corporate governance, csr dan ethical supply chain pada

advertisement
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
CORPORATE GOVERNANCE, CSR DAN ETHICAL SUPPLY CHAIN
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
(STUDI KASUS : PT. X )
Oleh: Veritia
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa corporate governance (CG), corporate social
responsibility (CSR) dan ethical supply chain (ESC) dilihat dari kerangka kebijakan dan tata kelola
korporasi menurut manajemen perusahaan PT X, salah satu perusahaan tambang nikel di
Indonesia.
Disain penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
dimana manajemen internal dan kontraktor, diwawancara dengan kuesioner yang disusun
berdasarkan studi pusaka dan best practice. Data analisis yang digunakan adalah metode analisa
interaktif, dimana analisa data primer dan sekunder dilakukan setelah adanya pengumpulan data
dengan tiga proses kegiatan yang dilakukan bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi yang dilakukan secara simultan.
Hasil penelitian menyimpulkan terdapat beberapa wilayah yang perlu diperbaiki dalam
CG, CSR dan ethical supply chain perusahaan, diantaranya dalam tata kelola perusahaan terkait
prioritas kebijakan, kode perilaku, pelibatan stakeholders dalam adopsi kode perilaku global, tata
kelola pada tingkat dewan komisaris, dan perlunya penanggung jawab ESC & pembagian tugas
antar departemen terkait pemasok.
Kata Kunci: Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, Ethical Supply Chain
governance (Syakhroza, 2005 hal 3).
PENDAHULUAN
Secara global berbagai isu yang
Begitu
pula
dengan
munculnya
berhubungan dengan corporate governance
konsep Tanggung Jawab Sosial (Corporate
(CG) menguat setelah runtuhnya beberapa
Social
raksasa bisnis dunia seperti Enron dan
Supply Chain. Konsep-konsep ini timbul
WorldCom di AS. Isu ini semakin menarik
karena
perhatian setelah berbagai lembaga keuangan
shareholders dan stakeholders yang tidak
multilateral, seperti World Bank dan ADB
terpenuhi.
Responsibility/CSR) dan
ada
harapan-harapan
Ethical
para
mengungkapkan bahwa penyebab krisis
Ekspektasi terhadap tanggung jawab
keuangan yang melanda berbagai negara,
etis perusahaan saat ini juga berlaku pada
termasuk di Asia, adalah karena buruknya
proses pengelolaan supply chain. Neef
pelaksanaan
(2004)
praktik-praktik
corporate
56
menyatakan
tingkat
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
kepedulian/kesadaran
perusahaan
terhadap
perusahaan-
untuk
bertanggung
jawab
karyawan
pemasok
mereka
yang signifikan, maka semakin banyak
perusahaan menuntut kinerja yang tinggi
kepada para pemasoknya.
meningkat maka akan mempengaruhi proses
PT. X merupakan salah satu produsen
supply chain management mereka pula. Hal
nikel
itu mendasari munculnya konsep extended
menghasilkan nikel dalam matte yaitu produk
chain responsibility pada area supply chain
setengah jadi yang diolah dari bijih laterit
management.
dengan lokasi operasi penambangan utama di
Crane
dan
menggambarkan
Matten
di
dunia.
PT.
X
Mining Town, Sulawesi Selatan, Indonesia.
perusahaan
Hubungan antara pembeli (PT. X)
menghadapi suatu perluasan rantai tanggung
dengan pemasok barang dan jasa (kontraktor)
jawab (extended chain of responsibility),
haruslah dikelola dengan baik. Jika tidak
karena stakeholders tidak hanya menuntut
dikelola
tanggung jawab atas produk perusahaan,
menimbulkan risiko antara lain: adanya
tetapi juga praktek dari kontraktor/pemasok
demo, pemblokiran jalan, perusakan properti,
yang ikut berkontribusi pada produk tersebut,
dsb dan jika hal tersebut dibiarkan tentu akan
sampai penggunaan produk yang dapat
berdampak
membahayakan
Bahkan
perusahaan, seperti produksi terhambat,
menyebutkannya
produktivitas berkurang, moral karyawan
Amaeshi,
dkk
bahwa
(2004)
terkemuka
konsumen.
(2008)
sebagai boundariless responsibility, karena
dengan
baik
negatif
tentu
lebih
luas
akan
bagi
menurun hingga laba menurun.
banyak perusahaan multinasional (MNCs)
Berikut ini adalah beberapa penelitian
yang dituntut bertanggung jawab sepanjang
terkait dengan Corporate Governance, CSR
supply chain mereka.
and Ethical Supply Chain: Hector Viveros
Supply
chain
bagi
industri
(2016) menemukan adanya pengaruh oleh
pertambangan memegang peranan penting.
stakeholders
Lins dan Horwitz (2007) menyatakan industri
perusahaan
pertambangan sangat bergantung dengan
bertanggungjawab
para pemasok/kontraktor hampir pada semua
mekanisme
bagian
komunikasi, konseling, pengawasan dan
operasionalnya.
Mereka
juga
menyatakan sejak para pemasok dapat
untuk
tambang
lima
mengendalikan
bertindak
dengan
prinsip:
lebih
menggunakan
permintaan,
ikatan.
menghasilkan dampak lingkungan dan sosial
Fawcett, Stanley E & Ogden, Jefrey
57
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
A., et all (2006) menyatakan ada empat jenis
Aris (2004) Corporate governance adalah
dukungan
sebuah sistem dari suatu perbandingan dan
untuk
manajemen
mendapat
yang dibutuhkan
tingkat
tertinggi
keseimbangan, baik itu internal dan eksternal
keberhasilan dalam rantai pasokan yakni
perusahaan,
dukungan manajemen teratas.
bahwa suatu perusahaan tidak melepaskan
Bjorklund
untuk
meyakinkan
memberikan
tanggung jawab kepada seluruh pemangku
sebelas kegiatan yang berguna sebagai tolok
kepentingan dan bertindak dengan cara
ukur
tanggung jawab sosial di seluruh area dari
dalam
(2010)
dimana
mengevaluasi
kegiatan
pembelian suatu perusahaan. Pretious dan
suatu kegiatan bisnis mereka.
Love (2006) melakukan penelitian mengenai
Istilah “Corporate Governance” itu
latar belakang ketertarikan para retailer pada
sendiri pertama kali diperkenalkan oleh
sourcing ethics dan pengembangan code of
Cadbury Committee di tahun 1992 dalam
conduct
ritel
laporan mereka. Laporan ini dipandang
pembelian profesional. Sedangkan Preuss
sebagai titik balik yang sangat menentukan
(2009)
mengenai
bagi praktik corporate governance di seluruh
ethical sourcing codes pada perusahaan di
dunia. Menurut Cadbury Report dalam
Inggris yang telah mengadopsi FTSE100,
Tjager, I Nyoman& Alijoyo, F Antonius, dkk
penelitian dilihat berdasarkan luasan, isi dan
(2003, hal 26) definisi corporate governance
batasannya.
adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
sebagai
melakukan
petunjuk
penelitian
bagi
Berdasarkan hal tersebut penting
mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
untuk melihat praktik corporate governance,
Perkembangan corporate govenance
CSR dan ethical supply chain disetiap
itu sendiri dapat dilihat sebagai upaya untuk
perusahaan tidak terkecuali pada industri
mengakomodasi
pertambangan. Penelitian ini diharapkan
stakeholders yang berhubungan dengan
dapat berkontribusi dalam pengembangan
korporasi. Syakhroza (2005, hal 10 )
corporate governance, CSR, dan ethical
menyimpulkan bahwa akan ada masalah
supply chain di Indonesia.
corporate governance jika terdapat (potensi)
berbagai
kepentingan
konflik kepentingan di dalam perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kontraktor/
Corporate Governance
Stakeholders
Menurut Solomon, Jill & Solomon,
Pemasok
Kontraktor/pemasok
58
Sebagai
adalah
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
stakeholder atau pemangku kepentingan
tidak menerapkan rantai pasokan yang etis.
suatu perusahaan yang dapat dirugikan atau
Sementara
mendapat manfaat dari perusahaan, atau
menginginkan
haknya dapat dilanggar atau dihormati oleh
memaksimalkan
perusahaan (Crane dan Matten, 2010).
meminimalkan
Crane dan Matten (2010) berdasarkan
pemasok/kontraktor
lingkungan
kontrak
terbaik
untuk
pendapatan
biaya,
dan
sambil
termasuk
sosial,
soal
terutama
Rowley (1997) menyebutkan bahwa dalam
ketenagakerjaan (Neef, 2004 dan Mamic,
network model stakeholder theory of the firm,
2005).
stakeholder
perusahaan
(pemasok/kontraktor) juga punya hak dan
Corporate Social Responsibility
kewajiban terhadap stakeholder mereka
sendiri,
yang
seterusnya
juga
Dalam dunia praktis perusahaan
punya
maupun
akademis,
corporate
social
kewajiban terhadap stakeholder mereka
responsibility diartikan beragam (Dahlsrud,
sendiri. Secara umum ethical supply chain
2008). Salah satu definisi yang relevan dalam
berdasarkan pada network model.
kaitan dengan etika bisnis adalah definisi
Dalam konteks CSR di Indonesia,
hubungan
antara
prinsipal
menurut Carroll dan Bucholtz (2009) bahwa
dengan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
perusahaan lokal sebagai supplier ataupun
menekankan pada ekspektasi masyarakat
rekanan, tidak saja berdiri diatas klausul
secara
kontrak dan perhitungan ekonomi saja,
philantropi.
namun juga perlu memperhitungkan dampak
hukum,
etika
dan
Amaeshi, dkk (2008) mendefinisikan
sosial ekonomi juga (Fajar ND, 2010).
