Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013

advertisement
1
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
2
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
3
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Puisi Ar Ritsa Karya Al-Khansa
Putri Oktaviani
Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia
[email protected]
Abstrak
Bangsa Arab adalah bangsa yang sangat besar dan berbudaya. Banyak peninggalan- peninggalan
bersejarah yang sampai sekarang masih dapat kita nikmati, baik itu bangunan fisik maupun
tulisan-tulisan berseni tinggi. Salah satunya adalah karya sastra Arab yang berasal dari zaman
Jahiliyah yaitu mulai dari satu setengah abad atau dua abad sebelum Islam hingga zaman Modern
yaitu mulai abad 13 H. Pada zaman Jahiliyah, puisi (As-syi‟ir) merupakan karya yang menempati
posisi tertinggi. Salah satu penyair terkenal meski bukan termasuk al mu‟allaqat ketika itu
adalah Al-Khansa yang memiliki banyak karya diantaranya puisi yang bertemakan ar-ritsa
(ratapan). Makalah memaparkan unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi ar-ritsa karya Al-Khansa
dengan menggunakan metode studi literatur kepustakaan dan analisis struktural terhadap puisi
tersebut. Puisi ar-ritsa karya Al-Khansa adalah bukti bahwa ia merupakan penyair wanita yang
memiliki kelebihan karena keindahan kata-katanya dan mudah dimengerti. Puisi Al-Khansa
merupakan puisi zaman Jahiliyah yang masih terikat aturan pembuatan puisi zaman Jahiliyah
yaitu memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan keunikan dalam
penempatan awal larik yang beragam, ada yang dimulai dari pinggir kanan, ada yang dimulai
dari tengah.
Kata kunci: Al khansa;Ar ritsa;Ekstrinsik;Instrinsik;Puisi
Abstract
Arab nation is a nation that is very great and cultured. Many historic relics that are still can be
enjoyed, are building physical and high artistic writings. One is the work of Arabic literature
from the Jahiliya era which is from a half a century or two centuries before Islam to the Modern
era starting from the 13th century H. In the Jahiliya era, poetry (As-syi'ir) is a work of the highest
position. One of the famous poet, although not including al mu'allaqat, was Al-Khansa who has
many works of poetry on the theme of which ar Ritsa (lament). This paper is made to explain the
intrinsic and extrinsic elements of poetry ar-ritsa by Al-khansa using structural analysis of the
literature and the poetry. Poetry ar-ritsa by Al-Khansa is proof that she was poetess who had the
advantage of the beauty of her words and simple to understand. Al-Khansa poetry is poetry that
still bound the Jahiliya era rules of poetry-making era Jahiliya that has wazan or bahr (prosody
or rhythm following the old style) and uniqueness in the initial placement of a diverse array,
there are starting from the right edge, there is the beginning of the middle.
Keywords: Al Khansa;Ar Ritsa; Extrinsic; Intrinsic;Poetry
4
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1.
Konsonan
No
Arab
Latin
1
‫ا‬
Tidak
dilambangkan
2
‫ب‬
b
3
‫ث‬
t
4
‫د‬
ṡ
5
‫ج‬
j
6
‫ح‬
ḥ
7
‫ر‬
kh
8
‫د‬
d
9
‫ر‬
ż
10
‫س‬
r
11
‫ص‬
z
12
‫س‬
s
13
‫ش‬
sy
14
‫ص‬
ṣ
15
‫ض‬
ḍ
No
Arab
Latin
16
‫ط‬
ṭ
17
‫ظ‬
ẓ
18
‫ع‬
„
19
‫غ‬
G
5
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
20
‫ف‬
F
21
‫ق‬
Q
22
‫ن‬
K
23
‫ل‬
L
24
‫و‬
M
25
ٌ
N
26
ٔ
W
27
ِ
H
28
‫ء‬
'
29
‫ي‬
Y
2.
Vokal Pendek
َ =a
َ َ‫َ خ‬
kataba
ِ =i
‫ُس ِ َم‬
su'ila
‫ = ُس‬u
‫ ٌَ ْزَْ ُس‬yażhabu
3.
Vokal Panjang
َ‫ا‬... = ā ‫ لَ َل‬qāla
ْ‫ = اِي‬ī ‫ لٍِ َْم‬qīla
ٔ‫ = اُس‬ū ‫ ٌَمُسْٕ ُسل‬yaqūlu
4.
