BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu organisasi untuk kepentingan organisasi tersebut (Hwang et al, 2008). Keberadaan manajemen pengetahuan dalam suatu organisasi tidak secara langsung dapat terlihat hasilnya. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal yang berkaitan dengan kekayaan intelektual seperti: human capital, social capital dan corporate capital (Hwang et al, 2008). Setiap meningkatkan perusahaan kinerja memerlukan karyawannya. manajemen Dengan pengetahuan pengelolaan untuk manajemen pengetahuan yang baik dan didukung aktifitas berbagi pengetahuan (knowledge sharing), kemampuan karyawan dapat meningkat karena berkaitan dengan kinerja organisasi yang akhirnya memberikan dampak positif dalam kinerja karyawan. Selain itu berbagi pengetahuan juga diperlukan agar karyawan menjadi lebih inovatif dan selalu berkembang. Davidson and Voss (2002) menyatakan bahwa manajemen pengetahuan merupakan suatu proses yang menyediakan cara sehingga perusahaan dapat mengenali kunci aset intelektual dan menangkap ukuran aset intelektual yang relevan untuk dikembangkan. Secara sederhana manajemen pengetahuan dapat 1 2 diartikan bagaimana orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai saling berbicara. Hal ini juga dikenal sebagai pembelajaran organisasi (learning organization). Salah satu perusahaan yang menghadapi tuntutan perkembangan manajemen pengetahuan (knowledge management) ini adalah perusahaan BUMN yaitu PT. Pertamina. Dalam konteks ini PT. Pertamina merupakan salah satu pesaing dari perusahaan minyak yang ada di Indonesia. Kompetisi antar pesaing yang semakin ketat menyebabkan adanya perubahan dalam paradigma dari resource-based competitiveness menjadi knowledge-based competitiveness. Kedua konsep ini sangat bertolak belakang yang mana resource-based competitiveness bertumpu pada keunggulan sumber daya alam, lokasi, dan kondisi geografis. Sedangkan knowledge-based competitiveness berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Pertamina,2013) Implementasi manajemen pengetahuan akan memberikan pengaruh positif terhadap proses bisnis perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang akhirnya proses kreativitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya. Dalam hal ini, salah satu visi dari Pertamina adalah menjadi world class company. Untuk menjadi perusahaan kelas dunia maka dibutuhkan adanya 3 peningkatan kapabilitas dalam suatu perusahaan. Salah satu cara Pertamina untuk meningkatkan kapabilitas tersebut adalah dengan membangun manajemen pengetahuan yang disebut dengan KOMET (Knowledge Management Pertamina). (Pertamina,2008) KOMET merupakan sistem yang digunakan sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan (sharing knowledge). Kehadiran KOMET secara spesifik di picu oleh beberapa perubahan yang berpengaruh secara langsung terhadap bisnis pertamina, diantaranya dengan berlakunya undang-undang No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi yang berimplikasi munculnya pesaing-pesaing baru di bisnis ritel dan distribusi migas untuk industri, adanya badan regulator baru yang independen, tekanan dari shareholder “pemerintah” untuk kinerja yang baik di mana keuntungan untuk bisnis yang lebih transparan dan profesional, serta perubahan kebijakan subsidi. Tuntutan-tuntutan pemerintah untuk dividen yang lebih besar. Adanya pemotongan subsidi telah mengurangi halangan masuk (barriers to entry) di sektor hilir, dan perubahan perhitungan fee dari cost-plus menjadi MOPs+x margin. Dengan adanya perubahan tersebut membuat pertamina perlu lebih giat lagi mengembangkan pengetahuannya (Dunamis,2013). Knowledge Management Pertamina (KOMET) telah diluncurkan untuk melestarikan aset perusahaan berupa pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman operasional yang memiliki individual pada pemimpin dan pekerja. Pertamina memandang perlu adanya pengolahan aset berwujud ini agar bisa dipergunakan untuk mendukung berbagai program terobosan yang terus dilakukan oleh Pertamina. 4 Suatu organisasi memerlukan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu perusahaan atau organisasi tersebut. Pengelolaan manajemen pengetahuan tersebut pada akhirnya dapat menjadi dukungan yang tepat bagi organisasi untuk meningkatkan daya saing dalam berkompetisi antar perusahaan yang bergerak di bidang yang sama. Knowledge management system (KMS) merupakan sistem yang diciptakan untuk memfasilitasi penangkapan, penyimpanan, pencarian, transfer dan penggunaan kembali pengetahuan. KMS dapat menjadi salah satu peluang organisasi untuk mengembangkan lingkup operasional dari sistem informasi dengan memfasilitasi usaha organisasi dalam mengelola tacit knowledge dan explicit knowledge (Alavi and Leidner, 1999). KMS memiliki peran penting dalam mengelola pengetahuan perusahaan. Pertama KMS dapat membantu menghubungkan orang untuk membagi tacit knowledge dan pengalaman tanpa bertemu secara langsung, misalnya melalui alat seperti groupware (E-mail, electronic bulletin board, instant messaging dan computer conferencing) atau melalui forum diskusi online. Kedua KMS dapat membantu mengorganisasikan pengetahuan yang termodifikasi secara efisien melalui alat seperti penyimpanan pengetahuan (knowledge repository) dan portal, database, electronic bulletion board, dan sistem pakar (expert system) (Alavi and Leidner, 1999). 