127 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA PASIEN KANKER DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA 1 1 1 Lailli Sofianingtyas , Wenny Savitri , Masta Hutasoit 1 STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ABSTRACT Background: Therapeutic communication is communication that facilitates recovery of the patient and it is a kind of planned communication. Therapeutic communication also becomes a good instrument to build relationship between health staff and patient. Besides physical problem, the cancer patients have to face psychological problem due to their illness. Therefore, as medical staff who continuously by site of with the patients in hospital, their capability for therapeutic communication is absolutely required. Objective: To get an overview of therapeutic communication of nurses with cancer patients at Panembahan Senopati Hospital Bantul Yogyakarta. Method: The studi used descriptive observation design and total sampling techniques. There were 26 respondents, i.e. nurses working at Nusa Indah 2 and Melati Ward of Panembahan Senopati Hospital Bantul Yogyakarta. Data were obtained through checklist observation guide and analyzed using percentage formula. Result: Therapeutic communication of nurses at orientation phase was adequate (84.6%), at work phase was adequate (92.3%), at termination phase was adequate (73.1%). All of the nurse therapeutic communication phases were majority adequate (92,3%). Conclusion: Therapeutic communication of the nurses at Panembahan Senopati Hospital Bantul Yogyakarta belonged to adequate category. The result of the studi suggested that the practice of therapeutic communication be improved. Training on therapeutic communication should be conducted periodically. Keywords: therapeutic communication, cancer patients PENDAHULUAN Negara Komunikasi komunikasi terapeutik yang memfasilitasi berkembang seperti Indonesia.2 adalah Prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 untuk mencapai 1,4 per 1.000 orang. Penderita kesembuhan pasien dan komunikasi ini kanker di Daerah Istimewa Yogyakarta 1 sendiri mencapai 4,1 per 1000 penduduk Pasien kanker yang berobat di rumah sakit atau paling tinggi di Indonesia.3 Dari tahun membutuhkan 2012 terdapat 203 penderita kanker dan pada merupakan komunikasi yang direncanakan. metode perawatan dan pengobatan yang lebih khusus dibandingkan pasien lainnya yaitu pendampingan, perawatan dan pengobatan agar mengurangi perasaan cemas komunikasi Peningkatan sebesar yaitu dan takut komunikasi lonjakan melalui terapeutik.1 penderita kanker 300 persen diprediksikan akan tahun 2013 terdapat menderita kanker. 107 orang yang 4 Diagnosis kanker cenderung menjadi peristiwa traumatik bersangkutan sahabat. 5 selain Pasien mengalami bagi sakit bagi individu keluarga kanker fisik yang saja tidak dan hanya tetapi juga terjadi di seluruh dunia pada tahun 2030, mengalami perubahan psikologis. Pemikiran jumlah tersebut 70 persennya berada di pasien saat divonis mengidap penyakit 128 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 kanker adalah harapan hidup yang kecil atau (2) Pasien dapat mendengar (3) Pasien dapat tidak lama lagi, dan ini mengakibatkan rasa berbicara takut, sedih dan khawatir timbul, kondisi kanker. Sedangkan kriteria inklusi perawat emosional adalah tersebut akan memengaruhi (4) Pasien perawat diagnosa fungsional dan kriteria adalah perawat tingkat kekebalan tubuh manusia, reaksi eksklusi tersebut sangat manusiawi dan merupakan sedang cuti atau tugas keluar. Variabel dalam bagian-bagian dari kehidupan yang harus penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu dihadapi setiap pasien.6 komunikasi terapeutik perawat pada pasien Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah "Bagaimanakah sebagai gambaran perawat dengan kanker di RSUD Panembahan Senopati berikut: Bantul Yogyakarta. Penelitian ini mengguna- komunikasi kan instrumen check list observasi dengan terapeutik perawat pada pasien kanker di menggunakan RSUD Panembahan yang skala likert. Check list Senopati Bantul observasi ini terdiri dari fase orientasi dengan penelitian adalah 8 tahapan, fase kerja dengan jumlah 14 mengetahui gambaran karakteristik perawat, tahapan dan fase terminasi dengan jumlah 8 gambaran komunikasi terapeutik pada pasien tahapan. kanker meliputi tahap orientasi, kerja dan dikatakan baik jika nilai 76%-100%, cukup terminasi. nilai 56%-75% dan kurang nilai ≤55%. Yogyakarta?". Tujuan Katagori komunikasi terapeutik Analisis data yang digunakan adalah rumus BAHAN DAN CARA PENELITIAN presentase. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian observasi deskriptif menggunakan metode total sampling sampel bila yaitu semua teknik HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian menentukan anggota RSUD Panembahan Senopati populasi merupakan salah satu RSU Pratama type B digunakan sebagai sampel. Populasi dalam yang diresmikan dengan SK Menkes RI no penelitian ini adalah seluruh perawat di 202/Menkes/SK/II/1993. RSUD diberikan di RSUD Panembahan Senopati 7 Panembahan Senopati Bantul Pelayanan yang Yogyakarta yang berada di bangsal bedah yaitu pelayanan gawat darurat IGD/ICU/ yang melakukan perawatan pada pasien ICCU, pelayanan rawat jalan, pelayanan kanker yaitu Bangsal Nusa Indah 2 dengan rawat inap yang terdiri dari ruang VVIP, VIP, jumlah perawat sebanyak 10 orang dan kelas Utama, kelas I, kelas II, kelas III, ICU Bangsal Melati sebanyak 16 orang, jadi total dan perinatal. Pelayanan rawat inap di RSUD populasi sebanyak 26 orang. Adapun kriteria Panembahan Senopati berupa Rawat inap pasien sebagai yaitu (1) Pasien dapat melihat penyakit dalam, rawat inap penyakit syaraf, 129 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 rawat inap penyakit bedah, rawat inap penyakit anak dan rawat inap penyakit obstetri. Pelayanan rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul berupa poliklinik penyakit dalam, poliklinik penyakit bedah, poliklinik penyakit anak, poliklinik Tabel 2. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014 (N=26) Komunikasi terapeutik Cukup Frekuensi Prosentase (%) 24 92,3 2 7,7 26 100 Kurang Jumlah penyakit syaraf, poliklinik penyakit obstetrik, Ginekologi dan KB, poliklinik penyakit THT, poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit penyakit gigi dan mulut, poliklinik penyakit kulit kelamin serta poliklinik fisioterapi. Karakteristik Responden Hasil penelitian terhadap karakteristik responden perawat di Bangsal Nusa Indah dan Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Kerja dan Pelatihan Komunikasi Terapeutik di Bangsal Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati BantulYogyakarta Tahun 2014 (N = 26) Karakteristik Umur < 30 tahun 30-40 tahun > 40 tahun Jumlah Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Frekuensi Prosentase (%) 11 13 2 26 42,3 50,0 7,7 100 5 21 19,2 80,8 Jumlah Pendidikan D-3 D-4 S-1/Ners Jumlah Lama kerja 1-5 tahun > 5 tahun 26 100 23 1 2 26 88,5 3,8 7,7 100 10 16 38,5 61,5 Jumlah Pelatihan komunikasi terapeutik Pernah Tidak pernah Jumlah 26 100 4 22 26 15,4 84,6 100 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Komponen Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014 (N = 26) Komponen komunikasi terapeutik Fase orientasi Cukup Kurang Jumlah Fase kerja Baik Cukup Kurang Jumlah Fase terminasi Cukup Kurang Frekuensi Prosentase (%) 22 4 26 84,6 15,4 100 1 24 1 26 3,8 92,3 3,8 100 19 7 73,1 26,9 Jumlah 26 100 Tabel 4. Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014 (N = 26) Karakteristik 1. Usia < 30 tahun 30-40 tahun > 40 tahun Jumlah 2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 3. Pendidikan D-3 D-4 S-1/Ners Jumlah 4. Lama kerja 1-5 tahun > 5 tahun Jumlah 5. Pelatihan komunikasi terapeutik Pernah Tidak pernah Jumlah Komunikasi terapeutik Cukup Kurang Total F % F % f % 10 12 2 24 38,5 46,2 7,7 92,3 1 1 0 2 3,8 3,8 0 7,7 11 13 2 26 42,3 50,0 7,7 100 4 20 24 15,4 76,9 92,3 1 1 2 3,8 3,8 7,7 5 21 26 19,2 80,8 100 21 1 2 24 80,8 3,8 7,7 92,3 2 0 0 2 7,7 0 0 7,7 23 1 2 26 88,5 3,8 7,7 100 10 14 24 38,5 53,8 92,3 0 2 2 0 7,7 7,7 10 16 26 38,5 61,5 100 4 20 24 15,4 76,9 92,3 0 2 2 0 7,7 7,7 4 22 26 15,4 84,6 100 130 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 Berdasarkan usia, pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kategori cukup terbanyak pada kelompok usia 30-40 tahun mulai bekerja, makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang 1 dimilikinya dalam berkomunikasi. (46,2%). Usia dewasa muda (30-40 tahun) Berdasarkan pelatihan komunikasi merupakan usia paling produktif, bahkan terapeutik, perawat yang pernah mendapat- puncak karir bisa dicapai di usia dewasa kan muda akhir yaitu sekitar 40 tahun. Hal ini seluruhnya memiliki komunikasi terapeutik berdampak kategori sedang (15,4%) sedangkan pada pada penerapan komunikasi terapeutik pada klien semakin baik pula.8 Berdasarkan komunikasi terapeutik perawat yang tidak pernah mendapatkan menurut komunikasi terapeutik terdapat 7,7% perawat berjenis yang memiliki komunikasi terepeutik kategori kelamin perempuan pada kategori cukup, kurang. Pengalaman merupakan faktor yang sedangkan 15,4% perawat berjenis kelamin memengaruhi kinerja perawat.1 jenis kelamin, karakteristik pelatihan 76,9% perawat laki-laki pada kategori cukup. Laki-laki dan Hasil penelitian ini menunjukkan perempuan menunjukkan gaya komunikasi komunikasi terapeutik perawat pada fase yang berbeda dan memiliki interpretasi yang orientasi berbeda terhadap suatu percakapan. 1 sebagian besar adalah cukup (84,6%). Pada pelaksanaan fase orientasi, Berdasarkan karakteristik pendidikan, hal yang sudah dilakukan dengan sempurna perawat yang bekerja di RSUD Panembahan oleh Senopati memberikan salam dan tersenyum kepada Bantul Yogyakarta yang sebagian perawat klien perawat yang masih dalam kategori kurang, Sedangkan hal-hal sedangkan D-3 masih ada 7,7% dengan dilakukan adalah kategori kurang. Hubungan perawat akan mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan terjalin dengan baik jika didukung oleh tindakan selanjutnya masih ada hal-hal yang pengetahuan perawat tentang komunikasi dilakukan perawat dengan kurang sempurna terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses adalah menyampaikan hasil pengamatan, yang akan dilakukan.1 melakukan validasi (kognitif, psikomotor dan lama kerja, menjelaskan adalah berpendidikan S1/Ners dan D-4 tidak ada Berdasarkan serta besar yang kerahasiaan. sering perawat tidak jarang perawat afektif), mendefinisikan tujuan dengan klien, yang bekerja selama 1-5 tahun sebanyak dan menjelaskan waktu yang dibutuhkan 38,5% pada kategori cukup dan perawat untuk melakukan kegiatan. Hasil penelitian ini yang bekerja > 5 tahun sebanyak 53,8% berbeda pada kategori cukup tetapi masih ada 7,7% menunjukkan yang berada pada ketegori kurang. Masa terapeutik pada fase orientasi di Ruang bekerja merupakan waktu di mana seseorang Rawat Inap Dewasa RSUD Panembahan dengan Sukoco pelaksanaan (2011) yang komunikasi 131 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 Senopati Kabupaten Bantul dikategorikan Fase kerja merupakan inti hubungan kurang (74,5%).Hal ini disebabkan adanya perawatan klien yang terkait erat dengan perbedaan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan karakteristik masa kerja responden.9 yang akan dilaksanakan sesuai dengan Fase orientasi atau peninjauan untuk tujuan yang akan dicapai. Keberhasilan menentukan sikap yang tepat dan benar hubungan antara perawat dan pasien pada dimulai ketika perawat dan pasien bertemu fase untuk pertama