ْ‫ = اَي‬ai
Diftong
َ ٍْ َ
kaifa
َْٔ‫ = ا‬au ‫ َدْٕ َل‬ḥaula
6
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Latar belakang
Bangsa Arab adalah bangsa yang sangat besar dan berbudaya. Banyak peninggalanpeninggalan bersejarah yang sampai sekarang masih dapat kita nikmati, baik itu bangunan
fisik maupun tulisan- tulisan berseni tinggi. Salah satunya adalah karya sastra Arab yang
berasal dari zaman Jahiliyah, yaitu mulai dari satu setengah abad atau dua abad sebelum Islam
hingga zaman Modern yaitu mulai abad ke-13 H. Sastra dalam bahasa disebut juga dengan
nama adab. Adab (sastra) dalam bukunya Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab terbagi
menjadi dua yaitu al-adab alwasfi dan al-adab al-insya‟i. Al-adab al-wasfi adalah karya
sastra deskriptif atau nonimajinatif atau nonfiksi, yang termasuk karya sastra ini yaitu sejarah
sastra (tarikh adab), kritik sastra (naqd al-adab), dan teori sastra (nazariyah al-adab).
Sedangkan karya sastra aladab al-insya‟i adalah karya sastra kreatif atau fiksi, yang termasuk
karya sastra ini yaitu puisi (as-syi‟ir), prosa (nasr) dan drama (al-masrahiyyah).
Pada zaman Jahiliyah, puisi (As-syi‟ir) merupakan karya yang menempati posisi
tertinggi. Menurut Ahmad Asy-Syayib, puisi adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan
atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian
akhir baris/satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan
dibandingkan prosa.1 Dahulu orang Arab mengatakan ‫إٌ انشعش دٌٕاٌ انعشب‬
/innasy syi‟ru diiwaanul „arab/
“Sesungguhnya puisi itu merupakan diwan bangsa Arab”. Maksud diwan dalam
ungkapan tersebut adalah “catatan” bahwa puisi mencatat berbagai hal tentang tata krama,
adat istiadat, agama dan peribadatan mereka serta keilmuan mereka sendiri dalam puisi. 2 Pada
umumnya puisi Arab pada masa Jahiliyah mendeskripsikan keberadaan kemah, hewan
sebagai kendaraan tunggangan, kehidupan mewah para bangsawan agar dengan begitu para
1
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 10
2
Males Sutiasumarga, Kesusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2000),
hlm. 5.
7
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
pujangga mendapatkan imbalan materi dan pujian tertentu, alam sekitar, keberanian seseorang
atau sekelompok kabilah, atau kecantikan seorang wanita pujaan.
Pada zaman Jahiliyah terdapat beberapa tema puisi yang sering digunakan : AlHamasat adalah tema puisi yang mengagung-agungkan kepahlawanan seseorang, Al-Fakhr
yaitu tema puisi yang membangga-banggakan kelebihan yang dimiliki oleh penyair atau
sukunya, Al-Madah yaitu tema puisi yang berisi pujian kepada seseorang, Ar-Ritsa yaitu tema
puisi yang mengungkapkan rasa putus asa, kepedihan seseorang. Al-Hija‟ yaitu tema puisi
yang berisi tentang kebencian, kemarahan atau ketidaksukaan penyair terhadap seseorang atau
suku lain, Al-Wasfu yaitu tema puisi yang mendeskripsikan tentang keadaan alam yang ada di
sekitar penyair, Al- Ghazal yaitu tema puisi yang membicarakan tentang wanita, dan AlI‟tidzar yaitu tema puisi yang menyatakan permintaan maaf agar diampuni. 3
Bagi bangsa Arab, para penyair memiliki kedudukan yang tinggi, Keputusan yang
dikeluarkan oleh seorang penyair akan selalu dilaksanakan. Bagi mereka seorang penyair
merupakan penyambung lidah yang dapat mengungkapkan kebanggaan dan kemuliaan
mereka. Ibnu Rasyik dalam bukunya yang berjudul „Umdah, mengatakan:
“Biasanya setiap kabilah bangsa Arab yang mendapatkan seorang pemuda yang dapat
merangkum sebuah gubahan puisi, maka anggota kabilah itu berdatangan untuk
memberi ucapan selamat, dan mereka menyediakan berbagai aneka macam makanan.
