PR-Rahmi Ramdanis

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK MEDIKO FARMA
JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK
JAKARTA SELATAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RAHMI RAMDANIS, S.Farm
1206313583
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK MEDIKO FARMA
JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK
JAKARTA SELATAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
RAHMI RAMDANIS, S.Farm
1206313583
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Rahmi Ramdanis S.Farm
NPM
: 1206313583
Tanda Tangan
:
Tanggal
:
Juli 2013
iii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :
Nama
: Rahmi Ramdanis, S. Farm (1206313583)
Program Studi
: Apoteker-Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Judul Laporan
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Mediko Farma Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu
Cilandak Jakarta Selatan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Dra. Farida Indyastuti,S.E., Apt., MM.
Pembimbing II : Dra. Azizahwati, M.Si, Apt.
Penguji I
: Dr. Harmita, Apt.
Penguji II
: Nadia Farhanah Syafhan, M.Si, Apt.
Penguji III
: Sutriyo M.Si, Apt.
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 6 Juli 2013
iv
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan
laporan
Praktek
Kerja
Profesi
Apoteker di Apotek Mediko Farma. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., M.M., selaku Apoteker Pengelola Apotek
Mediko Farma sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan
kesempatan PKPA di Apotek Mediko Farma serta menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;
2.
Dra. Azizahwati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan laporan ini;
3.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
4.
Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
5.
Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh karyawan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
6.
Seluruh karyawan di Apotek Mediko Farma yang telah banyak membantu
dalam PKPA dan usaha memperoleh data yang penulis perlukan;
7.
Orang tua, saudara dan seluruh keluarga atas segala kasih sayang, dukungan,
kesabaran, perhatian, semangat, dorongan dan do’a yang diberikan.
8.
Dian, Kak Eci dan sahabat-sahabat apoteker angkatan LXXVI atas semangat,
dukungan dan kerja sama selama ini;
v
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari penyusunan laporan PKPA ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh selama kegiatan PKPA ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca di masa mendatang.
Penulis
2013
vi
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
NPM
Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis karya
: Rahmi Ramdanis
: 1206313583
: Profesi Apoteker
: Farmasi
: Farmasi
: Karya Ilmiah: Laporan Kerja Praktek
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mediko Farma Jl. Pinang Raya
No. 10 Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2013
Yang menyatakan
( Rahmi Ramdanis )
vii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB 1.
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK .....................................................
2.1. Definisi Apotek .......................................................................
2.2. Landasan Hukum Apotek ........................................................
2.3. Tugas dan Fungsi Apotek ......................................................
2.4. Persyaratan Apotek .............................................................
2.5. Tata Cara Perizinan Apotek .....................................................
2.6. Tenaga Kerja Apotek ..........................................................
2.7. Pengelolaan Apotek .................................................................
2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek .............................
2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia ......................
2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek .................................................
2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ...................................
2.12. Pelayanan Swamedikasi ..........................................................
2.13. Obat Wajib Apotek .................................................................
2.14. Pelayanan Informasi Obat .......................................................
2.15. Konseling .................................................................................
3
3
3
4
4
6
7
9
12
14
22
23
24
25
26
27
TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA ................
3.1. Sejarah Apotek Mediko ...........................................................
3.2. Lokasi dan Tata Ruang ............................................................
3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia .....................
3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi .............................................
3.5. Pelayanan Apotek ....................................................................
3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika ....................................
3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika ...............................
29
29
29
31
31
35
37
38
BAB 3.
viii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
3.8. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian ......................................... 39
BAB 4.
PEMBAHASAN ..............................................................................
4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek ................................................
4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek ............................................
4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ..............................................
4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek ...........................................
42
42
44
44
47
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 51
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 51
5.2. Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 53
ix
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Penandaan Golongan Obat .......................................................... 15
Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) ......................... 16
Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma ............................................... 55
Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma ............... 55
Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma ............................... 56
Gambar 3.4. Alat-alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma ................. 56
x
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker.................................................. 44
xi
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu ..................... 57
Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma ................................... 58
Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma .................... 59
Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma ........................... 60
Lampiran 5. Tanda Terima Faktur .................................................................. 61
Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep .............................................................. 62
Lampiran 7. Salinan Resep ............................................................................. 63
Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep ................................................. 64
Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas ................................................. 65
Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika ...................... 66
Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika .................. 67
xii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis (Presiden RI, 2009b). Pembangunan bidang kesehatan pada
dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan
penting dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah
apoteker.
Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian dapat menjalankan
praktek kefarmasiannya pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat.
Salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang erat hubungannya dengan
apoteker adalah apotek. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat
pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan;
sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan sebagai sarana penyalur
perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat
secara meluas dan merata (Presiden RI, 2009c).
Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek wajib
mengikuti
paradigma
pelayanan
kefarmasian
dan
perkembangan
ilmu
pengetahuan serta teknologi. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)
merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian
telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat
sebagai komoditi (drug oriented) kepada pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien (Presiden RI, 2009c).
1
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
Dalam menanggapi perubahan orientasi tersebut, maka apoteker sebagai
long life learner dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya agar mampu melakukan pelayanan kefarmasian dengan baik
sesuai standar pelayanan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang
Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam standar pelayanan tersebut, selain
mampu berinteraksi secara langsung dengan pasien, apoteker juga harus mampu
berkomunikasi aktif dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi
untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Oleh karena itu, diperlukan
pendidikan dan pelatihan aktual di suatu apotek, agar calon apoteker dapat
menjadi apoteker yang memiliki kompetensi melalui Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). Dalam hal ini, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia menyelenggarakan PKPA di Apotek Mediko Farma yang
berlangsung dari tanggal 18 Februari sampai tanggal 28 Maret 2013 dengan
harapan agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan
dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek dalam pelaksanaan pekerjaan
kefarmasian.
1.2. Tujuan
a. Mempraktekkan teori yang telah didapat selama kuliah dengan keadaan yang
sebenarnya di Apotek.
b. Memahami fungsi, tugas, dan peranan apoteker di apotek sesuai dengan
peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat.
c. Mengetahui pengelolaan apotek, baik dalam pelayanan kefarmasian maupun
dalam sistem manajerial.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
3
BAB 2
TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1. Definisi Apotek
Berdasarkan
Keputusan
No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan
Menteri
Keputusan
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu,
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah
(PP) No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden
RI, 2009b). Menurut PP No.51 tahun 2009, yang dimaksud dengan pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang
dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai
salah satu sarana pelayanan kesehatan, harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2.2. Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam:
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
4
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang
Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/ MENKES/ PER/
2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan pelaksanaan masa
bakti dan izin kerja apoteker.
g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/ MENKES/ SK/
IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/ MENKES/ SK/
X/ 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek.
2.3. Tugas dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
b. Sarana
farmasi
yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
2.4. Persyaratan Apotek
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
5
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan
farmasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/
IX/2004, disebutkan bahwa:
a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko
kesalahan penyerahan.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker
untuk memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,
serangga.
g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/
IX/2004, disebutkan bahwa apotek harus memiliki:
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/materi informasi.
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d. Ruang racikan.
e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun untuk pasien.
Perlengkapan dan peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rakrak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dan
debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi
ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
6
2.5. Tata Cara Perizinan Apotek
Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek
diberikan oleh Menteri, yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah
sebagai berikut:
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota dengan menggunakan contoh Formulir APT-1.
b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota selambat-lambatnya 6(enam) hari kerja setelah menerima permohonan
dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan
pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambat
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan Formulir APT-3.
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan butir (c)
tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat
dengan
tembusan
kepada
Kepala
Dinas
Propinsi
dengan
menggunakan Formulir APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c), atau pernyataan butir (d) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek
(SIA) dengan menggunakan Formulir APT-5.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/kota atau
Kepala Balai POM dimaksud butir (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan Formulir APT-6.
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan
pemilik sarana.
i. Pemilik sarana yang dimaksud butir (h) harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang
obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
j. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib
mengeluarkan
surat
penolakan
disertai
dengan
alasannnya
dengan
menggunakan Formulir APT-7.
Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada
apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk
mendirikan apotek di suatu tempat tertentu.
2.6. Tenaga Kerja Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tenaga
kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Tenaga
teknis kefarmasian yaitu sarjana farmasi, ahli madya farmasi rumah sakit dan
tenaga menengah farmasi/asisten apoteker yang sudah disumpah. Tenaga
kefarmasian untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain:
2.6.1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002, Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh
terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab
kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
8
Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat
Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif
melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih
memenuhi
persyaratan.
Sesuai
dengan
Permenkes
RI
No.
922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
b. Telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan
melalui dinas kesehatan daerah masing - masing.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di apotek lain.
Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut:
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.
b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,
mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.
d. Melakukan pengembangan apotek.
Seorang Apoteker Pengelola Apotek apabila berhalangan melakukan
tugasnya
pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk
apoteker pendamping serta apabila Apoteker pengelola Apotek dan apoteker
pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker
pengelola Apotek menunjuk Apoteker pengganti. Penunjukan dimaksud
harus
dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan
kepada Kepala Dinas kesehatan propinsi setempat. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 :
a. Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA
dan/ atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
9
b. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika APA
berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat
lain.
2.6.2. Asisten Apoteker
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002, asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten apoteker dibawah pengawasan Apoteker.
2.7. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Kegiatan dalam pengelolaan
apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan
pengelolaan non teknis kefarmasian. Pengelolaan non teknis kefarmasian
tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan
bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.
2.7.1. Pengelolaan Persediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan.
Pengeluaran obat memakai sistem First In First Out (FIFO) dan First Expire First
Out (FEFO).
2.7.1.1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,
mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya
kelebihan perbekalan farmasi yang
tersimpan
lama
dalam
gudang
serta
meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi
yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
10
sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi
yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat dan budaya masyarakat.
2.7.1.2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Penentu utama terhadap tersedianya
obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang
efektif. Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien,
maka pengadaan yang meliputi ketersediaan, keamanan, dan jaminan mutu
perbekalan tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan tidak
hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta
kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain:
a. Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya.
b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada.
c. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.7.1.3. Penyimpanan
Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan
dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk
perbekalannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan
perbekalan farmasi diantaranya:
a. Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi
harus dipindahkan ke dalam wadah lain (pengecualian), maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru
yang memuat sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa.
b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin
kestabilan bahan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
11
2.7.1.4. Pelayanan Apotek
Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi :
a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker
Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada
kepentingan masyarakat.
b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang
bermutu baik dan absah.
c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat bermerek dagang, namun resep dengan obat bermerek dagang
atau obat paten boleh diganti dengan obat generik.
d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara.
Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau
dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.
e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang
lebih tepat.
f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas
permintaan masyarakat.
g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.
h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.
i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun.
j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
12
kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan
yang berlaku.
k. Apoteker Pengelola Apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti
diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar
Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping, Apoteker Pengganti
didalam pengelolaan apotek.
2.7.2. Administrasi
Dalam menjalankan pelayana kefarmasia di apotek, perl dilaksanakan
kegiatan administrasi yang meliputi :
a. Administrasi Umum
Pada bagian ini dilakukan pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,
psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Administrasi Pelayanan
Pada bagian ini dilakukan pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan
pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care).
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan
orientasi
tersebut,
apoteker
dituntut
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian
informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah
sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
13
Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan
kefarmasian dengan baik, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk
menjamin
mutu pelayana kefarmasian kepada masyarakat. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di
apotek meliputi:
2.8.1. Pelayanan Resep (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004)
2.8.1.1. Skrining Resep
Apoteker
melakukan
skrining
resep
yang
meliputi,
persyaratan
administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda
tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian
yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik
(bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta
kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).
2.8.1.2. Penyiapan Obat
Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan
(kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan
etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca,
obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga
kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi
obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
14
Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien
atau
yang bersangkutan terhindar dari
bahaya,
penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi
lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker
harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan
terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,
asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.8.2. Promosi dan Edukasi
Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet/
brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
2.8.3. Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang
bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatric dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat
catatan berupa catatan pengobatan.
2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia
Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk
diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada
manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh
Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat
golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan
pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap
golongan obat diberi tanda/ logo pada kemasan yang terlihat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
15
Obat Bebas
Obat Keras
Obat Bebas Terbatas
Golongan Narkotika
Gambar 2.1. Penandaan Golongan Obat
2.9.1. Obat OTC
Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC
(OverThe Counter). Obat OTC terdiri dari :
2.9.1.1. Obat Bebas
Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter
disebut obat bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan
garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1).
2.9.1.2. Obat Bebas Terbatas
Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau
dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut
dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1).
Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik,
sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P
No.1 – P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya.Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
(atau
disesuaikan
dengan
kemasannya)
dan
diberi
tulisan
peringatan
npenggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
16
Gambar 2.2. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6)
2.9.2. Obat Ethical
Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter
disebut ethical seperti obat keras termasuk obat golongan psikotropika dan obat
golongan narkotika.
2.9.2.1. Obat Keras
Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut
dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di
dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam
dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara
lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika,
beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi (Departemen Kesehatan RI,
2006b).
2.9.2.2. Obat Golongan Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika
dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika
yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
17
psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan
psikotropika dan memberantas peredaran
gelap
psikotropika. Kemasan obat
psikotropik ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K
yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah.
Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni:
a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya brolamfetamina,
lisergida (LSD), meskalin dan psilosibin.
b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potens
yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin,
metamfetamin dan metilfenidat.
c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang
dalam
mengakibatkan
ketergantungan,
misalnya
amobarbital,
siklobarbital, dan pentazosina.
d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya
derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital.
Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek
meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan
(Presiden RI, 1997):
a. Pemesanan psikotropika
Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga)
rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi
nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat
digunakan untuk beberapa jenis psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18
b. Penyimpanan psikotropika
Obat-obat
golongan
psikotropika
ini
cenderung
disalahgunakan
sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak
atau lemari khusus.
c. Penyerahan psikotropika
Penyerahan obat-obat golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat
dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
dokter, dan kepada pengguna/ pasien.
d. Pelaporan psikotropika
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan
yang
berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Direkorat Jenderal
Binfar
Alkes
Kementerian
Kesehatan
secara
online
melalui
website
www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Pelaporan dilakukan setiap bulan, paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM.
e. Pemusnahan Psikotropika
Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan
disaksikanoleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat
kepastian. Menurut pasal 53 UU No.5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika
dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi
tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa,
serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana
dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen
yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku,
dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak
pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hokum tetap.
Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7
(tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang
disebabkan karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
19
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh
apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan
oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam
waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian.
2.9.2.3. Obat Golongan Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan golongan narkotika
ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah
(Departemen Kesehatan RI, 2006b). Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan
yaitu:
a. Narkotika golongan
I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan
ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja.
b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk
mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin.
c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya
kodein.
UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk,
penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika,
untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek
samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita
kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara
garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan,
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
20
pelaporan, pelayanan dan pemusnahan.
a. Pemesanan Narkotika
Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan
surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiga
rangkap untuk PBF Kimia Farma dan satu rangkap untuk arsip apotek),
dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya
digunakan untuk memesan satu jenis narkotika.
b. Penyimpanan Narkotika
Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan
bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika,
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus dibuat seluruhnya dari kayu
atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan;
lemari dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian
pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta
persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan
narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa
lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibaut pada
tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan
lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci
lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus
ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum.
c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika
Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya
dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep
dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan
bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika.
Resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika
dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak
boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
21
Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek
kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter.
d. Pelaporan Narkotika
Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa
importir,
eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan
dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya.
Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Direkorat Jenderal
Binfar
Alkes
Kementerian
Kesehatan
secara
www.sipnap.binfar.depkes.go.id setiap bulan
online
pada
paling lambat
website
tanggal
10
bulandengan tembusan kepada Balai Besar POM. Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika biasa disebut dengan SIPNAP adalah sistem yang mengatur
pelaporan penggunaan Narkotika
dan Psikotropika
dari Unit Layanan
(Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek).
e. Pemusnahan Narkotika
Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978
mengenai
pemusnahan
narkotika,
Apoteker
Pengelola
pasal
Apotek
9
dapat
memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita
acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan,
dan tahun), nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika,
nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, tanda
tangan, dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, serta saksi-saksi
pemusnahan.
Pemusnahan
narkotika
harus
disaksikan oleh petugas Direktorat
Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit
pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk
pedagang besar farmasi penyalur
narkotika, lembaga dan unit pergudangan
propinsi, petugas DinasKesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit,
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
22
puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan
kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/ Balai Besar POM, dan
sebagai arsip.
2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek
Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan
izin,
dan
pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan
tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang
Narkotika (sekarang UU No. 35 tahun 2009), Undang-undang No. 5 tahun
1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut
f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat.
g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/
Kota
sebelum
melakukan
pencabutan berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Menurut
Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pelaksanaan pencabutan izin apotek
dilakukan setelah dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga
kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
23
menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan mengunakan
contoh Formulir Model APT-13.
Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota kepada Apoteker Pengelola Apotek dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan disampaikan
kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala
Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek tersebut dicabut, APA atau
Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi yang dilakukan
dengan cara:
a. Seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta
seluruh resep yang tersedia di apotek diinventarisasi.
b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melapor secara tertulis kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang
penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.
Pembekuan
izin
apotek dapat
dicairkan
kembali
apabila apotek
tersebut telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dengan menggunakan contoh Formulir APT-14. Pencairan izin
apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat. Selama pembekuan izin, apotek
dilarang menjalankan kegiatan kefarmasian, namun diberi waktu maksimal 6
bulan untuk membuktikan bahwa apotek memenuhi seluruh persyaratan sesuai
dengan ketentuan yang ada.
2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengalihan tanggung jawab apoteker :
a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang
disebabkan karena penggantian APA kepada apoteker pengganti, wajib
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
24
dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya
serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada
kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai
dengan bentuk
yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
b. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia, dalam jangka
dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian
tersebut secara tertulis kepada kepala wilayah atau petugas
yang diberi
wewenang olehnya.
c. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka
pelaporan oleh ahli waris tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika
psikotropika, obat keras dan kunci tempat
penyimpanan
narkotika dan
psikotropika.
d. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci
tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan kepala kantor wilayah atau
petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima.
2.12. Pelayanan Swamedikasi
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Tindakan pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi
keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti
demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit
kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat
untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan.
Walaupun pengobatan sendiri dilakukan oleh dan untuk diri sendiri,
swamedikasi harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan
pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung
jawab bagi para penggunanya. Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat
tanpa resep yaitu golongan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek.
Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan
sendiri
dengan
mengeluarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
25
2.13. Obat Wajib Apotek
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
e. Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek
diwajibkan untuk :
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan
dalam OWA yang bersangkutan
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat Keputusan Menteri
Kesehatan yaitu:
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi,
obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang
mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit, dan obat topikal.
a. Perubahan
golongan
OWA
No.1
berdasarkan
PerMenKes
No.925
Tahun1993 memuat beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat
bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya.
b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
26
lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut antara lain terdiri
dari albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dan
dekspantenol.
c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan
dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal,
sistemn saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik.
2.14. Pelayanan Informasi Obat
Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,
pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan
informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya
penggunaan obat
yang rasional,
yaitu tepat indikasi, tepat
pasien, tepat
regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek
samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker
mempunyai ciriciri sebagai berikut:
a.
Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain
yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf.
b.
Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai
suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
c.
Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut
pandang yang mungkin berlawanan
d.
Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang
dapat dipercaya.
e.
Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup
informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus
mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.
Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian
informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya
sangat penting.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
27
2.15. Konseling
Pengertian dari konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan
konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan
lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Menteri Kesehatan RI,
2004).
Tujuan dari kegiatan konseling yaitu (Menteri Kesehatan RI, 2004):
a. Tujuan umum
1. Meningkatkan keberhasilan terapi.
2. Memaksimalkan efek terapi.
3. Meminimalkan resiko efek samping.
4. Meningkatkan cost effectiveness.
5. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.
b. Tujuan khusus
1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien
2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya
4. Membantu
pasien
untuk
mengatur
dan
menyesuaikan
dengan
penyakitnya
5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
6. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem
7. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri
dalam hal terapi
8. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
9. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan
pasien
Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
28
pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau
melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien,
pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab
dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika
pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien
geriatrik.
Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada saat
pasien mengambil obat di apotik, puskesmas dan di sarana kesehatan lain.
Kegiatan ini bisa dilakukan di counter pada saat penyerahan obat tetapi lebih
efektif bila dilakukan di ruang khusus yang disediakan untuk konseling.
Pemilihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian /
kerumitan akan hal-hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasien
rawat jalan diutamakan pada pasien yang :
1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang
(Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/ AIDS).
2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian
yang khusus, misalnya supositoria, inhaler, injeksi insulin, dan lain-lain.
3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus, misalnya insulin dll
4. Mendapatkan obat-obat dengan aturan pakai yang rumit, misalnya
pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.
5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya geriatrik,
pediatri.
6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, dll).
7. Mendapatkan terapi obat-obat dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA
3.1. Sejarah Apotek Mediko Farma
Apotek Mediko Farma didirikan pada tanggal 14 September 1976
berdasarkan akta notaris Mintarsih Natamihardja, SH. Pemilik sarana Apotek
Mediko Farma adalah Dr. Sri Soesilastoeti sedangkan Apoteker Pengelola Apotek
(APA) di Mediko Farma saat ini adalah Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., MM
dengan SIA: 153/kanwil/SIA-78/92.
3.2. Lokasi dan Tata Ruang
3.2.1. Lokasi
Apotek Mediko Farma terletak di Jalan Pinang Raya No. 10, Pondok
Labu, Jakarta Selatan. Apotek Mediko Farma berlokasi di perempatan jalan
dengan badan jalan satu arah yang tidak terlalu lebar dan berada disamping pusat
perbelanjaan di dekat kawasan pemukiman penduduk yang mudah dijangkau
oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum. Apotek Mediko Farma
dilengkapi pula dengan laboratorium klinik yang bersebelahan dengan apotek
dan praktek dokter yang berada di lantai atas apotek. Praktek dokter terdiri dari
dokter umum, dokter THT, dokter anak serta dokter kulit dan kelamin, sehingga
dapat meningkatkan penerimaan resep di apotek. Papan nama apotek disertai
nama laboratorium klinik dan praktek dokter nampak jelas di perempatan jalan
dan di tempat parkir apotek sehingga membantu pelanggan baru untuk mencari
lokasi Apotek Mediko Farma.
3.2.2. Tata Ruang
Bangunan apotek terdiri dari tempat parkir pada halaman depan apotek,
ruang bagian depan, dan ruang bagian belakang. Selain itu, apotek juga dilengkapi
kamar mandi dan mushola untuk karyawan yang berada di bagian belakang
apotek. Gambar bangunan apotek Mediko Farma, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Ruang bagian depan terdiri dari ruang tunggu dilengkapi kursi-kursi yang ditata
rapi dan nyaman serta mesin dispenser untuk para pengunjung, tempat
29
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
30
penerimaan resep dan pemberian harga obat bebas, tempat pembayaran obat
resep maupun obat bebas (kasir), serta tempat pemajangan obat bebas (OTC)
dan obat-obat fast moving. Penataan produk OTC dikelompokkan berdasarkan
indikasi/ tujuan penggunaannya (batuk; flu; demam; sakit kepala; sakit perut;
vitamin; sakit
cacingan) dan bentuk sediaannya (solid, semisolid dan cair).
Sediaan-sediaan yang banyak diminati pembeli diletakkan di bagian tengah
etalase dan sejajar pandangan mata agar eye catching sehingga langsung dilihat
oleh pengunjung yang masuk ke apotek. Selain itu, pada bagian paling atas
lemari etalase terdapat beberapa box kosong berukuran besar dan mencolok yang
dititipkan oleh perusahaan untuk dipajang di Apotek Mediko Farma sebagai
bagian dari promosi pada setiap pelanggan yang datang ke apotek. Selain
produk OTC, apotek juga menjual perlengkapan bayi, produk-produk susu,
produk-produk herbal, produk-produk kosmetik yang digunakan sehari-hari,
serta alat-alat kesehatan lainnya seperti masker, sarung tangan, dan alat tes
kehamilan yang ditata dietalase bagian depan. Gambar ruang tunggu apotek,
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Ruang bagian belakang terdiri dari ruang peracikan, tempat administratif
serta tempat pencucian. Ruang peracikan digunakan untuk kegiatan verifikasi
resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, penulisan kopi resep dan
kuitansi pembayaran obat. Ruang ini terdiri dari sebuah meja besar yang
diletakkan di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat keras yang
berderet membentuk huruf L di sekeliling ruangan. Penataan ruang peracikan
dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan
memperhatikan
ruang
gerak
bagi
para
pekerja.
Penataan
obat
keras
dikelompokkan berdasarkan obat generik dan obat nama dagang, berdasarkan
bentuk sediaannya, dan obat yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek
di lantai atas apotek. Gambar ruang peracikan apotek dapat dilihat pada
Gambar 3.3. Di ruang peracikan juga terdapat lemari narkotika, lemari
pendingin untuk menyimpan obat-obat termolabil seperti supositoria, meja
untuk menimbang disertai peralatan menimbang, lemari untuk menyimpan
buku-buku literatur (Farmakope Indonesia, ISO, dan MIMS) serta wastafel.
Selain itu, dirungan ini juga terdapat tempat untuk kegiatan administrasi seperti
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
31
pemesanan obat kepada distributor dan pendataan perbekalan farmasi yang
harus dipesan. Oleh sebab itu, ruang peracikan juga dilengkapi dengan dua
buah computer, printer, telepon dan mesin fax. Denah tata ruang Apotek Mediko
Farma terdapat pada Lampiran 2.
3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis
farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari
satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker
pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker.
Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang
bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu
orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur
organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Apotek Mediko
Farma beroperasi setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 – 21.30 WIB,
hari Minggu mulai pukul 08.00 - 20.00 WIB, sedangkan hari libur nasional tutup.
3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
3.4.1. Pengadaan Perbekalan farmasi
Apotek Mediko Farma melakukan perencanaan setiap hari Minggu dan
Kamis berdasarkan stok minimum dan penjualan di minggu sebelumnya.
Perbekalan farmasi yang sudah hampir habis di buat daftar rencana pembelian
pada buku defecta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian
untuk
dibuatkan surat pesanan. Pemesanan dilakukan menggunakan surat
pesanan langsung kepada petugas PBF yang bersangkutan atau melalui telepon
langsung ke PBF yang dimaksud. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada
Lampiran 4. Pemesanan dan pembelian dilakukan setiap hari Senin dan Kamis
oleh bagian pembelian yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat
pesanan perbekalan farmasi untuk obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas
ditandatangani oleh Asisten Apoteker, sedangkan untuk obat psikoropik dan
narkotik ditandatangani oleh APA. Pengadaaan perbekalan farmasi pada apotek
Mediko Farma dilakukan dengan cara :
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
32
a. Cash Order Delivery (COD)
COD merupakan pembelian yang pembayarannya dilakukan langsung pada
saat perbekalan farmasi yang dipesan datang. Metode ini dilakukan
pengadaan perbekalan farmasi yang baru dan/atau sangat dibutuhkan oleh
apotek pada keadaan tertentu.
b. Kredit
Kredit merupakan pembelian yang pembayarannya dapat dilakukan hingga
batas waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan oleh PBF pemasok yang
telah disepakati bersama dengan pihak apotek.
c. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan titipan perbekalan farmasi dari pemilik kepada apotek
dimana apotek bertindak sebagai Agen Komisioner yang menerima komisi
bila perbekalan farmasi tersebut terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau
batas waktu yang disepakati, dan bila perbekalan farmasi tersebut tidak laku
maka perbekalan farmasi tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya.
Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat yang masih baru dan belum
dijual di apotek dan sedang dalam masa promosi, pembayaran dilakukan
hanya terhadap perbekalan farmasi yang telah terjual.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama
dengan PBF adalah ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan, bertanggung
jawab terhadap pesanan perbekalan
farmasi apabila terjadi kerusakan,
memberikan jaminan terhadap perbekalan farmasi pesanan, ada kepastian
memperoleh perbekalan farmasi yang dipesan, diskon yang diberikan, dan
lamanya tanggal jatuh tempo pembayaran.
3.4.2. Penerimaan Perbekalan farmasi
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis
pada jam operasional apotek oleh Asisten Apoteker. Pada saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan dokumen berupa kesesuaian antara surat pesanan dengan
faktur, serta pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima (tanggal
kadaluarsa, keadaan fisik perbekalan farmasi, kode produksi/batch, dan lainlain). Apabila perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan surat pesanan,
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
33
maka bagian pembelian atau asisten apoteker menandatangani dan memberi
stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF
dan salinan faktur disimpan di apotek. Setiap hari Selasa dan Jum’at PBF
melakukan tukar faktur yaitu PBF memberikan faktur asli disertai faktur pajak
kepada apotek untuk kemudian dibayarkan oleh apotek berdasarkan tanggal
jatuh tempo faktur tersebut dan untuk contoh tanda terima faktur dapat dilihat
pada Lampiran 5.
3.4.3. Penyimpanan Perbekalan farmasi
Data mengenai perbekalan farmasi yang diterima kemudian dimasukkan
ke dalam sistem komputer pada formulir penerimaan pesanan yang berisi
antara lain tanggal pembelian, nama PBF, perbekalan farmasi yang diterima,
tanggal kadaluarsa, potongan harga, dan harga. Setelah itu, perbekalan farmasi di
tempatkan di etalase atau rak penyimpanan sediaan sesuai dengan kategori
penyimpanannya. Apotek Mediko Farma melakukan penyimpanan perbekalan
farmasi berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penggolongan obat bebas dan obat
resep (ethical), serta bentuk sediaan obat kemudian disusun menurut abjad.
Penyimpanan obat bebas dikelompokkan pula berdasarkan indikasi/ farmakologi
obat dan disusun sedemikian rupa dalam lemari kaca atau rak dengan perpaduan
warna yang sesuai sehingga menarik perhatian pasien yang datang ke apotek.
Obat resep (ethical) dikelompokkan pula berdasarkan generik, nama dagang dan
obat yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek
sehingga memudahkan pengambilan obat saat peracikan.
Penyusunan perbekalan farmasi tersebut juga menggunakan sistem First
In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penempatan obat
sistem First In First Out (FIFO) yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih
dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar
memudahkan dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan
keluar terlebih dahulu. Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO (First
Expired First Out) yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa
terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas,
sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
34
Penyimpanan obat-obat khusus dilakukan pada tempat terpisah yaitu untuk obat
golongan psikotropika dan narkotik disimpan di dalam lemari terkunci dan untuk
jenis obat yang termolabil seperti supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
3.4.4. Pengeluaran Perbekalan farmasi
Apotek Mediko Farma melakukan pengeluaran perbekalan farmasi
dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu perbekalan farmasi yang
dikeluarkan terlebih dahulu adalah perbekalan farmasi yang memiliki batas
kadaluarsa lebih awal.
3.4.5. Pembuatan Sediaan Standar (aanmaak)
Apotek Mediko Farma juga melakukan pembuatan sediaan standar dan
pengemasan kembali sediaan standar ke dalam wadah yang lebih kecil. Sediaan
standar adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep- resep
standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter.
Sediaan standar ini dibuat untuk menyediakan sediaan yang jarang atau tidak
terdapat di pasaran. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Mediko
Farma adalah obat batuk hitam, salep 24, AAV (Asam salisilat, Asam benzoat,
dan Vaselin album), boorschudmixtuur (BSM), ichtyol zalf, rivanol, alkohol
70% dan bedak salisilat. Adapula sediaan standar yang dibeli dalam skala
besar lalu dikemas kembali dalam skala kecil seperti minyak cengkeh, minyak
sereh, garam inggris, dan vitamin. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat
bebas dan disusun berdasarkan abjad.
3.5. Pelayanan Apotek
Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat
bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi (perlengkapan bayi, produkproduk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik, serta alat-alat
kesehatan). Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, debit, ataupun kredit.
Pembayaran secara tunai sama dengan pembayaran secara kredit, tetapi untuk
pembayaran secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien
tetapi disimpan Apotek untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
35
3.5.1. Pelayanan Obat Bebas
Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan untuk obat bebas, obat
bebas terbatas, dan obat DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek) yaitu penjualan
obat tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas ditandai dengan logo
lingkaran berwarna hijau, obat bebas terbatas ditandai dengan logo lingkaran
berwarna biru, sedangkan obat DOWA merupakan obat dengan logo lingkaran
berwarna merah dengan huruf K ditengah yang tercantum didalam Daftar Obat
Wajib Apotek. Jika pasien menginginkan kuitansi pembelian obat bebas apotek
dapat memberikannya. Contoh kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 9.
3.5.2. Pelayanan Obat Dengan Resep
Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep yaiu Asisten Apoteker
menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat dan dilakukan
verifikasi resep (skrining resep) baik kelengkapan administratif, kesesuaian
farmasetika dan kesesuaian farmakologi. Pelayanan resep dilakukan sesuai dengan
HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Resep yang diterima diberikan
harga berdasarkan harga yang terdapat pada sistem komputer, dimana untuk
resep yang berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu
lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang
ditentukan. Resep yang telah diberi harga diberikan kepada kasir untuk dibayar
oleh pasien serta diberikan nomor urut resep.
Resep dibawa ke bagian peracikan untuk disiapkan atau diracik oleh
asisten apoteker. Resep yang telah selesai dikerjakan dikemas, diberi etiket, dan
dilakukan pemeriksaan akhir oleh apoteker atau asisten apoteker. Kemudian obat
yang telah siap diserahkan kepada pasien oleh apoteker atas asisten apoteker
disertai dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Pada
saat penyerahan obat apoteker atau asisten apoteker meminta nomor telepon dan
alamat pasien untuk data tambahan. Bagan alur penerimaan resep dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Resep yang obatnya hanya diambil sebagian akan diberi salinan resep
yang ditandatangani oleh apoteker/asisten apoteker dan diberi stempel apotek.
Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika pasien menginginkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
36
kuitansi pembayaran obat resep, apotek akan memberikannya. Contoh kuitansi
pembelian obat resep dapat dilihat pada Lampiran 8. Resep yang telah selesai
diracik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomor urut resep per hari lalu
disimpan selama 3 tahun.
3.5.3. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik
secara pasif maupun secara aktif namun masih terbatas. Pemberian informasi
obat secara pasif yaitu pasien menanyakan tentang obat dan asisten
apoteker/apoteker menjawab. Sedangkan secara aktif yaitu pemberian informasi
pada saat penyerahan obat mengenai nama obat/ zat aktif yang terkandung
didalamnya, kekuatan obat (mg/g), bentuk sediaan, indikasi obat, efek samping,
interaksi obat, jadwal dan cara pemakaian, cara penyimpanan serta dosis obat.
3.5.4. Swamedikasi
Kegiatan swamedikasi saat ini telah dilakukan di Apotek Mediko Farma.
Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Wajib Apotek,
obat bebas terbatas, dan obat bebas. Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan
lingkaran merah dengan huruf K pada bagian tengah yang masuk dalam daftar
obat wajib apotek. Penyerahan obat DOWA dilakukan oleh apoteker dan harus
disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat dan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat, namun yang sering bertindak dalam
swamedikasi adalah asisten apoteker.
3.5.5. Pelayanan Lain
Pelayanan lainnya di Mediko Farma untuk meningkatkan pendapatan
apotek antara lain:
a. Penjualan produk-produk herbal dan kosmetik
b. Penjualan alat-alat kesehatan
c. Penjualan makanan ringan.
d. Praktek dokter umum, dokter spesialis anak, dokter THT, dan dokter
spesialis kulit dan kelamin.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
37
e. Laboratorium
3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika
3.6.1. Pengadaan Obat Golongan Narkotika
Pemesanan obaat-obat golongan narkotika dilakukan oleh bagian
pembelian ke PBF Kimia Farma. Pembelian dilakukan dengan menggunakan
Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang telah ditandatangi oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta
stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis
narkotika. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.6.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Narkotika
Penerimaan narkotika yang dipesan, diterima oleh Apoteker/ Asisten
Apoteker dengan mencantumkan nama jelas, SIK, tanda tangan, stempel apotek
dan disertai tanggal dan waktu penerimaan narkotika. Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat
pesanan. Obat-obat golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu khusus
yang terkunci berukuran panjang 19,5 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 39
cm. Penyimpanan obat golongan narkotika dipisahkan untuk penggunaan seharihari dan untuk persediaan, namun lemari penyimpanan obat golongan narkotika
pada Apotek Mediko Farma masih diletakan pada area yang sering dilalui di
dalam area apotek. Contoh sediaan narkotika yang terdapat di apotek adalah
Codein tablet 10 dan 20 mg, Codipront® dan
Codipront® cum expectorant
kapsul serta Codipront® dan Codipront® cum expectorant sirup.
3.6.3. Pelayanan Obat Golongan Narkotika
Apotek Mediko farma hanya melayani resep asli yang mengandung
narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Mediko Farma sendiri
untuk mengambil sisa obat dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan
resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan
obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat
dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
38
3.6.4. Pelaporan Obat Golongan Narkotika
Laporan pemakaian obat-obat golongan narkotika dibuat setiap bulan
dan dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan
langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar
Alkes) secara online melalui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini
merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada
situs tersebut dan mengunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar
Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes
yang menyatakan telah menerima laporan. Pelaporan narkotika yang dilakukan di
Mediko Farma hanya berupa laporan narkotika untuk sediaan jadi.
3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika
3.7.1. Pengadaan Obat Golongan Psikotropika
Pemesanan obat-obatan golongan psikotropika dilakukan oleh bagian
pembelian ke PBF dengan menggunakan Surat Pemesanan Psikotropika rangkap
3 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor
SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat
Pesanan boleh lebih dari satu jenis obat. Secara lengkap Surat Pesanan
Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11.
3.7.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Psikotropika
Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker
yang mempunyai SIK dan bukti penerimaan psikotropika ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek/ Asisten Apoteker. Obat golongan psikotropika ini
kemudian disimpan di dalam lemari khusus dan terjamin keamanannya, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan. Contoh sediaan psikotropika
yang terdapat di apotek Mediko Farma adalah analsik® tablet, braxidin® tablet,
esilgan® 2 mg, frisium® 10 mg, frixitas® 0,25 mg, lexotan® 5 mg, stesolid 5 mg,
stesolid® rectal 5 dan 10 mg, valium® 2 mg, valisanbe®, xanax®, bellaphen®
tablet, cetalgin®, danalgin®, diazepam 2 mg, librax®, neurodial® 5 mg, luminal
30 mg, proneuron® dan spasmium® 5 mg.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
39
3.7.3. Pelayanan Obat Golongan Psikotropika
Obat psikotropika dapat diserahkan kepada pasien berdasarkan resep
dokter atau salinan salinan resep dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan
resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan
obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat
dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.
3.7.4. Pelaporan Obat Golongan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika di Apotek Mediko Farma sama seperti
laporan narkotika dimana di laporkan paling lambat tanggal 10 d i bulan
berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan
Alat Kesehatan secara online melaui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem
pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat
account pada situs tersebut dan menngunduh form pelaporan narkotika yang
dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari
Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan.
3.8. Kegiatan Non teknis Kefarmasian
Dalam melaksanakan kegiatannya, Apotek tidak hanya menjalankan
fungsi kefarmasian, tetapi juga menjalankan fungsi bisnis, yaitu melakukan
kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja
yang ada di apotek. Pengelolaannya dilakukan oleh bagian administrasi dan
dibantu oleh bagian pembelian, kasir serta Asisten Apoteker yang kemudian
diperiksa oleh manajer.
3.8.1. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Mediko Farma meliputi:
a. Administrasi Personalia
Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi personalia yang
berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi,
gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan karyawan.
b. Administrasi Penjualan
Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
40
melakukan pencatatan
baik
menggunakan sistem komputer maupun
pencatatan manual terhadap semua penjualan obat bebas dan obat bebas
terbatas (OTC) maupun obat keras (ethical) serta perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) secara tunai atau debit. Selain itu, dilakukan juga
pengaturan terhadap penentuan harga jual yang dimasukkan kedalam system
komputer. Daftar harga jual inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam
pemberian harga jual pada pasien dan apabila terdapat perubahan harga
pembelian dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka harga yang terdapat
pada daftar harga jual juga akan diubah.
c. Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang
Apotek Mediko Farma melakukan pembelian produk dari PBF dengan
cara tunai, kredit dan konsinyasi. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan
mengenai
harga
obat
maupun
diskon
yang
berbeda-beda
kepada
apotek. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur
hutang yang masuk dari PBF ke apotek dan di buat dalam sebuah
laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasan.
3.8.2. Sistem Administrasi
Apotek Mediko Farma memiliki sistem administrasi untuk pengelolaan
perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pelayanan
dan pelaporan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini
dilakukan
oleh
bagian
pembelian,
administrasi
dan
asisten
Apoteker.
Kelengkapan administrasi di Apotek Mediko Farma meliputi :
a. Buku Defekta
Daftar nama obat atau sediaan yang habis atau hampir habis dicatat dalam
buku defekta untuk segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di
apotek. Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek
perbekalan farmasi yang sudah atau hampir habis dan mempercepat proses
pemesanan sehingga ketersediaan perbekalan farmasi di apotek dapat
terkontrol dan terjamin dengan baik.
b. Surat Pesanan (SP)
Surat yang digunakan untuk memesan perbekalan farmasi yang diperlukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
41
oleh apotek disebut Surat Pesanan yang terdiri dari 2 rangkap, dimana yang
asli diserahkan pada pihak distributor sedangkan salinannya merupakan SP
pertinggal di apotek untuk menyesuaikan perbekalan farmasi yang datang
dengan perbekalan farmasi yang dipesan. Surat Pesanan ditandatangani
asisten apoteker apabila akan melakukan pemesanan perbekalan farmasi.
Dalam surat pesanan, terdapat tanggal pemesanan serta nama PBF yang
ditunjuk.
c. Daftar harga sediaan farmasi di apotek
Daftar harga jual apotek berasal dari harga yang diberikan PBF ditambah
dengan pajak dan margin. Harga ini dapat diketahui dari daftar harga pada
sistem komputer dan sistem manual/ hardcopy. Pada sistem ini tercantum
nama obat (merk dagang atau generik) yang disusun secara alfabetis serta
spesifikasi produk sperti kekuatan dan volume sediaannya.
d. Sistem administrasi pembelian dan faktur
Penerimaan perbekalan farmasi diinput dalam sistem komputer dengan
mencantumkan tanggal, nama perbekalan farmasi, jumlah perbekalan
farmasi, nama PBF, nomor faktur, tanggal jatuh tempo faktur, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total
pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat perbekalan farmasi datang
berdasarkan faktur pengiriman perbekalan farmasi dari PBF. Nomor faktur
dari pembelian pada PBF berisikan nomor faktur, tanggal pembelian, nama
PBF, tanggal jatuh tempo, dan jumlah pembelian. Ketika dilakukan
pembayaran faktur, maka ditulis tanggal dan waktu pembayaran pada faktur
yang sudah dibayar.
e. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika
Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat
golongan narkotika dan psikotropika, yang berisikan nama obat, bulan,
persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian,
jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada.
Catatan harian narkotika dan psikotropika meliputi nomor resep, nama
pasien, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter, jumlah obat yang
diresepkan dan sisa obat (dalam satuan tablet).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 4
PEMBAHASAN
Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang
yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan
perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Seorang apoteker dalam menjalankan
profesi apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab
teknis kefarmasian saja. Apoteker juga dituntut dapat mengelola apotek sesuai
dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihakpihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan
fungsi sosialnya di masyakat).
4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek
Apotek Mediko Farma berlokasi di Jalan Pinang Raya nomor 10,
Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek ini telah beroperasi melayani masyarakat
selama hampir 36 tahun. Apotek ini dilengkapi dengan laboratorium klinik dan
beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum dan dokter spesialis (spesialis
anak, spesialis kulit dan kelamin, dan spesialis THT).
Lokasi apotek dinilai cukup strategis. Apotek ini terletak dipertigaan
jalan yang cukup ramai karena berada disamping pusat perbelanjaan yang
difasilitasi oleh ATM dan dilalui kendaraan, termasuk kendaraan umum,
sehingga mudah untuk dicapai pembeli. Lokasi yang strategis juga didukung
dengan keberadaan sarana kesehatan lain di sekitar apotek, seperti Rumah Sakit
Fatmawati, Rumah Sakit Bersalin Bina Sehat, Rumah Sakit Umum Prikasih,
pemukiman penduduk yang cukup padat, serta keberadaan apotek pesaing yang
cukup jauh letaknya.
Desain eksterior Apotek Mediko Farma sudah cukup baik. Hal ini dapat
terlihat dari papan nama petunjuk keberadaan apotek yang cukup jelas dan besar.
Meskipun bangunan apotek sudah lama, namun bangunan apotek tetap terlihat
bersih dan terawat. Selain itu, apotek ini memiliki halaman yang cukup luas yang
dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas dua buah mobil dan
beberapa sepeda motor. Adanya beberapa tanaman di halaman membuat apotek
42
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
43
terasa sejuk, asri, dan hijau. Bagian depan apotek terdiri dari jendela yang terbuat
dari kaca yang bening namun agak tertutup dengan adanya beberapa banner
produk sehingga alangkah baiknya jika banner produk tidak diletakkan di depan
jendela agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk-produk yang
ada di dalam apotek.
Dari segi desain interior, Apotek Mediko Farma dapat dinilai memiliki
desain yang baik. Bangunan apotek terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang
bagian depan dan ruang bagian belakang. Ruangan dalam Apotek Mediko Farma
diberi cat warna putih sehingga memberi kesan bersih dan tenang. Penerangan
yang ada pun sudah cukup baik dan tidak menyebabkan panas.
Ruang bagian depan apotek digunakan sebagai counter untuk penerimaan
resep, penyerahan obat, kasir, penerimaan pembelian dari PBF, dan ruang tunggu
yang memiliki 16 buah kursi. Jumlah kursi ini sudah cukup untuk menampung
pasien yang menunggu karena jumlah pelayanan resep per hari yang cukup
banyak terutama saat sore hari ketika praktek dokter sudah dimulai. Ruang tunggu
juga terjaga bersih, sudah dilengkapi pendingin ruangan atau air conditioner
(AC), jam dinding, dan tersedia pula brosur dan majalah kesehatan serta air
minum gratis untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan selama menunggu
obat.
Penempatan obat bebas dan obat bebas terbatas pada etalase di ruang depan
apotek sudah baik. Produk yang eye catching diletakkan dibagian yang dapat
terlihat jelas oleh konsumen. Sedangkan, untuk obat bebas dan obat terbatas
lain disusun berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan sehingga memberikan
kenyaman dan kemudahan bagi karyawan maupun pembeli.
Ruang bagian belakang digunakan untuk lemari penyimpanan obat keras
(generik maupun paten), ruang racik dan ruang kerja dengan luas yang cukup
untuk pekerjaan meracik. Ruang bagian belakang juga dilengkapi AC yang
menjaga suhu ruangan untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan
dan kenyamanan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Desain ruang
racik Apotek Mediko Farma menempatkan meja racik pada bagian tengah di
antara lemari obat akan mempermudah pekerjaan peracikan obat. Meja kerja
diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan meracik obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
44
Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan
sebagai tempat pencucian alat dan kulkas yang berada disamping meja kerja
untuk menyimpan obat-obat yang stabil pada suhu dingin sedangkan toilet untuk
karyawan berada dibelakang ruang racik.
4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek
Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis
farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari
satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker
pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker.
Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang
bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu
orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur
organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Tenaga kerja
Apotek Mediko Farma bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang
telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift pertama pukul 07.30 - 14.30 WIB dan
shift kedua pukul 14.30 - 21.30 WIB. Sedangkan untuk hari minggu hanya ada
satu shift selama 12 jam dan tenaga kerja dianggap lembur.
Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker
Senin - Sabtu
Minggu
Pagi
(07.30 - 14.30
WIB)
1 orang
-
Siang
(14.30 - 21.30
WIB)
2 orang
-
Lembur
(08.00 - 20.00
WIB)
1 orang
Berdasarkan pembagian shift tersebut, terdapat perbedaan jumlah sumber
daya manusia yaitu pada jumlah asisten apoteker yang bertugas, pembagian
jumlah asisten apoteker pada masing-masing shift dapat dilihat pada Table 4.1.
Pembagian shift ini sudah cukup efektif mengingat jam ramai apotek berkisar
pada waktu sore hingga malam karena adanya praktek dokter sehingga sumber
daya manusia pada shift kedua lebih banyak dibandingkan shift pertama.
4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Proses pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma dilakukan
melalui
pembelian
secara
kredit,
tunai
ataupun
konsinyasi,
dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
45
memperhatikan arus barang (slow moving atau fast moving) dan arus uang.
Setiap hari dilakukan pemeriksaan terhadap jenis persediaan obat yang mulai
menipis dan mencegah stok kosong (stock out). Pembuatan defekta dilakukan
setiap hari Minggu dan Kamis dan dibuat berdasarkan stok minimum serta
penjualan pada minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang akan atau sudah
habis tersebut kemudian dicatat kedalam buku defekta/buku pemesanan lalu
disusun berdasarkan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut dengan tujuan
untuk mempermudah pemesanan dan melakukan pemilihan PBF. Jika suatu obat
tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan P B F yang diterapkan
adalah faktor harga (potongan harga) dan kecepatan pengiriman. Buku
defekta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk
dibuatkan Surat Pesanan.
Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis
tetapi untuk obat-obat keperluan mendesak (cito) dan fast moving dapat
dilakukan kapan saja saat persediaan menipis karena perputaran barang lebih
cepat dan untuk mencegah stok kosong maupun adanya death stock (stok mati)
atau obat yang kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga kerugian
apotek dapat ditekan. Pemesanan obat ke distributor dilakukan melalui telepon
maupun melalui sales yang datang ke apotek. Pemesanan seminggu dua kali
memberikan keuntungan bagi apotek dalam hal mengurangi penumpukan yang
dapat mengganggu aliran kas. Umumnya lama pengiriman barang dari distributor
ke apotek kurang dari satu hari sehingga tidak ada waktu tenggang (lead time)
yang panjang. Apotek Mediko Farma tidak menyediakan stok pengaman (buffer
stock) bagi perbekalan famasi yang dijual kecuali untuk obat generik.
Berdasarkan hasil pengamatan, pengadaan perbekalan farmasi di Apotek
Mediko Farma sudah berjalan cukup baik dan efektif. Namun, belum adanya
perencanaan dalam penyediaan stok pengaman (buffer stock) dan perhitungan stok
minimum sebagai acuan pemesanan terkadang menyebabkan adanya kekosongan
perbekalan farmasi.
Dalam mengatasi hal tersebut, apotek menawarkan obat
pengganti namun atau menawarkan kepada pelanggan untuk memesan terlebih
dahulu kemudian mengambilnya keesokan hari penawaran
ini
tidak selalu
diterima oleh seluruh pelanggan. Hal ini dapat merugikan apotek karena apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
46
kehilangan penjualan dan membuat pelanggan kecewa. Selain itu, tidak adanya
stok pengaman menyebabkan peningkatkan
beban
kerja apotek dan biaya
administrasi karena pembelian barang dalam jumlah sedikit sehingga tidak
mendapatkan diskon dari distributor. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan
perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan dan pemilahan perbekalan
farmasi yang dapat disediakan stok pengamannya sehingga dapat menekan
kekosongan perbekalan farmasi dan memperlancar kegiatan pelayanan .
Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma telah sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu persediaan farmasi harus
disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan semua bahan obat harus disimpan pada
kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilannya. Hal ini dilakukan agar mudah
dilakukan identifikasi dan penarikan obat jika ada informasi oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan terhadap obat yang tidak sesuai dengan persyaratan;
mengetahui waktu kadaluarsa dan obat dapat dikembalikan kepada distributor
dengan wadah asli pabrik sesuai perjanjian.
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan sistem
FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out). Gudang untuk
penyimpanan stok obat hanya ada untuk obat generik. Gudang ini berada di lemari
yang sama dengan penyimpanan obat generik tersebut, hanya saja lokasinya
berada di bagian bawah. Untuk narkotika dan psikotropika, harus memiliki lemari
penyimpanan khusus. Akan tetapi, di Apotek Mediko Farma, penyimpanan
narkotika dan psikotropika masih digabung dalam satu lemari meskipun letaknya
dipisahkan. Lemari penyimpanan tersebut terbuat dari kayu namun hanya terdapat
satu pintu dengan satu kunci. Hal ini masih belum sesuai dengan Permenkes No.
28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki
tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang seharusnya lemari tersebut
mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masingmasing dengan kunci yang berlainan.
Pengontrolan tanggal kadaluarsa secara visual belum diberlakukan di
apotek ini. Pengontrolan tanggal untuk obat-obat yang disimpan di ruang
peracikan dilakukan dua kali seminggu saat pendataan defekta. Sedangkan,
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
47
pengontrolan tanggal kadaluarsa untuk produk OTC hanya dilakukan saat
penerimaan barang dari distributor. Hal tersebut berisiko menimbulkan kerugian
akibat tidak terkontrolnya obat yang telah mendekati kadaluarsa dan belum
terjual. Persediaan farmasi yang telah kadaluarsa dikumpulkan pada awal tahun
untuk dihitung kerugiannya. Selanjutnya, produk kadaluarsa ini dimusnahkan
dengan disaksikan oleh karyawan apotek.
Penataan di apotek ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan
efisiensi karyawan apotek dalam bergerak karena semua produk yang dijual di
apotek hanya bisa dijangkau oleh karyawan apotek. Untuk produk-produk yang
dijual di apotek ini tidak terbatas pada obat-obat bebas, terbatas maupun keras.
Produk-produk yang dijual dapat berupa persediaan farmasi maupun non farmasi.
Persediaan farmasi yang dijual meliputi obat, alat kesehatan, dan produk
herbal.Sedangkan, produk non farmasi yang dijual di apotek yaitu kosmetik,
produk kebersihan, serta kebutuhan bayi. Penataan produk-produk tersebut berada
di area produk OTC yang mudah terlihat oleh pengunjung dan disusun
berdasarkan kegunaannya. Adanya alat kesehatan dan produk non farmasi
menjadi salah satu keunggulan bagi apotek, selain untuk memudahkan pelangan
mendapatkan kebutuhannya, juga dapat meningkatkan pendapatan apotek diluar
pelayanan obat resep.
4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pekerjaan kefarmasian lainnya yang dilakukan di apotek adalah pelayanan
atas resep dokter. Pada bagian peracikan sediaan diperlukan ketepatan, ketelitian
dan kecepatan dari SDM untuk melayani resep dengan baik. Dalam
pelaksanaannya asisten apoteker yang melakukan peracikan, penyerahan obat
hingga pelayanan informasi obat ke pasien. Apotek Mediko memiliki alur
pelayanan untuk pelayanan atas resep dokter, yaitu
1.
