AKSESIBILITAS BAGI TAMU DIFABEL DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BANDUNG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Akhir Program Diploma III Oleh: Muhammad Alfin Nurfikri Nomor Induk : 201319149 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DIVISI KAMAR JURUSAN HOSPITALITI SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2016 Bandung, .................................2016 Bandung, .................................2016 Pembimbing II Pembimbing I Wisanggeni Agus Priyanto, SE., MM.Par Ir. Tri Haryotedjo M.Ds Bandung, .................................2016 Menyetujui : Kepala Bagian Administrasi Akademik Dan Kemahasiswaan Drs. Alexander Reyaan, MM. NIP. 19630915 198603 1 001 Bandung, .................................2016 Mengesahkan : KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG Dr. Anang Sutono, MM. Par., CHE NIP. 19650911 199203 1 001 PERNYATAAN MAHASISWA Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama Tempat/Tanggal Lahir NIM Jurusan Program Studi : Muhammad Alfin Nurfikri : Cirebon, 05 Mei 1995 : 201319149 : Hospitaliti : Manajemen Divisi Kamar Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. 2. 3. 4. Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi yang berjudul: “AKSESIBILITAS BAGI TAMU DIFABEL DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BANDUNG” ini adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh orang atau pihak lain atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali arahan dari Tim Pembimbing. Dalam Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dalam naskah Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap keaslian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bandung, 17 Juni 2016 Yang membuat pernyataan, Muhammad Alfin Nurfikri NIM. 201319149 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Subhanawata’ala, karena berkat izin-Nya penyusun dapat meyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Aksesibilitas bagi Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Bandung” dengan tepat waktu sebagai syarat untuk lulus program Diploma III Manajemen Divisi Kamar Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Karya tulis ini memuat pembahasan mengenai pentingnya aksesibilitas bagi tamu difabel di lobi hotel, karena semua jenis tamu termasuk difabel berhak mendapatkan akses di hotel utamanya lobi yang merupakan area yang menjadi pusat dari suatu hotel. Jadi sebagai insan pariwisata yang terjun di dunia perhotelan sangat direkomendasi untuk mengetahui perihal ini. Semoga dengan karya sederhana ini penulis bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan dan penelitian di industri perhotelan, dan berharap kedepannya penelitian – penelitian yang dilakukan di instansi Pariwisata dan Perhotelan dapat lebih baik dan inovatif sehingga output-nya dapat dirasakan untuk kemajuan Industri Perhotelan. Tak lupa penulis juga menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Anang Sutono, MM. Par. CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. 2. Bapak Drs. Alexander Reyaan, MM Selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. 3. Ibu Ni Gusti Made Kerti Utami, MM. Par. CHE selaku Ketua Jurusan Hospitaliti Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. 4. Ibu E.R. Ummi Kalsum, S. Sos MM. Par. selaku Ketua Program Studi Manajemen Divisi Kamar. 5. Bapak Ir. Tri Haryotedjo M.Ds selaku Pembimbing I. 6. Bapak Wisanggeni Agus Priyanto, SE, MM.Par selaku Pembimbing II. 7. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Manajemen Divisi Kamar. 8. Bapak Nanang Sofiandi selaku Human Resources Manager dan Ibu Wina Alfianti selaku karyawan Human Resources Department di Gumilang Regency Hotel. 9. Seluruh karyawan Gumilang Regency Hotel yang sudah membantu dalam penelitian. 10. Bapak Rakhmat Selamet dan Ibu Nurhayati selaku Orang Tua penyusun. 11. Teman – teman Aredelweiss Manajemen Divisi Kamar angkatan 2013. 12. Teman – teman Ikatan Keluarga Mahasiswa Muslim STP Bandung. Demikian yang bisa penyusun sampaikan, selamat memetik manfaat dari karya tulis ini, penyusun meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan atau pun tata bahasa karena “tak ada gading yang tak retak.” Bandung, 17 Juni 2016 Penyusun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Maksud dan Tujuan Penulisan ...................................................... 6 D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ....................... 7 E. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 8 BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Gumilang Regency Hotel ................................................. 10 B. Klasifikasi Gumilang Regency Hotel ............................................ 14 C. Fasilitas di Gumilang Regency Hotel............................................ 15 D. Tinjauan tentang Struktur Organisasi Gumilang Regency Hotel .............................................................................................. 18 E. Tinjauan tentang Lobi di Gumilang Regency Hotel ..................... 19 F. Tinjauan Tentang Jenis Tamu Hotel ............................................. 21 G. Tinjauan Tentang Karakter Penyandang Difabel .......................... 22 H. Tinjauan Umum tentang Aksesibilitas .......................................... 29 I. Tinjauan Ukuran Dasar Ruang untuk Perpindahan Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .................................... 30 J. Tinjauan Keadaan Pintu untuk Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .............................................................. 33 K. Tinjauan Keadaan Perabot untuk Tamu Difabel di Gumilang Regency Hotel .............................................................. 38 L. Tinjauan Fasilitas untuk Perpindahan Vertikal Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .................................... 41 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN A. Analisis Ukuran Dasar Ruang untuk Perpindahan Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .................................... 44 B. Analisis Keadaan Pintu untuk Tamu Difabel di Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .................................... 46 C. Analisis Keadaan Perabot untuk Tamu Difabel Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .................................... 53 D. Analisis Fasilitas untuk Perpindahan Vertikal Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel .................................... 56 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................... 59 B. Saran .............................................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66 LAMPIRAN .................................................................................................... 67 BIODATA PENYUSUN ................................................................................ 74 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. DATA GUEST COMMENT TENTANG TAMU DIFABEL TERHADAP AKSESIBILITAS DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BULAN OKTOBER – FEBRUARI 2015 – 2016 ........................... 5 2. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ......................................................... 9 3. KLASIFIKASI GUMILANG REGENCY HOTEL ...................................... 14 4. KAMAR TAMU YANG TERSEDIA DI GUMILANG REGENCY HOTEL .......................................................................................................... 15 5. UKURAN PANJANG, LEBAR DAN TINGGI RUANG UNTUK PERPINDAHAN DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL ................... 31 6. OBSERVATION CHECKLIST UTARA DI LOBI UKURAN RUANG SELATAN - GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................. 32 7. OBSERVATION CHECKLIST BARAT DI LOBI UKURAN RUANG TIMUR - GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................. 32 8. DATA PINTU YANG TERSEDIA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL....................................................................................... 34 9. OBESERVATION CHECKLIST PINTU MASUK UTAMA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................................................ 35 10. OBESERVATION CHECKLIST PINTU MASUK KEDUA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................................................ 36 11. OBESERVATION CHECKLIST PINTU MASUK MENUJU BUSINESS CENTER DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................. 36 12. OBSERVATION CHECKLIST PINTU MASUK MENUJU TOILET DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................................................ 37 13. DATA PERABOT YANG ADA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL .......................................................................................................... 39 14. OBSERVATION CHECKLIST MEJA TAMU DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS .......................................................................................... 39 15. OBSERVATION CHECKLIST GUMILANG REGENCY RAK UNTUK KORAN DI LOBI HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................................................ 40 16. OBSERVATION CHECKLIST MEJA WELCOME DRINK DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................................................ 40 17. OBSERVATION CHECKLIST GUMILANG REGENCY MEJA RESEPSIONIS DI LOBI HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS ............................................................ 41 18. OBSERVATION CHECKLIST KETERSEDIAAN AKSESIBILITAS UNTUK PERPINDAHAN VERTIKAL TAMU DIFABEL DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL ................................................................ 43 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. HALAMAN DEPAN GUMILANG REGENCY HOTEL ....................... 10 2. RENOVASI KAMAR DAN FASILITAS GUMILANG REGENCY HOTEL .................................................................................. 12 3. KAMAR TAMU DI GUMILANG REGENCY HOTEL ......................... 16 4. STRUKTUR ORGANISASI GUMILANG REGENCY HOTEL............ 19 5. LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL ................................................. 20 6. PENGGUNA KRUK ................................................................................ 23 7. PENYANDANG TUNANETRA MENGGUNAKAN ALAT BANTU TONGKAT ................................................................................. 24 8. PENYANDANG TUNARUNGU MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENDENGARAN ...................................................................... 25 9. ORANG LANJUT USIA .......................................................................... 26 10. ANAK – ANAK DAN ORANG KERDIL ............................................... 27 11. PENGGUNA KURSI RODA ................................................................... 28 12. UKURAN DASAR RUANG BAGI PENGGUNA KURSI RODA ......... 30 13. JALUR UTAMA HILIR – MUDIK TAMU DI GUMILANG REGENCY HOTEL .................................................................................. 31 14. UKURAN STANDAR AREA DI SEKITAR PINTU TERBUKA UNTUK PENGGUNA KURSI RODA .................................................... 33 15. PERABOT/FURNITUR YANG AKSESIBEL BAGI PENGGUNA KURSI RODA .......................................................................................... 