gambaran standar pelayanan anc ibu hamil trimester iii dalam

advertisement
ARTIKEL
GAMBARAN STANDAR PELAYANAN ANC IBU HAMIL TRIMESTER
III DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS
MARGASARI KECAMATAN
MARGASARI KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2017
Oleh :
Tantiva Azkiani
030216A168
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
GAMBARAN STANDAR PELAYANAN ANC IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM
MELAKUKAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS MARGASARI KECAMATAN
MARGASARI KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2017
AN OVERVIEW OF SERVICE STANDARD ANC PREGNANT WOMAN TRIMESTER III
IN CONDUCTING ANC VISIT AT MARGASARI PUBLIC HEALTH CENTER
MARGASARI SUB DISTRICT TEGAL REGENCY 2017
Tantiva Azkiani, Eko Susilo1, Ida Sofiyanti2
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan D IV Kebidanan Transfer
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
Phone : 085293698856
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang : Antenatal care adalah
pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil
secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu
dan bayinya. Pelayanan antenatal ini meliputi
pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi
terhadap penyimpangan dan intervensi dasar
yang dilakukan. Tujuan: Untuk mengetahui
Gambaran Kualitas Pelayanan ANC Ibu
Hamil Trimester III Dalam Melakukan
Kunjungan ANC Di Puskesmas Margasari
Metode : Jenis penelitian deskriptif
kuantitatif dengan desain pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian semua ibu
hamil trimester III yang periksa di puskesmas
Margasari berjumlah 67 orang. Tehnik
pengambilan
sampel
menggunakan
accidental sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menyebarkan langsung
kuesioner kepada responden. Tehnik analisis
data dalam penelitian iini menggunakan
analisis univariat
Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa kualitas pelayanan ANC
ibu hamil trimester III yang berkualitas baik
ada 23 responden (92%) dan ibu hamil
trimester yang mendapat pelayanan ANC
tidak berkualitas 11 responden (44%).
Simpulan: Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Sebagian besar dari 10
pelayanan antenatal yang tidak berkualitas
yang diberikan oleh bidan pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas Margasari kabupaten
tegal
pelayanan
meliputi
tatalaksana
penanganan kasus sesuai kewenangan dari 34
responden (21%) konseling dari 34 responden
hanya (4%)
Saran: Diharapkan Diharapkan untuk lebih
memaksimalkan pelayanan kepada ibu hamil
khususnya tentang deteksi dini bahaya
kehamilan dan mengoptimalkan standar
pelayanan ANC 10 T dengan baik dan
berkualitas
Kata kunci :Standar, Pelayanan AntenatalCare,
Trimester III
An Overview of Service Standard ANC
Pregnant Woman Trimester III In Conducting
ANC Visit At Margasari Public Health Center
Margasari Sub District Tegal Regency 2017
Keywords
: Quality, Antenatal Care
Service, Trimester III
An Overview of Service Standard ANC
Pregnant Woman Trimester III In Conducting
ANC Visit At Margasari Public Health
Center Margasari Sub District Tegal Regency
2017
ABSTRACT
Background: Antenatal care is a service
provided by pregnant women on a regular
basis to maintain the health of mother and
baby. This antenatal care includes pregnancy
screening, correction of irregularities and
basic interventions. Objective: To know the
ANC Quality of Service Overview of
Trimester III Pregnant Women in Conducting
ANC Visit at Margasari Public Health Center.
Method: Quantitative descriptive research
type with cross sectional design approach.
The study population of all pregnant women
in the third trimester examined at the
Margasari clinic consisted of 67 people.
Sampling technique
using accidental
sampling. Data collection was done by
directly distributing questionnaires to
respondents. Technique of data analysis in
this research using univariate analysis
Results: The results of the study showed that
the quality of ANC service of trimester III
pregnant mother with good quality was 23
respondents (92%) and trimester pregnant
women who received ANC service was not
qualified 11 respondents (44%).
