestasi siswa di kelas lain dengan menerapkan metode
pembelajaran quantum learning karena metode pembelajaran ini adalah metode
pembelajaran yang memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses
yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat serta
membuat belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Selain itu,
guru mata pelajaran akuntansi juga menjadi lebih optimis dalam melakukan
perbaikan dari metode pembelajaran yang selama ini diterapkan, yaitu dengan
menjadikan ceramah sebagai sebuah sarana dan bukan yang utama dalam
memberikan pemahaman materi pembelajaran akuntansi yang nyaman dan
menyenangkan bagi siswa.
103
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka
dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya selalu memotivasi siswa untuk terus berprestasi dengan
rasa percaya diri dan tanpa putus asa agar tujuan siswa untuk terus
berprestasi dapat terwujud.
b. Guru hendaknya dapat memilih penerapan metode pembelajaran yang tepat
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model
pembelajaran yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat dikemas menjadi
lebih menarik bagi siswa dan proses pembelajaran di dalam kelas.
d. Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan kelas
sehingga pembelajaran apapun yang akan diterapkan dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
2. Bagi Siswa
a. Metode pembelajaran quantum learning dapat dijadikan sebagai obat
penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan
kecintaan terhadap belajar, karena metode quantum learning memberikan
kebebasan untuk siswa dapat mengekspresikan diri menjadi siswa yang
lebih inovatif dan kreatif.
b. Metode pembelajaran quantum learning dapat membantu siswa untuk
mengembangkan keahlian dari materi yang dipelajari seperti halnya materi
akuntansi.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru dalam bentuk
bimbingan dan pembinaan tentang metode pembelajaran inovatif dan efektif
agar keberhasilan pembelajaran di dalam kelas dapat tercapai.
b. Sekolah sebaiknya membuka kerja sama dengan pihak eksternal seperti
peneliti atau lembaga pendidikan agar kesempatan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran lebih terbuka dengan adanya masukan dari pihak lain.
104
DAFTAR PUSTAKA
Asep Jihad&Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Multipressindo.
Gino, dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta:UNS Pers.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.
De Porter,Bobbi dan Mike Hernachi. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2003. Quantum
Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:
Kaifa.
Fasti Rola. 2006. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. USU
Repository (Jurnal Psikologi):Universitas Sumatera Utara
Harti. 2009. Pembelajaran dengan Model Quantum Learning dan Simulasi Peran Ditinjau
dari Motivasi Belajar. Surakarta:UNS.
Iskandar, Dr. M. Pd. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.
Karyono. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Quantun Learning Terhadap Pencapaian
Kompetensi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Memperhatikan
Minat Belajar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester I SMA Negeri
Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis:UNS
Kristini. 2003. Pengaruh Penggunaan Metode Mengajar dan Motivasi Berprestasi
Terhadap Prestasi Belajar Tentang Pengetahuan Lingkungan Hidup.
Tesis:UNS.
105
Lili Garliah&Fatma Kartikasari Nasution. 2005. Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Motivasi Berprestasi. Jurnal Psikologia:Universitas Sumatera Utara.
Moelyati dkk. 2001. Siklus Akuntansi Untuk Tingkat 1 SMK Kelompok Bisnis dan
Manajemen. Jakarta: Yudhistira.
Moh. Nazir, D. 2000. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia
Nanang Hanaiah&Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:Refika
Aditama.
76
Ngadiman, dkk. 2007. Dasar-Dasar Akuntansi. Surakarta:UNS Pers.
Setia Putri Ambarwati. 2010. Penerapan Model Quantum Learning dengan Metode Peta
Pikiran(Mind Mapping) pada Mata Pelajaran Ekonomi sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akselerasi SMA N I Surakarta Tahun
Pelajaran 2009/2010. Skripsi:UNS
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Guru Rayon 13.
Sertifikasi
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta:PT Gramedia.
Zianal. Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya.
Download