Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015

advertisement
127
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA PASIEN KANKER DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
1
1
1
Lailli Sofianingtyas , Wenny Savitri , Masta Hutasoit
1
STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Therapeutic communication is communication that facilitates recovery of the patient and it is a
kind of planned communication. Therapeutic communication also becomes a good instrument to build
relationship between health staff and patient. Besides physical problem, the cancer patients have to face
psychological problem due to their illness. Therefore, as medical staff who continuously by site of with the
patients in hospital, their capability for therapeutic communication is absolutely required.
Objective: To get an overview of therapeutic communication of nurses with cancer patients at Panembahan
Senopati Hospital Bantul Yogyakarta.
Method: The studi used descriptive observation design and total sampling techniques. There were 26
respondents, i.e. nurses working at Nusa Indah 2 and Melati Ward of Panembahan Senopati Hospital Bantul
Yogyakarta. Data were obtained through checklist observation guide and analyzed using percentage
formula.
Result: Therapeutic communication of nurses at orientation phase was adequate (84.6%), at work phase
was adequate (92.3%), at termination phase was adequate (73.1%). All of the nurse therapeutic
communication phases were majority adequate (92,3%).
Conclusion: Therapeutic communication of the nurses at Panembahan Senopati Hospital Bantul
Yogyakarta belonged to adequate category. The result of the studi suggested that the practice of therapeutic
communication be improved. Training on therapeutic communication should be conducted periodically.
Keywords: therapeutic communication, cancer patients
PENDAHULUAN
Negara
Komunikasi
komunikasi
terapeutik
yang
memfasilitasi
berkembang
seperti
Indonesia.2
adalah
Prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013
untuk
mencapai 1,4 per 1.000 orang. Penderita
kesembuhan pasien dan komunikasi ini
kanker
di
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
1
sendiri mencapai 4,1 per 1000 penduduk
Pasien kanker yang berobat di rumah sakit
atau paling tinggi di Indonesia.3 Dari tahun
membutuhkan
2012 terdapat 203 penderita kanker dan pada
merupakan komunikasi yang direncanakan.
metode
perawatan
dan
pengobatan yang lebih khusus dibandingkan
pasien
lainnya
yaitu
pendampingan,
perawatan dan pengobatan agar mengurangi
perasaan
cemas
komunikasi
Peningkatan
sebesar
yaitu
dan
takut
komunikasi
lonjakan
melalui
terapeutik.1
penderita
kanker
300 persen diprediksikan akan
tahun
2013
terdapat
menderita kanker.
107
orang
yang
4
Diagnosis kanker cenderung menjadi
peristiwa
traumatik
bersangkutan
sahabat.
5
selain
Pasien
mengalami
bagi
sakit
bagi
individu
keluarga
kanker
fisik
yang
saja
tidak
dan
hanya
tetapi
juga
terjadi di seluruh dunia pada tahun 2030,
mengalami perubahan psikologis. Pemikiran
jumlah tersebut 70 persennya berada di
pasien
saat
divonis
mengidap
penyakit
128
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
kanker adalah harapan hidup yang kecil atau
(2) Pasien dapat mendengar (3) Pasien dapat
tidak lama lagi, dan ini mengakibatkan rasa
berbicara
takut, sedih dan khawatir timbul, kondisi
kanker. Sedangkan kriteria inklusi perawat
emosional
adalah
tersebut
akan
memengaruhi
(4)
Pasien
perawat
diagnosa
fungsional
dan
kriteria
adalah
perawat
tingkat kekebalan tubuh manusia, reaksi
eksklusi
tersebut sangat manusiawi dan merupakan
sedang cuti atau tugas keluar. Variabel dalam
bagian-bagian dari kehidupan yang harus
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
dihadapi setiap pasien.6
komunikasi terapeutik perawat pada pasien
Dari latar belakang di atas, dapat
dirumuskan
masalah
"Bagaimanakah
sebagai
gambaran
perawat
dengan
kanker di RSUD Panembahan Senopati
berikut:
Bantul Yogyakarta. Penelitian ini mengguna-
komunikasi
kan instrumen check list observasi dengan
terapeutik perawat pada pasien kanker di
menggunakan
RSUD
Panembahan
yang
skala
likert.
Check
list
Senopati
Bantul
observasi ini terdiri dari fase orientasi dengan
penelitian
adalah
8 tahapan, fase kerja dengan jumlah 14
mengetahui gambaran karakteristik perawat,
tahapan dan fase terminasi dengan jumlah 8
gambaran komunikasi terapeutik pada pasien
tahapan.
kanker meliputi tahap orientasi, kerja dan
dikatakan baik jika nilai 76%-100%, cukup
terminasi.
nilai 56%-75% dan kurang nilai ≤55%.