39 16. RAMP MENUJU LOBI............................................................................. 42 17. LIFT YANG AKSESIBEL BAGI PENGGUNA KURSI RODA ............ 42 18. LIFT TANGGA ......................................................................................... 43 19. PERBEDAAN KETINGGIAN ANTARA LANTAI BUSINESS CENTER DAN LOBI ................................................................................ 51 20. DENAH LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL .................................. 57 21. ILUSTRASI PEMBERIAN RAMP DI PALANG PINTU MENUJU BUSINESS CENTER ................................................................ 62 22. PINTU MENUJU MEMENUHI TOILET STANDAR YANG LEBARNYA AKSESIBILITAS DI TIDAK LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL ........................................................... 63 23. ILUSTRASI KONSEP MEJA RESEPSIONIS YANG AKSESIBEL ............................................................................................. 64 24. ILUSTRASI PEMBERIAN RAMP DI TANGGA MENUJU LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL ........................................................... 64 25. ILUSTRASI PEMBERIAN RAMP DI TANGGA MENUJU COFFEE SHOP ........................................................................................ 65 DAFTAR GRAFIK halaman Grafik 1. JUMLAH TAMU PENGGUNA KURSI RODA YANG DATANG KE GUMILANG REGENCY HOTEL SELAMA 6 BULAN TERAKHIR PADA TAHUN 2015 – 2016 ............................................... 5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN ...................................................... 68 FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK UKURAN DASAR RUANG ................................................................................................................ 69 FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK PINTU ................................. 70 FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK PERABOT .......................... 71 FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK FASILITAS PERPINDAHAN VERTIKAL TAMU DIFABEL ............................................... 71 SURAT KETERANGAN DIIZINKAN MELAKUKAN PENELITIAN DI HOTEL.................................................................................................................. 72 SURAT KETERANGAN SELESAI MELAKUKAN PENELITIAN DI HOTEL.................................................................................................................. 73 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suwithi dan Cecil (2008:44) berpendapat bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Dalam sebuah bangunan hotel, terdiri dari berbagai area/ruang, salah satunya adalah area yang dapat diakses oleh umum (karyawan dan tamu) yang dinamakan area/ruang publik. Menurut Panero dan Martin (2003 : 267) ruang publik adalah ruang dengan intensitas penggunaan yang tinggi yang melibatkan aktivitas dengan kepadatan yang terus mengalir serta beban manusia yang berada disana untuk beberapa jangka waktu lamanya. Salah satu area/ruang publik di hotel diantaranya adalah lobi atau area ruang tunggu di dekat meja resepsionis. Disampaikan oleh Piotrowski dan Elizabeth (1999:108 ) bahwa : The lobby can be a busy place. It’s of course, where the guest registers. It is also the main circulation space helping guests to public spaces in the hotel such as restaurant, recreations, venues, and conference spaces. In addition the lobby serves as a place for guest to meet other guest and visitors and to relax away from guest room, thus becoming a gathering place. Lobi bisa dikatakan menjadi area/tempat yang sibuk di hotel, karena disana tersedia meja resepsionis untuk layanan registrasi tamu. Juga menjadi pusat jalur utama bagi tamu yang mau mengunjungi fasilitas hotel lainnya seperti restoran, fasilitas rekreasi dan tempat pertemuan atau confrences. Selanjutnya, lobi merupakan tempat bagi tamu untuk bertemu dan berkumpul dengan temannya sambil duduk santai di tempat duduk yang biasanya disediakan di lobi. Dari pernyataan tersebut, ternyata lobi bukan hanya sekedar tempat tunggu atau singgah saja, namun sebagai area administrasi di dalam hotel seperti melakukan proses check in dan check out karena Front Desk berlokasi di area lobi. Lalu, lobi juga berfungsi sebagai penyedia informasi mengenai hotel, jalur utama untuk tamu yang hilir - mudik menuju fasilitas – fasiltas hotel dan tempat tamu bertemu dengan teman – temanya. Dengan fungsi vital yang dimiliki oleh lobi tersebut, seyogyanya lobi harus menyediakan akses yang bisa dilalui oleh semua jenis tamu. Suwithi dan Cecil (208 : 147) mengungkapkan bahwa jenis tamu yang datang ke hotel diantaranya : Newly Arrivals, Group/Tours,CIPs (Commercial Important Persons), VIPs (Very Important Persons), dan SPATTs (Special Attention Guests). Tamu jenis SPATTs memiliki beberapa sub-jenis lagi, salah satunya adalah penyandang disabilitas. Menurut Kurniawan dkk (2014 : 38) disabilitas diartikan sebagai segala hambatan atau kurang mampunya seseorang melakukan aktivitas dalam batas yang dipahami normal oleh kebanyakan orang. Hambatan ini dapat bersifat sementara maupun permanen. Orang pada umumnya lebih mengenal istilah penyandang cacat dibanding dengan istilah penyandang disabilitas. Selain kedua istilah tersebut, dikenal pula istilah bagi orang yang mempunyai kekurangan fisik dengan nama penyandang difabel (untuk seterusnya penulis akan menggunakan istilah difabel). Menurut Kurniawan dkk (2014:39) difabel dibedakan menjadi beberapa kelompok diantaranya : Pengguna Kursi Roda, Tunadaksa, Tunanetra atau gangguan penglihatan, Tunarungu atau gangguan pendengaran, Tunanetra sekaligus Tunarungu, Orang Lanjut Usia, Anak – anak dan orang kerdil. Agar tamu difabel bisa menuju atau keluar dari lobi atau berpindah di area lobi, maka diperlukan aksesibilitas yang memadai dan terstandarisasi untuk membantu tamu difabel dalam bergerak dan berpindah. Tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Jadi bisa disimpulkan bahwa aksesibilitas merupakan fasilitas yang membantu para tamu difabel untuk bergerak atau berpindah menuju, keluar atau di lobi itu sendiri tanpa terkendala dan bantuan orang lain. Menurut Kurniawan dkk (2014:77-103) menyatakan bahwa kompenen kompenen aksesibilitas yang harus tersedia dan terstandarisasi untuk tamu difabel pengguna kursi roda di sebuah bangunan terdiri dari 1. Ukuran dasar ruang Ukuran dasar ruang adalah ukuran – ukuran dasar 3 dimensi (panjang, lebar, tinggi) yang berkaitan dengan ukuran tubuh manusia dewasa dan gerakannya 2. Pintu Pintu, merupakan akses untuk masuk dan keluar bangunan atau ruang pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu). Pintu yang aksesibel minimal memiliki bukaan selebar 3. Perabot Perabot (furniture), esensi dan panduan tentang perabot ini adalah mengatur keharusan peletakan atau penataan lay out furniture untuk menyisakan atau memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang disabilitas. 4. Ramp Ramp, adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu sebagai rute alternatif untuk orang – orang yang tidak bisa menggunakan tangga. 5. Lift Lift, adalah alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan vertikal di dalam bangunan baik yang digunakan khusus bagi difabel. 6. lift tangga. Lift tangga (stairway lift), adalah alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan vertikal dalam bangunan, yang digunakan khusus bagi difabel secara individu. Untuk ramp, lift dan lift tangga diklasifikasikan menjadi satu dimensi, yaitu fasilitas untuk perpindahan vertikal. Dikutip dari Pynkyawati (2009:198) bahwa Sirkulasi (peredaran/perpindahan) vertikal adalah perpindahan yang memiliki arah pergerakan secara vertikal atau tegak lurus terhadap bangunan. Berikut ini penyusun tampilkan intensitas tamu pengguna kursi roda yang mengunjungi Gumilang Regency Hotel : GRAFIK 1 Jumlah tamu pengguna kursi roda yang datang ke Gumilang Regency Hotel selama 6 bulan terakhir pada tahun 2015 - 2016 4 3 2 Jumlah tamu pengguna kursi roda yang datang 6 bulan terakhir pada tahun 2015 2016 1 0 Sumber : Duty Manager Gumilang Regency Hotel,2016 Selanjutnya penyusun menemukan bahwa setiap tamu pengguna kursi roda tersebut mengalami hambatan dalam bermobilisasi atau menagakses fasilitas khususnya di area lobi yang tercantum dalam kumpulan guest comment sebagai berikut : TABEL 1 DATA GUEST COMMENT TENTANG TAMU DIFABEL TERHADAP AKSESIBILITAS DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BULAN OKTOBER – FEBRUARI 2015 – 2016 Bulan Guest Comment Dimensi Aksesibilitas Oktober Suasana hotel nyaman, namun area lobi tidak Fasilitas bersahabat dengan pengguna kursi roda seperti saya, perpindahan karena banyaknya tangga di area tersebut seperti vertikal ketika menuju coffee shop, jadi saya tidak bisa berpindah secara madiri . November Ketika Check in saya tidak bisa menjangkau meja Perabot resepsionis seperti orang pada umumnya karena mejanya terlalu tinggi Desember Saya mengalami kesulitan saat hendak pergi ke toilet Pintu di lobi karena ukurannya yang terlalu sempit Januari Akses menuju business center menyulitkan karena Fasilitas ada perbedaan ketinggian lantai perpindahan vertikal Februari Bangunan hotelnya bagus, namun pada jalan menuju Fasilitas pintu masuk hotel terdapat tangga yang menyulitkan perpindahan vertikal Sumber : Duty Manager Gumilang Regency Hotel,2016 Dari tabel tersebut, terdapat indikasi yang menunjukan bahwa Gumilang Regency Hotel khususnya area lobi, aksesibilitasnya. Memang menjadi sebuah memiliki permasalahan dalam tanda tanya, berapa banyak tamu difabel yang datang ke hotel ? bila dirata - ratakan intensitas tamu dengan kursi roda yang datang ke hotel tersebut sekitar 2 tamu dalam sebulan.. Namun bukan menjadi alasan bagi pihak manajemen hotel untuk tidak mempunyai perhatian terhadap aksesibilitas. Karena tamu difabel mempunyai hak yang sama dengan orang normal pada umunya seperti tertuang pada Undang – Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 2 yang berbunyi “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Sebagai warga baik yang menjalankan bisnis perhotelan di Indonesia harus patuh terhadap undang – undang yang berlaku. Disebutkan pada Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 6 tahun 2014 tentang Standar Usaha Hotel tercatat dalam butir Panduan Penilaian Standar Usaha Hotel Bintang bahwa hotel dikatakan cukup baik salah satu syaratnya adalah minimal lobi memiliki sarana untuk akses kursi roda. Berdasarkan keterangan di atas, tamu difabel tetap memiliki hak untuk bisa bergerak menuju dan keluar lobi atau bergerak di area lobi itu sendiri secara mandiri tanpa dikasihani oleh orang lain yaitu dengan menyediakan aksesibilitas yang memadai. Karena berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, salah satu prinsip aksesibilitas ialah kemandirian dan ditambahkan lagi dikemukakan Kurniawan dkk (2014 : 64) bahwa ada prinsip sosial dalam aksesibilitas, yaitu semua orang tanpa terkecuali harus bisa mencapai, masuk, dan menggunakan semua fasilitas yang ada di tempat/lingkungan publik tanpa merasa menjadi objek belas kasihan apalagi pelecehan hak sosial. Apalagi terdapar beberapa complaint tentanng yang ditujukan ke pihak hotel tentang aksesibilitas lobi. Maka dari itu, penyusun berminat membuat tugas akhir dan penelitian dengan judul : “Aksesibilitas bagi Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Bandung”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan teori tentang kompenen – kompenen aksesibilitas yang sudah disebutkan di atas, maka berikut ini identifikasi masalah yang akan penyusun bahas terdiri dari : 1. Bagaimana ukuran dasar ruang untuk perpindahan tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel ? 