Resep dokter yang diterima diberikan kepada AA atau Apoteker.
2.
AA atau Apoteker memasukkan daftar obat dan jumlah yang dibutuhkan
sesuai resep ke dalam sistem komputer untuk memberikan penomoran dan
melihat biaya atas resep tersebut.
3.
Biaya atas resep diinformasikan kepada pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
48
4.
Jika pasien setuju dengan harganya, maka dilakukan pembayaran oleh pasien
ke kasir. Pada tahap ini kasir memberikan nomor antrian, satu lembar
diberikan ke pasien, satu lembar ditempel di resep. Jika pasien tidak setuju,
resep dikembalikan ke pasien.
5.
Resep yang sudah dibayar, diberikan kepada AA.
6.
AA menyiapkan obat sesuai resep dalam satu wadah. Saat awal penyiapan,
terlebih dahulu resep di-cap dengan cap HTKP.
7.
Penyerahan obat dengan terlebih dahulu mencocokkan antara nomor yang
dipegang oleh pasien dan nomor yang tertempel di resep.
8.
Pemberian informasi obat terkait nama obat, kegunaan dan cara penggunaan.
9.
Pencatatan nomor telepon pasien untuk semua jenis resep dan dilengkapi
pencatatan alamat pasien untuk resep yang menuliskan obat psikotropika dan
narkotika.
10. Resep asli disimpan oleh pihak Apotek, namun untuk reep yang dapat
diulang, diberikan kopi resepnya ke pasien.
Metode peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap ketepatan
dosis dan efek farmakologis yang akan dihasilkan dari obat yang diberikan pada
pasien tersebut. Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau kapsul
yang tidak teliti, yaitu mortir dan tablet crusher (mesin penghancur tablet), dapat
mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik. Pada peracikan puyer dan kapsul di
apotek ini selalu menggunakan tablet crusher, sedangkan mortar dipakai untuk
peracikan sediaan semi solid. Apabila sediaan puyer atau kapsul yang diracik
dengan tablet crusher memiliki jumlah yang sedikit dan memiliki kandungan zat
aktif yang juga sedikit, adanya kemungkinan ketidaktepatan dosis dari sediaan
obat racikan menjadi lebih besar. Hal tersebut seharusnya dapat diminimalisir
dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai ketika dilakukan peracikan obat.
Pada saat peracikan masih terjadi kesalahan seperti digunakannya sediaan
salut, baik salut gula maupun salut enterik untuk kemudian diracik menjadi
sediaan kapsul atau puyer. Solusi yang seharusnya dilakukan yaitu menghubungi
dokter penulis resep untuk merekomendasikan pergantian bentuk sediaan obat
dalam resep menjadi sediaan konvensional. Dalam proses peracikan sediaan juga
harus diperhatikan faktor kebersihan dan keamanan bagi tenaga teknis
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
49
kefarmasian yang melakukan peracikan sediaan. Dalam pelaksanaannya, tenaga
teknis kefarmasian sudah melengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti
masker. Namun, penggunaan alat pelindung diri lain saat peracikan seperti sarung
tangan belum dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian di apotek ini.
Pemberian informasi obat pada saat penyerahan obat di apotek seringkali
hanya meliputi kegunaan obat, aturan pakai, dan cara penggunaan obat. Hal ini
dikarenakan banyaknya obat yang harus diberikan kepada pasien dalam waktu
yang sama dan pasien biasanya menghendaki penyampaian informasi yang cepat.
Namun, alangkah lebih baik lagi jika pemberian informasi obat pada saat
penyerahan obat kepada pasien, sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian
obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan
dan minuman yang harus dihindari selama terapi sehingga dapat mempercepat
kesembuhan pasien dan sesuai dengan standar pelayanan di apotek yang
ditetapkan.
Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan dua buah komputer dengan
sistem yang tersambung pada internet dan sudah disesuaikan untuk keperluan
apotek untuk membantu dalam pelayanan. Sistem komputer ini yang menjadi
acuan dalam pemberian harga jual obat kepada pasien dan melihat stok obat.
Berdasarkan pengamatan, sistem ini sudah efektif dalam membantu pelayanan di
apotek. Namun, terkadang sistem ini mengalami masalah yang membuat loading
menjadi lama dan hal ini berpengaruh pada pelayanan karena pasien perlu
menunggu hingga sistem kembali normal. Hal ini tentunya memerlukan perhatian
karena menyebabkan pembeli menunggu cukup lama dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan terhadap kinerja apotek. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik
jika sistem komputer di-upgrade agar kecepatan pelayanan meningkat dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan membawa keuntungan
bagi apotek.
Konseling atau disebut juga dengan konsultasi, dilakukan ketika pasien
meminta untuk berkonsultasi. Konseling dilakukan di tempat penyerahan obat
biasanya oleh AA. Konseling bertujuan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Kegiatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
50
pelayanan yang dilakukan di Apotek ini terbatas pada pemberian informasi obat
dan konseling. Pelayanan berupa monitoring terapi baru dimulai dengan
menuliskan riwayat pengobatan pasien di suatu formulir yang diisi oleh AA.
Namun, untuk pemantauan secara rutin terhadap penggunaan obat oleh pasien
tertentu belum dilakukan.
Selain dengan resep, apotek juga memberikan pelayanan pembelian obat
tanpa resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS (Upaya
Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
347/Menkes/SKA/ll/1990 tentang Obat Wajib Apotik, Keputusan Menteri
Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2,
dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No.3. Pelayanan yang ramah dan cepat merupakan salah satu
faktor penting untuk kemajuan suatu apotek. Dalam hal kepuasan pasien
mengenai waktu pelayanan, setiap karyawan apotek menjaganya dengan selalu
memberitahukan kepada pasien tentang pelayanan resep yang agak lama jika
terdapat racikan pada resep.
Adanya program PKPA di Apotek Mediko Farma yang dilaksanakan
selama 6 (enam) minggu telah banyak memberikan gambaran kepada calon
apoteker tentang bagaimana seorang Apoteker seharusnya menjalankan profesinya
di apotek. Tugas dan fungsi seorang apoteker di apotek tidak hanya berperan
sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian melainkan juga berperan dalam
manajemen pengelolaan Apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan program PKPA di Apotek Mediko selama 6 minggu, penulis
dapat menyimpulkan:
a. PKPA di apotek merupakan kegitatan yang tepat dan efektif untuk
mengaplikasikan ilmu kefarmasian.
b. Apoteker di apotek berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian
sekaligus berperan dalam manajemen pengelolaan Apotek sehingga apotek
dapat terus bertahan dan memberikan keuntungan bisnis.
c. Kegiatan pengelolaan apotek di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik
dalam segi pelayanan kefarmasian meliputi pelayanan resep dan nonresep
hingga pemberian
informasi kepada pasien, maupun sistem manajerial
meliputi kegiatan
menejemen pengadaan, penyimpanan, penjualan,dan
sumber daya manusia.
5.2. Saran
Untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan di
apotek diperlukan upaya-upaya antara lain:
a. Sebaiknya banner produk yang diletakkan di dekat jendela apotek dipindahkan
agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk yang ada di
dalam apotek sehingga dapat menarik pelanggan baru dan pada akhirnya
meningkatkan penjualan apotek.
b. Pengadaan perbekalan farmasi yang sudah berjalan dapat berjalan lebih baik
dan efektif bila dilakukan perhitungan stok minimum sebagai acuan
pemesanan dan pemilahan perbekalan farmasi yang dapat disediakan stok
pengamannya sehingga dapat menekan kekosongan perbekalan farmasi dan
memperlancar kegiatan pelayanan .
c. Pengadaan lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika
agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
51
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
52
d. Sistem komputer perlu diupgrade kinerjanya sehingga pasien tidak perlu
menunggu lama untuk mengetahui berapa jumlah uang yang harus dibayar
untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kepuasan pelanggan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
53
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Pelaporan
Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika Nasional. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika.
Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 924/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik
No.2. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 925/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan
Obat No. 1. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 1176/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.
3. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
54
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang No.36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
55
Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma
Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
56
Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma
Keterangan : (a) Tablet crusher (mesin penghancur tablet)
(b) Sealing machine (mesin pengemas)
(c) Medicine packet (pembungkus puyer)
(d) Plastic spoon (sendok plastik)
Gambar 3.4. Alat-Alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
57
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
58
Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
59
Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma
Pemilik Sarana Apotek
Apoteker Pengelola
Apotek
Apoteker Pendamping
(Manager Apotek)
Asisten
Apoteker
Administrasi
Kasir
Petugas
Kebersihan
Petugas
Keamanan
Bagian
Pembelian
Bagian Faktur
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
60
Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma
Apotek Mediko Farma
Kepada
Yth. Jl. Pinang Raya No. 10 Pondok Labu
Cilandak, Jakarta Selatan
……………………
………
Telp. 7505486, 7656337
……………………
………
No.
Nama Obat
Packing
Banyaknya
Jakarta, ……………………………………… 20
…………..
AP
A
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
61
Lampiran 5. Tanda Terima Faktur
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
62
Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep
Penerimaan resep
(Verifikasi resep dan pengecekan
ketersediaan obat)
Pemberian harga
Pasien menerima nomor resep dan
membayar di kasir
Peracikan obat
- Obat racikan
- Obat jadi
Pemberian etiket dan salinan resep
Pemerikasaan kesesuaian obat
Penyerahan obat
Obat diterima pasien
Resep disimpan oleh petugas
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
63
Lampiran 7. Salinan Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
64
Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
65
Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
66
Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
67
Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR
R OBAT AP
APOTEK MEDIKO FARMA
MA BESER
BESERTA DATA
INTERAKSI
AKSI OBA
OBAT DAN MANAJEMEN PENANGAN
PENANGANANNYA
TUGAS
S KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI
OFESI APO
APOTEKER
RAHMI RAMDANIS, S. Farm.
1206313583
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROG
PROGRAM
PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
2.1 Apotek ..............................................................................................3
2.2 Formularium dan Daftar Obat ..........................................................4
2.3 Interaksi Obat ...................................................................................5
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ...........................................................9
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian .........................................................9
3.2 Metode Pengkajian ...........................................................................9
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................10
4.1 Hasil ................................................................................................10
4.2 Pembahasan ....................................................................................10
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................12
5.1 Kesimpulan .....................................................................................12
5.2 Saran ...............................................................................................12
DAFTAR ACUAN................................................................................................13
ii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Interaksi Obat dan Manajemen Penanganannya ....................14
iii
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.
51
tahun
2009, apotek
merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker yang berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan
bagi masyarakat melalui pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian yang
dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter serta pelayanan informasi obat.
Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan praktek dokter yang terdiri dari
dokter umum, dokter gigi, dokter kulit dan dokter anak. Hal ini menyebabkan
permintaan resep di apotek ini cukup tinggi. Akan tetapi, kadang terdapat obat
yang diresepkan oleh dokter klinik tersebut tidak tersedia di apotek sehingga
tidak dapat dilakukan pelayanan obat atas resep dokter secara optimal. Oleh
karena itu, diperlukan daftar obat yang ada di apotek yang digunakan sebagai
acuan peresepan untuk dokter yang melakukan praktek di klinik mediko.
Salah satu masalah terkait obat yang sering ditemukan adalah penggunaan
obat tidak rasional yaitu polifarmasi atau pengobatan dengan beberapa obat
sekaligus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan efek samping dan
timbulnya interaksi obat. Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar
diperkirakan karena dokumentasinya masih kurang dan seringkali lolos dari
pengamatan karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan
terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas
seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,
sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat
bertambahnya penyakit. Selain itu, terlalu banyak obat yang saling berinteraksi
sehingga sulit untuk diingat (Setiawati, A, 2007).
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, kami menyusun daftar
obat di Apotek Mediko Farma beserta interaksi obat dan manajemen
penanganannya. Interaksi obat yang dicantumkan adalah interaksi yang diketahui
1
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
bermakna secara klinik sehingga diharapkan interaksi obat tersebut dapat
dihindari atau ditangani dengan benar sehingga efek terapi dapat dicapai secara
maksimal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan daftar obat ini adalah mengetahui daftar
obat yang ada di Apotek Mediko Farma beserta interaksi obat yang mungkin
terjadi dan manajemen penanganannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Hal ini ditegaskan dalam pasal 19 PP 51
tahun 2009 yang menyebutkan bahwa apotek merupakan salah satu fasilitas
pelayanan kefarmasian. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah
obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika sedangkan perbekalan kesehatan
adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009).
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar digolongkan dalam empat
kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat golongan
narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan
terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi
tanda pada kemasan yang terlihat.
Pelayanan obat di apotek meliputi pelayanan obat OTC (Over The
Counter) dan obat Ethical. Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter
adalah obat OTC, termasuk didalamnya obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat
ethical adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan menggunakan resep
dokter, termasuk didalamnya obat keras, obat golongan psikotropika dan obat
golongan narkotika.
Apotek
mengutamakan
sebagai
salah
kepentingan
satu
sarana
masyarakat
dan
pelayanan
kesehatan
berkewajiban
perlu
menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
4
pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan dan dapat dibantu oleh apoteker pendamping serta tenaga teknis
kefarmasian.
2.2 Formularium dan Daftar Obat
2.2.1 Formularium Obat (Kementerian Kesehatan RI, 2012)
Formularium obat adalah buku yang memuat daftar obat terpilih yang
paling dibutuhkan dan harus tersedia di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Formularium merupakan kompilasi sediaan obat yang
digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep oleh dokter di suatu unit
pelayanan kesehatan. Bagi praktisi medik, formularium ini membantu dalam
proses pemilihan obat yang rasional. Dengan formularium maka obat yang
digunakan adalah obat yang benar-benar diperlukan sehingga menghindari
pemborosan biaya atas pembelanjaan obat-obat yang tidak diperlukan. Dalam
seleksi obat ini, juga bermakna memilih drug of choice saja, sedangkan obat yang
tidak dibutuhkan tidak harus disediakan, apalagi jika tidak didukung oleh bukti
ilmiah yang meyakinkan.
Melalui formularium yang baik maka fasilitas pelayanan kesehatan secara
tidak langsung memberikan jaminan bahwa hanya obat yang memiliki bukti
efikasi dan keamanan yang terbaiklah yang akan tersedia. Sedangkan obat yang
manfaatnya meragukan tidak perlu disediakan. Sistem ini akan menaikkan
kepercayaan pasien kepada praktisi medik karena mengerti bahwa obat yang
diresepkan merupakan obat pilihan yang telah mengalami pengkajian mendalam
dalam hal manfaat, mutu, dan keamanannya.
2.2.2 Daftar Obat
Daftar obat merupakan buku yang memuat daftar obat yang terdapat di
pelayanan kesehatan. Daftar obat di apotek memiliki fungsi yang sama dengan
formularium obat yang terdapat di rumah sakit yaitu membantu dalam pemilihan
obat yang rasional dan dapat disediakan oleh apotek. Daftar obat ini juga dapat
membantu apoteker dalam menjalankan swamedikasi di apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
5
Daftar obat hanya berupa data obat yang tersedia di apotek dan hal ini
berbeda dengan formularium yang pada penyusunannya melibatkan proses seleksi
obat yang disesuaikan dengan daftar obat esensial serta didukung bukti ilmiah.
Daftar obat di apotek ini hanya berlaku dalam jangka pendek karena bergantung
pada permintaan dari dokter dan permintaan pasar terutama untuk produk OTC
yang seringkali berubah dengan cepat sehingga diperlukan penyesuaian daftar
obat secara berkala. Selain itu, pelanggan yang datang atau resep yang ditebus di
apotek tidak hanya berasal dari dokter di satu tempat sehingga permintaan
obatnya pun pasti berbeda.
2.3 Interaksi Obat
Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari
lingkungan, atau dengan obat lain. Interaksi antar obat dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan. Interaksi obat yang menguntungkan misalnya
kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim meningkatkan aktivitas sedangkan
interaksi yang merugikan misalnya antasida dapat mengurangi absorbsi fenitoin
dan beberapa obat lainnya (Setiawati, A, 2007).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik jika berakibat meningkatkan
toksisitas dan/atau mengurangi efektivitas obat lainnya. Mekanisme interaksi obat
secara garis besar dapat dibedakan atas tiga mekanisme, yakni: interaksi
farmasetik
atau
inkompabilitas,
interaksi
farmakokinetik
dan
interaksi
farmakodinamik (Setiawati, A, 2007).
2.3.1 Interaksi Farmasetik (Inkompatibilitas)
Interaksi ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat
yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi yang
hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan
lain-lain, atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat
inaktivasi obat (Setiawati, A, 2007).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
6
2.3.2 Interaksi Farmakokinetik (Setiawati, A, 2007 dan Katzung, B.G. 2009)
Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi
absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma
obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat
diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan karena antar obat terdapat variasi
sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya.
Absorpsi obat di saluran cerna dapat dipengaruhi oleh penggunan
bersamaan dengan zat lainnya diantaranya:
a. Agen yang memiliki permukaan yang besar sehingga obat dapat diadsorbsi
b. Agen yang memiliki ikatan atau kelat
c. Agen yang mempengaruhi pH lambung
d. Agen yang mempengaruhi motilitas saluran cerna
e. Agen yang mempengaruhi transport protein seperi P-glikoprotein dan
transporter anion organik
Satu hal yang harus dibedakan adalah efek terhadap laju absorpsi dan efek
terhadap jumlah yang di absorpsi. Penurunan laju absorpsi obat sangat jarang
yang memiliki makna secara klinik, sedangkan penurunan jumlah yang diabsorpsi
bermakna secara klinik jika menghasilkan kadar serum di bawah kadar terapi.
Mekanisme interaksi obat yang mempengaruhi distribusi obat adalah
kompetisi untuk berikatan dengan protein plasma, penggantian dari sisi yang
berikatan dengan jaringan dan efek terhadap sawar jaringan lokal seperti
penghambatan P-glikoprotein dalam sawar darah otak. Penggantian dari sisi
ikatan jaringan dapat meningkatkan konsentrasi obat dalam darah.
Metabolisme obat dapat ditingkatkan atau dihambat oleh penggunaan
bersama obat lain dan makna secara klinik sangat bervariasi. Induksi isozim
sitokrom P450 pada hati dan usus halus dapat disebabkan oleh obat seperti
barbiturat, bosentan, karbamazepin, efavirenz, nevirapin, fenitoin, primidon,
rifampin, rifabutin, dan St. John's wort. Penginduksi enzim dapat juga
meningkatkan aktivitas metabolisme fase II seperti glukuronidase. Efek dari
induksi enzim biasanya muncul secara bertahap, biasanya efek maksimal muncul
setelah 7-10 hari dan memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7
menghentikannya. Tetapi, Rifampin menginduksi enzim hanya setelah beberapa
dosis.
Penghambatan metabolisme secara umum terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan induksi enzim dan dapat mulai setelah konsentrasi penghambat di jaringan
telah cukup. Jika obat yang dipengaruhi memiliki waktu paruh yang panjang,
diperlukan seminggu atau lebih (tiga atau empat kali waktu paruh) untuk
mencapai konsentrasi steady-state. Obat yang menghambat sitokrom P450
diantaranya
amiodaron,
androgen,
atazanavir,
kloramfenikol,
simetidin,
ciprofloxacin, klaritromisin, siklosporin, delavirdin, diltiazem, difenhidramin,
disulfiram,
enoxacin,
eritromisin,
flukonazol,
fluoxetine,
fluvoxamine,
furanocoumarins (kandungan dalam grapefruit juice), indinavir, isoniazid,
itrakonazol, ketokonazol, metronidazol, mexiletine, mikonazol, nefazodone,
omeprazol, paroxetine, propoxyphene, kuinidin, ritonavir, sulfamethizole,
verapamil, voriconazole, zafirlukast, dan zileuton.
Ekskresi renal dari obat aktif dapat dipengruhi oleh penggunaan secara
bersamaan dengan obat lain. Ekskresi renal dari obat yang merupakan asam lemah
atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi pH urin.
Hal ini terjadi akibat perubahan dalam ionisasi obat. Untuk beberapa obat, sekresi
aktif ke dalam tubulus ginjal merupakan jalur eliminasi yang penting. Pglikoprotein, transporter anion organik dan transporter kation organik yang
berperan dalam sekresi tubular aktif pada beberapa obat dan penghambatan
terhadap trransporter tersebut dapat menghambat eliminasi ginjal yang
menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dalam serum.
2.3.3 Interaksi Farmakodinamik (Katzung, B.G. 2009)
Ketika obat yang memiliki efek farmakologi diberikan secara bersamaan,
respon aditif atau sinergis dapat muncul. Kedua obat tersebut dapat memiliki
reseptor yang sama atau tidak untuk menghasilkan efek tersebut. Secara teori,
obat yang memiliki reseptor yang sama umumnya memiliki efek aditif seperti
benzodiazepin dan barbiturat. Obat yang memiliki reseptor berbeda atau proses
yang berkesinambungan dapat menghasilkan efek sinergis seperti nitrat dan
sildenafil atau sulfonamid dan trimetoprim. Sebaliknya, obat dengan efek
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
8
farmakologi yang berlawanan dapat menurunkan respon salah satu atau kedua
obat. Interaksi obat secara farmakodinamik relatif banyak terjadi di klinik, tetapi
efek samping dapat dikurangi jika efek farmakologi satu obat telah diketahui.
Oleh karena itu, interaksi ini dapat dicegah dan diwaspadai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Februari 2013 – 28 Maret 2013
yang bertempat di Apotek Mediko Farma.
3.2 Metode Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah melalui pengamatan
jenis obat yang ada di apotek dan penelusuran literatur (studi pustaka). Data yang
ada digunakan untuk menyusun daftar obat yang ada di Apotek Mediko Farma
dan mengkaji parameter interaksi obat dan manajemen penanganannya.
Selanjutnya dilakukan analisis data dan permasalahan serta solusi yang dapat
dilakukan.
9
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Daftar obat Apotek Mediko Farma beserta data interaksi obat dan
manajemen penanganannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.2 Pembahasan
Apotek
merupakan
salah
satu
sarana
yang
digunakan
untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu pelayanan kefarmasian
adalah pelayanan obat yang meliputi penyiapan, penyerahan obat dan pemberian
informasi obat. Daftar obat di Apotek Mediko Farma (lihat Lampiran 1)
merupakan data obat yang terdapat di apotek baik berupa ethical maupun OTC.
Daftar obat ini dilengkapi dengan interaksi obat dan manajemen penanganannya.
Data interaksi obat yang terdapat pada daftar obat tersebut merupakan interaksi
yang diketahui bermakna secara klinik sehingga dapat digunakan untuk membantu
proses pelayanan obat di Apotek Mediko Farma.
Daftar obat tersebut terdiri dari 242 jenis obat. Berdasarkan daftar obat
tersebut terdapat beberapa sediaan obat yang memiliki lebih dari tiga nama
dagang, misalnya Parasetamol dan Amoksisilin memiliki delapan nama dagang,
sediaan kombinasi Metampiron dan Diazepam memiliki empat nama dagang serta
sediaan kombinasi obat batuk yang terdiri dari Dekstrometorfan HBr dan
Difenhidramin memiliki tujuh nama dagang. Jumlah sediaan dengan nama dagang
berbeda tersebut mempengaruhi stok obat yang ada di apotek. Obat dengan nama
dagang tertentu lebih mudah terjual daripada obat dengan merek lain. Akibatnya
terjadi penumpukan stok obat yang kurang laku terjual. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebaiknya dipilih batas jumlah nama dagang misalnya tiga nama dagang
untuk menyederhanakan jumlah sediaan dengan nama dagang berbeda tersebut.
Pemilihan dapat didasarkan pada perputaran nama dagang tersebut yaitu yang
lebih cepat laku di pasaran. Sisa modal pembelian obat nama dagang tersebut
dapat digunakan untuk membeli sediaan farmasi lainnya atau dikembalikan ke
modal apotek.
Berdasarkan daftar interaksi obat tersebut, sediaan topikal relatif tidak
10
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
11
memiliki interaksi obat. Hal ini disebabkan belum ada data yang tersedia dan
belum ada laporan yang signifikan mengenai interaksi obat topikal. Selain itu,
penelitian interaksi obat jarang dilakukan dengan menggunakan sediaan topikal.
Pada prinsipnya, dapat terjadi interaksi obat dengan sediaan topikal jika obat
tersebut terabsorpsi secara sistemik. Sediaan topikal dapat diabsorpsi secara
sistemik tetapi jumlah yang diabsorpsi umumnya kurang signifikan dan tidak
menimbulkan interaksi obat. Absorpsi sistemik dari sediaan topikal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya konsentrasi sediaan, alat yang
digunakan untuk pemakaian sediaan, luas area pemakaian, integritas kulit, dan
durasi penggunaan. Penggunaan pembalut pada area yang diolesi juga dapat
meningkatkan absorpsi perkutan (Baxter, K. 2010). Meskipun interaksi obat
sediaan topikal jarang ditemukan, praktisi medik tetap harus waspada terhadap
kemungkinan adanya interaksi obat tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Daftar obat Apotek Mediko Farma terdiri dari 245 jenis obat dan terdapat
beberapa obat dengan nama dagang lebih dari tiga. Interaksi yang bermakna
secara klinik umumnya terjadi pada obat untuk penggunaan sistemik. Data
interaksi obat untuk sediaan topikal masih terbatas. Sediaan topikal tersebut dapat
berinteraksi dengan obat lain jika di absorpsi secara sistemik. Absorpsi sistemik
dari sediaan topikal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi
sediaan, alat yang digunakan untuk pemakaian sediaan, luas area pemakaian,
integritas kulit, dan durasi penggunaan.
5.2 Saran
5.2.1 Penyederhanaan obat yang sama dengan nama dagang berbeda diperlukan
untuk mencegah adanya penumpukan obat di apotek sehingga perputaran
sediaan di apotek berjalan dengan baik.
5.2.2 Kegiatan pemberian informasi obat termasuk interaksi obat sebaiknya
dilaksanakan oleh apoteker untuk memaksimalkan terapi obat.
12
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Baxter, K. (Ed.). (2008). Stockley’s Drug Interaction 8th Ed. London:
Pharmaceutical Press.
Baxter, K. (Ed.). (2010). Stockley’s Drug Interaction Pocket Companion 2010.
London: Pharmaceutical Press.
Drug Interaction. 10 April 2013. http://www.drugs.com/drug
interactions/carbidopa-entacapone-levodopa-with-citicoline-514-0-3325
0.html?professional=1
Katzung, B.G. (Ed). (2009). Basic & Clinical Pharmacology, Eleventh Edition.
China: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Modul Penggerakan Penggunaan Obat
Rasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Redaksi ISO Indonesia Vol. 47 Tahun 2012-2013. (2012). ISO Indonesia Volume
47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. In Sulistia Gan Gunawan (Ed.). Farmakologi
dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. 862-875.
13
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lampiran 1. Daftar Interaksi Obat dan Manajemen Penanganannya
No
Nama Obat
Nama Dagang
Komposisi
Indikasi
Dosis
Interaksi Obat
Manajemen Penanganan
1.
ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIPIRAI
1.1 ANALGESIK NON NARKOTIK
1
Analsik (kaplet)
Metampiron
500 mg dan
Diazepam 2 mg
Sakit
kepala,nyeri
pinggang,nyeri
otot dan sendi
Dewasa:
sehari 3x 1 kaplet,
Anak:
sehari 3 x kaplet
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Jika dimungkinkan, hindari
penggunaan AINS.
