9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti akan uraikan pengertian komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy, hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (Communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (Communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan, jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.2 Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), Saluran (media), dan penerima 2.Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, ha 28 10 informasi (audience). Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesama anggota masyarakat. Untuk keberhasilan suatu komunikasi kita harus mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang diperlukan dalam proses komunikasi adalah sumber (pembicaraan), pesan (message), saluran (channel, media) dan penerima (receiver,audience)3 Istilah dalam proses komunikasi terdapat paling sedikitnya 3 unsur pokok, yaitu sebagai berikut : Sumber (source) adalah komunikator yang menyampaikan pesan, pesan (message) merupakan suatu hal yang disampaikan kepada penerima pesan, tujuan (destination) yaitu penerima pesan yang disebut komunikan. Komunikasi adalah interaksi antar komunikator (penyebar pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Komunikasi yang efektif, yaitu bagaimana antara penyebar dan penerima pesan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek).4 Para ahli komunikasi memberikan batasan-batasan pengertian dan definisi komunikasi antara lain:5 3 H.A Widjaja, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 1 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hal 19 5 ----------------, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, Hal 8 4 11 1. James. A. F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul : Manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. 2. John R. Schemerhorn cs. Dalam bukunya yang berjudul: Managing Organizational Behavior, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. 3. Wiliam F. Glueck, dalam bukunya yang berjudul: Manajemen, menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni : a. Interpersonal Communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. b. Organizational communications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan 4. James. A. F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul : Manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. 5. John R. Schemerhorn cs. dalam bukunya yang berjudul: Managing Organizational Behavior, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat 12 diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. 6. Wiliam F. Glueck, dalam bukunya yang berjudul: Manajemen, menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni : a. Interpersonal Communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. b. Organizational communications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan 2.1.2. Fungsi Komunikasi Apabila komunikasi dipandang dari arti luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:6 1. Sebagai informasi; pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 6 ---------------, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal 9. 13 2. Sosialisasi (Pemasyarakatan); Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi; menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka panjang maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. 4. Perdebatan dan diskusi; menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum sadar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat nasional dan lokal. 5. Pendidikan; pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan; penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya. 14 7. Hiburan; penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, olah raga, permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi; menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain. 2.1.3. Tujuan Komunikasi Tujuan dari berkomunikasi menurut Onong Uchjana Effendy adalah sebagai berikut:7 1. Perubahan sikap (to Change the attitude) yang artinya adalah suatu proses kegiatan dalam memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah sikapnya contoh: Memberikan informasi-infomasi mengenai cara berlalu lintas yang baik tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti peraturan dalam berlalu lintas dan sikap masyarakat akan positif terhadap peraturan atau tata tertib lalu lintas. 2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion), yang artinya adalah memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan. Contoh: Dalam informasi mengenai pemilu, terutama informasi mengenai kebijakan pemerintah yang biasanya 7 Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya. 2004, 55 15 selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut. 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour), yang artinya adalah kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah prilakunya. Contoh: Kegiatan memberikan informasi mengenai tata tertib berlalu lintas tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti peraturan tata tertib lalu lintas jika berkendaraan di jalan dan perilaku masyarkat akan positif terhadap tata tertib dalam berlalu lintas atau mengikuti peraturan berlalu lintas. 