2. Bagaimana keadaan pintu untuk tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel ? 3. Bagaimana keadaan perabot untuk tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel sesuai standar aksesibilitas ? 4. Bagaimana fasilitas untuk perpindahan secara vertikal (ramp, lift dan lift tangga ) untuk tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel ? Pada penelitian kali ini penulis hanya memfokuskan pada tamu difabel pengguna kursi roda. C. Tujuan 1. Tujuan Formal a) Menyelesaikan syarat lulus program Diploma 3 Manajemen Divisi Kamar Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. b) Sebagai bahan referensi bagi instansi maupun sekolah perhotelan dan pariwisata terkhusus Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, mengenai aksesibilitas bagi tamu difabel khususnya di lobi yang menjadi area vital di hotel. 2. Tujuan Operasional a) Mengetahui ukuran dasar ruang untuk perpindahan tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel. b) Mengetahui keadaan pintu untuk tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel. c) Mengetahui keadaan perabot untuk tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel. d) Mengetahui keadaan fasilitas untuk perpindahan secara vertikal bagi tamu difabel di lobi Gumlang Regency Hotel. e) Sebagai salah satu bentuk sosialisasi prinsip aksesibilitas di industri perhotelan. D. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan penyusun adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Dantes (2012 : 51) penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/perisitiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Yang menjadi bahan deskripsi adalah lobi Gumilang Regency Hotel, untuk selanjutnya akan dibandingkan dengan teori – teori dalam sejumlah referensi mengenai aksesibilitas, sehingga akan ditemukan mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan teori. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Sugiyono (2015 : 214) mengatakan bahwa observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang, atau proses kerja suatu produk di tempat pada saat melakukan penelitian. Teknik ini digunakan oleh penyusun untuk mendapatkan data tentang bagaimana keadaan objek penelitian yaitu lobi Gumilang Regency Hotel yang diamati langsung dengan menggunakan penglihatan dan panca indera yang penyusun miliki. b. Wawancara Menurut Sanusi (2011 : 105) wawancara merupakan cara pengumpulan yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Teknik ini digunakan oleh Penyusun untuk mendapatkan indikasi masalah dan data pendukung, khususnya data / informasi berkenaan dengan lobi Gumilang Regency Hotel kepada pihak karyawan hotel, seperti Duty Manager dan Front Office Supervisor yang beroperasional di area lobi. c. Dokumentasi Menurut Sanusi (2011: 114) cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan. Penyusun akan mencari data misalnya dari brosur/file – file yang diberikan oleh hotel. Selain itu penyusun juga menggunakan dokumentasi secara gambar yaitu dengan mengambil foto objek penelitian untuk mempermudah pembaca dalam memahami materi yang terdapat dalam tugas akhir ini. E. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokus penyusun bertempat di Gumilang Regency Hotel yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No 323-325, Bandung, Jawa Barat – Indonesia. Nomor telepon +62 22 2012 618 atau +62 22 2012 612. Alamat email : [email protected],website:www.gumilangregency.com. 2. Waktu Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Februari hingga Mei 2016. Berikut adalah jadwal penelitian yang akan penyusun lakukan : TABEL 2 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Bulan Februari Maret April I II III IV I II III IV I II III IV Kegiatan Observasi awal Lokus penelitian Wawancara dengan karyawan hotel Dokumentasi lokus penelitian Observasi akhir Mei I II III IV BAB II TINJAUAN UMUM A. Sejarah Gumilang Regency Hotel GAMBAR 1 HALAMAN DEPAN GUMILANG REGENCY HOTEL Sumber : Human Resources Manager, 2016 1. Periode Tahun 1989 hingga 2007 Gumilang Regency Hotel mulai dibangun pada tahun 1989 dan mulai beroperasi di tahun 1990. Pada saat itu nama yang digunakan adalah Gumilangsari Hotel. Pada awalnya Gumilangsari Hotel hanya memiliki 56 kamar tamu dengan fasilitas ruang meeting, coffee shop dan restaurant. Melihat tingkat persaingan hotel yang semakin meningkat dan ditambah meningkatnya kunjungan wisata ke Bandung yang membaik, maka mulai tahun 2007 dilakukan renovasi. Perusahaan mulai melakukan perubahan yang cukup signifikan, yakni perbaikan dan penambahan kamar sebanyak 48 kamar, penambahan fasilitas dan renovasi main building sehingga memberikan wajah baru bagi hotel ini dan berubah nama menjadi Gumilang Regency Hotel. Gumilang Regency Hotel dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat Cemerlang , Inti , Menarik , Cantik. “ Cemerlang dan Menarik“, suatu lokasi yang indah yang berada di luar kota Bandung yang berhawa sejuk dengan udara yang bersih. Hotel Gumilang Regency terletak didaerah Bandung Utara yang berbatasan dengan Kota Lembang, tepatnya dijalan Dr. Setiabudhi No. 323 - 325, Bandung 40154. Berada didaerah ketinggian lebih kurang 2700 kaki di atas permukaan laut dengan suhu udara yang sejuk antara 18’ C - 25’ C. Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan untuk dapat memiliki daya saing tinggi dalam bisnis hotel, perusahaan mulai melakukan berbagai bentuk pengembangan, termasuk untuk fasilitas yang disediakan bagi tamu. Saat itu, sejalan dengan perkembangan dan pembangunan secara fisik, ketersediaan fasilitas yang dapat mengakomodasikan kebutuhan pasar, terutama sasaran pasar keluarga dimulai dengan berbagi hal, termasuk penyediaan kolam renang bagi anak-anak yang terpisah dari kolam untuk orang dewasa dan berair hangat. Selain itu, untuk menambah sarana / fasilitas hotel yang disediakan oleh perusahaan, beberapa fasilitas lain juga dibuat seperti arena bermain anak-anak untuk memudahkan bagi tamu keluarga mendapatkan fasilitas yang berhubungan dengan anak. GAMBAR 2 RENOVASI KAMAR DAN FASILITAS GUMILANG REGENCY HOTEL Sumber : Human Resources Manager, 2016 2. Periode Tahun 2007 hingga 2015 Sejalan dengan renovasi dan penambahan fasilitas baru, kini Gumilang Regency Hotel menyediakan sarana keperluan MICE ( meeting, incentive, conference and exhibition ) yang dirancang secara minimalis dan dapat menampung lebih banyak peserta. Gumilang Regency Hotel juga memiliki Grand Chryssant Ballroom dengan tinggi 7 meter yang dibuat tanpa pilar dan dapat digunakan untuk conference ataupun wedding dengan kapasitas sampai seribu orang. Untuk menerima kunjungan pada saat weekend atau masa liburan, hotel ini telah menyediakan sarana yang dapat mengakomodasi kebutuhan keluarga, seperti tempat bermain anak-anak, kolam renang, spa untuk relaksasi, lapangan rumput untuk berolah raga serta fasilitas fitness centre yang dilengkapi peralatan mutakhir. Nuansa ini diciptakan guna menanggapi potensi dan demand saat ini. Gumilang Regency Hotel juga melakukan perubahan mendasar secara manajemen; struktur organisasi diperbaiki, Standard Operations Procedures diperbaharui serta Job Description yang telah diperbaiki dan diperbaharui. Guna menunjang operasional Hotel, manajemen menempatkan tenaga yang professional yang dibekali keahlian dan pengetahuan yang baik. Perusahaan juga memiliki sarana PMS (Property Management System) atau hotel komputer sehingga pelayanan yang diberikan menjadi lebih efisien dan maksimal. Inovasi yang sedang berjalan adalah melakukan renovasi untuk beberapa type kamar. Sehingga Gumilang Regency Hotel saat ini hanya memiliki tipe kamar Superior, Deluxe, Executive dan Suite. Tujuan renovasi tersebut adalah mewujudkan hasil comment dari tamu yang loyal yang telah memberikan saran dan kritik untuk perubahan yang positif. Selain itu salah satu siasat dalam menghadapi persaingan bisnis dengan Budget Hotel yang baru dan menjamur di kota Bandung. Salah satu bentuk kamar yang sudah di renovasi adalah New Executive Room yaitu menggunakan konsep interior modern dan etnic, menjadikan kamar Executive tampak berbeda dengan kamar lainnya, terutama pada interior kamar dan terrace. Membuat tamu merasa “ Hommy “ dan berkesan menjadikan tag line ” Most Memorable Stay ” adalah tepat untuk Gumilang Regency Hotel. Dan untuk memudahkan tamu serta menjalin komunikasi menyediakan serta fasilitas www.gumilangregency.com melakukan booking dan pelanggan setia yang ingin reservasi engine hotel, dengan perusahaan website : semua informasi lengkap mengenai Gumilang Regency Hotel ada didalamnya. Gumilang Regency Hotel juga melakukan kerjasama dengan beberapa partner Online Travel seperti Agoda.com, Booking.com, pegipegi.com untuk memperluas jaringan di internet. Terbentuknya Corporate Office dengan bendera Gumilang Hospitality Management menjadikan bukti akan segera lahir hotel – hotel baru selain Gumilang Regency Hotel. Salah satunya NIWA Gumilang di daerah Kerawang Jawa Barat (Sumber : Human Resources Manager, 2016) B. Klasifikasi Gumilang Regency Hotel Berikut ini pengklasifikasian Gumilang Regency Hotel berdasarkan beberapa aspek : TABEL 3 KLASIFIKASI GUMILANG REGENCY HOTEL No 1 2 3 Dasar Klasifikasi Bintang Sistem Perencanaan harga kamar/plan Jumlah Kamar 4 Lokasi 5 Area 6 Tujuan Penjelasan Alasan Bintang 3 Nanang selaku Human Resources Manager mengatakan Gumilang Regency Hotel telah tersertifikasi hotel berbintang 3 oleh Lembaga Sertifikasi Usaha Karsa Bhakti Persada pada tahun 2014 Tercantum dalam brosur hotel bahwa harga kamar sudah termasuk buffet breakfast untuk 2 orang Continental Plan Small hotel Resort Hotel Suburb Hotel Bisnis Mempunyai 106 kamar. Menurut Suwithi dan Cecil (2008:57) small hotel adalah hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar. Terletak dekat di kawasan wisata alam seperti farm house Berada diantara Kecamatan Lembang dan Kota Bandung. Menurut Suwithi dan Cecil (2008:60) suburb hotel adalah hotel yang berlokasi di pinggiran kota, yang merupakan pertemuan antara dua kota madya Munurut Tedi selaku Duty Manager mayoritas 7 Kunjungan Tamu Lama Tamu Menginap Semi Residential 8 Jenis Tamu Menginap Group 9 Jenis Bangunan Gedung Bangunan Gedung Fungsi Usaha tamu yang berkunjung untuk melakukan rapat perusahaan Munurut Tedi selaku Duty Manager mayoritas rata rata tamu yang menginap di Gumilang Regency Hotel tinggal selama 2 malam. Suwithi dan Cecil (2008:61) mengatakan di jenis semi residential hotel, tamu menginap lebih dari 1 malam Menurut Tedi selaku Duty Manager mayoritas tamu yang datang ke Gumilang Regency Hotel adalah Grup Tertulis dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan bahwa perhotelan termasuk bangunan gedung fungsi usaha Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 C. Fasilitas di Gumilang Regency Hotel • Kamar Tamu TABEL 4 KAMAR TAMU YANG TERSEDIA DI GUMILANG REGENCY HOTEL No. Tipe Kamar Jumlah 1 Superior 16 2 Deluxe 59 3 Executive 30 4 Suite 1 TOTAL 106 Sumber : Human Resources Manager, 2016 GAMBAR 3 KAMAR TAMU DI GUMILANG REGENCY