skripsi korelasi layanan bimbingan dan konseling dengan akhlak

advertisement
0
SKRIPSI
KORELASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DENGAN AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK
PGRI 1 TAMAN KABUPATEN PEMALANG
Disusun oleh:
Zamasita Desiyoni (202109484)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN PEKALONGAN)
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan
masyarakat, sebagaimana tujuan pendidikan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses
pembelajarannya
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
Negara.1
Ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran, yang
tidak mungkin hanya diselesaikan oleh guru sebagai staf pengajar,
karena pada umumnya guru lebih banyak menggunakan waktunya
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan
pengajaran. Dalam sistem pendidkan yang berjalan sekarang banyak
ditemukan celah-celah dan kekurangan. Sistem pendidikan klasikal
yang konvensional lebih banyak memperhatikan kelas dan kseluruhan
peserta didik secara umum, tetapi kurang memperhatikan pesserta
didik sebagai individu yang unik. Perbedaan individual kurang
mendapat
1
perhatian
yang proporsional,
sehingga menghambat
Eka Prihatin, Guru sebagai Fasilitator (Bandung: PT. Karsa Mandiri Persada, 2008),
hlm. 1.
1
2
pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh setiap
individu peserta didik.2
Kurangnya perhatian yang menghambat tumbuh kembang yang
dilalui individu peserta ddik bisa menyebabkan mereka mengalami
krisis moral atau akhlak yang gersang, dan yang lebih miris, pelakunya
adalah remaja anak sekolah. Dengan tidak berfikir panjang, mereka
berbuat atau berperilaku negatif, seperti melakukan tawuran, anarkis,
dan cepat marah dan tersinggung, itu menjadi budaya baru yang
dianggap dapat mengangkat jati diri mereka. Premanisme ada dimanamana, emosi meluap-luap, serta ingin menang sendiri menjadi bagian
hidup yang akrab dalam pandangan sebagian dari diri masyarakat
sendiri.
Sebagaimana yang ada pada SMK PGRI 1 Taman kabupaten
Pemalang yang hampir semua peserta didiknya adalah laki-laki,
Khususnya peserta didik kelas XI, yang mana kelas tersebut pada usia
perkembangan masa remaja. Masa remaja adalah masa yang sulit
untuk mengendalikan diri dan konsekuen, pada masa inilah si remaja
mengalami kegoncangan batin dan tidak tenang, banyak kontradiksi
dalam dirinya, sehingga mudah terpengaruh yang tidak baik dan
bertindak negatif. Pada intinya mereka belum mampu memecahkan
masalahnya sendiri dan belum mampu menerima dirinya sendiri sesuai
dengan potensinya. Terlebih anak laki-laki terkadang suka kurang
memanfaatkan
waktunya,
kurang
bertanggung
jawab
dan
3
memperhatikan dalam mengerjakan tugas pelajaran atau tugas seharihari, kurang patuh terhadap tata tertib kelas dalam mengikuti pelajaran
dari guru, gaduh, tidak sopan, menyela perkataan guru ketika diajar,
merokok, aksi demo dan semua perbuatan yang dapat merugikan
dirinya sendiri.2
Untuk mengatasi masalah tersebut maka dalam dunia
pendidikan diperlukan adanya bimbingan yang dapat memperbaiki
akhlak yang ada. Sebab pendidikan yang bermutu adalah yang
mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu
bidang administratif
kurikuler,
dan
dan kepimimpinan, bidang instruksional dan
pembinaan
siswa
(bimbingan
dan
konseling).
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan
pengajaran dengan mengabaikan bimbingan hanya akan menghasilkan
individu yang pintar dan trampil dalam aspek akademik, tetapi kurang
memilki
kemampuan
atau
kematangan
dalam
aspek
psikososiospritual.3
Bidang bimbingan dan konseling ini terkait dengan program
pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya
mencapai perkembanganya yang optimal, melalui interaksi yang sehat
dengan lingkungannya. Karena bimbingan dan konseling adalah proses
pemberian
2
bantuan
atau
pertolongan
secara
sistematis
Siswatiaka Turatridini, salah satu guru SMK PGRI 1 Taman, Wawancara pribadi,
Pemalang, Juni 2014.
3
Ibid., 4-5.
dari
4
pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan
tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli, sehingga konseli mampu melihat
masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya,
dan
mampu
memecahkan
sendiri
masalah
yang
dihadapinya. Bimbingan konseling juga merupakan bagian integral
dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan
proses pendidikan di sekolah.
