BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah presisten dimana tekanan darah nya diatas 140/90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment on High Blood Pressure VII, hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia, hipertensi merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi (World Health Organization, 2013). Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan hipertensi skunder (Setiawati & Bustami, 2005). Adapun penyebab hipertensi esensial meliputi : genetik, kegemukan, stres, merokokdan asupan natrium yang berlebih. Sedangkan penyebab hipertensi skunder meliputi : hipertensi renal, hipertensi endokrin dan obat-obatan. Beberapa penelitian berdasarkan epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur, tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan dan menjadi lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Secara nyata kematian karena penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Sejalan dengan pertambahan usia, tekanan darah seseorang akan meningkat pula. Satu dari lima pria berusia antara 35 sampai 45 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Separuh dari mereka yang berusia 55-64 1 2 tahun mengidap hipertensi. Pada usia 65-74 tahun, prevalensinya menjadi lebih tinggi lagi, sekitar 60% menderita hipertensi. World Health Organization (2012) mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Hipertensi penyebab kematian hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Hartono(2011) menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibanding Singapura 27,3%, Thailand 22,7%, dan Malaysia 20%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwardianto (2011) mengenai pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi, hal ini terbukti teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.Di Rumah Sakit Prof. Kandou Manado, pasien hipertensi di Ruangan Irina C tercatat 100 pasien untuk setiap bulannya yang di rawat inap75% mengalami hipertensi sedang-berat. Teknik relaksasi merupakan salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan, namun saat calon peneliti menjalani praktik di Ruangan Irina C, teknik relaksasi napas dalam masih jarang dilakukan untuk pasien hipertensi sedangberat. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2013) dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung dan gangguan mental. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kabupaten Nias Selatan 9,6% dan terendah di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 2,4%. Provinsi Sumatera memiliki jumlah penduduk mencapai 1,5 juta jiwa dan memiliki lansia yang tidak kalah banyak yaitu mencapai angka sekitar 300 ribu jiwa. Provinsi Sumatra merupakan peringkat ke empat dari lima provinsi yang memiliki jumlah 3 lansia terbanyak di Indonesia yaitu sekitar 8,77%. Diperkirakan pada tahun 2015 akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2011 menjadi lebih dari 432 ribu orang atau 11,4 persen dari jumlah penduduk (BPS, 2011). Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Tawang (2013) bahwa tekanan darah Pre-Test Kelompok Eksperimen, dimana sistolik dan diastolik pada kelompok eksperimen sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam sebesar 8 responden 53,3% yang memiliki tekanan darah sistolik 160 mmHg, dan 14 responden 93,3% yang diastoliknya 100 mmHg. Sedangkan pada hari ke dua, 7 responden 46,7% yang memiliki tekanan darah sistolik 150 mmHg dan 7 responden 46,7%yang diastoliknya 90 mmHg. Keadaan hipertensi pada kelompok eksperimen mungkin disebabkan oleh faktor jenis kelamin yang diketahui bahwa 60% penderita hipertensi kelompok eksperimen berjenis kelamin laki-laki. Dimana menurut Rahajeng&Tuminah (2009) yang melaporkan bahwa di Indonesia proporsi laki-laki pada kelompok hipertensi lebih tinggi dan usia penderita hipertensi kelompok eksperimen diketahui bahwa lebih dari berusia 40-60 tahun 53,3%.Rahajeng&Tuminah juga mengatakan bahwa proporsi kelompok usia 45-54 tahundan lebih tua selalu lebih tinggi pada kelompok hipertensi dari pada nonhipertensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smeltzer & Bare (2001) bahwa laki-laki lebih beresiko menderita hipertensi dibanding perempuan. Tekanan darah pada wanita akan meningkat secara signifikan setelah menopause. Tekanan Darah Pre-Test Kelompok Kontrol, tekanan darah awal pada kelompok kontrol, sebesar 13 (86,7%) dan 11 (73,3%) responden yang memiliki tekanan darah sistolik 160 mmHg, dan diastolik 100 mmHg. Untuk hari ke-2, 9 (60,0%) dan 8 (53,3%) responden yang tekanan darah sistolikknya 150 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Nilai tekanan darah pada kelompok kontrol berbeda untuk hari ke-1 dan 2, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor penyebab hipertensi yang terjadi 4 berbeda pada setiap penderita hipertensi.Keadaan pada penderita hipertensi kelompok control mungkin disebabkan oleh faktor jenis kelamin yang diketahui bahwa 60% penderita hipertensi kelompok kontrol berjenis kelamin laki-laki. Tekanan