Conclusion: In this study it can be concluded
that Most of the 10 unqualified antenatal
services provided by midwives in pregnant
women in the working area of Margasari
District health clinic of tegal service include
procedure of handling cases according to
authority of 34 respondents (21%) counseling
from 34 respondents only (4%)
Suggestion: Expected It is expected to
maximize services to pregnant women
especially about early detection of pregnancy
hazard and optimize service standard ANC 10
T well and quality
Margasari Kabupaten Tegal tahun 2017
Pendahuluan
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya
dapat dilihat dari indikator Angka Kematian
Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh, dll di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini tidak hanya mampu menilai
program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu
menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun
kualitas. Penurunan AKI di Indonesia terjadi
sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI
tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI
yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Indonesia 2015).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia
terkait dengan banyak faktor, di antaranya
kualitas perilaku ibu hamil yang tidak
memanfaatkan Antenatal Care (ANC) pada
pelayanan kesehatan, sehingga kehamilannya
berisiko tinggi. (Profil Kesehatan Indonesia
2015). Cakupan pelayanan kesehatan maternal
membaik, tetapi kenapa AKI meningkat
kemupngkinan sebabnya kualitas pelayanan
yang belum baik, kondisi ibu hamil yang tidak
optimal, faktor di luar kesehatan termasuk
pendidikan, kesejahteraan, norma keluarga,
keluarga berencana (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, 2012)
Tujuan :
Untuk mengetahui gambaran standar pelayanan
bidan dalam pelayanan ANC ibu hamil
trimester III yang melakukan kunjungan ANC
sesuai standar minimal “10 T” di Puskesmas
Margasari kecamatan
Metode :
Jenis penelitian yang dilakukan dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian deskriptif kuantitatif yaitu peneliti
hanya akan mendeskripsikan variable tertentu
dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
(Setiawan, 2010, 84 ). Metode pendekatan
dengan menggunakan cross-sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara factor-faktor resiko dengan
efek dengan cara
pendekatan atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
Hasil :
1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur
ibu
hamil
trimester
III
yang
memeriksakan
kehamilannya
di
puskesmas margasari
umur
<20 tahun
20-35 ahun
>35 tahun
jumlah
frekuensi Persentase
(%)
3
8,82
25
73,5
6
17,6
34
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa dari 34 responden ibu hamil trimester
III sebagian besar berumur 20-35 tahun yaitu
sejumlah 25 ibu hamil (73,5%)
2. Distribusi
frekuensi
berdasarkan
pendidikan ibu hamil trimester III yang
memeriksakan
kehamilannya
di
puskesmas margasari
Pendidikan
frekuensi Persentase
(%)
SD
17
50
SMP
9
26,4
SMA
8
23,5
Jumlah
34
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa dari 34 responden ibu hamil trimester
III sebagian besar berpendidikan SD yaitu
sejumlah 17 ibu hamil (50%)
3. Distribusi Frekuensi Hasil Kuesioner
Dalam Pelayanan ANC Pada Ibu Hamil
Trimester III
No
1
2
Pelayanan
10 T
Sesuai
standar
Tidak
sesuai
standar
JUMLAH
F
%
7
20,5%
27
79,4%
34
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
dari 34 responden ibu hamil trimester III
sebagian besar menapatkan pelayanan yang
tidak sesuai standar
dengan jumlah 27
responen (79,4%)
Pembahasan :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di
lakukan menurut umur ibu dapat di ketahui
bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya
di puskesmas Margasari sebagian besar
berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden
(73,5%) dan ibu hamil yang berumur >35
tahun sejumalah 6 responen (17,6%) dan ibu
hamil yang berumur <20 tahun sejumlah 3
responden (8,82%). Menurut Ariani (2014)
umur merupakan rentang waktu seseorang
yang dimulai sejak dia dilahirkan hingga
berulang tahun.jika seseorang itu memiliki
umur yang cukup maka akan memiliki pola
pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur
akan sangat berpengaruh terhadap daya
tangkap sehingga pengetahuan di perolehnya
akan semakin baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Gabriellyn Sura
Pongsibidang (2013) yang mengatakan bahwa
Umur merupakan salah satu faktor penentu
dalam proses kehamilan. Pada umur 20-35
cenderung lebih teratur karena masih
merasa bahwa pemeriksaan kehamilan
sangat penting sedangkan umur < 20 tahun
cenderung belum terlalu mengerti tentang
pentingnya melakukan kunjungan antenatal
secara teratur sedangkan umur > 35 tahun
cenderung acuh pada kunjungan antenatal
karena merasa telah memiliki pengalaman
yang baik padahal seharusnya kedua
kelompok umur ini rutin memeriksakan
kehamilan ke petugas kesehatan karena
berisiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan.