5 Penelitian yang berkaitan dengan dampak terhadap kesuksesan dari sistem pengetahuan manajemen masih terbatas. Pada umumnya penelitian mengenai KMS masih berada di area prinsip umum dan konseptual (Davenport, 1997), kasus deskriptif suatu sistem dalam organisasi yang berbeda (Alavi & Leidner, 1999), serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan KMS (DeLong and Fahey, 2000). KMS bukan merupakan hal yang baru lagi akan tetapi penelitian yang menguji kesuksesan KMS masih terbatas karena kebanyakan peneliti hanya berfokus pada manajemen pengetahuan saja bukan pada KMS ataupun menguji evaluasi kesuksesan KMS itu sendiri. Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan evaluasi sistem informasi (DeLone and McLean, 1992, 2003; Seddon, 1997; Rai et al., 2002; Lin and Lee, 2006). Tetapi evaluasi terhadap kesuksesan efektivitas KMS itu masih belum ada penjelasan yang konkrit. Dalam sistem informasi penelitian DeLone and McLean (1992, 2003) merupakan model yang dapat dijadikan acuan atau referensi dalam pengukuran kesuksesan sistem informasi. Model ini dianggap dapat mewakili setiap dimensi pengukuran dari kesuksesan aplikasi sistem informasi. Agar sesuai dengan konteks KMS maka pengukuran terhadap sistem informasi perlu disesuaikan dalam konteks KMS. Hal-hal yang perlu disesuaikan antara lain adalah transisi dari informasi ke pengetahuan dan transisi sistem informasi ke sistem manajemen pengetahuan. Penelitian ini mengacu dan memodifikasi model kesuksesan DeLone and McLean (2003) untuk mengukur kesuksesan aplikasi KMS melalui variabel 6 kinerja karyawan. Dalam penelitian ini peneliti memasukkan beberapa faktor yang diambil dari model DeLone and McLean (2003), model Davis (1989) serta model dari Igbaria et al., (1997). Faktor dari DeLone and McLean (2003) itu terdiri dari variabel kualitas informasi, kualitas sistem. Faktor dari model Davis (1989) yaitu persepsi kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use), kegunaan persepsian (perceived usefulness). Sedangkan faktor dari model Igbaria et al., (1997) adalah dukungan organisasi. Hal tersebut dimaksudkan agar penelitian ini tidak berfokus pada sistem perusahaan saja. Namun, akan melihat dari sisi sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki perusahaan. 1.2 Pertanyaan Riset Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka pertanyaan riset dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Apakah faktor-faktor dari kualitas informasi dan kualitas sistem dapat mempengaruhi persepsi kemudahan dalam penggunaan dan kegunaan persepsian? 2. Apakah faktor dari dukungan organisasi dapat mempengaruhi persepsi kemudahan dalam penggunaan dan kegunaan persepsian ? 3. Apakah faktor-faktor dari persepsi kemudahan dalam penggunaan dan kegunaan persepsian dapat mempengaruhi kinerja karyawan? 7 1.3 Tujuan Riset Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk menjelaskan bagaimana beberapa faktor-faktor dari DeLone and McLean (2003) terdiri dari kualitas informasi dan kualitas sistem yang dapat mempengaruhi persepsi kemudahan dalam penggunaan dan kegunaan dalam persepsian dalam konteks kesuksesan Knowledge Management System pada PT. Pertamina Prabumulih. 2. Untuk menjelaskan bagaimana faktor dari model Igbaria et al., (1997) yaitu dukungan organisasi dapat mempengaruhi persepsi kemudahan dalam penggunaan dan kegunaan persepsian dalam konteks kesuksesan Knowledge Management System PT. Pertamina Prabumulih. 3. Untuk menjelaskan bagaimana faktor dari model Davis (1989) yaitu persepsi kemudahan dalam penggunaan dan kegunaan persepsian dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam konteks kesuksesan Knowledge Management System PT. Pertamina Prabumulih. 1.4 Manfaat Riset Ketika penggunaan sistem KM dapat digunakan organisasi maupun individu dengan baik maka akan mendapatkan manfaat. Beberapa manfaat dari penggunaan sistem KM adalah peningkatan dalam kinerja karyawan, munculnya ide-ide yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan perusahaan, dapat 8 mengoptimalkan potensi karyawan dan faktor lainnya yang akhirnya akan bermuara pada meningkatnya kinerja individu dalam suatu perusahaan. Manfaat secara umum bagi organisasi yaitu diharapkan dapat memberikan informasi bagi organisasi sektor publik maupun organisasi swasta dalam mengembangkan kualitas sistem dan kualitas pengetahuan sehingga dapat meningkatkan penggunaan sistem dan menambah kepuasan bagi pengguna. Selain itu dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi manajemen untuk mendukung penggunaan dalam aplikasi KMS sehingga dapat lebih mengoptimalkan kinerja karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I: Berisi latar belakang masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, manfaat riset, dan sistematika penulisan. BAB II: Menguraikan kerangka teoritis yang berkaitan dengan penelitian. BAB III: Menguraikan tentang jenis dan objek penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan teknik analisis data. BAB IV: Menguraikan hasil analisis data dan pembahasannya. BAB V: Menguraikan kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian, serta implikasi-implikasi hasil penelitian.