46 RINGKASAN Efektivitas Ekstrak Etanol dan Air Daun Durian (Durio zibethinus Murr) terhadap Larva Anopheles aconitus Donitz dan Anopheles maculatus Theobald (Diptera : Culicidae) Silvia Hanna Kusuma Sirait 12/337892/PBI/1046 Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia dikelompokan menjadi serangga yang menguntungkan atau merugikan. Serangga yang dianggap merugikan misalnya serangga yang berperan sebagai vektor penyakit, salah satu diantaranya adalah serangga anggota Ordo Diptera. Anopheles adalah salah satu genus anggota Ordo Diptera yang menjadi vektor penyakit malaria. Indonesia memiliki 24 jenis anggota Genus Anopheles, sepuluh diantaranya merupakan vektor malaria. An. aconitus dan An. maculatus adalah dua vektor malaria yang paling dominan. An. aconitus diketahui telah mengalami resistensi terhadap beberapa insektisida kimiawi. Penggunaan insektisida kimiawi untuk pengendalian serangga vektor malaria telah diketahui menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan hewan non-target. Dengan demikian perlu dicari alternatif cara pengendalian yang relatif lebih aman, salah satunya dengan menggunakan agensia tumbuhan sebagai bahan aktif larvasida yang efektif untuk membunuh larva nyamuk. Ekstrak kulit buah durian (Durio zibethinus Murr) ampuh sebagai pengendali nyamuk Aedes spp fase imago (dewasa). Namun buah durian berbuah berdasarkan musim sehingga tidak dapat diperoleh setiap saat. Fase nyamuk imago (dewasa) yang dapat terbang 47 lebih sulit dikendalikan dibanding fase larva. Dengan demikian, salah satu organ yang selalu tersedia dari tanaman durian, yakni daun, perlu diteliti untuk dijadikan larvasida alternatif. Etanol adalah salah satu pelarut yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian untuk mengekstrak senyawa aktif suatu tumbuhan. Namun masyarakat pada umumnya menggunakan air sebagai pelarut universal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak daun D. zibethinus terhadap larva An. aconitus dan An. maculatus serta menentukan konsentrasi, jenis ekstrak dan kandungan senyawa aktif daun D. zibethinus. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Salatiga dan Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tahap penelitian meliputi : 1) ekstraksi daun D. zibethinus; 2) uji pendahuluan; 3) uji lanjut toksisitas ekstrak daun D. zibethinus; dan 4) skrining fitokimia. Parameter yang diamati adalah jumlah kematian larva. Efektivitas diperoleh dengan mengevaluasi konsentrasi terendah yang memiliki daya bunuh 50 dan 90% terhadap larva uji Hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance) dan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) serta analisis PROBIT (Probability Unit) untuk menentukan nilai LC50 dan LC90. Hasil penelitian menemukan bahwa daun D. zibethinus mengandung alkaloid, saponin dan tanin. Ketiga senyawa tersebut berpotensi sebagai bahan aktif larvasida dengan cara kerja antara lain sebagai racun perut dan antifeedant. 48 Ekstrak daun yang menggunakan pelarut etanol lebih efektif dibanding ekstrak air, yang ditunjukkan oleh nilai LC50 dan LC90. Secara berurut nilai LC50 ekstrak etanol daun D. zibethinus terhadap larva An. aconitus instar kedua dan ketiga serta An. maculatus instar kedua dan ketiga adalah 480; 520; 510; dan 540; serta LC90 secara berurut yaitu 750; 760; 760; dan 810 ppm. Nilai LC50 ekstrak air daun D. zibethinus terhadap larva An. aconitus instar kedua dan ketiga serta larva An. maculatus instar kedua dan ketiga secara berurut adalah 14.500; 16.400; 22.100; dan 23.300 ppm serta LC90 secara berurut yaitu 26.100; 27.200; 30.600; dan 33.700 ppm. Mortalitas larva yang terjadi diantaranya dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak, jenis dan fase larva. Instar kedua lebih sensitif dibanding dengan larva instar ketiga. Individu yang lebih muda seringkali lebih rentan terkena racun makanan karena individu yang lebih muda makan lebih banyak dibanding individu yang lebih dewasa dalam hal proporsi makanan dibanding berat tubuh. Jika makanan kedua individu diberi zat toksik, individu muda menerima dosis racun yang lebih tinggi dibanding individu yang lebih dewasa.