Usia
berguna
untuk
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan
dan tindakan yang dilakukan. Sama halnya
penelitian yang dilakukab oleh Laily Mufidah
(2010) Usia ibu hamil mempengaruhi
dalam melakukan Antenatal Care secara
teratur. Dalam penelitian ini jumah
responden yang melakukan Antenatal Care
secara teratur adalah pada usia 20-35
tahun sebanyak 11 dari 13 responden
(84,62%). Menurut Drs. M. Ngalim
Purwanto, MP (2007). Mengatakan bahwa
tiap
organ
dalam
tubuh
manusia
mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan. Tiap organ (fisik dan
psikis) dapat dikatakan matang jika ia
telah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya,
sehingga
kematangan
berhubungan erat dengan umur seseorang.
Kondisi mental dan kesiapan ibu hamil
usia 20-35 tahun dalam menghadapi
kehamilannya lebih siap jika dibandingkan
dengan ibu hamil dengan usia yang terlalu
muda. Sehingga cenderung
melakukan
Antenatal Care secara teratur dalam
meghadapi kehamilannya. Menurut Tobing
NL (2006). Usia ibu hamil yang terlalu muda
sering kali mengalami ketidaksiapan mental
tentang kehamilannya, sehingga kesadaran
untuk melakukan Antenatal Care kurang.
Selain itu ibu hamil usia 20-35 tahun
biasanya masih memiliki anak sedikit,
sehingga merasa tidak mampu menangani
keadaanya selama hamil. Menurut M
Djakfar Shadik (2007). Bahwa ibu hamil
yang berumur dibawah 30 tahun cenderung
melakukan Antenatal Care secara teratur,
hal ini disebabkan karena jumlah anak
yang dimiliki masih sedikit atau bahkan
belum memiliki anak. Hal ini terbukti dengan
jumlah responden yang melakukan Antenatal
Care K4 secara teratur adalah ibu hamil
trimester 3 yang belum memiliki anak
(53,85%).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan pendidikan ibu sebagian
berpendidikan SD sebanyak 17 responden
(50%) dan ibu hamil yang berpendidikan SMP
sejumlah 9 responden (26,4%) dan pendidikan
SMA sejumlah 8 responden (23,5%) Menurut
Ariani (2014) pendidikan merupakan seluruh
proses kehidupan yang di miliki oleh setiap
individu berupa interaksi individu dengan
lingkungannya, baik secara formal maupun
informal yang melibatkan perilaku individu
maupun
kelompok.
Pendidikan
berati
bimbingan yang di berikan oleh seseorang
kepada perkembangan orang lain untuk menuju
ke arah cita-cita
tertentu untuk mengisi
kehidupan
sehingga
dapat
mencapai
kebahagiaan. Makin tinggi pendidikan
seseorang maka makin mudah orang tersebut
menerima informasi.dengan pendidikan yang
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi baik dari orang lain
maupun media massa. Pengetahuan erat
hubungannya dengan pendidikan seseorang
dengan pendidikan yang tinggi maka semakin
luas pula pengetahuan yang di miliki. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Gabriellyn Sura Pongsibidang (2013)
mengatakan bahwa Semakin
tinggi
pendidikan seorang wanita, maka semakin
mampu mandiri dalam mengambil keputusan
menyangkut diri mereka sendiri, khususnya
keputusan memeriksakan kehamilan.Tingkat
pendidikan ibu dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan
keteraturan kunjungan antenatal. Hasil dalam
penelitian ini terlihat bahwa justru ibu
dengan tingkat pendidikan tinggi yang
banyak melakukan kunjungan antenatal tidak
teratur. Sarminah (2012) menyebutkan bahwa.
ini karena adanya faktor perilaku yang
negatif. Pendidikan yang tinggi tidak
selalu berpengaruh terhadap perilaku yang
positif termasuk dalam kunjungan antenatal,
begitu juga sebaliknya pendidikan yang
rendah tidak selalu berpengaruh terhadap
perilaku yang negatif. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Sarminah (2012)
di Papua yang menunjukkan tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan kunjungan antenatal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di
lakukan pada ibu hamil trimester III
berdasarkan standar minimal pelayanan ANC
10 T di puskesmas Margasari adalah 7
(20,5%) responden mendapatkan pelayanan
sesuai standar dan terdapat 27 (79,4%) ibu
hamil trimester III yang mendapatkan
pelayanan antenatal tidak sesuai standar.
