PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BAGI MAHASISWA MELALUI ENGLISH DEBATE Atik Rokhayani Agung Dwi Nurcahyo Universitas Muria Kudus Abstrak Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dituntut untuk dapat menguasai empat kemampuan Bahasa Inggris (English skills). Berbicara (Speaking) merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Faktanya banyak mahasiswa merasa bahwa Speaking itu sulit dan mereka juga tidak mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan idea tau gagasan mereka. Proses belajar mengajar di kelas merupakan kunci utama keberhasilan sistem pendidikan yang harus memfokuskan pada Student Centre Learning. Sekarang ini banyak teknik pengajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bagi mahasiswa. Para pengajar di Perguruan Tinggi yang dalam hal ini adalah dosen harus mengaplikasikan teknik yang menarik dan kreatif bagi mahasiswa. Salah satu teknik yang dapat di terapkan adalah English Debate. Di dalam teknik English Debat mahasiswa dapat menyampaikan ide atau gagasan tentang sebuah topik. English Debate merupakan teknik yang sangat bagus yang dapat diterapkan oleh dosen bagi mahasiswa. Penulis akan membahas tentang pengajaran bahasa Inggris melalui English Debate. Penulis juga akan memaparkan bagaimana English Debate di aplikasikan didalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Di samping itu penulis juga akan membahas tentang kelebihan dan kekurangan pengajaran bahasa Inggris melalui English Debate. Kata kunci: Pembelajaran Bahasa Inggris, English Debate PENDAHULUAN Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa semua program studi. Biasanya bahasa Inggris diajarkan pada semester awal perkuliahan. Perkuliahan bahasa Inggris yang diajarkan ada yang menggunakan bahasa Inggris umum (General English) maupun bahasa Inggris khusus (English for Specific Purposes). Sedangkan di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, semua mata kuliah yang diajarkan berbasis bahasa Inggris karena mahasiswa dituntut untuk menguasai empat komponen bahasa yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis (listening, reading, speaking,dan writing). Speaking merupakan salah satu komponen bahasa yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Banyak diantara mahasiswa yang menganggap bahwa speaking sulit dilakukan. Hal ini dipengaruhi faktor yang sangat dominan yaitu di Indonesia tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Mahasiswa hanya menggunakan bahasa Inggris di kelas maupun di lingkungan kampus. Di Program studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus, Speaking diajarkan selama beberapa semester. Materi yang diajarkan juga berbeda berdasarkan tingkatannya. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris harus mampu berbicara bahasa Inggris dengan lancar. Berdasarkan salah satu kompetensi program studi Pendidikan Bahasa Inggris yaitu menjadi seorang tenaga pengajar yang professional. Oleh karena itu lulusan program studi Pendidikan Bahasa Inggris harus mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh sewaktu menimba ilmu di kampus dan juga dapat mengajar/menyampaikan materi kepada anak didiknya kelak. Dalam pengajaran Bahasa Inggris di universitas, dosen harus memusatkan perkuliahan pada Student Centered Learning. Jadi dosen tidak menjadi pusat pembelajaran. Mahasiswa harus aktif 37 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN dalam pembelajaran. Di dalam kelas, dosen dapat menerapkan beberapa teknik, metode maupun media dalam pengajaran Speaking. Penggunaan teknik, metode maupun media harus menarik dan tidak monoton bagi mahasiswa. Diantara teknik, metode dan media tersebut adalah role play, games, storytelling dan English debate. Berdasarkan fakta di lapangan, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus mempunyai kemampuan speaking bagus, namun content (argumen)nya kurang padat, informatif dan variatif. Sedangkan ada beberapa mahasiswa yang mempunyai argumen bagus tetapi kemampuan speaking nya kurang bagus. Oleh karena itu diperlukan teknik untuk meningkatkan kemampuan speaking dan kualitas argumen serta literasi mahasiswa. English debate merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan Speaking mahasiswa. Melalui English debate, mahasiswa harus dapat menyampaikan ide/gagasan sehingga mereka juga harus menggali kosakata yang mereka miliki yang berkaitan dengan motion/topik yang sedang diperdebatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana English Debate di aplikasikan didalam proses pembelajaran bahasa Inggris dan membahas tentang kelebihan dan kekurangan pengajaran bahasa Inggris melalui English Debate. LANDASAN TEORI DAN METODE Speaking Kemampuan Speaking dosen dan mahasiswa merupakan elemen penting dalam proses pembelajaran. Speaking dapat disampaikan melalui komunikasi verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata sedangkan komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang dapat disampaikan melalui bahasa isyarat maupun bahasa tubuh. Fulcher (2003: 23), menyatakan bahwa Speaking merupakan bahasa dalam bentuk verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Speaking merupakan proses komunikasi spontan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan informasi kepada orang lain ( Kathleen: 2005). Di dalam komunikasi diperlukan pemahaman antara yang berbicara dan yang diajak bicara. Sebaliknya kalau tidak ada pemahaman berarti akan terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Oleh karena itu Sepaking merupakan elemen penting dalam setiap komunikasi. Pengajaran Speaking Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus menerapkan mata kuliah Speaking selama beberapa semester. Diantaranya adalah Intermediate Speaking untuk mahasiswa semester 2, Advanced Speaking untuk mahasiswa semester 3, Academic Speaking untuk mahasiswa semester 4 dan Speaking for Instructional Purposes untuk mahasiswa semester 5. Serangkaian mata kuliah Speaking tersebut diajarkan selama 4 sks (200 menit). Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada materi English Debate yang diajarkan di semester 4. Nathaniel Gage in Arends (2007:4) menjelaskan bahwa pengajaran adalan ibarat seni instrumental. Pengajaran membutuhkan proses improvisasi dan spontan yang tidak mudah untuk dilakukan. Di dalam pembelajaran Speaking mahasiswa dituntut untuk selalu aktif. Menurut Brown (2004), menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan produktif yang dapat diamati secara empiris dan langsung. Sehingga dalam penilaian Speaking dosen dapat mengamati kemampuan mahasiswa dalam berbicara secara langsung. English Debate English Debate merupakan salah satu teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Speaking. Debat adalah salah satu cara yang dilakukan oleh kelompok orang yang membahas dan menganalisi isu atau topik (Swancik: 2003). English Debate dimainkan oleh dua tim yang membahas satu motion/ tema. Tujuan dari English Debate adalah meyakinkan bahwa argument/pendapat dari tim affirmative adalah benar, sedangkan tim negative adalah salah. Alasmari (2013:147) menyatakan 38 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN bahwa debat adalah salah satu metode formal interaktif yang memberikan argument yang bertujuan untuk mempengaruhi juri dan penonton. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris prinsip debat yang dilaksanakan berbeda dengan debat kompetitif. Debat kompetitif adalah debat perlombaan yang biasanya diselenggarakan untuk memperebutkan juara/pemenang. Pemenang merupakan tim yang menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik. Sedangkan debat yang dilaksanakan di kelas bertujuan untuk pembelajaran bagi mahasiswa. Ada 3 jenis English Debate Competition: British Parliamentary System, Asian Parliamentary System dan Austral-Asian Parliamentary System. Penulis memfokuskan pada Austral-Asian Parliamentary System. Ada beberapa teknik/hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah: 1. Ada 2 tim debat (Tim afirmatif dan Tim negatif) 2. Tim afirmatif diasumsikan sebagai pihak yang mengusulkan (proposisi) dan Tim negatif bertindak sebagai oposisi 3. 