Sementara kaum wanita pun ikut berdatangan sambil memainkan rebana seperti yang
biasa mereka mainkan dalam sebuah acara perkawinan. Kaum laki-laki, baik yang tua
maupun yang muda, sama-sama bergembira. Karena mereka beranggapan bahwa
penyair adalah seorang pembela kabilah dari serangan dan ejekan penyair dari kabilah
lain, dan penyair itu pasti akan menjaga nama baik kabilahnya sendiri, yang akan
mengabadikan kebanggaan-kebanggaan mereka dan yang akan menyebarluaskan
kebaikan-kebaikan mereka. Kebiasaan tidak memberikan sambutan hangat, kecuali
kepada anak bayi yang baru dilahirkan ibunya, kepada seorang penyair, dan kepada
kuda kesayangan.”
Masyarakat Jahiliyah sering mengadakan festival sastra secara periodik. Ada festival
sastra mingguan, bulanan, dan tahunan. Mereka juga membuat apa yang yang sekarang
disebut dengan pasar seni. Di pasar seni ini para pujangga saling unjuk kemampuan dalam
3
Bahrudin Achmad, Sejarah Kesusasteraan Arab e-Book, (Bekasi: Bahrudin Blog, 2011), hlm. 21
8
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
bersastra. Di antara pasar seni yang paling bergengsi pada zaman Jahiliyah adalah pasar Dzu
al-Majaz, yang terletak di daerah Yanbu‟, dekat Sagar (kini termasuk wilayah Madinah);
pasar seni Dzu al-Majinnah di sebelah barat Mekkah, dan pasar seni „Ukadz yang terletak di
timur Mekkah, antara Nakhlah dan Tha‟if. Di tiga tempat ini, masyarakat Jahiliah
melangsungkan festival seni selasa selama 20 hari, sejak bulan Dzulqaidah.4
Di pasar „Ukadz para penyair berlomba mendendangkan karya-karya mereka di depan
dewan juri yang terdiri dari sejumlah pujangga yang telah memiliki reputasi. Karya-karya
puisi yang dinyatakan sebagai yang terbaik akan ditulis dengan tinta emas di atas kain yang
mewah, kemudian akan digantungkan di dinding Ka‟bah, yang kemudian dikenal dengan
istilah al-Mu‟allaqat (puisi-puisi yang digantungkan pada dinding Ka‟bah). Sejarah sastra
Arab mencatat sepuluh penyair al-Mu‟allaqat, yaitu Umru al-Qais bin Hujrin bin al-Harits alKindi, Zuhair bin Abi Sulma, an-Nabigah adz-Dzibyani, al-A'sya al-Qaisi, Lubaid bin Rabi'ah
al-Amiri, Amr' bin Kultsum at-Taghlibi, Tharafah bin Abdul Bakri, Antarah bin Syaddad alAbsi, al-Harits bin Hiliziah al-Bakri, dan Umayyah bin ash-Shalt. Penyair Jahiliah lain yang
sangat terkenal, tetapi tidak termasuk penyair al-Mu‟allaqat, adalah al-Khansa' (w. 664,
penyair wanita dari kabilah Mudhar yang akhirnya memeluk Islam), al-Khutaiyah (w.679,
juga berasal dari kabilah Mudhar dan masuk Islam), Adi bin Rabi'ah (w. 531, dikenal dengan
nama al-Muhalhil), Sabit bin Aus al-Azdi (w.510, dikenal dengan nama asy-syanfari). 5
Penjelasan di atas setidaknya memberikan rasa penasaran untuk menggali lebih dalam
akan keindahan puisi di zaman Jahiliyah. Bukan hanya karena keindahan kata-kata yang
tercipta namun lebih ke makna dan kisah yang tersembunyi di dalam puisi tersebut. Oleh
karenanya artikel ini akan membahas unsur instrinsik dan ekstrinsik dari salah satu karya
besar seorang penyair wanita satu-satunya di zaman tersebut yaitu puisi
‫عظًت صخش‬
/‟idzoomatu shakr/ karya penyair Al Khansa yang bertemakan Ar- Ritsa (ratapan).