Hubungan
ekonomi,
CSR sebagai komitmen suatu organisasi
dengan
melakukan usahanya dengan berperilaku
pemasok/kontraktor ini memang agak pelik,
baik
karena adanya kepentingan yang berbeda.
berkelanjutan
Perusahaan
harapan/kepentingan para stakeholdersnya.
menginginkan
yang
membeli
kontrak
yang
barang/jasa
ekonomi
dan
lingkungan
dengan
yang
mengenali
value-for-
CSR di Indonesia diatur dalam
money, dengan kualitas barang/jasa yang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
optimal, yang dipasok oleh perusahaan yang
tentang penanaman modal (Fajar ND, 2010),
berkinerja lingkungan dan sosial yang baik
pasal 15 huruf b, juga diatur dalam Undang-
pula, sehingga perusahaan aman dari tuduhan
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
59
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
Perseroan Terbatas (Fajar, 2010) pasal 1
Responsibility (PSR) yang mencakup isu-isu
angka 3: (Fajar ND, 2010).
yang sangat luas, seperti: pekerja anak,
Dahlsrud (2008) menyatakan dari 37
kondisi kerja yang berbahaya bagi kesehatan
definisi CSR yang dianalisa, menunjukkan
dan keamanan kerja, serta penyuapan dan
suatu fenomena. Namun berbagai definisi
korupsi sebagai masalah khusus dalam
tersebut gagal menyajikan suatu petunjuk
ethical sourcing.
bagaimana mengelola tantangan yang ada
Carter
dan
Jennings
(2002)
didalam fenomena itu. Karena itu yang
menemukan bahwa CSR dapat meningkatkan
terpenting adalah bukan definisi CSR, tetapi
hubungan pemasok dan kinerja. Kemudian
bagaimana memahami CSR, membangun
Roberts
tanggung
hubungan antara reputasi, CSR dengan
jawab
sosial
kedalam
suatu
(2003)
menyatakan
konteks, dan bagaimana hal itu digunakan
kondisi jaringan pemasok.
ketika strategi usaha dikembangkan.
Ethical Supply Chain
Lins dan Horwitz (2007) secara
adanya
Setelah konsep PSR, ada konsep
keberlanjutan
tanggung jawab lain yaitu melakukan Ethical
industri
Supply Chain. Menurut laporan UNGC
pertambangan. Dari lima perusahaan yang
(2010), penting untuk melakukan ethical
diteliti, AngloAmerican menempati posisi
supply
tertinggi terbaik, sementara CVRD dan Inco
pembuatan suatu produk terdapat dampak
menempati posisi bawah.
sosial dan lingkungan atau eksternalitas pada
CSR Rantai Pasokan
lingkungan
khusus
meneliti
(sustainability)
soal
dalam
chain
karena
dan
di
setiap
manusia.
siklus
Karena
itu
bisnis,
perusahaan perlu memastikan akuntabilitas
dimana perusahaan dituntut bertanggung
para pemangku kepentingan di sepanjang
jawab
rantai
Berubahnya
tidak
lingkungan
hanya
sebatas
hukum
pasokannya
agar
memenuhi
aturan/standar.
(Andersend dan Larsen, 2009) membuat
fungsi pembelian menjadi terkait dengan
Seuring, dkk (2008) dalam Bjorklund
CSR dan mengalami perkembangan, dan
(2010) menggambarkan area keberlanjutan
oleh Bjorklund (2010) dikenal sebagai Social
dan Supply Chain Management merupakan
Responsible Purchasing (SRP).
isu yang penting dan berkembang sangat
Namun Pretious dan Love (2006)
memberikan
istilah
Purchasing
cepat,
sayang
studi
pustaka
yang
disampaikan terlalu konseptual dan sulit
Social
60
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
untuk menjadi petunjuk praktis.
Pembahasan
Terdapat beragam definisi mengenai
berikut
akan
code
of
conduct,
berikut
beberapa
mensintesiskan tiga sumber utama untuk
definisinya: Mamic (2005) mendefinisikan
melakukan pengelolaan ethical supply chain
code of conduct sebagai satu kumpulan
yakni Neef (2004), Bjorklund (2010) dan
petunjuk dengan berbagai isu didalamnya.
AccountAbility
Investment
Crane dan Matten (2010) mendefinisikan
(2004) sebagai best practice, juga disertai
code of ethics yang juga disebut code of
hasil penelitian dari berbagai jurnal menjadi
conduct sebagai suatu kumpulan perilaku etis
suatu kerangka untuk membahas ethical
tertentu yang diharapkan untuk diikuti oleh
supply chain management.
karyawan.
dan
Insight
Berikut penjelasan ethical supply
Ada empat jenis kode etik menurut
chain management yang dapat membantu
Crane
perusahaan mengevaluasi kebijakan, sistem
Organizational/corporate code of ethics,
dan
yang berlaku hanya pada suatu organisasi. (2)
praktik
corporate
governance
dan
Matten
(2010):
(1)
disepanjang rantai pasokannya:
Professional code of ethics. Saat ini
1. Komitmen, Prioritas Dan Kode Etik
profesional pembelian yang tergabung dalam
Perilaku
organisasi seperti Chartered Institute of
Fungsi
umum
Purchasing and Supply juga harus menaati
dipersepsikan sebagai sangat berparadigma
kode etik profesional mereka (CIPS, 2009).
komersial dan tidak memperhatikan masalah
(3)
etik (Drumwright, 1995 dalam Crane dan
pertambangan
Matten, 2010), karena keputusan komersial
International Council on Mining and Metals
(yang paling murah, value-for-money) secara
(ICMM)
umum dipersepsikan tidak sejalan dengan
mengeluarkan
pengenaan berbagai standar nonkomersial,
Framework (semacam code of conduct bagi
seperti kasus Foxconn. Oleh sebab itu
anggotanya, meski tidak disebut code of
Jamison dan Murdoch (2005) menekankan
conduct) (ICMM, 2003). Kerangka tersebut
pentingnya membuat kode etik/perilaku
kemudian dilengkapi dengan komitmen pada
khusus
dan
2008 untuk pelaporan keberlanjutan, dan
berbeda dengan kode etik perusahaan yang
independent assurance. X Brazil (termasuk
berlaku internal.
PT. X) tidak menjadi anggota asosiasi ini. (4)
untuk
pembelian
secara
kontraktor/pemasok
61
Industry
code
of
ethics.
mempunyai
yang
pada
Sustainable
Industri
asosiasi
tahun
2003
Development
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
Programme/group code of ethics. Kode etik
pembuatan
kebijakan,
semacam ini biasanya dikeluarkan oleh
mendorong
manajemen
semacam koalisi organisasi yang mempunyai
bawah untuk menerapkan kebijakan ini.
kepentingan sama, misalnya kode etik bagi
serta
selalu
menengah
dan
Dari segi konten, AccountAbility dan
yang ingin mendapatkan sertifikasi Fair
Insight
Trade.
adopsi terhadap standar yang diterima secara
Investment
(2004)
menekankan
internasional, seperti ILO, yang diakui
sebagai best practices dalam kode etik.
Jamison dan Murdoch (2005) menyatakan
umumnya
kode
perilaku
meminta
pemasok/kontraktor untuk mematuhi hukum
yang
Sumber: Mamic, 2005
berlaku
dan
beberapa
standar
internasional, seperti ILO dan Piagam
Gambar 1
Proses Implementasi Kode Perilaku
Kemanusiaan dari UN.
Mamic (2005) menyebutkan bahwa
Konten
visi dan
kode perilaku
proses pembentukan visi (termasuk kode
biasanya berisi beberapa isu yang menjadi
perilaku) pada tingkat perusahaan MNC dan
perhatian masyarakat dan industri serta
pemasok/kontraktor sangatlah penting. Ini
adopsi dari berbagai standar internasional
perlu
aktif
atau kode etik industri atau asosiasi. Studi
manajemen atas, karena tanpa keterlibatan
oleh OECD (2001) menemukan bahwa
mereka implementasi visi baru sulit berjalan
berdasarkan survai terhadap 246 kode etik
karena kurangnya sumber daya atau karena
dari 23 negara, mayoritas berisi komitmen
tentangan internal karena akan ada perubahan
dalam
prioritas perusahaan (lihat gambar 1).
dalam 148 kode) dan lingkungan (145). Isu
didorong
oleh
keterlibatan
bidang
ketenagakerjaan
(disebut
Neef (2004) menyebutkan hal serupa
lainnya seperti perlindungan konsumen dan
bahwa perlu ada komitmen tingkat tinggi
suap tidak mendapat perhatian seluas kedua
untuk memperkenalkan corporate ethical
hal di atas.( Gambar 2)
supply
chain
policy,
pernyataan
nilai
perusahaan, dan kode perilaku. Kemudian
juga manajemen senior juga secara aktif
mendorong
dan
berpartisipasi
dalam
62
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
internasional seperti dari ILO atau OECD.
Kode etik kelompok perusahaan MNC ini
sesuai dengan pengertian organizational
boundary yang dimaksud oleh GRI (2011).
Andersen dan Larsen (2009) menemukan
Sumber: OECD (2001)
bahwa CSR untuk rantai pasokan adalah
Gambar 2
Konten dalam Kode Perilaku
melekatnya CSR di dalam seluruh organisasi,
Dari segi sasaran audiens kode,
termasuk anak perusahaan dan para pemasok
OECD (2001) juga menemukan tiga kategori
yang tak punya keterkaitan organisasi.
utama kode perilaku perusahaan, yaitu 1)
3. Pelibatan Stakeholders Dalam Adopsi
kode perilaku untuk pemasok/kontraktor dan
Kode Perilaku Global
mitra bisnis, 35%; 2) komitmen publik, 34%;
Proses formulasi/adopsi CoC ini juga
dan 3) kode perilaku untuk karyawan
perlu melibatkan dialog dengan stakeholder
perusahaan, 31%. (Gambar 3)
internal
perusahaan,
seperti
karyawan,
serikat pekerja (lihat gambar 1, Mamic:
2005).
Neef (2004) juga menekankan
perlunya pelibatan pemangku kepentingan
eksternal,
Sumber: OECD (2001)
pemerintah,
seperti
aktivis
komunitas
lokal,
dan
bisnis
mitra
Gambar 3
Segi Sasaran Audiens dalam Kode Perilaku
perusahaan. Hal yang sama dikatakan oleh
2. Formulasi Ethical Supply Chain Policy
Fransen dan Kolk (2007) dalam Preuss
Dan Adopsi Kode Induk
(2009) bahwa kode yang dibuat jauh
Mamic (2005) menemukan bahwa
melebihi tingkatan perusahaan perseorangan
dalam formulasi visi baru, biasanya MNC
adalah kode yang memasukkan potensi
mempunyai satu visi yang bersifat global,
eksternal stakeholders seperti NGO atau
dan kemudian diterjemahkan dan diadopsi
pemerintah, dimana mereka menawarkan
untuk tiap-tiap perusahaan cabang oleh suatu
untuk bertukar pengetahuan disepanjang
tim khusus. Proses adopsi ini dilakukan
batas-batas perusahaan, dan membangun
dengan melihat kekhususan hukum, aturan,
konsesi dengan stakeholders yang lebih luas
kode perilaku lainnya, seperti inisiatif
lagi.
AccountAbility
industri tertentu yang lebih maju atau standar
63
dan
Insight
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
Investment (2004) bahkan mensyaratkan
perusahaan.
keterlibatan
semacam
perlunya alignment (proses penyamaan)
Ethical Trading Initiative, yang artinya
manajemen menengah dan yang dibawahnya,
anggotanya
untuk menerapkan kebijakan tersebut.
dalam
organisasi
mengadopsi
organisasi
standar
tersebut
dari
sebagai
Neef
(2004)
menyebutkan
Mamic (2005) menemukan pola
Programme/group code of ethics.
pembagian
peran
di
antara
berbagai
4. Tata Kelola Di Dewan Komisaris Dan
departemen, yaitu CSR, Purchasing, HR dan
Direksi
Produc
Design/Development
dengan
Insight
berbagai kepentingan mereka, yang kadang
lebih
bertentangan, seperti bagian purchasing yang
spesifik lagi, bahwa dari segi tata kelola,
prioritasnya value-for-money dan kurang
perlu ada keterlibatan pada level executive
memprioritaskan
board sub-committee atau executive board
perusahaan kontraktor, dengan CSR yang
member.
ingin menjaga reputasi perusahaan.
AccountAbility
Investment
(2004)
dan
menyebutkan
isu
ketenagakerjaan
Dalam praktek di berbagai MNC,
Jika kebijakan sudah dapat diterima
ethical supply chain policy ini ditandatangani
seluruh tingkat manajemen dan karyawan
oleh pejabat senior perusahaan, seperti oleh
dalam organisasi dan tidak terbatas pada
CEO di Anglo American Plc (2010), Head of
manajemen
Global Business Service di Rio Tinto (2011),
disatukan bukan hanya pada strategi dan
serta VP dan Chief Procurement Officer di
kebijakan tetapi juga ke dalam sistem
IBM (2004). Kemudian perlu ada perhatian
manajemen, proses organisasi dan budaya
tingkat tinggi dari dewan komisaris (dalam
dimana dapat mempengaruhi kehidupan
sistem tata kelola Indonesia dalam sub
sehari-hari (Nijhof dkk, 2003). Hal yang
komite di bawah Dewan Komisaris terkait
sama dikatakan oleh Pedersen dan Andersen
pembangunan berkelanjutan atau sosial dan
(2006)
lingkungan hidup.
diperlukan motivasi.
atas,
namun
kode
selain
perilaku
komitmen
perlu
juga
5. Penanggung Jawab Dan Pembagian
Tugas Antar Departemen
METODE PENELITIAN
Setelah ada komitmen tingkat tinggi,
Penelitian ini menggunakan metode
visi dan kebijakan baru tersebut harus
kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
diimplementasikan
Metode penarikan sampel yang digunakan
dalam
manajemen
64
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
pada
penelitian
sampling
ini
yaitu
adalah
purposive
telah diperoleh dari pihak-pihak yang dapat
sampel
dipercaya baik itu data primer maupun
penarikan
berdasarkan pertimbangan dimana sampel
sekunder. (Usman dan Akbar, 2003)
yang dipilih didasarkan pada motif dan target
tertentu,
sampel
para
adalah menggunakan analisis interaktif.
narasumber dan informan (Basrowi dan
Kemudian untuk penyajian data, penulis
Suwandi, 2008).
membuat tabel seluruh pertanyaan dan
Teknik
disini
adalah
Metode analisa data yang digunakan
pengumpulan
data
yang
jawaban
dari
para
pewawancara
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
mengumpulkannya secara tersusun rapih
1)Wawancara Perorangan,
Wawancara
hingga bisa dianalisa. Data seperti catatan
yang digunakan kepada para narasumber
hal-hal penting, data dari perusahaan terkait
lima orang karyawan PT. X dan enam orang
tema penelitian, catatan penting dari laporan
karyawan kontraktor adalah wawancara semi
tahunan,
terstruktur.
masyarakat
2.
Dokumentasi,
Menurut
Moleong (2008) dalam Herdiansyah (2010,
keberlanjutan,
semuanya
pemberdayaan
dicatat
dan
dikumpulkan agar mudah dipahami.
hal 145) dokumen resmi dapat dibagi
Pada
akhirnya,
penulis
menarik
menjadi dua kategori, yaitu dokumen internal
kesimpulan/verifikasi. Semua proses analisa
dan dokumen eksternal.
data ini dilakukan berlanjut, berulang-ulang
Alat
instrumen
yang
digunakan
dan
terus
menerus
hingga
ditemukan
dalam penelitian ini adalah daftar wawancara
kesimpulan akhir. (Miles dan Huberman,
semi terstruktur, catatan lapangan, kamera
1992).
digital,
dan rekaman wawancara yang
dilakukan dengan menggunakan handphone.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini tidak memiliki kriteria
Objek Penelitian
khusus dalam penyeleksian narasumber
PT. X
berdiri sejak 1968 dengan
sepanjang mereka bersedia dan dipercaya
nama PT. Y. Mulai 27 September 2011, telah
memahami konteks ethical supply chain serta
berubah nama menjadi PT. X sesuai
dapat berkontribusi di penelitian ini.
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
Agar kredibilitas penelitian ini bisa
Luar Biasa. Perubahan nama itu dibuat untuk
dipenuhi maka dilakukan triangulasi data
menyelaraskan PT. X Perseroan secara lebih
yaitu memeriksakan kebenaran data yang
baik dengan operasi X lainnya di seluruh
65
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
dunia,
setelah
dibeli
oleh
perusahaan
ada (PT Y, 2010)
tambang X dari Brazil, dari pemilik lamanya
Fokus utama dari kode etik/code of
Y Ltd. dari Kanada. Pemakaian nama PT. Y
conduct PT. X adalah melakukan praktik tata
atau PT. X akan bergantian digunakan, sesuai
kelola perusahaan yang baik dan mencapai
konteks
tujuan usaha dengan tanggung jawab sosial,
dan
waktunya
(sebelum
27
September 2011 akan disebut PT. Y).
PT.
X
merupakan
menghargai
perusahaan
karyawannya,
melestarikan
lingkungan hidup dan berkontribusi terhadap
multinasional produsen nikel utama dunia.
pengembangan masyarakat secara aktif.
Nikel adalah logam serba guna yang berperan
Pemahaman karyawan internal PT. X
penting meningkatkan taraf hidup dan
terhadap fokus utama code of conduct
mendorong pertumbuhan ekonomi. Seluruh
perusahaan yaitu perusahaan fokus kepada
produksi dijual berdasarkan kontrak jangka
nilai-nilai perusahaan, keberlanjutan dan
panjang kepada pabrik pemurnian di Jepang.
komitmen perusahaan, visi dan misi, serta
PT. Y hanya beroperasi di Indonesia
komitmen. Berikut salah satu kutipan yang
landasan
menyatakan hal tersebut:
dan
operasinya
berdasarkan
“Menurut saya komitmen, integritas dan
corporate value merupakan fokus utama dari
code of conduct PT. X” (Darwis, wawancara,
26/09/11).
Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia
pada 27 Juli 1968 yang sudah diperbarui pada
15 Januari 1996 dan berlaku sampai 28
Dari berbagai poin, ada beberapa poin
Desember 2025. Area perusahaan seluas
penting terkait ethical supply chain dalam
218.529 ha, meliputi wilayah Sulawesi
kode etik perilaku karyawan PT X, ternyata
Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi
belum semua karyawan mengerti adanya
Tengah, yang sejak 2010 telah dikembalikan
bagian yang menyatakan tentang ethical
sebesar 28.000 ha.
supply chain di dalam kode perilaku dan
Corporate Governance, CSR dan Ethical
kebijakan strategis perusahaan. Tiga orang
Supply Chain
yaitu
1. Komitmen, Prioritas Kebijakan dan
mengatakan ada bagian yang menyatakan
Kode Etik Perilaku
tentang ethical supply chain dalam code of
PT.
X
menyatakan
Ashraf,
Bambang
dan
Darwis
komitmen
conduct perusahaan, berikut contoh dari
perusahaan dalam sustainable development
salah satu kutipan yang menggambarkan hal
dan ethical supply chain terlihat pada visi,
itu:
misi, sasaran strategis dan nilai-nilai yang
“Ya ada di business of conduct dan code of
66
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
conduct departemen SCM khususnya sasaran
perusahaan..ada tapi tersirat” (Ashraf,
wawancara, 27/09/11).
di komunikasikan melalui surat edaran
Manajer SCM (Supply Chain Management,
Rudi mengatakan tidak tahu tapi
sekarang
mungkin ada, sedangkan Endi mengatakan
Pernyataan komitmen PT. Y ini telah
disahkan oleh Chief Of Operation (COO) PT.
Y. Pernyataan komitmen ini diadopsi dari Y
Ltd dan sumber lainnya, serta disesuaikan
Dalam kode perilaku karyawan sudah
dengan kondisi lokal. Kode ini belum
mencakup beberapa poin yang terkait dengan
mengalami perubahan sejak 2005.
ethical supply chain policy, maka tidak ada
Pada tahun 2005, PT. Y juga telah
kode perilaku khusus bagi staf PCW. Sebagai
mengeluarkan Environment, Health & Safety
bagian dari peningkatan profesionalisme, staf
Policy yang ditandatangani langsung oleh
PCW banyak yang dibiayai perusahaan untuk
CEO dan COO dan dibagikan ke seluruh
mengambil sertifikasi dari CIPS (Certified
and
departemen dan pemasok lengkap dengan
Supply),
tanda tangan CEO dan COO tersebut.
organisasi profesi pembelian yang bergengsi.
Kebijakan EHS tersebut merupakan adopsi
CIPS mempunyai kode profesional yang
Environment, Health & Safety Policy dari
komprehensif yang berlaku bagi anggota dan
induk perusahaan Y Ltd, dan ditandatangani
pemegang sertifikatnya. Dengan sertifikasi
oleh CEO dan COO Y Ltd. EHS Policy ini
profesional ini, maka standar kompetensi dan
kemudian diperbarui pada tahun 2008 dan
profesional yang harus dipenuhi oleh staf
ditandatangani oleh CEO dan COO PT. Y.
pembelian akan semakin tinggi. Selain itu,
Berdasarkan
kode perilaku untuk karyawan dan kontraktor
juga
mengambil
&
aspek ketenagakerjaan kontraktor/pemasok.
“Tidak tahu, tapi mungkin ada dibagian
sasaran perusahaan” (Rudi, wawancara,
27/09/11).
“Secara umum dalam code of conduct tidak
ada (sambil membaca-baca code of conduct
dalam komputernya)” (Endi, wawancara,
29/09/11).
Purchasing
Contract
berisi pernyataan komitmen PT. Y pada
menggambarkan hal tersebut:
of
Puchasing,
Warehouse) pada 26 September 2005, yang
tidak ada secara umum, berikut kutipan yang
Institute
GM
substansi
dari
temuan
tersebut,
komitmen ethical supply chain policy perlu
kode
ada pijakannya pada kebijakan strategis
profesional CIPS.
perusahaan, yaitu pada Visi, Misi dan Nilai-
PT. X telah memiliki kebijakan
Nilai Perusahaan, serta dioperasionalkan
terkait ethical supply chain, yaitu berupa
dalam bentuk kode perilaku bagi karyawan
kode perilaku kontraktor (Business Conduct
dan kontraktor. Pijakan dalam kebijakan
Guidelines & Ethical Practices Policy) yang
67
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
tingkat tinggi perusahaan ini dapat berbentuk
pemegang saham, dan ketiga komitmen
komitmen
pembangunan
sosial kepada berbagai pihak, yang dalam
untuk
selalu
Piramida CSR Carrol dan Buccholtz (2010)
bertindak etis, dan mendukung standar
disebut sebagai tanggung jawab ekonomi
kinerja
kepada
terhadap
berkelanjutan,
komitmen
lingkungan,
kesehatan
dan
keselamatan kerja serta ketenagakerjaan
karyawan,
Pada sasaran perusahaan terdapat
maupun pada mitra bisnis perusahaan.
bagian terkait praktik etis rantai pasokan
Pernyataan Visi dan Misi ini secara
mengkomunikasikan
saham,
pemerintah, pelanggan dan pemasok.
yang progresif, baik pada internal perusahaan
jelas
pemegang
yaitu perusahaan berkomunikasi secara pro-
komitmen
aktif dengan para pemangku kepentingannya
sustainability dari PT. X. Dalam pernyataan
termasuk pemasok. Nilai-nilai perusahaan
Visi, dinyatakan bahwa perusahaan akan
menjadi
melebihi
dalam
perusahaan, dengan penekanan yang kuat
manajemennya, sejak eksplorasi sampai
terhadap sustainability, seperti pernyataan
operasional. Ini mencerminkan komitmen
etika
perusahaan
hanya
kinerja, tangung jawab ekonomi, sosial dan
memperhatikan tanggung jawab Ekonomi
lingkungan hidup, serta prioritas kesehatan
dan Hukum, tetapi juga Etis dan Filantrofis,
dan keselamatan.
standar
kesempurnaan
untuk
tidak
pemandu
dan
perilaku
transparansi,
operasi
kesempurnaan
dalam kerangka piramida CSR Carrol dan
Namun sayang, masih banyak para
Buccholtz (2010). Dalam pernyataan Misi,
karyawan internal yang belum memahami
komitmen sustainability juga terlihat jelas
akan code of conduct perusahaan terutama
sebagai
operasi
terkait dengan ethical supply chain ini.
perusahaan mentransformasi sumber daya
Padahal seharusnya code of conduct melekat
mineral di Indonesia.
pada
faktor
penting
dalam
setiap
masing-masing
karyawan,
Sasaran strategis dan nilai ini juga
manajemen perusahaan, proses organisasi
menggambarkan komitmen sustainability
dan budaya dimana dapat mempengaruhi
dan triple bottom line dari PT. X. Sasaran
kehidupan sehari-hari (Nijhof dkk, 2003).
pertama
lingkungan
menggambarkan
dan
komitmen
kerja
nilai, kode perilaku yang terkait dengan CSR
perusahaan. Sasaran kedua menyatakan
atau pembangunan berkelanjutan dan ethical
komitmen
supply chain) perlu ditetapkan pada level
ekonomi
keselamatan
Dari sisi prioritas, kebijakan (visi,
perusahaan
kepada
68
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
atas yang kuat.
tertinggi perusahaan, baik melalui review
Dewan Direksi maupun Dewan Komisaris,
Akan lebih baik lagi jika kode etik
agar visi tersebut dapat diterjemahkan dalam
perlaku kontraktor selalu diperbaharui dan
prioritas dan kebijakan manajemen dan
dievaluasi tiap tahunnya dan ditandatangani
ditandatangani
oleh dewan direksi yang menangani bagian
oleh
pejabat
senior
pembelian.
perusahaan (CEO, COO atau anggota dewan
Kode perilaku seharusnya mencakup
direksi yang menangani fungsi purchasing).
harapan-harapan dan yang harus dihindari
Komitmen ethical supply chain PT. X
dari segi sosial dan lingkungan. kode perilaku
sudah sejalan dengan Neef (2004) dan
di PT. X lebih mencakup sosial terutama
Mamic (2005) yang menyatakan kebijakan
memerlukan
komitmen
tingkat
ketenagakerjaan, komitmen profesionalisme
tinggi.
dan
Komitmen PT. X dinyatakan dengan adanya
EHS policy. Menjadikan kode tersebut
sosial (terutama ketenagakerjaan, integritas
konflik
kepentingan)
dan
kurang komprehensif.
sedikit
Walau
menyinggung EHS (karena diatur dalam EHS
kode
perilaku
X
juga menandatangani business conduct dan
yang
EHS policy. Sebaiknya tiap tahun juga
dikeluarkan PT. Y kurang kuat karena surat
edaran
PT.
misalnya pada saat menandatangi kontrak
GM PCW, yang telah disetujui oleh COO).
kebijakan
namun
policy selalu disampaikan bersama-sama,
Manajemen Senior (Manajer SCM, sekarang
prioritas
terpisah,
memperkenalkan business conduct dan EHS
policy tersendiri), yang ditandatangani oleh
Sehingga
sedangkan
standar lingkungan diatur terpisah dalam
code of conduct bagi kontraktor dalam hal
etis/
integritas/kepentingan,
diberikan refreshment kepada para karyawan
kontraktor
dalam bentuk surat kepada para kontraktor.
ditandatangani oleh Manajer bukan COO
2. Formulasi Ethical Supply Chain Policy
langsung.
dan Adopsi Kode Induk
Sebaiknya supplier code of conduct
PT. X
perlu ditandatangani dan dikomunikasikan ke
juga membuat pedoman
perilaku untuk kontraktor yang dibangun di
seluruh kontraktor melalui surat oleh CEO,
atas dasar nilai-nilai integritas, kejujuran dan
COO atau anggota dewan direksi yang
rasa hormat. Kontraktor serta mitra bisnis PT.
menangani fungsi purchasing atau bahkan
X harus memenuhi ketentuan hukum,
ditaruh di media seperti web perusahaan
peraturan
untuk menunjukkan komitmen manajemen
69
dan
persyaratan
lain
dan
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
dilampirkan di dalam kontrak kerja mereka,
mempertahankan hak mereka. (PT. Y (2005),
dan harus ditandatangani sebagai bukti
ILO (2003 ), OECD (2008) dan UNGC
bahwa kontraktor memahami dan menerima
(2011).
standar-standar yang dimiliki oleh PT. X.
Kode
perilaku
untuk
Berdasarkan
kontraktor
perilaku
dari
hal
tersebut,
perusahaan
induk
kode
perlu
secara resmi disebut sebagai Y Supplier
disesuaikan dengan kondisi lokal, tetapi tetap
Conduct Guidelines and Ethical Practices
mengacu
Policy/
Perilaku
internasional, seperti dari ILO atau OECD
Supplier di PT. Y dan Kebijakan Praktek-
dan kode perilaku untuk karyawan dan
Praktek
dasarnya
kontraktor perlu mencantumkan praktek
merupakan adopsi dari Y Ltd. Kanada
yang yang diharapkan maupun yang perlu
(sebelum diakuisisi oleh X Brazil) yang
dihindari
berlaku menyeluruh untuk semua perusahaan
Investment, 2004, dan Jamison dan Murdoch,
dibawah Y Ltd. Seorang superintendent di
2005).
Pedoman
Yang
Tentang
Etis,
pada
pada
standar
yang
(AccountAbility
dan
berlaku
Insight
SCM pada saat itu tahun 2005 diberi tugas
Kode perilaku untuk kontraktor di
melakukan adopsi terhadap kebijakan global
PT. X pada dasarnya merupakan adopsi dari
Y Ltd. dan menyesuaikan dengan standar
Y Ltd Kanada pada tahun 2005 dan disetujui
yang berlaku internasional dan konteks di PT.
oleh COO sebagai bagian dari 3P (Program
Y, seperti ILO dan OECD, serta kode
Peningkatan
profesional dari CIPS (Chartered Institute of
praktek yang baik, dimana komitmen ethical
Purchasing and Supply).
supply chain berlaku dalam satu kelompok
Kode perilaku kontraktor PT. Y
sendiri
sudah
sesuai
perusahaan, sesuai pengertian GRI bahwa
organizational boundary, mengakui adanya
internasional dari ILO, OECD dan UN
pengaruh perusahaan terhadap upstream dan
Global Compact. Dimana PT Y tidak
downstream
mempekerjakan
tidak
boundary). PT. Y juga menyesuaikan kode
tidak
global dari Y Ltd dengan kondisi lokal,
membayar gaji yang rendah, tidak ada
ditambah dengan referensi lain dari standar
kondisi kerja yang buruk, adanya keamanan
yang berlaku internasional, seperti dari ILO
dan kesehatan yang layak, dan tidak
dan kode profesional CIPS.
mengintimidasi
dengan
Ini
standar
mempekerjakan
sesuai
Produktivitas).
anak-anak,
dengan
paksaan,
pekerja
yang
supply
chain
(operational
Sebaiknya kode perilaku etis tersebut
70
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
dilakukan pemutakhiran yang mengacu ke
proses adopsi, memang belum tampak
Sustainable Development Framework group
partisipasi dari pihak lain secara internal (staf
X global, agar ada keseragaman satu group.
lain di SCM atau departemen lain) dan
3. Pelibatan Stakeholders Dalam Adopsi
pelibatan pihak luar, terutama kontraktor
Kode Perilaku Global
maupun
Sebenarnya induk perusahaan di
dinas
yang
Ketenagakerjaan
dan
terkait
(Dinas
Bapedal/Badan
Sustainable
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah).
Development Framework yang mengacu ke
Padahal pelibatan stakeholders diperlukan
ICMM (International Council of Mining and
supaya ada partisipasi yang membuat mereka
Metals), organisasi industri pertambangan
merasa memiliki kode perilaku tersebut
dan
(Neef, 2004).
Brazil,
telah
logam,
mengadopsi
yang
membuat
standar
pembangunan berkelanjutan. Tetapi belum
4. Tata Kelola Pada Tingkat Dewan
terdengar
Komisaris
upaya
dari
PT.
X
untuk
Sampai pertengahan tahun 2008, PT.
memutakhirkan business conduct kontraktor
Y mempunyai Komite Penasihat, yang
sesuai dengan kerangka ICMM.
“Tidak pernah melibatkan stakeholder lain
karena PT. Y sudah langsung mengadopsi
dari Y limited…disesuaikan dengan kondisi
PT .Y sendiri dan tentu mengadopsi standarstandar
internasional…”
(Ashraf,
wawancara, 27/09/11).
dibentuk oleh Dewan Komisaris, bertugas
memberikan
ditemukan
adanya
kebijakan PT. Y, dengan penekanan khusus
pelibatan
pada hubungan PT. Y dengan pemerintah
pusat dan menjembatani hubungan dengan
masyarakat, dsb, khususnya untuk program
(Integrated
Contractor
Dewan
seluruh aspek keindonesiaan operasi dan
stakeholders kontraktor, pemerintah, tokoh
ICSF
kepada
Komisaris dan Dewan Direksi mengenai
Namun implementasi ethical supply
chain
nasihat
penduduk
System
setempat.
Komite
Penasihat
diwajibkan bertemu empat kali setahun (PT.
Framework). Berikut salah satu kutipan yang
Y, 2007). Komposisi keanggotaan pada tahun
menggambarkan hal tersebut:
2007 adalah tiga orang warga negara
“Ya..bisa dibilang ya, sebagai patokannya
adanya ICSF sebelum semua sistem dibuat
sendiri. Tahun 2008/2009 program ICSF
dibuat dengan melibatkan para stakeholders”
(Bambang, wawancara, 29/09/11).
“Ada forum diskusi, diskusi secara langsung
dengan kontraktor dan masyarakat juga PT
Y. Sekarang hasil ICSF sudah dijadikan
sistem…”(Bambang, wawancara, 29/09/11).
Indonesia, dua orang merupakan anggota
Dewan Komisaris, yang juga mantan menteri
pertambangan dan mantan duta besar, dan
satu orang independen, yang merupakan
tokoh masyarakat lokal Mining Town dan
Berdasarkan hal tersebut, dari segi
71
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
mantan pejabat tinggi Departemen Sosial dan
membahas kinerja sosial perusahaan, dari
Pendidikan (PT. Y, 2008). Pada tahun 2008,
segi perencanaan kebijakan, pelaksanaan
PT. Y secara resmi membubarkan Komite
maupun monitoring dan evaluasi. Komite
Penasihat setelah dikaji oleh konsultan
Audit
independen dalam Corporate Governance
membahas masalah audit internal dan
Review (PT. Y, 2009). Pada tahun 2007,
eksternal. Yang biasanya terjadi adalah, salah
Komite
satu anggota Komite, seorang mantan pejabat
ini
sudah
tidak
mengadakan
pertemuan lagi.
Komite
misalnya
bertemu
secara
rutin
tinggi Departemen Sosial yang juga putra
lainnya
adalah
Komite
dari Kepala Desa Mining Town pada saat PT.
Urusan Regional, yang dibentuk Dewan
Y
berdiri,
Komisaris pada akhir tahun 2006 (PT. Y,
informal jika terjadi sesuatu dalam hubungan
2007). Komite ini terdiri dari tiga anggota
sosial perusahaan dengan masyarakat, seperti
warga negara Indonesia yang diangkat setiap
ketika terjadi demo atau blokade yang
tahun oleh Dewan Komisaris, sekurang-
berkepanjangan.
kurangnya satu anggota haruslah merupakan
menjadi
Rapat
tempat
Dewan
konsultasi
Komisaris
lebih
Komisaris Independen. Komite diwajibkan
membahas kinerja ekonomi perusahaan.
membantu Dewan Komisaris dalam menjalin
Kalau pun menyinggung soal pembinaan
dan membina hubungan dengan pemerintah
kinerja
provinsi, regional dan lokal dan dalam
kontraktor, itu dalam kerangka 3P atau ICSF
berhubungan dengan penduduk setempat.
dan tidak dilakukan secara khusus.
Komite
diwajibkan
mengadakan
tidak
etis
(sosial
Berdasarkan
dan
lingkungan)
temuan
tersebut,
kurang dari empat pertemuan setahun. Meski
mengingat pentingnya ethical supply chain
sudah ditulis dalam Laporan Tahunan 2006
policy
(PT. Y, 2006), Komite tersebut akhirnya
perusahaan, manajemennya perlu dipimpin
dibubarkan
langsung oleh pejabat senior perusahaan dan
meski
belum
pernah
menyelenggarakan pertemuan resmi.
dengan
beberapa
operasi
dan
reputasi
diberikan perhatian yang memadai pada level
Dalam komunikasi pribadi di luar
wawancara
terhadap
Dewan
pihak,
Komisaris
(AccountAbility
dan
Insight Investment, 2004).
disebutkan bahwa Komite Penasihat ini
MNC saat ini lazimnya mempunyai
secara umum memang kurang difungsikan,
semacam
berlainan dengan Komite Audit, untuk
komite
penasihat
bidang
pembangunan berkelanjutan/etis (sosial dan
72
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
lingkungan) yang dibentuk Komisaris (atau
maupun kecil. Anggota CBM ini adalah para
BoD dalam rezim Anglo-America) atau
GM dari berbagai departemen, yaitu GM
kumpulan penasihat independent perorangan
PCW, GM Mining, GM External Relations,
yang berkompeten dan berintegritas dan
GM Internal Audit, dan GM Controller.
nonstruktural yang memberi nasihat kepada
Fungsi CBM ini adalah advisory
Dewan Komisaris dan Direksi.
kepada GM PCW, dimana keputusan akhir
PT. Y sampai 2007 mempunyai
untuk kontrak tetap ditangan GM PCW.
Komite Penasihat dan Komite Urusan
CBM juga melakukan evaluasi atas usulan
Regional, yang sayangnya belum difungsikan
policy
untuk memberi nasihat kepada Dewan
prakualifikasi, evaluasi para pemasok dan
Komisaris dan Direksi terkait hubungan
kontraktor secara periodik, kebijakan ethical
kepada pemerintah pusat dan daerah, serta
supply chain dan proses kontrak. Hasil CBM
masyarakat, termasuk diantaranya mitra
dan keputusan GM PCW secara manajerial
bisnis yang berasal dari masyarakat setempat.
dilaporkan oleh GM PCW ke VP yang
Perhatian Dewan Komisaris terhadap
membidangi purchasing. Akan tetapi para
praktek dari ethical supply chain policy akan
prakteknya, CBM lebih terkait dengan
menjadikan manajemen lebih serius dalam
persetujuan kontrak saja, karena ethical
melaksanakan,
menjadikan
supply chain policy sudah ditangani oleh 3P
sebagai proritas kebijakan, memberikan
dan ICSF. Setelah 3P dan ICSF selesai, CBM
sumber daya yang memadai sampai menjadi
tetap lebih berfungsi dalam persetujuan
komponen penilai kinerja manajemen.
kontrak
5. Penanggung Jawab Dan Pembagian
kebijakan.
mulai
dari
level
dan
SCM,
tidak
seperti
usulan
menyinggung level
Dari segi manajemen operasional,
Tugas Antar Departemen
Pada
terkait
X
implementasi ethical supply chain policy
mempunyai Contract Board Meeting (CBM),
tersebar ke beberapa departemen, dimana
yaitu mekanisme untuk memastikan tata
pada
kelola pada proses kontrak berjalan dengan
ketenagakerjaan),
baik dan berbagai pertimbangan, termasuk
External Relations dan kadang oleh Human
sosial,
Resources.
lingkungan,
prosedur,
manajemen,
kepatuhan
ekonomis,
PT.
terhadap
aspek
kinerja
Untuk
sosial
PCW
(terutama
dibantu
pembinaan
oleh
kinerja
dipertimbangkan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan
sebelum suatu kontrak diberikan, baik besar
kerja, dilakukan terpisah oleh EHS untuk
73
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
karyawan kontraktor secara kontinu dan tidak
kontraktor, dan karyawan kontraktor terkait
terkait pada program khusus yang sedang
penggajian, tunjangan dan lembur untuk
berjalan.
karyawan kontraktor.” Ada tujuh variabel
Secara umum, pembinaan kinerja etis
yang diterjemahkan kedalam kuesioner yang
kontraktor menjadi salah satu bagian dalam
disebar diwilayah pemberdayaan PT. Y
3P (Program Peningkatan Produktivitas)
dengan mempertimbangkan keterwakilan
pada kurun 2004-2008, yaitu program untuk
kontraktor dan wilayah.
mencapai tingkat produksi 200 juta pon per
Survai
menemukan
adanya
tahun dan ICSF (Integrated Contractor
kekurangtahuan para karyawan kontraktor
System Framework pada kurun 2008-2010).
terkait hak-hak mereka adalah 55 persen para
PT.
Y
mulai
serius
karyawan merasa tidak ada sosialisasi dari
memperhatikan para pemasok dan kontraktor
kontraktor maupun dinas kerja. Sehingga
sebagai pemangku kepentingan sekitar tahun
mereka
2005, melalui 3P (Program Peningkatan
perorangan. Hampir 51 persen para karyawan
Produktivitas). Program tersebut dibuat
kontraktor tidak paham terhadap peraturan
karena
karyawan
Ketenagakerjaan dan hampir 59 persen
kontraktor terkait penggajian, tunjangan dan
mereka tidak pernah diberitahu akan hak-hak
lembur seperti kurang transparannya sistem
yang harus mereka peroleh. Dalam 3P,
penggajian mereka, kurang terjaminnya hak
karyawan
normatif, dan lainnya.
pekerjaan tertentu juga diberikan pelatihan
banyaknya
secara
keluhan
Oleh karena itu PT. Y mengeluarkan
mendapatkan
kontraktor
informasi
yang
dari
menangani
project management.
surat edaran pada 26 September 2005.
Setelah tahun 2008 program 3P
Dengan adanya surat edaran tersebut PT. Y
selesai dan dilanjutkan dengan program
menginginkan seluruh pihak yang terlibat
ICSF.
dalam rantai nilai tambah dapat terjamin
Kontraktor Terpadu diperkenalkan pada
kontinuitas dan transparansi hak normatif
tahun 2009 untuk menyelaraskan kinerja
para
kontraktor
karyawan
kontraktor
sehingga
ICSF
atau
dengan
Sistem
Pengelolaan
obyektif
pekerjaan
memberikan kenyamanan dan ketenangan
melalui pengurangan jumlah perubahan
dalam bekerja.
kontrak,
Surat
edaran
tersebut
pekerjaan
tambahan,
variasi
meliputi
pekerjaan, dan pekerjaan ulang. ICSF juga
pertanyaan survai “pendapat dan harapan
ditujukan untuk memberdayakan kontraktor
74
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
lokal agar memenuhi standar pekerjaan.
dengan GM serta manajer departemen terjadi
Setelah penerapan ICSF, tingkat
keberhasilan
perusahaan
lokal
secara rutin. Ada pertemuan alignment tiap
dalam
bulan, dan pertemuan teknis per program
memperoleh kontrak meningkat 17% dari
mingguan. Setelah ICSF berakhir pada 2010,
total nilai seluruh kontrak yang disetujui pada
pertemuan hanya dilakukan jika ada sesuatu
2009. Sangat disayangkan program yang
keperluan yang tak direncanakan.
harusnya berkesinambungan karena berbagai
Berdasarkan temuan tersebut, di PT.
hal belum dilanjutkan kembali. Forum
X, implementasi ethical supply chain policy
diskusi
pihak
dipimpin oleh GM PCW yang bertanggung
perusahaan dengan kontraktor sudah jarang
jawab kepada VP Director of Human
dilakukan.
Resources and Corporate Services. Akan
dan
pertemuan
antara
Dalam program 3P dan ICSF, selain
masalah
ketenagakerjaan
lebih baik lagi jika keterlibatan VP ini bisa
karyawan
lebih
langsung,
untuk
memperlihatkan
kontraktor, PT. Y juga menyelenggarakan
perhatian manajemen puncak perusahaan
berbagai program pelatihan untuk karyawan
terhadap isu ethical supply chain, seperti
kontraktor yang pada posisi manajer proyek,
pada banyak MNCs yang pejabat setingkat
untuk meningkatkan kinerja mereka dan pada
VP memimpin langsung kebijakan ini, mulai
akhirnya kinerja PT. Y.
dari formulasi dan pemutakhiran kebijakan
Implementasi
departemen
ini
oleh
kadang
berbagai
agar harmonis dengan kebijakan global
memunculkan
PT.X, manajemen implementasi kebijakan
perbedaan kepentingan sesuai dengan tugas
masing-masing
departemen.
maupun pemantauan kinerja.
External
Setelah berakhirnya 3P dan ICSF,
Relations misalnya lebih mementingkan
pertemuan untuk alignment antar departemen
menjaga hubungan baik dengan pemerintah
dengan manajemen puncak sudah tidak
daerah dan masyarakat lokal, sedangkan
terjadwal lagi, diadakan jika ada kebutuhan.
PCW lebih memprioritaskan pada value-for
Hal
money (5 right: quality, quantity, place, on-
manajemen puncak dan menengah karena
time delivery, price).
implementasi tidak dibicarakan bersama-
ini
tentu
mengurangi
komitmen
Ketika masih ada 3P dan ICSF, para
sama lagi. Ini juga menjadikan departemen
narasumber mengatakan bahwa alignment
yang terlibat dalam program sebelumnya
antara direksi (COO dan direksi lainnya)
tidak memberikan prioritas sumber daya
75
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
yang mencukupi lagi dan kembali kepada
(PT.X)
tujuan masing-masing departemen. Padahal
sustainable development framework dalam
Neef (2004) dan Mamic (2005) menyatakan
kebijakannya, tetapi belum terdengar upaya
pentingnya melakukan penyamaan proses
adopsi secara lokal .
kepada seluruh manajemen.
3. Pelibatan stakeholder dalam adopsi
mengadopsi
ICMM
kode perilaku global: Belum ada pelibatan
KESIMPULAN DAN SARAN
stakeholder
Kesimpulan
4. Tata kelola pada tingkat dewan
Berikut kesimpulan Corporate
komisaris:
Governance, CSR dan ethical supply chain
Belum
tampak
perhatian
substansial pada dewan komisaris. Diskusi
di PT. X:
lebih terkait program, seperti 3P dan ICSF
1.Komitmen,prioritas kebijakan & kode
dan
etik perilaku: Komitmen pembangunan
menyinggung
kinerja
etis
5. Penanggung jawab ESC & pembagian
visi, misi, sasaran strategis dan nilai
tugas antar
perusahaan. Tidak seperti EHS policy yang
departemen: Penanggung
jawab ada di dept. PCW. Alignment terutama
ditandatangani langsung oleh CEO & COO,
PCW dan ExRel belum berjalan lagi setelah
prioritas kebijakan ESC belum kuat, hanya
program 3P dan ICSF selesai. Keluhan terkait
surat edaran dan Manajer SCM (sekarang
kinerja sosial kontraktor tidak terkoordinasi
GM PCW).
penanganannya. Dept EHS tetap berjalan
Kode perilaku dengan EHS policy terpisah
dengan pembinaan lingkungan dan K3.
membuat tidak komprehensif. Namun selalu
Keterbatasan dan Saran Untuk Penelitian
disampaikan bersama-sama kepada para
Selanjutnya
kontraktor. Sejak diluncurkan tahun 2005,
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
belum ada pembaruan kode perilaku untuk
Kontraktor/Pemasok. Pelaksanaan
1. Terbatasnya waktu, tenaga dan biaya
kinerja
didalam melakukan penelitian ini,
lingkungan (EHS) memang diakui lebih ketat
maka narasumber penelitian hanya
dibandingkan dengan kinerja sosial.
yang
2. Formulasi ESC policy dan adopsi kode
Sudah
sedikit
kontraktor.
berkelanjutan tertera eksplisit dan kuat dalam
induk:
sudah
mengacu
pada
berada
di
Mining
Town,
Sulawesi Selatan, Indonesia, tempat
kode
pusat beroperasinya PT. X.
perusahaan induk dan berbagai standar
internasional. Saat ini induk perusahaan baru
76
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
2. Narasumber
berdasarkan
belakang
yang
dipilih
lebih
Global
posisi,
namun
latar
Responsibility?
A
Boundaryless
Clarifications,
narasumber
Exceptions and Implications. Journal
memiliki kompetensi terkait ethical
of Business Ethics ,Vol. 81 no.1 (pp.
supply chain.
223-234).
Sehingga
beberapa
Brands:
disarankan
untuk
Andersen, M., & Larsen, T. S. (2009). CSR
penelitian
in Global Supply Chain. Supply Chain
selanjutnya adalah:
1. Penelitian
tidak
hanya
Management; an international Journal
pada
, vols.14. No.2.pp. 75-86.
perusahaan pertambangan, tapi bisa
Anglo American Plc. (2010). Annual Report.
industri ekstraktif lain atau yang
Delivering Real Excellence. Anglo
terkait erat dengan masyarakat lokal
American Plc.
seperti perkebunan.
AngloAmerican, Plc. (2010). Sustainable
2. Bisa melihat pemasok dan kontraktor
Development Supply Chain Policy.
secara luas tidak disatu wilayah.
3. Hasil
yang
dijadikan
ada
mungkin
benchmarking
Retrieved january 13, 2012, from
bisa
www.angloamerican.com:
untuk
http://www.angloamerican.com/developmen
perusahaan lain.
t/approach-and-policies/policies-
4. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan
standards-
menggunakan multiple case study,
sehingga
bisa
commitments/~/media/Files/A/Anglo-
diperbandingkan
American-
hasilnya.
Plc/siteware/docs/SD_SupplyChainPol
icy_2010.pdf
Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami
DAFTAR PUSTAKA
Accountability
dan
Insight
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
Investment.
Rineka Cipta.Cetakan Pertama.
(2004). Gradient. Promoting Best-
Bjorklund, M. (2010). Benchmarking Tool
Practice Management of Supply Chain
Labour Standard. London: Insight
for
Investment.
Responsibility
in
Purchasing.
Benchmarking
an
international
Amaeshi, K. O. (2008). Corporate Social
Improved
Corporate
Social
Journal ,vols. 17; No.3 pp. 340-362.
Responsibility in Supply Chains of
77
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
Carroll, A. B., & Buccholtz, A. k. (2009).
&
Bixby
Cooper,
Business And Society: Ethics And
Organizational
Stakeholder Management. New York:
governance
Thomson
success.
South-Western
Cengage
Learning. Seventh Edition.
and
(2006).
commitment
for
supply
International
and
chain
Journal
of
Physical Distribution & Logistics
Carter, C., & Jennings, M. M. (2002). Social
Responsibility
M.
Supply
Management, 36(1), 22-35.
Chain
GRI.
(2011).
Sustainability
Relationship. Transportation Research
Guidelines.
Part E , vols.38.pp.37-52.
Reporting Initiative.
Crane, A., & Matten, D. (2010). Business
Herdiansyah,
Reporting
Amsterdam:
H.
(2010).
Global
Metodologi
Ethics: An European Perspective.
penelitian Kualitatif untuk Ilmu -Ilmu
Oxford: Oxford University Press. First
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Edition.
Cetakan Kedua.
CIPS.
(2009).
Chartered
Institute
of
IBM. (2004). Letter John Paterson to
Purchasing and Supply. Retrieved
Suppliers. Retrieved January 13, 2012,
January 18, 2012, from www.cips.org:
from www.-03.IBM.com:
http://www.cips.org/Documents/About
http://www-
%20CIPS/Code%20of%20EthicsMarc
03.ibm.com/procurement/proweb.nsf/o
h09.pdf
bjectdocswebview/filejohn+paterson+
supply+chain+social+responsibility+le
Dahlsrud, A. (2008). Corporate Social
Responsibility
and
tter+to+suppliers+/$file/letter+to+sup
Environmental
Management. Wiley Inter Science ,vols.
pliers+on+ibm%E2%80%99s+scsr_16
15. pp. 1-13.
apr2004.pdf
ICMM. (2003). International Council on
Fajar ND, M. (2010). Tanggung jawab Sosial
Perusahaan
di
Indonesia,
Mining and Metals. Retrieved january
Studi
Tentang Penerapan Ketentuan CSR
18, 2012, from
Pada
http://www.icmm.com/our-
Swasta
Perusahaan
Nasional
Indonesia.
Multinasional,
&
Yogyakarta:
BUMN
www.icmm.com:
work/sustainable-development-
di
framework
Pustaka
ILO. (2003). The International Labour
Pelajar. Cetakan Pertama.
Organization's
Fawcett, S. E., Ogden, J. A., Magnan, G. M.,
78
Fundamental
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
Conventions infocus Programme on
Expanded Review of Their Contents.
Promoting
Retrieved January 13, 2012, from
the
Switzerland:
Declaration.
International
Labour
www.oecd.org:
Office.
http://www.oecd.org/dataoecd/57/24/1
Jamison, L., & Murdoch, H. (2005). Auditing
922656.pdf
(and Communicating) Your Way to an
Ethical
Supply
Responsibility
Chain.
OECD. (2008). OECD Guidelines for
Corporate
Management
,
Multinational Enterprises. Retrieved
vol
January 13, 2012, from www.oecd.org:
1.No.3.pp.16.
http://www.oecd.org/dataoecd/56/36/192242
Lins, C., & Horwitz, E. (2007). Sustainability
8.pdf
in the MIning Sector. Rio de Janeiro:
Pedersen, E. R., & Andersen, M. (2006).
fbds.
Safeguarding
Corporate
Social
Mamic, I. (2005). Managing Global Supply
Responsibility (CSR) in global Supply
Chain: the Sports Footwear, Apparel
Chain; How Codes of Conduct are
and Retail Sectors. Journal Of Business
Managed
Ethics , vols.59;pp. 81-100.
Relationship. Journal Of Public Affair
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992).
Metode-Metode
Buyer-Supplier
, vols.6.pp. 228-240.
Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
tentang
in
Pretious, M., & Love, M. (2006). Sourcing
Baru.
Ethics and the global Market the Case
Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi:
of the UK Retail Clothing Sector.
UI-Press. Cetakan Pertama.
International Journal of Retail &
Neef, D. (2004). Supply Chain Imperative.
Distriution Management , vols.34.
New York: AMACOM, First Edition.
No.12.pp 892-903.
Nijhof, A. C., Stephan, F. O., & Laan, A.
Preuss, L. (2009). Ethical Sourcing codes of
(2003). Measuring the Implementation
Large
of Code of Conduct; An Assesment
Prevalence,
Method Base On a Process Approach
Journal of Business Ethics , vols.88. pp.
of
735-747.
the
Journal
Responsible
Of
Organization.
Business
Ethics
,
UK-Based
Content,
Corporation:
Limitations.
PT. Y, Tbk. (2005). Annual Report. Apa arti
vols.45.pp. 65-78.
sukses bagi salah satu tambang nikel
OECD. (2001). Codes of Corporate Conduct:
terbesar didunia? PT. Y, Tbk.
79
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
PT. Y, Tbk. (2006). Annual Report.
Business Ethics , vols.44.pp. 159-170.
Mewujudkan Potensi Kami. PT. Y,
Solomon, Jill & Solomon, Aris. (2004).
Tbk.
PT.Y,
Corporate
Tbk.
(2007).
Annual
Report.
and
Accountability. England: John Wiley
Bagaimana Kami Menjalankan Usaha.
& Sons Ltd.
PT. Y, Tbk.
Syakhroza,
PT.Y, Tbk. (2008). Annual Report. Behind
Akhmad
(2005).
Governance:
Corporate
Sejarah
dan
Our Energy Conservation Strategy, We
perkembangan, Teori, Model, dan
Improve Our Performance. PT. Y, Tbk.
Sistem Governace serta Aplikasinya
PT. Y, Tbk. (2009). Annual Report.
pada
Mewujudkan Nilai. PT. Y, Tbk.
PT.
Governance
Y,
Tbk.
(2009).
Perusahaan
BUMN;
Pidato
Pengukuhan Guru Besar Tetap FE UI.
Sustainability
FE UI.
Reporting.Membangun Keberlanjutan.
Tjager, I Nyoman dkk.(2003). Corporate
PT. Y, Tbk.
Governance:
PT.Y, Tbk. (2010). Annual Report.Bekerja
Tantangan
dan
Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis
Lebih Cerdas Tumbuh Lebih Kuat.
Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo.
PT.Y, Tbk.
UN Global Compact. (2010). supply Chain
Regional Communications PT. Y, Tbk.
Sustainability; A Practical Guide For
(2006, januari 12). Buletin Dialog.
Continous Improvement. UN Global
Dari survai Karyawan Kontraktor PT.
Compact Office.
Y:
Kepeloporan
dalam
Ethical
UN Global Compact. (2011). Corporate
Sourcing di Indonesia , p. 3.
Sustainability
RioTinto. (2011). Procurement Principles.
in
The
World
of
Economy. Retrieved January 13, 2012,
Retrieved January 13, 2012, from
from www.unglobalcompact:
www.riotinto.com:
http://www.unglobalcompact.org/docs/news
http://procurement.riotinto.com/documents/
_events/8.1/GC_brochure_FINAL.pdf
Rio_Tinto_Procurement_principles_E
Usman, H., & Akbar, P. S. (2003).
N.pdf
Metodologi Penlitian Sosial. Jakarta:
Roberts, S. (2003). Supply Chain Specific?
PT Bumi Aksara. Cetakan Keempat.
Understanding the Patchy Success of
Viveros,
Ethical Sourcing Initiatives. Journal of
Hector.(2016).
Unpacking
Stakeholder Mechanism to Influenze
80
KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017
Corporate Social Responsibility in The
51, Pages 1-12.
Maining Sector. Recources Policy: Vol
81
Download