HOTEL Sumber : Human Resources Manager, 2016 • Grand Ballroom tanpa pilar berkapasitas 1,000 orang dengan tinggi 7 meter. • 5 Ruang Meeting untuk kapasitas 20 - 200 orang. • Business Centre dan High-speed Internet WiFi untuk menunjang sarana meeting. • Iris Resto dan Azalea Lounge dengan kapasitas 100 tamu yang menyajikan makanan internasional, chinese dan Indonesian oleh para chef yang sudah terlatih. • Liliana Terrace dan Bougenville Rooftop Garden. • Lantana Pool yang terdiri dari kolam renang dewasa dan anak-anak dimana kolam renang untuk anak adalah kolam renang air hangat sehingga dapat lebih disukai dan dinikmati anak-anak. Ada juga fasilitas Vanda Kids Corner (children playground) untuk anak-anak. • Ixora Fitness Center dan Calla Spa, diharapkan fasilitas tambahan ini akan memanjakan mereka yang menginginkan relaksasi dan tetap bugar di luar rutinitas sehari-hari. • Bamboo Karaoke kini dengan kapasitas 7 executive rooms dan Hall dengan kapasitas 50 orang serta ditunjang oleh sarana sound system yang paling mutakhir dan lagu – lagu terbaru. • Hotel ini juga menyiapkan ruang Mushola, Luggage Room juga Orchid Mini Shop untuk kenyamanan para tamu kami, serta 24 hours security services dengan tenaga professional yang terlatih dan handal dan di lengkapi CCTV. • Lapangan rumput untuk menunjang tempat kebugaran dan permainan. • Area parkir untuk 250 kendaraan untuk menunjang sarana MICE ataupun wedding di Gumilang Regency Hotel. • Chatalia Room adalah fasilitas baru yang mengambil konsep “Fresh Business Meeting” lokasi ruang rapat dengan restaurant dengan pemandangan taman terbuka. fasilitas hi-tech dan • Buggy sebagai kendaraan untuk “showing” atau kebutuhan tamu hotel. (Sumber : Human Resources Manager, 2016) D. Tinjauan tentang Struktur Organisasi Gumilang Regency Hotel Organisasi menurut Sutarto (2006:40) adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Lalu, Sutarto (2006:41) menjelaskan juga bahwa struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan – satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing – masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh. Dalam organisasi mempunyai bagian – bagian yang mempunyai tanggung jawab berbeda – beda untuk mewujudkan visi bersama. Bagian 1 dan bagian lainnya terikat dalam 1 hubungan yaitu hubungan secara horisontal, yakni hubungan antara bagian yang 1 level dan bagian secara vertikal, yakni hubungan antara bawahan dan atasan. Dalam Struktur Organisasi Gumilang Regency Hotel sama pada umumnya, yaitu atasan/pemimpin tetinggi dalam level manajemen hotel disebut General Manager yang membawahi langsung manajer dari tiap departemen. Jumlah departemen di Gumilang Regency Hotel sejumlah 9 departemen. Lebih jelasnya dapat dilihat Struktur Organisasi Gumilang Regency Hotel berikut ini : GAMBAR 4 STRUKTUR ORGANISASI GUMILANG REGENCY HOTEL General Manager Front Office Manager Executive Housekeeper F&B Manager Executive Chef Karaoke Manager Chief Engineering Director of Sales & Marketing Human Resources Manager Chief Accountant Sumber : Human Resources Manager, 2016 E. Tinjaun tentang Lobi di Gumilang Regency Hotel Nurhayati (2012:432) mengatakan bahwa lobi adalah ruang tunggu, ruang teras di dekat pintu masuk hotel. Namun, bukan hanya sebagai ruang tunggu saja, di lobi terdapat meja resepsionis yang merupakan penyedia layanan registrasi dan layanan bagi tamu hotel. Selanjutnya, lobi digunakan oleh tamu untuk bertemu dengan teman – temannya saat di hotel. Lobi di Gumilang Regency Hotel mempunyai unsur etnik budaya daerah lokal yaitu budaya Sunda. Itu ditandai dengan furniturnya yang kental dengan nuansa kayu, contohnya kursi lobi yang kerangkanya terbuat dari kayu tanpa diberi penutup/skin dan didesain one chair for one person. Lalu, lantainya pun tampak sederhana kerena ubin yang digunakan semuanya bermotif sama tanpa ada variasi motif. Konsep pelayanan resepsionis harus diakses dengan cara berdiri seperti konsep city hotel. Selanjutnya unsur etnik sunda yang dimiliki oleh lobi Gumilang Regency Hotel adalah adanya wayang golek yang posisinya bertepatan lurus dengan pintu masuk utama lobi, sehingga memberikan kesan kepada tamu bahwa Gumilang Regency Hotel merupakan hotel dengan kearifan lokal Bandung, Jawa Barat. Selain itu, Wayang Golek menjadi daya tarik bagi tamu untuk mengunjungi lobi dan merupakan objek foto yang menarik bagi tamu apabila ingin mengabadikan momen saat hendak tinggal di Gumilang Regency Hotel. Lalu, alunan musik sunda yang dimainkan baik secara live atau dari audio menambah nuansa sunda saat tamu berada lobi. Lobi di Gumilang Regency Hotel juga terintegrasi dengan fasilitas umum lainnya seperti business center, iris coffee shop, lounge, public area toilet dan luggage room. Bangunan Gumilang Regency Hotel terbagi menjadi 4 bangunan yang saling terpisah. Bangunan dimana lobi berada mempunyai 3 level lantai. Untuk level pertama terdiri dari lobi dan fasilitas umum yang sudah disebutkan. Lalu, level 2 terdiri dari ruang pertemuan. Dan di level 3 terdapat ruang pertemuan serta roof top garden. GAMBAR 5 LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL Sumber : dokumentasi Penyusun, 2016 F. Tinjauan Tentang Jenis Tamu Hotel Suwithi dan Cecil (2008 : 147) menyatakan bahwa beberapa jenis tamu yang datang ke hotel diantaranya : 1. Newly Arrivals, tamu – tamu yang pertama datang menginap di hotel. 2. Group/tours, tamu yang biasanya datang dalam jumlah besar dengan barang bawaan yang banyak.Tamu – tamu ini biasanya memerlukan penaganan khusus pada saat kedatangan. 3. VIPs (Very Important Persons), tamu yang penting dikarenakan pengaruh jabatannya, popularitasnya atau keamanannya, contohnya; Government officers, frequent-stay guests, celebrities, guest in expenses rooms, guest with security risks, executives from the hotel’s head office, dll. 4. CIPs (Commercially Important Persons), Tamu Penting dikarenakan profesinya, jabatan/posisinya diperusahaan atau kekayaannya, contohnya; executive of large corporate account-holders, important journalist and media staff, travel agents and tour company staff, dan tamu-tamu yang dapat memberikanpeluang bisnis bagi hotel. 5. SPATTs (Special Attention Guests), Tamu yang membutuhkan perhatian khusus atau tamu-tamu yang memerlukan extra perhatian seperti tamu dengan tongkat, orang cacat (difabel), tamu orang tua, tamu sakit, wanita yang melakukan perjalanan sendiri, wanita hamil, tamu yang membawa bayi. G. Tinjauan Tentang Karakter Penyandang Difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 38) disabilitas diartikan sebagai segala hambatan atau kurang mampunya seseorang melakukan aktivitas dalam batas yang dipahami normal oleh kebanyakan orang. Hambatan ini dapat bersifat sementara maupun permanen. Orang pada umumnya lebih mengenal istilah penyandang cacat dibanding dengan istilah penyandang disabilitas. Selain kedua istilah tersebut, dikenal pula istilah bagi orang yang mempunyai kekurangan fisik dengan nama penyandang difabel (untuk seterusnya penulis akan menggunakan istilah difabel). Menurut Kurniawan dkk (2014 : 39) berdasarkan kemampuannya yang berbeda – beda , difabel dibedakan menjadi beberapa kelompok menurut definisi dan karakteristiknya, yaitu : 1. Tunadaksa Tunadaksa atau cacat tubuh adalah orang yang kehilangan sebagian anggota tubuhnya namun masih bisa bermobilitas dan bergerak dengan menggunakan anggota tubuh lainnya atau dengan bantuan alat seperti prostesis (anggota tubuh imitasi), tongkat, walkers dan kruk. Alasan mengapa tunadaksa termasuk dalam kategori difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 41) adalah : a) Mengalami hambatan untuk meraih, dan atau menunduk, membungkuk, berlutut, dan berjongkok. b) Tidak mampu mempertahankan usaha fisik, misalnya berdiri dalam jangka waktu lama atau membawa barang – barang berat meskipun hanya dalam jarak dekat. GAMBAR 6 PENGGUNA KRUK Sumber : www.google.com 2. Tunanetra Tunanetra adalah orang yang mengalami disfungsi/gangguan dalam penglihatannya disebabkan oleh faktor genatik, penyakit dan kecelakaan yang sifatnya permanen tidak dapat diobati. Biasanya penyandang tunanetra mudah kita kenali karena dalam bermobilitasnya, penyandang tunanetra menggunakan alat bantu berupa tongkat putih dan anjing pemandu. Uniknya, menurut Kurniawan dkk (2014 : 44) tunanetra memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mengolah persepsi dari sensasi suara dan sentuhan melalui bagian vissual dari otaknya. Alasan mengapa tunanetra termasuk dalam kategori difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 42) adalah : a) Sulit melihat detail yang ada di lingkungan mereka. Benda – benda terlihat berkabut/kabur. Hanya bisa mengamati benda – benda berukuran besar atau hanya bisa membedakan cahaya dan bayangan. b) Silau dari lantai yang dipoles sangat halus dan permukaan dinding yang sangat reflektif dapat membutakan, seperti ketika melihat cahaya terang dari pencahayaan langsung atau dari jendela. c) Tidak bisa melihat dengan jelas pada tingkat pencahayaan rendah. d) Wilayah pandangan yang sempit GAMBAR 7 PENYANDANG TUNANETRA MENGGUNAKAN ALAT BANTU TONGKAT Sumber : www.google.com 3. Tunarungu Tunarungu adalah orang yang mempunyai disfungsi/gangguan pada indera pendengaran mulai dari gangguan ringan hingga berat (tuli) yang sifatnya permanen atau tidak permanen. Alat bantu dengar (hearing aid) yang digunakan oleh tunarungu tidak membuat sepenuhnya mereka dapat mendengar dan mengerti dengan jelas apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya, sehingga bahasa isyarat dan kemampuan membaca gerak bibir mesti digunakan oleh lawan bicaranya agar tunarungu dapat memahani secara optimal informasi yang disampaikan kepada mereka. Alasan mengapa tunarungu termasuk dalam kategori difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 42) adalah : a) Tidak mampu mendengar berbagai suara, terutama suara yang halus, dan atau tidak mampu mendengar suara tinggi, suara rendah atau keduanya. b) Ketika mendengar percakapan, tidak mampu memahami kata – kata tertentu yang mengandung konsonan bernada tinggi. c) Kesulitan membedakan suara tertentu ketika terdapat kebisingan di latar belakangnya, atau banyak percakapan sedang berlangsung. d) Kesulitan menentukan letak sumber suara. GAMBAR 8 PENYANDANG TUNARUNGU MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENDENGARAN Sumber : www.google.com 4. Orang Lanjut Usia Orang lanjut usia (lansia) adalah orang dengan umur yang sudah tua sehingga mengalami penurunan kemampuan fisik , labilnya emosi serta semakin sensitifnya perasaan orang tersebut. Contoh penurunan kemampuan fisik adalah tidak kuatnya seorang lansia menaiki anak tangga yang panjang. Penetapan berapa umur minimal ketika seseorang masuk dalam kategori lanjut usia masih tentatif dan berbeda – beda khususnya di setiap negara. Menurut Kurniawan dkk ( 2014 : 53) Indonesia menetapkan sesorang sebagai lansia ketika memasuki pensiun di usia 55 tahun. Namun di Amerika Serikat, seseorang dikategorikan sebagai lansia pada usia 77 tahun. Bagi orang Jepang dimulai pada umur 60. Jadi masih belum mutlak batas umur minimal seseorang dikatakan sudah lanjut usia, namun apabila seseorang sudah menginjak usia minimal 55 tahun dan mengalami penurunan fisik maka dapat dikatakan orang tersebut memasuki fase lanjut usia. Alasan mengapa orang lanjut usia termasuk dalam kategori difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 53) adalah : a) Ketidakmampuan mempertahankan usaha fisik, misalnya berdiri dalam jangka waktu lama atau membawa barang – barang berat meskipun hanya dalam jarak dekat. b) Kesulitan mengangkat, mendorong, dan menarik benda – benda atau menaikan atau merendahkan posisi tubuh mereka (misalnya dari posisi duduk ke posisi berdiri). GAMBAR 9 ORANG LANJUT USIA Sumber : www.google.com 5. Anak – anak dan orang kerdil Anak – anak adalah seseorang yang masih berusia muda dengan karakter tubuh yang masih kecil dan pendek sehingga memiliki keterbatasan dalam menjakau ketinggian. Orang kerdil adalah orang yang mempunyai kondisi badan yang kecil secara permanen disebabkan faktor genetik atau kurangnya gizi pada orang tersebut. Pada umumnya, fasilitas di lingkungan kita di desain untuk orang dewasa, sehingga anak – anak dan orang kerdil terkendala di lingkungan sekitarnya. Contohnya tinggi Front Desk yang terlalu tinggi sehingga anak – anak dan orang kerdil sulit untuk berhadapan dengan petugas resepsionis. Alasan mengapa anak – anak dan orang kerdil termasuk dalam kategori difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 55) adalah karena mereka berada pada posisi yang lebih rendah dari orang kebanyakan. GAMBAR 10 ANAK – ANAK DAN ORANG KERDIL Sumber : www.google.com 6. Pengguna Kursi Roda Pengguna kursi roda adalah orang yang berhilir – mudik dengan mengunakan kursi roda. Kemudahan para pengguna kursi roda dalam berhilir – mudik tergantung pada akses yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Seperti untuk berjalan secara vertikal melewati pintu utama hotel, maka lebar gang/koridor yang lebarnya kurang dari lebat kursi roda tidak akan bisa diakses oleh karakter difabel ini. Alasan mengapa pengguna kursi roda termasuk dalam kategori difabel Menurut Kurniawan dkk (2014 : 40) adalah : a) Berada di ketinggian yang lebih rendah daripada orang kebanyakan. b) Dimensi yang lebih lebar dari kebanyakan orang (karena ditambah lebar kursi roda). c) Hanya bisa menjangkau tempat yang bisa dilalui kursi rodanya. Karena termasuk dalam kategori difabel, maka terdapat kriteria – kriteria lingkungan sekitar yang dapat membantu para pengguna kursi roda agar bisa bermobilisasi di lingkungan sekitarnya yang menurut Kurniawan dkk (2014 : 40) terdiri dari : a) Penempatan semua jenis perabot, panel kontrol dan peralatan harus berada dalam jangkauan. b) Harus memenuhi persyaratan luasan ruang minimal. c) Perbedaan ketinggian lantai harus disikapi dengan menambahkan ramp atau lift. GAMBAR 11 PENGGUNA KURSI RODA Sumber : www.google.com H. Tinjauan Umum tentang Aksesibilitas Aksesibilitas dalam konteks ini merupakan berbagai fasilitas untuk membantu tamu difabel dalam bermobilitas sehingga tamu difabel mendapatkan kesamaan hak dalam mengakses area umum. Kegiatan aksesibillitas di Indonesia telah berumur cukup lama. Dipelopori oleh lembaga dan gerakan yang terbentuk karena peduli terhadap kondisi difabel. Menurut Kurniawan dkk (2014:16) di Indonesia, memulai keterlibatannya dalam bidang aksesibilitas melalui program Asian and Pasific Decade of Disabled Persons yang diluncurkan oleh UN-ESCAP PBB pada 1993. Program yang dilaksanakan pada periode 1993 – 2002 tersebut diluncurkan untuk memperkenalkan seluas – luasnya konsep aksesibilitas dengan judul “The Promotion of The Nonhandicapping Environment”. Lalu dari pemerintah pun mulai mengeluarkan kebijakan yang tertuang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 468/KPTS/1998 tentang Standar Aksesibilitas Bangunan yang di dalamnya terdapat teknis penerapan aksesibilitas secara mendetail. Berdasarkan Peraturan tersebut, persyaratan teknis aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan meliputi persyaratan mengenai : ukuran dasar ruang, jalur pendestrian, jalur pemandu, area parkir, pintu, ramp, tangga, lift, kamar kecil, pancuran, wastafel, telepon, dan perlengkapan. Seiring berjalannya waktu, peraturan tersebut pun mengalami amandemen. Pada akhirnya terbitlah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2016 tentang pedoman Teknik Fasilitas dan Aksesibilitas Bangunan dan Lingkungan yang menjadi patokan terbaru dalam standarisasi aksesibilitas. I. Tinjauan Ukuran Dasar Ruang untuk Perpindahan Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Kurniawan dkk (2014:77-78) menyatakan bahwa : Ukuran dasar ruang, adalah ukuran – ukuran dasar 3 dimensi (panjang, lebar, tinggi) yang berkaitan dengan ukuran tubuh manusia dewasa dan gerakannya, termasuk peralatan yang digunakan, serta ruang yang dibutuhkan untuk mewadahinya. Pengetahuan mengenai ukuran dasar ruang sangat terkait dimensi pengguna kruk dan kursi roda. Hal ini dapat dipahami karena kebutuhan ruang gerak pengguna kruk dan kursi roda yang lebih besar serta perbedaan kemampuan menjakau (ketinggian dan jarak) sebagai konsekuensi menggunakan kursi roda dan kruk. Pada gambar di bawah ini dijelaskan ukuran kursi roda sebagai tolak ukur standarisasi ukuran dasar ruang yang aksesibel. Tinggi kursi roda yaitu dalam rentang 90 – 110 cm. Lebar kursi roda maksimum adalah 75 cm. Panjang kursi roda maksimum adalah 110 cm. GAMBAR 12 UKURAN DASAR RUANG BAGI PENGGUNA KURSI RODA Sumber : Kurniawan dkk,2014 Secara garis besar ada 2 ruang untuk perpindahan tamu di lobi Gumilang Regency Hotel yaitu : ruang Selatan-Utara dan ruang Barat – Timur. Dapat dilihat secara jelas dalam gambar di bawah ini : GAMBAR 13 JALUR UTAMA HILIR – MUDIK TAMU DI GUMILANG REGENCY HOTEL U B Sumber : Dokumentasi Penyusun, 2016 Berikut ini hasil pengukuran panjang, lebar , dan tinggi ke 2 ruang tersebut : TABEL 5 UKURAN PANJANG, LEBAR DAN TINGGI RUANG UNTUK PERPINDAHAN DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL No. Nama Ruang Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) 1 Selatan – Utara 324 300 300 2 Timur – Barat 540 300 300 Sumber : hasil olahan penyusun,2016 TABEL 6 OBSERVATION CHECKLIST UKURAN RUANG SELATAN - UTARA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek Sesuai 1 Panjang - 2 Lebar - 3 Tinggi - TOTAL 3 Tidak Sesuai 0 Sumber : hasil olahan penyusun,2016 TABEL 7 OBSERVATION CHECKLIST UKURAN RUANG TIMUR - BARAT DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek 1 Panjang - 2 Lebar - 3 Tinggi - TOTAL Sumber : hasil olahan penyusun,2016 Sesuai 3 Tidak Sesuai 0 J. Tinjauan Keadaan Pintu untuk Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Kurniawan dkk (2014:88) menyatakan bahwa : Pintu, merupakan akses untuk masuk dan keluar bangunan atau ruang pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu). Pintu yang aksesibel minimal memiliki bukaan selebar 90 cm untuk pintu utama dan minimal 80 cm untuk pintu lainnya. Lebar minimal ini adalah kondisi yang mempertimbangkan pengguna kursi rodauntuk lalu lalang dengan mudah dan nyaman. Penggunaan pintu geser otomatis sangat dianjurkan dengan lebar dan waktu tunggu buka yang memungkinkan pengguna kursi roda melewatinya dengan aman. Jika pintu terbuat dari material kaca, sebuah penanda yang kontras (misalnya stiker) harus dipasangkan melintang di pintu setinggi 150 cm. Menurut Kurniawan dkk (2014:89) terdapat beberapa jenis pintu yang penggunannya tidak direkomendasikan, yaitu : a. b. c. d. Pintu Geser. Pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup. Pintu dengan 2 daun pintu yang berukuran kecil. Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama oleh tunanetra. e. Pintu putar baik yang manual ataupun otomatis. Luas sekitar pintu menjadi kriteria pula sebuah pintu dikatakan aksesibel. Secara mendetail ukurannya terdapat dalam gambar di bawah ini : GAMBAR 14 UKURAN STANDAR AREA DI SEKITAR PINTU TERBUKA UNTUK PENGGUNA KURSI RODA P1 P2 Keterangan : P3 P1 = Panjang area sisa pintu horisontal P2 = Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas P3 = Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah Sumber : Kurniawan dkk,2014 Lalu tinggi pegangan pintu dari permukaan lantai memiliki standarisasi agar bisa dikatakam aksesibel. Menurut Kurniawan dkk (2014:139) bahwa tinggi pegangan pintu maksimal adalah 100 cm. Di bawah ini adalah pengukuran pintu yang terdapat di lobi Gumilang Regency Hotel.Tercatat ada 5 pintu yang menjadi akses keluar – masuk lobi yang terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk kedua, pintu menuju business center, pintu menuju toilet dan pintu menuju luggage room. Semua jenis pintu tersebut diakses secara manual dengan sistem dorong – tarik. Oki sebagai Front Office Supervisor menyatakan bahwa luggage room hanya bisa diakses oleh staff saja. Itu artinya hanya ada 4 pintu yang bisa diakses oleh tamu. Detailnya dijelaskan pada tabel sebagai berikut : TABEL 8 DATA PINTU YANG TERSEDIA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL Jumlah Daun Pintu 1 2 Lebar (cm) Tinggi Pegangan Pintu (cm) P1 (cm) P2 (cm) P3 (cm) Pintu Masuk Utama 180 51 240 213 120 2 Pintu Masuk kedua 180 51 240 150 120 3 Pintu Menuju Business Center 90 51 177 200 0 No Nama Pintu 1 Pintu Menuju Toilet 4 81 100 111 136 120 Keterangan : Sumber : hasil olahan penyusun,2016 P1 = Panjang area sisa pintu horisontal P2 = Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas P3 = Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah TABEL 9 OBESERVATION CHECKLIST PINTU MASUK UTAMA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek 1 Lebar daun pintu - 2 Tinggi pegangan dari lantai - 3 Panjang area sisa pintu horisontal (P1) - 4 Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2) - 5 Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3) - TOTAL Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 Sesuai 5 Tidak Sesuai 0 TABEL 10 OBESERVATION CHECKLIST PINTU MASUK KEDUA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek Sesuai 1 Lebar daun pintu - 2 Tinggi pegangan dari lantai - 3 Panjang area sisa pintu horisontal (P1) - 4 Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2) - 5 Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3) - TOTAL 5 Tidak Sesuai 0 Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 TABEL 11 OBESERVATION CHECKLIST PINTU MASUK MENUJU BUSINESS CENTER DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek Sesuai Tidak Sesuai 1 Lebar daun pintu - 2 Tinggi pegangan dari lantai - 3 Panjang area sisa pintu horisontal (P1) - 4 Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2) - 5 Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3) - TOTAL 4 1 Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 TABEL 12 OBSERVATION CHECKLIST PINTU MASUK MENUJU TOILET DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek Sesuai 1 Lebar daun pintu - 2 Tinggi pegangan dari lantai 3 Panjang area sisa pintu horisontal (P1) - 4 Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2) - 5 Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3) TOTAL Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 Tidak Sesuai - - 2 3 K. Tinjauan Keadaan Perabot untuk Tamu Difabel di Gumilang Regency Hotel Menurut Kurniawan dkk (2014:102) menyatakan bahwa : Perabot (furniture), esensi dan panduan tentang perabot ini adalah mengatur keharusan peletakan atau penataan lay out furniture untuk menyisakan atau memberikan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang disabilitas. Selain itu diisyaratkan pula agar sebagian dari perabot yang tersedia dalam fasilitas publik harus dapat digunakan oleh difabel. Maksimal kerendahan suatu perabot dari lantai agar bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda adalah 25 cm dan Tinggi maksimal suatu perabot dari lantai agar bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda adalah 135 cm. Lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini : GAMBAR 15 PERABOT/FURNITUR YANG AKSESIBEL BAGI PENGGUNA KURSI RODA Sumber : Kurniawan dkk, 2014 Khusus untuk meja resepsionis menurut Kurniawan (2014:140) menyatakan bahwa tinggi counter maksimal 85 cm. Berikut ini hasil pengukuran perabot – perabot yang terdapat di lobi Gumilang Regency Hotel yang digunakan oleh tamu difabel : TABEL 13 DATA PERABOT YANG ADA DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL Ruang Gerak di sekitar perabot bagi pengguna kursi roda Ada Tidak Ada No. Nama Perabot Tinggi (cm) 1. Meja Tamu 41 - 2. Rak untuk Koran 75 - 3. Meja welcome drink 86 - Meja Resepsionis 102 - 4. Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 TABEL 14 OBSERVATION CHECKLIST MEJA TAMU DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek 1 Tinggi - 2 Ruang Gerak di sekitar perabot bagi pengguna kursi roda - TOTAL Sumber : hasil olahan penyusun,2016 Sesuai 2 Tidak Sesuai - TABEL 15 OBSERVATION CHECKLIST RAK UNTUK KORAN DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek Sesuai 1 Tinggi - 2 Ruang Gerak di sekitar perabot bagi pengguna kursi roda - TOTAL 2 Tidak Sesuai 0 Sumber : hasil olahan penyusun,2016 TABEL 16 OBSERVATION CHECKLIST MEJA WELCOME DRINK DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek 1 Tinggi - 2 Ruang Gerak di sekitar perabot bagi pengguna kursi roda - TOTAL Sumber : hasil olahan penyusun,2016 Sesuai 2 Tidak Sesuai 0 TABEL 17 OBSERVATION CHECKLIST MEJA RESEPSIONIS DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL BERDASARKAN STANDARISASI AKSESIBILITAS No. Aspek Sesuai 1 Tinggi - 2 Ruang Gerak di sekitar perabot bagi pengguna kursi roda TOTAL Tidak Sesuai - 1 1 Sumber : hasil olahan penyusun,2016 L. Tinjauan Fasilitas untuk Perpindahan Vertikal Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Dikutip dari Pynkyawati (2009:198) bahwa Sirkulasi (peredaran/perpindahan) vertikal adalah perpindahan yang memiliki arah pergerakan secara vertikal atau tegak lurus terhadap bangunan. Dikutip dari Kurniawan dkk (2014 : 90-94) berikut ini aksesibilitas yang dibutuhkan untuk keperluan perpindahan vertikal bagi tamu berkursi roda diantaranya : 1. Ramp, adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu sebagai rute alternatif untuk orang – orang yang tidak bisa menggunakan tangga. Hal terpenting dalam desain ramp adalah sudut kemiringan dan material ramp. Kemiringan ramp di dalam bangunan maksimal 70 dengan perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1 : 8, sedangkan kemiringan ramp di luar bangunan maksimal 60 dengan perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1:10. Panjang mendatar ramp dengan perbandingan 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm, namun panjang ramp dengan kemiringan lebih rendah dapat lebih panjang. Ramp harus memiliki pegangan rambatan (handrail) yang mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm. GAMBAR 16 RAMP MENUJU LOBI Sumber : www.google.com 2. Lift, adalah alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan vertikal di dalam bangunan baik yang digunakan khusus bagi difabel. Semua tombol pada panel lift harus dilengkapi dengan panel huruf braille yang dipasang tanpa menggangu panel biasa. Ruang lift yang dapat diakses pengguna kursi roda minimal memiliki ukuran bersih 140 cm x 140 cm. GAMBAR 17 LIFT YANG AKSESIBEL BAGI PENGGUNA KURSI RODA Sumber : Kurniawan dkk,2014 3. Lift tangga (stairway lift), adalah alat mekanis elektrik untuk membantu pergerakan vertikal dalam bangunan, yang digunakan khusus bagi difabel secara individu. Lift tangga sebaiknya dimiliki oleh bangunan dengan jumlah lantai minimal 3 lantai dengan perbedaan ketinggian lantai minimal 4 meter. Lift tangga ditempatkan pada jalur tangga di salah satu sisi dinding dan memenuhi standar teknis yang berlaku. Lift tangga sering dipergunakan pada kasus implementasi aksesibilitas di bangunan yang telah berdiri. Instalasi lift tangga relatif lebih mudah dan tidak memerlukan perubahan pembongkaran besar pada bangunan. GAMBAR 18 LIFT TANGGA Sumber : www.google.com Berikut ini penulis sajikan ketersedian aksesibilitas untuk sirkulasi vertikal di lobi Gumilang Regency Hotel TABEL 18 OBSERVATION CHECKLIST KETERSEDIAAN AKSESIBILITAS UNTUK PERPINDAHAN VERTIKAL TAMU DIFABEL DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL Tersedia No Aksesibilitas Ya 1. Ramp - 2. Lift - 3. Lift Tangga - TOTAL 0 Sumber : hasil olahan penyusun, 2016 Tidak 3 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN A. Analisis Ukuran Dasar Ruang untuk Perpindahan Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Pada ukuran dasar ruang untuk perpindahan tamu difabel pengguna kursi roda terdapat 3 unsur pembentuknya, yaitu panjang, lebar, dan tinggi yang harus disesuaikan dengan ukuran kursi roda agar ruang tersebut dapat diakses oleh tamu pengguna kursi roda. Panjang minimal adalah 110 cm, lebar minimal adalah 75 cm dan tinggi minimal adalah 110 cm. Dari hasil observasi penyusun, lobi Gumilang Regency Hotel memiliki 2 ruang utama yang digunakan oleh tamu untuk berhilir - mudik, yaitu Selatan – Utara dan Timur – Barat. Penyusun mencoba membahas 3 unsur ukuran dasar ruang dalam kedua ruang tersebut. 1. Ukuran Ruang Selatan – Utara Panjang pada ruang ini adalah sebesar 324 cm. Berdasarkan batas panjang minimal untuk aksesibilitas, maka besar panjang pada ruang ini sudah sesuai dengan kriteria, karena sudah melebihi batas minimal panjang suatu ukuran ruang yang aksesibel. Lebar pada ruang ini adalah sebesar 300 cm. Berdasarkan batas lebar minimal untuk aksesibilitas, maka lebar pada ruangini sudah sesuai dengan kriteria, karena sudah melebihi batas minimal lebar suatu ukuran ruang. Apabila ditelaah lagi, besar lebar ruangr tersebut adalah 4 kali lipat dari batas minimal, itu artinya jalur tersebut bisa mengakomodasi hingga 4 Pengguna kursi roda dengan kemungkinan tidak akan saling bertabrakan dengan pengguna kursi roda lain. Walaupun jarang sepertinya lobi Gumilang Regency Hotel ramai dengan pengunjung yang menggunakan kursi roda mengingat intensitas tamu dengan pengguna kursi roda hanya 2 dalam sebulan berdasarkan keterangan dari Duty Manager. Tinggi pada ruang ini adalah sebesar 300 cm. Berdasarkan batas tinggi minimal untuk aksesibilitas, maka tinggi pada jalur ini sudah sesuai dengan kriteria, karena sudah melebihi batas minimal tinggi suatu ukuran ruang yang aksesibel. Bila suatu tinggi bagunan disesuaikan dengan tinggi orang dewasa pada umumnya, maka tinggi bangunan tersebut aksesibel bagi tamu difabel karena tinggi seorang dewasa pada umumnya melebihi batas minimal tinggi ruang bagi tamu difabel. Dari 3 kriteria ukuran dasar ruang, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya ukuran ruang ini sudah memenuhi standar aksesibilitas. 2. Ukuran Ruang Timur – Barat Panjang pada ruang ini adalah sebesar 540 cm. Berdasarkan batas panjang minimal untuk aksesibilitas, maka besar panjang pada ruang ini sudah sesuai dengan kriteria, karena sudah melebihi batas minimal panjang suatu ukuran ruang yang aksesibel. Tinggi pada ruang ini adalah sebesar 300 cm. Berdasarkan batas tinggi minimal untuk aksesibilitas, maka tinggi pada jalur ini sudah sesuai dengan kriteria, karena sudah melebihi batas minimal tinggi suatu ukuran ruang yang aksesibel. Besar tinggi pada ruang ini adalah sebesar 300 cm. Berdasarkan batas tinggi minimal untuk aksesibilitas, maka tinggi pada jalur ini sudah sesuai dengan kriteria, karena sudah melebihi batas minimal tinggi suatu ukuran ruang yang aksesibel. Besar tinggi pada jalur ini sama dengan ruang yang sebelumnya karena langit – langit lobi bersifat datar dan tidak ada perubahan ketinggian. Dari 3 kriteria ukuran dasar ruang, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya ukuran ruang ini sudah memenuhi standar aksesibilitas. Jadi, dari kedua ruang untuk perpindahan yang tersedia di lobi Gumilang Regency Hotel, semuanya sudah memenuhi standar aksesibilitas. Maka persentase ukuran ruang untuk perpindahan di lobi Gumilang regency Hotel yang sudah memenuhi standar aksesibilitas adalah : x = jumlah ruang untuk perpindahan yang memenuhi standar aksesibilitas y = jumlah ruang untuk perpindahan yang tersedia x x 100% = y 2 x 100% = 100% 2 B. Analisis Keadaan Pintu untuk Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Komponen – komponen yang menjadi tolak ukur suatu pintu dikatakan aksesibel adalah lebar daun pintu, tinggi pegangan pintu dari lantai, panjang area sisa pintu horisontal (P1), panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2), panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3). Berdasarkan temuan penyusun, terdapat 4 pintu di lobi Gumilang Regency Hotel yang biasa diakses oleh tamu, yaitu pintu masuk utama, pintu masuk kedua, pintu menuju business center, pintu menuju toilet. 1. Pintu Masuk Utama Pintu masuk utama lobi Gumilang Regency memiliki 2 buah daun pintu dengan lebar total 180 cm, jadi masing – masing daun pintu memiliki lebar 90 cm. Diketahui bahwa lebar minimal 2 daun pintu yang aksesibel adalah 160 cm. Jadi lebar pintu masuk utama sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi dari batas minimal lebar pintu yang sesuai dengan kriteria aksesibilitas, sehingga tamu pengguna kursi roda tidak akan terkendala melewati batas antara halaman depan hotel dengan lobi. Tinggi pegangan pintu dari lantai adalah sebesar 51 cm. Diketahui bahwa tinggi maksimal pegangan pintu dari lantai adalah 100 cm. Oleh karena itu, tinggi pegangan pintu masuk utama dapat dikatakan sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena kurang dari batas maksimal tinggi pegangan pintu dari lantai yang aksesibel, sehingga tamu difabel tidak akan terkendala saat menggunakan pintu tersebut. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah horisontal atau P1 adalah 240 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P1 dengan dua pintu yang aksesibel adalah 220 cm. Jadi besar P1 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal atas atau P2 adalah 213 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P2 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 150 cm. Jadi besar P2 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal bawah atau P3 adalah 120 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P3 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 120 cm. Jadi besar P3 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena sesuai batas minimal kriteria aksesibilitas. P1 dan P2 yang memenuhi kriteria akan mencegah daun pintu berbenturan dengan pengguna kursi roda serta memberikan area untuk diam/transit ketika sesudah dan sebelum mengakses pintu. Sedangkan P1 dan P3 yang memenuhi kriteria memberikan area diam/transit bagi pengguna kursi roda sesudah dan sebelum mengakses pintu. Dari 5 kriteria pintu, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya pintu ini sudah memenuhi standar aksesibilitas. 