BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tenis Meja
a. Pengertian Permainan Tenis Meja
Tenis meja merupakan permaian yang sederhana dan dapat
dimainkan oleh siapa saja, gerakan-gerakan yang dilakukan dalam
olahraga ini adalah konsisten memukul, mengarahkan dan menempatkan
bola ke meja lawan dan diharapkan pihak lawan tidak dapat
mengembalikan bola.
Menurut Sutarmin (2007:2) menyatakan bahwa, “Pada awalnya,
permainan tenis meja dimainkan dengan bola yang dibuat dari gabus dan
alat pemukulnya dari kulit binatang”.
Muklis (2007:2) menyatakan bahwa, “Pada tahun 1930-an olahraga
tenis meja mulai memasuki kawasan tanah air kita, olahraga ini dibawa
oleh para pengusaha atau pedagang yang datang dari Belanda”.
Permainan tenis meja mula-mula dikenal sebagai pengisi waktu
senggang, hiburan dan rekreasi saja. Permainan ini lebih dikenal dengan
nama “ping-pong” yaitu berasal dari tiruan suara yang ditimbulkan oleh
pantulan bola dengan meja maupun dengan raket. Namun setelah lama
berkembang secara resmi pada tahun 1921, Asosiasi Tenis Meja dibuat di
Inggris, dan diikuti Federasi Tenis Meja Internasional pada tahun 1926
yang akhirnya namanya menjadi Tenis Meja.
Permainan tenis meja peraturanya terus berkembang, dulu
hitunganya 21 poin dengan dua kali kemenangan dan sekarang hanya 11
point dengan tiga kali kemenangan. Permainan tenis meja dapat dimainkan
dengan permainan single, double (putra/putri), dan double campuran .
7
8
b. Sarana dan Alat
Menurut Hodges L (2007:5) bahwa, “Terdapat empat peralatan
yang harus dipersiapkan dan dibutuhkan untuk bermain tenis meja yaitu:
meja, net, bola, dan bet”.
1) Meja
Menurut Hodges L (2007:5) bahwa, “Meja berukuran 9 x 5 kaki
dengan permukaan setinggi 30 inci dari lantai. Biasanya berwarna gelap,
dengan garis putih di pinggir sebesar ¾ inci. Selain itu juga terdapat garis
putih sebesar ¼ inci di tengah meja yang hanya digunakan pada
pertandingan ganda”.
2) Net
Menurut Hodges L (2007:5-6) bahwa, “ Net berukuran tinggi 6 inci
dan melintang di tengah meja.Net harus ditambahkan 6 inci di kedua sisi
meja agar pemain tidak memukul bola dari pinggiran net yang dapat
dilakukan oleh beberapa pemain terkenal”.
3) Bola
Menurut Hodges L (2007:6) bahwa, “Bola biasanya berwarna
putih, tapi ada juga yang berwarna oranye”.
Menurut Muklis (2007:1) bola tenis meja ada dua macam:
a) Bola dengan berat 2,40-2,53 gram disebut bola keras. Bola ini
memiliki garis tengah lingkaran 11,43-12,06 mm.
b) Bola dengan berat 2,00-2,13 gram disebut bola lembek. Bola ini
memiliki garis tengah lingkaran 11,60-12,23 mm.
4) Bet atau raket
Muklis (2007:1) ada dua jenis lapisan kayu dalam bet yaitu:
a) Bet kayu yang dilapisi karet biasa yang tebalnya maksimum 2 mm.
Bet ini disebut bet busa karet halus.
b) Bet kayu yang dilapisi karet bintik yang tebalnya tidak boleh lebih
dari 4mm. Bet ini disebut bet busa karet bintik.
9
5) Sepatu dan Kostum
Menurut Muklis (2007:5), “Pakailah sepatu yang alasnya terbuat
dari karet”. Dengan memakai sepatu pemain dapat lebih mudah melakukan
berbagai gerakan, misalnya berhenti secara mendadak, mengerem,
melakukan start, menggeser ke kanan, ke kiri, maju atau mundur,
mengubah arah secara cepat dan tiba-tiba.
Pakaian dibuat cukup longgar sehingga pemain dapat bergerak
lebih bebas. Pakaian pemain yang berupa kaos terbuat dari bahan yang
dapat menyerap keringat, tidak boleh berwarna putih atau warna lain
yang sewarna dengan bola.
6) Ruang Bermain
Menurut Muklis (2007:5), “Ruang untuk bermain sebaiknya lebih
luas, sedikitnya ada ruang 3 meter pada setiap sisi belakang meja dan 2,75
meter pada setiap sisi kanan dan kiri meja. Jadi, ruang seluruhnya
berukuran minimum panjang 9 meter, lebar 7 meter, dan tinggi atap
ruangan 3 meter dari lantai”.
c. Teknik Dasar Permainan Tenis Meja
1) Teknik Memegang Bet (Grip)
Menurut Sutarmin (2007:15) bahwa, “setiap pemain tenis meja
harus menguasai teknik dasar memegang raket (bet)”. Menjadikan Teknik
memegang bet merupakan faktor yang sangat penting dalam permainan
tenis meja. Adapun macam-macam teknik memegang bet sebagai berikut:
a) Shakehand Grip
Teknik memegang bet shakehand grip seperti orang melakukan
jabat tangan. Teknik ini sangat digemari oleh atlet-atlet tenis meja di
negara-negara Eropa, karena bersifat multiguna. Dengan teknik ini,
pemain tenis meja dapat menggunakan kedua sisi bet sehingga mudah
memukul bola, baik secara forehand maupun backhand. Cara
10
memegangnya adalah menurut Muklis (2007:10):
(1) Jari manis dan jari kelingking memegang gagang bet.
