Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA [email protected] Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai, dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Sejalan dengan pengertian tersebut, IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan baganbagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, dan selanjutnya akan bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Kemendikbud, 2013). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses discovery. Pendidikan IPA juga diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pada hakikatnya IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap. Produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses dalam IPA merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi kegiatan-kegiatan pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi pada IPA merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, sikap yang dimaksud dalam IPA terwujud melalui rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru namun dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Oleh karena itu IPA bersifat open ended karena selalu berkembang mengikuti pola perubahan dinamika dalam masyarakat (Depdiknas, 2006). Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam terkait dengan kompetensi 1 produktif dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek: 1) Mahluk Hidup dan Proses Kehidupan; 2) Benda/zat/ Bahan dan Sifatnya; 3) Energi dan Perubahannya; 4) Bumi dan Alam Semesta. Secara umum aspek-aspek tersebut terdapat pada bidang kajian fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia. Dengan kata lain Ilmu Pengetahuan Alam merupakan keterpaduan antara kajian fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia (Kemendikbud, 2013). Pada dasarnya, pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas siswa. Pembelajaran ini dapat memberi pengalaman langsung sehingga siswa dapat menemukan sendiri suatu konsep yang bermakna dan otentik (Fogarty,1991). Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsepkonsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin beragam. Menurut Fogarty (1991) ada sepuluh tipe keterpaduan di dalam kurikulum, yaitu fragmented, connected, nested, shared, sequenced, integrated, webbed, threaded, immersed, dan networked. Salah satu yang akan menjadi pembahasan berikut adalah tipe shared (berbagi). Keterpaduan tipe shared diperlihatkan dalam sebuah model berikut. Gambar 1. Keterpaduan tipe shared 2 Keterpaduan tipe shared merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarmata pelajaran. Jenis ini menggabungkan dua mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam dua mata pelajaran tersebut. Dari Gambar 1, lingkaran pertama menunjukkan mata pelajaran atau bidang kajian 1 dan lingkaran kedua adalah mata pelajaran atau bidang kajian 2. Kedua bidang kajian beririsan pada satu topik/tema/bahasan tertentu, yang merupakan konsep, keterampilan, dan sikap yang saling tumpang tindih pada kedua bidang kajian. Hal inilah yang merupakan ciri khas keterpaduan tipe shared yang membedakannya dengan tipe keterpaduan yang lain. Dalam tipe shared, tema yang terkait dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama, guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara mata pelajaran tersebut. Beberapa contoh aplikasi keterpaduan tipe shared dalam mata pelajaran IPA (yang di dalamnya terdapat muatan-muatan fisika, kimia, biologi, dan IPBA), adalah sebagai berikut. Gambar 2. Model Keterpaduan IPA tipe shared, dalam pembelajaran topik Mata dan Cacat Mata 3 Pada Gambar 2, seorang guru melakukan pembelajaran dengan memadukan kajian/materi Fisika dan Biologi. Pada kajian fisika, terdapat topik/materi Alat-Alat Optik. Sementara itu, di dalam kajian Biologi terdapat topik/materi Alat Indera. Setelah dianalisis, pada kurikulum tersebut ada bagian yang tumpang tindih antara materi fisika dan materi biologi, yaitu pada konsep Mata dan Cacat Mata. Pada kajian Fisika, Mata merupakan salah satu bagian Alat Optik. Sementara itu, di dalam Biologi juga terdapat materi Mata yang merupakan salahsatu alat Indera. Oleh karena itu, kedua mata pelajaran/kajian ini dapat dipadukan dalam satu topik yaitu Mata dan Cacat Mata. Selain belajar konsep-konsep tentang mata sebagai alat indera dan alat optik, pada pembelajaran tersebut siswa juga berlatih sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, cermat, dan teliti. Beberapa keterampilan proses juga dapat dilatihkan pada topik Mata dan Cacat Mata misalnya keterampilan mengamati, mencoba, mengambil data, mengolah dan menganalisis data, membuat inferensi serta keterampilan mengkomunikasikan. Dalam melakukan pembelajaran ini, guru dapat menggunakan strategi pembelajaran yang sama, misalnya menggunakan media pembelajaran berupa gambar atau video tentang Mata dan Cacat Mata. Berdasarkan contoh keterpaduan di atas, terlihat bahwa dengan menggunakan pembelajaran IPA terpadu tipe shared, maka waktu yang terpakai di dalam pembelajaran menjadi lebih efektif. Guru dari mata pelajaran yang berbeda dapat berkolaborasi dalam satu pembelajaran yang sama dengan menggunakan strategi pembelajaran yang telah direncanakan bersama, sehingga dapat menghemat tenaga dan pikiran karena dikerjakan secara bersama-sama membentuk team teaching. Di dalam Kurikulum IPA tahun 2006, guru memiliki kesempatan yang cukup luas dalam memadukan IPA dengan tipe shared ini. Ada beberapa materi yang sama terdapat dalam topik-topik yang berbeda. Sementara itu, pada Kurikulum 2013, guru sudah difasilitasi dengan kurikulum yang berupaya memadukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, dan IPBA di dalamnya. Guru selanjutnya dapat mengembangkan model-model keterpaduannya, berdasarkan kurikulum (Kompetensi Dasar) termasuk model keterpaduan shared ini. IPA Terpadu tipe shared, memprioritaskan konsep, sikap, dan keterampilan yang dipadukan. IPA Terpadu tipe shared sangat sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menekankan pada ketiga domain tersebut (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Beberapa keuntungan lain yang dapat diperoleh dari keterpaduan tipe shared yaitu lebih mudah dalam menggunakannya, karena tipe shared ini merupakan langkah awal menuju model keterpaduan yang lebih kompleks seperti tipe Integrated yang mencakup empat disiplin ilmu/bidang kajian. Dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan. Guru dapat melakukan kegiatan bersama untuk menciptakan blok waktu yang lebih besar dalam rangka meningkatkan pengalaman belajar siswa. Siswa lebih bersemangat belajar karena siswa merasa lebih akrab dengan guru, sehingga siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan bertanya (Fogarty, 1991). 4 Referensi: Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur-Balitbang. Fogarty, R. (1991). The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine: IRI/Skylight Publishing, Inc. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014 5