Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi

advertisement
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Azyumardi Azra
(dalam Mawardi, 2011:7):
“Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang
pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak
dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi”.
Zamroni (dalam Mawardi, 2011:7): “Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis”.
Sordijarto (dalam Mawardi, 2011:7): “Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan politik yang bertujuan yang membantu peserta didik untuk menjadi
warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik
yang demokratis”.
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), mata
pelajaran kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan
wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Dari pandangan mengenai hakikat PKn seperti tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa komponen penting dalam PKn, yaitu: 1)
PKn merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional, 2) Kajian PKn meliputi
pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak
7
dan kewajiban warga negara, 3) PKn merupakan alat pendidikan demokrasi, dan
4) PKn sebagai wahana pendidikan politik warga negara.
Kesimpulan ini sesuai dengan ketentuan dalam lampiran Permendiknas No.
22 tahun 2006 yang menetapkan bahwa hakikat Pkn adalah merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan PKn PKn adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai
berikut:
1. Berpikir
secara
kritis,
rasional
dan
kreatif
dalam
menanggapi
isu
kewarganegaraan.
2. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,serta bertindak cerdas dalam
kegiatan kemasyarakatan,berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara,
sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan
jaminan keadilan.
b. Norma, hukum, dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
8
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
hukum dan peradilan nasional serta hukum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri dan persamaan
kedudukan warga negara.
e. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia dan
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasan
dan
politik
meliputi:
pemerintahan
desa
dan
kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan dan pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi.
2.1.2 Metode Diskusi
2.1.2.1
Pengertian Metode Diskusi
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode
pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
9
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium,
pengalaman lapangan dan sebagainya.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006) mengemukakan
bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa siswa
dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan
bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan
pelajaran yang
melibatkan siswa secara
aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi lebih tepat
digunakan untuk mempelajari keterampilan yang kompleks, berpikir kritis, dan
untuk memecahkan kasus. Oleh karena itu metode diskusi sangat tepat untuk
dibiasakan pada anak agar lebih membiasakan anak dalam memecahkan
masalahnya.
2.1.2.2
Tujuan Metode diskusi
Tujuan metode diskusi antara lain:
1. Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik yang
sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.
2. Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.
3. Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.
4. Melatih
siswa
mengembangkan
sikap
demokratis,
keterampilan
berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan
pendapat.
5. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Kelebihan metode diskusi adalah:
1.
Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru
dalam pemecahan suatu masalah.
2.
Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
10
3.
Memperluas wawasan dan berpikir secara kritis.
4.
Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan
masalah.
5.
Suasana kelas menjadi hidup karena partisipasi siswa.
Kekurangan metode diskusi adalah:
1.
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2.
Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang
panjang.
3.
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
4.
Siswa yang tidak aktif cenderung melepaskan diri dari tanggung jawab.
Beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain:
1.
Masalah yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa
karena berkaitan dengan kehidupan mereka.
2.
Peneliti harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus
membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang jalannya diskusi.
3.
Tempat duduk harus diatur melingkar atau berbentuk tapal kuda supaya
peserta diskusi dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang
lancar.
4.
Setiap siswa peserta diskusi harus memahami masalah yang harus
didiskusikan, untuk itu peneliti sebagai pemimpin diskusi harus terlebih
dahulu menjelaskan masalah yang akan didiskusikan dan garis besar arah dan
tujuan yang ingin dicapai.
2.1.2.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan lembar diskusi yang berisi pertanyaan tentang materi yang
diajarkan.
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
3. Masing-masing kelompok mengerjakan soal diskusi dengan anggota
kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil undian yang dibuat oleh guru.
11
5. Waktu yang diberikan telah habis, masing-masing kelompok maju untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang tidak maju
menanggapinya.
2.1.2.5 Alasan Pemilihan Penggunaan Metode Diskusi
1. Topik bahasan bersifat problematis.
2. Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan
ilmiah.
3. Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka.
4. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa
besar.
5. Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang
dijadikan topik diskusi.
6. Peserta
didik
memiliki
pengetahuan
dan
pendapat-pendapat
tentang
masalah yang akan didiskusikan.
7. Masalah
yang
didiskusikan
akan
berhubungan
dengan
persoalan-
persoalan yang lain pula.