Jika tetap dikombinasikan
dengan furosemid (diuretik
kuat), fungsi ginjal harus selalu
dimonitor.
Hindari penggunaan bersamaan
dengan metotreksat.
Penggunaan bersama fenitoin
tidak perlu dihindari, tetapi harus
selalu dimonitor level fenitoin
serum.
Dosis diazepam dikurangi jika
dikombinasikan dengan
valproat, disulfiram, simetidin,
valdecoxib, kontrasepsi oral
dan isonazid
14
Penggunaan bersama AINS
lainnya meningkatkan resiko
perdarahan GIT, peningkatan
resiko tersebut semakin
terlihat. jika dikombinasikan
dengan antikoagulan.
Meningkatkan AUC
metotreksat sehingga dapat
meningkatkan toksisitas
(MTX) dan menambah efek
samping MTX yaitu depresi
sumsum tulang dan
agranulositosis. Menurunkan
klirens furosemid.
Alkohol meningkatkan level
plasma diazepam dan
mempercepat absorpsi
diazepam sehingga
meningkatkan toksikasi
diazepam.
Diazepam menghambat
metabolisme ketamin.
Diazepam meningkatkan
2
Antalgin (tablet)
Antalgin 500 mg
Sakit kepala,
nyeri pinggang
Dewasa: sehari
3 x 1 tablet.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Diperlukan kontrol rutin jika
diberikan bersama siklosporin.
Jika dimungkinkan, hindari
penggunaan AINS, jika tetap
dikombinasikan dengan
furosemid (diuretik kuat), fungsi
ginjal harus selalu dimonitor.
Hindari penggunaan bersamaan
dengan metotreksat.
15
konsentrasi plasma maksimum
bupivacaine, tetapi laju
eliminasinya juga meningkat.
Penggunaan bersama opiat
dan benzodiazepin lain
meningkatkan efek sedasi,
analgetik dan depresi
pernapasan, opiat mengurangi
laju absorpsi diazepam.
Diazepam mengurangi efek
levodopa, fenitoin
mengurangi level serum
diazepam.
Valproat, disulfiram, dan
simetidin meningkatkan level
plasma diazepam.
Diazepam dihambat
metabolismenya oleh
valdecoxib, kontrasepsi oral
dan isonazid
Penggunaan bersamaan dengan
siklosporin dapat menurunkan
kadar siklosporin.
Antalgin dan alkohol
mungkin memberikan
pengaruh yang berlawanan dari
efeknya.
Penggunaan bersama AINS
lainnya meningkatkan resiko
perdarahan GIT, peningkatan
resiko tersebut semakin terlihat
3
Artrilox (tablet)
Meloksikam
7,5 mg dan
15 mg
Terapi jangka
pendek
eksaserbasi
osteo artitis
akut, arthritis
rhematoid
Dosis yang
dianjurkan sehari
15 mg
jika dkombinasikan dengan
antikoagulan.
Meningkatkan AUC
metotreksat sehingga dapat
meningkatkan toksisitas
(MTX) dan menambah efek
samping MTX yaitu depresi
sumsum tulang dan
agranulositosis.
Resiko perdarahan meningkat
jika obat ini digunakan
bersama AINS lain, meliputi
salisilat, antikoagulan oral,
tiiklopidin, heparin,
trombolitik.
Meningkatkan kadar litium
serum.
Meningkatkan toksisitas
hematologik dari metotreksat.
Eliminasi obat ditingkatkan
oleh kolestiramin.
Mengurangi efek pentoksifilin
dari antihipertensi.
Meningkatkan nefrotoksisitas
dari siklosporin.
Jika diberikan dengan diuretik,
fungsi ginjal harus dimonitor.
Hindari penggunaan
kolestiramin.
16
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
4
Asam
Mefenamat
(kaplet)
Asam
Mefenamat
250 mg/kaplet
dan
500 mg/kaplet
Meredakan
rasa nyeri
5
Aspilets (tablet)
Asetosal 80 mg
Meredakan
demam dan
rasa nyeri
6
Aspirin (tablet)
Asetosal
500 mg
Meredakan
rasa nyeri,
demam,
antikoagulan
Dewasa dan anak
> 14 thn, awal
500 mg,
dilanjutkan
250 mg tiap 6
jam.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Jika diinginkan efek analgesik
yang cepat, hindari penggunaan
bersamaan dengan antasida
yang mengandung Al.
Monitor penggunaan bersamaan
dengan antikoagulan dan jika
perlu dosis antikoagulan dapat
dikurangi.
Monitor level serum litium,
Lihat Aspirin
Sesuaikan dosis salisilat
berdasarkan kebutuhan; monitor
konsentrasi plasma salisilat
ketika menambahkan atau
menghentikan penggunaan
kortikosteroid.
Natrium bikarbonat: Dosis
asetosal yang dibutuhkan lebih
tinggi dari dosis normal. Monitor
konsentrasi plasma asetosal dan
ukur pH urin untuk menentukan
dosis.
Monitor konsentrasi plasma
MTX; sesuaikan dosis MTX.
17
Penggunaan bersamaan dengan
antikoagulan oral dapat
memperpanjang protrombin.
Antasida yang mengandung
Al mengurangi absorbsi asam
mefenamat.
Aantasida yang mengandung
Mg meningkatkan absorbsi
asam mefenamat
Meningkatkan toksisitas litium
Jika perlu dapat di Lihat Aspirin
berikan tiap 3 jam
: bayi: tablet,
2-3 tahun 1 tablet,
4-5 tahun 2 tablet,
6-9 tahun 4 tablet.
Dewasa : sehari
Kortikostreoid dapat
1-3 tablet, anak > menurunkan konsentrasi serum
dan efektivitas salisilat.
5thn tablet,
Penghentian kortikosteroid
maksimal sehari 1
dapat meningkatkan
-3 tablet.
konsentrasi salisilat.
Natrium bikarbonat dapat
meningkatkan klirens renal dan
penurunan konsentrasi serum
asetosal. Asetosal
meningkatkan toksisitas
metotreksat (MTX).
Carbenicillin,
cefamendazole, cefoerazone,
cefotetan, dipiramol,
depakote, heparin,
pentoxifilline, klopidogrel,
asam valproat: menyebabkan
peningkatan perdarahan.
Menyebabkan efek
hipoglikemik antidiabetik
oral meningkat.
Monitor parameter koagulasi dan
tanda-tanda pendarahan, obati
gejala yang timbul jika terjadi
pendarahan atau hindari
penggunaan asetosal jika
Carbenicillin, cefamendazole,
cefoferazone, cefotetan,
dipiramol, depakote, heparin,
pentoxifilline, klopidogrel,
asam valproat digunakan.
Perubahan dosis antidiabetik
oral diperlukan.
18
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7
Betalgin (kaplet)
Metampiron
500 mg
Lihat Antalgin
Lihat Antalgin
Penggunaan bersama ACE
Inhibitor dapat menyebabkan
Efek hipotensif dan vasodilator
dapat menurun. Interaksi
dengan warfarin dapat
menyebabkan aktivitas
antikoagulan dapat meningkat.
Efek penurunan tekanan darah
beta blocker melemah. Efek
menguntungkan beta blocker
pada fraksi ejeksi ventrikel kiri
pada pasien gagal jantung
kronik melemah.
Garam aluminium atau
magnesium (Antasida)
menyebabkan konsentrasi
serum salisilat dapat menurun.
Lansoprazole dan
omeprazole: menyebabkan
Asetosal enteric-coated larut
lebih cepat sehingga
meningkatkan efek samping
pada lambung.
Lihat Antalgin
ACE inhibitor: Monitor tekanan
darah dan parameter
hemodinamik atau tetap berikan
asetosal dan ganti terapi
antihipertensi dari ACE inhibitor
menjadi Angiotensin Receptor
Blocker.
Monitor INR rutin dan atur dosis
warfarin sesuai hasil monitor
ketika memulai atau
menghentikan terapi salisilat.
Beri tahu pasien untuk
melaporkan kejadian pendarahan
atau memar.
Monitoring konsentrasi serum
asetosal dan atur dosis ketika
antasida dimulai atau
dihentikan.
Hindari penggunaan dengan
lansoprazole dan omeprazole
secara bersamaan.
Lihat Antalgin
19
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
8
Biogesic (tablet)
Parasetamol
500 mg
Meredakan
rasa nyeri,
demam
sehari
3 x 1-2 tablet
9
Bodrex (tablet)
Parasetamol
600 mg dan
Kafein 50 mg
Meredakan
rasa nyeri,
demam
Dewasa : sehari
3 - 4 x 1 tablet.
Anak 6-12 tahun
sehari
3-4 x - 1 tablet
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lakukan pemantauan jika
digunakan dengan antikoagulan.
Parasetamol merupakan
analgesik yang lebih aman
dibanding aspirin dan AINS
lainnya jika diberikan bersama
antikoagulan.
Hindari penggunaan alkohol.
Dosis Parasetamol dikurangi bila
diberikan bersama dengan
isoniazid
Lihat Biogesic.
Hindari penggunaan kafein
minimal 12 jam sebelum
dilakukan infus adenosin untuk
myocardial imaging.
Monitor level serum klozapin.
Hindari penggunaan dengan
alkohol, disulfiram,
kontrasepsi oral dan
pseudoefedrin
20
Absorpsi melambat dengan
obat antikolinergik atau
analgesik opioid.
Toksisitas meningkat bila
digunakan bersama alkohol,
isoniazid, atau obat
antiepilepsi.
Meningkatkan respon
antikoagulan kumarin dan
kloramfenikol konsentrat.
Rifampisin dapat mengurangi
efikasi parasetamol
Lihat Biogesic. Alkohol
menghambat metabolisme
hepatik kafein.
Kafein dapat meningkatkan
bioavailabilitas, laju absorbsi,
dan konsentrasi plasma
aspirin.
Penggunaan kafein dengan
diklofenak dapat
meningkatkan efikasinya
dalam terapi migrain.
Kafein dan teofilin
mengurangi peningkatan
denyut jantung dan dan
perubahan tekanan darah yang
disebabkan oleh infus
adenosin.
Kafein mengurangi bahkan
menghilangkann efek hipnotik
10
Bodrexin (tablet) Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
11
Cataflam (tablet)
Nyeri ringan
hingga sedang,
rheumatoid
arthritis dan
osteoathritis
Dewasa : awal
100-150 mg
sehari.
Kalium
diklofenak
25 mg dan
50 mg
pentobarbital.
Kafein meningkatkan level
serum klozapin sehingga
meningkatkan resiko efek
samping.
Efek kafein meningkat dengan
adanya MAOI.
Fenitoin meningkatkan
metabolisme kafein.
Disulfiram mengurangi klirens
kafein.
Kontrasepsi oral
memperpanjang waktu paruh
kafein.
Penggunaan kafein dan
pseudoefedrin secara
bersamaan meningkatkan
resiko hipertensi.
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Jika digunakan bersama diuretik
hemat kalium perlu dilakukan
pengamatan terhadap kadar
kalium dalam serum.
Dianjurkan untuk dilakukan
pemantauan yang ketat terhadap
pasien yang menggunakan
kombinasi diklofenak dan
antikoagulan.
Perhatian harus diberikan apabila
digunakan bersama
21
Apabila diberikan bersamaan
dengan preparat yang
mengandung litium atau
digoksin, diklofenak dapat
meningkatkan konsentrasi
litium dalam plasma tetapi
tidak ada tanda klinis dosis
berlebih pada kasus-kasus
tertentu yang telah dijumpai.
Beberapa obat antiinflamasi
non steroid dapat menghambat
aktivitas dari diuretik.
Pengobatan bersamaan dengan
diuretik hemat kalium
mungkin disertai dengan
kenaikan kadar kalium dalam
serum. Pemberian bersama
antiinflamasi non steroid
sistemik dapat menambah
terjadinya efek samping.
Meskipun pada penelitianpenelitian klinik tidak
menunjukkan bahwa
diklofenak mempengaruhi efek
dari antikoagulan, sangat
jarang dilaporkan adanya
penambahan resiko
perdarahan, dengan
penggunaan kombinasi
diklofenak dan antikoagulan
antiinflamasi non steroid.
Diklofenak diberikan kurang dari
24 jam sebelum atau setelah
pengobatan dengan metotreksat
22
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Seperti antiinflamasi
nonsteroid lainnya, digunakan
dalam dosis tinggi (200 mg)
dapat menghambat agregasi
platelet untuk sementara.
Penelitian penelitian klinik
memperlihatkan bahwa
diklofenak dapat diberikan
bersamaan dengan oral
diabetik tanpa mempengaruhi
efek klinik dari masing-masing
obat. Sangat jarang dilaporkan
efek hipoglikemik dan
hiperglikemik dengan adanya
diklofenak dimana diperlukan
untuk menyesuaikan dosis
obat-obat hipoglikemik.
Konsentrasi metotreksat
dalam darah dapat meningkat
dan toksisitas obat ini
bertambah. Penambahan
nefrotoksisitas siklosporin
mungkin trerjadi oleh karena
efek obat-obat antiinflamasi
non steroid terhadap
prostaglandin ginjal.
23
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Celebrex
(kapsul)
Selekoksib
100 mg dan
200 mg
Osteoaartitis,
dan Rematik
arthtitis pada
orang dewasa
Sehari 1 x 200 mg
atau 2 x 200 mg
untuk rematik
artritis 2 x 100 mg
13
14
Cetalgin (tablet)
Cetalgin-T
(tablet/kapsul)
Lihat Analsik
Metampiron
500 mg,
diazepam 2 mg,
vitamin B6 dan
Kafein 50 mg
Lihat Analsik
Sakit kepala
neuralgia, sakit
pinggang,
ketengangan,
rasa sakit
lainnya
Lihat Analsik
Dewasa: sehari
3x1 setelah
makan
Anak 8-12 tahun
sehari 1-2 x ½
kapsul/tablet
Rifampisin mengurangi level
plasma selekoksib, Flukonazol
meningkatkan AUC selekoksib
sebesar 130%, Selekoksib
meningkatkan konsentrasi
serum litium sebesar 17% 350%, Resiko perdarahan
terutama pada geriatri
meningkat jika diberikan
dengan warfarin dan
clopidogrel, Meningkatkan
toksisitas fenitoin,
Menghambat metabolisme
metoprolol, Selekoksib
mengurangi efek diuretik dan
antihipertensi dari diuretik
kuat, Penggunaan bersamaan
dengan ACE inhibitor
meningkatkan kreatinin serum,
hiperkalemia, dan keparahan
gagal jantung kongestif,
Penggunaan bersamaan dengan
furosemid meningkatkan
resiko gagal ginjal
Lihat Analsik
Lihat Analsik
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Selekoksib dimulai dari dosis
rendah atau hanya setengah dosis
jika digunakan bersama
flukonazol, Berikan profilaksis
GIT seperti AH2 atau PPI jika
clopidogrel diberikan dengan
selekoksib, Hindari penggunaan
selekoksib dengan litium atau
lakukan monitoring level litium
setiap beberapa hari atau lakukan
penurunan dosis litium, pasien
harus diinformasikan mengenai
tanda atau gejala toksisitas
litium, Monitor efek
antikoagulan jika diberikan
bersamaan, hindari penggunaan
selekoksib dengan diuretik
kuat, jika tetap digunakan, maka
dosis diuretik dapat ditingkatkan
tapi fungsi ginjal harus dimonitor
dengan baik terutama pada
pasien geriatri atau pasien
dengan sirosis hati, gagal jantung
atau gangguan ginjal
Lihat Analsik
Lihat Analsik
24
12
Counterpain
PXM (krim)
Piroksikam 5mg,
Metil salisilat
102 mg,
Mentol 54,3 mg,
Euginol 13,7 mg
Nyeri otot, dan Oleskan
Tidak interaksi obat yang
sendi, inflamasi 3 - 4 x sehari pada dilaporkan
daerah yang
menderita.
-
16
Contrexin
(tablet)
Danalgin (tablet)
Dumin (sirup,
tablet)
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Aspilets
Lihat Analsik
Parasetamol
120 mg/5ml
(sirup),
500 mg (tablet)
Lihat Analsik
Menurunkan
demam dan
meredakan rasa
nyeri pada otot,
sakit kepala
dan sakit gigi
Lihat Analsik
Dewasa sehari
3-4x 0,5-1g, maks
sehari 4 g.
Anak 1-6 tahun
sehari 3-4x125mg
maks sehari
750 mg.
Anak <1thn
sehari
3-4 x 60 mg
Dumin RT
Hufagrip (sirup)
Hufagrip TMP
(sirup)
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Ibuprofen
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Menurunkan
demam,
meringankan
nyeri ringan
sampai sedang.
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Dewasa sehari
3-4x 10 ml.
Anak 1-2 tahun
2,5 ml,
3-7 tahun 5 ml
Lihat Analsik
Absorpsi melambat dengan
obat antikolinergik atau
analgesik opioid. Toksisitas
meningkat bila digunakan
bersama alkohol, isoniazid,
atau obat antiepilepsi.
Meningkatkan respon
antikoagulan kumarin dan
kloramfenikol konsentrat.
Rifampisin dapat mengurangi
efikasi parasetamol
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Terjadi interaksi dengan obat:
Alendronat Na (Bon-one)
dan risendronat Na
(actonel): Risiko ulkus
lambung dapat meningkat.
Fluoksetin HCl, Sertralin
HCl, Esitalopram oksalat :
Risiko pendarahan saluran
cerna bagian atas dapat
Lihat Analsik
Lakukan pemantauan jika
digunakan dengan antikoagulan.
Parasetamol merupakan
analgesik yang lebih aman
dibanding aspirin dan AINS
lainnya jika diberikan bersama
antikoagulan. Hindari
penggunaan alkohol. Dosis
parasetamol dikurangi bila
diberikan bersama dengan
isoniazid
Lihat Dumin
Lihat Dumin
fluoksetin, setralin,
esitalopram Gunakan secara
hati-hati ketika menggunakan
obat tersebut secara bersamaan.
Monitor pasien secara teliti
terhadap kemungkinan efek
samping GI, terutama ulkus
lambung. Jika kombinasi tidak
dapat dihindari, maka
17
18
19
20
21
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
25
15
meningkat. Flukonazol,
Itrakonazol dapat
menyebabkan Konsentrasi
plasma NSAID dapat
meningkat, sehingga
meningkatkan efek
farmakologi dan efek samping.
Itrakonazol dapat
menurunkan kadar plasma
NSAID, sehingga mengurangi
efikasi.
Probenesid menyebabkan
Toksisitas NSAID meningkat.
Tidak ada intervensi segera
yang diperlukan.
Konsentrasi plasma
aminoglikosida (gentamisin,
amikasin, netilmisin,
streptomisin, tobramisin)
dapat meningkat.
26
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
pertimbangkan untuk
mempersingkat durasi
pengobatan menggunakan
NSAID , menurunkan dosis
NSAID, atau mengganti NSAID
dengan asetaminofen (misalnya,
tylenol) atau SSRI (fluoksetin,
setralin, esitalopram) dengan
antidepresi trisiklik. Jika terjadi
efek samping GI, pertimbangkan
terapi intervensi (misalnya
proton pump inhibitor) atau
menghentikan SSRI (fluoksetin,
setralin, esitalopram) atau
NSAID dan berikan terapi
alternative. Amati respon klinik
pasien dan sesuaikan dosis
NSAID berdasarkan kebutuhan.
Sesuaikan dosis probenesid
secara tepat jika terjadi toksisitas.
Jika penggunaan secara
bersamaan tidak bisa dihindari,
maka kurangi dosis
aminoglikosida sebelum
memulai penggunaan NSAID.
Monitor fungsi renal dan kadar
serum aminoglikosida. Sesuaikan
dosis aminoglikosida
berdasarkan pada parameter yang
dimonitor
22
Maxicam
(kapsul)
Piroksikam
20 mg
Terapi
simptomatik
pada
reumotoid,
gangguan
encok akut.
Dewasa awal
20 mg dan sehari
40 mg dosis
tunggal atau
terbagi selama 2
hari selama
7-14 hari
Konsentrasi plasma piroksikam
berkurang jika diberikan
bersama kolestiramin,
Meningkatkan resiko
perdarahan jika diberikan
bersama warfarin, Piroksikam
menyebabkan kegagalan terapi
antihipertensi, Meningkatkan
toksisitas litium
23
Mefinal (kaplet)
Mevilox (tablet)
Metaneuron
(tablet)
Movicox (tablet)
Neorhemacyl
(tablet)
Lihat Asam
Mefenamat
Lihat Artrilox
Lihat Antalgin
Lihat Asam
Mefenamat
Lihat Artrilox
Lihat Antalgin
Lihat Asam Mefenamat
24
25
Lihat Asam
Mefenamat
Lihat Artrilox
Lihat Antalgin
Hindari kombinasi dengan
kolestiramin, Penggunaan
bersama warfarin tetap dapat
dilakukan, tetapi harus dilakukan
monitor dan antisipasi jika dosis
antikoagulan harus diturunkan,
Dosis terendah piroksikam
digunakan pada pasien yang
menggunakan antihipertensi,
lakukan monitoring level litium
setiap beberapa hari atau lakukan
penurunan dosis litium, pasien
harus diinformasikan mengenai
tanda atau gejala toksisitas litium
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Artrilox
Lihat Antalgin
Lihat Artrilox
Lihat Antalgin
Lihat Artrilox
Ibuprofen
200 mg,
Parasetamol
350 mg
Lihat Artrilox
Meringankan
nyeri ringan
sampai sedang
pada otot dan
sendi, nyeri
haid.
Lihat Artrilox
1 tablet tiap
4-6 jam atau
sehari 3-4 x
Lihat Artrilox
Lihat Biogesic dan Hufagrip
TMP
Lihat Artrilox
Lihat Biogesic dan Hufagrip
TMP
26
27
27
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
28
Neorhemacyl
cream (krim)
Metilsalisilat
150 mg,
mentol 50 mg,
kamfer 15 mg,
dan
euginol 20 mg
Natrium
diklofenak
25 mg dan
50 mg
29
Neurofenac
(tablet)
30
31
Nerodial (kaplet) Lihat Analsik
Novagesic
Lihat Dumin
(sirup, tablet)
Meredakan
nyeri otot dan
nyeri sendi,
keseleo dan
pegal-pegal
Dioleskan atau
digosokan pada
bagian yang sakit.
Tidak ada interaksi yang
dilaporkan
-
Antirematik
non steroid
Dewasa: 50 mg
(2x1 tab 25 mg)
s/d 150 mg (3x1
tab 50 mg)/ hari.
Anak > 6 tahun:
2-3mg/kgBB/hari.
Dosis
pemeliharaan
3 x 25 mg/hari
Lihat Analsik
Lihat Dumin
Lihat Analsik
Lihat Dumin
Lihat Cataflam.
Voriconazole meningkatkan
level diklofenak, menyebabkan
kegagalan agen
antihipertensi, Sikolosporin
meningkatkan level serum
diklofenak hingga dua kali
lipat, Colestipol dan
Kolestiramin mengurangi
absorbsi oral diklofenak,
Rifampisin mengurangi level
plasma diklofenak,
Peningkatan resiko perdarahan
GIT jika diberikan bersama
aspirin, Misoprostol
meningkatkan resiko nyeri
abdomen, nausea, dispepsia,
dan diare jika diberikan
bersama diklofenak,
Lihat Analsik
Lihat Dumin
Lihat Cataflam. Gunakan dosis
terendah jika diberikan bersama
voriconazole, Dosis terendah
digunakan pada pasien hipertensi
dan pasien yang menggunakan
siklosporin, Diklofenak
diberikan 1 jam sebelum atau 4
jam setelah Colestipol,
Diklofenak diberikan 1 jam
sebelum atau 4-6 jam setelah
Kolestiramin tetapi lebih baik
hindari penggunaan kombinasi
obat ini, Hindari kombinasi
dengan aspirin, Informasikan
kepada pasien tentang
kemungkinan terjadi nyeri
abdomen atau diare jika
menggunakan kombinasi
diklofenak dan misoprostol,
Lihat Analsik
Lihat Dumin
28
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
32
Novalgin (tablet,
sirup)
Metampiron
500 mg/tablet;
250 mg/5 mL
sirup
33
Pamol
(tablet, sirup)
Panadol
(kaplet, sirup)
Paracetamol
(tablet, kaplet,
sirup)
Ponstan (kaplet)
Progesic
(sirup, tablet)
Voltadex
(kaplet)
Voltaren (tablet)
34
35
36
37
38
39
Dewasa
1-2 tablet 3 x
sehari.
Sirup 2-4 sendok
makan 3 x sehari
Lihat Antalgin
Lihat Antalgin
Lihat Dumin
Nyeri berat
terkait dengan
sakit kepala,
sakit gigi,
paska
kecelakaan
atau paska
operasi.
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Asam
Mefenamat
Lihat Asam
Mefenamat
Lihat Asam
Mefenamat
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Asam Mefenamat
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat Dumin
Lihat
Neurofenac
Lihat
Neurofenac
Lihat
Neurofenac
Lihat
Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
Lihat Neurofenac
29
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
I.2 ANTIPIRAI
40
Allopurinol
(Tablet)
41
Zyloric (Tablet)
Allopurinol
100 mg; 300 mg
Hiperurisemia
primer, dan
hiperurisemia
sekunder
(mencegah
pengendapan
asam urat dan
kalsium
oksalat).
Dewasa:
Awal sehari 100300 mg, dosis
pemeliharaan
sehari
200-600 mg,
dosis tunggal
maks 300 mg.
Lihat
Allopurinol
Lihat
Allopurinol
Lihat Allopurinol
Anestetik lokal
1 ampul,
maksimal 2 mL
Memperpanjang kerja
6-Merkaptopurin atau
Azatioprin bila diberikan
bersamaan. Meningkatkan
waktu paruh adenine
arabinoside dalam plasma.
Efek obat ini dikurangi
(ekskresi dipercepat) oleh
urikosurik dan salisilat dosis
tinggi, Penggunaan bersama
klorpropamid saat kondisi
ginjal buruk meningkatkan
efek hipoglikemik yang lebih
lama,
Lihat Allopurinol
Gunakan hanya dosis
6-Merkaptopurin atau
Azatioprin bila diberikan
bersamaan. Perhatian khusus
harus dilakukan jika diberikan
bersama adenin arabinosid
untuk mengawasi adanya efek
toksik,
Lidokain plasma meningkat
saat digunakan bersama
propranolol, Simetidin
menurunkan klirens lidokain
(pada beberapa kasus),
Barbiturat menurunkan level
plasma lidokain,
lakukan monitoring beta bloker
dan lidokain, monitoring level
lidokain jika diberikan bersama
simetidin dan lakukan penurunan
dosis jika perlu, jika perlu
lakukan peningkatan dosis
lidokain pada pasien yang
menggunakan barbiturat,
Lihat Allopurinol
2. ANESTETIK
2.1 ANESTETIK LOKAL
42
Lidodex
Lidocaini HCl
30
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
2.2 ANESTETIK UMUM
43
Miloz (Injeksi)
Midazolam
15 mg/3 mL
lihat pada dosis
Aprepitant menghambat
metabolisme midazolam dann
meningkatkan level midazolam
oral dua kali lipat setelah 5 hari
penggunaan secara bersamaan
sehingga memperpanjang efek
midazolam yaitu sedasi dan
amnesia, Itrakonazol,
flukonazol, ketokonazol
meningkatkan bioavailabilitas
midazolam oral sehingga
meningkatkan dan
memperpanjang efek sedasi
dan amnesia, Efek midazolam
dan level serum midazolam
ditingkatkan oleh verapamil
dan protease inhibitor,
Karbamazepin dan fenitoin
menurunkan AUC dan level
serum midazolam hingga 90%
sehingga efek midazolam
menurun, Eritromisin
meningkatkan efek dan level
serum midazolam,
Delavirdine meningkatkan
level plasma midazolam
dengan menghambat CYP3A4,
Rifampisin menurunkan AUC
midazolam sampai 96%,
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Kurangi dosis midazolam dan
monitor penggunaan kombinasi
midazolam dan aprepitant.