4. Mengubah masyarakat (to change the society), yang artinya adalah memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut serta dalam berprilaku sehat dan sebagainya. Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, berikut adalah pendapat lain mengenai komunikasi yang dikemukakan oleh Ruslan.8 1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud. 2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita, dalam hal ini tentu cara penyampaiannya akan berbeda dengan 8 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003, 11 16 cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja. 3. Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu agar mereka mau bertindak. 17 2.1.4. Proses Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendi, pada proses komunikasi dapat dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu: 1. Proses Komunikasi dalam Perspetif Psikologis Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan ketika komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang. Isi pesan pada umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umum adalah bahasa. Kemudian pesan tersebut ditransmisikan kepada komunikan. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bila komunikan tida mengerti, maka komunikasipun tidak terjadi. 2. Proses Komunikasi dalam Prespektif Mekanistik Pada proses komunikaso ini dapat diklasifikasikan secara dua tahap, sebagai berikut : a. Komunikasi Secara Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran adapun lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain-lain yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pada proses komunikasi secara primer adalah bahasa yang 18 paling banyak digunakan, sebab bahasa mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain dalam bentuk ide, gagasan, informasi atau opini. b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaiam pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media pertama. Proses komunikasi secara sekunder ini dalam menjangkau sasarannya dengan menggunakan media massa yang mempunyai sirkulasi yang luas dan memiliki gaya keserempakan, misalnya surat kabar, televisi, siaran radio, film, leaflet, brosur dan lain-lain. c. Proses Komunikasi Secara Linear Istilah linear mengandung makna luas. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi (face-to-face communication) maupun dalam situasi bermedia (mediated communication). Proses komunikasi linear umumnya berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui telepon, karena komunikasi ini hampir tidak pernah berlangsung linear, melainkan dialogis atau tanya jawab dalam bentuk percakapan. d. Proses komunikasi secara sirkular 19 Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang diterima dari komunikator. Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting karena itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan balik itu positif atau negatif. 2.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Menurut Chalarles E Redifeld. “Administrative communication can be best regarded as a form of social or human communications in which there are these five elements: a communications (a speaer, sender, issuer), whi transmits (says, send, issues), Message (order, respons, suggestions), to acommunicate (addresser, respond, audience) to influence the behaviour of the communicate as seen in his repsonse (replay rection)” Jadi menurut kutipan di atas, lima unsur komunikasi adalah : 1. Komunikator (Communicator), yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau yang memberitakan. 20 2. Menyampaikan berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan. 3. Berita-berita yang disampaikan (Message). Dapat dalam bentuk perintah, laporan atau saran. 4. Komunikan (Communicate), yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata lain orang yang menerima berita. 5. Tanggapan atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi. Kelima unsur komunikasi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsur tidak ada maka komunikasi tidak akan terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan ada saling ketergantungan. 2.2. Komunikasi Kelompok 2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. Komunikasi dalam kelompok adalah suatu proses sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Padakomunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi, 21 karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.9 Ada beberapa Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya, Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya : a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. b. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. c. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal. 9 Risnawati, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Jakarta 2009. Hal 119 22 d. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. e. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 2.2.2. Fungsi Komunikasi Dalam Kelompok Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakan, tindakan komunikasi dalam kelompok melibatkan empat fungsi, yaitu:10 1. Fungsi Sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. 2. Fungsi Pendidikan dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal berkerja untuk mencapai dan memperuat pengetahuan. Melalui fungsim pendidikan dalam kelompok aan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membewa pengetahuan yang berguna bagi anggota kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi eduasi ini akan tercapai. 10 H.M Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2006, hal 274 23 3. Fungsi Persuasif. Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakuan atau tida melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompo, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konfik, denga demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok. 4. Fungsi pemecah masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan anatar dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau baham untuk membuat keputusan.. 5. Fungsi Terapi, Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi memilii tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, induvidu tersebut harus dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompo mencapai konsensus. 24 2.3. Interakasi Kelompok 2.3.1. Tahapan Pembentukan Kelompok Bagi sebuah kelompok yang akan berkembang dari satu tahap ketahapan lain, kelompok tersebut harus memiliki pemahaman umum mengenai hubungan antarpersonal dan aspek-aspek tugas proses kelompok bila tidak diperoleh kesepakatan pada setiap tahap sebelum mengikuti tahapan lain sering terjadi kemunduran sesudahnya. Yang terutama penting diingat adalah bahwa kelompok dan tim harus melalui setiap tahapan. Bila tidak, mereka sering tertahan di tempat yang seharusnya menjadi tempat pencapaian tujuan mereka. Pembentukan kelompok tersebut melali tahapan-tahapan berikut:11 1. Tahapan Pembentukan Pada tahapan ini, tidak mengherankan bila perhatian para anggota tercurah pada masalah keanggotaannya dalam kelompok, menjadi disukai dan diterima oleh kelompok. Fungsi tugas adalah untuk memastikan bahwa anggota tim diorientasikan kepada perkerjaan yang harus dilaksanakan – mengapa mereka berada dalam tim tersebut, apa yang seharusnya mereka kerjakan dan bagaimana mereka mengerjakannya. 2. Tahapan Gangguan Setelah anggota tim mulai menyesuaikan diri dan merasa cocok satu sama lainnya, tahapan berikutnya adalah menentukan siapa yang 11 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, , hal 315-317 25 mengendalikan apa pengaruh orang tersebut terhadap kelompok. Perasaan berbeda mengenai otoritas, peraturan dan kepemimpinan mencuat kepermukaan dalam bentuk konflik antarpersona. Tim gagal berkerja dengan arah yang menyatu, klik-klik mulai tumbuh, dan konflik meningkat. Ini merupakan tahap krisis dalam perkembangan kelompok, dan beberapa diantaranya dapat menjadi berantahkan. Konflik yang tidak terselesikan cenderung menghambat kelompok untuk menjadi tim yang berfungsi dengan lancar. 3. Tahapan Penormaan Seiring dengan diatasinya perbedaan-perbedaan dan tim memiliki struktur, para individu mulai merasakan makns kepaduan dan muncul kegembiraan bercampu haru karena telah berhasil menyelesaikan konflik. Anggota tim mulai ikut serta dalam kerja sama yang membangun dan konflik mulai dipandang sebagai suatu kebutuhan untuk melihat suatu masalah dari semua segi. Para anggota mulai berbagi gagasan dan perasaan, saling memberi umpan balik satu sama lainnya, meneliti tindakan-tindakan yang berkaitan dengan penyelesaian tugas, serta berbagi informasi-fungsi tugas utama. Anggota kelompok mulai merasa cocok dengan segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. Muncul suatu ketebukaan yang berkenaan dengan pekerjaan, bahkan sesekali diselingi gurauan. Kelompok yang ada dalam tahapan ini merasakan suatu kepuasan yang besat melalui interaksi dengan anggota lainnya dan berkembang menjadi sesuatu 26 yang disebut a happy circle atau kelompok yang memiliki keterikatan moral serta tingkat interaksi yang tinggi. Sayangnya, rasa kepaduan ini seringkali menghambat kelompok dan menghalanginya untuk maju ke tahap selanjutnya. 4. Tahapan Pelaksanaan Dalam kelompok kerja, yang sesungguhnya, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antarpersona dan pekerjaan, dilakukan bersamasama dan secara serentak. Meskipun kadang-kadang kita memisahkan kedua hal tersebut untuk mempermudah, kelompok-kelompok organisasi menangani masalah antarpersona dan masalah perkerjaan seakan-akan keduanya persis sama, namun kemampuamm untuk mengenali beberapa perbedaannya, memungkinkan para anggota menangkap hal-hal yang sulit, yang dapat menghambat tim tersebut. 