Yogyakarta?".
Tujuan
Katagori
komunikasi
terapeutik
Analisis data yang digunakan adalah rumus
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
presentase.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif
dengan
rancangan
penelitian
observasi deskriptif menggunakan metode
total
sampling
sampel
bila
yaitu
semua
teknik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
menentukan
anggota
RSUD
Panembahan
Senopati
populasi
merupakan salah satu RSU Pratama type B
digunakan sebagai sampel. Populasi dalam
yang diresmikan dengan SK Menkes RI no
penelitian ini adalah seluruh perawat di
202/Menkes/SK/II/1993.
RSUD
diberikan di RSUD Panembahan Senopati
7
Panembahan
Senopati
Bantul
Pelayanan
yang
Yogyakarta yang berada di bangsal bedah
yaitu
pelayanan gawat darurat IGD/ICU/
yang melakukan perawatan pada pasien
ICCU, pelayanan rawat jalan, pelayanan
kanker yaitu Bangsal Nusa Indah 2 dengan
rawat inap yang terdiri dari ruang VVIP, VIP,
jumlah perawat sebanyak 10 orang dan
kelas Utama, kelas I, kelas II, kelas III, ICU
Bangsal Melati sebanyak 16 orang, jadi total
dan perinatal. Pelayanan rawat inap di RSUD
populasi sebanyak 26 orang. Adapun kriteria
Panembahan Senopati berupa Rawat inap
pasien sebagai yaitu (1) Pasien dapat melihat
penyakit dalam, rawat inap penyakit syaraf,
129
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
rawat inap penyakit bedah, rawat inap
penyakit anak dan rawat inap penyakit
obstetri. Pelayanan rawat jalan di RSUD
Panembahan
Senopati
Bantul
berupa
poliklinik penyakit dalam, poliklinik penyakit
bedah, poliklinik penyakit anak, poliklinik
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Komunikasi
Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah 2
dan Bangsal Melati RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014
(N=26)
Komunikasi
terapeutik
Cukup
Frekuensi
Prosentase (%)
24
92,3
2
7,7
26
100
Kurang
Jumlah
penyakit syaraf, poliklinik penyakit obstetrik,
Ginekologi dan KB, poliklinik penyakit THT,
poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit
penyakit gigi dan mulut, poliklinik penyakit
kulit kelamin serta poliklinik fisioterapi.
Karakteristik Responden
Hasil penelitian terhadap karakteristik
responden perawat di Bangsal Nusa Indah
dan Bangsal Melati RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Kerja
dan Pelatihan Komunikasi Terapeutik di
Bangsal Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati
RSUD Panembahan Senopati
BantulYogyakarta Tahun 2014 (N = 26)
Karakteristik
Umur
< 30 tahun
30-40 tahun
> 40 tahun
Jumlah
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
Prosentase (%)
11
13
2
26
42,3
50,0
7,7
100
5
21
19,2
80,8
Jumlah
Pendidikan
D-3
D-4
S-1/Ners
Jumlah
Lama kerja
1-5 tahun
> 5 tahun
26
100
23
1
2
26
88,5
3,8
7,7
100
10
16
38,5
61,5
Jumlah
Pelatihan komunikasi
terapeutik
Pernah
Tidak pernah
Jumlah
26
100
4
22
26
15,4
84,6
100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Komponen
Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal
Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati RSUD
Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014
(N = 26)
Komponen komunikasi
terapeutik
Fase orientasi
Cukup
Kurang
Jumlah
Fase kerja
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Fase terminasi
Cukup
Kurang
Frekuensi
Prosentase (%)
22
4
26
84,6
15,4
100
1
24
1
26
3,8
92,3
3,8
100
19
7
73,1
26,9
Jumlah
26
100
Tabel 4. Tabulasi Silang Karakteristik
Responden dengan Komunikasi
Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah
2 dan Bangsal Melati RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Tahun 2014 (N = 26)
Karakteristik
1. Usia
< 30 tahun
30-40 tahun
> 40 tahun
Jumlah
2. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
3. Pendidikan
D-3
D-4
S-1/Ners
Jumlah
4. Lama kerja
1-5 tahun
> 5 tahun
Jumlah
5. Pelatihan
komunikasi
terapeutik
Pernah
Tidak pernah
Jumlah
Komunikasi terapeutik
Cukup
Kurang
Total
F
%
F
%
f
%
10
12
2
24
38,5
46,2
7,7
92,3
1
1
0
2
3,8
3,8
0
7,7
11
13
2
26
42,3
50,0
7,7
100
4
20
24
15,4
76,9
92,3
1
1
2
3,8
3,8
7,7
5
21
26
19,2
80,8
100
21
1
2
24
80,8
3,8
7,7
92,3
2
0
0
2
7,7
0
0
7,7
23
1
2
26
88,5
3,8
7,7
100
10
14
24
38,5
53,8
92,3
0
2
2
0
7,7
7,7
10
16
26
38,5
61,5
100
4
20
24
15,4
76,9
92,3
0
2
2
0
7,7
7,7
4
22
26
15,4
84,6
100
130
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
Berdasarkan
usia,
pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat kategori cukup
terbanyak pada kelompok usia 30-40 tahun
mulai bekerja, makin lama seseorang bekerja
semakin
banyak
pengalaman
yang
1
dimilikinya dalam berkomunikasi.
