6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Azyumardi Azra (dalam Mawardi, 2011:7): “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi”. Zamroni (dalam Mawardi, 2011:7): “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis”. Sordijarto (dalam Mawardi, 2011:7): “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan politik yang bertujuan yang membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis”. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), mata pelajaran kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari pandangan mengenai hakikat PKn seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa komponen penting dalam PKn, yaitu: 1) PKn merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional, 2) Kajian PKn meliputi pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak 7 dan kewajiban warga negara, 3) PKn merupakan alat pendidikan demokrasi, dan 4) PKn sebagai wahana pendidikan politik warga negara. Kesimpulan ini sesuai dengan ketentuan dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang menetapkan bahwa hakikat Pkn adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan PKn PKn adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,serta bertindak cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan,berbangsa dan bernegara. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, hukum, dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan 8 daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional serta hukum dan peradilan internasional. c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri dan persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia dan hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan dan pers dalam masyarakat demokrasi. g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi. 2.1.2 Metode Diskusi 2.1.2.1 Pengertian Metode Diskusi Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode 9 pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan dan sebagainya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006) mengemukakan bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi lebih tepat digunakan untuk mempelajari keterampilan yang kompleks, berpikir kritis, dan untuk memecahkan kasus. Oleh karena itu metode diskusi sangat tepat untuk dibiasakan pada anak agar lebih membiasakan anak dalam memecahkan masalahnya. 2.1.2.2 Tujuan Metode diskusi Tujuan metode diskusi antara lain: 1. Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan. 2. Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat. 3. Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda. 4. Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan pendapat. 5. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional. 2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi Kelebihan metode diskusi adalah: 1. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. 2. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. 10 3. Memperluas wawasan dan berpikir secara kritis. 4. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan masalah. 5. Suasana kelas menjadi hidup karena partisipasi siswa. Kekurangan metode diskusi adalah: 1. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 2. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. 3. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. 4. Siswa yang tidak aktif cenderung melepaskan diri dari tanggung jawab. Beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain: 1. Masalah yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa karena berkaitan dengan kehidupan mereka. 2. Peneliti harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang jalannya diskusi. 3. Tempat duduk harus diatur melingkar atau berbentuk tapal kuda supaya peserta diskusi dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang lancar. 4. Setiap siswa peserta diskusi harus memahami masalah yang harus didiskusikan, untuk itu peneliti sebagai pemimpin diskusi harus terlebih dahulu menjelaskan masalah yang akan didiskusikan dan garis besar arah dan tujuan yang ingin dicapai. 2.1.2.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi Langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan lembar diskusi yang berisi pertanyaan tentang materi yang diajarkan. 2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 3. Masing-masing kelompok mengerjakan soal diskusi dengan anggota kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil undian yang dibuat oleh guru. 11 5. Waktu yang diberikan telah habis, masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang tidak maju menanggapinya. 2.1.2.5 Alasan Pemilihan Penggunaan Metode Diskusi 1. Topik bahasan bersifat problematis. 2. Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan ilmiah. 3. Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka. 4. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa besar. 5. Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang dijadikan topik diskusi. 6. Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang masalah yang akan didiskusikan. 7. Masalah yang didiskusikan akan berhubungan dengan persoalan- persoalan yang lain pula. 2.1.3 Hasil Belajar 2.1.3.1 Pengertian Belajar Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Menurut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi lingkungannya. Ngalim Purwanto (1992) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada 12 saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenisjenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. 2.1.3.2 Ciri-Ciri Belajar Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut : 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif). 2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan. 3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. 4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. 2.1.3.3 Pengertian Hasil Belajar Menurut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku yang baru secara hasil belajar adalah keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi lingkungannya. Menurut Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenisjenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belaar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti 13 pembelajaran di kelas dan menerima pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dan aspek psikomotorik yang menunjukkan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2.1.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis. a) Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah: 1) menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat; 3) istirahat yang cukup dan sehat. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga 14 manusia dapat mengenal dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik peneliti maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya. b) Faktor psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. 2. Faktor faktor eksternal Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1) Lingkungan sosial a. Lingkungan sosial masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. b. Lingkungan sosial keluarga Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, 15 anak, kakak atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. c. Lingkungan sosial sekolah, seperti peneliti, administrasi, dan temanteman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan peneliti perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. 