Dalam hal ini sekolah mempunyai fungsi yang sangat urgen
dan misi khusus untuk menciptakan peserta didik yang berakhlak
mulia, yang dibentuk sesuai kebutuhan masyarakat. Sekolah sebagai
roda penggerak pendidikan nasional diberi peran besar dalam
pembinaan dan perkembangan moral peserta didik. Pendidikan
diharapkan mengetahui peran dirinya sebagai seorang pendidik. Peran
pendidik sangat besar dalam penentuan pandangan hidup si remaja
atau peserta didik. Kerena itu kenalilah mereka dan berilah mereka
bimbingan, karena sangat penting bagi mareka untuk dilaksanakannya
bimbingan dan konseling, guna membantu peserta didik mengatasi
berbagai
masalah
yang
dihadapinya,
mengenal
lingkungan,
merencanakan masa depan, sebagai modal pengembangan diri lebih
lanjut, serta terbentuk peserta didik yang berbudi luhur, berperilaku
terpuji dan atau sebagai manusia yang mempunyai akhlakul karimah
untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsanya.6
5
Manusia yang berakal haruslah berakhlak baik, sebab akhlak
yang baik sangat penting untuk mempengaruhi perkembanan
kehidupan untuk mencapai kebahagiaan, baik di dunia maupun di
akhirat. Jika seserang dapat menjaga kualitas mu’amalah ma’allh dan
mu’amallah ma’annas, insyaAllsh akan mmperoleh rida-NYA. Orang
yang mendapat rida Allah niscaya akan memperoleh jaminan
kebahagiaan hidup.
Seseoran yang barakhlakkul karimah pantang berbohong
terhadap diri sendiri dan tidak menipu apalagimenyesatkan orang lain.
Orang
seperti
inibiasanya
dapat
hidup
dengan
tenang
dan
damai,memiliki pergaulan luas dan banyak relasi, serta dihargai kawan
dan disegani siapapun yang mengenalnya.7
Bertolak dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian
dengan judul
“KORELASI LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN AKHLAK PESERTA
DIDIK KELAS XI DI SMK PGRI 1 TAMAN KABUPATEN
PEMALANG” dengan alasan:
Pertama, akhlak adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang, akhlak dapat dijadikan pedoman bagi seseorang
dalam kehidupannya. Akhslak yang baik akan menjadikan kehidupan
seseorang yang lebih baik, demikian juga sebaliknya akhlak yang
buruk akan menjadikan kerugian bagi dirinya sendiri.
6
Kedua, dengan melihat keadaan yang ada di SMK PGRI 1
TAMAN bahwa di sekolah tersebut masih terdapat sejumlah peserta
didik yang bisa dikatakan belum memiliki akhlak yang baik seperti
suka membuat onar, gaduh, tidak sopan, menyela perkataan orang tua
atau guru ketika diajar, merokok, aksi demo dan semua perbuatan yang
dapat merugikan dirinya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK PGRI 1
Taman kabupaten Pemalang?
2. Bagaimana akhlak peserta didik kelas XI di SMK PGRI 1 Taman
kabupaten Pemalang?
3. Adakah korelasi yang signifikan antara layanan bimbingan dan
konseling dengan akhlak peserta didik kelas XI di SMK PGRI 1
Taman kabupaten Pemalang?
Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami
judul, perlu kiranya penulis untuk membatasi istilah yang tercakup
dalam judul diatas, adapun istilah-istilah tersebut yaitu:
1. Korelasi
Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat.4
2. Bimbingan dan Konseling
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 734.
7
Bimbingan dan konseling adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu-individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar
individu atau sekumpulan indindu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.5
3. Akhlak Peserta Didik
Akhlak adalah secara lughoti berasal dari bahasa arab,
jama’ dari khulukun yang diartikan budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat.6 Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
akhlak peserta didik kelas XI SMK PGRI 1 Taman Kabupaten
Pemalang.
Dari uraian di atas, peneliti menyusun skripsi dengan judul
Korelasi layanan bimbingan dan konseling dengan akhlak peserta didik
kelas XI di SMK PGRI 1 Taman Kabupaten Pemalang, dengan alasan
untuk
mengetahui
layanan
bimbingan
dan
konseling
yang
dilaksanakan terhadap akhlak peserta didik.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan dan
konseling di SMK PGRI 1 Taman kabupaten Pemalang.
2. Untuk mengetahui bagaimana akhlak peserta didik kelas XI di
SMK PGRI 1 Taman kabupaten Pemalang.
5
6
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999)
Hamzah Yakub, Etika Islam, cet. Ke-3 (Bandung: Diponegara 1995), hlm. 11
8
3. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara layanan bimbingan
dan konseling dengan akhlak pesrta didik kelas XI di SMK PGRI 1
Taman kabupaten Pemalang.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi dibidang pendidikan, terutama berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah
dalam menangani permasalahan peserta didik agar mencapai
tingkah laku yang berakhlak mulia.