Berdasarkan hasil diatas bahwa pelayanan
yang di berikan oleh bidan pada ibu hamil
trimester III di wilayahnya puskesmas
Margasari tidak sesuai standar. pelayanan
antenatal sesuai standar dengan minimal 4
kali kunjungan selama kehamilannya, yaitu 1
kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke
tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin
secara seksama sehingga dapat mendeteksi
secara dini dan dapat memberikan intervensi
secara tepat Menurut Kemenkes RI (2016),
pemeriksaan antenatal dilakukan dengan
standar pelayanan antenatal 10 T yang
dimulai dengan beberapa kegiatan, antara lain
: Timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
Ukur tekanan darah, (Ukur Lingkar Lengan
Atas/LILA), Ukur tinggi puncak rahim
(fundus uteri), Tentukan presentasi janin dan
Denyut Jantung Janin (DJJ), Skrining status
imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT), Pemberian tablet
tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan,
Tes
laboratorium,
Tatalaksana/penanganan
kasus
sesuai
kewenangan, Temu wicara (konseling)
Hasil
penelitian pada
tabel
4.3
menunjukan bahwa ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di puskesmas
Margasari dan mendapat pelayanan dalam
menentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ) hasilnya adalah hanya 33
responden (97,0%). Dan ada 2 responden
(5,8%) tidak mendapat pelayanan tersebut
karena pada saat pelayanan dan pemeriksaan
berlangsung bidan lupa tidak memeriksakan
pelayanan tersebut dan satu responen lagi
tidak dilakukan karena pada saat ibu
berkunjung bidan sudah tau bahwa kondisi
yang dialami ibu dan janin yang di
kandungnya dalam keadaan sungsang dan
langsung dilakukan rujukan ke rumah sakit
terdekat.
Menurut
Mufdillah
(2009)
melaksanakan palpasi abdominal dilakukan
setelah usia kehamilan 28 minggu untuk
mengetahui janin tunggal atau kembar.
Sedangkan dilakukan palpasi abdominal
setelah usia kehamilan 36 minggu untuk
mengetahui letak dan bagian terendah janin
Pelayanan selanjutnya yang tidak sesuai
standar adalah pemeriksaaan DJJ Hasil
penelitian pada tabel 4.3 menunjukan bahwa
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
di puskesmas Margasari dan mendapat
pelayanan dalam menentukan presentasi janin
dan denyut jantung janin (DJJ) hasilnya
adalah hanya 33 responden (97,0%). Dan ada
1 responden (1,9%) tidak mendapat pelayanan
tersebut karena pada saat pelayanan bidan
sebelumnya juga sudah tau bahwa ibu yang
berkunjung dalam keadaan resiko tinggi dan
di lakukan rujukan untuk memeriksakan
kehamilan ke dokter kandungan Pelayanan
selanjutnya yang tidak sesuai standar adalah
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Berdasarkan
hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukan
bahwa ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya di puskesmas Margasari dan
mendapat pelayanan imunisasi TT hasilnya
adalah 33 responden (97,0%). Dan ada 1
(2,9%) ibu hamil yang tidak mendapat
pelayanan tersebut karena pada saat
pemeriksaan
berlangsung
responden
mengatakan
bahwa
dirinya
sudah
mendapatkan imunisasi TT 2 kali selama
hamil Menurut Padila (2009) Tujuan
pemberian TT adalah melindungi janin dari
tetanus neonatorum, pemberian TT baru
menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan
interval 4 minggu, kecuali bila sebelumnya
ibu telah endapatkan TT 2 kali pada
kehamilan yang lalu atau pada masa calon
pengantin, maka TT cukup di berikan satu
kali (TT ulang) untuk menjaga efektifitas
vaksin perlu di perhatikan cara penyimpanan
serta dosis pemberian yang tepat. Dan
menurut Mufdillah (2009)
pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan
dapat menghindari terjadinya tetanus
neonatorum pada ibu bersalin maupun nifas.