Tinjauan Teoritis
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Puisi bermakna ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Sedangkan menurut Ahmad
4
5
Bahrudin Achmad, Sejarah Kesusasteraan Arab e-Book, (Bekasi: Bahrudin Blog, 2011), hlm. 23
Bahrudin Achmad, Sejarah Kesusasteraan Arab e-Book, (Bekasi: Bahrudin Blog, 2011), hlm. 26
9
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Asy-Syayib, puisi adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti
prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta
unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. 6 Menurut Dr
Maman Lesaman dalam bukunya yang berjudul Kritik Sastra Arab dan Islam yang dimaksud
puisi adalah seni sastra yang menggambarkan kehidupan sebagaimana yang dirasakan oleh
seorang penyair, yang dibangun dengan struktur, perasaaan, dan imajinasi. Dalam puisilah
mereka mencatat kesan- kesan dan ringkasan pengalaman dalam kehidupan, mengungkapkan
perasaan dan masalah- masalah pribadi mereka yang telah lalu. 7 Sedangkan tema puisi arRitsa adalah tema puisi yang mengungkapkan rasa putus asa, kepedihan dan kepedihan
seseorang. 8
Metode penelitian
Metode penelitian dalam penulisan makalah ini dilakukan
dengan metode studi
literatur/ kepustakaan yang bersifat kualitatif. Metode ini bersifat deskriptif dan induktif yang
lebih menekankan pada analisis puisi dengan menggunakan analisis struktural dan pendekatan
secara objektif. Analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur struktur
puisi itu saling berhubungan secara erat, dan saling menentukan makna, karena sebuah unsur
tidak akan mempunyai makna apabila ia terlepas dari unsur-unsur lainnya. Struktur dalam
karya sastra merupakan unsur-unsur yang bersistem, adanya hubungan antar unsur yang
timbal balik, saling menentukan, saling berkaitan, dan saling bergantung. Pendekatan secara
objektif adalah pendekatan terhadap suatu karya sastra, dalam hal ini puisi, sebagai struktur
yang mencakup pada dirinya sendiri. 9
Pembahasan

Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Puisi Karya Al Khansa
1. Puisi karya Al Khansa ‫ عظمة صخر‬/„izamatu ṣakhar/
6
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 10
7
Dr. Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam (Depok: FIB UI, 2010), hlm. 88
8
Bahrudin Achmad, Sejarah Kesusasteraan Arab e-Book (Bekasi: Bahrudin Blog, 2011), hlm. 21
9
Laily fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya, (Malang: UIN Malang press, 2008), hlm.
10
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Artikel ini akan memfokuskan pembahasan pada puisi karya Al khansa yang
bertemakan Ar Ritsa. Pengertian dari puisi ar-ritsa adalah puisi yang mengungkapkan rasa
putus asa, kesedihan, dan kepedihan seseorang. Penyair mengungkapkan kesedihannya
melalui puisi atau syair yang dibuatnya tersebut. Kesedihan tersebut bisanya terjadi karena
ditinggal oleh kekasihnya, keluarganya, teman-temannya, ataupun orang terdekatnya. Penyair
menggambarkan kesedihan yang mendalam melalui puisi yang diciptakannya. Akan tetapi,
terkadang penyair membuat puisinya yang membuat kita berpikir tentang kehidupan atau
kematian. Adapun puisi Al Khansa yang terkenal adalah puisi yang ia dibuat setelah
meninggalnya Sakhr saudara Al Khansa. Contoh puisi tersebut adalah:
‫عظًت صخش‬
‫فأصـبخ لذ بهٍج بفطش َكس‬
ً‫ٌـؤسّلـًُ انخز ش دٍٍ أيس‬-
‫نٍٕو شٌٓت ٔطـعـ ٌ خهس‬
‫ ٔأي فخى صذش‬,‫عهى صخش‬-
‫ٔنى أس يثهّ سصءا إلَس‬
ٍ‫فهى أس يثهّ سصء ا نج‬-
‫ٔأفضم فً انخطٕب بغٍش نبس‬
‫أشـذ عهً صشٔف انذْش أٌذا‬-
‫ٌشٔع لهبّ يٍ م جشس‬
‫خهٍ ب نّ يٍ م بؤس‬
‫ أٔ يسخجـٍش‬,‫ط سق‬
ٍ‫ ٔ ض‬-
‫ فأيسى‬,ُّ‫ ٔأي‬,ّ‫فأ شي‬‫حز ش ٔحصبش‬
‫ٔأر شِ نكم غشٔب شًـس‬
‫ٌز شًَ طهٕع انشًس صخشا‬-
ً‫عهى إخٕآَى نمخهج َفس‬
ً‫فهٕال ثشة انب ٍٍ دٕن‬‫أنى ٔصْذ فً انذٍ ة‬
‫أف سق يشمٓجـخً ٌٔشك سيس‬
‫ دخى‬,‫فال ٔانـهّ ال أَسـ ن‬-
ً‫ نزاحً ٔأَس‬,ٌ ‫أبً دسـ‬
‫ فمذ ٔدعج ٌٕو فشاق صخش‬-
ً‫أٌصـبخ فً انخشاب ٔ فٍّ ٌـًـس‬
ً‫أي‬
‫فٍ نٓـفً عهٍّ ٔنٓـ‬-
11
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
“ -Setiap malam datang, aku selalu teringat pada Sakhr. Aku habiskan malam itu dengan
begadang sampai datangnya subuh dengan perasaan yang amat pedih dan sedih.