(2) Jari tengah ikut menempel.
(3) Jari telunjuk ditempelkan pada permukaan backhand bet dengan
relaks dekat jari.
Gambar 1. Shakehand Grip (Muklis, 2007:10)
b) Penhold Grip
Penhold grip atau pegangan tangkai pena hanya dapat digunakan
untuk satu sisi atau permukaan bet saja. Sistem penhold grip membuat
pukulan forehand lebih baik, tetapi membuat gerakan backhand kurang
efektif. Teknik penhold grip dalam permainan tenis meja membuat
pemain hanya mampu bertahan dari serangan lawan dengan pukulan
forehand.
Menurut Sutarmin (2007:16) cara memegang bet gaya penhold
grip adalah:
(1) Tangkai bet dipegang dengan posisi ibu jari dan jari telunjuk
bertemu di satu sisi bet, sedangkan jari-jari yang lain ditekuk di sisi
bet sebaliknya (seperti memegang pena). (Penhold grip gaya Cina).
(2) Tangkai bet dengan ketiga jari dirapatkan dan bet mengarah ke
bawah. (Penhold grip gaya Korea)
11
Gambar 2 Penhold Grip (Muklis, 2007:10)
c) Seemilar grip
Menurut Hodges L (2007:20) “ Seemlier grip yang juga dikenal
dengan American grip merupakan versi dari shakehands grip kelebihanya
memberikan kesempatan para pemain untuk melakukan blok yang baik”.
Adapun cara memegang bet adalah sebagai berikut :
(1) Pegang bet dengan shakehands grip.
(2) Putar bagian atas bet dari 20 sampai 90 derajat ke arah tubuh.
(3) Lekukan ibu jari telunjuk di sepanjang sisi bet.
Gambar 3. Seemiller Grip
(Hodges L, 2007:20)
2) Sikap Dasar Siaga (Stance)
Pengertian sikap dasar siaga dalam tenis meja dapat diartikan
sebagai berikut, menurut Muklis (2007:12):
a) Postur atau sikap badan berdirinya seorang pemain yang berposisi
pada jarak tertentu dari meja dan berhubungan erat dengan keadaan
tubuh serta teknik pukulan masing-masing.
b) Sikap dasar siaga adalah cara bersiap siaganya tangan dan kaki yang
diserasikan dengan keadaan tubuh dan tipe permainan .
Sikap dasar siaga merupakan kesiapsiagaan sikap tubuh seorang atlet
pada jarak tertentu dari meja untuk bergerak pada setiap saat maupun
12
secara tiba-tiba bergerak ke arah kiri, kanan, depan, dan ke belakang untuk
menyerang atau bertahan terhadap datangnya bola lawan yang disertai
dengan berbagai kecepatan, berbagai tenaga berputar, dan berbagai
penempatan, kemudian secepatnya kembali lagi ke sikap dasar siaga.
Gambar 4 Sikap Dasar Siaga (Muklis,2007:15)
3) Teknik Pukulan (Stroke)
a) Macam-macam Pukulan
(1) Pukulan Forehand
Pukulan forehand dilakukan jika bola berada disebelah kanan
tubuh, Sutarmin (2007:22) berpendapat, “Orang yang memukul dengan
tangan kanan, akan melakukan pukulan forehand kalau bola berada di
sebelah kanannya”.
Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi
tubuh, lalu gerakkan tangan yang memegang bet ke arah pinggang. Jika
tidak kidal gerakan ke arah kanan. Siku membentuk sudut kira-kira 90
derajat. Sekarang tinggal menggerakkan tangan ke depan tanpa
merubah siku.
(2) Pukulan Backhand
Pukulan backhand dilakukan jika bola berada disebelah kiri badan,
Sutarmin (2007:22) berpendapat, “Orang yang memukul dengan tangan
kanan dan menggunakan shakehans grip akan memukul bola dengan
pukulan backhand apabila bola berada di sebelah kirinya”.
Cara melakukannya pertama rendahkan posisi tubuh lalu gerakkan
tangan ke arah pinggang sebelah kiri. Jika tidak kidal, dengan sudut
siku sembilan puluh derajat. Gerakkan tangan dan bet ke arah depan,
jaga siku agar tetap sembilan puluh derajat dan bet tetap lurus.
13
b) Jenis Pukulan
(1) Drive
Drive ini adalah pukulan yang paling kecil tenaga gesekannya.
Pukulan drive sering juga disebut lift, merupakan dasar berbagai jenis
pukulan serangan. Oleh karena itu, pukulan drive disebut pula sebagai
induk teknik dari pukulan serangan.
Pukulan drive merupakan pukulan datar yang memiliki beberapa
segi bentuk berbedaan. Beberapa sifat istimewa dari pukulan drive
menurut Muklis (2007:24):
(a)Tinggi/rendah terbang bola di atas ketinggian garis net mudah
dikuasai.
(b)Cepat maupun lambatnya laju bola tidak akan susah dikendalikan.
(c)Bola drive tidak mengandung tenaga yang terlalu keras.
(d)Bola bersifat membawa sedikit putaran.