2.3.2. Peranan Anggota Kelompok Benne dan Shearts (1948) memperkenalkan dan menggolongkan peranan fungsional yang dilakukan oleh anggota kelompo ke dalam tiga kategori besar:12 1. Peranan Tugas Tindak tanduk seperti menawaran gagasan mengemukakan metode rencana, meminta informasi dan pendapat mendorong orang untuk maju, dan menangani kegiatan-kegiatan sesuai dengan prosedur, 12 ------------------------, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 319-320 27 seperti membagi makalah atau mencatat gagasan-gagasan, semua ini merupakan andil untuk memperlancar berfungsinya kelompok. Jenis prilaku ini membantu pelaksanaan pekerjaan. 2. Peranan Pemeliharan Sikap-sikap seperti memberi pujian, menunjukkan kehangatan dan dukungan, menengahi perbedaan, mendengarkan orang lain, menerima keputusan kelompok, menyelipkan humor agar kelompok menjadi santai, dan menghimabu anggota tim yang cenderung untuk diam untuk berbicara, juga memberi andil pada kelancaran fungsi tim. Jenis prilaku ini menjaga keutuhan tim. 3. Peranan Menggangu Sikap-sikap seperrti menentag atau menghambat anggota kelompo yang menunjukan otoritas, menyerang kedudukan seseorang, menentang gagasan kelompok secara mati-matian dan dengan alasan pribadi, memaksakan superioritas untuk mengendalikan dan mengganggu orang lain, menggunakan bujukan untuk mendukung anggota tim lainnya, memperolok-olokan dan berkelakar secara kasar dan tidak sopan, dan mengesampingkan subjek yang sedang dibahas untuk menghindari komitmen menggambarkan cara-cara untuk menghambat kemajuan tim. Jenis perilaku ini menghalangi kelompo menyelesaikan tugasnya dan mengurangi minat anggota kelompok untuk tetap bersatu. 28 2.3.3. Konflik Dalam Kelompok Peranan perorangan dan norma-norma serta status kelompok mempengaruhi cara pandang anggota tim berkomunikasi dengan sesama rekannya. Selanjutnya, kebanyakan anggota tim berkesempatan untuk berkerja sama dan bersaing satu sama lainnya. suatu situasi yang membatasi penghargaan sehingga seseorang anggota kelompok memperoleh kelompok dan anggota-anggota yang lain tidak memperolehnya, suasana ini disebut persaingan yang pada akhirnya akan menciptakan konflik dalam kelompok. Konflik dalam kelompok dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:13 1. Pengaruh Persaingan dalam Cara Kerja Kelompok Bila anggota tim memandang peranan mereka sebagai kompetitif, mereka cenderung kurang mendengaran apa yang dikatakan anggota lainnya, kurang memahami apa yang sebenarnya dikatakan, kurang tertarik pada prestasi tinggi, lebih jarang saling tolong satu sama lainnya, lebih sulit mengkoordinasikan usaha-usaha tim mereka, cenderung kurang efisiensi, dan cenderung menurun kualitas kerjanya. Selanjutnya, mungkin mereka lebih menyukai kelompok tempat mereka berkerja atau mereka saling tidak menyukai secara pribadi. 2. Pengaruh Kerjasama Dalam Cara Kerja Kelompok Bila anggota tim memandang peranan mereka sebagai kooperatif mereka cenderung menunjukkan koordinasi yang baik dalam usaha-usaha mereka. Andil setiap kelompok lebih beranekaragam dengan subdivisi 13 _________________, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 321-323 29 kegiatan yang lebih banyak. Anggota kelompok cenderung lebih penuh perhatian, pemahaman bersama terhadap informasi meningkatkan dan lebih banyak menghasilkan nilai bersama terhadap informasi tim yang koorperatif cenderung menunjukan orientasi yang lebih jelas dan lebih teratur dengan titik berat pada prestasi. Komunikasi terlihat lebih ramah, dan kelompok serta produknya dinilai lebih menyenangkan. Tidak semua perkerjaan menuntut tingkat persaingan dan koorperasi yang sama, beberapa jenis pekerjaan memerlukan kinerja kreatif yang dapat menerima rangsangan kuat dari persaingan; pekerjaan lainnya memerlukan kerja sama yang cermat dan lengkap dari setiap anggota tim aga behasil. Keseimbangan ideal antara persaingan dan kerjasama adalah hal yang berlangsung terus-menerus dan berkaitan langsung dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan. Bagimana juga, persaingan dan kerjasama memiliki pengaruh yang berbeda pada kerja tim. Tampaknya, persaingan lebih mudaj memicu konflik dalam kelompok. 2.3.4. Proses Penyelesaian Konflik Proses yang diikuti kelompok dalam memecahkan masalah mempengaruhi kualitas solusinya. Ada bebarapa tahap yang disepakati secara umum; tahap-tahap ini harus dilalui oleh setiap kelompok pemecahan-masalah agar mencakup isu-isu 30 utama yang terlibat dalam pencarian solusi masalah tersebut. Tahap-tahap ini sebagai berikut:14 1. Kenali dan terangkan dengan jelas keberadaan suatu masalah 2. Carilah cara untuk menanggapi masalah tersebut 3. Pilihlah solusi/gagasan yang paling berguna atau efektif 4. Buatlah keputusan mengenai gagasan mana yang akan dilaksanakan, dan lanjutkan dengan mengambil langkah khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik. Tahapan-tahapan tersebut biasanya dipandang sebagai tahapan besar dalam pemecahan masalah; namun bila dihadapkan interaksi produktif dan solusi pokok, masih diperlukan beberapa tahap-antara. Meskipun sebagian dari tahap antara ini tampak nyata, tahapan tersebut seringkali diabaikan sehingga menggagalkan usaha tim untuk memperoleh solusi yang baik dan dapat dilaksanakan. 