-Hal itu disebabkan oleh kesedihanku pada Sakhr, seorang pemuda yang tidak ada
tandingannya dalam perang, dan pandai membunuh musuh dengan cepat.
-Musibah besar telah menimpaku, musibah yang tak pernah dialami baik oleh manusia lain
maupun jin.
-Dulu, Sakhr kuat, kekuatannya akan bertambah kalau ia terkena musibah, dia adalah orang
yang paling banyak terkena musibah.
-Berapa tamu yang menginap di rumahnya pada satu malam, berapa orang yang minta
perlindungan padanya karena takut.
-Dia menghormati tamu, mengamankan orang yang takut, dan menjamin keselamatan dari
segala yang dilakukannya.
-Aku selalu mengingat Sakhr, aku mengingatnya setiap kali matahari terbit dan terbenam,
antara terbit dan terbenam, aku tak pernah lupa mengingatnya.
-Kalau tidak, aku akan melihat di sekitarku airmata orang-orang yang menangis atas
kematian mereka, karena aku telah membunuh jiwaku.
-Aku tidak akan melupakanmu ya Sakhr, sampai aku mati dan dikubur di pemakamanku.
-Kutinggalkan semua kesenangan dalam kehidupan, karena berpisah denganmu.
-Kesedihan betul-betul telah membunuhku dan ibuku, karena kau telah menjadi mayat
selamanya.10
2. Tema Puisi:
Tema puisi ini adalah ar-ritsaa (ratapan), yang berisi ungkapan si penyair tentang
kebaikan-kebaikan orang yang mati yaitu Sakhr saudaranya, kesedihan, dan keputusasaan Al
Khansa atas kematiannya. Tertulis di bait pertama:
‫فأصـبخ لذ بهٍج بفطش َكس‬
10
ً‫ٌـؤسّلـًُ انخز ش دٍٍ أيس‬
Dr. Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam (Depok: FIB UI, 2010), hlm. 203-204
12
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
“Setiap malam datang, aku selalu teringat pada Sakhr. Aku habiskan malam itu dengan
begadang sampai datangnya subuh dengan perasaan yang amat pedih dan sedih”
Kata yu‟arriquni, nuksi memiliki arti kesedihan yang mendalam.
Tak hanya perasaan Al Khansa yang digambarkan dalam puisi tersebut namun
kebaikan- kebaikan Sakhr pun ia tulis. Hal ini merupakan salah satu budaya bangsa Arab yang
gemar memuji kebaikan- kebaikan orang dan amat menghargainya. Contoh puisi:
‫ٔأفضم فً انخطٕب بغٍش نبس‬
‫أشـذ عهً صشٔف انذْش أٌذا‬
“Dulu, Sakhr kuat, kekuatannya akan bertambah kalau ia terkena musibah, dia adalah orang
yang paling banyak terkena musibah.”
‫ٌشٔع لهبّ يٍ م جشس‬
‫ أٔ يسخجـٍش‬,‫ط سق‬
ٍ‫ٔ ض‬
“Berapa tamu yang menginap di rumahnya pada satu malam, berapa orang yang minta
perlindungan padanya karena takut.”
‫خهٍ ب نّ يٍ م بؤس‬
‫ فأيسى‬,ُّ‫ ٔأي‬,ّ‫فأ شي‬
“Dia menghormati tamu, mengamankan orang yang takut, dan menjamin keselamatan dari
segala yang dilakukannya.”
Di bait- bait terakhir Al Khansa menuangkan perasaan dan kesedihan serta ratapan
yang amat mendalam setelah peninggalan Sakhr. Contoh puisi:
ً‫ نزاحً ٔأَس‬,ٌ ‫أبً دسـ‬
‫فمذ ٔدعج ٌٕو فشاق صخش‬
“Aku tidak akan melupakanmu ya Sakhr, sampai aku mati dak dikubur di pemakamanku.
Kutinggalkan semua kesenangan dalam kehidupan, karena berpisah denganmu.”