(46,2%). Usia dewasa muda (30-40 tahun)
Berdasarkan
pelatihan
komunikasi
merupakan usia paling produktif, bahkan
terapeutik, perawat yang pernah mendapat-
puncak karir bisa dicapai di usia dewasa
kan
muda akhir yaitu sekitar 40 tahun. Hal ini
seluruhnya memiliki komunikasi terapeutik
berdampak
kategori sedang (15,4%) sedangkan pada
pada
penerapan
komunikasi
terapeutik pada klien semakin baik pula.8
Berdasarkan
komunikasi
terapeutik
perawat yang tidak pernah mendapatkan
menurut
komunikasi terapeutik terdapat 7,7% perawat
berjenis
yang memiliki komunikasi terepeutik kategori
kelamin perempuan pada kategori cukup,
kurang. Pengalaman merupakan faktor yang
sedangkan 15,4% perawat berjenis kelamin
memengaruhi kinerja perawat.1
jenis
kelamin,
karakteristik
pelatihan
76,9%
perawat
laki-laki pada kategori cukup. Laki-laki dan
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
perempuan menunjukkan gaya komunikasi
komunikasi terapeutik perawat pada fase
yang berbeda dan memiliki interpretasi yang
orientasi
berbeda terhadap suatu percakapan.
1
sebagian
besar
adalah
cukup
(84,6%). Pada pelaksanaan fase orientasi,
Berdasarkan karakteristik pendidikan,
hal yang sudah dilakukan dengan sempurna
perawat yang bekerja di RSUD Panembahan
oleh
Senopati
memberikan salam dan tersenyum kepada
Bantul
Yogyakarta
yang
sebagian
perawat
klien
perawat yang masih dalam kategori kurang,
Sedangkan
hal-hal
sedangkan D-3 masih ada 7,7% dengan
dilakukan
adalah
kategori kurang. Hubungan perawat akan
mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan
terjalin dengan baik jika didukung oleh
tindakan selanjutnya masih ada hal-hal yang
pengetahuan perawat tentang komunikasi
dilakukan perawat dengan kurang sempurna
terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses
adalah menyampaikan hasil pengamatan,
yang akan dilakukan.1
melakukan validasi (kognitif, psikomotor dan
lama
kerja,
menjelaskan
adalah
berpendidikan S1/Ners dan D-4 tidak ada
Berdasarkan
serta
besar
yang
kerahasiaan.
sering
perawat
tidak
jarang
perawat
afektif), mendefinisikan tujuan dengan klien,
yang bekerja selama 1-5 tahun sebanyak
dan menjelaskan waktu yang dibutuhkan
38,5% pada kategori cukup dan perawat
untuk melakukan kegiatan. Hasil penelitian ini
yang bekerja > 5 tahun sebanyak 53,8%
berbeda
pada kategori cukup tetapi masih ada 7,7%
menunjukkan
yang berada pada ketegori kurang. Masa
terapeutik pada fase orientasi di Ruang
bekerja merupakan waktu di mana seseorang
Rawat Inap Dewasa RSUD Panembahan
dengan
Sukoco
pelaksanaan
(2011)
yang
komunikasi
131
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
Senopati Kabupaten Bantul dikategorikan
Fase kerja merupakan inti hubungan
kurang (74,5%).Hal ini disebabkan adanya
perawatan klien yang terkait erat dengan
perbedaan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
karakteristik
masa
kerja
responden.9
yang akan dilaksanakan sesuai dengan
Fase orientasi atau peninjauan untuk
tujuan yang akan dicapai. Keberhasilan
menentukan sikap yang tepat dan benar
hubungan antara perawat dan pasien pada
dimulai ketika perawat dan pasien bertemu
fase
untuk pertama kalinya.2 Pada pertemuan
berkomunikasi dan keterampilan perawat
pertama, perawat mulai mengkaji status
dalam melakukan prosedur/teknik tindakan
kesehatan pasien sehingga perawat dapat
keperawatan yang saling mendukung, untuk
menentukan tindakan keperawatan sesuai
menjalin hubungan kerja sama yang baik
dengan
antara
kebutuhan
pasien
dan
kerja
ditentukan
perawat,
oleh
pasien
kemampuan
dan
keluarga.