2. Pintu Masuk Kedua Pintu masuk kedua lobi Gumilang Regency memiliki 2 buah daun pintu dengan lebar total 180 cm, sama seperti pintu masuk utama. Jadi lebar pintu masuk utama sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi dari batas minimal lebar pintu yang sesuai dengan kriteria aksesibilias, sehingga tamu pengguna kursi roda tidak akan terkendala melewati batas antara halaman depan hotel dengan lobi. Tinggi pegangan pintu dari lantai adalah sebesar 51 cm (sama seperti pintu masuk utama). Oleh karena itu, tinggi pegangan pintu masuk kedua dapat dikatakan sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena kurang dari batas maksimal tinggi pegangan pintu dari lantai yang aksesibel, sehingga tamu difabel tidak akan terkendala saat menggunakan pintu tersebut. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah horisontal atau P1 adalah 240 cm (sama seperti pintu masuk utama). Jadi besar P1 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal atas atau P2 adalah 150 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P2 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 150 cm. Jadi besar P2 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena sesuai batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal bawah atau P3 adalah 120 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P3 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 120 cm. Jadi besar P3 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena sesuai batas minimal kriteria aksesibilitas. P1 dan P2 yang memenuhi kriteria akan mencegah daun pintu berbenturan dengan pengguna kursi roda serta memberikan area untuk diam/transit ketika sesudah dan sebelum mengakses pintu. Sedangakn P1 dan P3 yang memenuhi kriteria memberikan area diam/transit bagi pengguna kursi roda sesudah dan sebelum mengakses pintu. Dari 5 kriteria pintu, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya pintu ini sudah memenuhi standar aksesibilitas. 3. Pintu Menuju business center Pintu masuk menuju business center memiliki 1 buah daun pintu dengan lebar 90 cm. Diketahui bahwa lebar minimal 1 daun pintu yang aksesibel adalah 90 cm. Jadi lebar pintu masuk utama sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena sesuai dengan batas minimal lebar pintu yang sesuai dengan kriteria aksesibilitas, sehingga tamu pengguna kursi roda tidak akan terkendala melewati batas antara business center dan lobi. Tinggi pegangan pintu dari lantai adalah sebesar 51 cm. Diketahui bahwa tinggi maksimal pegangan pintu dari lantai adalah 100 cm. Oleh karena itu, tinggi pegangan pintu masuk utama dapat dikatakan sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena kurang dari batas maksimal tinggi pegangan pintu dari lantai yang aksesibel, sehingga tamu difabel tidak akan terkendala saat menggunakan pintu tersebut. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah horisontal atau P1 adalah 177 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P1 dengan dua pintu yang aksesibel adalah 150 cm. Jadi besar P1 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal atas atau P2 adalah 200 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P2 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 150 cm. Jadi besar P2 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi batas minimal kriteria aksesibilitas. Pada Pintu ini tidak mempunyai panjang sisa ruang arah vertikal bawah atau P3 karena terdapat perbedaan ketinggian antara lantai business center dan lobi tepat di depan pintu. Ini sangat membahayakan pengguna kursi roda, karena tamu akan langsung terjatuh ketika keluar dari busines center ataupun tamu difabel akan kesulitan masuk dari lobi ke business center. GAMBAR 19 PERBEDAAN KETINGGIAN ANTARA LANTAI BUSINESS CENTER DAN LOBI Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Pada pintu ini, P1 dan P2 yang memenuhi kriteria akan mencegah daun pintu berbenturan dengan pengguna kursi roda serta memberikan area untuk diam/transit ketika mau keluar dari business center ke lobi. Dari 5 kriteria pintu, 4 mendapatkan checklist sesuai dan 1 mendapatkan checklist tidak sesuai, itu artinya pintu ini tidak memenuhi dengan standar aksesibilitas. 4. Pintu Menuju Toilet Pintu menuju toilet memiliki 1 buah daun pintu dengan lebar 81 cm. Diketahui bahwa lebar minimal 1 daun pintu yang aksesibel adalah 90 cm. Jadi lebar pintu menuju toilet belum sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena kurang dari batas minimal lebar pintu yang sesuai dengan kriteria aksesibilias, sehingga tamu pengguna kursi roda akan terkendala melewati batas antara toilet dan lobi karena lebarnya sempit Tinggi pegangan pintu dari lantai adalah sebesar 100 cm. Diketahui bahwa tinggi maksimal pegangan pintu dari lantai adalah 100 cm. Oleh karena itu, tinggi pegangan pintu menuju toilet dapat dikatakan sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena sesuai dengan batas maksimal tinggi pegangan pintu dari lantai yang aksesibel, sehingga tamu difabel tidak akan terkendala saat menggunakan pintu tersebut. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah horisontal atau P1 adalah 111 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P1 dengan dua pintu yang aksesibel adalah 150 cm. Jadi besar P1 dalam pintu ini belum sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena kurang dari batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal atas atau P2 adalah 136 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P2 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 150 cm. Jadi besar P2 dalam pintu ini belum sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena melebihi batas minimal kriteria aksesibilitas. Panjang pintu dan panjang ruang sisa arah vertikal bawah atau P3 adalah 120 cm. Diketahui bahwa panjang minimal P3 yang sesuai dengan aksesibilitas adalah 120 cm. Jadi besar P3 dalam pintu ini sudah sesuai dengan kriteria aksesibilitas karena sesuai batas minimal kriteria aksesibilitas sehingga terdapat area untuk diam/transit ketika tamu difabel akan mengakses pintu dari lobi ke toilet. P1 dan P2 yang belum memenuhi kriteria akan menyulitkan tamu difabel dalam mengakses pintu karena ketika hendak membuka pintu dibutuhkan area yang memadai sebagai area diam/transit. Penulis dapatkan pula bahwa setelah 111 cm dari pintu ke arah toilet, terdapat perbedaan ketinggian lantai. Sehingga bila tidak hati – hati, tamu difabel akan terjatuh setelah mengakses pintu dari lobi menuju toilet. Dari 5 kriteria pintu, 2 mendapatkan checklist sesuai dan 3 mendapatkan checklist tidak sesuai, itu artinya pintu ini tidak memenuhi standar aksesibilitas. Jadi, dari keempat pintu yang tersedia di lobi Gumilang Regency Hotel, dua diantaranya sudah memenuhi standar aksesibilitas dan dua sisanya belum memenuhi standar aksesibilitas. Maka persentase pintu di lobi Gumilang regency Hotel yang sudah memenuhi standar aksesibilitas adalah : x = jumlah pintu yang memenuhi standar aksesibilitas y = jumlah pintu yang tersedia x x 100% = y 2 x 100% = 50% 4 C. Analisis Keadaan Perabot untuk Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Kompenen – kompenen yang mempengaruhi suatu keadaan perabot dikatakan aksesibel adalah tinggi perabot dan ruang gerak bagi tamu difabel di sekitar perabot. Berdasarkan temuan penyusun, ada perabot yang biasa diakses oleh tamu di lobi Gumilang Regency Hotel yaitu Meja Tamu, Rak untuk Koran, Meja welcome drink,dan meja resepsionis. 1. Meja Tamu Meja tamu memilki tinggi sebesar 41 cm dari lantai. Diketahui bahwa ketinggian suatu perabot yang aksesibel adalah dalam rentang 25 – 135 cm. Jadi tinggi perabot tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria karena berada pada rentang yang sesuai dengan standar aksesibilitas, sehingga tamu difabel bisa menjangkau perabot tersebut. Meja tamu di lobi Gumilang Regency Hotel memiliki ruang untuk tamu difabel karena disetiap sudut mejanya terdapat kursi sehingga tamu difabel tidak terhalangi dalam mengakses meja. Dari 2 kriteria perabot, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya perabot ini memenuhi standar aksesibilitas. 2. Rak untuk Koran Rak untuk koran memilki tinggi sebesar 75 cm dari lantai. Diketahui bahwa ketinggian suatu perabot yang aksesibel adalah dalam rentang 25 – 135 cm. Jadi perabot tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria karena berada pada rentang yang sesuai dengan standar aksesibilitas, sehingga tamu difabel bisa menjangkau perabot tersebut. Rak untuk koran di lobi Gumilang Regency Hotel memiliki atau memberi ruang untuk tamu difabel, oleh karena itu perabot tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria aksesibilitas, sehingga tamu difabel tidak terhalangi ketika hendak mengakses perabot tersebut. Dari 2 kriteria perabot, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya perabot ini memenuhi standar aksesibilitas. 3. Meja Welcome Drink Meja welcome drink memilki tinggi sebesar 86 cm dari lantai. Diketahui bahwa ketinggian suatu perabot yang aksesibel adalah dalam rentang 25 – 135 cm. Jadi perabot tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria karena berada pada rentang yang sesuai dengan standar aksesibilitas, sehingga tamu difabel bisa menjangkau perabot tersebut. Meja welcome drink di lobi Gumilang Regency Hotel memiliki atau memberi ruang untuk tamu difabel, oleh karena itu perabot tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria aksesibilitas, sehingga tamu difabel tidak terhalangi ketika hendak mengakses perabot tersebut. Dari 2 kriteria perabot, semuanya mendapatkan checklist sesuai, itu artinya perabot ini memenuhi standar aksesibilitas. 4. Meja Resepsionis Meja resepsionis memilki tinggi sebesar 102 cm dari lantai. Diketahui bahwa ketinggian meja resepsionis yang aksesibel maksimal 85 cm. Jadi perabot tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi kriteria karena melebihi tinggi maksimal yang sesuai dengan standar aksesibilitas sehingga tamu difabel kesulitan untuk melakukan aktifitas di meja resepsionis. Meja resepsionis di lobi Gumilang Regency Hotel memiliki atau memberi ruang untuk tamu difabel, oleh karena itu perabot tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria aksesibilitas, sehingga tamu difabel tidak terhalangi ketika hendak mengakses perabot tersebut. Dari 2 kriteria perabot, 1 mendapatkan checklist sesuai dan 1 mendapatkan checklist tidak sesuai, itu artinya perabot ini tidak memenuhi standar aksesibilitas. Jadi, dari keempat perabot yang tersedia di lobi Gumilang Regency Hotel, tiga diantaranya sudah memenuhi standar aksesibilitas dan satu sisanya belum memenuhi standar aksesibilitas. Maka persentase perabot di lobi Gumilang Regency Hotel yang sudah memenuhi standar aksesibilitas adalah : x = jumlah perabot yang memenuhi standar aksesibilitas y = jumlah perabot yang tersedia x y x 100% = 3 x 100% = 75% 4 D. Analisis Fasilitas untuk Perpindahan Vertikal Tamu Difabel di Lobi Gumilang Regency Hotel Berdasarkan hasil observasi, penyusun tidak menemukan fasilitas – fasilitas yang membantu tamu difabel untuk melakukan perpindahan vertikal, padahal ada beberapa area di lobi Gumilang Regency Hotel yang mempunyai perbedaan ketinggian lantai sehingga diperlukan alat bantu bagi tamu difabel untuk bisa mengaksesnya secara mandiri. Dari 3 fasilitas untuk perpindahan vertikal bagi tamu difabel, tidak ada satu pun yang tersedia, jadi persentase ketersedian fasilitas untuk perpindahan vertikal : y = Total macam fasilitas untuk perpindahan vertikal (ramp,lift,stairway lift) = 3 x = Jumlah Checklist tersedia yang didapat = 0 Persentase Ketersedian = x x 100% = y 0 x 100% = 0% 3 Untuk perpindahan vertikal, hotel hanya menyediakan fasilitas tangga saja, yang notabene akses tersebut menyulitkan tamu pengguna kursi roda. Berikut gambar yang menujukan lokasi tangga di area lobi Gumilang Regency Hotel : GAMBAR 20 DENAH LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL 2 1 3 4 Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Keterangan : 1 = Tangga menuju pintu masuk utama 2 = Tangga menuju business center 3 = Tangga menuju coffee shop 4 = Tangga menuju lantai 2 Berikut ini kesulitan – kesulitan yang dialami tamu difabel pengguna kursi roda karena tidak tersedianya fasilitas perpindahan vertikal bagi mereka : 1. Kesulitan menuju – keluar lobi melalui pintu masuk utama karena terdapat tangga yang menghubungkan antara pintu masuk dan halaman depan hotel. 