(e)Dapat dilancarkan disemua titik bola di atas meja tanpa merasa
kesulitan terhadap bola-bola berat, ringan, cepat, lambat, tinggi
maupun rendah, serta terhadap berbagai jenis putaran bola
(2) Push ( dorongan)
Menurut Hodges L (2007:64), “Push adalah pukulan backspin pasif
yang dilakukan untuk menghadapi backspin”. Pukulan ini dapat
menjaga agar bola tidak melambung terlalu tinggi dari net. Untuk
melakukan pukulan forehand push perhatikan agar posisi bet sedikit
terbuka gerakan bet kedepan dan sedikit kebawah. Usahakan bola
mengenai bet bagian tengah. Yang kedua adalah cara melakukan
backhand push perkenaan bolanya sama dengan forehand push bedanya
ini menggnakan backhand. Usahakan kontak bola hanya terjadi gesekan
tetapi kuat sehingga menghasilkan bola backspin yang sempurna.
Usahakan perkenaan bola di kiri mendekati bagian depan tubuh.
(3) Chop
Menurut Hodges L (2007:99), “Pengembalian pukulan backspin
yang bersifat bertahan”. Persiapan dalam melakukan pukulan forehand
chop sama untuk melakukan pukulan forehand tapi posisi bet agak
terbuka. Gerakkan bet ke depan condong ke bawah. Usahakan kontak
14
dengan bola terjadi di depan kanan badan. Perkenaan bola pada sisi bet
depan agak bawah dan perkenaan pada bola pada sisi bawah bola.
Sedangkan untuk backhand chop posisi awal sama dengan backhand
tetapi posisi bet terbuka atau sisi depan condong ke atas. Usahakan
kontak bola pada bagian sisi bawah bet depan dengan sisi bawah bola.
Usahakan perkenaan bola di kiri agak depan tubuh.
(4) Block
Menurut Hodges L (2007:72) bahwa, “Block adalah cara paling
sederhana untuk mengembalikan pukulan yang keras”. Block dilakukan
setelah bola memantul dari meja. Hal ini dilakukan untuk membuat
lawan tidak dapat melancarkan serangan dengan cepat, karena bola
yang di block akan kembali dengan cepat Cara melakukan forehand
blok yang pertma gerakkan bet ke depan, posisi bet tertutup (sisi depan
bet menghadap ke bawah). Perhatikan arah datangnya bola, segera
lakukan block setelah bola memantul dari meja, perkenaan bola dengan
bet tepat pada tengah bet. Sedangkan untuk backhand block bet berada
disebelah kiri tubuh. Gerakkan bet ke depan jika ingin melakukan
blocking, posisi bet tertutup (sisi depan bet menghadap ke bawah).
Perhatikan arah datangnya bola, segera lakukan block setelah bola
memantul dari meja.
4) Teknik Servis
Menurut Sutarmin (2007:17) menyatakan bahwa, “Servis yaitu
memukul bola untuk menyajikan bola pertama”. Ada beberapa teknik
servis yaitu servis forehand topspin, servis backhand topspin, servis
forehand backspin, servis backhand backspin. Topspin merupakan arah
putaran bola (dimana bola berputar searah jarum jam). Backspin
merupakan arah putaran bola juga (bola berputar berlawanan jarum jam).
Cara melakukan servis forehand backspin Untuk melakukan
forehand topspin pemaian berdiri dengan sikap persiapan di meja bagian
kanan dan menghadap sektor kiri meja lawan. Tangan kanan memegang
15
bet berada di kanan badan dengan siku ditekuk sebesar sembilan puluh
derajat. Telapak tangan kiri memegang bola. Bola dilambungkan setinggi
enam belas senti meter, kemudian dipukul dengan bet. Usahakan pantulan
bola tidak begitu tinggi dari net.
Cara melakukan backhand Topspin Untuk melakukan backhand
topspin pemain berdiri di tengah meja dengan sikap persiapan. Tangan
kanan memegang bet dengan mendekatkanya ke pinggang sebelah kiri.
Telapak tangan kiri memegang bola. Lambungkan bola setinggi enam
belas senti meter, pukul dengan bet. Usahakan bola tidak begitu tinggi dari
net sehingga pantulan bola di meja lawan tidak begitu tinggi.
Cara melakukan backhand backspin Untuk melakukan backhand
backspin pemain berdiri di tengah meja dengan sikap persiapan. Tangan
kanan memegang bet dengan mendekatkanya ke pinggang sebelah kiri.
Telapak tangan kiri memegang bola. Lambungkan bola setinggi enam
belas senti meter, pukul dengan bet. Untuk melakukan pukulan ini hanya
menggesek bagian belakang bola dengan bagian bawah bet. Gerakan bet
ke depan condong turun ke bawah. Usahakan bola tidak begitu tinggi dari
net sehingga pantulan bola di meja lawan tidak begitu tinggi.
d. Gaya Mengajar Inklusi (Inclusion Style) Untuk Pembelajaran Tenis
Meja
Karena karakteristik dari gaya mengajar inklusi, pelaksanaan
pembelajaran pada tenis meja yaitu, guru merancang bentuk pembelajaran
tenis meja dari tingkat paling mudah hingga pada
tingkat yang sulit,
diawali gerakan tanpa bola hanya melakukan gerakan ayunan atau teknik
dasar, dilanjut dengan gerakan menggunakan bola dan bet di meja atau
lapangan tenis meja dengan dilengkapi net. Pembelajaran tenis meja
merupakan rangkaian pembelajaran secara keseluruhan. Pelaksanaan
pembelajaran tenis meja di sekolah sendiri dimulai dari pengenalan peserta
didik terhadap bet dan bola. Peserta didik tidak begitu saja diajarkan teknik
16
gerakan forehand maupun backhand, namun pentingnya mengenal
peralatan wajib yang dipakai akan membantu terhadap kelancaran proses
belajar mengajar.