kalinya.2 Pada pertemuan berkomunikasi dan keterampilan perawat pertama, perawat mulai mengkaji status dalam melakukan prosedur/teknik tindakan kesehatan pasien sehingga perawat dapat keperawatan yang saling mendukung, untuk menentukan tindakan keperawatan sesuai menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan antara kebutuhan pasien dan kerja ditentukan perawat, oleh pasien kemampuan dan keluarga. mengidentifikasikan kemungkinan keberhasi- Perawat yang terampil akan percaya diri lan yang akan dicapai. Komunikasi terapeutik dalam yang dilakukan, yakni dengan mengarahkan Namun, pasien pada masalah yang dihadapi.1 kemampuan Hasil penelitian ini menunjukkan melakukan tugas apabila perawat karena kerja sebagian besar adalah cukup (92,3%). keberhasilan.8 fase kerja, ragu profesionalnya, akan sebaiknya ditunda/tidak melakukan prosedur tindakan komunikasi terapeutik perawat pada fase Pada pelaksanaan pekerjaannya. hal yang sangat Hasil berpengaruh penelitian ini terhadap menunjukkan sudah dilakukan dengan sempurna oleh komunikasi terapeutik perawat pada fase sebagian besar perawat adalah mengguna- terminasi sebagian besar kan bahasa yang mudah dimengerti pasien, (73,1%). Pada pelaksanaan fase terminasi, mendengarkan pembicaraan pasien dengan hal yang sudah dilakukan dengan sempurna aktif, menghadap ke arah pasien, mengada- oleh kan kontak mata, menjaga keterbukaan, memberikan besikap tenang dan melakukan kegiatan menunjukkan sikap ketulusan. Sedangkan sesuai rencana. Sedangkan hal yang paling hal yang paling banyak tidak dilakukan banyak perawat tidak dilakukan perawat menganjurkan meneruskan pasien. penelitian Kusuma Hasil (2013) yang adalah pembicaraan sesuai sebagian perawat reinforcement adalah perasaan besar saling penolakan, adalah cukup positif adalah dan mengeksplorasi kehilangan, sedih, dengan marah dan perilaku lain. Sedangkan hasil menunjukkan penelitian yang dilakukan di RSUD Wates pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase oleh Kusuma (2013) kerja di bangsal penyakit dalam RSUD Wates komunikasi dengan kategori cukup (47,3%).10 tindakan keperawatan di RSUD Wates Kulon terapeutik menunjukkan perawat dalam 132 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 Progo, Yogyakarta pada tahap terminasi adalah kategori baik (40%). 10 konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman, sementara kaum Fase terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien. Pada laki-laki lebih menunjukkan independensi dan status dalam kelompoknya.1 terminasi sementara perawat akan bertemu Dilihat dari tingkat pendidikan perawat lagi dengan pasien sesuai kontrak yang telah sebagian besar sudah tinggi yaitu D-3 disepakati bersama pada waktu yang telah (88,5%). ditentukan. Terminasi akhir terjadi jika pasien untuk memperoleh pengetahuan. Hubungan akan pulang ke rumah dari rumah sakit atau terapeutik akan terjalin dengan baik jika perawat akan mengakhiri tugas di rumah didukung oleh pengetahuan perawat tentang sakit. 8 Pendidikan merupakan sarana komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat Hasil komunikasi penelitian terapeutik ini menunjukkan perawat dan proses yang akan dilakukan profesional.1 sebagian Lama kerja perawat yang sebagian besar adalah cukup (92,3%). Penelitian yang besar sudah lama yaitu >5 tahun (61,5%). dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Makin lama seseorang bekerja semakin Semarang banyak pengalaman yang dimilikinya dalam menunjukkan komunikasi terapeutik yang dilaksanakan oleh perawat di berkomunikasi.1 Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang sudah berjalan dengan mengacu pada KESIMPULAN pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari rumah sakit, komunikasi terapeutik perawat penelitian ini yaitu mayoritas perawat di belum terlaksana secara menyeluruh dan RSUD diterapkan oleh semua