2.1.3
Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Belajar
Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan
sikap.
Menurut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan
tingkah
laku
yang
baru
secara
keseluruhan
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi lingkungannya.
Ngalim Purwanto (1992) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu
latihan atau pengalaman.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) hasil belajar merupakan hal yang
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
12
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenisjenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus sebagai hasil
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
2.1.3.2 Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap
(afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
2.1.3.3 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa
perubahan
tingkah
laku
yang
baru
secara
hasil belajar adalah
keseluruhan
sebagai
hasil
pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi lingkungannya.
Menurut Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) hasil belajar merupakan hal yang
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenisjenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belaar merupakan hasil akhir
dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti
13
pembelajaran di kelas dan menerima pelajaran untuk mencapai kompetensi yang
berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat
penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai,
aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dan
aspek psikomotorik yang menunjukkan kemampuan bertindak siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
2.1.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan psikologis.
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan jasmani
sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain
adalah: 1) menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi
yang masuk ke dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan
mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada
gairah untuk belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
3) istirahat yang cukup dan sehat. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh
manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra
yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi
segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga
14
manusia dapat mengenal dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar
dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik
peneliti maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara
preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan
telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi dan lain
sebagainya.
b) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap
dan bakat.
2. Faktor faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal
juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003)
menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi
lingkungan
masyarakat
tempat
tinggal
siswa
akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.
b. Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua,
15
anak, kakak atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
c. Lingkungan sosial sekolah, seperti peneliti, administrasi, dan temanteman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua,
dan peneliti perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki
oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang
tidak sesuai dengan bakatnya.
2) Lingkungan non sosial
Faktor faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah
tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung sehingga proses belajar siswa akan terhambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar, fasilitas belajar, lapangan olahragd dan lain sebagainya. Kedua,
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabi, dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang
diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar peneliti,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar
peneliti dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka peneliti harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi
siswa.
16
2.1.4 Hubungan Antara Metode Diskusi Terhadap Hasil Belajar
Metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan
pelajaran yang
melibatkan siswa secara
aktif untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan dan menambah dan memahami pengatahuan siswa.
Metode diskusi ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sebelum guru menggunakan metode ini, biasanya metode yang dipakai adalah
ceramah. siswa cenderung bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru, maka
hasil belajar siswa tersebut akan rendah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki hasil
belajar siswa agar meningkat, guru menggunakan metode diskusi. Metode diskusi
dapat mendorong siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran dan melatih
keberanian siswa berpendapat.
Berdasarkan
penjelasan
yang
telah
dipaparkan
metode
diskusi
berkedudukan sebagai variabel X dan hasil belajar PKn sebagai variabel Y.
Variabel
X adalah variabel yang keberadaanya mempengaruhi variabel lain
sedangkan variable Y adalah variabel yang keberadaanya dipengaruhi oleh
variable lain. Diantara keduanya terdapat hubungan yang erat antara variabel X
(metode diskusi) dan variabel Y (hasil belajar PKn). Keduanya saling
mempengaruhi dan dipengaruhi. Karena metode diskusi berperan sebagai variabel
X maka model ini yang mempengaruhi hasil belajar PKn yang berperan sebagai
variabel Y. Sehingga diharapkan penggunaan metode diskusi ini dapat
meningkatkan hasil belajar Pkn.
2.2
Kajian Hasil – Hasil Penelitian Yang Relevan
Leginah meneliti tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Tentang Luas Lingkaran dengan Menggunakan Metode Diskusi SD Suwaduk 01
Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2011/1012”. Berdasarkan
hasil analisis data, ternyata upaya meningkatkan hasil belajar Matematika dengan
menggunakan metode diskusi semester I dengan kompetensi dasar menghitung
luas lingkaran dan mengolah, menyajikan data dalam bentuk tabel. Pada kondisi
awal rata-rata hasil belajar siswa sebesar 58,80. Rata-rata hasil belajar siswa pada
17
Siklus I sebesar 68,10. Rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus II sebesar 78,30.