Pada tahap selanjutnya peserta didik diperkenalkan dengan gerakan
dasar tenis meja. Dalam hal ini peserta didik diminta menganalisis gerakan
secara seksama, baik gerakan kaki, gerakan lengan, gerakan pinggul
maupun gerakan koordinasi secara keseluruhan. Dan terdapat rancangan
yang sudah disiapkan oleh guru, antara lain:
a) Rancangan tingkat mudah yaitu, pembelajaran tenis meja di meja
tenis 1 yaitu tanpa net, yang mana proses pembelajaran hanya
menekankan peserta didik dapat melakukan gerakan teknik dasar
dengan benar tanpa bola, hanya sesekali memukul bola ke depan
dengan hanya memperhatikan perkenaan bola pada bet.
b) Rancangan tingkat sedang yaitu, pembelajaran tenis meja di meja
tenis 2 yang sudah menggunakan net, dimana untuk setiap peserta
didik ditekankan untuk melakukan gerakan teknik dasar tenis meja
menggunakan bet dan bola yang sudah disediakan di meja 2 untuk
setiap peserta didik namun tidak ada balasan pukulan dari lawan, yang
mana hanya bergantian memukul kedepan dan harus benar untuk
gerakanya dan masuk sesuai sasaran.
c) Rancangan tingkat sukar yaitu, pembelajaran tenis meja di meja 3
yang sudah lengkap juga ada net dengan ukuran standar permainan
dimana disitu sudah terjadi berpasangan antara kawan dan lawan
dalam bermain tenis meja. Dan sudah mulai adanya perhitungan
antara kalah dan menang dengan tetap memperhatikan gerakan dasar
yang dilanjut dengan variasi gerakan atau kombinasi antar gerakan.
Berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru,
selanjutnya guru menjelaskan dan memberikan contoh dari masing-masing
rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah peserta didik paham,
selanjutnya diberi kebebasan untuk memilih dan melaksanakan tugas
pembelajaran sesuai kemampuannya masing-masing, tetapi guru juga
17
dapat
mengarahkan
peserta
didik
untuk
melakukan
rancangan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Jika pada tingkatan rancangan pertama telah dikuasai, dilanjutkan
pada rancangan kedua. Jika peserta didik langusng memilih pada
rancangan yang sulit dan tidak berhasil (gagal terus), maka harus melalui
rancangan pembelajaran yang mudah terlebih dahulu.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) bahwa, “Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya proses belajar”.
Belajar akan menyebabkan perubahan-perubahan pada diri
seseorang, Burhan (1988:58) berpendapat, “Belajar adalah suatu proses
yang memungkinkan organisme untuk mengubah tingkah laku dengan
cepat dan bersifat permanen sehingga perubahan yang serupa tidak perlu
terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi baru”.
Annurrahman (2009:35) juga menyimpulkan bahwa, “belajar
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek
aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu” .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan
peserta didik yang kompleks, dilakukan secara sadar yang memungkinkan
organisme untuk mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat
permanen baik melalui latihan dan pengalaman menyangkut perubahan
pada aspek pengetahuan, keterampilan, atau sikap untuk memperoleh
suatu tujuan tertentu.
18
b. Tujuan Belajar
Menurut
teori
yang
dikemukakan,
Hamdani
(2011:302)
menyebutkan tujuan dan fungsi hasil belajar adalah sebagai berikut:
1) Tujuan hasil belajar
a) Tujuan umum:
(1) Menilai mencapai kompetensi siswa
(2) Memperbaiki proses pembelajaran
(3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
b) Tujuan khusus:
(1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa
(2) Mendiagnosis kesulitan belajar
(3) Memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar
(4) Mengajar
(5) Menentukan kenaikan kelas
(6) Motivasi belajar siswa dengan mengenal dan memahami
diri dan merangsang untukmelakukan usaha perbaikan
2) Fungsi penilaian hasil belajar
a) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas
b) Umapan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar
c) Meningkatkan motivasi belajar siswa
d) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
untuk melihat tercapaiannya proses pembelajaran yang telah diberikan
guru terhadap peserta didik, dengan tujuan dapat mengetahui kesulitan
belajar peserta didik dan untuk itu guru dapat memotivasi peserta didik
untuk melakukan usaha perbaikan agar hasil belajar yang telah diterima
bisa lebih baik dari sebelumnya.
c. Ciri - ciri Belajar
Aunurrahman (2012:35) menyatakan beberapa ciri umum kegiatan
belajar sebagai berikut:
1) Belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang
disadari atau disengaja.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkunganya.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
19
Pendapat yang telah dikemukakan oleh tokoh tersebut sejalan
dengan pernyataan Syaiful Sagala (2010:53) tentang ciri-ciri perubahan
yang spesifik setiap perilaku belajar bahwa:
1) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian
yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses
belajar selanjutnya.
2) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat
individual.
3) Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang
ingin dicapai melalui proses belajar.
4) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan
keseluruhan tingkah laku secara integral.
5) Belajar adalah proses interaksi.
6) Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada
kompleks.
Dan pendapat menurut Bloom, Krathwol & Simpson yang dikutip
Aunurrahman (2012:48-49) bahwa,
Tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu:
1) Ranah kognitif terdiri enam jenis perilaku yaitu: pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu: penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan.
3) Ranah psikomotor terdiri tujuh perilaku yaitu: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Dari pembahasan diatas disimpulkan bahwa ciri khas belajar
terletak pada perubahan perilaku yang relatif tetap dalam diri peserta didik
yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotor.
d. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2012:3) bahwa, “Hasil belajar ialah
perubahan tinggkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotor
belajarnya”.
yang
dimiliki
siswa
setalah
menerima
pengalaman
20
Menurut Agus Suprijono (2011:5) bahwa, “Hasil belajar adalah
pola-pola
perbuatan,
nilai-nilai,
pengertian-pengertian,
sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan”.