Penggunaan bersama golongan
azole, protease inhibitor dan
Delavirdine dikontraindikasikan,
Lakukan monitoring penggunaan
midazolam dan verapamil
(Calcium Channel Blocker) dan
sebaiknya dosis midazolam
dikurangi setidaknya 50%, Dosis
midazolam ditingkatkan jika
digunakan bersama
karbamazepin dan fenitoin,
alternatif hipnotik lain mungkin
diperlukan, Dosis dikurangi 5075% jika digunakan bersama
eritromisin, Jangan digunakan
bersama rifampisin karena efek
benzodiazepin akan menghilang,
31
IM medikasi pra
op. Dosis lazim
5 mg.
Dewasa:
0,07-0,1
mg/kgBB.
Lanjut usia dan
pasien dalam
kondisi lemah
0,025-0,5
mg/kgBB.
IV induksi
anestesi dan
sedasi 10 mg.
Dosis
pemeliharaan
pada anestesi
umum: dosis
bersifat
individual, Sedasi
basal:
awal 2,5 mg
5-20 menit
sebelum operasi.
pemberian
sesudah itu dapat
dilakukan bila
perlu.
maks: 5 mg.
3. ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK ANAFILAKSIS
44
Cetirizine
Cetirizin HCl
Alergi rhinitis
Kapsul 10 mg,
yang kronik
sirup 5 mg/ml
45
46
47
48
49
Chloramphenira- Chloramphenira- Rinitis,
mine (tablet)
min maleat 4 mg ultikaria,
Mengobati
keadaan alergi,
seperti gatalgatal,
dermatitis.
CTM
Lihat
Lihat
Chloramphenira Chloramphenimine
ramine
Decadryl (Sirup) Difenhidramin
Antialergi
HCl 10 mg/ml
Incidal (tablet,
sirup)
Loratadine
(sirup)
Dewasa dan anak
> 12 tahun :
sehari 1x 10 mg
saat makan
Dewasa: Sehari
3-4 x tablet
2-6 tahun: Sehari
3-4 x tablet.
Mempotensiasi efek alkohol,
Hindari penggunaan alkohol
Mempotensiasi efek alkohol,
Hindari penggunaan alkohol
Lihat
Chlorampheniramine
10-50 mg/hari
Lihat Chlorampheniramine
Lihat Chlorampheniramine
Mempotensiasi efek alkohol
Hindari penggunaan alkohol
Lihat Cetirizine
Lihat Cetirizine
Lihat Cetirizine
Lihat Cetirizine
Loratadin
10 mg/ml
Pengobatan
simptomatis
pada alergi
rhinitis dan
berbagai jenis
alergi pada
kulit
Dewasa dan anak
anak > 12 thn:
sehari 10 mg.
Anak 2-12 thn :
> 30 kg: sehari
10 mg
ketokonazol meningkatkan
level loratadin sehingga efek
loratadin meningkat,
penggunaan bersamaan
eritromisin dan loratadin
meningkatkan interval QT,
simetidin meningkatkan AUC
loratadin dan metabolitnya
sebesar 103% dan 6% tetapi
hal ini tidak mengubah
keamanan loratadin
Tidak ada perhatian khusus pada
pemberian bersamaan
ketokonazol atau eritromisin
dengan loratadin, Pemberian
antihistamin harus dihentikan <
48 jam sebelum prosedur uji
kulit.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
32
Lihat Cetirizine
4. ANTIDOT DAN OBAT LAIN UNTUK KERACUNAN
4.1 KHUSUS
50
Ethyol
Amifostin
500 mg
Mengurangi
toksisitas
kumulatif
ginjal
Dewasa: Sehari
1x740- 910mg/m2
sebagai invus IV
selama 15 menit
yg dimulai 30
menit sebelum
kemoterapi secara
infus cepat.
Meningkatkan resiko hipotensi
postural jika diberikan bersama
eplerenon
Lakukan monitoring efek
samping
Fenitoin Na
100 mg;
100mg/2 ml
antikonvulsan
Dewasa: awal
1 kaps 3 x/hari.
Pemeliharaan:
3-4 kaps/hari.
Anak: awal
5 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 2-3
dosis, maks. 300
mg/hari.
Status epileptikus
150-250 mg
secara IV lambat
(dengan
kecepatan tidak
melebihi
50 mg/menit),
bila perlu dapat
dilanjutkan
Penggunaan bersama
asetazolamid meningkatkan
kadar serum fenitoin dan
resiko osteomalasia dan
riketsia, Fenitoin menurunkan
level plasma albendazol,
mebendazol, voriconazole
dan posaconazole hingga
50% dan itrakonazol serta
ketokonazol hingga 90%,
Voriconazole meningkatkan
kadar serum maksimum dan
AUC fenitoin sebesar 67% dan
81%, Alkohol, asam folat,
rifampisin menurunkan
konsentrasi serum fenitoin,
Allopurinol, benzodiazepin,
diltiazem, nifedipin,
Penggunaan bersama
asetazolamid, harus dipantau
tanda atau gejala kekurangan
vitamin D, osteomalasia atau
toksisitas fenitoin (penglihatan
kabur, ataksia, nistagmus,
mengantuk), Asetazolamid
dihentikan jika gejala
osteomalasia muncul,
Penggunaan bersama diltiazem,
nifedipin, benzodiazepin,
capecitabine, kloramfenikol,
kotrimoksazol, disulfiram,
etosuksimid, isoniazid harus
dipantau gejala atau tanda
toksisitas fenitoin, Bila diberikan
bersama albendazol,
mebendazol, tingkatkan dosis
5. ANTIEPILEPSI
51
Phenytoin
(kapsul, ampul)
33
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
dengan
100-150 mg
30 menit
kemudian.
Pencegahan
kejang selama
prosedur bedah
saraf: 100-200 mg
IV dengan
interval 4 jam
selama
pembedahan dan
dilanjutkan pasca
operasi
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
albendazol atau mebendazol dan
monitor penggunaannya, Hindari
penggunaan bersama
itrakonazol, ketokonazol,
voriconazole dan posaconazole,
disopiramid, Dosis fenitoin
perlu ditingkatkan pada
pengguna alkohol, rifampisin,
asam folat (hati-hati dengan
pasien yang mengalami
gangguan pada hati, pasien tsb
biasanya diberikan fenitoin dosis
rendah), Perlu pemantauan gejala
toksisitas fenitoin pada
penggunaan bersama
allopurinol, Dosis fenitoin
dikurangi 25-30% pada pasien
yang menggunakan fenitoin 2-4
mg/kgBB per hari jika digunakan
bersama amiodaron (perlu
diingat perubahan kecil pada
dosis fenitoin dapat
menyebabkan perubahan besar
pada kadar fenitoin karena
kinetika fenitoin adalah non
linier), Monitor level fenitoin
jika diberikan bersama
flukonazol, mikonazol,
klorpromazin, proklorperazin,
dan thioridazin, Penggunaan
bersama antipsikotik,
34
capecitabine, kloramfenikol,
kotrimoksazol, disulfiram,
etosuksimid, isoniazid,
amiodaron, flukonazol,
mikonazol, meningkatkan
kadar serum fenitoin, Kadar
serum klozapin, haloperidol,
aripiprazole, sertindole,
risperidone, caspofungin
menurun jika diberikan
bersama fenitoin, Fenitoin
meningkatkan klirens
quetiapine, etoposid, Kadar
serum fenitoin dapat menurun
atau meningkat jika diberikan
bersama klorpromazin,
proklorperazin, dan
thioridazin, Level dan efikasi
aprepitant diturunkan oleh
fenitoin dan kadar fenitoin juga
dapat turun, Fenitoin
menurunkan AUC (90%) dan
level serum puncak (95%)
midazolam, level verapamil
dan felodipin (BA berkurang
lebih dari 90%), level serum
siklosporin (37%),
kortikosteroid, darifenacin,
disopiramid, efek furosemid
(50%), kuinidin, teofilin,
doksisiklin
52
Neurontin
(kapsul)
Gabapentin
300 mg
Nyeri neuropati
pada pasien
dewasa di atas
18 tahun
Dewasa dan anak
> 12 tahun sehari
Antasida yang mengandung
Al atau Mg yang diberikan
bersama atau dua jam setelah
gabapentin menurunkan
bioavailabilitas hingga 20%
verapamil, diltiazem,
siklosporin, kortikosteroid,
darifenacin, furosemid,
kuinidin, teofilin, doksisiklin
harus dimonitor untuk
mengetahui keefektifannya,
dosis dapat dinaikkan jika
diberikan bersama fenitoin dan
harus diturunkan kembali jika
fenitoin sudah tidak diberikan,
Aripiprazol dinaikkan dosisnya
dua kali lipat jika diberikan
dengan fenitoin, Hindari
penggunaan bersama aprepitant,
Dibutuhkan peningkatan dosis
midazolam jika digunakan
bersama fenitoin atau gunakan
alternatif hipnotik lain,
caspofungin dinaikkan 50-70 mg
per hari jika diberikan dengan
fenitoin
Gabapentin diberiikan dua jam
setelah pemberian antasida
35
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
6. ANTELMINTIK
6.1 ANTELMINTIK INTESTINAL
53
Albendazole
Albendazol
(Kaplet)
400 mg
54
Combantrin
(sirup, kaplet)
55
Upixon
Pirantel pamoat
setara pirantel,
Sirup rasa
caramel
50mg/ml, rasa
jeruk: 25/ml,
250 mg kaplet,
125 mg kaplet
Lihat
Combantrin
7. ANTIMIKROBA
7.1 ANTIBAKTERI
7.1.1 GOLONGAN PENISILIN
56
Amoksisilin
Amoksisilin
(sirup, kaplet)
trihidrat 250 mg;
500 mg (kaplet):
125 mg/5ml
(sirup)
Dewasa dan anak
> 2 thn: 1 kaplet
Karbamazepin, fenitoin
menurunkan level albendazol
hingga 50%, Fenobarbital
menurunkan level albendazol,
Sebagai infeksi
tunggal atau
ganda
Dosis tunggal
10mg/kgBB atau
250 mg/25kgBB
piperazin melawan aksi
antihelmintik pirantel pamoat
Untuk mengatasi infeksi
sistemik, dosis albendazol
dinaikkan jika diberikan bersama
karbamazepin, fenobarbital,
fenitoin,
Hindari penggunaan bersama
dengan piperazin
Lihat
Combantrin
Lihat Combantrin
Lihat Combantrin
Lihat Combantrin
Infeksi saluran
nafas, saluran
cerna,saluran
kemih,kulit dan
jaringan lunak.
Dewasa:
250-500 mg tiap
8 jam. Anak:
20 mg/kgBB/hari
terbagi tiap 8 jam.
Infeksi berat:
Dosis ganda.
GO akut: 2-3
dosis tunggal
Penggunaan bersamaan dengan
allopurinol dapat
meningkatkan terjadinya reaksi
kulit. Probenesid
memperlambat ekskresi
amoksisilin. Menurunkan
efektivitas kontrasepsi oral
Penggunaan bersama allopurinol
masih dapat dilakukan tetapi efek
reaksi kulit harus dimonitor,
Hindari penggunaan bersama
probenesid dan kontrasepsi
oral
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
36
Infeksi tunggal
atau campuran
dari cacing
Amoxan
58
Amoxil
59
Ampisilin
(kapsul)
60
Capsinat
61
Decamox
62
Intermoxil
63
Kalmoxilin
64
Nufamox
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Ampisilin
trihidrat
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Infeksi yang di
sebabkan oleh
bakteri gram
positif, atau
gram negatif
yang peka
terhadap
ampisilin,
infeksi saluran
pernapasan,
infeksi alat
kelamin
wanita, infeksi
saluran
pencernaan.
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Amoksisilin
Lihat
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Dewasa dan anakanak dengan BB
> 20 kg sehari
3-4 x 250-500mg.
Anak – anak
dengan
BB < 20 kg:
50-100 mg/kgBB
di bagi 4 dosis
setiap 6 jam.
Pemberian bersamaan dengan
Allopurinol dapat
mengakibatkan meningkatnya
reaksi kulit. Dapat menurunkan
efektivitas oral kontrasepsi.
Pemberian bersamaan dengan
Probenesid dapat
meningkatkan toksisitas
Ampisilin
Penggunaan bersama allopurinol
masih dapat dilakukan tetapi efek
reaksi kulit harus dimonitor,
Hindari penggunaan bersama
probenesid dan kontrasepsi
oral,
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
Lihat Amoksisilin
37
57
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Amoksisilin
Amoksisilin
7.1.2 GOLONGAN AMINOGLOKOSIDA
65
Gentamisin
Gentamisin
Infeksi oleh
(ampul)
sulfat 10 mg dan pseudomonas
40 mg/ml
aerogunosa.
66
Sagestam
Lihat
Gentamisin
7.1.3 GOLONGAN KLORAMFENIKOL
67
Biothicol
Tiamfenikol
(kapsul, sirup)
250 mg, 500mg,
125 mg/ 5ml
sirup kering,
250 mg/ 5ml
sirup kering.
Sehari
3-4 mg/kgBB/hari
terbagi dalam
6-8 jam anak
6-7,5 mg terbagi
tiap 8 jam, bayi
7,5 mg/kgBB
sehari tiap 8 jam.
Lihat
Gentamisin
Lihat Gentamisin
Tifus,
paratifus,
infeksi yang di
sebabkan oleh
salmonella.
Dewasa, anak dan
bayi >2 minggu:
50mg/kgBB/hari,
terbagi dalam
3-4 dosis
meningkatkan nefrotoksisitas
jika diberikan bersama dengan
sefalosporin atau amfoterisin
B, Gentamisin meningkatkan
kadar serum digoksin hingga
dua kali lipat pada pasien yang
menderita gagal jantung
kongestif dan diabetes,
indometasin meningkatkan
kadar serum gentamisin
Lihat Gentamisin
Monitor fungsi ginjal dan level
gentamisin jika diberikan dengan
siklosporin atau amfoterisin B
atau indometasin, Pasien harus
dimonitor gejala toksisitas
digoksin jika diberikan bersama
gentamsin,
Efek hipoglikemik tolbutamid
meningkat jika digunakan
bersama tiamfenikol,
Fenobarbital menurunkan
kadar serum tiamfenikol,
Meningkatkan kadar serum
fenitoin (hingga 2-4 kali lipat)
dan efek antikoagulan
dikumarol. Penggunaan
bersama klormfenikol dapat
menyebabkan resistensi silang.
Tiamfenikol mempunyai efek
antagonis dengan penisilina
dan aminoglikosida.
Penggunaan bersama tolbutamid
perlu dimonitor karena mungkin
menyebabkan hipoglikemia akut,
jika perlu dosis tolbutamid dapat
diturunkan, Penggunaan bersama
fenobarbital perlu dimonitor
untuk mengetahui kadar serum
tiamfenikol, Penggunaan
bersama fenitoin harus
dimonitor terutama tanda dan
gejala toksisitas fenitoin, Hindari
penggunaan bersama dikumarol,
kloramfenikol, penisilina dan
aminoglikosida.
38
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Gentamisin
68
Chloramphenicol (kapsul,
sirup)
Kloramfenikol
250 mg
Tifus
Dewasa dan anak
sehari
50 mg/kgBB
dalam dosis
terbagi.
Meningkatkan efek
hipoglikemik tolbutamid dan
klorpropamid, Fenobarbital,
rifampisin, menurunkan kadar
serum klormfenikol,
Meningkatkan kadar serum
fenitoin (hingga 2-4 kali
lipat), siklosporin,
tacrolimus, efek
antikoagulan dikumarol,
Menyebabkan kegagalan
kontrasepsi, kegagalan
pengobatan menggunakan Fe
atau vitamin B12 untuk
anemia karena efek samping
kloramfenikol pada supresi
sumsum tulang belakang,,
69
Thiamfenicol
Lihat Biothicol
Lihat Biothicol
Lihat Biothicol
Lihat Biothicol
Penggunaan bersama tolbutamid
atau klorpropamid perlu
dimonitor karena mungkin
menyebabkan hipoglikemia akut,
jika perlu dosis tolbutamid atau
klorpropamid dapat diturunkan,
Penggunaan bersama
fenobarbital peru dimonitor
untuk mengetahui kadar serum
kloramfenikol cukup adekuat,
Penggunaan bersama fenitoin
harus dimonitor terutama tanda
dan gejala toksisitas fenitoin,
Monitor penggunaan bersama
siklosporin, tacrolimus,
Gunakan antibiotik lain pada
pasien anemia, Hindari
penggunaan bersama rifampisin,
dikumarol (antikoagulan),
Lihat Biothicol
39
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7.1.4 GOLONGAN KUINOLON
70
Baquinor (tablet Siprofloksasin
salut selaput,
HCl 250 mg,
kaplet salut
500 mg,
selaput forte)
siprofloksasin
laktat 2 mg/ml
71
Ciprofloxasin
Lihat Baquinor
Pengobatan
infeksi oleh
strain yang
sensitif dari
mikroorganisme pada infeksi
saluran nafas
bawah, infeksi
kulit dan
jaringan lunak,
infeksi tulang
dan persendian,
saluran kemih
dan saluran
cerna.
Lihat Baquinor
Infeksi saluran
kemih yang
ringan atau
sedang
2 x 250 mg
sehari.
Infeksi saluran
kemih berat:
2 x 500 mg
sehari.
Infeksi saluran
nafas, kulit dan
jaringan lunak,
tulang dan sendi
yang ringan
/sedang:
2 x 500 mg
sehari.
Infeksi yang
berat: 2 x 750 mg.
sehari.
Infeksi saluran
cerna:
2 x 500 mg
Lihat Baquinor
Meningkatkan kadar
klozapin, AUC ropinirole
(84%), rasagiline (83%),
tizanidine, teofilin,
zolmitriptan, Pada beberapa
pasien mungkin menyebabkan
peningkatan level dan efek
nefrotoksik siklosporin,
Menghambat metabolisme
cinacalcet di CYP1A2
sehingga menurunkan klirens
dan meningkatkan kadar
cinacalcet, Absorpsi
diturunkan oleh preparat Fe,
sukralfat, antasida yang
mengandung Al atau Mg
Lihat Baquinor
Monitor penggunaan bersama
klozapin (terutama reaksi efek
samping klozapin), siklosporin,
rasagiline, teofilin (dosis
teofilin dapat diturunkan 3050% jika perlu), Monitor
hormon paratiroid dan kalsium
serum jika digunakan bersama
cinacalcet, Lakukan penyesuaian
dosis ropinirole jika digunakan
bersama sifrofloksasin,
Siprofloksasin diminum 2 jam
sebelum preparat Fe, 1-2 jam
sebelum atau 4 jam setelah
sukralfat, Hindari penggunaan
bersama tizanidine, Lakukan
penurunan dosis zolmitriptan
sampai maksimum 5 mg dalam
24 jam pada pasien yang
menggunakan siprofloksasin,
Ciprofloksasin diminum 1-2 jam
sebelum atau minimal 4 jam
setelah Antasida yang
mengandung Al atau Mg
Lihat Baquinor
40
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7.1.5 GOLONGAN MAKROLIDA
72
Erythromisin
(kapsul,
suspensi)
Erythromisin
stearat setara
eritromisin
250 mg,
eritromisin
suksinat setara
eritromisin
500mg/kapsul,
200mg/5ml
suspensi.
Infeksi ringansedang, saluran
fernapasan atas
dan bawah,
infeksi kulit
dan jaringan.
Dewasa 300 mg
tiap 6 jam atau
500 mg tiap 12
jam,
anak
30-50 mg/kgBB
sehari dalam 3-4
dosis
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Penggunaan bersama astemizol,
terfenadin, ebastine,
mizolastine, pimozide,
sertindole, disopiramid,
ergotamin, dikontraindikasikan,
Monitor penggunaan bersama
itrakonazol, siklosporin
(terutama efek fungsi ginjal),
buspiron (dosis buspiron dapat
diturunkan), digoksin (terutama
tanda dan gejala toksisitas
digoksin), bromokriptin (dosis
bromokriptin dapat diturunkan
50%), sildenafil, Gunakan
darifenacine 7,5 mg per hari dan
jika dosis tersebut dapat
ditoleransi, dosis dapat
ditingkatkan sampai 15 mg per
hari, Hindari penggunaan
bersama karbamazepin kecuali
kadar karbamazepin dimonitor
dengan baik, Dosis cilostazol
diturunkan 50%, Dosis
maksimum eplerenon yang
digunakan adalah 25 mg per hari,
Monitor kadar teofilin setelah 48
jam dan sesuaikan dosis,
Gunakan warfarin/
antikoagulan dosis rendah
41
Pada beberapa kasus,
menyebabkan akumulasi
astemizol atau terfenadin
yang memicu aritmia,
meningkatkan AUC
darifenacine dengan
menghambat metabolismenya
oleh CYP3A4 (2 kali lipat),
kadar dan AUC buspiron
(5 dan 6 kali lipat), kadar
serum maksimum dan AUC
cilostazol (47% dan 73%),
AUC eplerenon (2-9 kali
lipat), AUC sildenafil (2-3 kali
lipat), kadar itrakonazol
(44%), karbamazepin (5 kali
lipat), siklosporin (4-5 kali
lipat atau lebih), digoksin
(2-4 kali lipat), bromokriptin
(>4 kali lipat), ebastine,
mizolastine, pimozide,
sertindole, calcium channel
blocker, disopiramid,
teofilin, warfarin,
menyebabkan kegagalan
kontrasepsi, meningkatkan
resiko iskemia perifer jika
diberikan bersama ergotamin
73
Lincomycin
(tablet)
Linkomisin
250 mg, 500 mg
Infeksi oleh
stroptokokus,
stafilokokus
74
Osmycin (tablet)
Spiramisin
500 mg
75
76
Spiramycin
Zibramax
(tablet)
Lihat Osmycin
Azitromisin
500 mg, 250 mg
Infeksi saluran
pernapasan
antara lain
tonsillitis,
faringitis, otitis
media,
bronchitis,
pneumonia dan
pertusis
Lihat Osmycin
Infeksi saluran
pernafasan
bagian atas dan
bawah, infeksi
kulit dan
jaringan,
penyakit
kelamin
500 mg tiap
6-8 jam, anak dan
bayi >1 bulan:
30-60 mg/kgBB
per hari dibagi
dalam 3-4 dosis.
Sehari 3x 1 tablet
selama 5 hari,
anak
50 mg/kgBB/hari
dalam 3 dosis
terbagi selama 5
hari.
Absorbsi diturunkan oleh
kaolin-pektin, linkomisin
diserap oleh kaolin yang
menyebabkan bioavailabilitas
linkomisin berkurang sehingga
efeknya juga berkurang
Pada beberapa kasus
menyebabkan kegagalan
kontrasepsi, Mengurangi kadar
plasma levodopa,
linkomisin diberikan 2 jam
setelah kaolin-pektin
Lihat Osmycin
Dosis total 1,5 g
selama 5 hari
dengan dosis awal
500 mg,
kemudian sehari
250 mg pada hari
kedua sampai hari
ke 5, anak-anak
sehari 1x10
mg/kgBB selama
3 hari
Lihat Osmycin
Antasida, garam aluminium
dan magnesium dapat
menurunkan kadar puncak
azithromisin. Meningkatkan
kadar digoksin serum (2-4 kali
lipat), disopiramid, warfarin,
AUC dan kadar azitromisin
serum ditingkatkan dua kali
lipat oleh nelfinavir
Lihat Osmycin
azithromycin diminum 1 jam
sebelum atau 2 jam sesudah
antasida, garam alumunium
dan magnesium, Monitor
penggunaan bersama digoksin
(terutama tanda dan gejala
toksisitas digoksin), nelvinafir
(peningkatan khasiat dan efek
samping azitromisin),
Penggunaan bersama
disopiramid
dikontraindikasikan, Gunakan
warfarin/antikoagulan dosis
rendah
42
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Monitor penggunaan bersama
levodopa
7.1.6 GOLONGAN SEFALOSPORIN
Cefadroxil
(kaplet, sirup
kering)
Sefadroksil
500 mg,
125 mg/5 ml
Infeksi saluran
nafas, kulit
jaringan lunak,
saluran
cerna,saluran
kemih.
Dewasa: Sehari
1-2 g dalam sekali
dosis atau 2 dosis
terbagi. Anak
30 mg/kgBB/hari
dalam 2 dosis
terbagi.
78
Trodoxil
Lihat Cefadroxil
Lihat
Cefadroxil
Lihat Cefadroxil
ISK,usus,
saluran nafas,
kulit dan
jaringan
lunak,infeksi
sistemik,
infeksi pada
mata.
Dewasa : Sehari
4x1 kapsul
Anak:
25mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis,
1 jam sebelum
makan atau 2 jam
setelah makan.
Infeksi saluran
nafas, saluran
cerna, kulit dan
jaringan lunak
mata,oral dan
gigi.
Sehari 1-2 g,
anak
20-25 mg/kgBB.
7.1.7 GOLONGAN TETRASIKLIN
79
Cendocyclin
Tetrasiklin HCl
(kapsul)
250 mg
80
Tetramycin
Oksitetrasiklin
HCl 250 mg,
50 mg/ml
menyebabkan kegagalan
kontrasepsi (jarang),
meningkatkan resiko
perdarahan jika diberikan
bersama
antikoagulan/warfarin,
Probenesid meningkatkan
kadar serum cefadroksil
Lihat Cefadroxil
sesuaikan dosis
warfarin/antikoagulan dan
monitor penggunaannya, Monitor
penggunaan bersama probenesid
Pemakaian tetrasiklin bersama
preparat yang mengandung
kalsium, magnesium, iron,
alumunium atau susu tidak
dianjurkan karena kation
bivalen dan polivalen dapat
membentuk kelat dengan
tetrasiklin serta menghambat
penyerapannya. Pemberian
bersama kontrasepsi oral
dapat mengurangi efektivitas
kontrasepsi oral
Lihat Cendocyclin
Tetrasiklin diminum 1 jam
sebelum atau 2 jam setelah
preparat yang mengandung
kalsium, magnesium, iron,
alumunium atau susu.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Cefadroxil
Lihat Cendocyclin
43
77
7.1.8 GOLONGAN LAIN-LAIN
81
Bactricid (tablet) Trimetoprim
80 mg,
Sulfametoksazol
400 mg.
Infeksi saluran
nafas atas dan
bawah, saluran
kemih,saluran
cerna dan
infeksi lainnya.
Sehari 2x2 tablet.
Meningkatkan resiko toksisitas
hematologi pada pasien
transplantasi ginjal yang
menggunakan azathioprine,
Kadar serum dapson dan
trimetoprim meningkat jika
digunakan bersamaan,
Rifampisin menurunkan AUC
trimetoprim (56%) dan
sulfametoksazol (28%) pada
penderita HIV/AIDS,
Trimetoprim meningkatkan
kadar digoksin serum (>22%),
fenitoin, prokainamid dan
metabolit aktifnya,
Cotrimoksazol meningkatkan
efek antikoagulan warfarin,
acenocoumarol,
phenprocoumon, sehingga
meningkatkan resiko
perdarahan
Bactrim
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
83
Clindamycin
Klindamisin
150 mg, 300mg.