Kemudian pelayanan yang tidak berstandar
selanjutnya adalah Tatalaksana/penanganan
kasus sesuai kewenangan Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 4.3 menunjukan bahwa
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
di puskesmas Margasari dan mendapat
pelayanan
penanganan
kasus
sesuai
kewenangan hasilnya adalah hanya diperoleh
22 responden (64,7%) dan yang tidak
mendapatkan pelayanan tersebut sejumlah 12
responden (35,2%) dalam hal ini responden
yang tidak mendapatkan pelayanan tersebut
rata-rata kurang memahami pelayanan ini
dan kegawat daruratan yang terjadi pada ibu
hamil hanya di sampaikan pada ibu hamil
yang periksa dan dalam penangananya bidan
hanya memberitahu melalui pendidikan
kesehatan sesuai kasus yang dialami.
Menurut buku pedoman ANC (2007) dan
sesuai dengan kebijakan departemen
kesehatan, kunjungan pelayanan antenatal
sebaiknya paling sedikit 4 kali selama
kehamilan engan ketentuan waktu minimal 1
kali pada trimester pertama, minimal 1 kali
pada trimester kedua, 2 kali pada trimester.
ketiga. Apabila terdapat kelainan atau penyulit
kehamilan seperti mual muntah, keracunan
kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lainlain frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan
kebutuhan. Menurut Permenkes 2016 standar
pelayanan antenatal terdiri dari 10 T yaitu
Timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
Ukur tekanan darah, (Ukur Lingkar Lengan
Atas/LILA), Ukur tinggi puncak rahim (fundus
uteri), Tentukan presentasi janin dan Denyut
Jantung Janin (DJJ), Skrining status imunisasi
tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT), Pemberian tablet tambah darah minimal
90 tablet selama kehamilan, Tes laboratorium,
Tatalaksana / penanganan kasus sesuai
kewenangan, Temu wicara (konseling)
Menurut CG Victora A Matijasevich
(2009) dalam penelitiannya Upaya khusus
harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
layanan di masyarakat sektor. Wanita miskin
dan kulit hitam harus didorong secara aktif
untuk memulai perawatan antenatal Di awal
kehamilan
sehingga
mereka
bisa
memanfaatkannya sepenuhnya. Ada kebutuhan
untuk regular Pemantauan kehadiran antenatal
dan kualitas perawatan dengan kesetiaan
kesetaraan Sama halnya dengan Nicholas N A
Kyei (2012) mengatakan menemukan bahwa
hanya 45 fasilitas antenatal (3%) memenuhi
kriteria yang di kembangkan untuk layanan
ANC optimal, Sedangkan 47% fasilitas
memberikan layanan yang memadai, dan
sisanya 50% menawarkan layanan yang tidak
memadai. Meski 94% Ibu melaporkan
setidaknya satu kunjungan ANC dengan
petugas kesehatan yang terampil dan 60%
menghadiri setidaknya empat kunjungan 29%
ibu menerima kualitas ANC yang baik, dan
hanya 8% ibu yang mendapat ANC berkualitas
baik dan hadir di Trimester pertamaMenurut
Manju rani (2007)
Kualitas pelayanan
antenatal yang buruk cenderung mengurangi
penggunaannya. Intervensi kebijakan dan
program untuk memperbaiki Kualitas asuhan
perawatan antenatal, terutama untuk kelompok
penduduk miskin dan kelompok kurang
beruntung lainnya. Pelayanan selanjutnya
yang tidak sesuai standar adalah konseling
berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3
menunjukan bahwa ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di puskesmas
Margasari
dan
mendapat
pelayanan
pendidikan kesehatan/konseling sejumlah 13
responden (38,2%) dan ibu yang tidak
mendapatkan
konseling
sejumlah
21
responden (61,7%) pada pemeriksaan ini ratarata bidan tidak melakukan hal ini karena
bidan lebih fokus ke pemeriksaan yang
dilakukan dan memberikan konseling atau
pendidikan hanya pada ibu yang merasa ada
keluhan dan tanda bahaya yang menyertai
kehamilannya. Menurut Mufilah (2009)
memberikan penyuluhan tentang perawatan
iri selama hamil, perawatan payudara, gizi
ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada
janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera
mengambil keputusan dalam perawatan
selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang
disampaikan oleh ibu dengan penuh minat,
beri nasehat dan rujuk bila diperlukan.