Hasibuan dan moedjiono (1988) juga berpendapat dipetik dari
pendapat Robert M. Gagne ada 5 kemampuan hasil belajar:
1) Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting
dari system lingkungan sekolastik).
2) Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di
dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah.
3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, mengetik, dan sebagainya.
5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah dan intensitas emosional
yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari
kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang, atau
kejadian. Hlm 5
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang dapat diperoleh peserta didik setelah
terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu
pokok bahasan.
e. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2008:3) bahwa, “Penilaian hasil belajar adalah
suatu proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu”. Karena itu, dalam menilai hasil belajar,
peran tujuan yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang
diinginkan dikuasai peserta didik menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan dalam kegiatan penilaian.
Dan menurut Hamdani (2011:303) mengungkapkan bahwa,
“Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip penilaian hasil belajar sebagai berikut”:
21
1) Valid (sahih), yang berarti penilaian hasil belajar harus mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standart isi dan
standart kompetensi lulusan.
2) Objektif, yang berarti hasil belajar siswa hendaknya tidak
dipengaruhi oleh unsur subjektivitas penilai, perbedaan latar
belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan
hubungan emosional.
3) Transparan (terbuka), yang berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar
siswa dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan
4) Adil, yang berarti hasil belajar tidak menguntungkan atau
merugikan siswa karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi
dan gender.
5) Terpadu yang berarti penilaian hasil belajar merupakan suatu
komponen yang tidak terpiah dari kegiatan pembelajaran
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yang berarti penilaian hasil
belajar mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan siswa.
7) Bermakna, yang berarti penilaian hasil belajar mudah dipahami,
mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua
pihak, terutama guru, siswa, orang tua, serta masyarakat
8) Sistematis yang berarti hasil belajar dilakukan secara berencana
dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku
9) Akuntabel, yang berarti penilaian hasil belajar dapat dipertanggung
jawabkan, baik dari sgi teknik, prosedur, maupun hasilnya
10) Beracuan kriteria, yang berarti penilaian hasil belajar didasarkan
pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
3.
Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala (2010:61) bahwa, “Pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan
penentu
utama
keberhasilan
pendidikan.
Pembelajaran
merupakan konsep komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid”.
Dimyati
dan
Mudjiono
(2006:297)
mengartikan
bahwa,
“Pembelajaran adalah kegiatan secara terprogram dalam desain intruksional
22
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar ”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut penulis mengambil
kesimpulan dari pembelajaran yaitu segala upaya yang dilakukan pendidik
agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik yang didalamnya berupa
interaksi belajar mengajar yang dilalukan dengan penuh kesadaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran
Oemar Hamalik (2008:76) menyatakan untuk merumuskan tujuan
pembelajaran yaitu:
Dalam menentukan tujuan pembelajaran kita harus mengambil
suatu rumusan tujuan dan menetukan tingkah laku siswa yang
spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut, suatu tujuan seyogyanya
memenuhi kriteria sebagai sebagia berikut: Tujuan itu
menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar. Tujuan
mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
diamati. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang
dihendaki.
Pada intinya tujuan pembelajaran merupakan kemampuan yang
diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah memperoleh pengalaman
belajar. Tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku
peserta didik yang diinginkan karenanya harus dirumuskan secara
operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapaianya.
c. Ciri pembelajaran
Oemar Hamalik (1999) yang dikutip di M.Sobry Sutikno (2014:14)
menjelaskan tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran
sebagai berikut:
1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana
khusus.
2) Kesaling ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur
sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap
23
unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang
hendak di capai.
Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran, lebih detail sebagai berikut:
1) Memiliki
tujuan,
membentuk
peserta
didik
dalam
suatu
perkembangan tertentu.
2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik
yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.
4) Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
5) Faktor guru yang cermat dan tepat.
6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi
masing-masing.
7) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
4. Gaya Mengajar
a. Hakikat Gaya Mengajar
Menurut Muska Mosston yang dikutip Adang Suherman & Agus
Mahendra (2001:149) bahwa, “Guru dan siswa dapat saling tawar
menawar dalam memperoleh kesempatan. Dalam memperoleh kesempatan
dalam perihal perencanaan, pelaksanaannya. Dalam istilah lain disebutkan
setting pre impact, impact set dan post impact”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam gaya mengajar ada
tiga hal yang menjadi pokok dalam pengajaran, yaitu setting pre impact,
impact set dan post impact. Dalam gaya mengajar siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut
Adang Suherman & Agus Mahendra (2001:150) menjelaskan ketiga hal
pokok dalam mengajar sebagai berikut:
24
1) Pre impact set, mencakup semua keputusan yang harus dibuat
sebelum terjadinya tatap muka antara guru dengan siswa.
Keputusan dalam setting ini mencakup tugas gerak yang harus
dipelajari, waktu, pengorganisasian, alat, tempat berlangsungnya
gerak, kriteria keberhasilan serta prosedur dan materi penilaian.
Keputusan ini menegaskan tentang maksud.
2) Impact set, meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan
dengan pelaksanaan maksud di atas, atau hal-hal yang diputuskan
pada tahap pra impact set. Keputusan dalam tahap ini menentukan
aksi.
3) Post impact set, memasukkan keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan penilaian penampilan atau pelaksanaan
tugas pada masa impact set serta kesesuaian antara maksud dan
aksi. Pemberian koreksi dan umpan balik serta penilaian,
termasuk pada setting ini.