mengidentifikasikan kemungkinan keberhasi-
Perawat yang terampil akan percaya diri
lan yang akan dicapai. Komunikasi terapeutik
dalam
yang dilakukan, yakni dengan mengarahkan
Namun,
pasien pada masalah yang dihadapi.1
kemampuan
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
melakukan
tugas
apabila
perawat
karena
kerja sebagian besar adalah cukup (92,3%).
keberhasilan.8
fase
kerja,
ragu
profesionalnya,
akan
sebaiknya
ditunda/tidak melakukan prosedur tindakan
komunikasi terapeutik perawat pada fase
Pada pelaksanaan
pekerjaannya.
hal yang
sangat
Hasil
berpengaruh
penelitian
ini
terhadap
menunjukkan
sudah dilakukan dengan sempurna oleh
komunikasi terapeutik perawat pada fase
sebagian besar perawat adalah mengguna-
terminasi sebagian besar
kan bahasa yang mudah dimengerti pasien,
(73,1%). Pada pelaksanaan fase terminasi,
mendengarkan pembicaraan pasien dengan
hal yang sudah dilakukan dengan sempurna
aktif, menghadap ke arah pasien, mengada-
oleh
kan kontak mata, menjaga keterbukaan,
memberikan
besikap tenang dan melakukan kegiatan
menunjukkan sikap ketulusan. Sedangkan
sesuai rencana. Sedangkan hal yang paling
hal yang paling banyak tidak dilakukan
banyak
perawat
tidak
dilakukan
perawat
menganjurkan
meneruskan
pasien.
penelitian
Kusuma
Hasil
(2013)
yang
adalah
pembicaraan
sesuai
sebagian
perawat
reinforcement
adalah
perasaan
besar
saling
penolakan,
adalah cukup
positif
adalah
dan
mengeksplorasi
kehilangan,
sedih,
dengan
marah dan perilaku lain. Sedangkan hasil
menunjukkan
penelitian yang dilakukan di RSUD Wates
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase
oleh
Kusuma
(2013)
kerja di bangsal penyakit dalam RSUD Wates
komunikasi
dengan kategori cukup (47,3%).10
tindakan keperawatan di RSUD Wates Kulon
terapeutik
menunjukkan
perawat
dalam
132
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
Progo, Yogyakarta pada tahap terminasi
adalah kategori baik (40%).
10
konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan
meningkatkan keintiman, sementara kaum
Fase terminasi merupakan akhir dari
setiap pertemuan perawat dan klien. Pada
laki-laki lebih menunjukkan independensi dan
status dalam kelompoknya.1
terminasi sementara perawat akan bertemu
Dilihat dari tingkat pendidikan perawat
lagi dengan pasien sesuai kontrak yang telah
sebagian besar sudah tinggi yaitu D-3
disepakati bersama pada waktu yang telah
(88,5%).
ditentukan. Terminasi akhir terjadi jika pasien
untuk memperoleh pengetahuan. Hubungan
akan pulang ke rumah dari rumah sakit atau
terapeutik akan terjalin dengan baik jika
perawat akan mengakhiri tugas di rumah
didukung oleh pengetahuan perawat tentang
sakit.