Infeksi serius
bakteri
anaerob,
streptokokus,
Dewasa infeksi
serius
150-300 mg tiap
6 jam, anak-anak
Klindamisin memiliki sifat
penghambat neuromukular
yang dapat meningkatkan efek
obat penghambat
Hati-hati pada pasien yang
menggunakan obat penghambat
neuromuskular. Karena
kemungkinan bermakna klinis,
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
44
82
Waspada terhadap toksisitas
dapson (methemoglobinemia).
Monitor penggunaan bersama
digoksin, fenitoin, atau
prokainamid, terutama pada
geriatri, penyesuaian dosis
mungkin diperlukan, Dosis
rifampisin dapat ditingkatkan
pada pasien HIV/AIDS yang
menggunakan cotrimoksazol,
Perdarahan dapat dihindari
dengan memonitor INR dan
mengurangi dosis warfarin,
acenocoumarol, atau
phenprocoumon,
direkomendasikan dengan
mengurangi dosis warfarin
terlebih dahulu sebesar 10-20%,
Akan tetapi, sebaiknya
penggunaan cotrimoksazol
dihindari dan diganti dengan
antibakteri lain yang tepat dan
tidak berinteraksi seperti
Phenindione
Lihat Bactricid
84
Cotrimoxazole
Lihat Bactricid
7.2 ANTITUBERKULOSIS
85
Ethambutol
Etambutol
(tablet)
250 mg, 500 mg
pneumokokus.
dengan infeksi
serius: 8-16 jam
Lihat Bactricid
Lihat Bactricid
Anti
tuberklosis.
15 mg/kgBB/hari
pada pasien yang
tidak mendapat
terapidengan
banyak anti
tuberkulosa
neuromuskular.
Secara in vitro telah
ditunjukkan adanya
antagonisme antara
klindamisin dengan
eritromisin.
Lihat Bactricid
eritromisin dan klindamisin
tidak boleh diberikan secara
bersamaan.
Antasida yang mengandung
Al atau Mg dapat mengurangi
absorbsi etambutol (AUC
berkurang 10%)
Antasida yang mengandung Al
atau Mg diminum minimal 4
jam setelah etambutol
45
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
86
INH (tablet)
Isoniazid
100 mg, 300 mg
Anti
tuberklosis.
3-4 x 1 tablet
sehari atau
menurut petunjuk
dokter.
87
Isoniazid
(Tablet)
Lihat INH
Lihat INH
Lihat INH
Absorbsi dikurangi oleh
antasida, Isoniaazid
memperlambat metabolisme
beberapa obat yang diberikan
secara bersaman sehingga
toksisitas meningkat, obat-obat
tersebut antara lain hidantoin
(fenitoin, ethatoin,
mephenytoin),
karbamazepin, primidone
dan asam valproat.
Penggunaan bersama
disulfiram dapat
menyebabkan gangguan
mental, mekanisme ini belum
diketahui. Penggunaan
bersama halotan dan isoniazid
(mungkin rifampisin)
meningkatkan resiko
hepatotoksik. Intoleransi
alkohol menurun.
Lihat INH
Dosis hidantoin (fenitoin,
ethatoin, mephenytoin),
karbamazepin, primidone dan
asam valproat harus diturunkan.
Penggunaan bersamaan
disulfiram dan isoniazid tidak
disarankan. Monitor fungsi liver
perlu dilakukan jika digunakan
bersama halotan. Minuman
beralkohol harus dihindari karena
metabolisme isoniazid meningkat
pada alkoholik kronik.
Lihat INH
46
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
88
Rifampicin
(Tablet)
Rifampisin
300 mg ,
450 mg/tablet,
600 mg/tablet,
salut.
Tuberkulosis.
Sehari
10-20 mg/kgBB
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Rifampisin diminum beberapa
jam sebelum antasida, opiat,
antikolinergik dan
ketokonazol, Penggunaan obat
yang diinduksi
metabolismenya oleh rifampisin
harus dinilai kembali dosisnya
selama dan setelah terapi dengan
rifampisin. Tes bromsulftalein
harus dilakukan pada pagi hari
sebelum meminum rifampisin
untuk mencegah positif palsu.
47
Antasida, opiat,
antikolinergik dan
ketokonazol menurunkan
bioavailabilitas rifampisin jika
digunakan bersamaan dalam
mulut. Hal ini juga terrjadi
pada sediaan PAS yang
mengandung bentonit.
Rifampisin meningkatkan
metabolisme obat-obat yang
diberikan bersamaan sehingga
efek obat tersebut turun. Obatobat tersebut antara lain:
antikoagulan oral,
antidiabetes oral, sediaan
digitalis, agen antiaritmia
(disopiramid, primenol,
kuinidin, mexiletine,
ttocainide, larcainid,
propafenone), methadone
(dapat menyebabkan
withdrawal), hidantoin
(fenitoin, ethatoin,
mephenytoin), hexobarbital,
nortriptilin, benzodiazepin,
kortikosteroid (penderita
Addison dapat mengalami
krisis, terapi untuk penderita
asma yang bergantung
kortikosteroid akan sulit
bahkan tidak mungkin),
Pyrazinamide
(Tablet)
Pyrazinamide
500 mg
Terapi
tuberkulosis
diberikan
bersama
tuberkulostatik
lainnya
20-30
mg/kgBB/hari
dalam dosis
tunggal atau
terbagi
(maksimum
2 g/hari)
90
Streptomycin
(Tablet)
Streptomisin
sulfat 1g,
5g/vial.
Infeksi Karena
mikrobaktrium
tuberculosis.
Tuberkulosis:
sehari 1g dosis
tunggal atau
dalam 2 dosis
terbagi selama
6-12 g, dosis
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Hati-hati penggunaan pada
pasien dengan hiperurisemia,
asam urat dan diabetes melitus
Lihat Erythromisin
48
89
hormon sex (dapat muncul
gangguan menstruasi),
kontrasepsi oral (efektivitas
menurun), teofilin, dapson,
kloramfenikol, antifungi
golongan azol (ketokonazol,
itrakonazol), siklosporin A,
azatioprin (dapat terjadi
penolakan transplantasi), beta
bloker, calcium channel
blockers (nifedipin,
verapamil), analapril,
cimetidine). Rifampisin
menghambat kompetitif
ekskresi bromsulftalein secara
sementara
Pirazinamid mengantagonis
efek obat urikosurik seperti
probenesid dan
sulphinpyrazone. Allopurinol
meningkatkan konsentrasi
plasma pirazinamid.
Pirazinamid dapat
mengganggu efek antidiabetik
oral
Lihat Erythromisin
tunggal atau
dalam dosis
terbagi secara
terus menerus
tanpa interval.
7.3 ANTIFUNGI
Candistin
(Drops, Tablet)
Nistatin
100.000 UI
Terapi
kandiasis pada
rongga mulut
92
Flagystatin
(Ovula)
Metronidazol
500 mg, nistatin
100.000 UI.
Infeksi vagina
yang di
sebabkan oleh
trikomoniasis
dan
kandidiasis.
93
Ketoconazol
(Tablet)
Ketokonazol
200 mg.
Infeksi pada
kulit, rambut
dan kuku yang
di sebabkan
oleh dermatofit
Bayi: sehari
4x1-2 ml sehari .
anak dan dewasa:
sehari 4x1-6 ml
diteteskan ke
dalam mulut dan
di tahan beberapa
waktu sebelum di
telan.
Ovula : selama
7-19 hari,
krim: 1 aplikator
perhari selama
10 hari
Infeksi kulit, sal
cerna dan
sistemik,
sehari 1x1 tablet,
pada waktu
Tidak ada interaksi yang
dilaporkan
-
Penggunaan pada pengguna
alkohol dapat menyebabkan
reaksi seperti disulfiram.
Penggunaan bersama
disulfiram dapat menimbulkan
psikosis dan kebingungan.
Metronidazol meningkatkan
kadar serum warfarin.
Informasikan kepada pasien
mengenai resiko jika
mengkonsumsi alkohol dan
menggunakan metronidazole.
Hindari penggunaan bersama
disulfiram kecuali jika dapat
dimonitor dengan sangat baik.
Monitor INR jika diberikan
bersama warfarin, dosis
warfarin dapat diturunkan.
Hindari penggunaan alkohol.
Dikontraindikasikan dengan alfa
bloker, pimozide dan
sertindole, midazolam,
triazolam, eplerenon. Antasid
Timbul reaksi disulfiram pada
pengguna alkohol.
Meningkatkan AUC dan level
maksimum alfuzosin 3,2 dan
2,3 kali lipat. Meningkatkan
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
49
91
makan
94
Mycostatin
Lihat Candistin
Lihat Candistin
Lihat Candistin
efek hipoglikemik tolbutamid,
dan diprediksi memiliki efek
yang sama terhadap
risoglitazon dan pioglitazon.
Antasida menurunkan
absorbsi ketokonazol.
Meningkatkan pimozide dan
sertindole yang dapat
menyebabkan aritmia.
Meningkatkan AUC
aprepitant (4 kali lipat), AUC
cilostazol (2 kali lipat).
Meningkatkan bioavailabilitas
midazolam dan triazolam
(AUC meningkat 3,5-15 kali
lipat), kadar karbamazepin
hingga 30%, kadar cinacalcet
(2 kali lipat), AUC eplerenon
(2,2 kali), kadar derivat
ergot. Menurunkan klirens dan
metabolisme
metilprednisolon. AH2
menurunkan AUC ketokonazol
hingga 60% bahkan 95%.
Rifampisin menurunkan kadar
ketokonazol 50-80%
Lihat Candistin
diminum 2-3 jam sebelum atau
setelah ketokonazol. Pasien harus
diinformasikan mengenai tanda
dan gejala hipoglikemia dan
dosis tolbutamid dapat
diturunkan jika perlu. Dosis
aprepitant, karbamazepin
sebaiknya dikurangi dan monitor
penggunaannya. Dosis cilostazol
diturunkan menjadi sehari dua
kali 50 mg jika digunakan
bersama ketokonazol. Monitor
hormon paratiroid dan kalsium
serum saat ketokonazol dimulai
atau diakhiri pada pasien yang
menggunakan cinacalcet. Dosis
ketokonazol diturunkan hingga
50% jika diberikan bersama
metilprednisolon. Monitor tanda
ergotism. Ketokonazol diberikan
dengan minuman bersifat asam
seperti cola jika diberikan
dengan AH2. Monitor dan
lakukan peningkatan dosis
ketokonazol jika perlu jika
digunakan bersama rifampisin.
Lihat Candistin
50
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
7.4 ANTIVIRUS
95
Acyclovir
Asiklovir 200
mg, 400 mg/tab,
5% krim.
7.5 ANTIRETROVIRAL
96
Videx (Tablet)
Didanosin
50 mg, 100 mg.
8. ANTIMALARIA
97
Sulfadoxine
(Tablet)
Dewasa: Sehari
5x800 mg selama
7-10 hari,
anak 2-12 thn:
sehari
4x400-800 mg
selama 5 hari,
anak < 2 thn
sehari
4x20 mg/kgBB
selama 5 hari.
Meningkatkaan resiko
nefrotoksisitas dan kadar
siklosporin, menurunkqn
klirens teofilin sekitar 30%
Monitor fungsi ginjal terutama
jika asiklovir dosis tinggi
diberikan bersama
siklosporin,Waspada terhadap
toksisitas teofilin (nausea,
tremor, sakit kepala)
Infeksi HIV
yang sudah
berkelanjutan,
yang sudah
dapat
pengobatan
BB >60 kg, 200
mg;
BB<60 kg,
125 mg, dosis
harus dimakan
sehari 2 tablet.
Absorbsi ditingkatkan oleh
allopurinol (69% jika ginjal
berfungsi normal dan >2 kali
lipat jika terdapat gangguan
ginjal). Menghilangkan efek
ketokonazol. Ganciclovir
meningkatkan kadar
maksimum didanosin sekitar
70% bahkan saat diberikan
dengan selisih 2 jam
Hindari penggunaan bersama
allopurinol. Ketokonazol
diberikan setidaknya 2 jam
sebelum didanosin atau gunakan
didanosin enteric coated.
Waspadai toksisitas didanosin
jika diberikan bersama
ganciclovir.
Pencegahan
dan pengobatan
malaria yang
telah resisten
terhadap
klorokuina.
Dosis tunggal
dewasa: 2-3 tab,
anak 9-14 tahun:
2 tab,
4-8 thn: 1 tab, <4
thn: ½ tab.
Meningkatkan resiko
pancytopenia dan anemia
megaloblastik jika diberikan
bersamaa kotrimoksazol atau
sulfonamida.
Hindari penggunaan bersama
kotrimoksazol atau
sulfonamida.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
51
Sulfadoksin
500 mg,
pirimetamin
25 mg.
Simpleks pada
kulit dan
selaput lendir.
9. ANTIMIGRAIN, ANTIVERTIGO
9.1 ANTIMIGRAIN
98
Bodrex migrain
Parasetamol
(Tablet)
350 mg,
profipenazon
150 mg,
kofein 50 mg.
99
Bodrex extra
Paracetamol
(Tablet)
350 mg,
ibuprofen
200 mg,
kofein 50 mg.
9.2 ANTIVERTIGO
100 Mertigo (Tablet)
101
Frego (Tablet)
Betahistin
mesilat 6 mg.
Meringankan
sakit kepala
pada migrain
Meredakan
sakit
kepala,mencen
gkram, tegang,
kaku di kepala
belakang.
Lihat Bodrex
Lihat Bodrex
Lihat Bodrex dan Hufagrip
TMP
Lihat Bodrex dan Hufagrip TMP
1-2 tablet
3 x sehari bila
perlu
Penggunaan bersama
terfenadin dapat
menyebabkan sindrom
labyrinthine
Hati-hati penggunaan betahistin
dengan antihistamin
Dosis yang
dianjurkan adalah
10 mg per hari.
Bila terjadi efek
samping dosis
diturunkan
menjadi 5 mg.
Sebaiknya
diminum secara
teratur satu kali
sehari pada
Obat-obatan seperti alkohol,
antiepilepsi, obat tidur,
antidepresan dan obat
penenang dapat
mempengaruhi kerja Flunarizin
atau meningkatkan terjadinya
efek samping. Galaktore dapat
terjadi jika digunakan bersama
kontrasepsi oral
Hatti-hati pada penggunaan
bersama alkohol, antiepilepsi,
obat tidur, antidepresan dan
obat penenang, kontrasepsi
oral
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
52
Gangguan ke
seimbangan
yang terjadi
pada gangguan
sirkulasi darah.
Flunarizine 5mg; Pencegahan
10 mg
migren,
mengurangi
frekuensi
serangan dan
meringankan
gejalanya.
Terapi pada
gangguan
vestibular
sentral maupun
Dewasa: Sehari
3-4x ½ -1 tab,
anak 6-1 thn:
sehari
3-4x ½ -1 tab.
Dewasa: 3-4x1
tab,
anak 6-12 thn:
sehari
3-4x ½ -1 tab.
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Penggunaan bersama HRT
dikontraindikasikan. Monitor
penggunaan bersama tamoxifen
dengan warfarin atau
antikoagulan oral. Dosis
53
perifer seperti
malam hari untuk
pusing, tinitus
menghindari efek
dan vertigo.
sedatif
Pengobatan
pada
penurunan
konsentrasi dan
kebingungan,
gangguan
ingatan,
iritabilitas dan
gangguan
irama tidur.
Pengobatan
kejang pada
saat berjalan
maupun saat
berbaring
parestesi,
ekstremitas,
dingin dan
gangguan
tropik
10. ANTINEOPLASTIK, IMUNOSUPRESAN DAN OBAT UNTUK TERAPI PALIATIF
10.1 ANTIHORMON
102 Taxen
Tamoksifen
Terapi paliatif
Sehari 20-40 mg. Meningkatkan efek
10 mg, 20 mg
knker payudara
antikoagulan dari antiestrogen
stadium lanjut
dan warfarin/antikoagulan
pada wanita
oral. HRT menurunkan efek
pasca
tamoxifen
menopause.
Sebagai terapi
penunjang
setelah op atau
radioterapi
kanker
payudara dini
pada wanita
pasca
menopause
10.2 IMUNOSUPRESAN
103 Imuran
Azathioprine
50 mg
Penerima
transplan
organ, hepatitis
aktif kronik,
AR berat, LES,
dermatomiositi
s, pemfigus
vulgaris,
poliarteritis
nodosa, anemia
hemofilik
yangg didapat,
pionerma
gangrenosum,
purpura
trombositopenia idiopatik
warfarin dikurangi ½ sampai 2/3
nya. US mengkontraindikasikan
penggunaan tamoxifen dan
warfarin.
Supresi reaksi
penolakan
transplantasi:
awal:
3-5 mg/kgBB lalu
dilanjutkan
dengan
1-3 mg/kgBB/hari
untuk dosis rumat
Terapi untuk
semua kondisi:
Dosis lazim:
2-2,5 mg/kgBB
per oral. Hepatitis
aktif kronik:
1-1,5 mg/ kgBB
per hari
Meningkatkan resiko
hepatotoksik dan toksisitas
hematologik jika diberikan
bersama Leflunomide.
Toksisitas hematologik
meningkat jika diberikan
bersama mesalazine,
sulfasalazine, olsalazine.
Menurunkan efektivitas
vaksin. Meningkatkan
kebutuhan dosis terapi
warfarin.
Hindari penggunaan bersama
Leflunomide. Hati-hati
penggunaan bersama
mesalazine, sulfasalazine,
olsalazine, vaksin. Monitor efek
warfarin/antikoagulan saat
azathioprine digunakan atau
dihentikan, dosis warfarin dapat
disesuaikan.
54
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
10.3 ANTINEOPLASTIK
104 Zoladex
Goserelin asetat
steril setara
goserelin 3,6
mg.
Pengobatan
peliatif pada
kanker prostat
dan kanker
payudara.
1 depot injeksi
SK tiap 28 hari.
Tidak ada interaksi yang
dilaporkan
-
Penyakit
parkinson dan
gejala
parkinsonisme
kecuali
sindrom
parkison
karena obatobatan.
Glaucoma
sudut sempit,
psikosis.
Awal sehari
3-4x ½ tab.
ditingkatkan
menjadi sehari
3x1 tab dan di
naikan 1 tab
dengan interval
tiap minggu
sampai tercapai
dosis pengobatan
individual
Antimuskarinik menurunkan
laju absorbsi levodopa.
Antagonis dopamin sentral
seperti antipsikotik,
metoklopramid dapat
mengantagonis efek levodopa.
Rekasi efek samping
(halusinasi, kebingungan,
nausea, sakit kepala) dan
keparahan gejala parkinsonism
muncul saat diberikan bersama
baclofen. Resiko efek samping
meningkat saat diberikan
bersama bupropion. Absorbsi
levodopa berkurang 30-50%
saat diberikan bersama feri
sulfat karena terbentuk kelat.
Diskinesia yang diinduksi
levodopa ditingkatkan oleh
isoniazid. Resiko hipertensi
serius, cepat dan
membahyakan muncul saat
Waspada terhadap penurunan
efek levodopa menurun saat
digunakan bersama
antimuskarinik dan toksisitas
levodopa saat antimuskarinik
dihentikan. Hindari penggunaan
bersama Antagonis dopamin
sentral seperti antipsikotik,
metoklopramid atau monitor
secara teratur untuk mengetahui
kefektifan levodopa. Perhatian
pada penggunaan bersama
baclofen. Berikan dosis awal
bupropion yang rendah
kemudian ditingkatkan secara
bertahap. Hindari penggunaan
bersama feri sulfat. Diperlukan
penyesuaian dosis jika digunakan
bersama isoniazid. Penggunaan
bersama MAOI
dikontraindikasikan, pasien tidak
boleh diberi levodopa saat
11. ANTIPARKISON/ DEMENTIA
11.1. ANTIPARKISON
105
Pardoz (Tablet)
Levodopa
100 mg,
benzeraside
25 mg.
55
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
11.2 DEMENTIA
106 Aldomer 5
(Tablet)
Donepezil HCL
5 mg
Gejala
demensia
ringan atau
sedang pada
penyakit
Alzheimer
Dewasa atau
lansia : dimulai
dengan sehari
5 mg menjelang
tidur malam
selama 1 bulan ,
kemudian di
tingkatkan sampai
10 mg perhari.
levodopa diberikan bersama
MAOI. Metildopa
meningkatkan efek levodopa.
Penisilamin meningkatkan
kadar plasma levodopa.
Piridoksin menurunkan
bahkan menghilangkan efek
levodopa.
diterapi dengan MAOI, sampai
2-3 minggu setelah MAOI
dihentikan. Dosis levodopa
diturunkan 30-50% jika
diberikan dengan metildopa.
Monitor gejala efek samping
levodopa jika diberikan bersama
penisliamin. Hindari
penggunaan bersama piridoksin
atau gunakan carbidopa atau
benserazide.
Efek donepezil mengantagonis
efek antimuskarinik
Monitor penggunaan bersama
antimuskarinik terutama gejalagejala yang tidak diinginkan
56
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
12. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH
12.1 ANTIANEMIA
107 Sangobion
Besi II glukonat Anemia yang
di sebabkan
(kapsul, sirup)
250 mg,
defisiensi besi
mangan sulfat
dan mineral
0,2 mg,
tembaga II sulfat lainnya yang
berperan dalam
0,2 mg,
pembentukan
vit C 50 mg,
asam folat 1 mg, darah.
vit-B12 dengan
faktor intriksi
7,5 mg,
besi II glikonat
129,5 mg,
vit-B1 1 mg,
vit-B2 1 mg,
vit- B6 5 mg,
nikotinamid
15 mg,
biotin 0,3 mg.
Sehari satu kap
selama atau
setelah makan,
anak sehari
1 sendok takar,
dewasa 2 sendok
takar.
Penggunaan bersama antasida
akan mengurangi absorbsi dan
efek hematologik yang
diinginkan. Mengurangi
absorbsi oral biposfonat
secara signifikan.
Kloramfenikol dapat
menyebabkan depresi sumsum
tulang yang melawan efek
preparat besi untuk terapi
anemia. Efek levodopa dan
metildopa diturunkan oleh
preparat besi. Mengurangi
absorbsi penisilamin. Preparat
besi mengurangi absorbsi
quinolone. Absorbsi
tetrasiklin dan preparat besi
berkurang jika diberikan
bersamaan.
Obat diminum dengan selang
waktu 2-3 jam dengan antasida.
Alendronate diminum 30 menit
sebelum preparat Besi,
clodronate dapat diminum 1 jam
sebelum atau sesudah preparat
besi, ibandronate diminum 30
menit sampai 1 jam sebelum
preparat besi, risedronate
diminum 30 menit sebelum
preparat besi dan selang 2 jam
dengan preparat besi selanjutnya,
etidronate dan tiludronate
diminum dengan selang 2 jam
dengan preparat besi. Gunakan
antibiotik selain kloramfenikol.
Pemberian metildopa atau
levodopa dengan preparat besi
diberi selang waktu 2 jam.
Preparat besi diminum 2 jam
setelah penisilamin. Quinolone
diminum 2 jam sebelum preparat
besi. Preparat besi diminum 2
jam sebelum atau 2-3 jam setelah
tetrasiklin.
57
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
12.2 ANTIKOAGULAN, ANTI PLATELET DAN TROMBOLITIK
108 Procardin
Asetosal 100 mg Mengurangi
Sehari 1x1 tab
(Tablet)
resiko
kematian, strok
pada penderita
laki-laki
dengan riwayat
iskimia otak.
109 Trombogel
Heparin
Cedera akibat
Gunakan sehari
20.000 IU
olah raga dan
2-3x.
kecelakaan
Meningkatkan resiko
perdarahan jika diberikan
bersama warfarin atau
antikoagulan lain.
Meningkatkan resiko
perdarahan GIT jika diberikan
bersama AINS
Resiko hiperkalemia
meningkat jika diberikan
bersama ACE inhibitor.
Meningkatkan resiko
perdarahan jika diberikan
bersama clopidogrel,
ketorolac, AINS, ticlopidine
Pada terapi jangka panjang
dengan warfarin/antikoagulan,
dosis asetosal dibatasi 81
mg/hari. Jika asetosal digunakan
dengan AINS, pertimbangkan
penggunaan agen gastroprotektif
seperti PPI
Kadar kalium diperiksa sebelum
menggunakan heparin terutama
pada pasien dengan faktor resiko
(gangguan ginjal, diabetes
melitus) dan monitor secara
reguler setiap 4 hari terutama
pada pasien dengan penggunaan
lebih dari 7 hari. Hindari
penggunaan bersama
clopidogrel, ketorolac. Monitor
penggunaan bersama AINS,
monitor secara klinik dan
laboratorium jika digunakan
bersama ticlopidine
58
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
110
Thrombo
aspilets (tablet)
Asetosal 80 mg.
111
Trombophop
(salep, gel)
Heparin
20.000 IU/gel,
heparin
5.000 IU,
nicotinid acid
benzylester
250 mg/salep
12.3 HEMOSTATIK
112 Kalnex (Kaplet)
Asam
traneksamat
250 mg/kap,
500mg/ tab,
Pengobatan
dan
pencegahan
proses
pembekuan
dalam
pembuluh
darah dan
paska strok.
hipersensitif,
tukak lambung,
sering
mengalami
perdarahan di
bawah kulit.
Cedera karena
olah raga dan
kecelakaan.
Lihat Procardin
Lihat Procardin
Oleskan sehari
2-3x.
Lihat Trombogel
Lihat Trombogel
Sehari
3-4x 1-2 kap.
asam traneksamat merupakan
agen antifibrinolitik,
pemberian bersama
kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen dapat
meningkatkan resiko kejadian
trombotik, termasuk
Jangan diberikan ke dalam darah
tranfusi atau injeksi yang
mengandung penisilin, Hindari
penggunaan kontrasepsi oral
yang mengandung estrogen
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
59
Pendarahan
abnormal
setelah operasi,
pendarahan
setelah ekstaksi
gigi pada
pasien
Sehari 1x1-2 tab.
hemofili.
113 Transamin
Lihat Kalnex
12.4 HEMATOPIOTIK
114 Leucogen
Filgrastim
300 mg.
Lihat Kalnex
Memperpendek
masa
neutropenia
pada pasien
dengan kanker
tumor padat.
13. PRODUK DARAH DAN PENGGANTI PLASMA
115 Plasbumin
Human albumin Syok,luka
5%, 20 %
bakar.
14. DIAGNOSTIK
116 Uktrvist
Lihat Kalnex
5 mcg/kgBB dosis tunggal di berikan
sehari 2 minggu.
-
1 vial 25%/100ml
dapat menaikan
0,4-0,5 %
hipoalbuminimia.
Menimbulkan hipotensi akut
jika diberikan bersama ACE
inhibitor, albumin
menstimulasi produksi
bradikinin yang menyebabkan
vasoldilatasi dan hipotensi
sehingga mempotensiasi efek
ACE inhibitor
Gunakan albumin sintetis jika
diberikan pada pasien yang
menggunakan ACE inhibitor
Visualisasi
rongga tubuh.
Sesuai dengan BB
dan jenis
pemeriksaannya.
-
-
Mencegah
biang keringat,
Taburkan dengan
gosokkan pada
-
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
60
Ultravist
240 mg,
499 mg,
iopromida tiap
1 ml.
15. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN
117 Bedak salicyl
Asam salisilat
2%,
Lihat Kalnex
tromboembolisme vena,
trombosis arteri seperti stroke
dan infark myocardial
Lihat Kalnex
talk dan parfum.