perawat. Banyaknya Yogyakarta 50% berusia 30-40 tahun, 80,8% perawat yang memiliki komunikasi terapeutik berjenis kategori cukup karakteristik disebabkan perawat yaitu kelamin Senopati perempuan, Bantul 88,5% oleh faktor berpendidikan D-3, dan 61,5% telah bekerja umur, jenis selama > 5 tahun. Mayoritas komunikasi kelamin,pendidkan, dan lama bekerja.11 Berdasarkan Panembahan penelitian diketahui bahwa jumlah perawat perempuan lebih besar dibandingkan perawat laki-laki (80,8%). terapeutik perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta adalah kategori cukup (92,3%). Mayoritas perawat laki-laki memang berbeda, bukan hanya dari Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta segi fisik saja, tetapi juga dalam hal berpikir adalah kategori cukup (84,6%). Mayoritas dan bertindak. Kaum perempuan mengguna- komunikasi terapeutik perawat pada fase kan kerja di RSUD Panembahan Senopati Bantul komunikasi untuk mencari fase orientasi terapeutik Pada dasarnya karakteristik perempuan dan teknik pada komunikasi di RSUD 133 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 Yogyakarta adalah kategori cukup (92,3%). KEPUSTAKAAN Mayoritas komunikasi terapeutik 1. Damaiyanti, perawat M. (2008). Komunikasi pada fase terminasi di RSUD Panembahan Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Senopati Bantul Yogyakarta adalah kategori Bandung: Reflika Aditama. cukup (73,1%). 2. Rohani & Setio, H. (2013). Panduan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran bagi Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Citra Aji Pratama. 3. Riset Kesehatan Dasar Yogyakarta. Pihak manajemen rumah sakit (2013). hendaknya terus berupaya meningkatkan Pengembangan Kesehatan Departemen kualitas Kesehatan RI. Jakarta pelayanan asuhan keperawatan melalui peningkatan keterampilan perawat dalam berkomunikasi secara terapeutik 4. Dinas Badan (Riskesdas). Kesehatan Penelitian dan Kabupaten Bantul (2014). Profil Kesehatan Bantul. melalui pelatihan yang lebih intensif. Pada 5. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., fase orientasi penekanan terutama pada Simadibrata, M.K, & Setiati, S. (2009). mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II tindakan, Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu fase menganjurkan kerja penekanan meneruskan pada pembicaraan pasien. Fase terminasi penekanan pada Penyakit Dalam Internal Publishing. 6. Chang, E., Daly, J., & Elliot, D. (2010). saling mengeksplorasi perasaan penolakkan, Patofisiologi kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain. Keperawatan. Jakarta: Buku Penerbit Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta hasil penelitian ini hendaknya Aplikasi pada Praktik Kedokteran EGC. 7. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian digunakan sebagai bahan bacaan guna di Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: perpustakaan guna menambah referensi bagi Alfabeta. mahasiswa keperawatan. Bagi Peneliti 8. Damaiyanti. (2010). Komunikasi selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. sampel penelitian agar tidak hanya terbatas Bandung: Reflika Aditama. pada rumah sakit tertentu dan sebaiknya 9. Sukoco, B. (2011). Pelaksanaan dilakukan observasi lebih dari satu kali Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang sehingga perilaku responden semakin lama Rawat Inap Dewasa RSUD Panembahan tidak dibuat-buat. Senopati Bantul: Skripsi yang tidak dipublikasikan. 10. Kusuma, C. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dalam 134 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 Tindakan Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Wates. Suatu model skripsi yang tidak dipublikasikan. 11. Atik, L. (2011). Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien di Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang: Suatu model skripsi yang tidak dipublikasikan.