2. Secara Praktis
a. Bagi Lembaga SMK PGRI 1 Taman
Sebagai bahan masukan bagi konselor atau guru
bimbingan konseling dan pihak sekolah yang terkait di SMK
PGRI 1 Taman dalam meningkatkan akhlak peserta didik
dengan cara memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
yang maksimal dan intensif.
b. Bagi Peneliti dan Pembaca
Sebagai
tambahan
pengetahuan
dan
pengalaman yang luas bagi peneliti dan pembaca.
E. Tinjauan Pustaka
wawasan
9
1. Analisis Teoritis
Menurut Moh. Surya dalam bukunya yang berjudul Dasardasar Penyuluhan, mengatakan bimbingan merupakan suatu proses
pemberian bantuan terus dan sistematis dari pembimbing kepada
yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri
dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.7
Menurut Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya yang
bejudul Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, telah dijelaskan
bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara
tatap muka antara dua orang dimana konselor melalui hubungan itu
dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam
hal ini konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaan
sekarang dan kemungkinan keadaan masa depan yang dapat ia
ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih jauh
konseling
belajar
bagaimana
memecahkan
masalah
dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.8
Menurut
Tohirin dalam bukunya Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Madrasah, Bimbingan dan konseling
merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing
7
(konselor)
kepda
individu
(konseli)
melalui
Moh. Surya, Dasar-dasar Penyuluhan (Jakarta: Depdikbudm, 1998), hlm. 6.
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004). hlm. 101.
8
10
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya,
agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya
sendiri. Atau proses pemberian bantuan tatap muka atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing kepada konseli atau
siswa melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik
antara keduanya untuk mengungkap masalah koseli sehingga
koseli mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima
dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan
sendiri masalah yang dihadapi.9
Menurut Mukhtar dalam bukunya yang berjudul Desain
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, akhlak merupakan
manifestasi dari pendidikan yang diperoleh dari beberapa aspek
pembentukan kepribadian atau akhlak seseorang. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi 2. pembentukan akhlak seseorang adalah
orang tua (keluarga), pendidikan (sekolah), dan masyarakat
(lingkungan sosial).10
2. Telaah Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran dan pengetahuan peneliti, terdapat
beberapa penelitian serta kajian yang telah dilakukan terkait
dengan bimbingan dan konseling, yaitu:
9
Tohirin, Bimbingan dan Koseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 26.
10
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Misaka Baliza,
2009), hlm. 73
11
Menurut Subhul Lutfiyah (2021310155) dalam skripsinya
yang berjudul “Korelasi Penerapan Bimbingan dan Konseling
Islami dengan Prestasi Belajar Siswa di MA Subhannah kecamatan
Subah Batang”, bahwa dalam penelitian tersebut dijelaskan adanya
korelasi antara penerapan bimbingan dan konseling islami dengan
prestasi belajar siswa di MA Subhannah. Dengan adanya
penerapan bimbingan dan konseling islami diharapkan dapat
membantu peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi para siswanya, agar masalah tersebut tidak berpengaruh
pada prestasi belajar siswa.11
Menurut Muzamilah (232108336) dalam sekripsinya yang
berjudul “Korelasi Antara Layanan Bimbingan dan Konseling
dengan Tingkat Kemandirian Belajar Siswa di SMP Negeri 15
Pekalongan” bahwa layanan bimbingan dan konseling dengan
tingkat kemandirian belajar siswa di SMP Negeri 15 Pekalongan
diperoleh kesimpulan yakni antara layanan bimbingan konseling
dengan tingkat kemandirian belajar siswa di SMP Negeri 1
Pekalongan menunjukan korelasi yang cukup atau sedang.12
Menurut Muhammad Khubullah (23206109) dengan judul
“Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap Penaggulangan
11
Subhul Lutfiyah, “Korelasi Penerapan Bimbingan Konseling Islami dengan Prestasi
Belajar Siswa di MA Subah Batang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN
Pekalongan: 2013), h.lm. 67-68.
