6-1 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Geologi

advertisement
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Geologi daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan lithologi, yaitu: satuan
batupasir, satuan batulempung, satuan batulanau, dan satuan batubara.
2. Struktur geologi yang berkembang berupa struktur patahan naik dengan arah
N80oE.
3. Berdasarkan tipe massa batuan, daerah penelitian dibagi kedalam 4 tipe massa
batuan, yaitu: massa batuan tipe 1 (batupasir agak lapuk), massa batuan tipe 2
(batupasir lapuk sedang), massa batuan tipe 3 (batulempung dan batulanau lapuk
tinggi), massa batuan tipe 4 (zona patahan).
4. Kualitas setiap tipe massa batuan adalah: massa batuan tipe 1 dengan kualitas
baik (RMR 69), massa batuan tipe 2 dengan kualitas sedang (RMR 59), massa
batuan tipe 3 dengan kualitas buruk (RMR 30), dan massa batuan tipe 4 dengan
kualitas sangat buruk (RMR 20).
5. Hasil analisis terhadap lereng desain memperlihatkan bahwa lereng berada dalam
keadaan tidak aman. Longsoran intensif terjadi pada lereng batulempung dan
zona patahan.
6. Hasil analisis terhadap lereng revisi desain memperlihatkan perlunya revisi ulang
di daerah zona patahan karena masih memperlihatkan faktor keamanan yang
rendah.
7. Hasil simulasi terhadap kestabilan lereng berdasarkan tipe massa batuan
memperlihatkan bahwa semakin baik kualitas suatu massa batuan, semakin
maksimal geometri lereng (tinggi dan sudut lereng) yang bisa dibentuk.
8. Hasil uji rayapan geser langsung memperlihatkan bahwa hasil pengujian dapat
didekati dengan model rayapan Burger.
9. Kuat geser jangka panjang batulempung adalah 46% dari kuat geser puncaknya
dan dicapai selama ±15 bulan.
6-1
10. Hasil pengujian terhadap batulempung dengan kadar air alami (±2%)
memperlihatkan bahwa kurva kuat geser jangka panjang (c dan φ) relatif
berhimpit dengan kurva kuat geser sisa hasil uji laboratorium.
11. Besaran parameter kuat geser (c dan φ) selalu berubah terhadap waktu.
12. Prosentase rata-rata penurunan kestabilan lereng jangka panjang terhadap
kestabilan lereng saat digali sebesar 48% atau relatif mendekati prosentase kuat
geser jangka panjang hasil uji rayapan (46%).
6.2. Saran
1. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan asumsi lereng jenuh dengan air.
Perlu dilakukan pengamatan muka air tanah dengan piezometer sehingga
diketahui elevasi muka air tanah yang sebenarnya dilapangan. Penurunan muka
air tanah dapat meningkatkan stabilitas lereng.
2. Geometri lereng hasil revisi desain masih memperlihatkan faktor keamanan yang
rendah terutama di zona patahan. Hal ini dikarenakan geometri lereng masih
didesain secara seragam tanpa memperhatikan jenis massa batuan. Oleh sebab itu
geometri galian (tinggi dan sudut lereng) sebaiknya disesuaikan dengan jenis
massa batuan yang dijumpai.
3. Simulasi kestabilan lereng diterapkan pada tipe massa batuan dengan nilai RMR
yang terbatas sehingga grafik penentuan lereng stabil hanya terbatas pada 4 tipe
massa batuan dengan 4 nilai RMR. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap massa batuan dengan nilai RMR yang lebih bervariasi sehingga akan
didapatkan grafik yang lebih baik.
4. Penurunan kuat geser jangka panjang hasil uji rayapan sebesar 46% selama ±15
bulan didapat berdasarkan penerapan tegangan normal dan tegangan geser
6-2
konstan, sementara penurunan kestabilan lereng jangka panjang tidak hanya
disebabkan oleh tegangan konstan yang berkerja tetapi oleh faktor lain seperti
proses pelapukan, curah hujan, maupun getaran akibat gempa atau peledakan.
Oleh karena itu pemantauan kestabilan lereng di lapangan perlu dilakukan secara
kontinyu karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesis bahwa
parameter kuat geser jangka panjang adalah sama dengan kuat geser sisa hasil uji
laboratorium. Pengujian perlu dilakukan pada batuan dengan jenis dan ukuran
yang berbeda dengan berbagai kondisi kadar air.
6-3
Download