Menurut Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M.Furqon (1994:250)
menyatakan, “Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan keputusan
yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau
peristiwa belajar yang diberikan”.
Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000:21) bahwa, “Gaya
mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa
dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap
oleh siswa”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya
mengajar pada dasarnya merupakan seperangkat keputusan yang diambil
dalam pelaksanaan proses pengajaran. Baik guru maupun peserta didik
memiliki
kemungkinan
untuk
membuat
keputusan dalam proses
pengajaran.
Perbedaan antara satu gaya dengan gaya lainnya ditentukan oleh
besarnya pengalihan keputusan dari guru kepada peserta didiknya. Pada
sisi lain dapat dilihat gaya mengajar yang semua keputusannya dibuat oleh
guru, tetapi ada juga gaya mengajar peserta didik juga dapat mengambil
keputusan. Kecenderungan yang terjadi dalam proses pengajaran adanya
kesadaran bahwa pengajaran sebaiknya jangan terlalu didominasi oleh
keputusan guru. Tetapi harus secara proporsional memberikan kesempatan
25
kepada peserta didik dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pelaksanaannya.
b. Macam-macam Gaya Mengajar
Rusli Lutan (2000:30) menyatakan, “Tidak ada satu gaya mengajar
yang dianggap paling berhasil, sebab bergantung pada situasi. Gaya
mengajar itu, sekali waktu lebih ditekankan pada guru sebagai pusat
pengajaran dan sekali waktu berpusat pada anak”. Jadi pembuatan
keputusan itu bergerak dalam sebuah garis berkesinambungan.
Komando Tugas
Individual
Pemecahan
Eksplorasi
Eksplorasi
MasalahTerbatas Tak Terbatas
Berpusat pada
Berpusat pada
Guru
Siswa
◄- Ꞌ - - - - - - - - - Ꞌ - - - - - - - - - - Ꞌ - - - - - - - - - - Ꞌ - - - - - - - - - - - Ꞌ - - - - - - - - - - - Ꞌ - ►
Gambar 5.Gaya Mengajar
(Waluyo, 2011:63)
Pendapat
tersebut
menunjukkan
bahwa,
dalam
kegiatan
pembelajaran dapat menerapkan lebih dari satu gaya menurut kebutuhan
dalam pembelajaran. Untuk memanfaatkan kelebihan dari setiap gaya
mengajar guru harus mampu menggunakan gaya yang bervariasi dalam
pembelajarannya.
Menurut Mosston yang dikutip Adang Suherman & Agus
Mahendra (2001:150) gaya mengajar pendidikan jasmani sebagai berikut:
1) Komando(commando style) yaitu, semua keputusan dikontrol guru.
Murid hanya melakukan apayang diperintahkan guru.
2) Gaya latihan (practice style) yaitu, guru memberikan beberapa
tugas, siswa menentukan dimana, kapan, bagaimana dan tugas
mana yang akan dilakukan pertama kali. Guru memberi umpan
balik.
3) Gaya berbalasan (reciprocal style) yaitu, satu siswa menjadi
perilaku, satu siswa lain menjadi pengamat dan memberikan
umpan balik. Setelah itu bergantian.
26
4) Gaya menilai diri sendiri (self check style) yaitu, siswa diberi
petunjuk untuk bisa menilai penampilan dirinya sendiri. Pada saat
latihan siswa berusaha menentukan kekurangan dirinya dan
mencoba memperbaikinya.
5) Gaya partisipatif atau inklusi (inclusion style) yaitu, guru
menentukan tugas pembelajaran yang memiliki target atau kriteria
yang berbeda tingkat kesulitannya dan siswa diberi keleluasan
untuk menentukan tingkat tugas mana yang sesuai dengan
kemampuannya. Dengan begitu setiap anak akan merasa berhasil
dan tidak ada yang merasa tidak mampu.
6) Gaya penemuan terbimbing (guided discovery) yaitu, guru
membimbing siswa ke arah jawaban yang benar melalui
serangkaian tugas atau permasalahan yang dirancang guru. Guru
setiap kali meluruskan atau memberikan petunjuk untuk
mengarahkan anak pada penemuan itu.
7) Gaya pemecahan masalah (problem solving) yaitu, guru
menyediakan satu tugas atau permasalahan yang akan
mengarahkan siswa pada jawaban yang bisa diterima untuk
memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, jawaban atau
pemecahan masalah yang diajukan siswa bersifat jamak.
8) Gaya yang dirancang siswa/inisiatif siswa ( learner designed
program /learner initeated/self ) teaching yaitu, siswa mulai
mengambil tanggungjawab untuk apa pun yang akan dipelajari
serta bagaimana hal itu akan dipelajari.
Dari beberapa gaya mengajar tersebut penting untuk di perhatikan
dan dikuasai seorang guru dalam proses pembelajaran. Seorang guru dapat
mengkombinasikan antara gaya satu dengan gaya yang lainnya menurut
kebutuhannya. Karena tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling
berhasil karena bergantung pada situasi.
Artinya, ketika guru mengajar harus mengkombinasikan gaya
mengajar yang berbeda-beda, untuk mencari kemungkinan terbaik serta
mencari kesesuaian dengan gaya belajar peserta didik. Dengan demikian
tidak menutup kemungkinan dalam kegiatan pembelajaran hanya dapat
diterapkan satu gaya mengajar saja. Oleh karena itu setiap guru harus
memahami dan menguasai macam-macam gaya mengajar.
