DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM (RDPU) PANJA PENYUSUNAN RUU TENTANG SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA, DAN PANGAN OLAHAN. TANGGAL 16 FEBRUARI 2012 ---------------------------------------------------Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal Pukul Tempat : : : : : : : Acara : Ketua Rapat Sekretaris Hadir : : : 2011 – 2012 III 3 (tiga) RDPU. Kamis, 16 Februari 2012 14.35 WIB – 16.20 WIB. Ruang Rapat Badan Legislasi Gd. Nusantara I Lt.1, Jakarta. Mendengarkan masukan dari GP. Farmasi, IPMG, GAPMMI, dan GAKESLAB atas Penyusunan RUU tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, PKRT, dan Pangan Olahan. HA. Dimyati Natakusumah, SH.,MH.,MSi. Dra. Tri Budi Utami, MSi. 21 orang, izin 2 orang dari 28 Anggota Panja. KESIMPULAN/KEPUTUSAN I. PENDAHULUAN 1. Rapat Dengar Pendapat Umum Panja Penyusunan RUU tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dan Pangan Olahan dengan GP. Farmasi, IPMG, GAPMMI, dan GAKESLAB dibuka pada pukul 14.35 WIB oleh Ketua Rapat, Wakil Ketua Badan Legislasi, HA. Dimyati Natakusumah, SH.,MH.,MSi. 2. Ketua Rapat menyampaikan pengantar rapat, selanjutnya mempersilahkan Narasumber untuk memberikan masukan atas RUU tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, PKRT, dan Pangan Olahan. II. POKOK PEMBAHASAN A. Substansi/materi RUU tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dan Pangan Olahan mendapatkan masukan sebagai berikut: 1. Gabungan Pengusaha FARMASI a. Secara ekonomi perusahaan farmasi sangat berkepentingan untuk dapat berkembang dan tumbuh dalam menghadapi pasar bebas. b. Pengaturan dalam RUU hendaknya harus ada keseimbangan antara unsur pembinaan dan pengawasan. c. Terkait dengan pengangkutan obat sedang digalakan/dikembangkan cara distribusi yang baik dan benar yang tidak hanya berlaku untuk obat saja tetapi juga untuk makanan dan alat kesehatan. d. Larangan terhadap makanan yang tidak sehat sebenarnya sudah dilakukan tetapi pengawasannya masih sangat lemah, sehingga seperti tidak ada peraturan yang mengatur. e. Apabila BUMN yang akan melakukan semuanya yang terkait dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan pangan olahan perlu dipertimbangkan kembali karena mungkin belum punya laboratoriumnya. f. Terkait dengan obat dan makanan pada saat ini sudah menggunakan cara produksi obat dan makanan yang terakhir, sehingga apabila ada obat dan makanan yang beredar tidak memenuhi standar berarti kelemahan ada pada pengawasan. 2. Gabungan Pengusaha Alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB) a. Perlu dipertimbangkan kembali pengaturan dalam ketentuan Pasal 6 ayat (2) yang menegaskan bahwa, pengadaan dan pembuatan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan PKRT hanya dapat dilakukan oleh BUMN. b. Dalam ketentuan Pasal 6 ayat (3) perlu ada penjelasan mengapa pelaku usaha harus mendapatkan ijin dari Menteri Negara BUMN. c. Perlu dipertimbangkan kembali karena dalam RUU tidak menyebut peran Menteri Kesehatan, padahal banyak Peraturan Menteri Kesehatan yang sudah merupakan amanat/perintah dari UU tentang Kesehatan. d. Substansi pengaturan dalam RUU harus dirumuskan secara hati-hati supaya tidak terjadi tumpang tindih pengaturan dengan UU tentang Kesehatan. e. Dalam merumuskan ketentuan sanksi harus disesuaikan dengan ketentuan dalam KUHP. f. Terhadap produk farmasi dilakukan uji klinis di rumah sakit yang terakreditasi, sedangkan untuk produk farmasi impor dilakukan dengan mengumpulkan sertifikat yang dikeluarkan dari negara asal farmasi. g. Dalam RUU perlu ada ketentuan yang menjamin alat kesehatan selama pengangkutan yang dilakukan oleh agen karena selama pengangkutan dapat menurunkan kualitas, maka diperlukan pengaturan dalam penyimpanannya. h. Dalam penyusunan RUU ini perlu dilakukan sinkronisasi dengan peraturan perundang-undangan yang sudah mengatur substansi yang ada dalam RUU. i. Peraturan/regulasi terkait dengan obat ada di Kementerian Kesehatan dan pengawasan obat dilakukan oleh BPOM, sedangkan alat kesehatan disatukan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Farmasi Kementerian Kesehatan, tetapi yang terpenting sebenarnya adalah pembinaannya. j. Yang terpenting saat ini adalah fungsi pengawasan yang perlu diperketat, sehingga yang illegal jangan dibiarkan. 3. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) a. Saat ini pembuatan makanan/pangan olahan yang dikomsumsi anak usia di bawah 5 tahun dilakukan oleh privat sector/industri rumahan dan tidak ada BUMN yang memproduksi makanan/pangan olahan tersebut, sehingga perubahan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) akan memberikan kesulitan bagi pengusaha. b. Keberadaan Pasal 20 tersebut di atas perlu ditinjau kembali dalam rangka pengembangan/pertumbuhan usaha di bidang pangan olahan. c. Ketentuan dalam Pasal 43 menempatkan BPOM melakukan pengawasan bidang standar. d. Perlu dilakukan kajian terhadap inventarisasi masalah pengedaran makanan dan minuman ke seluruh pelosok tanah air dan ijin edarnya dari mana. e. Pengaturan mengenai pangan olahan sebaiknya dipisahkan dari RUU ini karena saat ini juga sedang dilakukan pembahasan RUU tentang Pangan. 4. International Pharmatical Manufactoring Group (IPMG) a. Sumber obat-obatan inovatif berasal dari perusahan obat asing, sehingga apabila ketentuan Pasal 6 diberlakukan suplai/persediaan obat-obatan ini dapat terganggu. b. International Pharmatical Manufactoring Group berkomitmen untuk dapat dilibatkan dalam penyusunan RUU ini. c. Industri farmasi ada 3 pilar, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta nasional, dan asing dengan tujuan supaya mencapai apa yang diinginkan oleh Pemerintah, sehingga perlu ditinjau kembali keberadaan industri lokal nasional. d. Terkait dengan peran masyarakat, dari sisi konsumsi obat-obatan di Asean Indonesia yang terendah di bawah Vietnam. B. Tanggapan Anggota Panitia Kerja: 1. Perlu kajian secara mendalam siapa yang paling tepat untuk memberikan perizinan terhadap obat dan makanan. 2. Apakah perlu pengaturan secera limitatif terkait dengan pengangkutan obat dan makanan. 3. RUU tetap harus mengakomodir pengusaha/produsen dan pengguna/konsumen makanan dan obat. 4. Sistem ekonomi capital suatu negara ada kapitalisme liberal (USA & Inggris) dan kapitalisme negara (Indonesia), RUU ini kelihatannya akan membangun kapitalisme negara, tetapi Indonesia ingin membangun nasionalisme ekonomi. 5. RUU hendaknya juga dapat mengatur promosi/iklan yang disebarkan secara tertutup melalui hp/BB tanpa ada yang mengawasi. 6. Perlu dilakukan kajian secara mendalam apakah himpunan kepentingan yang terkandung dalam materi muatan RUU ini sesuai judul (disatukan dalam 1 RUU) atau dibuat dalam beberapa RUU. 7. Seandainya konsideran menimbang huruf b sebagai upaya proteksi atau untuk melindungan pihak-pihak tertentu, maka diusulkan narasumber membuat usulan dalam bentuk persandingan RUU. 8. Kehadiran investor asing diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat. 9. Perlu dimasukkan dalam asas RUU ini yang dapat memberikan perlindungan supaya herbal asing tidak menguasai herbal dalam negeri. 10. Dalam RUU perlu ada penguatan dalam hal pengawasan, karena pengawasan yang dilaksanakan sekarang ini terhadap makanan dan obat dirasakan masih sangat kurang. III. KESIMPULAN/KEPUTUSAN Semua masukan/pandangan yang telah disampaikan oleh GP. Farmasi, Gakeslab, Gapmmi, dan IPMG akan menjadi bahan pertimbangan Panitia Kerja Badan Legislasi dalam penyempurnaan RUU tentang Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dan Pangan Olahan. Rapat ditutup pada pukul 16.20 WIB. Jakarta, 12 Januari 2012 AN. KETUA RAPAT / SEKRETARIS DRA. TRI BUDI UTAMI, M.SI. NIP. 196105201988032001