darah post-test kelompok eksperimen, tekanan darah sistolik post- test kelompok eksperimen, untuk hari pertama dan hari ke dua sebesar 8 responden (53,3%) yang memiliki tekanan darah sistolik 150 mmHg, kemudian untuk tekanan darah diastolik hari pertama ada 12 responden (80,00%) yang tekanan darah 90 mmHg. Dan hari ke dua 7 responden (46,7%) yang diastoliknya 80-90 mmHg. Terjadi penurunan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik. Keadaan responden penderita hipertensi setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam yaitu suatu keadaan relaksasi yang optimal melalui pengontrolan pernafasan selama 15 menit. Tekanan darah post-test kelompok kontrol, tekanan darah setelah 15 menit pengukuran tekanan darah awal pada kelompok kontrol adalah 13 (86,7%) dan 11 (73,3%) responden yang memiliki tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg. Untuk hari ke-2, 9 (60,0%) dan 8 (53,3%) responden yang tekanan darah sistoliknya 150 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Keadaan hipertensi masih dapat diperbaiki kondisinya dengan penatalaksanaan nonfarmakologis dan mengubah perilaku hidup yang lebih sehat. Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap tekanan darah pada kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian Tawang (2013) menyatakan ada penurunan tekanan darah yang signifikan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam pada penderita hipertensi sedang-berat kelompok eksperimen, nilai sistolik mengalami penurunan sebesar 165,77 mmHg / 90,00 mmHg untuk hari ke-1, sedangkan hari ke-2 terjadi penurunan sebesar 149,33 mmHg / 84,00 mmHg. Ini membuktikan bahwa teknik relaksasi napas dalam terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sedang-berat kelompok eksperimen. 5 Berdasarkan penelitian Hanifa (2009) diperoleh jumlah penderita hipertensi sebanyak 101 pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik, 61,4% berjenis kelamin laki-laki, lebih banyak dari pada berjenis kelamin perempuan yaitu 38,6%. Sampel mayoritas berumur antara 31-50 tahun yaitu sebesar 50,5%. Sebagian besar sampel yaitu 60,4% menderita hipertensi sebagai penyebab penyakit ginjal kronikterbanyak. 63,9% berjenis kelamin laki-laki mengalami hipertensi, lebih banyak dari pada perempuan (36%). Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah membantu penderita hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat optimal dan meningkatkan kualitas kehidupan secara maksimal dengan cara memberi intervensi asuhan keperawatan, sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi kesehatan. Salah satu tindakan yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi adalah terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing) (Izzo et. all.,2008). Berdasarkan hasilpenelitian Suwardianto (2011) mengenai pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi, terbukti teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Tawang (2013) bahwa ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sedang-berat di Ruangan Irina C BLU.RSUP. Prof. Dr.R.D. Kandou Manado. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan pada tanggal 21 Februari 2014, didapatkan data bahwa terdapat pasien yang menderita hipertensi di tahun 2012-2013 sebanyak 2.806 pasien. Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.Diamana diantaranya pasien yang rawat jalan di tahun 2012 sebanyak 2.250 pasien dan ditahun 2013 sebanyak 125 pasien. Sedangkan pada pasien yang rawat inap di tahun 2012 sebanyak 300 pasien dan ditahun 2013 sebanyak 131 pasien. 6 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, mereka mengatakan bahwa selama ini, mereka belum pernah mendapatkan penerapan teknik relaksasi nafas dalam oleh perawat inap sebagai salah satu penatalaksanaan hipertensi. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah pada penderita pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui “ Apakah ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014 ? ”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi rata-rata tekanan darah sebelum teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014. b. Mengidentifikasi rata-rata tekanan darah sesudah teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Dapat diterapkan sebagai penatalaksanaan dalam asuhan keperawatan pada penderita hipertensi, sebagai penanganan nonfarmakologi dalam merawat pasien untuk mengurangi terjadinya peningkatan tekanan darah lebih lanjut. 7 2. Bagi Perawat Dengan adanya pengobatan nonfarmakologi pada penderita hipertensi yang menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam. Diharapkan mampu mengurangi peningkatan tekanan darah dan mengembalikan tekanan darah secara normal yang berdampak positif bagi kesehatan pasien. 3. Bagi Peneliti Dengan adanya pengobatan nonfarmakologi pada penderita hipertensi yang menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam. Diharapkan mampu mengurangi peningkatan tekanan darah dan mengembalikan tekanan darah secara normal yang berdampak positif bagi kesehatan pasien.