Dengan kata lain hasil belajar siswa pada kondisi awal berada pada kategori
rendah, pada Siklus I hasil belajar siswa berada pada kategori sedang, dan pada
Siklus II hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi. Saran tindak lanjut,
bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya guru menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi seperti metode diskusi. Disarankan siswa belajar
lebih banyak menggunakan belajar secara berkelompok, berdiskusi dengan temantemannya mengenai materi yang harus dipelajari.
Irkham meneliti tentang “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada
Mata Pelajaran Matematika Materi Bilangan Bulat Melalui Implementasi Metode
Diskusi Berbantuan Alat Peraga Mistar Rangkap di SDN Ketanggan 01 Gringsing
Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebelum penerapan metode diskusi berbantuan alat peraga mistar rangkap, siswa
yang mangalami tuntas hanya 9 siswa dari 24 siswa atau 59,25%. Setelah
diterapkan metode diskusi berbantuan alat peraga mistar rangkap pada siklus I
siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar menjadi 17 siswa atau 74,07%.
Kemudian diterapkan tindakan siklus II dengan hasil 22 siswa atau 92,59% dari
jumlah siswa kelas IV SD Negeri Ketanggan 01 memperoleh nilai tuntas dengan
KKM 65. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa penerapan metode diskusi berbantuan alat peraga mistar rangkap di kelas
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri
Ketanggan 01, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kegiatan belajar dengan menggunakan
metode diskusi memberikan kemungkinan besar bagi siswa untuk memperoleh
pengalaman langsung. Dengan begitu siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran
dengan aktif di kelas. Siswa mempunyai kesadaran untuk belajar mandiri dan
pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang
dipelajari dan hasil belajar yang lebih baik.
18
2.3 Kerangka Pikir
Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka
kerangka berpikir dijabarkan agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas
dalam melakukan penelitian.
Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka
kerangka berpikir dijabarkan agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas
dalam melakukan penelitian. Untuk Lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat
pada gambar 1 berikut:
Proses Belajar
Mengajar
Metode Pembelajaran
Konvensional
 Ceramah
 Siswa pasif
 Siswa jenuh
 Teacher Center
Hasil Belajar
Rendah
Penerapan Metode
Diskusi
 Siswa aktif
 Saling
menghargai
 Berpendapat
 Student Center
Hasil Belajar
PKn lebih
meningkat
Pemantapan Penerapan
Metode Diskusi
 Guru sebagai
fasilitator
 Siswa antusias belajar
 Menemukan ide atau
gagasan baru
Gambar 1 Skema Kerangka Pikir
Hasil Belajar
PKn meningkat
19
Dari skema kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sering dianggap sebagai mata pelajaran yang
menekankan pada tingkat hafalan sehingga membosankan bagi siswa. Indikasinya
dapat dilihat dari hasil belajar Pkn yang kurang memuaskan. Untuk meningkatkan
hasil belajar PKn peneliti menggunakan metode diskusi. Pada kondisi awal guru
kelas 4 masih menggunakan metode ceramah, di mana pembelajaran berpusat
pada guru, siswa pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini
menyebabkan siswa jenuh, bosan dan keaktifan siswa rendah.
Metode diskusi sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa dengan
ciri khasnya adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, kemudian
guru membagikan lembar soal diskusi kepada masing-masing kelompok,
kemudian siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi
tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok. Dengan
adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap
hasil belajar PKn.
Alur kerangka berpikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka
kerangka berpikir dijabarkan agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas
dalam melakukan penelitian.
2.4 Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Pemberian metode diskusi diduga dapat meningkatkan hasil belajar PKn
siswa kelas 4 SD Negeri Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten
Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.
Langkah-langkah penerapan metode diskusi yang diduga dapat meningkatkan
hasil belajar PKn. Langkah-langkah penerapan metode diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan a) Guru menyiapkan lembar
diskusi yang berisi pertanyaan tentang materi yang diajarkan b) Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok c) Masing-masing kelompok
20
mengerjakan soal diskusi dengan anggota kelompoknya sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan d) Perwakilan kelompok maju untuk mengambil undian
yang dibuat oleh guru e) Waktu yang diberikan telah habis, masing-masing
kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan
kelompok yang tidak maju menanggapinya. Dengan metode diskusi ini dapat
menumbuhkan semangat, keaktifan dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Download