1 team terdiri dari 3 speaker 4. Speaker harus menghadap audience dan berdiri ketika berbicara 5. Masing-masing speaker menyampaikan substantive speech selama 7 menit dan salah satu dari mereka (dari speaker 1 dan 2) harus menyampaikan reply speech selama 5 menit 6. Tidak ada interupsi METODE PENELITIAN Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini mendeskripsikan tentang kemampuan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus dalam melaksanakan English Debate. Ada 30 mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini. Mereka tergabung dalam ESA (English Students Assosiation). Dalam penelitian ini, penulis membatasi penilaian tentang kemampuan mahasiswa dalam English Debate dengan mengacu pada 3 elemen yaitu matter, manner dan method. Penilaian matter berhubungan dengan topic/argument mahasiswa (40%), manner berhubungan dengan public speaking mahasiswa (40%) dan method berkaitan dengan struktur penyampaian materi (20%). ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu Pebruari-April 2015. Mahasiswa yang tergabung dalam penelitian ini adalah mahasiswa ESA. Mahasiswa ESA merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris yang memiliki semangat belajar yang tinggi terhadap bahasa Inggris karena di ESA sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Dalam melakukan penelitian, penulis membagi mahasiswa menjadi beberapa bagian yaitu debaters (peserta debat), adjudicators (juri) dan audience (penonton). Tujuan dari pembagian tersebut adalah untuk memberikan pengetahuan yang bervariasi bagi mahasiswa. Peneliti membagi debaters menjadi beberapa tim yang tiap timnya terdiri dari 3 orang mahasiswa. Berperan sebagai adjudicators menjadikan mahasiswa mengetahui bagaimana proses menilai English Debate. Ada beberapa motion yang diperdebatkan oleh mahasiswa, diantaranya adalah Advertising is harmful, TV does more harm than good dan Internet is the best source in learning English. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa ESA Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus baik. Hal ini tercermin dari penampilan English Debate yang mereka lakukan. Ada 3 poin yang dianalisis peneliti yaitu matter, manner dan method. Dalam hal matter, mahasiswa masih belum maksimal dalam mengeksplorasi ide/gagasan yang disampaikan. Manner, mahasiswa mampu menggunakan eye contact, vocal, gesture dengan baik. Sedangkan Method, mahasiswa mampu mengatur waktu dan berperan sebagai Debaters dengan baik. 39 Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Penelitian ini juga akan memaparkan beberapa kelebihan English Debate dalam pembelejaran Bahasa Inggris, diantaranya adalah: 1. Mampu memotivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran 2. Meningkatkan literasi mahasiswa 3. Membantu peningkatan kemampuan public speaking 4. Meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa 5. Membantu memperbaiki struktur materi argumen yang disampaikan oleh mahasiswa Sedangkan kekurangan dari English Debate adalah: 1. Membutuhkan waktu yang cukup lama 2. Membutuhkan ketersediaan learning resources (sumber belajar) yang memadai (internet, buku, dll). SIMPULAN Teknik English Debate dapat digunakan sebagai salah satu teknik dalam pembelajaran Bahasa Inggris. English Debate mempunyai kelebihan dalam hal meningkatkan kemampuan berargumen mahasiswa sehingga teknik English Debate tepat jika diterapkan di kelas Speaking. Dalam pembelajaran Speaking, dosen harus senantiasa mendorong mahasiswa untuk lebih aktif di dalam kelas sehingga mahasiswa mempunyai keberanian yang lebih untuk berbicara di depan kelas. DAFTAR PUSTAKA Alasmari, A and S. H. Ahmed. (2013). UsingDebate in EFL Classes. Canadian Center of Science and Education, 6 (1). Arends, Richard I. (2007). Learning to Teach Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill. Brown, H. Douglas. (2004). Language Assessment Principles and Classroom Practices. New York: Pearson Education, Inc. Celce-Murcia, Marrianne (Ed). Teaching English as a Second or Foreign Language. Boston, MA: Heinle and Heinle Thomson Learning. Fulcher, G. (2003). Testing Second Language Speaking. Britain: Pearson Education Limited. Kathleen M. Bailey. (2005). Practical English Language Teaching: Speaking. New York: Mc Graw Hill. Swancik, Alan, Christoper Erskine and Ray D‘cruz. (2003). The Australia-Asia Debating Guide (2nd Ed). Melbourne: The Australian Debating Federation. 40