8
Pendidikan
merupakan
sarana
komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat
Hasil
komunikasi
penelitian
terapeutik
ini
menunjukkan
perawat
dan proses yang akan dilakukan profesional.1
sebagian
Lama kerja perawat yang sebagian
besar adalah cukup (92,3%). Penelitian yang
besar sudah lama yaitu >5 tahun (61,5%).
dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Makin lama seseorang bekerja semakin
Semarang
banyak pengalaman yang dimilikinya dalam
menunjukkan
komunikasi
terapeutik yang dilaksanakan oleh perawat di
berkomunikasi.1
Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang
sudah
berjalan
dengan
mengacu
pada
KESIMPULAN
pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
rumah sakit, komunikasi terapeutik perawat
penelitian ini yaitu mayoritas perawat di
belum terlaksana secara menyeluruh dan
RSUD
diterapkan oleh semua perawat. Banyaknya
Yogyakarta 50% berusia 30-40 tahun, 80,8%
perawat yang memiliki komunikasi terapeutik
berjenis
kategori
cukup
karakteristik
disebabkan
perawat
yaitu
kelamin
Senopati
perempuan,
Bantul
88,5%
oleh
faktor
berpendidikan D-3, dan 61,5% telah bekerja
umur,
jenis
selama > 5 tahun. Mayoritas komunikasi
kelamin,pendidkan, dan lama bekerja.11
Berdasarkan
Panembahan
penelitian
diketahui
bahwa jumlah perawat perempuan lebih
besar dibandingkan perawat laki-laki (80,8%).
terapeutik perawat di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta adalah kategori
cukup (92,3%).
Mayoritas
perawat
laki-laki memang berbeda, bukan hanya dari
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
segi fisik saja, tetapi juga dalam hal berpikir
adalah kategori cukup (84,6%). Mayoritas
dan bertindak. Kaum perempuan mengguna-
komunikasi terapeutik perawat pada fase
kan
kerja di RSUD Panembahan Senopati Bantul
komunikasi
untuk
mencari
fase
orientasi
terapeutik
Pada dasarnya karakteristik perempuan dan
teknik
pada
komunikasi
di
RSUD
133
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
Yogyakarta adalah kategori cukup (92,3%).
KEPUSTAKAAN
Mayoritas komunikasi terapeutik
1. Damaiyanti,
perawat
M.
(2008).
Komunikasi
pada fase terminasi di RSUD Panembahan
Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Senopati Bantul Yogyakarta adalah kategori
Bandung: Reflika Aditama.
cukup (73,1%).
2. Rohani & Setio, H. (2013). Panduan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti memberikan saran-saran bagi
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Citra
Aji Pratama.
3. Riset
Kesehatan
Dasar
Yogyakarta. Pihak manajemen rumah sakit
(2013).
hendaknya terus berupaya meningkatkan
Pengembangan Kesehatan Departemen
kualitas
Kesehatan RI. Jakarta
pelayanan
asuhan
keperawatan
melalui peningkatan keterampilan perawat
dalam
berkomunikasi
secara
terapeutik
4. Dinas
Badan
(Riskesdas).
Kesehatan
Penelitian
dan
Kabupaten
Bantul
(2014). Profil Kesehatan Bantul.
melalui pelatihan yang lebih intensif. Pada
5. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
fase orientasi penekanan terutama pada
Simadibrata, M.K, & Setiati, S. (2009).
mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
tindakan,
Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
fase
menganjurkan
kerja
penekanan
meneruskan
pada
pembicaraan
pasien. Fase terminasi penekanan pada
Penyakit Dalam Internal Publishing.
6. Chang, E., Daly, J., & Elliot, D. (2010).
saling mengeksplorasi perasaan penolakkan,
Patofisiologi
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain.
Keperawatan. Jakarta: Buku Penerbit
Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta hasil penelitian ini hendaknya
Aplikasi
pada
Praktik
Kedokteran EGC.
7. Sugiyono.
(2009).
Metode
Penelitian
digunakan sebagai bahan bacaan guna di
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
perpustakaan guna menambah referensi bagi
Alfabeta.
mahasiswa
keperawatan.
Bagi
Peneliti
8. Damaiyanti.
(2010).
Komunikasi
selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah
Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
sampel penelitian agar tidak hanya terbatas
Bandung: Reflika Aditama.
pada rumah sakit tertentu dan sebaiknya
9. Sukoco,
B.
(2011).
Pelaksanaan
dilakukan observasi lebih dari satu kali
Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang
sehingga perilaku responden semakin lama
Rawat Inap Dewasa RSUD Panembahan
tidak dibuat-buat.
Senopati
Bantul:
Skripsi
yang
tidak
dipublikasikan.
10. Kusuma,
C.
(2013).
Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat dalam
134
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015
Tindakan Keperawatan dengan Tingkat
Kepuasan Pasien di Bangsal Penyakit
Dalam RSUD Wates. Suatu model skripsi
yang tidak dipublikasikan.
11. Atik, L. (2011). Komunikasi Terapeutik
Perawat dan Pasien di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Semarang: Suatu model
skripsi yang tidak dipublikasikan.
Download