12
Muzamilah, “Korelasi Antara Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Tingkat
Kemandirian Siswa di SMP Negeri 15 Pekalongan”, Sekripsi Sarjana Pendidikan Islam
(Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 67-68
12
Perilaku Peserta Didik di SMPN 2 Tirto Pekalongan”, dijelaskan
bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling berpengaruh terhadap
penanggulangan perilaku peserta didik di SMPN 2 Tirto
Pekalongan.13
Pada penelitian tersebut persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah terletak pada objek penelitian dan metode
penelitiannya. Objek penelitiannya yaitu sama-sama tentang
bimbingan konseling dan metode penelitian yang diunakan samasama kuantitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu pada fokus
penelitian. Penelitian pertama fokusnya pada korelasi penerapan
bimbingan dan konseling islami dengan prestasi belajar siswa,
penelitian kedua fokusnya pada korelasi antara layanan bimbingan
dan konseling dengan tingkat kemandirian belajar siswa, penelitian
ketiga fokusnya pada pengaruh bimbingan dan konseling terhadap
penaggulangan perilaku peserta didik, sedangkan penelitian ini
fokusnya pada korelasi layanan bimbingan dan konseling dengan
akhlak peserta didik, khususnya kelas XI di SMK PGRI 1 Taman
Kabupaten Pemalang.
3. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah gambaran pola hubungan antara
variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk
13
Muhammad Khubullah, “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Terhadap
Penanggulangan Perilaku peserta Didik di SMP 2 Tirto Pekalongan”, Sripsi Sarjana Pendidikan
Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 68-69.
13
memecahkan masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian
teoritis yang telah dilakukan.14
Berdasarkan analisis teori di atas, dapat dibangun suatu
kerangka berfikir bahwa bimbingan dan konseling sangat
dibutuhkan untuk perkembangan akhlak peserta didik, dan adanya
korelasi atau keterkaitan antara layanan bimbingan dan konseling
dengan akhlak peserta didik di sekolah, dimana guru bimbingan
konseling harus lebih perhatian terhadap peserta didik, serta
mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang
lebih baik dan maksimal.
4. Hipotesis
Dalam
penelitian
dengan
pendekatan
kuantitatif.
Perumusan hipotesis menjadi sangat penting karena dengan
landasan teori meyakinkan hipotesis yang diajukan oleh peneliti
diharapkan
terbukti
kebenarannya
di
lapangan.
Meskipun
demikian, hipotesis yang diajukan oleh peneliti merupakaan
dugaan sementara yang mempunyai dua kemungkinan salah dan
benar, dengan kata lain hipotesis adalah prediksi terhadap hasil
penelitian yang diusulkan.15
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah bahwa
terdapat korelasi antara pelaksanaan bimbingan dan konseling
14
Tim Penyusun Pedoman Sekripsi, Pedoman Penulisan Sekripsi dan Tugas Akhir
Program Sarjana Sastra 1 dan Diploma 3 (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hlm. 13.
15
Ibnu hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam pendidikan (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 61.
14
dengan akhlak peserta didik kelas XI di SMK PGRI 1 Taman
Pemalang
F. Sistem Penulisan Skripsi
Penulisan penelitian ini diawali dengan halaman judul, halaman
pernyataan,
nota
pembimbing,
halaman
pengesahan,
halaman
persembahan, halaman moto, abstrak, kata pengantar, dan daftar isi.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai tata urut penulisan dari
penelitian ini secara keseluruhan, maka sistematika penulisan skripsi
ini akan disusun dalam lima bab.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Bimbingan Konseling dan Akhlak berisi dua sub bab.
Sub bab pertama, tentang Bimbingan dan Konseling, meliputi:
Pengertian Bimbingan dan Konseling, Tujuan Layanan Bimbingan dan
Konseling, Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling, Materi
Bimbingan dan Konseling, serta Asas-asas Bimbingan dan Konseling.
Bagian kedua tentang Akhlak peserta didik yang meliputi, Pengertian
Akhlak, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak,
serta Macam-macam Akhlak.
Bab III Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Akhlak
Peserta Didik di SMK PGRI 1 Taman Kabupaten Pemalang, terdiri
dari tiga sub bab. Sub bab pertama Gambaran Umum SMK PGRI 1
15
Taman, yang meliputi: Sejarah, Letak Geografis, Visi dan Misi,
Struktur Organisasi, Keadaan guru dan siswa, Sarana dan Prasarana,
Kegiatan Belajar Mengajar. Sub bab kedua, tentang data Layanan
Bimbingan dan Konseling kelas XI di SMK PGRI 1 Taman kabupaten
Pemalang. Sub bab ketiga, tentang Data Kondisi Akhlak Peserta didik
Kelas XI di SMK PGRI 1 Taman Kabupaten Pemalang.
Bab IV Korelasi Layanan Bimbingan dan Konseling dengan
Akhlak Peserta Didik di SMK PGRI 1 Taman Kabupaten Pemalang
terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama: berisi tentang Analisis
Pendahuluan. Sub bab kedua, berisi tentang Analisis Uji Hipotesis.
Sub bab ketiga, berisi tentang Analisis Lanjut.
Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran. Pada bagian
akhir berisi daftar pustaka, biografi peneliti dan lampiran-lampiran.
Download