2) Lingkungan non sosial Faktor faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah: a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung sehingga proses belajar siswa akan terhambat. b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar peneliti, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar peneliti dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka peneliti harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa. 16 2.1.4 Hubungan Antara Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar Metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah, menjawab pertanyaan dan menambah dan memahami pengatahuan siswa. Metode diskusi ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sebelum guru menggunakan metode ini, biasanya metode yang dipakai adalah ceramah. siswa cenderung bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru, maka hasil belajar siswa tersebut akan rendah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki hasil belajar siswa agar meningkat, guru menggunakan metode diskusi. Metode diskusi dapat mendorong siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran dan melatih keberanian siswa berpendapat. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan metode diskusi berkedudukan sebagai variabel X dan hasil belajar PKn sebagai variabel Y. Variabel X adalah variabel yang keberadaanya mempengaruhi variabel lain sedangkan variable Y adalah variabel yang keberadaanya dipengaruhi oleh variable lain. Diantara keduanya terdapat hubungan yang erat antara variabel X (metode diskusi) dan variabel Y (hasil belajar PKn). Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Karena metode diskusi berperan sebagai variabel X maka model ini yang mempengaruhi hasil belajar PKn yang berperan sebagai variabel Y. Sehingga diharapkan penggunaan metode diskusi ini dapat meningkatkan hasil belajar Pkn. 2.2 Kajian Hasil – Hasil Penelitian Yang Relevan Leginah meneliti tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Luas Lingkaran dengan Menggunakan Metode Diskusi SD Suwaduk 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2011/1012”. Berdasarkan hasil analisis data, ternyata upaya meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode diskusi semester I dengan kompetensi dasar menghitung luas lingkaran dan mengolah, menyajikan data dalam bentuk tabel. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar siswa sebesar 58,80. Rata-rata hasil belajar siswa pada 17 Siklus I sebesar 68,10. Rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus II sebesar 78,30. Dengan kata lain hasil belajar siswa pada kondisi awal berada pada kategori rendah, pada Siklus I hasil belajar siswa berada pada kategori sedang, dan pada Siklus II hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi. Saran tindak lanjut, bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang bervariasi seperti metode diskusi. Disarankan siswa belajar lebih banyak menggunakan belajar secara berkelompok, berdiskusi dengan temantemannya mengenai materi yang harus dipelajari. Irkham meneliti tentang “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bilangan Bulat Melalui Implementasi Metode Diskusi Berbantuan Alat Peraga Mistar Rangkap di SDN Ketanggan 01 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penerapan metode diskusi berbantuan alat peraga mistar rangkap, siswa yang mangalami tuntas hanya 9 siswa dari 24 siswa atau 59,25%. Setelah diterapkan metode diskusi berbantuan alat peraga mistar rangkap pada siklus I siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar menjadi 17 siswa atau 74,07%. Kemudian diterapkan tindakan siklus II dengan hasil 22 siswa atau 92,59% dari jumlah siswa kelas IV SD Negeri Ketanggan 01 memperoleh nilai tuntas dengan KKM 65. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode diskusi berbantuan alat peraga mistar rangkap di kelas dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Ketanggan 01, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang. Berdasarkan hasil penelitian di atas, kegiatan belajar dengan menggunakan metode diskusi memberikan kemungkinan besar bagi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung. Dengan begitu siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran dengan aktif di kelas. Siswa mempunyai kesadaran untuk belajar mandiri dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari dan hasil belajar yang lebih baik. 18 2.3 Kerangka Pikir Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berpikir dijabarkan agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berpikir dijabarkan agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Untuk Lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 1 berikut: Proses Belajar Mengajar Metode Pembelajaran Konvensional Ceramah Siswa pasif Siswa jenuh Teacher Center Hasil Belajar Rendah Penerapan Metode Diskusi Siswa aktif Saling menghargai Berpendapat Student Center Hasil Belajar PKn lebih meningkat Pemantapan Penerapan Metode Diskusi Guru sebagai fasilitator Siswa antusias belajar Menemukan ide atau gagasan baru Gambar 1 Skema Kerangka Pikir Hasil Belajar PKn meningkat 19 Dari skema kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menekankan pada tingkat hafalan sehingga membosankan bagi siswa. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar Pkn yang kurang memuaskan. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn peneliti menggunakan metode diskusi. Pada kondisi awal guru kelas 4 masih menggunakan metode ceramah, di mana pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa jenuh, bosan dan keaktifan siswa rendah. Metode diskusi sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa dengan ciri khasnya adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, kemudian guru membagikan lembar soal diskusi kepada masing-masing kelompok, kemudian siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar PKn. Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka berpikir dijabarkan agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. 2.4 Hipotesis Tindakan Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Pemberian metode diskusi diduga dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas 4 SD Negeri Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Langkah-langkah penerapan metode diskusi yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar PKn. Langkah-langkah penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan a) Guru menyiapkan lembar diskusi yang berisi pertanyaan tentang materi yang diajarkan b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok c) Masing-masing kelompok 20 mengerjakan soal diskusi dengan anggota kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan d) Perwakilan kelompok maju untuk mengambil undian yang dibuat oleh guru e) Waktu yang diberikan telah habis, masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang tidak maju menanggapinya. Dengan metode diskusi ini dapat menumbuhkan semangat, keaktifan dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.