118
Betadine
Larutan atau
salep: povidon
iodine 1%.
119
Icthtiyol
Icthamol 10 %
16. OBAT UNTUK GIGI DAN MULUT
120 Daktarin oral gel Mikonazol 20
mg/g
melindungi
kulit dari gatalgatal dan
mencegah bau
badan.
Desinfektan
dan setelah
operasi,
mencegah
timbulnya
infeksi pada
luka,
pengobatan
pada infeksi
kulit, kompres
luka bernanah.
Abses pada
kulit.
bagian kulit yang
di kehendaki ,
sehari 2-3 x setiap
habis mandi.
Sariawan
-
-
Oleskan
secukupnya pada
bagian yang sakit.
-
-
Dewasa dan anak
>4 tahun: sehari
4x ½ sdt,
bayi sampai
dengan 4 tahun,
sehari 4x ¼ sdt.
Meningkatkan efek pimozide
dan sertindole,
bioavailabilitas midazolam
dan triazolam oral (AUC
3,5 sampai 15 kali). Mikonazol
oral gel dosis maksimum dapat
meningkatkan level
lercanidipin, Mikonazol dapat
meningkatkan konsentasi
plasma dan efek
Pemakaian bersama pimozide
dan sertindole, midazolam dan
triazolam oral
dikontraindikasikan. Penggunaan
bersama lercanidipin harus
diawasi kemungkinan dosisnya
harus diturunkan atau monitor
efek samping seperti hipotensi,
sakit kepala, kemerahan dan
edema. Monitor penggunaan
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
61
Digunakan pada
bagian luka
121
Enkasari
122
Fg Troches
Tiap 45 ml
cairan: sari daun
segar setara
bubuk daun
kering 75 mg,
sari daun sirih
setara daun
segar 450 mg,
sari akar kayu
manis setara
bubuk akar
kering 20 mg,
menthol 10 mg.
Fradiomisin
sulfat 2,5 mg,
garamisidin-s
HCl 1 mg.
Mencegah dan
mengobati
sariawan,
menghilangkan
nyerih karena
radang
sariawan dan
menyegarkan
mulut.
Sehari 3-4 x sdm
45 ml, dikumur
dan di minum,
anak sehari
2x1 sdm 15 ml,
dikumur dan di
minum.
Gingifitis,
stomatitis,
laringitis,
bronkhitis,
tonsilitis dan
infeksi di
dalam mulut.
Dewasa:1-2 tablet
Anak: 1 tab
Diberikan
4-5 kali/hari
hipoprotrombinemik
warfarin/antikoagulan oral.
Hal ini disebabkan mikonazol
menghambat CYP450 2C9,
isoenzim yang bertanggung
jawab atas klirens metabolisme
enantiomer warfarin S(-) yang
lebih aktif
-
bersama warfarin/antikoagulan
oral.
-
-
-
62
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
17. DIURETIK
123 Furosemide
124
H.C.T
Furosemid
40 mg/tab,
10 mg/ml inj.
Udema karena
gangguan
jantung, sirosis
hati, gangguan
ginjal,
hipertensi
ringan dan
sedang.
Dewasa: Sehari
1-2x 1-2 tab,
maksimal 5 tab
sehari.
Hidroklorotiazid
25 dan 50 mg.
Diuretika,
edema, terapi
tambahan pada
hipertensi.
Sehari
50- 200 mg.
Aliskerin menurunkan
konsentrasi plasma furosemid
(50%). Respon diuretik 4 jam
furosemid diturunkan sebesar
58% dan 77% oleh colestipool
dan colestiramin. Efek
furosemid diturunkan sebanyak
50% oleh fenitoin. Sevelamer
menghilangkan efek furosemid
pada pasien hemodialisis
Meningkatkan resiko
nefrotoksisitas jika diberikan
bersama siklosporin. Absorpsi
diturunkan oleh colestipol
hingga lebih dari 30% dan
60 % oleh colestiramin
Monitor tekanan darah dan/atau
sesuaikan dosis terapi jika
diberikan dengan aliskerin.
Furosemid diberikan 2 atau 3 jam
sebelum colestiramin atau
colestipol. Monitor penggunaan
furosemid dan fenitoin.
Furosemid diberikan 1 jam
sebelum atau 3 jam setelah
sevelamer
Monitor kadar kalium dan fungsi
ginjal jika diberikan bersama
siklosporin. HCT diberikan
dengan selang waktu 6 jam
dengan colestipool atau
colestiramin
63
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18. HORMON, ENDOKRIN LAIN DAN KONTRASEPSI
18.1 ANTIDIABETIK
18.1.1 ANTIDIABETIK ORAL
Amaryl (Tablet)
Glimepirid 1mg,
2 mg, 3 mg,
4 mg.
126
Glucovance
(Tablet)
Glibenklamid ,
metformin
hidroklorida tiap
tab
1,25 /250 mg:
2,5/500,
5/500 mg.
Diabetes
mellitus tipe 2
yang tidak
cukup
terkontrol oleh
diet, latihan
fisik dan
penurunan
berat badan
saja, insulin.
Diabetes
mellitus
tergnatung
insulit tipe 1.
Gangguan
ginjal,
disfungsi hati,
wanita hamil
dan menyusui.
Terapi tahap 2
untuk diabetes
tipe 2 bila diet.
1-8 mg per hari,
dosis awal:
1 mg 1x sehari.
dosis harus dapat
ditingkatkan
dengan interval
1-2 minggu.
Rifampisin menurunkan level
dan efek penurunan glukosa
darah dari glimepirid
Monitor kadar gula darah dan
sesuaikan dosis glimepirid,
biasanya dibutuhkan peningkatan
dosis glimepirid jika diberikan
dengan rifampisin
Dosis di gunakan
secara individu
dengan
mempertimbangk
an ke efektifan
dan toleransi,
dosis sehari tidak
Simetidin menurunkan klirens
metformin dan dapat
berkontribusi menyebabkan
asidosis laktat yang disebabkan
oleh metformin.
Penggunaan glibenklamid
bersama mikonazol dapat
Dosis metformin diturunkan jika
diberikan bersama simetidin.
Penggunaan bersama mikonazol
harus dimonitor dan jika perlu
dosis glibenklamid diturunkan.
Hindari penggunaan bersama
bosentan. Glibenklamid
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
64
125
127
128
Glumin (Tablet)
Metformin HCL
500 mg, 850 mg.
Metformin
Lihat Glumin
(Tablet)
18.1.2 ANTIDIABETIK PARENTERAL
129 Novoravid
Insulin aspart
100 iu/ml
NIDDM.
Koma
diabetikum,
kerusakan
ginjal, gagal
jantung,
hipersensitif,
syok.
Lihat Glumin
Terapi DM tipe
I dan II
boleh dari 20 mg,
glibenklamid dan
200 mg
metformin.dosis
awal yang
direkomendasikan
: sehari
1-2x1,25/2,50 mg.
Tab 500 mg.
Sehari 3x 1 tab,
tab 850 mg, awal
sehari 1x,
pemeliharaan
sehari 2x.
Lihat Glumin
menyebabkan hipoglikemia.
Meningkatkan hepatotoksisitas
jika digunakan bersama
bosentan. Colesevelam
menurunkan AUC
glibenklamid (32%)
diberikan 4 jam sebelum
colesevelam
Simetidin menurunkan klirens
metformin dan dapat
berkontribusi menyebabkan
asidosis laktat yang disebabkan
oleh metformin.
Dosis metformin diturunkan jika
diberikan bersama simetidin.
Lihat Glumin
Lihat Glumin
0,1-1 iu/kgBB/hari. Penggunaan bersama
antidiabetik lain, MAOI
meningkatkan efek
hipoglikemia. Ocreotide
menurunkan resistensi insulin
Gunakan dosis awal yang rendah
jika digunakan bersama ADO
dan hindari kombinasi pada
pasien gagal jantung akut.
Tingkatkan monitor kadar
glukosa darah pada penggunaan
bersama MAOI. Jika digunakan
ocreotide, antisipasi penurunan
dosis insulin (umumnya 50%)
65
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18.2 HORMON KELAMIN DAN OBAT YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS
18.2.1 GNRH ANALOG, FSH/LH
130
Androlon
Mesterolon
25 mg.
Defisiensi
androgen dan
enfetilitas pada
laki-laki.
Lihat Androlon
Awal 3-4x 1 tab,
selama beberapa
bulan di lanjutkan
2-3x 1 tab.
Lihat Androlon
-
-
-
Gunakan kontrasepsi alternatif
atau kombinasi pada pengguna
aprepitant dan selama 2 bulan
setelah terapi aprepitant.
Gunakan kontrasepsi lain atau
kombinasi jika digunakan
bersama bosentan. Gunakan
implan progesteron pada
pengguna modafinil. Hindari
penggunaan bersama St John’s
wort, selegilin, penisilin,
rifampisin, tetrasiklin.
Penggunaan kontrasepsi
alternatif atau tambahan tetap
digunakan 4-8 minggu setelah
rifampisin dihentikan
-
Lihat Androlon
132
Diane (pil)
Estradiol valerat
2 mg/tab.
Simtomatik
gejala
klimakterik,
dan pengganti
estrogen.
1 tab/hari dimulai
pada hari ke1 dari
siklus menstruasi
s/d hari ke 21
diikuti masa
istirahat selama 7
hari
Aprepitant menurunkan kadar
etinilestradiol. Bosentan,
modafinil menurunkan kadar
etinilestradiol yang dapat
menyebabkan kegagalan efek
kontrasepsi. Penggunaan
bersama St John’s wort
menyebabkan perdarahan dan
kegagalan kontrasepsi.
Meningkatkan bioavailabilitas
selegilin. Penisilin,
rifampisin, tetrasiklin
menyebabkan kegagalan
kontrasepsi
133
Renodiol (pil)
Metilestrenolon
5 mg,
metilestrediol
0,3 mg.
Pengobatan
tidak terjadinya
masa haid pada
kasus tertentu.
1 tab selama 2
hari berturut-turut
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
66
131 Proviron
18.2.2 ESTROGEN
18.2.3 PROGESTERON
134 Premaston
Allilesteron
5 mg.
Aborsi habitual
atau gawat.
Aborsi gawat
sehari 3x1 tab
selama 5-7 hari.
-
-
Kontrasepsi
oral.
Sehari 1 tab mulai
pada hari pertama
siklus haid.
Lihat Diane
Lihat Diane
Kontrasepsi
oral
Sehari 1 tab mulai
hari pertama haid,
mengikuti arah
panah sampai
kemasan kosong.
Lihat Diane
Lihat Diane
Kontrasepsi
oral dengan
afek anti
mineral
kartikoid dan
antiadrogenik.
Mulai pada hari
pertama
mentruasi, sehari
1 tab selama 21
hari, lalu 7 hari
tanpa tab, dan
seterusnya.
Lihat Diane
Lihat Diane
18.2.4 KONTRASEPTIK
135
Microginon (pil)
136
PIL KB
137
Yasmin
Etinilestradiol
0,03 mg,
levonorgestrel
0,15 mg,
plus 7 tab besar
plasebo.
Levonogestrel
0,15mg,
etinestradiol
0,03 mg,
tiap 21 tab salut
gula ukuran
lebih kecil, tiap
7 tab salut gula
lebih besar,.
Drospirenon 3
mg,
etinelistradiol
0,03 mg.
67
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18.2.2 INDUKTOR
138
Fensipros
Klomifen sitrat
50 mg.
Pengobatan
infertilitas pada
wanita dan
pria.
18.3 HORMON TEROID DAN ANTITIROID
18.3.1 ANTIHIPERTIROIDESME
139 Thyrozol
Tiamazol 5mg,
Hipertirodisme
10mg, 20mg.
terutama pasien
usia muda,
persiapan
operasi.
Infertelitas pada
wanita: sehari 1
tab selama 5 hari,
di mulai pada hari
ke-5 siklus
mentruasi.
-
-
25-40 mg perhari,
kasus ringan,
sehari 2x 1 tab 20
mg.
Defisiensi yodium akan
meningkatkan dan sebaliknya
kelebihan yodium akan
menurunkan respon kelenjar
tiroid. Meningkatkan efek
antikoagulan sehingga dapat
menyebabkan perdarahan
Sesuaikan dosis antikoagulan,
monitor INR
Sehari
0,75-9 mg.
Aminoglutetimid menurunkan
dan menghilangkan efek
deksametason. Absorbsi
diturunkann 75% oleh Mg
trisilikat. Aprepitant
meningkatkan AUC
deksametason hingga 60%.
Karbamazepin meningkatkan
klirens deksametason. Efek
diturunkan oleh fenobarbital,
fenitoin, rifampisin
Tingkatkan dosis dexametason 2
kali lipat jika diberikan
aminoglutetimid. Pemberian
deksametason dan antasid diberi
selang waktu 2-3 jam. Dosis
deksametason diturunkan 50%
jika diberikan bersama
aprepitant. Dosis deksametason
dapat ditingkatkan jika
diberikaan bersama
karbamazepin. Monitor
18.3.2 ANTIHIPOTIROIDISME
18.4 KORTIKOSTEROID DAN KORTIKOTROPIN
140
Dexamethasone
(Tablet)
Dexametason
0,5 mg; 0,75 mg
Anti alergi, anti
inflamasi,
reumatik,
pernapasan.
68
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat
Dexamethasone
Lihat
Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
penggunaan bersama
fenobarbital, fenitoin,
rifampisin terutama pada pasien
transplant
Lihat Dexamethasone
Lihat
Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
Triamsinolon 4
mg.
Lihat
Dexamethasone
Demam,
reumatik.
Dewasa: Sehari
4-48 mg.
Monitor kadar kalium pada
penggunaan bersama diuretik
Ketricin (Tablet)
Lihat Kenacort
Lihat Kenacort
Lihat Kenacort
Meningkatkan resiko
hipokalemia jika diberikan
bersama diuretik
Lihat Kenacort
Methylprednisolone OGB
DEXA (Tablet)
Metilprednisolon 4 mg; 8 mg;
16 mg per tab.
Abnormalitas
fungsi adrenokortikal
penyakit
kolagen
keadaan alergi
dan peradangan
pada kulit dan
saluran
pernapasan
tertentu
penyakit
hematologic,
hiperkalsemia.
Dws sehari 448mg. Anak
sehari
0,117 mg/kgBB
atau sehari
3,33mg/m2 luas
permukaan dalam
dosis terbagi 3.
AUC ditingkatkan 2,5 kali oleh
aprepitant. Metabolisme dan
klirens diturunkan oleh
ketokonazol, klaritromisin,
eritromisin. Diltiazem
meningkatkan AUC
metilprednisolon. Klirens
ditingkatkan oleh
karbamazepin, Efek
diturunkan oleh fenobarbital,
fenitoin, rifampisin
Dosis metilprednisolon iv
diturunkan 25%, dan oral 50%,
pada penggunaan bersama
aprepitant. Turunkan dosis
metilprednisolon hingga 50%
jika diberikan bersama
ketokonazol. Monitor efek
samping metilprednisolon jika
digunakan bersama diltiazem.
Tingkatkan dosis
metilprednisolon jika digunakan
bersama karbamazepin. Dosis
metilprednisolon diturunkan jika
diberikan dengan klaritromisin,
eritromisin, Monitor
141
Kalmethason
(Tablet)
142
Kemotason
(Tablet)
Dexametason
4mg/amp,
5mg/amp,
20mg/vial.
Lihat
Dexamethasone
143
Kenacort
(Tablet)
144
145
69
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Kenacort
146
Omedoson
(Tablet)
Lihat
Dexamethasone
147
Prednisone
(Tablet)
Prednisone 5 mg
148
Sanexon
(Tablet)
Lihat
Methylprednisolone
Lihat
Dexamethasone
Pengobat
kolagen dan
kulit
dengankaitaan
untuk kasus
alergi,
inflamasi,
rematik,
Lihat
Dexamethasone
Lihat Dexamethasone
penggunaan bersama
fenobarbital, fenitoin,
rifampisin terutama pada pasien
transplant
Lihat Dexamethasone
Sehari 1-4 tablet
Lihat
Methylprednisolone
Lihat
Methylprednisolone
Metabolisme dan klirens
diturunkan oleh ketokonazol,
klaritromisin, eritromisin
Efek diturunkan oleh
fenobarbital, fenitoin,
rifampisin, absorpsi
diturunkan oleh antasida yang
mengandung Al atau Mg
dosis besar, Klirens
ditingkatkan oleh
karbamazepin,
Lihat Methylprednisolone
Dosis prednison diturunkan jika
diberikan dengan klaritromisin,
eritromisin, ketoknazol Monitor
penggunaan bersama
fenobarbital, fenitoin,
rifampisin terutama pada pasien
transplant. Pemberian antasida
dan prednison diberi selang
waktu 2-3 jam, Tingkatkan dosis
prednison jika digunakan
bersama karbamazepin
Lihat Methylprednisolone
70
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
18.5 OBAT MEMPENGARUHI TULANG
149
Calanatil
(Tablet)
Ca karbonat
(setara dengan
500 mg,
kolekalsiferol
133 iu)
150
Osteocal
(Tablet)
Osvion plus
(kapsul)
Lihat Calanatil
151
Vitamin
C,Vitamin D
mono sulfat, Zn
sulfat selenium
dioksida HCl,
Metsufonilmetan
at, kondroitin
sulfat
19. OBAT KARDIOVASKULAR
Sebagai
supelmen
kalsium selama
masa
pertumbuhan
kehamilan dan
menyusui.
Pencegahan
oestoreoporosis
pada wanita
monopouse.
Lihat Calanatil
Sehari 1-3 tablet
kehamilandan
menyusui sehari
1-2 tablet.
Hiperfosfatemia
sehari 2-3 tablet
Meningkatkan resiko alkalosis
metabolik dan hiperkalemia
jika diberikan bersama
diuretik. Menurunkan efek
levotiroksin
Monitor kadar kalsium.
Levotiroksin dan Ca carbonat
diberikan denggan selang waktu
4 jam
Lihat Calanatil
Lihat Calanatil
Lihat Calanatil
Memelihara
kesehatan
fungsi
persendiaan
dan bermanfaat
bagi penderita
osteoartritis
Sehari 1 kapsul
Efek diturunkan oleh fenitoin,
karbamazepin, fenobarbital
Monitor penggunaan bersama
fenitoin, karbamazepin,
fenobarbital, dosis vitamin D
dapat ditingkatkan
Terapi dan
propilaksis
insufiensi
kororner akut
dan kronik
Dosis tunggal
sehari 3x5-10mg
Menurunkan klirens sertindole
sekitar 20%. Kadar
ditingkatkan oleh itrakonazol,
flukonazol, cilostazol,
simetidin. Kadar diturunkan
Dikontraindikasikan dengan
sertindole,rifampisin (beberapa
produsen) monitor penggunaan
bersama itrakonazol,
flukonazol, cilostazol,
19.1 ANTIANGINA
152
Adalat (Tablet)
Nifedipin
5 mg,10 mg
71
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
oleh karbamazepin,
rifampisin, bioavailabilitas
diturunkan oleh St. John’s
Wort, bioavailabilitas
ditingkatan oleh eritromisin.
Fenobarbital menurunkan
AUC nifedipin (60%)
153
Gyliseryl
Trinitrate DBL
154
Isodril (Tablet
sublingual)
Gliseril trinitrat
50mg/amp
eritroomisin jika perlu turunkan
dosis nifedipin. Monitor
penggunaan bersama
karbamazepin, St. John’s
Wort, fenobarbital, jika perlu
dosis nifedipin dapat
ditingkatkan. Dosis nifedipin
dikurangi 40-50% jika diberikan
bersama simetidin
Sildenafil, vardenafil digunakan
dengan selang waktu 24 jam
dengan nitrat, nitrat diberikan
minimal 48 jam setelah dosis
terakhir tadalafil
Mengontrol
hipertensi
sebelum,
selama dan
sesudah
operasi,
mengontrol
hipotensi
Isosorbid dinitrat Angina
5m, 10 mg
pectoris
Larutkan dalam
NaCl 5% atau
Glukosa 5%.
Kadar maks
400mcg/ml.
sildenafil, tadalafil dan
vardenafil meningkatkan
resiko infark miokard dan
hipotensi,
1-2 tablet
sublingual 5mg
setiap 2-3 jam
sildenafil, tadalafil dan
vardenafil meningkatkan
resiko infark miokard dan
hipotensi,
Sildenafil, vardenafil
digunakan dengan selang waktu
24 jam dengan nitrat, nitrat
diberikan minimal 48 jam setelah
dosis terakhir tadalafil
Amiodaron HCl
200mg
Sehari 3x1 tab
selama seminggu
Meningkatkan efek depresi
jantung jika diberikan dengan
diltiazem atau verapamil.
Meningkatkan kadar serum
siklosporin yang
menyebabkan nefrotoksisitas,
digoksin (2 kali lipat), fenitoin
Hindari penggunaan bersama
diltiazem atau verapamil.
Monitor kadar siklosporin dan
fungsi ginjal, kurangi dosis awal
digoksin sepertiga atau
setengahnya jika diberikan
dengan amiodaron, kurangi dosis
19.2 ANTIDISRITMIA
155
Kendaron
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
72
Pengobatan
fibrilasi
verikular yang
berulang dan
tarkikardia
ventricular
yang tidak
stabil secara
hemodinamik
(4 kali lipat), meningkatkan
resiko miopati pada pengguna
simvastatin
fenitoin 25%-50%, gunakan
simvastatin maksimal 20
mg/hari jika menggunakan
amiodaron
Pemberian bersama obat
diuretik hemat kalium dan
preparat kalium
menyebabkan hiperkalemia.
Efek dihambat oleh
penghambat enzim
siklooksigenase seperti
indometasin. Pemberian
bersama simetidin dapat
menyebabkan disfungsi
neurologik
Penggunaan bersama beta
bloker dapat menyebabkan
gejala putus obat jika clonidin
dihentikan tiba-tiba. Efek
diturunkan atau dihilangkan
oleh antidepresan trisiklik
Hati-hati pemberian bersama
obat diuretik hemat kalium
dan preparat kalium,
simetidin, indometasin.
Kombinasi dengan allopurinol
tidak dianjurkan terutama dengan
gagal ginjal kronik
19.3 ANTIHIPERTENSI
19.3.1 GOLONGAN ACE INHIBITOR
156 Captropil
Kaptropil tab
(Tablet)
12,5mg, 25mg,
50mg
Hipertensi
ringan samapai
dengan sedang
Dosis sehari awal
2x12,5mg, dosis
maksimum sehari
3x50mg. Anak
0,3mg/kgBB/hari
maks
0,6mg/kgBB/hr
157
Clonidin
(Tablet)
Klonidin HCl
0,25 mg
Hipertensi
ringan -sedang
Sehari
2x tablet
158
Dexacap (Tab)
Lihat Captopril
Lihat Captopril
Lihat Captopril
Lihat Captopril
Efek ini dikontrol dengan
menghentikan beta bloker
beberapa hari sebelum memulai
penghentian klonidin secara
bertahap. Monitor penggunaan
bersama antidepresan trisiklik,
dosis klonidin dapat ditingkatkan
Lihat Captopril
73
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
19.4 GLIKOSIDA JANTUNG
159
Digoksin
(Tablet)
Digoksin
0,25 mg
Jantung
Dewasa sehari
3-6 tablet
kongestif,
fibrilasi atrium
proksimal dan
filter atrium.
Blok AV total,
dan BLOK AV
total aritmia
supra
ventikuler yang
disebabkan
oleh sindrom
wolf Parkinson,
hipersensitif
Kadar serum ditingkatkan oleh
gentamisin, amiodaron,
itrakonazol, verapamil,
siklosporin, kotrimoksazol,
indometasin. Kortikosteroid
meyebabkan penurunan kalium
yang dapat meningkatkan
resiko toksisitas digoksin.
Kadar diturunkan oleh St.
John’s worth sekitar 33%,
penisilamin (40-60%), AUC
diturunkan neomisin sekitar
50%
Monitor gejala toksisitas
digoksin jika diberikan dengan
gentamisin, itrakonazol,
siklosporin, kortikosteroid,
kotrimokszol, indometasin.
Kurangi dosis awal digoksin
sepertiga atau setengahnya jika
diberikan dengan amiodaron,
dosis awal digoksin dikurangi
33%-50% jika digunakan dengan
verapamil. Kadar digoksin
dimonitor saat St. John’s worth
dimulai atau dihentikan. Monitor
kadar digoksin saat digunakan
neomisin, penisilamin dan
sesuaikan dosis jika perlu
Memperbaiki
keseimbangan
hemodinamik
pada kondisi
syndrome syok
Pendukung
terapi inotropik
parenteral
jangka pendek
Dosis rata-rata
50-120 mcg/mnt
Efek diantagonis oleh
antipsikotik termasuk
proklorperazin, Klirens
diturunkan oleh simetidin
Hindari penggunaan bersama
antipsikotik. Pertimbangkan
penurunan dosis dopamin jika
digunakan dengan simetidin
Infuse IV
2,510mcg/kgBB/mnt
diencerkan
menjadi 50 ml.
Meningkatkan resiko
hipertensi jika diberikan
dengan linezolid
Monitor peningkatan tekanan
darah
19.5 OBAT UNTUK SYOK
19.5.1 INOTROPIK
160
Dopamin
Dopamine HCl
10 mg,
20 mg/ml
161
Inotrop
Dobutamin HCl
25mcg/ml ampul
74
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
19.6 PENURUN KOLESTEROL
162
Simvastatin
(Tablet)
Simvastatin
10mg 20 mg
Mengurangi
kadar
kolesterol total
dan LDL
sebagai
antikolesterol
primer ataupun
sekunder
Sehari 1x10 mg
(malam hari),
sehari 1x5 mg
maksimal sehari
40 mg
meningkatkan resiko miopati
pada pengguna amiodaron.
Kadar plasma ditingkatkan
oleh diltiazem, verapamil,
kadar diturunkan oleh
karbamazepin (80%)
gunakan simvastatin maksimal
20 mg/hari jika menggunakan
amiodaron, verapamil dan 40
mg/hari jika menggunakan
diltiazem. Peningkatan dosis
simvastatin mungkin diperlukan
pada pengguna karbamazepin
Kehilangan
kesadaran
akibat
kerusakan otak,
dan trauma
serebal, bedah
otak
1-2x100-500 mg
Citicoline dapat meningkatkan
efek levodopa, carbidopa,
entacapone. Mekanisme
belum diketahui, tetapi uji
praklinik menunjukkan
citicoline dapat meningkatkan
kadar dopamin dalam otak dan
atau meningkatkan pertahanan
sel dopaminergik.