Membicarakan tentang persalinan kepada ibu
hamil, suami/keluarga para trimester III,
memastikan bahwa persiapan persalinan
bersih,
aman
dan
suasana
yang
menyenangkan, persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk.
Simpulan :
Sebagian besar
dari 10
pelayanan
Antenatal yang berikan oleh bidan sesuai
standar pada ibu hamil di puskesmas
Margasari Kabupaten Tegal pelayanan
meliputi penimbangan berat badan dan ukur
tinggi badan sejumalah 34 responden (100%),
pengukuran tensi darah sejumlah 34
responden (100%), pengukuran TFU dari 34
responden
(100%),
pemberian
tablet
penambah darah dari 34 responden (100%),
test laboratorium 34 responden (100%),
Sebagian besar dari 10 pelayanan
antenatal yang tidak sesuai standar yang
diberikan oleh bidan pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas Margasari
kabupaten tegal pelayanan meliputi
pengukuran LILA
33 responden (96%),
pemeriksaan DJJ 33 responden (96%), TT 33
responden (96%) tatalaksana penanganan kasus
sesuai kewenangan hanya 22 responden
(64,7%) konseling/ pendidikan kesehatan
hanya 13 responden (38,2%)
Daftar Pustaka
Ariani. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian
Kebidanan Dan Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta, Nuha Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan online di akses tanggal 12
november 2016 pukul 23.00
Depkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan online di akses tanggal 12
november 2016 pukul 23.00
Depkes RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan online di akses tanggal 12
november 2016 pukul 23.00
Dinkes Kabupaten Tegal. 2015. Data AKI,
Data Ibu hamil. Tegal : Dinkes
Kab.Tegal
Dhiah Farida Ariyanti, 2010. Analisis Kualitas
Pelayanan Antenatal Oleh Bidan Di
Puskesmas
Dikabupaten
Purbalingga. Jurnal
Dinkes Kabupaten Tegal. 2016. Data AKI,
Tegal : Dinkes Kab.Tegal
Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian
Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: SalembaMedika
Imronah dan Widiyastuti Y. 2014. Hubungan
Dukungan Suami Pada Ibu Hamil
Dengan Kunjungan Antenatal Care
(ANC) Di BPS Usawatun Khasanah
Liman Benawi Kecamatan Trimurjo
Lampung Tengah tahun 2014.
Kemenkes RI, (2010) Pedoman Pelayanan
Antenatal Terpadu
Margaret. Selenium status UK pregnant
women and its relationship with
hypertensive
conditions
of
pregnancy.2012
Mufdillah. 2009. ANC Fokus (Antenatal
Care Focused). Yogyakarta: Nuha
Medika
Naila Baig. Anemia prevalence an risk
factors in pregnant women in an
urban area of Pakistan. 2008
Nicholas, Quality of antenatal care in
Zambia. 2012
Nikiema, Quality of Antenatal Care an
Obstetrical Coverage in Rural
Burkina Faso. 2015
Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho T, et. all. 2014. Askeb 1 Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Manju Rani, Differentials in the quality of
antenatal care in india. 2007
Padila. 2014. Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika
Pantiwati dan Saryono. 2012. Asuhan
Kebidanan
1
(Kehamilan).
Yogyakarta: Nuha Medika
Permenkes RI, (2016) Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2.
Yogyakarta: Nuha Medika
Victora, socio economic and ethnic group
inequities in antenatal care quality
in the public and private sector in
brazil. 2010
Wiwit Hidayah, (2012) Hubungan Kepatuhan
Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet fe
Dengan Kejadian Anemia Di Desa
Pageraji
Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas. Vol. 3 No. 2
Edisi Desember 2012 Online
Diakses tanggal 17 Juli 2017 pukul
19.00 WIB
Yulfira Media, (2014). kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil dan bersalin di
daerah terpencil. Jurnal
Download