ً‫أٌصـبخ فً انخشاب ٔ فٍّ ٌـًـس‬
ً‫أي‬
‫فٍ نٓـفً عهٍّ ٔنٓـ‬
“Kesedihan betul-betul telah membunuhku dan ibuku, karena kau telah menjadi mayat
selamanya.”
3. Perasaan/ emosi
Emosi adalah adalah perasaan / emosional penulis yang terungkap dalam puisi
tersebut. Dalam puisi ini al-Khansa menampilkan kesedihan atas kematian saudara lakilakinya. Ia teringat akan keberaniannya dan kecakapannya dalam berperang, dalam
menghormati tamu, membantu orang-orang yang meminta pertolongan, mengampuni orang
yang suka memperdayainya. Pikiran-pikiran itu dicampur dengan perasaan sedihnya yang
sangat mendalam.
13
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
4. Diksi/pilihan kata
Puisi ini dianggap sebagai contoh dari puisi al-Khansa yang bertemakan ratapan yang
merupakan campuran dari kehalusan kata-kata, kejujuran ungkapan, keluguan dan jiwa
perempuan dengan gejolak perasaan.
Kata-kata seperti : ًُ‫ٌـؤسّلـ‬, ‫َكس‬, ‫ سصءا‬mempunyai arti kesedihan yang mendalam. Kesedihan ini
kemudian diperkuat dengan kata-kata yang maknanya sama, ketika ia mengatakan :
ً‫أي‬
‫فٍ نٓـفً عهٍّ ٔنٓـ‬
“Kesedihan ini betul-betul telah membunuhku dan ibuku”
5. Imajinasi/daya khayal
Al-Khansa tidak banyak menggunakan imaji-imaji, karena ia berpegang pada kejujuran
pengungkapan dan ketajaman perasaan sehingga dengan begitu tujuannya tercapai, yaitu
mempengaruhi jiwa.
6. Bahr
Ilmu yang mempelajari pola-pola bentuk puisi Arab Klasik adalah Ilmu „Aruud. Setiap
bait puisi Arab Klasik terdiri dari 2 Syatr ( bagian) yaitu Syatr 1 dan Syatr 2. Syatr 1 disebut
Ash-Shadr dan Syatr 2 disebut Al-„ajz , dan setiap bait terdiri dari 6 sampai 8 Taf‟iilat.
Taf‟iilat adalah potongan- potongan dalam bait puisi Arab Klasik yang bisa berupa gabungan
antara kata + sebahagian kata atau gabungan sebahagian kata + kata sesuai pola puisi Arab
Klasik.11 Kumpulan dari taf‟iilat dalam puisi Arab Klasik disebut dengan Al-Bahr ( Jamak :
Al-Buhuur). Ada 16 pola bahr dalam puisi Arab Klasik, namun yang terkenal hanya ada 6,
yaitu:12
1.
bahr Al-Waafir
2.
bahr Al-Kaamil
11
Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam, (Depok:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, 2010), hlm. 93-94
12
Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam, (Depok:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, 2010), hlm. 103-119.
14
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
3.
bahr At-Thawiil
4.
bahr Al-Basiit
5.
bahr Al-Khafiif
6.
bahr Al-Mutaaqarib
Berdasarkan penggunaan „ilmu al-„aruud, puisi al-Khansa ini termasuk ke dalam Bahr
Al-Waafir, terdiri dari 6 taf‟iilat, bentuknya lengkap (taam) dan jenis qaafiyatnya Mutawaatir.
Al qaafiyat menurut Al Khalil didefinisikan sebagi “kumpulan dua huruf saakinat (huruf
mati) yang berada di akhir bait, yang di tengahnya terdapat huruf mutaharrikat (huruf hidup),
dan sebelum huruf mati yang pertama terdapat huruf yang hidup.
13
(0/0/) Tanda „/‟ untuk
huruf yang berharakat/hidup (Mutaharrikat) sedangkan tanda „0‟ untuk huruf mati (Saakinat).
Dengan analisis sebagai berikut:
ً‫ٌـؤسّلـًُ انخز ش دٍٍ أيس‬
Al-kitaabat al- ً‫حزن َأيس‬
‫ٌؤسسق‬
„aruudiyat
ً‫شد‬
‫ٌث‬
Al-„Isyaraat
0/
0///
0///
(Rumuuz)
0//
0//
0//
Taf‟iilat
ٍ‫فعٕن‬
ٍ‫يف عهخٍ يف عهخ‬
‫فأصـبخ لذ بهٍج بفطش َكس‬
Al-kitaabat al- ً‫َكس‬
„aruudiyat
13
‫فأص بهً ث‬
‫بفش‬
‫بخ لذ‬
Al-„Isyaraat
0/
0///
0///
(Rumuuz)
0//
0//
0//
Taf‟iilat
ٍ‫يف عهخٍ فعٕن‬
ٍ‫يف عهخ‬
Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam, (Depok:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, 2010), hlm. 119-120
15
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Bentuk pola diatas disebut pola bahr Al waafir.