27
c. Anatomi Gaya Mengajar
Menurut Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 253)
anatomi gaya mengajar digambarkan sebagai berikut:
Tabel: 1. Anatomi mengajar
Perangkat
Keputusan-keputusan yang harus dibuat tentang:
keputusan
Pra-pertemuan
(berisi persiapan)
Selama pertemuan
(berisi pelaksanaan
dan penampilan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tujuan/saran pelajaran (pokok bahasan)
Pemilihan gaya mengajar
Gaya belajar yang di harapkan
Siapa yang akan diajarkan
Pokok bahasan
Dimana mengajar
Kapan mengajar:
a) Waktu mulai
b) Kecepatan dan irama pelajaran
c) Lama pelajaran
d) Waktu berhenti
e) Interval
f) Waktu pengakhiran
8. Sikap tubuh
9. Pakaian dan penampilan
10. Komunikasi
11. Cara menjawab pertanyaan
12. Rencana organisasi
13. Parameter
14. Suasana kelas/pelajaran
15. Materi dan prosedur evaluasi
16. Lain-lain
1. Pelaksanaan
dan
mengikuti
pada
keputusan-keputusan pra-pertemuan.
2. Menyesuaikan keputusan-keputusan.
3. Lain-lain
28
Pasca
1. Pengumpulan
informasi
tentang
pelaksanaan dalam perangkat, selama
pertemuan
(dengan
mengamati,
mendengarkan sentuhan dan sebagainya)
2. Menilai
informasi
dengan
kriteria
(peralatan, prosedur, materi, norma, nilai,
dan sebagainya).
3. Feed back (umpan balik)
pertemuan
(berisi evaluasi)
Pokok bahasan
Peran
a. Pertanyaan korektif
b. Pertanyaan nilai
c. Pertanyaan netral
Segera
Lambat
4. Menilai gaya mengajar yang dipilih
5. Menilai gaya belajar yang diharapkan
6. Lain-lain.
Anatomi gaya mengajar ini mengidentifikasi rangkaian atau urutan
perangkat keputusan-keputusan yang harus dibuat berbagai episode belajar
mengajar.
Perangkat
keputusan-keputusan
pra
pertemuan
selalu
mendahului berbagai transaksi di antara guru dan peserta didik.
Keputusan-keputusan
pelaksanaan
yakni
selama
pertemuan
selalu
mengikuti keputusan-keputusan yang ditentukan dalam pra-pertemuan.
Penampilan atau pelaksanaan yang telah dilakukan, kemudian dievaluasi
dan keputusan-keputusan feedback yakni pada pasca pertemuan.
Rangkaian keputusan ini selalu berlangsung tanpa mengabaikan lamanya
episode atau pelaksanaan pelajaran. Rangkaian ini terjadi jika satu latihan
dilakukan, jika satu sesi latihan terdiri dari beberapa episode.
d. Gaya Mengajar Inklusi
1) Gaya Mengajar Inklusi (Inclusion Style)
Menurut Adang Suherman & Agus Mahendra (2001:151)
menyatakan, Gaya inklusi (inclusion style) yaitu, “Guru menentukan tugas
29
pembelajaran yang memiliki target atau kriteria yang berbeda tingkat
kesulitannya dan siswa diberi keleluasan untuk menentukan tingkat tugas
mana yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu setiap anak akan
merasa berhasil dan tidak ada yang merasa tidak mampu”.
Menurut Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M.Furqon (1994:278)
bahwa, “Gaya mengajar inklusi (cakupan) yaitu memperkenalkan berbagai
tingkat tugas. Gaya inklusi memberikan tugas yang berbeda-beda dan
dalam gaya ini siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya”.
karakteristik gaya mengajar inklusi (cakupan) yaitu:
a) Tugas yang diberikan kepada siswa berbeda-beda, karena pada
hakikatnya setiap individu memiliki perbedaan kemampuan dalam
melaksanakan tugas. Gaya ini memberikan kesempatan individu
untuk memulai dari tingkat kemampuannya sendiri.
b) Guru diharuskan merancang tugas dalam berbagai tingkat kesulitan
yang disesuaikan dengan perbedaan individu. Rancangan tugas
juga harus memungkinkan siswa bergerak dari tugas yang mudah
ke tugas yang sulit.
2) Anatomi Gaya Inklusi
A
B
C
D
E
Pra pertemuan
G
G
G
G
G
Dalam pertemuan
G
S
p
S
S
Pasca pertemuan
G
G
a
S
S
a) Peranan Guru
(1) Membuat keputusan-keputusan pada pra pertemuan
(2) Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai
tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan individu
dan yang memungkinkan siswa untuk beranjak dari tugas yang
mudah ke tugas yang sulit.
b) Keputusan-keputusan Siswa
(1) Memilih tugas-tugas yang tersedia
30
(2) Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya.
(3) Siswa mencoba tugasnya
(4) Sekarang siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas
yang lebih sulit atau lebih mudah, berdasarkan berhasil atau
tidaknya, sesuai dengan tugas awal.
(5) Mencoba tugas berikutnya
(6) Siswa menilai/menaksir hasil-hasilnya
(7) Prosesnya dilanjutkan
Berdasarkan beberapa pengertian gaya mengajar inklusi yang
dikemukakan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar
inklusi merupakan bentuk pengajaran dengan merancang kegiatankegiatan pembelajaran dari tingkat yang paling mudah hingga pada tingkat
yang lebih sulit. Dari rancangan pengajaran yang telah dibuat oleh guru,
peserta didik diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Seperti dikemukakan Husdarta & Yudha M.Saputra (2000:30)
menyatakan, “Tujuan gaya mengajar inklusi adalah untuk membelajarkan
siswa pada level kemampuan masing-masing”.
Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran dengan
merancang kegiatan pembelajaran dari tingkat yang paling mudah hingga
pada tingkat paling sulit. Dari rancangan pengajaran yang telah dibuat oleh
guru, peserta didik diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas
pembelajaran sesuai dengan kemampuannya masing-masing peserta didik.
Jika pada tahapan sebelumnya telah dikuasai, kemudian dilanjutkan pada
tingkatan selanjutnya.
e. Kelebihan dan Kekurangan Gaya Mengajar Inklusi
Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran dengan
merancang tugas pembelajaran dari yang mudah hingga yang sulit. Dari
rancangan tugas pembelajaran yang dibuat oleh guru, peserta didik dapat
memilih tugas pembelajaran dan berlatih sesuai dengan kemampuannya.
31
Berdasarkan karakteristik gaya mengajar inklusi dapat diidentifikasi
kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran tenis meja dengan gaya mengajar inklusi
antara lain:
1) Peserta didik dapat menentukan dan memilih tugas pembelajaran
sesuai dengan melatih kemampuannya sendiri-sendiri.
2) Peserta didik dapat melaksanakan tugas pembelajaran dengan baik,
karena sesuai kemampuannya.
3) Berlajar tahap demi tahap mempunyai dampak yang lebih baik,
sehingga akan memberi kemudahan untuk mempelajari tugas gerak
yang lebih sulit.
4) Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, karena merasa
tertantang dengan tugas ajar yang semakin sukar atau rumit.
5) Dapat meningkatkan persaingan yang sehat antar peserta didik,
sehingga proses belajar lebih kondusif.
Kelemahan pembelajaran tenis meja dengan gaya mengajar inklusi
antara lain:
1) Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam pembelajaran, karena
tahapan sebelumnya harus dikuasai sebelum meningkat pada tahap
berikutnya.
2) Waktu yang dibutuhkan lebih lama, apabila pada tahap sebelumnya
peseta didik belum menguasai dengan baik.
3) Kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda-beda, peserta didik
yang
terampil
akan
semakin
berkembang,
sedangkan
yang
kemampuannya rendah peningkatan kemampuan bermain tenis meja
agak lambat.
32
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk mengetahui
sampai mana dapat memberi jawaban sementara atas masalah yang telah
dirumuskan. Untuk mencapai kompetensi hasil yang optimal, teori yang telah
dikemukakan sebelumnya dapat diuraikan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.
Dalam pembelajaran tenis meja di SMP Islam Diponegoro Surakarta pada
kelas VIII C banyak kesulitan atau permasalahan yang dihadapi peserta didik.
Dari kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran tenis meja, mengakibatkan
hasil pembelajaran tidak optimal. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam
pembelajaran tenis meja antara lain: kurangnya intensitas melakukan gerakan
dilapangan, tidak dapat melakukan gerakan teknik dasar tenis meja, tidak bisa
melakukan permainan tenis meja. Kesulitan dalam pembelajaran tenis meja
harus ditelusuri faktor penyebabnya dan dicarikan solusi yang tepat. Karena
permasalahan pembelajaran tenis meja berbeda-beda, maka dalam merancang
pembelajaran tenis meja disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi
peserta didik. Untuk merancang pembelajaran tenis meja yang berbeda-beda
dari tingkatan paling mudah, sedang dan sulit dapat diterapkan gaya mengajar
inklusi.
Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran dengan
merancang kegiatan pembelajaran dari yang paling mudah hingga pada
tingkatan yang sulit. Rancangan pembelajaran tenis meja dengan gaya
mengajar inklusi antara lain: pembelajaran langkah awal dengan pengenalan
bola dan bet, pembelajaran gerakan dasar tenis meja dengan menggunakan bola
dan bet dan pembelajaran tenis meja dengan permainan yang sesungguhnya. Dari
rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru, peserta didik diberi kebebasan
untuk melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Jika rancangan sebelumnya telah dikuasai, kemudian dilanjutkan pada
rancangan berikutnya hingga pada rancangan terakhir atau rancangan yang
paling sulit.
33
Berdasarkan karakteristik gaya mengajar inklusi tersebut, gaya mengajar
ini memberikan kemudahan bagi peserta didik. Karena peserta didik
melaksanakan tugas pembelajaran sesuai kemampuannya, sehingga tidak
merasa kesulitan. Selain itu, belajar keterampilan tenis meja yang dilakukan
secara bertahap akan memberi kontribusi terhadap peningkatan aktivitas dan hasil
belajar tenis meja.
Secara garis besar kerangka berpikir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
dapat dijabarkan dalam diagram berikut:
Kondisi Awal
Kondisi
pembelajaran tenis
meja yang kurang
sesuai.
Tindakan
Menerapkan gaya
mengajar inklusi
pada pembelajaran
tenis meja.
Kondisi Akhir
Melalui penerapan
gaya mengajar
inklusi peserta
didik akan lebih
mudah
dikoordinasikan
dan lebih mudah
mengerti materi
pembelajaran tenis
meja.
Siswa:
 Peserta didik
kurang tertarik dan
cepat bosan dengan
pembelajaran
penjas.
 Hasil belajar tenis
meja rendah.
Siklus I:
Guru dan peneliti
menyusun bentuk
pembelajaran untuk
Meningkatkan hasil
belajar tenis meja
menerapkan gaya
mengajar inklusi
Siklus II:
upaya perbaikan dari
tindakan silkus I apabila
belum mencapai terget
kriteria kelulusan yang
ditetapkan peneliti
sehingga meningkatkan
hasil belajar gerakan
tenis meja melalui
penerapan gaya
mengajar inklusi.
Gambar 6 Alur Kerangka Berpikir
Download