2.4. Pola Komunikasi Meskipun semua anggota dalam kelompok harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak sulit sedangkan untuk organisasi besar yang memiliki ribuan anggota maka 14 _____________________, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, Hal 323-324. 31 penyampaian informasi kepada mereka merupakan perkerjaan yang cukup rumit. Pola komunikasi adalah proses yang dirancang unuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang dicakup berserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis (Effendy, 1989). Pola komunikasi terdiri atas tiga macam, yaitu : 1. Pola komunikasi satu arah Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa adanya umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan bertinda sebagai pendengar saja. 2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic communication) Komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan bali secara langsung (Siahaan, 1991) 3. Pola Komunikasi Multi arah Pola komunikasi terjadi dalam suatu kelompok yang lebih banya di mana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis. 32 Untuk itu, menentuan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan organisasi, yaitu : 1. Jaringan Komunikasi Formal Wayne Pace dan Faules (2001) mengemukakan bahwa dalam organisasi, terdapat empat jenis informasi dalam organisasi, terdapat empat jenis arus informasi dalam organisasi, yaitu komunikasi ke bawah (downward communication). Komunikasi ke atas (upward communication). Komunikasi horizontal (horizontal communication) dan komunikasi lintas saluran.15 a) Komunikasi ke Bawah (Downward Commucation) Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi kebawah untuk menyampaikan tujuan, merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mepersiapkan anggota organisasi untu menyesuaikan diri dengan perubahan. Katz & Kahn menyatakan ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan ke bawahan:16 1. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 15 ____________________, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 184 16 ____________________, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006 hal 185 33 2. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi 3. Informasi mengenai kinerja pegawai, dan 4. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission) Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe, yaitu : a. Instruksi tugas Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang mininal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan menggunakan pertimbangan, keterampilan, dan pengalamannya. b. Rasional Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. 34 c. Ideologi Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. d. Informasi Pesan informasi dimaksudan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktek-praktek organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi rasional. e. Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan perkerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji tetapo dapat juga berupa kritikan atau peringatan terhadap pegawai. Hasil studi Tomplin (Pace, 2001) mengenai komunikasi ke bawah ini menyimpulkan bahwa: 1. Kebanyakan tidak menerima banyak informasi dari organisasinya 2. Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan. 35 3. Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan perkerjaan, langsung dari supervisor dan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas. 4. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber penting lainnya. Pesoalan komunikasi yang sering muncul pada tingkatan ini adalah persoalan relevansi isi pesan dan informasi dimana pesan dan informasi tersebut telah mengalami distrorsi, gangguan, penyaringan (filtering) ataupun arti pesan yang telah dilebihlebihkan (exaggeration), serta waktu (timing) penyampaian yang tidak tepat. b) Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi ke semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan. Dapat dikatakan, 36 komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi dan dianggap penting karena beberapa alasan, yaitu : 1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawal kegiatan orang-orang lain. 2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka. 3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya. 4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberikan kesempatan kepada pegawai 5. Komunikasi ke atas mengizinkan pemyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah. 37 6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengalami masalah perkerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut. Hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tindakan selalu menjadi kenyataan. Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma (Muhammad, 2005 : 118) mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut :17 1. Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan mendapatan kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan pimpinannya 2. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan sering melaporkan bahawa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, 17 ___________________, Komunikasi Organisasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 191. 38 karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi. 3. Kurang reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. Seringkali pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas. 4. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Pimpinan terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk menemuinya. Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyatakan ideide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan. 1. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Komunikasi Horizontal adalah pertukaran pesan diantara orangorang yang sama tingkatan otoritasnya dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, menyelesaikan konflik, dan saling memberikan informasi. Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya adalah sebagai berikut: 39 1. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktifitasaktifitas. Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan. 3. Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan. 4. Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga anatar bagian dengan bagian lainnya. penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan sosial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik. 5. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam watu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit dengan unit 40 lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut. 6. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di anatara sesama karyawan dan akan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan. Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi perkerjaan antara bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi itu sendiri mungkin menghalangi komunikasi horizontal. Kahn dan Katz mengatakan bahwa organisasi yang lebih otoliter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung kepada informasi yang disampaikan secara vertikal. Pemerintahan yang otoriter adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal. Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa apabila komunikasi horizontal terlalu berkembang serta tidak terkontrol. Bila karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksaan tugasnya dan tidak dan tidak ada pula masalah yang akan dipecahkannya 41 maka pembicaraan mereka sambil berkerja tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugasnya. 2. Komunikasi Lintas Saluran Komunikasi lintas saluran ini terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan yang lain tanpa memperhatikan posisi berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatian posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat informal atau pribadi. Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi diantara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desasdesus (grapervine) atau kabar angin. Dalam istilah komunikasi grapervine dikatakan sebagai motode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Walaupun grapervine membawa informasi yang formal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapervine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai setimen karyawan. Grapervine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. 42 3. Jaringan Komunikasi Informal Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirari, pangkat dan kedudukan/jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringali kurang akurat dan tidak dapat dipertangung jawabkan kebenarannya karena biasanya lebih bersifat pribadi. Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni gosip dan rumor. Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frutasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau ganguan penyampaian informasi ke level lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambaran suatu kemungkinan munculnya kesalah pahaman. 43 2.4.1. Struktur Jaringan Komunikasi Struktur hirarki yang ketat, jarak fisik yang jauh dari pekerjaannya, perbedaan yang besar dalam kompetensinya dan berbagai tugas khusus yang harus diselesaikan, maka organisasi harus menciptakan sejumlah jaringan komunikasi yang beragam (Baird, 1977. Kreps, 1990). Jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Struktur jaringan komunikasi dapat dibagi ke dalam lima strukur berikut:18 1. Struktur Lingkaran Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain yang terdekat. Gambar.1. Struktur Lingkaran 2. Struktur Roda Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat pemimpin merupakan satu-satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang 18 Wiryanto, Penghantar ilmu Komunikasi, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004, hal 6062. 44 anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Gambar.2. Struktur Roda 3. Struktur Y Strutur Y relatif kurang tersentralisasi dibandingkan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingan pola lainnya. pola struktur Y juga terdaspat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah ), satu angota lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang dari bawah). Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. komunikasi ketiga anggota lainnya hanya dengan satu orang lainnya. Gambar.3. Struktur Y 45 4. Struktur Rantai Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran, akan tetapi anggota yang dibagi ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. dalam terpusat juga terdapat di sini. Yang berada di posisi tangah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada diposisi lain. Gambar.4. Struktur Rantai 5. Struktur Semua Saluran Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan strutur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. akan tetapi dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara maksimal. Gambar.5. Struktur Semua Saluran 46 2.5. Hambatan Komunikasi Komunitas Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses. 1. Gangguan Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gannguan semantik. a. Gangguan Mekanik Yang dimaksudkan dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. b. Gangguan Semantik Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian. 2. Kepentingan 47 Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. 3. Motivasi Terpendam Motivasi akan mendorong sesorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan sesorang terhadap suatu komunikasi. 4. Prasangka Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegitan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. 5. Pesan Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan seseorang. Dalam setiap melakukan komunikasi unsur penting diantaranya adalah pesan, karena pesan yang disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah dicerna oleh komunikan. 48 Adapun pesan menurut Onong Effendy dalam bukunya Human Relations dan Public Relations, menyatakan pesan adalah : ”Suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya kepada orang lain”.(Effendy, 1993:224) Sedangkan berbicara maka “pembicara” (komunikator) itulah pesan, ketika menulis surat maka ”tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Selain hal tersebut diatas, pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W.Widjaja dan M.Arisyk Wahab dalam bukunya Strategi Public Relations, terdapat dua sifat pesan yaitu :19 1. Informatif. Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif. 2. Persuasif. Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang akan disampaikan akan memberikan sikap perubahan. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi 19 AW. Widjaja & M. Arisyk Wahab, Stategi Public Relations, Jakarta, 2000 hal: 215 49 diterima dengan keterbukaan dari penerima. (Widjaja dan Wahab, 2000:219) Terhadap suatu pesan yang ingin dikomunikasikan mempunyai kemampuan untuk meramalkan efek yang timbul pada komunikan. Maka tidaklah mengherankan apabila dalam setiap melaksanakan penyampaian pesan tidak terlepas dari keinginan untuk mejadikan pesan itu diterima oleh komunikan. Tetapi untuk menjadikan pesan itu dapat di terima maka harus memperhatikan berbagai macam kondisi cara penyampaian dan memenuhi syarat dari suatu pesan. Wilbur Scrahman menampilkan apa yang disebut “The Condition of Succes In Communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang dikehendaki seperti yang dikutip oleh Effendy. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :20 “Pesan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan, pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti, pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut, pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi 20 Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya. 2004: Hal: 41 50 kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki”. Dalam menciptakan pengertian yang baik dan tepat antara komunikator dan komunikan, pesan harus disampaikan sebaik mungkin. Sedikitnya ada empat pesan menurut S.M Siahaan dalam bukunya “Komunikasi Pemahaman dan Penerapan” yaitu : 1. Pesan harus cukup jelas (clear), bahasa yang mudah dipahami, tidak berbeli-belit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas. 2. Pesan itu mengadung kebenaran yang mudah diuji (Corect), berdasarkan fakta, tidak mengada-ngada dan tidak diragukan. 3. Pesan itu nyata (Concret) dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada, tidak sekedar isu/kabar angin. 4. Pesan itu lengkap (Complete) dan disusun secara sistematis, diantaranya: a. Pesan itu menarik dan meyakinkan (Convincing) menarik karena bertautan dengan dirinya sendiri, menarik dan meyakinkan karena logis. b. Pesan itu disampaikan dengan sopan (Courtesy) harus diperhitungkan kadar kebiasaan, kepribadian, pola hidup dan nilai-nilai komunikasi, nilai etis sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa terbuka. 51 Nilai pesan sangat mantap (concisten) artinya tidak mengandung pertentangan antara bagian pesan yang lain, konsisten ini sangat penting untuk meyakinkan komunikan akan beberapa pesan yang disampaikan.