2. Kesulitan menuju dan keluar business center karena terdapat perbedaan ketinggian lantai di palang pintu. 3. Kesulitan menuju atau keluar dari coffee shop karena terdapat tangga yang menghubungkan lobi dan coffee shop. 4. Kesulitan untuk naik – turun lantai karena hanya ada tangga sebagai akses naik – turun lantai. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah penyusun lakukan tentang aksesibilitas di lobi Gumilang Regency Hotel, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Ukuran Dasar Ruang Ukuran dasar ruang untuk perpindahan tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel terdiri dari 2 ruang, yaitu : ruang Timur – Barat dan Selatan – Utara. Ukuran ruang Timur – Barat dan Selatan – Utara sudah aksesibel atau dapat diakses oleh tamu difabel, karena kompenen – kompenennya sudah memenuhi standar aksesibilitas ukuran dasar ruang untuk perpindahan, sehingga tamu difabel bisa melakukan perpindahan horisontal secara mandiri dan tanpa terkendala. 2. Pintu Pintu di lobi Gumilang Regency Hotel terdiri dari 4 macam, yaitu pintu masuk utama, pintu masuk kedua, pintu menuju business center, dan pintu menuju toilet. Pintu masuk utama dan pintu masuk kedua sudah aksesibel atau dapat diakses oleh tamu difabel, karena semua kompenennya sudah memenuhi standar aksesibilitas pintu. Pintu menuju business center belum aksesibel atau sulit diakses oleh tamu difabel karena panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3) belum memenuhi standar aksesibilitas pintu. Pintu menuju toilet belum aksesibel atau sulit diakses oleh tamu difabel karena lebar pintu, panjang area sisa pintu horisontal (P1), dan panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2) belum memenuhi standar aksesibilitas pintu. Maka hanya baru setengah dari total pintu yang baru aksesibel. 3. Perabot Perabot yang tersedia di lobi Gumilang Regency Hotel yang digunakan oleh tamu difabel terdiri dari : meja tamu, rak untuk koran, meja welcome drink, dan meja resepsionis. Meja tamu, rak untuk koran dan meja welcome drink sudah aksesibel atau bisa diakses oleh tamu difabel, karena semua kompenennya sudah memenuhi standar aksesibilitas perabot. Meja resepsionis belum aksesibel atau sulit diakses oleh tamu difabel, karena tinggi meja belum memenuhi standar aksesibilitas perabot. Maka hanya baru 3/4 dari total perabot yang baru aksesibel. 4. Fasilitas untuk perpindahan vertikal Lobi Gumilang Regency Hotel tidak menyediakan fasilitas perpindahan vertikal bagi tamu difabel sehingga tamu difabel akan kesulitan melakukan perpindahan vertikal seperti berpindah dari lantai yang mempunyai perbedaan ketinggian atau melalui tangga. B. Saran Dari hasil penelitian ini, penyusun mencoba memberikan saran sebagai berikut 1. Ukuran dasar ruang Tetap dipertahankan seluruh ukuran ruang untuk perpindahan tamu difabel di lobi Gumilang Regency Hotel karena berdasarkan penelitian penyusun, semua ruang untuk perpindahan (Timur – Barat & Selatan – Utara ) di lobi Gumilang Regency Hotel sudah memenuhi standar aksesibilitas ukuran dasar ruang. 2. Pintu Untuk pintu masuk utama dan pintu masuk kedua tetap dipertahankan keadaannya karena sudah memenuhi standar aksesibilitas pintu. Untuk pintu menuju business center sebaiknya diberikam ramp pada palang pintunya, karena tepat pada palang pintu tersebut terdapat perbedaan ketinggian lantai. Dengan begitu, akan mencegah tamu difabel terjatuh setelah dari business center ke lobi. Karena adanya ramp tepat di palang pintu, sebaiknya daun pintu selalu dalam keadaan terbuka agar memberi kemudahan bagi tamu difabel menuju business center. Konsultasikan pula pembuatan ramp dengan tenaga ahli dalam bidang aksesibilitas/desain interior agar ukuran ramp sesuai dengan standar aksesibilitas tanpa merusak estetika pintu. Ilustrasinya sebagai berikut : GAMBAR 21 ILUSTRASI PEMBERIAN RAMP DI PALANG PINTU MENUJU BUSINESS CENTER Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Untuk pintu menuju toilet, tidak direkomendasikan digunakan oleh tamu difabel karena lebar pintu yang kurang dari batas minimal aksesibilitas pintu, lalu setelahnya, akses menuju toiletpun terdapat perbedaan ketinggian lantai yang menyulitkan tamu difabel sehingga petugas front office harus mengarahkan tamu difabel menuju toilet yang aksesibel baginya. Namun apabila pihak hotel berkenan, bisa melakukan renovasi agar akses menuju toilet sesuai standar aksesibilitas sehingga semua kalangan pun dapat mengaksesnya (universal design), tentunya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga ahli bidang aksesibiltas/desain interior. GAMBAR 22 PINTU MENUJU TOILET YANG LEBARNYA TIDAK MEMENUHI STANDAR AKSESIBILITAS DI LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 3. Perabot Untuk meja tamu, rak untuk koran, dan meja welcome drink tetap dipertahankan keadaannya karena sudah memenuhi standar aksesibilitas pintu. Sedangkan untuk meja resepsionis, bila pihak hotel berkenan, sebaiknya mengganti meja resepsionis dengan meja yang berukuran tinggi maksimal 85 cm sehingga pelayanan resepsionis yang semula berdiri berubah menjadi duduk. Hal ini sejalan dengan konsep resort hotel yang melayani tamunya dengan santai. Ilustrasinya sebagai berikut : GAMBAR 23 ILUSTRASI KONSEP MEJA RESEPSIONIS YANG AKSESIBEL Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Sumber : google.com 4. Fasilitas untuk perpindahan vertikal Sebaiknya disediakan fasilitas perpindahan vertikal untuk tamu difabel seperti ramp dibeberapa area lobi yang terdapat perbedaan ketinggian lantai dan tangga. Ilustrasinya sebagai berikut: GAMBAR 24 ILUSTRASI PEMBERIAN RAMP DI TANGGA MEUJU LOBI GUMILANG REGENCY HOTEL Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Sumber : Kurniawan, 2014 Ilustrasi gambar 24 menjelaskan, untuk pemberian ramp di tangga menuju lobi, terdapat dua pilihan, yaitu menyisipkan ramp di sisi tangga atau membuat jalur khusus ramp disamping tangga. Lalu untuk tangga menuju coffee shop, dapat disisipkan ramp di sisi tangga. Ilustrasinya sebagai berikut : GAMBAR 25 ILUSTRASI PEMBERIAN RAMP DI TANGGA MENUJU COFFEE SHOP Sumber : Dokumentasi penyusun, 2016 Selanjutnya untuk perpindahan antar level lantai, sebaiknya disediakan lift di lobi karena fasilitas tersebutlah yang bisa membantu tamu difabel berpindah antar level lantai di bangunan tersebut secara mandiri. Adapun penggunaan stairway lift untuk perpindahan antar level lantai dirasakan kurang cocok, karena tangga untuk mengakses lantai selanjutnya berkelok. Untuk instalasi ramp maupun lift harus dalam pantauan tenaga ahli bidang aksesibilitas atau desain interior agar fungsinya dapat optimal. DAFTAR PUSTAKA Dantes, N. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2014). Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 6 tentang Standar Usaha Hotel. Jakarta. Kementrian Pekerjaan Umum. (2006). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta. Kurniawan, dkk. (2014). Perancangan Aksesibilitas untuk Fasilitas Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurhayati, T. K. (2012). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Eska Media Press. Panero, J., & Martin. (2003). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Piotrowski, C. M., & Elizabeth. (1999). Designing Commercial Interiors. United States: John & Sons. Pynkyawati, T. d. (2009). Kajian Desain Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sarana Evakuasi Kebakaran pada Bangunan Hotel Carrcadin Bandung. Jurnal Itenas Rekayasa, 198. Sanusi, A. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan Research and Development. Bandung: Alfabeta. Sutarto. (2006). Dasar - Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suwithi, N. W. (2008). Akomodasi Perhotelan Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN Daftar Pertanyaan Mengenai Tamu Difabel di Gumilang Regency Hotel Untuk : Front Office Supervisor/Duty Manager 1. Apa pernah ada tamu yang menggunakan kursi roda datang ke lobi hotel ? 2. Seberapa sering tamu dengan menggunakan kursi roda datang ke hotel khususnya lobi ? 3. Jika ada, aktivitas apa saja yang dilakukan oleh tamu terebut selama di lobi ? 4. Apa tamu tersebut bisa melakukan aktivitasnya di lobi secara mandiri atau dibantu ? 5. Jika dibantu, apa saja kesulitan tamu tersebut sehingga perlu dibantu ? 6. Apa tamu tersebut complaint atas kesulitan tersebut ? 7. Di bawah ini adalah jenis – jenis tamu difabel, urutkan mana yang sering datang ke lobi Gumilang Regency Hotel ? a. Pengguna Kursi Roda b. Tunadaksa atau cacat tubuh c. Tunanetra atau gangguan penglihatan d. Tunarungu atau gangguan pendengaran e. Orang Lanjut Usia f. Anak – anak dan orang kerdil Daftar Pertanyaan Mengenai Profil Gumilang Regency Hotel Untuk : Front Office Supervisor 1. Apa nama lembaga yang mensertifikasi Gumilang Regency Hotel sehingga mendapatkan predikat hotel bintang 3 ? 2. Apa mayoritas tujuan tamu ke Gumilang Regency Hotel ? 3. Berapa lama rata – rata tamu menginap di Gumilang Regency Hotel ? 4. Apa mayoritas jenis tamu yang menginap di Gumilang Regency Hotel ? FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK UKURAN DASAR RUANG Nama Ruang : .................................................................................................. No. Aspek 1 Panjang 2 Lebar 3 Tinggi TOTAL Sesuai Tidak Sesuai FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK PINTU Nama Pintu : .................................................................................................. No. Aspek 1 Lebar daun pintu 2 Tinggi pegangan dari lantai 3 Panjang area sisa pintu horisontal (P1) 4 Panjang area sisa pintu vertikal bagian atas (P2) 5 Panjang area sisa pintu vertikal bagian bawah (P3) TOTAL Sesuai Tidak Sesuai FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK PERABOT Nama Perabot : .................................................................................................. No. Aspek 1 Tinggi 2 Ruang Gerak di sekitar perabot bagi pengguna kursi roda Sesuai Tidak Sesuai TOTAL FORMAT OBSERVATION CHECKLIST UNTUK FASILITAS PERPINDAHAN VERTIKAL TAMU DIFABEL Tersedia No Aksesibilitas 1. Ramp 2. Lift 3. Lift Tangga TOTAL Ya Tidak LAMPIRAN BIODATA PENULIS A. DATA PRIBADI 1. Nama : Muhammad Alfin Nurfikri 2. Tempat Lahir : Cirebon 3. Tanggal Lahir : 05 Mei 1995 4. Agama : Islam 5. Alamat : Jalancagak RT/RW 09/01 Kec. Jalancagak Kab. Subang B. DATA ORANG TUA 1. Nama Ayah : Rakhmat Selamet 2. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 3. Nama Ibu : Nurhayati 4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 5. Alamat : Jalancagak RT/RW 09/01 Kec. Jalancagak Kab. Subang C. PENDIDIKAN FORMAL Nama Sekolah Tahun Lulus 2013 – 2016 2017 SMAN 1 Jalancagak 2010 – 2013 2013 SMPN 1 Jalancagak 2007 – 2010 2010 SDN Bunihayu 1 2003 – 2007 2007 SDN Negla Hilir 1 2001 – 2003 - Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung