KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 CORPORATE GOVERNANCE, CSR DAN ETHICAL SUPPLY CHAIN PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN (STUDI KASUS : PT. X ) Oleh: Veritia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa corporate governance (CG), corporate social responsibility (CSR) dan ethical supply chain (ESC) dilihat dari kerangka kebijakan dan tata kelola korporasi menurut manajemen perusahaan PT X, salah satu perusahaan tambang nikel di Indonesia. Disain penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dimana manajemen internal dan kontraktor, diwawancara dengan kuesioner yang disusun berdasarkan studi pusaka dan best practice. Data analisis yang digunakan adalah metode analisa interaktif, dimana analisa data primer dan sekunder dilakukan setelah adanya pengumpulan data dengan tiga proses kegiatan yang dilakukan bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi yang dilakukan secara simultan. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat beberapa wilayah yang perlu diperbaiki dalam CG, CSR dan ethical supply chain perusahaan, diantaranya dalam tata kelola perusahaan terkait prioritas kebijakan, kode perilaku, pelibatan stakeholders dalam adopsi kode perilaku global, tata kelola pada tingkat dewan komisaris, dan perlunya penanggung jawab ESC & pembagian tugas antar departemen terkait pemasok. Kata Kunci: Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, Ethical Supply Chain governance (Syakhroza, 2005 hal 3). PENDAHULUAN Secara global berbagai isu yang Begitu pula dengan munculnya berhubungan dengan corporate governance konsep Tanggung Jawab Sosial (Corporate (CG) menguat setelah runtuhnya beberapa Social raksasa bisnis dunia seperti Enron dan Supply Chain. Konsep-konsep ini timbul WorldCom di AS. Isu ini semakin menarik karena perhatian setelah berbagai lembaga keuangan shareholders dan stakeholders yang tidak multilateral, seperti World Bank dan ADB terpenuhi. Responsibility/CSR) dan ada harapan-harapan Ethical para mengungkapkan bahwa penyebab krisis Ekspektasi terhadap tanggung jawab keuangan yang melanda berbagai negara, etis perusahaan saat ini juga berlaku pada termasuk di Asia, adalah karena buruknya proses pengelolaan supply chain. Neef pelaksanaan (2004) praktik-praktik corporate 56 menyatakan tingkat KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 kepedulian/kesadaran perusahaan terhadap perusahaan- untuk bertanggung jawab karyawan pemasok mereka yang signifikan, maka semakin banyak perusahaan menuntut kinerja yang tinggi kepada para pemasoknya. meningkat maka akan mempengaruhi proses PT. X merupakan salah satu produsen supply chain management mereka pula. Hal nikel itu mendasari munculnya konsep extended menghasilkan nikel dalam matte yaitu produk chain responsibility pada area supply chain setengah jadi yang diolah dari bijih laterit management. dengan lokasi operasi penambangan utama di Crane dan menggambarkan Matten di dunia. PT. X Mining Town, Sulawesi Selatan, Indonesia. perusahaan Hubungan antara pembeli (PT. X) menghadapi suatu perluasan rantai tanggung dengan pemasok barang dan jasa (kontraktor) jawab (extended chain of responsibility), haruslah dikelola dengan baik. Jika tidak karena stakeholders tidak hanya menuntut dikelola tanggung jawab atas produk perusahaan, menimbulkan risiko antara lain: adanya tetapi juga praktek dari kontraktor/pemasok demo, pemblokiran jalan, perusakan properti, yang ikut berkontribusi pada produk tersebut, dsb dan jika hal tersebut dibiarkan tentu akan sampai penggunaan produk yang dapat berdampak membahayakan Bahkan perusahaan, seperti produksi terhambat, menyebutkannya produktivitas berkurang, moral karyawan Amaeshi, dkk bahwa (2004) terkemuka konsumen. (2008) sebagai boundariless responsibility, karena dengan baik negatif tentu lebih luas akan bagi menurun hingga laba menurun. banyak perusahaan multinasional (MNCs) Berikut ini adalah beberapa penelitian yang dituntut bertanggung jawab sepanjang terkait dengan Corporate Governance, CSR supply chain mereka. and Ethical Supply Chain: Hector Viveros Supply chain bagi industri (2016) menemukan adanya pengaruh oleh pertambangan memegang peranan penting. stakeholders Lins dan Horwitz (2007) menyatakan industri perusahaan pertambangan sangat bergantung dengan bertanggungjawab para pemasok/kontraktor hampir pada semua mekanisme bagian komunikasi, konseling, pengawasan dan operasionalnya. Mereka juga menyatakan sejak para pemasok dapat untuk tambang lima mengendalikan bertindak dengan prinsip: lebih menggunakan permintaan, ikatan. menghasilkan dampak lingkungan dan sosial Fawcett, Stanley E & Ogden, Jefrey 57 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 A., et all (2006) menyatakan ada empat jenis Aris (2004) Corporate governance adalah dukungan sebuah sistem dari suatu perbandingan dan untuk manajemen mendapat yang dibutuhkan tingkat tertinggi keseimbangan, baik itu internal dan eksternal keberhasilan dalam rantai pasokan yakni perusahaan, dukungan manajemen teratas. bahwa suatu perusahaan tidak melepaskan Bjorklund untuk meyakinkan memberikan tanggung jawab kepada seluruh pemangku sebelas kegiatan yang berguna sebagai tolok kepentingan dan bertindak dengan cara ukur tanggung jawab sosial di seluruh area dari dalam (2010) dimana mengevaluasi kegiatan pembelian suatu perusahaan. Pretious dan suatu kegiatan bisnis mereka. Love (2006) melakukan penelitian mengenai Istilah “Corporate Governance” itu latar belakang ketertarikan para retailer pada sendiri pertama kali diperkenalkan oleh sourcing ethics dan pengembangan code of Cadbury Committee di tahun 1992 dalam conduct ritel laporan mereka. Laporan ini dipandang pembelian profesional. Sedangkan Preuss sebagai titik balik yang sangat menentukan (2009) mengenai bagi praktik corporate governance di seluruh ethical sourcing codes pada perusahaan di dunia. Menurut Cadbury Report dalam Inggris yang telah mengadopsi FTSE100, Tjager, I Nyoman& Alijoyo, F Antonius, dkk penelitian dilihat berdasarkan luasan, isi dan (2003, hal 26) definisi corporate governance batasannya. adalah suatu sistem yang berfungsi untuk sebagai melakukan petunjuk penelitian bagi Berdasarkan hal tersebut penting mengarahkan dan mengendalikan organisasi. untuk melihat praktik corporate governance, Perkembangan corporate govenance CSR dan ethical supply chain disetiap itu sendiri dapat dilihat sebagai upaya untuk perusahaan tidak terkecuali pada industri mengakomodasi pertambangan. Penelitian ini diharapkan stakeholders yang berhubungan dengan dapat berkontribusi dalam pengembangan korporasi. Syakhroza (2005, hal 10 ) corporate governance, CSR, dan ethical menyimpulkan bahwa akan ada masalah supply chain di Indonesia. corporate governance jika terdapat (potensi) berbagai kepentingan konflik kepentingan di dalam perusahaan. TINJAUAN PUSTAKA Kontraktor/ Corporate Governance Stakeholders Menurut Solomon, Jill & Solomon, Pemasok Kontraktor/pemasok 58 Sebagai adalah KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 stakeholder atau pemangku kepentingan tidak menerapkan rantai pasokan yang etis. suatu perusahaan yang dapat dirugikan atau Sementara mendapat manfaat dari perusahaan, atau menginginkan haknya dapat dilanggar atau dihormati oleh memaksimalkan perusahaan (Crane dan Matten, 2010). meminimalkan Crane dan Matten (2010) berdasarkan pemasok/kontraktor lingkungan kontrak terbaik untuk pendapatan biaya, dan sambil termasuk sosial, soal terutama Rowley (1997) menyebutkan bahwa dalam ketenagakerjaan (Neef, 2004 dan Mamic, network model stakeholder theory of the firm, 2005). stakeholder perusahaan (pemasok/kontraktor) juga punya hak dan Corporate Social Responsibility kewajiban terhadap stakeholder mereka sendiri, yang seterusnya juga Dalam dunia praktis perusahaan punya maupun akademis, corporate social kewajiban terhadap stakeholder mereka responsibility diartikan beragam (Dahlsrud, sendiri. Secara umum ethical supply chain 2008). Salah satu definisi yang relevan dalam berdasarkan pada network model. kaitan dengan etika bisnis adalah definisi Dalam konteks CSR di Indonesia, hubungan antara prinsipal menurut Carroll dan Bucholtz (2009) bahwa dengan tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan lokal sebagai supplier ataupun menekankan pada ekspektasi masyarakat rekanan, tidak saja berdiri diatas klausul secara kontrak dan perhitungan ekonomi saja, philantropi. namun juga perlu memperhitungkan dampak hukum, etika dan Amaeshi, dkk (2008) mendefinisikan sosial ekonomi juga (Fajar ND, 2010). Hubungan ekonomi, CSR sebagai komitmen suatu organisasi dengan melakukan usahanya dengan berperilaku pemasok/kontraktor ini memang agak pelik, baik karena adanya kepentingan yang berbeda. berkelanjutan Perusahaan harapan/kepentingan para stakeholdersnya. menginginkan yang membeli kontrak yang barang/jasa ekonomi dan lingkungan dengan yang mengenali value-for- CSR di Indonesia diatur dalam money, dengan kualitas barang/jasa yang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 optimal, yang dipasok oleh perusahaan yang tentang penanaman modal (Fajar ND, 2010), berkinerja lingkungan dan sosial yang baik pasal 15 huruf b, juga diatur dalam Undang- pula, sehingga perusahaan aman dari tuduhan Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang 59 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 Perseroan Terbatas (Fajar, 2010) pasal 1 Responsibility (PSR) yang mencakup isu-isu angka 3: (Fajar ND, 2010). yang sangat luas, seperti: pekerja anak, Dahlsrud (2008) menyatakan dari 37 kondisi kerja yang berbahaya bagi kesehatan definisi CSR yang dianalisa, menunjukkan dan keamanan kerja, serta penyuapan dan suatu fenomena. Namun berbagai definisi korupsi sebagai masalah khusus dalam tersebut gagal menyajikan suatu petunjuk ethical sourcing. bagaimana mengelola tantangan yang ada Carter dan Jennings (2002) didalam fenomena itu. Karena itu yang menemukan bahwa CSR dapat meningkatkan terpenting adalah bukan definisi CSR, tetapi hubungan pemasok dan kinerja. Kemudian bagaimana memahami CSR, membangun Roberts tanggung hubungan antara reputasi, CSR dengan jawab sosial kedalam suatu (2003) menyatakan konteks, dan bagaimana hal itu digunakan kondisi jaringan pemasok. ketika strategi usaha dikembangkan. Ethical Supply Chain Lins dan Horwitz (2007) secara adanya Setelah konsep PSR, ada konsep keberlanjutan tanggung jawab lain yaitu melakukan Ethical industri Supply Chain. Menurut laporan UNGC pertambangan. Dari lima perusahaan yang (2010), penting untuk melakukan ethical diteliti, AngloAmerican menempati posisi supply tertinggi terbaik, sementara CVRD dan Inco pembuatan suatu produk terdapat dampak menempati posisi bawah. sosial dan lingkungan atau eksternalitas pada CSR Rantai Pasokan lingkungan khusus meneliti (sustainability) soal dalam chain karena dan di setiap manusia. siklus Karena itu bisnis, perusahaan perlu memastikan akuntabilitas dimana perusahaan dituntut bertanggung para pemangku kepentingan di sepanjang jawab rantai Berubahnya tidak lingkungan hanya sebatas hukum pasokannya agar memenuhi aturan/standar. (Andersend dan Larsen, 2009) membuat fungsi pembelian menjadi terkait dengan Seuring, dkk (2008) dalam Bjorklund CSR dan mengalami perkembangan, dan (2010) menggambarkan area keberlanjutan oleh Bjorklund (2010) dikenal sebagai Social dan Supply Chain Management merupakan Responsible Purchasing (SRP). isu yang penting dan berkembang sangat Namun Pretious dan Love (2006) memberikan istilah Purchasing cepat, sayang studi pustaka yang disampaikan terlalu konseptual dan sulit Social 60 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 untuk menjadi petunjuk praktis. Pembahasan Terdapat beragam definisi mengenai berikut akan code of conduct, berikut beberapa mensintesiskan tiga sumber utama untuk definisinya: Mamic (2005) mendefinisikan melakukan pengelolaan ethical supply chain code of conduct sebagai satu kumpulan yakni Neef (2004), Bjorklund (2010) dan petunjuk dengan berbagai isu didalamnya. AccountAbility Investment Crane dan Matten (2010) mendefinisikan (2004) sebagai best practice, juga disertai code of ethics yang juga disebut code of hasil penelitian dari berbagai jurnal menjadi conduct sebagai suatu kumpulan perilaku etis suatu kerangka untuk membahas ethical tertentu yang diharapkan untuk diikuti oleh supply chain management. karyawan. dan Insight Berikut penjelasan ethical supply Ada empat jenis kode etik menurut chain management yang dapat membantu Crane perusahaan mengevaluasi kebijakan, sistem Organizational/corporate code of ethics, dan yang berlaku hanya pada suatu organisasi. (2) praktik corporate governance dan Matten (2010): (1) disepanjang rantai pasokannya: Professional code of ethics. Saat ini 1. Komitmen, Prioritas Dan Kode Etik profesional pembelian yang tergabung dalam Perilaku organisasi seperti Chartered Institute of Fungsi umum Purchasing and Supply juga harus menaati dipersepsikan sebagai sangat berparadigma kode etik profesional mereka (CIPS, 2009). komersial dan tidak memperhatikan masalah (3) etik (Drumwright, 1995 dalam Crane dan pertambangan Matten, 2010), karena keputusan komersial International Council on Mining and Metals (yang paling murah, value-for-money) secara (ICMM) umum dipersepsikan tidak sejalan dengan mengeluarkan pengenaan berbagai standar nonkomersial, Framework (semacam code of conduct bagi seperti kasus Foxconn. Oleh sebab itu anggotanya, meski tidak disebut code of Jamison dan Murdoch (2005) menekankan conduct) (ICMM, 2003). Kerangka tersebut pentingnya membuat kode etik/perilaku kemudian dilengkapi dengan komitmen pada khusus dan 2008 untuk pelaporan keberlanjutan, dan berbeda dengan kode etik perusahaan yang independent assurance. X Brazil (termasuk berlaku internal. PT. X) tidak menjadi anggota asosiasi ini. (4) untuk pembelian secara kontraktor/pemasok 61 Industry code of ethics. mempunyai yang pada Sustainable Industri asosiasi tahun 2003 Development KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 Programme/group code of ethics. Kode etik pembuatan kebijakan, semacam ini biasanya dikeluarkan oleh mendorong manajemen semacam koalisi organisasi yang mempunyai bawah untuk menerapkan kebijakan ini. kepentingan sama, misalnya kode etik bagi serta selalu menengah dan Dari segi konten, AccountAbility dan yang ingin mendapatkan sertifikasi Fair Insight Trade. adopsi terhadap standar yang diterima secara Investment (2004) menekankan internasional, seperti ILO, yang diakui sebagai best practices dalam kode etik. Jamison dan Murdoch (2005) menyatakan umumnya kode perilaku meminta pemasok/kontraktor untuk mematuhi hukum yang Sumber: Mamic, 2005 berlaku dan beberapa standar internasional, seperti ILO dan Piagam Gambar 1 Proses Implementasi Kode Perilaku Kemanusiaan dari UN. Mamic (2005) menyebutkan bahwa Konten visi dan kode perilaku proses pembentukan visi (termasuk kode biasanya berisi beberapa isu yang menjadi perilaku) pada tingkat perusahaan MNC dan perhatian masyarakat dan industri serta pemasok/kontraktor sangatlah penting. Ini adopsi dari berbagai standar internasional perlu aktif atau kode etik industri atau asosiasi. Studi manajemen atas, karena tanpa keterlibatan oleh OECD (2001) menemukan bahwa mereka implementasi visi baru sulit berjalan berdasarkan survai terhadap 246 kode etik karena kurangnya sumber daya atau karena dari 23 negara, mayoritas berisi komitmen tentangan internal karena akan ada perubahan dalam prioritas perusahaan (lihat gambar 1). dalam 148 kode) dan lingkungan (145). Isu didorong oleh keterlibatan bidang ketenagakerjaan (disebut Neef (2004) menyebutkan hal serupa lainnya seperti perlindungan konsumen dan bahwa perlu ada komitmen tingkat tinggi suap tidak mendapat perhatian seluas kedua untuk memperkenalkan corporate ethical hal di atas.( Gambar 2) supply chain policy, pernyataan nilai perusahaan, dan kode perilaku. Kemudian juga manajemen senior juga secara aktif mendorong dan berpartisipasi dalam 62 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 internasional seperti dari ILO atau OECD. Kode etik kelompok perusahaan MNC ini sesuai dengan pengertian organizational boundary yang dimaksud oleh GRI (2011). Andersen dan Larsen (2009) menemukan Sumber: OECD (2001) bahwa CSR untuk rantai pasokan adalah Gambar 2 Konten dalam Kode Perilaku melekatnya CSR di dalam seluruh organisasi, Dari segi sasaran audiens kode, termasuk anak perusahaan dan para pemasok OECD (2001) juga menemukan tiga kategori yang tak punya keterkaitan organisasi. utama kode perilaku perusahaan, yaitu 1) 3. Pelibatan Stakeholders Dalam Adopsi kode perilaku untuk pemasok/kontraktor dan Kode Perilaku Global mitra bisnis, 35%; 2) komitmen publik, 34%; Proses formulasi/adopsi CoC ini juga dan 3) kode perilaku untuk karyawan perlu melibatkan dialog dengan stakeholder perusahaan, 31%. (Gambar 3) internal perusahaan, seperti karyawan, serikat pekerja (lihat gambar 1, Mamic: 2005). Neef (2004) juga menekankan perlunya pelibatan pemangku kepentingan eksternal, Sumber: OECD (2001) pemerintah, seperti aktivis komunitas lokal, dan bisnis mitra Gambar 3 Segi Sasaran Audiens dalam Kode Perilaku perusahaan. Hal yang sama dikatakan oleh 2. Formulasi Ethical Supply Chain Policy Fransen dan Kolk (2007) dalam Preuss Dan Adopsi Kode Induk (2009) bahwa kode yang dibuat jauh Mamic (2005) menemukan bahwa melebihi tingkatan perusahaan perseorangan dalam formulasi visi baru, biasanya MNC adalah kode yang memasukkan potensi mempunyai satu visi yang bersifat global, eksternal stakeholders seperti NGO atau dan kemudian diterjemahkan dan diadopsi pemerintah, dimana mereka menawarkan untuk tiap-tiap perusahaan cabang oleh suatu untuk bertukar pengetahuan disepanjang tim khusus. Proses adopsi ini dilakukan batas-batas perusahaan, dan membangun dengan melihat kekhususan hukum, aturan, konsesi dengan stakeholders yang lebih luas kode perilaku lainnya, seperti inisiatif lagi. AccountAbility industri tertentu yang lebih maju atau standar 63 dan Insight KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 Investment (2004) bahkan mensyaratkan perusahaan. keterlibatan semacam perlunya alignment (proses penyamaan) Ethical Trading Initiative, yang artinya manajemen menengah dan yang dibawahnya, anggotanya untuk menerapkan kebijakan tersebut. dalam organisasi mengadopsi organisasi standar tersebut dari sebagai Neef (2004) menyebutkan Mamic (2005) menemukan pola Programme/group code of ethics. pembagian peran di antara berbagai 4. Tata Kelola Di Dewan Komisaris Dan departemen, yaitu CSR, Purchasing, HR dan Direksi Produc Design/Development dengan Insight berbagai kepentingan mereka, yang kadang lebih bertentangan, seperti bagian purchasing yang spesifik lagi, bahwa dari segi tata kelola, prioritasnya value-for-money dan kurang perlu ada keterlibatan pada level executive memprioritaskan board sub-committee atau executive board perusahaan kontraktor, dengan CSR yang member. ingin menjaga reputasi perusahaan. AccountAbility Investment (2004) dan menyebutkan isu ketenagakerjaan Dalam praktek di berbagai MNC, Jika kebijakan sudah dapat diterima ethical supply chain policy ini ditandatangani seluruh tingkat manajemen dan karyawan oleh pejabat senior perusahaan, seperti oleh dalam organisasi dan tidak terbatas pada CEO di Anglo American Plc (2010), Head of manajemen Global Business Service di Rio Tinto (2011), disatukan bukan hanya pada strategi dan serta VP dan Chief Procurement Officer di kebijakan tetapi juga ke dalam sistem IBM (2004). Kemudian perlu ada perhatian manajemen, proses organisasi dan budaya tingkat tinggi dari dewan komisaris (dalam dimana dapat mempengaruhi kehidupan sistem tata kelola Indonesia dalam sub sehari-hari (Nijhof dkk, 2003). Hal yang komite di bawah Dewan Komisaris terkait sama dikatakan oleh Pedersen dan Andersen pembangunan berkelanjutan atau sosial dan (2006) lingkungan hidup. diperlukan motivasi. atas, namun kode selain perilaku komitmen perlu juga 5. Penanggung Jawab Dan Pembagian Tugas Antar Departemen METODE PENELITIAN Setelah ada komitmen tingkat tinggi, Penelitian ini menggunakan metode visi dan kebijakan baru tersebut harus kualitatif dengan pendekatan studi kasus. diimplementasikan Metode penarikan sampel yang digunakan dalam manajemen 64 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 pada penelitian sampling ini yaitu adalah purposive telah diperoleh dari pihak-pihak yang dapat sampel dipercaya baik itu data primer maupun penarikan berdasarkan pertimbangan dimana sampel sekunder. (Usman dan Akbar, 2003) yang dipilih didasarkan pada motif dan target tertentu, sampel para adalah menggunakan analisis interaktif. narasumber dan informan (Basrowi dan Kemudian untuk penyajian data, penulis Suwandi, 2008). membuat tabel seluruh pertanyaan dan Teknik disini adalah Metode analisa data yang digunakan pengumpulan data yang jawaban dari para pewawancara digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: mengumpulkannya secara tersusun rapih 1)Wawancara Perorangan, Wawancara hingga bisa dianalisa. Data seperti catatan yang digunakan kepada para narasumber hal-hal penting, data dari perusahaan terkait lima orang karyawan PT. X dan enam orang tema penelitian, catatan penting dari laporan karyawan kontraktor adalah wawancara semi tahunan, terstruktur. masyarakat 2. Dokumentasi, Menurut Moleong (2008) dalam Herdiansyah (2010, keberlanjutan, semuanya pemberdayaan dicatat dan dikumpulkan agar mudah dipahami. hal 145) dokumen resmi dapat dibagi Pada akhirnya, penulis menarik menjadi dua kategori, yaitu dokumen internal kesimpulan/verifikasi. Semua proses analisa dan dokumen eksternal. data ini dilakukan berlanjut, berulang-ulang Alat instrumen yang digunakan dan terus menerus hingga ditemukan dalam penelitian ini adalah daftar wawancara kesimpulan akhir. (Miles dan Huberman, semi terstruktur, catatan lapangan, kamera 1992). digital, dan rekaman wawancara yang dilakukan dengan menggunakan handphone. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini tidak memiliki kriteria Objek Penelitian khusus dalam penyeleksian narasumber PT. X berdiri sejak 1968 dengan sepanjang mereka bersedia dan dipercaya nama PT. Y. Mulai 27 September 2011, telah memahami konteks ethical supply chain serta berubah nama menjadi PT. X sesuai dapat berkontribusi di penelitian ini. persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Agar kredibilitas penelitian ini bisa Luar Biasa. Perubahan nama itu dibuat untuk dipenuhi maka dilakukan triangulasi data menyelaraskan PT. X Perseroan secara lebih yaitu memeriksakan kebenaran data yang baik dengan operasi X lainnya di seluruh 65 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 dunia, setelah dibeli oleh perusahaan ada (PT Y, 2010) tambang X dari Brazil, dari pemilik lamanya Fokus utama dari kode etik/code of Y Ltd. dari Kanada. Pemakaian nama PT. Y conduct PT. X adalah melakukan praktik tata atau PT. X akan bergantian digunakan, sesuai kelola perusahaan yang baik dan mencapai konteks tujuan usaha dengan tanggung jawab sosial, dan waktunya (sebelum 27 September 2011 akan disebut PT. Y). PT. X merupakan menghargai perusahaan karyawannya, melestarikan lingkungan hidup dan berkontribusi terhadap multinasional produsen nikel utama dunia. pengembangan masyarakat secara aktif. Nikel adalah logam serba guna yang berperan Pemahaman karyawan internal PT. X penting meningkatkan taraf hidup dan terhadap fokus utama code of conduct mendorong pertumbuhan ekonomi. Seluruh perusahaan yaitu perusahaan fokus kepada produksi dijual berdasarkan kontrak jangka nilai-nilai perusahaan, keberlanjutan dan panjang kepada pabrik pemurnian di Jepang. komitmen perusahaan, visi dan misi, serta PT. Y hanya beroperasi di Indonesia komitmen. Berikut salah satu kutipan yang landasan menyatakan hal tersebut: dan operasinya berdasarkan “Menurut saya komitmen, integritas dan corporate value merupakan fokus utama dari code of conduct PT. X” (Darwis, wawancara, 26/09/11). Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia pada 27 Juli 1968 yang sudah diperbarui pada 15 Januari 1996 dan berlaku sampai 28 Dari berbagai poin, ada beberapa poin Desember 2025. Area perusahaan seluas penting terkait ethical supply chain dalam 218.529 ha, meliputi wilayah Sulawesi kode etik perilaku karyawan PT X, ternyata Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi belum semua karyawan mengerti adanya Tengah, yang sejak 2010 telah dikembalikan bagian yang menyatakan tentang ethical sebesar 28.000 ha. supply chain di dalam kode perilaku dan Corporate Governance, CSR dan Ethical kebijakan strategis perusahaan. Tiga orang Supply Chain yaitu 1. Komitmen, Prioritas Kebijakan dan mengatakan ada bagian yang menyatakan Kode Etik Perilaku tentang ethical supply chain dalam code of PT. X menyatakan Ashraf, Bambang dan Darwis komitmen conduct perusahaan, berikut contoh dari perusahaan dalam sustainable development salah satu kutipan yang menggambarkan hal dan ethical supply chain terlihat pada visi, itu: misi, sasaran strategis dan nilai-nilai yang “Ya ada di business of conduct dan code of 66 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 conduct departemen SCM khususnya sasaran perusahaan..ada tapi tersirat” (Ashraf, wawancara, 27/09/11). di komunikasikan melalui surat edaran Manajer SCM (Supply Chain Management, Rudi mengatakan tidak tahu tapi sekarang mungkin ada, sedangkan Endi mengatakan Pernyataan komitmen PT. Y ini telah disahkan oleh Chief Of Operation (COO) PT. Y. Pernyataan komitmen ini diadopsi dari Y Ltd dan sumber lainnya, serta disesuaikan Dalam kode perilaku karyawan sudah dengan kondisi lokal. Kode ini belum mencakup beberapa poin yang terkait dengan mengalami perubahan sejak 2005. ethical supply chain policy, maka tidak ada Pada tahun 2005, PT. Y juga telah kode perilaku khusus bagi staf PCW. Sebagai mengeluarkan Environment, Health & Safety bagian dari peningkatan profesionalisme, staf Policy yang ditandatangani langsung oleh PCW banyak yang dibiayai perusahaan untuk CEO dan COO dan dibagikan ke seluruh mengambil sertifikasi dari CIPS (Certified and departemen dan pemasok lengkap dengan Supply), tanda tangan CEO dan COO tersebut. organisasi profesi pembelian yang bergengsi. Kebijakan EHS tersebut merupakan adopsi CIPS mempunyai kode profesional yang Environment, Health & Safety Policy dari komprehensif yang berlaku bagi anggota dan induk perusahaan Y Ltd, dan ditandatangani pemegang sertifikatnya. Dengan sertifikasi oleh CEO dan COO Y Ltd. EHS Policy ini profesional ini, maka standar kompetensi dan kemudian diperbarui pada tahun 2008 dan profesional yang harus dipenuhi oleh staf ditandatangani oleh CEO dan COO PT. Y. pembelian akan semakin tinggi. Selain itu, Berdasarkan kode perilaku untuk karyawan dan kontraktor juga mengambil & aspek ketenagakerjaan kontraktor/pemasok. “Tidak tahu, tapi mungkin ada dibagian sasaran perusahaan” (Rudi, wawancara, 27/09/11). “Secara umum dalam code of conduct tidak ada (sambil membaca-baca code of conduct dalam komputernya)” (Endi, wawancara, 29/09/11). Purchasing Contract berisi pernyataan komitmen PT. Y pada menggambarkan hal tersebut: of Puchasing, Warehouse) pada 26 September 2005, yang tidak ada secara umum, berikut kutipan yang Institute GM substansi dari temuan tersebut, komitmen ethical supply chain policy perlu kode ada pijakannya pada kebijakan strategis profesional CIPS. perusahaan, yaitu pada Visi, Misi dan Nilai- PT. X telah memiliki kebijakan Nilai Perusahaan, serta dioperasionalkan terkait ethical supply chain, yaitu berupa dalam bentuk kode perilaku bagi karyawan kode perilaku kontraktor (Business Conduct dan kontraktor. Pijakan dalam kebijakan Guidelines & Ethical Practices Policy) yang 67 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 tingkat tinggi perusahaan ini dapat berbentuk pemegang saham, dan ketiga komitmen komitmen pembangunan sosial kepada berbagai pihak, yang dalam untuk selalu Piramida CSR Carrol dan Buccholtz (2010) bertindak etis, dan mendukung standar disebut sebagai tanggung jawab ekonomi kinerja kepada terhadap berkelanjutan, komitmen lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta ketenagakerjaan karyawan, Pada sasaran perusahaan terdapat maupun pada mitra bisnis perusahaan. bagian terkait praktik etis rantai pasokan Pernyataan Visi dan Misi ini secara mengkomunikasikan saham, pemerintah, pelanggan dan pemasok. yang progresif, baik pada internal perusahaan jelas pemegang yaitu perusahaan berkomunikasi secara pro- komitmen aktif dengan para pemangku kepentingannya sustainability dari PT. X. Dalam pernyataan termasuk pemasok. Nilai-nilai perusahaan Visi, dinyatakan bahwa perusahaan akan menjadi melebihi dalam perusahaan, dengan penekanan yang kuat manajemennya, sejak eksplorasi sampai terhadap sustainability, seperti pernyataan operasional. Ini mencerminkan komitmen etika perusahaan hanya kinerja, tangung jawab ekonomi, sosial dan memperhatikan tanggung jawab Ekonomi lingkungan hidup, serta prioritas kesehatan dan Hukum, tetapi juga Etis dan Filantrofis, dan keselamatan. standar kesempurnaan untuk tidak pemandu dan perilaku transparansi, operasi kesempurnaan dalam kerangka piramida CSR Carrol dan Namun sayang, masih banyak para Buccholtz (2010). Dalam pernyataan Misi, karyawan internal yang belum memahami komitmen sustainability juga terlihat jelas akan code of conduct perusahaan terutama sebagai operasi terkait dengan ethical supply chain ini. perusahaan mentransformasi sumber daya Padahal seharusnya code of conduct melekat mineral di Indonesia. pada faktor penting dalam setiap masing-masing karyawan, Sasaran strategis dan nilai ini juga manajemen perusahaan, proses organisasi menggambarkan komitmen sustainability dan budaya dimana dapat mempengaruhi dan triple bottom line dari PT. X. Sasaran kehidupan sehari-hari (Nijhof dkk, 2003). pertama lingkungan menggambarkan dan komitmen kerja nilai, kode perilaku yang terkait dengan CSR perusahaan. Sasaran kedua menyatakan atau pembangunan berkelanjutan dan ethical komitmen supply chain) perlu ditetapkan pada level ekonomi keselamatan Dari sisi prioritas, kebijakan (visi, perusahaan kepada 68 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 atas yang kuat. tertinggi perusahaan, baik melalui review Dewan Direksi maupun Dewan Komisaris, Akan lebih baik lagi jika kode etik agar visi tersebut dapat diterjemahkan dalam perlaku kontraktor selalu diperbaharui dan prioritas dan kebijakan manajemen dan dievaluasi tiap tahunnya dan ditandatangani ditandatangani oleh dewan direksi yang menangani bagian oleh pejabat senior pembelian. perusahaan (CEO, COO atau anggota dewan Kode perilaku seharusnya mencakup direksi yang menangani fungsi purchasing). harapan-harapan dan yang harus dihindari Komitmen ethical supply chain PT. X dari segi sosial dan lingkungan. kode perilaku sudah sejalan dengan Neef (2004) dan di PT. X lebih mencakup sosial terutama Mamic (2005) yang menyatakan kebijakan memerlukan komitmen tingkat ketenagakerjaan, komitmen profesionalisme tinggi. dan Komitmen PT. X dinyatakan dengan adanya EHS policy. Menjadikan kode tersebut sosial (terutama ketenagakerjaan, integritas konflik kepentingan) dan kurang komprehensif. sedikit Walau menyinggung EHS (karena diatur dalam EHS kode perilaku X juga menandatangani business conduct dan yang EHS policy. Sebaiknya tiap tahun juga dikeluarkan PT. Y kurang kuat karena surat edaran PT. misalnya pada saat menandatangi kontrak GM PCW, yang telah disetujui oleh COO). kebijakan namun policy selalu disampaikan bersama-sama, Manajemen Senior (Manajer SCM, sekarang prioritas terpisah, memperkenalkan business conduct dan EHS policy tersendiri), yang ditandatangani oleh Sehingga sedangkan standar lingkungan diatur terpisah dalam code of conduct bagi kontraktor dalam hal etis/ integritas/kepentingan, diberikan refreshment kepada para karyawan kontraktor dalam bentuk surat kepada para kontraktor. ditandatangani oleh Manajer bukan COO 2. Formulasi Ethical Supply Chain Policy langsung. dan Adopsi Kode Induk Sebaiknya supplier code of conduct PT. X perlu ditandatangani dan dikomunikasikan ke juga membuat pedoman perilaku untuk kontraktor yang dibangun di seluruh kontraktor melalui surat oleh CEO, atas dasar nilai-nilai integritas, kejujuran dan COO atau anggota dewan direksi yang rasa hormat. Kontraktor serta mitra bisnis PT. menangani fungsi purchasing atau bahkan X harus memenuhi ketentuan hukum, ditaruh di media seperti web perusahaan peraturan untuk menunjukkan komitmen manajemen 69 dan persyaratan lain dan KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 dilampirkan di dalam kontrak kerja mereka, mempertahankan hak mereka. (PT. Y (2005), dan harus ditandatangani sebagai bukti ILO (2003 ), OECD (2008) dan UNGC bahwa kontraktor memahami dan menerima (2011). standar-standar yang dimiliki oleh PT. X. Kode perilaku untuk Berdasarkan kontraktor perilaku dari hal tersebut, perusahaan induk kode perlu secara resmi disebut sebagai Y Supplier disesuaikan dengan kondisi lokal, tetapi tetap Conduct Guidelines and Ethical Practices mengacu Policy/ Perilaku internasional, seperti dari ILO atau OECD Supplier di PT. Y dan Kebijakan Praktek- dan kode perilaku untuk karyawan dan Praktek dasarnya kontraktor perlu mencantumkan praktek merupakan adopsi dari Y Ltd. Kanada yang yang diharapkan maupun yang perlu (sebelum diakuisisi oleh X Brazil) yang dihindari berlaku menyeluruh untuk semua perusahaan Investment, 2004, dan Jamison dan Murdoch, dibawah Y Ltd. Seorang superintendent di 2005). Pedoman Yang Tentang Etis, pada pada standar yang (AccountAbility dan berlaku Insight SCM pada saat itu tahun 2005 diberi tugas Kode perilaku untuk kontraktor di melakukan adopsi terhadap kebijakan global PT. X pada dasarnya merupakan adopsi dari Y Ltd. dan menyesuaikan dengan standar Y Ltd Kanada pada tahun 2005 dan disetujui yang berlaku internasional dan konteks di PT. oleh COO sebagai bagian dari 3P (Program Y, seperti ILO dan OECD, serta kode Peningkatan profesional dari CIPS (Chartered Institute of praktek yang baik, dimana komitmen ethical Purchasing and Supply). supply chain berlaku dalam satu kelompok Kode perilaku kontraktor PT. Y sendiri sudah sesuai perusahaan, sesuai pengertian GRI bahwa organizational boundary, mengakui adanya internasional dari ILO, OECD dan UN pengaruh perusahaan terhadap upstream dan Global Compact. Dimana PT Y tidak downstream mempekerjakan tidak boundary). PT. Y juga menyesuaikan kode tidak global dari Y Ltd dengan kondisi lokal, membayar gaji yang rendah, tidak ada ditambah dengan referensi lain dari standar kondisi kerja yang buruk, adanya keamanan yang berlaku internasional, seperti dari ILO dan kesehatan yang layak, dan tidak dan kode profesional CIPS. mengintimidasi dengan Ini standar mempekerjakan sesuai Produktivitas). anak-anak, dengan paksaan, pekerja yang supply chain (operational Sebaiknya kode perilaku etis tersebut 70 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 dilakukan pemutakhiran yang mengacu ke proses adopsi, memang belum tampak Sustainable Development Framework group partisipasi dari pihak lain secara internal (staf X global, agar ada keseragaman satu group. lain di SCM atau departemen lain) dan 3. Pelibatan Stakeholders Dalam Adopsi pelibatan pihak luar, terutama kontraktor Kode Perilaku Global maupun Sebenarnya induk perusahaan di dinas yang Ketenagakerjaan dan terkait (Dinas Bapedal/Badan Sustainable Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah). Development Framework yang mengacu ke Padahal pelibatan stakeholders diperlukan ICMM (International Council of Mining and supaya ada partisipasi yang membuat mereka Metals), organisasi industri pertambangan merasa memiliki kode perilaku tersebut dan (Neef, 2004). Brazil, telah logam, mengadopsi yang membuat standar pembangunan berkelanjutan. Tetapi belum 4. Tata Kelola Pada Tingkat Dewan terdengar Komisaris upaya dari PT. X untuk Sampai pertengahan tahun 2008, PT. memutakhirkan business conduct kontraktor Y mempunyai Komite Penasihat, yang sesuai dengan kerangka ICMM. “Tidak pernah melibatkan stakeholder lain karena PT. Y sudah langsung mengadopsi dari Y limited…disesuaikan dengan kondisi PT .Y sendiri dan tentu mengadopsi standarstandar internasional…” (Ashraf, wawancara, 27/09/11). dibentuk oleh Dewan Komisaris, bertugas memberikan ditemukan adanya kebijakan PT. Y, dengan penekanan khusus pelibatan pada hubungan PT. Y dengan pemerintah pusat dan menjembatani hubungan dengan masyarakat, dsb, khususnya untuk program (Integrated Contractor Dewan seluruh aspek keindonesiaan operasi dan stakeholders kontraktor, pemerintah, tokoh ICSF kepada Komisaris dan Dewan Direksi mengenai Namun implementasi ethical supply chain nasihat penduduk System setempat. Komite Penasihat diwajibkan bertemu empat kali setahun (PT. Framework). Berikut salah satu kutipan yang Y, 2007). Komposisi keanggotaan pada tahun menggambarkan hal tersebut: 2007 adalah tiga orang warga negara “Ya..bisa dibilang ya, sebagai patokannya adanya ICSF sebelum semua sistem dibuat sendiri. Tahun 2008/2009 program ICSF dibuat dengan melibatkan para stakeholders” (Bambang, wawancara, 29/09/11). “Ada forum diskusi, diskusi secara langsung dengan kontraktor dan masyarakat juga PT Y. Sekarang hasil ICSF sudah dijadikan sistem…”(Bambang, wawancara, 29/09/11). Indonesia, dua orang merupakan anggota Dewan Komisaris, yang juga mantan menteri pertambangan dan mantan duta besar, dan satu orang independen, yang merupakan tokoh masyarakat lokal Mining Town dan Berdasarkan hal tersebut, dari segi 71 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 mantan pejabat tinggi Departemen Sosial dan membahas kinerja sosial perusahaan, dari Pendidikan (PT. Y, 2008). Pada tahun 2008, segi perencanaan kebijakan, pelaksanaan PT. Y secara resmi membubarkan Komite maupun monitoring dan evaluasi. Komite Penasihat setelah dikaji oleh konsultan Audit independen dalam Corporate Governance membahas masalah audit internal dan Review (PT. Y, 2009). Pada tahun 2007, eksternal. Yang biasanya terjadi adalah, salah Komite satu anggota Komite, seorang mantan pejabat ini sudah tidak mengadakan pertemuan lagi. Komite misalnya bertemu secara rutin tinggi Departemen Sosial yang juga putra lainnya adalah Komite dari Kepala Desa Mining Town pada saat PT. Urusan Regional, yang dibentuk Dewan Y berdiri, Komisaris pada akhir tahun 2006 (PT. Y, informal jika terjadi sesuatu dalam hubungan 2007). Komite ini terdiri dari tiga anggota sosial perusahaan dengan masyarakat, seperti warga negara Indonesia yang diangkat setiap ketika terjadi demo atau blokade yang tahun oleh Dewan Komisaris, sekurang- berkepanjangan. kurangnya satu anggota haruslah merupakan menjadi Rapat tempat Dewan konsultasi Komisaris lebih Komisaris Independen. Komite diwajibkan membahas kinerja ekonomi perusahaan. membantu Dewan Komisaris dalam menjalin Kalau pun menyinggung soal pembinaan dan membina hubungan dengan pemerintah kinerja provinsi, regional dan lokal dan dalam kontraktor, itu dalam kerangka 3P atau ICSF berhubungan dengan penduduk setempat. dan tidak dilakukan secara khusus. Komite diwajibkan mengadakan tidak etis (sosial Berdasarkan dan lingkungan) temuan tersebut, kurang dari empat pertemuan setahun. Meski mengingat pentingnya ethical supply chain sudah ditulis dalam Laporan Tahunan 2006 policy (PT. Y, 2006), Komite tersebut akhirnya perusahaan, manajemennya perlu dipimpin dibubarkan langsung oleh pejabat senior perusahaan dan meski belum pernah menyelenggarakan pertemuan resmi. dengan beberapa operasi dan reputasi diberikan perhatian yang memadai pada level Dalam komunikasi pribadi di luar wawancara terhadap Dewan pihak, Komisaris (AccountAbility dan Insight Investment, 2004). disebutkan bahwa Komite Penasihat ini MNC saat ini lazimnya mempunyai secara umum memang kurang difungsikan, semacam berlainan dengan Komite Audit, untuk komite penasihat bidang pembangunan berkelanjutan/etis (sosial dan 72 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 lingkungan) yang dibentuk Komisaris (atau maupun kecil. Anggota CBM ini adalah para BoD dalam rezim Anglo-America) atau GM dari berbagai departemen, yaitu GM kumpulan penasihat independent perorangan PCW, GM Mining, GM External Relations, yang berkompeten dan berintegritas dan GM Internal Audit, dan GM Controller. nonstruktural yang memberi nasihat kepada Fungsi CBM ini adalah advisory Dewan Komisaris dan Direksi. kepada GM PCW, dimana keputusan akhir PT. Y sampai 2007 mempunyai untuk kontrak tetap ditangan GM PCW. Komite Penasihat dan Komite Urusan CBM juga melakukan evaluasi atas usulan Regional, yang sayangnya belum difungsikan policy untuk memberi nasihat kepada Dewan prakualifikasi, evaluasi para pemasok dan Komisaris dan Direksi terkait hubungan kontraktor secara periodik, kebijakan ethical kepada pemerintah pusat dan daerah, serta supply chain dan proses kontrak. Hasil CBM masyarakat, termasuk diantaranya mitra dan keputusan GM PCW secara manajerial bisnis yang berasal dari masyarakat setempat. dilaporkan oleh GM PCW ke VP yang Perhatian Dewan Komisaris terhadap membidangi purchasing. Akan tetapi para praktek dari ethical supply chain policy akan prakteknya, CBM lebih terkait dengan menjadikan manajemen lebih serius dalam persetujuan kontrak saja, karena ethical melaksanakan, menjadikan supply chain policy sudah ditangani oleh 3P sebagai proritas kebijakan, memberikan dan ICSF. Setelah 3P dan ICSF selesai, CBM sumber daya yang memadai sampai menjadi tetap lebih berfungsi dalam persetujuan komponen penilai kinerja manajemen. kontrak 5. Penanggung Jawab Dan Pembagian kebijakan. mulai dari level dan SCM, tidak seperti usulan menyinggung level Dari segi manajemen operasional, Tugas Antar Departemen Pada terkait X implementasi ethical supply chain policy mempunyai Contract Board Meeting (CBM), tersebar ke beberapa departemen, dimana yaitu mekanisme untuk memastikan tata pada kelola pada proses kontrak berjalan dengan ketenagakerjaan), baik dan berbagai pertimbangan, termasuk External Relations dan kadang oleh Human sosial, Resources. lingkungan, prosedur, manajemen, kepatuhan ekonomis, PT. terhadap aspek kinerja Untuk sosial PCW (terutama dibantu pembinaan oleh kinerja dipertimbangkan lingkungan, kesehatan dan keselamatan sebelum suatu kontrak diberikan, baik besar kerja, dilakukan terpisah oleh EHS untuk 73 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 karyawan kontraktor secara kontinu dan tidak kontraktor, dan karyawan kontraktor terkait terkait pada program khusus yang sedang penggajian, tunjangan dan lembur untuk berjalan. karyawan kontraktor.” Ada tujuh variabel Secara umum, pembinaan kinerja etis yang diterjemahkan kedalam kuesioner yang kontraktor menjadi salah satu bagian dalam disebar diwilayah pemberdayaan PT. Y 3P (Program Peningkatan Produktivitas) dengan mempertimbangkan keterwakilan pada kurun 2004-2008, yaitu program untuk kontraktor dan wilayah. mencapai tingkat produksi 200 juta pon per Survai menemukan adanya tahun dan ICSF (Integrated Contractor kekurangtahuan para karyawan kontraktor System Framework pada kurun 2008-2010). terkait hak-hak mereka adalah 55 persen para PT. Y mulai serius karyawan merasa tidak ada sosialisasi dari memperhatikan para pemasok dan kontraktor kontraktor maupun dinas kerja. Sehingga sebagai pemangku kepentingan sekitar tahun mereka 2005, melalui 3P (Program Peningkatan perorangan. Hampir 51 persen para karyawan Produktivitas). Program tersebut dibuat kontraktor tidak paham terhadap peraturan karena karyawan Ketenagakerjaan dan hampir 59 persen kontraktor terkait penggajian, tunjangan dan mereka tidak pernah diberitahu akan hak-hak lembur seperti kurang transparannya sistem yang harus mereka peroleh. Dalam 3P, penggajian mereka, kurang terjaminnya hak karyawan normatif, dan lainnya. pekerjaan tertentu juga diberikan pelatihan banyaknya secara keluhan Oleh karena itu PT. Y mengeluarkan mendapatkan kontraktor informasi yang dari menangani project management. surat edaran pada 26 September 2005. Setelah tahun 2008 program 3P Dengan adanya surat edaran tersebut PT. Y selesai dan dilanjutkan dengan program menginginkan seluruh pihak yang terlibat ICSF. dalam rantai nilai tambah dapat terjamin Kontraktor Terpadu diperkenalkan pada kontinuitas dan transparansi hak normatif tahun 2009 untuk menyelaraskan kinerja para kontraktor karyawan kontraktor sehingga ICSF atau dengan Sistem Pengelolaan obyektif pekerjaan memberikan kenyamanan dan ketenangan melalui pengurangan jumlah perubahan dalam bekerja. kontrak, Surat edaran tersebut pekerjaan tambahan, variasi meliputi pekerjaan, dan pekerjaan ulang. ICSF juga pertanyaan survai “pendapat dan harapan ditujukan untuk memberdayakan kontraktor 74 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 lokal agar memenuhi standar pekerjaan. dengan GM serta manajer departemen terjadi Setelah penerapan ICSF, tingkat keberhasilan perusahaan lokal secara rutin. Ada pertemuan alignment tiap dalam bulan, dan pertemuan teknis per program memperoleh kontrak meningkat 17% dari mingguan. Setelah ICSF berakhir pada 2010, total nilai seluruh kontrak yang disetujui pada pertemuan hanya dilakukan jika ada sesuatu 2009. Sangat disayangkan program yang keperluan yang tak direncanakan. harusnya berkesinambungan karena berbagai Berdasarkan temuan tersebut, di PT. hal belum dilanjutkan kembali. Forum X, implementasi ethical supply chain policy diskusi pihak dipimpin oleh GM PCW yang bertanggung perusahaan dengan kontraktor sudah jarang jawab kepada VP Director of Human dilakukan. Resources and Corporate Services. Akan dan pertemuan antara Dalam program 3P dan ICSF, selain masalah ketenagakerjaan lebih baik lagi jika keterlibatan VP ini bisa karyawan lebih langsung, untuk memperlihatkan kontraktor, PT. Y juga menyelenggarakan perhatian manajemen puncak perusahaan berbagai program pelatihan untuk karyawan terhadap isu ethical supply chain, seperti kontraktor yang pada posisi manajer proyek, pada banyak MNCs yang pejabat setingkat untuk meningkatkan kinerja mereka dan pada VP memimpin langsung kebijakan ini, mulai akhirnya kinerja PT. Y. dari formulasi dan pemutakhiran kebijakan Implementasi departemen ini oleh kadang berbagai agar harmonis dengan kebijakan global memunculkan PT.X, manajemen implementasi kebijakan perbedaan kepentingan sesuai dengan tugas masing-masing departemen. maupun pemantauan kinerja. External Setelah berakhirnya 3P dan ICSF, Relations misalnya lebih mementingkan pertemuan untuk alignment antar departemen menjaga hubungan baik dengan pemerintah dengan manajemen puncak sudah tidak daerah dan masyarakat lokal, sedangkan terjadwal lagi, diadakan jika ada kebutuhan. PCW lebih memprioritaskan pada value-for Hal money (5 right: quality, quantity, place, on- manajemen puncak dan menengah karena time delivery, price). implementasi tidak dibicarakan bersama- ini tentu mengurangi komitmen Ketika masih ada 3P dan ICSF, para sama lagi. Ini juga menjadikan departemen narasumber mengatakan bahwa alignment yang terlibat dalam program sebelumnya antara direksi (COO dan direksi lainnya) tidak memberikan prioritas sumber daya 75 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 yang mencukupi lagi dan kembali kepada (PT.X) tujuan masing-masing departemen. Padahal sustainable development framework dalam Neef (2004) dan Mamic (2005) menyatakan kebijakannya, tetapi belum terdengar upaya pentingnya melakukan penyamaan proses adopsi secara lokal . kepada seluruh manajemen. 3. Pelibatan stakeholder dalam adopsi mengadopsi ICMM kode perilaku global: Belum ada pelibatan KESIMPULAN DAN SARAN stakeholder Kesimpulan 4. Tata kelola pada tingkat dewan Berikut kesimpulan Corporate komisaris: Governance, CSR dan ethical supply chain Belum tampak perhatian substansial pada dewan komisaris. Diskusi di PT. X: lebih terkait program, seperti 3P dan ICSF 1.Komitmen,prioritas kebijakan & kode dan etik perilaku: Komitmen pembangunan menyinggung kinerja etis 5. Penanggung jawab ESC & pembagian visi, misi, sasaran strategis dan nilai tugas antar perusahaan. Tidak seperti EHS policy yang departemen: Penanggung jawab ada di dept. PCW. Alignment terutama ditandatangani langsung oleh CEO & COO, PCW dan ExRel belum berjalan lagi setelah prioritas kebijakan ESC belum kuat, hanya program 3P dan ICSF selesai. Keluhan terkait surat edaran dan Manajer SCM (sekarang kinerja sosial kontraktor tidak terkoordinasi GM PCW). penanganannya. Dept EHS tetap berjalan Kode perilaku dengan EHS policy terpisah dengan pembinaan lingkungan dan K3. membuat tidak komprehensif. Namun selalu Keterbatasan dan Saran Untuk Penelitian disampaikan bersama-sama kepada para Selanjutnya kontraktor. Sejak diluncurkan tahun 2005, Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: belum ada pembaruan kode perilaku untuk Kontraktor/Pemasok. Pelaksanaan 1. Terbatasnya waktu, tenaga dan biaya kinerja didalam melakukan penelitian ini, lingkungan (EHS) memang diakui lebih ketat maka narasumber penelitian hanya dibandingkan dengan kinerja sosial. yang 2. Formulasi ESC policy dan adopsi kode Sudah sedikit kontraktor. berkelanjutan tertera eksplisit dan kuat dalam induk: sudah mengacu pada berada di Mining Town, Sulawesi Selatan, Indonesia, tempat kode pusat beroperasinya PT. X. perusahaan induk dan berbagai standar internasional. Saat ini induk perusahaan baru 76 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 2. Narasumber berdasarkan belakang yang dipilih lebih Global posisi, namun latar Responsibility? A Boundaryless Clarifications, narasumber Exceptions and Implications. Journal memiliki kompetensi terkait ethical of Business Ethics ,Vol. 81 no.1 (pp. supply chain. 223-234). Sehingga beberapa Brands: disarankan untuk Andersen, M., & Larsen, T. S. (2009). CSR penelitian in Global Supply Chain. Supply Chain selanjutnya adalah: 1. Penelitian tidak hanya Management; an international Journal pada , vols.14. No.2.pp. 75-86. perusahaan pertambangan, tapi bisa Anglo American Plc. (2010). Annual Report. industri ekstraktif lain atau yang Delivering Real Excellence. Anglo terkait erat dengan masyarakat lokal American Plc. seperti perkebunan. AngloAmerican, Plc. (2010). Sustainable 2. Bisa melihat pemasok dan kontraktor Development Supply Chain Policy. secara luas tidak disatu wilayah. 3. Hasil yang dijadikan ada mungkin benchmarking Retrieved january 13, 2012, from bisa www.angloamerican.com: untuk http://www.angloamerican.com/developmen perusahaan lain. t/approach-and-policies/policies- 4. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan standards- menggunakan multiple case study, sehingga bisa commitments/~/media/Files/A/Anglo- diperbandingkan American- hasilnya. Plc/siteware/docs/SD_SupplyChainPol icy_2010.pdf Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami DAFTAR PUSTAKA Accountability dan Insight Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Investment. Rineka Cipta.Cetakan Pertama. (2004). Gradient. Promoting Best- Bjorklund, M. (2010). Benchmarking Tool Practice Management of Supply Chain Labour Standard. London: Insight for Investment. Responsibility in Purchasing. Benchmarking an international Amaeshi, K. O. (2008). Corporate Social Improved Corporate Social Journal ,vols. 17; No.3 pp. 340-362. Responsibility in Supply Chains of 77 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 Carroll, A. B., & Buccholtz, A. k. (2009). & Bixby Cooper, Business And Society: Ethics And Organizational Stakeholder Management. New York: governance Thomson success. South-Western Cengage Learning. Seventh Edition. and (2006). commitment for supply International and chain Journal of Physical Distribution & Logistics Carter, C., & Jennings, M. M. (2002). Social Responsibility M. Supply Management, 36(1), 22-35. Chain GRI. (2011). Sustainability Relationship. Transportation Research Guidelines. Part E , vols.38.pp.37-52. Reporting Initiative. Crane, A., & Matten, D. (2010). Business Herdiansyah, Reporting Amsterdam: H. (2010). Global Metodologi Ethics: An European Perspective. penelitian Kualitatif untuk Ilmu -Ilmu Oxford: Oxford University Press. First Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Edition. Cetakan Kedua. CIPS. (2009). Chartered Institute of IBM. (2004). Letter John Paterson to Purchasing and Supply. Retrieved Suppliers. Retrieved January 13, 2012, January 18, 2012, from www.cips.org: from www.-03.IBM.com: http://www.cips.org/Documents/About http://www- %20CIPS/Code%20of%20EthicsMarc 03.ibm.com/procurement/proweb.nsf/o h09.pdf bjectdocswebview/filejohn+paterson+ supply+chain+social+responsibility+le Dahlsrud, A. (2008). Corporate Social Responsibility and tter+to+suppliers+/$file/letter+to+sup Environmental Management. Wiley Inter Science ,vols. pliers+on+ibm%E2%80%99s+scsr_16 15. pp. 1-13. apr2004.pdf ICMM. (2003). International Council on Fajar ND, M. (2010). Tanggung jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Mining and Metals. Retrieved january Studi Tentang Penerapan Ketentuan CSR 18, 2012, from Pada http://www.icmm.com/our- Swasta Perusahaan Nasional Indonesia. Multinasional, & Yogyakarta: BUMN www.icmm.com: work/sustainable-development- di framework Pustaka ILO. (2003). The International Labour Pelajar. Cetakan Pertama. Organization's Fawcett, S. E., Ogden, J. A., Magnan, G. M., 78 Fundamental KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 Conventions infocus Programme on Expanded Review of Their Contents. Promoting Retrieved January 13, 2012, from the Switzerland: Declaration. International Labour www.oecd.org: Office. http://www.oecd.org/dataoecd/57/24/1 Jamison, L., & Murdoch, H. (2005). Auditing 922656.pdf (and Communicating) Your Way to an Ethical Supply Responsibility Chain. OECD. (2008). OECD Guidelines for Corporate Management , Multinational Enterprises. Retrieved vol January 13, 2012, from www.oecd.org: 1.No.3.pp.16. http://www.oecd.org/dataoecd/56/36/192242 Lins, C., & Horwitz, E. (2007). Sustainability 8.pdf in the MIning Sector. Rio de Janeiro: Pedersen, E. R., & Andersen, M. (2006). fbds. Safeguarding Corporate Social Mamic, I. (2005). Managing Global Supply Responsibility (CSR) in global Supply Chain: the Sports Footwear, Apparel Chain; How Codes of Conduct are and Retail Sectors. Journal Of Business Managed Ethics , vols.59;pp. 81-100. Relationship. Journal Of Public Affair Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Metode-Metode Buyer-Supplier , vols.6.pp. 228-240. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang in Pretious, M., & Love, M. (2006). Sourcing Baru. Ethics and the global Market the Case Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi: of the UK Retail Clothing Sector. UI-Press. Cetakan Pertama. International Journal of Retail & Neef, D. (2004). Supply Chain Imperative. Distriution Management , vols.34. New York: AMACOM, First Edition. No.12.pp 892-903. Nijhof, A. C., Stephan, F. O., & Laan, A. Preuss, L. (2009). Ethical Sourcing codes of (2003). Measuring the Implementation Large of Code of Conduct; An Assesment Prevalence, Method Base On a Process Approach Journal of Business Ethics , vols.88. pp. of 735-747. the Journal Responsible Of Organization. Business Ethics , UK-Based Content, Corporation: Limitations. PT. Y, Tbk. (2005). Annual Report. Apa arti vols.45.pp. 65-78. sukses bagi salah satu tambang nikel OECD. (2001). Codes of Corporate Conduct: terbesar didunia? PT. Y, Tbk. 79 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 PT. Y, Tbk. (2006). Annual Report. Business Ethics , vols.44.pp. 159-170. Mewujudkan Potensi Kami. PT. Y, Solomon, Jill & Solomon, Aris. (2004). Tbk. PT.Y, Corporate Tbk. (2007). Annual Report. and Accountability. England: John Wiley Bagaimana Kami Menjalankan Usaha. & Sons Ltd. PT. Y, Tbk. Syakhroza, PT.Y, Tbk. (2008). Annual Report. Behind Akhmad (2005). Governance: Corporate Sejarah dan Our Energy Conservation Strategy, We perkembangan, Teori, Model, dan Improve Our Performance. PT. Y, Tbk. Sistem Governace serta Aplikasinya PT. Y, Tbk. (2009). Annual Report. pada Mewujudkan Nilai. PT. Y, Tbk. PT. Governance Y, Tbk. (2009). Perusahaan BUMN; Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FE UI. Sustainability FE UI. Reporting.Membangun Keberlanjutan. Tjager, I Nyoman dkk.(2003). Corporate PT. Y, Tbk. Governance: PT.Y, Tbk. (2010). Annual Report.Bekerja Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Lebih Cerdas Tumbuh Lebih Kuat. Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo. PT.Y, Tbk. UN Global Compact. (2010). supply Chain Regional Communications PT. Y, Tbk. Sustainability; A Practical Guide For (2006, januari 12). Buletin Dialog. Continous Improvement. UN Global Dari survai Karyawan Kontraktor PT. Compact Office. Y: Kepeloporan dalam Ethical UN Global Compact. (2011). Corporate Sourcing di Indonesia , p. 3. Sustainability RioTinto. (2011). Procurement Principles. in The World of Economy. Retrieved January 13, 2012, Retrieved January 13, 2012, from from www.unglobalcompact: www.riotinto.com: http://www.unglobalcompact.org/docs/news http://procurement.riotinto.com/documents/ _events/8.1/GC_brochure_FINAL.pdf Rio_Tinto_Procurement_principles_E Usman, H., & Akbar, P. S. (2003). N.pdf Metodologi Penlitian Sosial. Jakarta: Roberts, S. (2003). Supply Chain Specific? PT Bumi Aksara. Cetakan Keempat. Understanding the Patchy Success of Viveros, Ethical Sourcing Initiatives. Journal of Hector.(2016). Unpacking Stakeholder Mechanism to Influenze 80 KREATIF | Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang | Vol. 4, No.2, April 2017 Corporate Social Responsibility in The 51, Pages 1-12. Maining Sector. Recources Policy: Vol 81