7. Aspek Retorika/ Balaghoh :
Aspek retorika yang digunakan dalam puisi ini adalah :
‫أف سق يشمٓجـخً ٌٔشك سيس‬
„Aku berpisah dengan ruh-ku‟, yaitu menjadikan muhjat (ruh) sebagai “teman” yang
meninggalkan sahabatnya, begitu juga kata-kata ً‫ نزاحً ٔأَس‬, ‫„ ٔدعج‬kutinggalkan kenikmatan
dan kesenangan hidup‟ yang mempersonifikasikan “kenikmatan dan kesenangan” sebagai dua
orang yang akan bepergian.
-al-Kinaayat dalam sejumlah kata, di antaranya : ‫„ نٍٕو شٌٓت‬hari yang dibenci‟, yang
digunakan untuk menggantikan kata “perang”, kata-kata ‫„ ٌشٔع لهبّ يٍ م جشس‬getar hatinya
melebihi semua getaran‟ digunakan untuk menggantikan kata-kata “sangat menakutkan”,
kata-kata
‫„ أف سق يشمٓجـخً ٌٔشك سيس‬Aku berpisah dengan ruh-ku dan ia masuk dalam
kuburanku‟, untuk menggantikan kata-kata “kematian”.
Al-Kinaayat di sini berfungsi untuk menonjolkan makna yang abstrak dalam gambaran yang
konkrit, untuk menjelaskan pokok pikiran dan menarik perhatian.
-al-muhassinat a-badi‟iyyat yang berjenis tibaaq, seperti dalam kata-kata ً‫ أيس‬dan ‫فأصـبخ‬
„sore dan pagi‟ dan antara ٍ‫ ج‬dan ‫„ إَس‬jin dan manusia‟.
Penyebutan dua hal yang
berlawanan dalam satu pernyataan berfungsi untuk memperkuat makna.
-Al-Insya‟iyyat, yang berjenis „istifhaam li al-nafi, seperti dalam kata-kata ‫ٔأي فخى صذش‬
„Pemuda mana yang bisa seperti Sakhr?‟ dan dalam kata jenis „istifhaam li al-ta‟ajub wa altahassur, seperti kata-kata : ‫„أٌصـبخ فً انخشاب‬apakah ia akan menjadi tanah?‟.
8. Amanat
Pada umumnya amanat dalam puisi dapat disimpulkan dari tema, dan pilihan kata.
Akan tetapi, pada puisi ini amanat dapat langsung terbaca oleh pembaca karena pilihan kata
yang sederhana. Penyair ingin mengungkapkan rasa sedihnya karena kepergian saudara
16
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
tercintanya Sakhr. Penyair mengajak pembaca untuk larut dalam gejolak perasaan penyair.
Amanat ini tersampaikan melalui pilihan-pilihan kata berupa kejujuran ungkapan, keluguan
dan jiwa perempuan dengan gejolak perasaan. Bait terakhir pada puisi ini yaitu “kesedihan
betul-betul telah membunuhku dan ibuku, karena kau telah menjadi mayat selamanya” adalah
bait yang paling menunjukkan apa sebenarnya yang dirasakan penyair. Kepedihan yang
mendalam menimpa penyair diakibatkan karena seseorang yang meninggalkannya.

1.
Unsur Ekstrinsik
Sebab Pembuatan Puisi dan Hubungan dengan Masyarakat (Asbaabul Wurud )
Al-Khansa‟ terkenal dengan julukan Ibu Para Syuhada. Ia dilahirkan pada zaman
jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar.
Banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri al-Khansa‟. Ia adalah seorang yang fasih, mulia,
murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka berterus terang. Selain
keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. Ia terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan
kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluinya ke alam baka.
Terutama kepada saudara lelakinya, yaitu Sakhr yang telah meninggal dunia. Ia memiliki
sebanyak kurang lebih 96 qashîdah dan 915 bait puisi.
Ketika Shakhr wafat, Al-Khansa sempat menangis begitu lama dalam kesedihannya.
Ia membuat puisi yang panjang yang berisikan perasaan sedihnya yang amat mendalam. Di
samping itu, ia bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya dikarenakan oleh
kesedihan luar biasa yang ia rasakan. Puisi ini hingga sekarang menjadi salah satu puisi
terbaik yang bertemakan ar-ritsa dan dia dianggap sebagai pelopor puisi yang bertemakan arritsa (ratapan) di zaman Jahiliyah.14
2. Biografi Al-Khansa
Nama asli al-Khansa adalah Tumadhir binti „Amru. Ia dibesarkan dalam sebuah
keluarga terhormat. Ia dijuluki “al-Khansa” karena kecantikannya. Saudara laki-lakinya,
Shakhr, tewas dalam salah satu peperangan. Al-Khansa hampir gila, karena ditinggalkan
olehnya. Hal itu ia katakana dalam puisinya yang penuh dengan kesedihan dan kepedihan,
14
Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam, (Depok:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, 2010), hlm. 201
17
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
sampai akhirnya ia dianggap sebagai salah satu pelopor puisi yang bertemakan al-Ritsaa
(elegi) pada zaman Jahiliyah. Al-Khansa paham tentang Islam dan masuk Islam melalui Nabi
Muhammad shalallaahu „alaihi wa sallam. Ia pernah melantunkan puisinya untuk Rasulullah
shalallaahu „alaihi wa sallam dan Rasul menganggapnya baik.
Al-Khansa‟ menikah dengan Rawahah bin Abdul Azizi al-Sulami. Dari pernikahan itu
ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Melalui pembinaan dan pendidikan tangantangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal.
Pada perang al-Qadisiah pada zaman Umar bin Khattab ra, keempat anaknya mati
syahid. Ketika ia mendapat kabar tentang hal itu, ia tidak merasa sedih, malahan ia berkata, “
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kehormatan padaku dengan wafatnya anakanakku. Aku berharap Allah mengumpulkanku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya.”
Sikap al-Khansa ini memberi petunjuk yang kuat tentang adanya pengaruh Islam yang ada
pada dirinya dan ia pun dikenal sebagai Ibu dari para mujahid. Al-Khansa meninggal pada
awal pemerintahan Muawiyyah. 15
Kesimpulan
Puisi ar- Ritsa karya Al Khansa adalah bukti bahwa ia merupakan penyair yang
memiliki kelebihan karena dalamnya makna kesedihannya dan mudah untuk dipahami. Ciriciri puisi al-Khansa adalah lafadz-nya murni, dan ungkapannya mudah, perasaannya halus,
ungkapannya jujur, dan cenderung berlebih-lebihan seperti dalam bait tiga dan sembilan.
Akan tetapi, hal tersebut membuat puisi ini menjadi indah dan hidup. Para pembaca seolah
ikut merasakan kesedihan yang Al Khansa alami. Puisi ini terdiri dari sebelas bait dengan
jumlah larik berbeda pada tiap baitnya namun mayoritas berjumlah dua larik di tiap bait. Awal
penempatan larik beragam, ada yang dimulai dari pinggir kanan, ada yang dimulai dari
tengah. Terdiri dari 6 taf‟iilat di tiap baitnya, dan termasuk ke dalam Bahr al-Waafir dengan
seluruh qaafiyahnya berjenis Mutawatir.
Saran
15
Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab dan Islam, (Depok:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, 2010), hlm. 201
18
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Penulisan makalah ini belumlah dapat dikatakan sempurna, Oleh karena itu
diharapkan dan diizinkan dengan sangat adanya penelitian lebih lanjut yang akan membahas
puisi Ar- Ritsa karya Alkhansa lainnya.
Kepustakaan
Achmad, Bahrudin. 2011. Sejarah Kesusasteraan Arab, e-Book. Bekasi: Bahrudin Blog.
Kamil, Sukron. 2009. Teori Kritik Sastra Arab. Jakarta: Rajawali Pers.
Lesmana, Maman. 2010. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia.
Muftia, Sitta. 2007. Analisis Struktural Semiotik Tiga Puisi Mikhail Nu‟aimal. Skripsi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Wargadinata, H.Wildana, Lc., M.Ag & Laily Fitriani, M.Pd, 2008. Sastra Arab dan Lintas
Budaya. Malang: UIN Malang Press.
Sutiasumarga, Males. 2000. Kesusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya. Jakarta:
Zikrul Hakim.
19
Unsur intrinsik....., Putri Oktaviani, FIB UI, 2013
Download