-
Monitor penggunaan bersama
levidopa, carbidopa,
entakapone
-
-
19.7 VASODILATOR
163
Citicoline
Sitikolin
125 mg/ml
164
Vasodistal
Sinepazid maleat Arthritis
80 mg/2 ml
Sehari 2 ampul
-
20. OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
20.1 ANTIAKNE
165
Bioacne (gel)
Setrimid 5 gr,
Sulpur 5 mg
Dioleskan 2-3x
sehari
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
75
Baik utuk
mencegah dan
menghilangkan
jerawat
166
Medi-Klin (gel)
167
Medi Klin (gel)
Solution gel
klindamisin
fosfat 1,2 %
Klindamisin
Fosfat 1,2%,
Tritinoin
0,025%
Mengobati
akne vulgaris
Dioleskan pada
yang berjerawat
1-2x sehari
Dioleskan pada
yang berjerawat
1xsehari
-
-
-
-
Pengobatan
dermatitis
atopic
Infeksi-infeksi
kulit yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme
Dioleskan pada
bagian kulit yang
radang
Dioleskan sehari
2-3 kali pada
bagian kulit yang
sudah dibersihkan
-
-
-
-
Pengobatan
topical candida
albicans
Dermatosis
Mikosi dan
berbagai
infeksi jamur
superinfeksi
Sehari 2-3 kali
dioleskan
-
-
Dioleskan tipis
sehari 2x
Lihat Daktarin Oral Gel
Lihat Daktarin Oral Gel
Mengobati anti
vulgaris yang
disertai lesi
inflamasi dan
komedo
tertutup dan
terbuka
20.2 ANTIBAKTERI
168
Cordeson
Desomedo
5mg/gr (krim)
169
Oxytetracyclne
Oksitetrasiklin
HCl setara
dengan
Oksitetrasiklin
HCl 30mg/g
20.3 ANTIFUNGI
170
Canesten
Krim dan cairan
clotrimazole 1%
171
Daktarin
Mikonazol nitrit
2%
76
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
172
Mycostatin
Nistatin
100000 UI/g
karena infeksi
gram +
Terapi
pencegahan
kandidiasis
pada kulit
Dioleskan tipis
sehari 2x
-
-
20.4 ANTIVIRUS
173
Likovir
Asiklovir 50%
Infeksi herpes
simpleks
Dioleskan sampai
menutup lesi
selama 3jam
-
-
Hidrokortisaone
asetat 2,5%
Menekan
reaksi radang
pada kulit yang
bukan
disebabkan
infeksi, alergi
kulit
Dioleskan sehari
2-3x sehari
Efikasi hipoglikemik oral dan
insulin dapat dihilangkan oleh
kortikosteroid topikal terutama
pada penggunaan jangka
panjang. Kortikosteroid dapat
meningkatkan kadar glukosa
darah dengan mengantagonis
dan menekan sekresi insulin,
yang menyebabkan
penghambatan ambilan
glukosa perifer dan
meningkatkan
glukoneogenesis.
Kortikosteroid topikal dapat
diabsorpsi secara sistemik, hal
ini dipengaruhi oleh alat dan
konsentrasi sediaan, luas area
Gunakan selama maksimal 2
minggu. Monitoring kontrol
glikemik jika hidrokortisson
diberikan pada jangka panjang
dan pada area pemakaian yang
luas pada pasien diabetes
20.5 ANTIINFLAMASI
20.5.1 ANTIEKZEM
174
Hydrocortisone
77
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
pemakaian, integritas kulit, dan
durasi penggunaan.
Penggunaan pembalut pada
area yang diolesi
kortikosteroid juga dapat
meningkatkan absorpsi
perkutan.
20.6 ANTISKABIES
175
Talacyn
Balsam peru
20mg sulphur
precipitatum
32 mg
Gatal karena
biang dan
penyakit kulit
Sekali pemakaian
-
-
Sesuai pemakaian
-
-
sehari beberapa
kali, ditaburkan
pada tempat yang
sakit setelah di
bersihkan.
-
-
20.7 Lain-lain
176
Albothyl
177
Herocyn
Plikrosulen
3,6 mg/ml,
90 mg/ovula,
18 mg/ml gel
untuk
keputihan,
epikstatits,
stokmatitis,
polipektomi,
tonsilektomi
Balsem peru 2%, Untuk
mengobati
gangguan
seperti biang
keringat.
78
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
178
Kalpanax
179
Konicare
180
Melanox forte
Cairan: asam
salisilat 4%,
asam benzoate
4%, povidon
iodida 0,5%,
salep: asam
salisilat 4%,
asam benzoate
4%, povidon
iodide 10%.
Perubalsem
20%,
mentol 1,2 %,
seng oksida
4,5%,
asam salisilat
0,8%,
sulphur
presipitat 3,2%,
kamfer 0,18%,
kalamin 10%,
mentol 0,01%,
seng oksida 2%,
kamfer 0,05%.
Hidrokuinon
4%.
Dioleskan pada
kulit yang suda
dibersihkan
-
-
Gatal-gatal,
biang keringat,
serta gangguan
kulit lain.
Oleskan bagian
yang nyeri
merata, gosok
sampai meresap
ke dalam kulit,
bila perlu
pemakaian dapat
di ulang sampai
sehari 3x.
-
-
Hiperpegmenta
si kulit, noda
hitam.
Oleskan sehari 1x
pada malam hari,
gunakan krim
pelindung sinar
matahari pada
siang hari.
-
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
79
Cairan: panu,
kadas dan lainlainnya,jamur
pada kulit,
salep: kutu air,
panu, kadas
atau kurap.
181
Minyak angin
cap kapak.
Mentol 20%,
kamfer 5%,
minyak
eucalyptus 15%,
minyak esensial
12%,
metil salisilat
15%.
182
Minyak telon
183
Neu ultrasin
Cajuput oil
0,45ml,
coconut oil
0,5ml,
anise oil
0,05ml/ml
Klorfenesin
5mg/g serbuk.
Menghilangkan
dengan segala
rasa sakit pada
rematik, mual
dalam
perjalana
,pilek,keselio,i
nfluenza, sakit
urat saraf, sakit
gigi,sakit otot,
badan lesu,
gatal digigit
serangga.
Menghangatkan kulit dan
menghilangkan
rasa pegelpegel.
Oleskan 1-2 tetes
pada bagian yang
sakit.
-
-
Gunakan
secukupnya.
-
-
Biang
keringat,gatal
mencegah kulit
lecet karna
terlalu lama
berbaring.
Taburkan atau
gosokkan pada
bagian kulit yang
di kehendaki,
sehari 2-3 kali
atau sehabis
mandi.
-
-
80
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
21. LARUTAN ELEKTROLIT NUTRISI DAN LAIN LAIN
21.1 ORAL
184 Oralit
natrium klorida
0,52 g,
kalium klorida
0,3g,
trinatrium sitrat
hidrat 0,58g,
glukosa
anhidrat2,7g
untuk 1 gelas
air.
Mencegah dan
mengobati
kurang cairan
akiat diare,
mencret dan
muntaber.
Anak di bawah 1
thn, sampai 3 jam
pertama 1½ gelas,
selanjutnya
½ gelas setiap kali
mencret.
-
-
Asam amino
8%,
rasio fischer
37,5 osmolaritas
700 mOsmol/L,.
Terapi
ensolopati
hepatica pada
penderita
penyakit hati
kronis.
Dewasa
500 ml-1000
ml/dosis.
-
-
Membantu
kesehatan
mata.
Sehari 2-3 x 1 tab. -
-
21.2 PARENTERAL
185
Renosan
22. OBAT UNTUK MATA
22.1 SISTEMIK
186
Opibright
Ekstrak billberry
80 mg, beta
karoten 5 mg,
retinol 1,600 UI,
vit-E 40 mg.
81
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
22.2 TOPIKAL
22.2.1 ANTIMIKROBA
187 Baquinor tetes
Siprofloksasin
mata
3 mg/ml.
Tukak kornea
disebabkan
S. aureus,
S. epidermidis.
Cendoxitrol
Deksametason
0,1 %,
neomisin 3,5 mg
polimiksin –Bsulfat
6000 UI/ml.
Infeksi bakteri
peka neomisin
dan polimiksin,
tidak bernanah,
tukak kornea.
189
Gentamycin
Gentamisin
sulfat 0,3 %
mata.
Infeksi mata
yang sensitive
terhadap
gentamycin.
190
Kloramixin
Kloramfenikol
0,2%,
polimiksin B
sulfat
2,500 IU/ml.
Pengobatan
infeksi mikroba
yang pekak
terhadap
kloramfenikol
dan polimiksin
pada mata.
-
tiap 4 jam 1-2
tetes pada mata
yang sakit, dapat
di tingkatkan 2
tetes tiap jam.
Sehari
4-6 x1-2 tetes.
-
-
Chloramphenicol dapat
meningkatkan kadar fenitoin
dalam serum sehingga dapat
menyebabkan toksisitas. Selain
itu, fenitoin juga dapat
meningkatkan atau
menurunkan kadar serum
kloramfenikol. Absorpsi
Hindari kombinasi dengan
fenitoin jika mungkin. Pasien
harus dimonitor tanda dan gejala
toksisitas hidantoin seperti
gangguan penglihatan,
mengantuk, perubahan status
mental, kejang, nausea atau
ataksia dan monitor kadar
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
-
82
188
2 tetes tiap 15
menit, untuk 6
jam pertama,
selanjutnya 2 tetes
tiap 30 menit
untuk hari
pertama, hari ke
dua 2 tetes tiap
jam.
1-2 tetes 6 kali
sehari
191
sistemik sediaan ophtalmik
secara signifikan mungkin
dapat menyebabkan hal yang
sama.
Lihat Gentamycin
fenitoin.
Sagestam tetes
Lihat
mata
Gentamycin
22.2.2 ANTIINFLAMASI
Lihat
Gentamycin
Lihat Gentamycin
Lihat Gentamycin
192
Flamar
Natrium
diklofenak
1mg/ml.
Pengobatan
inflamasi
setelah operasi
katarak.
Penggunaan bersama
kortikosteroid ophtalmik dapat
memperlambat penyembuhan
Hindari penggunaan bersama
kortikosteroid ophtalmik
193
Insto
Tetrahidrozolin
HCL 0,05%,
benzalkonium
chloride 0,01%.
-
-
194
Rohto
Lihat Insto
Mata lelah,
mata merah,
mata perih dan
mata gatal
karena iritasi
debu,asap
,angin,banyak
membaca,setel
ah berenang,
menonton
tv,lama
mengemudi.
Lihat Insto
Dewasa: Sehari
3x1 tetes segera
setelah di operasi,
kemudian sehari
3-5x1 tetes jika di
perlukan.
2-3 tetes pada
setiap mata,
sehari 3-4x.
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
195
Visine
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
Lihat Insto
83
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
22.2.3 MIDRIATIK
196 Cendocarpine
Pilokarpin HCl
1%,2%,4%
Antiglaucoma
simplek kronis.
2 tetes 3-4 kali
sehari
-
-
Sehari
3-4 x 2 tetes.
-
-
1 tab kedua dapat
dimasukan setelah
6-8 jam jika
kelahiran tidak
terjadi.
Penggunaan bersama agen
oxytocic dapat menimbulkan
hipertonus rahim yang dapat
menyebabkan ruptur rahim
atau cervical laceration.
Prostaglandin, terutama tipe
E, dapat mempotensiasi respon
uterin terhadap oksitosin dan
meningkatkan resiko
hiperstimulasi uterin dan
ruptur. Mekanismenya belum
diketahui
Penggunaan bersama agen
oxytocic dikontraindikasikan.
Infus Oksitosin tidak boleh
dimulai setidaknya 6-12 jam
setelah penggunaan dinoprostone
vaginal gel (6-12 jam untuk
Prepidil Gel dan 12-24 jam untuk
Prostin E2 Vaginal Gel) atau
30 menit setelah pelepasan
dinoprostone vaginal insert.
21.2.5. LAIN-LAIN
197
Vitrasin
Mata
lelah,mata
merah, mata
perih dan gatal,
iritasi debu,
asap, angin,
banyak
membaca,
setelah
berenang.
23. UTEROTONIK DAN RELAKSAN UTERUS
23.1 UTEROTONIK
198 Prostin E2
Tetrahidrozolin
HCl 0,5 mg/ml
tts mata.
Dinoproston
3mg.
Induksi
persalinan
84
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
23.2 RELAKSAN UTERUS
199
Yutopar
Ritodrin HCl
10mm/tab,
10g/ml.
Persalinan
prematur
(setelah
minggu ke 16).
Infus IV awal
0,05 mg/mnt.
dosis efektif:
0,15-0,35mg/mnt.
Penggunaan beta bloker
nonselektif dengan ritodrine
(beta-2 agonis) dapat
menimbulkan efek antagonis,
menghilangkan efikasi salah
satu atau kedua obat.
Meningkatkan resiko aritmia
ventrikular jika diberikan
bersama agonis beta-2
adrenergik
Secara umum, penggunaan beta
bloker dan ritodrine sangat
jarang. Beta bloker selektif (e.g.
acebutolol, atenolol, betaxolol,
bisoprolol, metoprolol) dapat
digunakan jika penggunaan beta
bloker tidak dapat dihindarkan.
Monitor ECG dan kadar
elektrolit serum jika diberikn
dengan agonis beta-2
<6 thn: 3x1-2
mg/hari, 6-14 thn:
3x2-4 mg/hari,
Dewasa: dosis
lazim: 3x2-5
mg/hari bila perlu
dosis dapat
ditingkatkan
sampai maksimal
3x10 mg
Alkohol meningkatkan level
plasma diazepam dan
mempercepat absorpsi
diazepam sehingga
meningkatkan toksikasi
diazepam, diazepam
menghambat metabolisme
ketamin, diazepam
meningkatkan konsentrasi
plasma maksimum
bupivacaine, tetapi laju
eliminasinya juga meningkat,
penggunaan bersama opiat
dan benzodiazepin lain
meningkatkan efek sedasi,
analgetik dan depresi
pernapasan, opiat mengurangi
Penggunaan bersama fenitoin
tidak perlu dihindari, tetapi harus
selalu dimonitor level fenitoin
serum, dosis diazepam dikurangi
jika dikombinasikan dengan
valproat, disulfiram, simetidin,
valdecoxib, kontrasepsi oral
dan isonazid
24. PSIKOFARMAKA
24.1 ANTIANSIETAS DAN ANTIINSOMNIA
200
Diazepam
(Tablet)
Diazepam 2mg,
5mg/tab,
5 mg/ml inj.
Kejang otot.
85
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
201
Renaquin
(Tablet)
Lorazepam 1mg.
Trankuilizer
minor.
Sehari 2-3x 1mg.
202
Xanax (Tablet)
Alprazolam
0,25 mg, 0,5mg,
1 mg.
Gangguan ke
Kecemasan dosis
cemasan, gejala awal: sehari 3x
kecemasan.
0,25-0,50 mg,
dosis biasa sehari
0,50-4mg, di
berikan dalam
beberapa kali
pemberian.
laju absorpsi diazepam,
diazepam mengurangi efek
levodopa, fenitoin
mengurangi level serum
diazepam, valproat,
disulfiram, dan simetidin
meningkatkan level plasma
diazepam, diazepam dihambat
metabolismenya oleh
valdecoxib, kontrasepsi oral
dan isonazid
Moxonidine meningkatkan
gangguan kognitif yang
disebabkan oleh lorazepam
Efek benzodiazepin
ditingkatkan dan diperlama
oleh ketokonazol,
itrakonazol. Karbamazepin
meningkatkan klirens oral dan
waktu paruh alprazolam. Kadar
alprazolam ditingkatkan oleh
eritromisin, indinavir.
Delavirdine meningkatkan
kadar alprazolam dengan
menghambat CYP3A4
Informasikan kepada pasien
mengenai efek potensial, hindari
mengemudikan kendaraan.
Monitor penggunaan bersama
ketokonazol, itrakonazol, bila
perlu turunkan dosis alprazolam,
Agen hipnotik lain mungkin
diperlukan atau tingkatkan dosis
alprazolam jika diberikan
bersama karbamazepin.
Alprazolam dapat diturunkan
dosisnya 50-75% jika diberikan
bersama eritromisin.
Dikontraindikasikan dengan
delavirdine, indinavir
86
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
24.2 ANTIDEPRESI DAN ANTIMANIA
203
Kalxetin
Fluoksetin HCl
setara dengan
fluoksetin
10 mg,20mg.
Depresi
Sehari 20 mg,
maksimal sehari
80 mg.
Meningkatkan efek
hipoglikemia dari
antidiabetik. Menyebabkan
kardiotoksisitas jika diberikan
bersama antihistamin.
Menyebabkan delirium jika
diberikan bersama
antimuskarinik.
Meningkatkan kadar
bupoprion, karbamazepin.
Menyebabkan sindrom
serotonin jika diberikann
dengan linezolid, MAOI
Monitor kadar gula darah saat
awal dan ketika fluoksetin
dihentikaan jika digunakan
bersama antidiabetik. Hindari
penggunaan bersama
antihistamin. Monitor
penggunaan bersama
antimuskarinik. Bupoprion
dimulai dengan dosis rendah.
Monitor kadar karbamazepin.
Hindari penggunaan bersama
linezolid, atau monitor tekanan
darah dan gejala sindrom
serotonin. Penggunaan MAOI
setelah fluoksetin dihentikan
diberi jangka waktu 5 minggu
dan 2 minggu jika MAOI
dihentikan dan fluoksetin
dimulai.
Trifluoperazina
HCL setara
dengan
trifluoperazine
1mg, 5 mg/tab.
Cemas, tegang,
gelisah pada
neurosis
Sehari 2x1-2 mg
maks 6 mg
Meningkatkan efek samping
neurotoksisitas dan keparahan
ekstrapiramidal jika diberikan
dengan litium
Monitor penggunaan bersama
litium, jika keparahan
neurotoksisitas muncul, hentikan
salah satu obat
24.3 ANTIPSIKOSIS
204
Trizine
87
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
24.4 ANTI ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
205
Prohiper 10
Metilfenidat
HCL 10 mg.
Pada orang
yang kurang
perhatian,
sindrom
prilaku.
Anak <6 thn:
dosis awal sehari
2x5 mg, dewasa
20-30 mg dalam
2-3 dosis terbagi,
dianjurkan 30-40
menit sebelum
makan.
25. RELAKSAN OTOT PERIFER DAN PENGHAMBAT KOLINESTERASE
Alkohol meningkatkan kadar
metilfenidat dan meningkatkan
efek terhadap CNS. Efek
antihipertensi guanetidin
dikurangi atau dihilangkan
oleh metilfenidat
Hindari penggunaan alkohol,
guanetidin
25.1 PENGHAMBAT NEUROMUSKULAR
206
Rizonax (Tablet)
Eperison HCL
50 mg.
Terapi
simtomatik
pada kondisi
yang
berhubungan
dengan spasme
muskuloskeletal
Dewasa: Sehari
3x1 tab.
Dengan metokarbamol dan
tolperison dapat menyebabkan
gangguan akomodasi visual
Hindari penggunaan bersama
metokarbamol dan tolperison
Meastenia
gravis
Dewasa: Sehari
30-120 mg, anak
6-12 thn sehari
60 mg.
Meningkatkan kerja derivat
morfin dan barbiturat
Hindari penggunaan bersama
derivat morfin dan barbiturat,
atau sesuaikan dosis.
25.2 OBAT UNTUK MISTENIA GRAVIS
207
Mestinon
(Tablet)
Piridostigmin Br
60 mg.
88
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
26. OBAT UNTUK SALURAN CERNA
26.1 ANTASIDA DAN ULKUS
208 Alucol dan
Al –hidroksida
magnesium
koloidal 250 mg,
trisilikat
Mg-trisilikat
250 mg.
Mengurangi
asam lambung,
tukak usus 12
jari.
Dewasa: 3x1 tab
sebelum makan
atau 1-2 jam
setelah makan.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
Antasida Doen
Aluminium
hidroksida gel
kering yang
setara dengan
aluminium
hidroksida
200 mg,
magnesium
hidroksida
200 mg.
Obat sakit
maag, untuk
mengurangi
nyeri lambung
yang di
sebabkan oleh
kelebihan asam
lambung
dengan gejalah
mual dan perih.
Dewasa: Sehari
3-4x 1-2 tab,
anak 6-12 thn
sehari
3-4 x ½ -1 tab.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
210
Cimetidine
Simetidin
200 mg.
Pengobatan
jangka pendek
tukak usus 12
jari, tukak
lambung,
pencegahan
perdarahan
saluran cerna
atas.
Untuk tukak
husus 12 jari :
800mg/hari saat
makan dan malam
sebelumpemelihar
aan tukak usus 12
jari: 400mg
malam hari
sebelum tidur,
tukak lambung,
800mg 1x
sebelum tidur.
Meningkatkan kadar warfarin,
fenitoin, teofilin, lignokain,
antiaritmia, benzodiazepin,
beta bloker, vasodilator
dalam darah
Monitor penggunaan bersama
benzodiazepin, ingat efek sedasi
dapat bertambah. Monitor
penggunaan bersama beta
bloker, dosis beta bloker dapat
disesuaikan atau gunakan
famotidin, ranitidin sebagai
pengganti simetidin, Monitor
toksisitas lignokain, Monitor
kadar fenitoin dan sesuaikan
dosis, Monitor kadar teofilin saat
simetidin dimulai atau dihentikan
atua gunakan ranitidin atau
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
89
209
211
Dexanta
212
Magalat
213
Magasida
Tukak lambung
dan perut
kembung, dan
nyeri ulu hati.
Sehari 5-10 ml
susp, diantara
makan dan akan
tidur.
Lihat Mylanta
Gangguan
lambung
karena
hiperasiditas
dengan atau
tanpa rasa
kembung.
1-2 tab atau
1,2 sdt sehari
3-4x.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
Tukak lambung
dan usus 12
jari, perut
kembung karna
gas di dalam
perut.
1-2 tab
Setelah makan
dan sebelum
tidur.
Lihat Mylanta
Lihat Mylanta
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
90
Al- hidroksida
200 mg,
Mg- hidroksida
setara dengan
Mg-oksida
200 mg,
dimetilpolisiloks
an aktif
20mg/5ml atau
tiap tab.
Magaldrat
480 mg,
simetikon
20 mg/tab,
magaldrat
540 mg,
simetikon
20 mg/ml.
Aluminium,
magnesium
hidroksida gel
kering 461 mg,
simetikon
20 mg, tiap tab
kunyah atau
5 ml suspensi.
famotidin. Monitor INR saat
simetidin dimulai atau dihentikan
jika diberikan dengan warfarin
atau gunakan ranitidin atau
famotidin
Lihat Mylanta
214
Mylanta
Al- hidroksida
gel kering
200 mg,
Mg- hidroksida
200 mg,
simetikon
20 mg/ml atau
tab.
Mengurangi
gejala yang
berhubungan
dengan
kelebihan asam
lambung, nyeri
ulu hati.
215
Omeprazol
Omeprazol
20 mg.
Pengobatan
jangka panjang
tukak husus,
dan tukak
lambung.
216
Promag
Hidrotalsit
200mg, mghidroksida 15
mg, simetikon.
Kelebihan
asam lambung,
perut kembung,
perut sakit dan
kolik,
Dewasa: 1-2 sdtk
atau 1-2 tab,
sehari 3-4x.
Anak 6-12 thn,
½ -1 sdtk atau
½ -1 tab, sehari
3-4x, diminum
1 jam setelah
makan dan
menjelang tidur.
Dewasa: Sehari
1x 20-40 mg.
Mempengaruhi absorbsi Fe,
tetrasiklin, INH, digoksin,
Peningkatan pH urin
menyebabkan retensi kuinidin
yang dapat menyebabkan
toksisitas
Tetrasiklin diminum 1 jam
sebelum atau 2 jam setelah
antasida, Jangan minum antasida
dengan sediaan Fe bersamaan,
Antasida diminum 1 jam setelah
INH, pemberian dengan
digoksin diberi selang waktu 1-2
jam, Sesuaikan dosis kuinidin,
Menurunkan bioavailabilitas
ketokonazol(AUC berkurang
80%), Meningkatkan AUC
3,4-dehydro-cilostazol
(metabolit yang 4-7 kali lebih
aktif dari cilostazol) sekitar
70%. Mengurangi kadar
atazanavir dan nelfinavir.
Fluvoxamine menghambat
metabolisme omeprazol,
Meningkatkan kadar
escitalopram sebesar 50%
Dewasa:1-2 tablet
kunyah Anak: ½-1 tablet kunyah
diberikan 3-4 kali
sehari
Mengurangi absorpsi
simetidin dan tetrasiklin
Tingkatkan dosis ketokonazol.
Turunkan dosis cilostazol hingga
50%. Hindari penggunaan
bersama atazanavir atau
gunakan dosis atazanavir 400 mg
dan 20 mg omeprazol atau
omeprazol diberikan 12 jam
sebelum atazanavir. Nelfinavir
dikontraindikasikan dengan
omeprazol. Monitor efek
samping jika digunakan bersama
Fluvoxamine, dosis
escitalopram disesuaikan
Antasida diminum 1 jam setelah
simetidin. Tetrasiklin diminum
1 jam sebelum atau 2 jam setelah
antasida
91
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
217
Ranitidine
Ranitidine
150 mg/ tab,
25mg/ml inj.
Ulkus
duodenum
aktif, gaster
benigna aktif,
refluks
esofagitis
Dewasa: Oral:
sehari
2x1
tab.menjelang
tidur malam hari
selama
4-8 minggu.
Lihat Omeprazole
Menurunkan klirens warfarin,
prokainamid, Nasetilprokainamid.
Meningkatkan absorbsi
midazolam tetapi menurunkan
absorbsi cobalamin
Monitor toksisitas prokainamid,
N-asetilprokainamid,
midazolam cobalamin, Monitor
INR saat ranitidin dimulai atau
dihentikan jika digunakan
bersama warfarin.
218
Zeprazol
Lihat
Omeprazole
Lihat
Omeprazole
Lihat Omeprazole
Lihat Omeprazole
Dimenhidrinat
50 mg,
dimenhidrinat
12,5 mg/sachet.
Domperidon
10 mg.
Mabuk
perjalanan
Dewasa: 1 tab
8-12 thn: ½ tab
5-8 thn: ¼ tab.
Meningkatkan efek sedasi dari
obat penekan SSP
Hindari penggunaan bersama
obat penekan SSP
Mual dan
Muntah
Sehari 3x1 tab.
Mengurangi efek
bromokriptin dalam
penurunan prolaktin,
Lihat
Domperidone
Lihat
Domperidone
Lihat
Domperidone
Lihat Domperidone
Monitor efikasi bromokriptin
dan agonis dopamin lain.
Domperidon merupakan
antiemetik pilihan untuk
Parkinson
Lihat Domperidone
Klordiazepoksid
5 mg,
klidinum
bromida 2,5 mg,
279 mg
karbohidrat.
Terapi
tambahan
paska
pengobatan
tukak petik dan
sindrom perut.
Lazim oral: sehari
1-4x1 atau 2 tab
sebelum makan.
Meningkatkan kadar fenitoin.
Efek dapat dihilangkan oleh
rifampisin
26.2 ANTIEMETIK
219
Antimo
220
Domperidone
221
Vometa
26.3 ANTIPASMODIK
222
Librax
92
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Monitor gejala toksisitas
fenitoin. Hindari penggunaan
bersama rifampisin, dapat
digunakan tonazepam,
lorazepam, dan oxazepam
sebagai pengganti
klordiazepoksid.
26.4 OBAT UNTUK DIARE
Biodiar
Attapulgit
630 mg.
Antidiare.
Dewasa:
Maksimum sehari
6 tab.
224
Diapet
Mengobatkan
mencret dan
memadatkan
kembali feces
yang cair,
mengatasi rasa
mulas.
Dws dan anak
sehari 2-3x2 kap,
untuk
penyembuhan
diare akut 2x2
kap.
225
Nifural
Ekstrak psidii
folium 23,5 %,
ekstrak
curcumadomesti
cae rhizome
12,5%, \
ekstrak coix
lacrima jobi
semen 18%,
ekstrak
phellodendri
radix 23 %,
ekstrak coptidis
rhizome 23%.
Nifuroxazide
250 mg/5ml
sirup.
Diare akut pada
dewasa, diare
yang di
sebabkan oleh
E. coli.
Sehari
3-4x 1-2 sdtk,
anak lebih dari 6
bulan sehari
3x1 sdtk , kurang
dari 6 bulan
Menurunkan kerja
ipecacuanha dan emetik
lainnya, hipoglikemik oral,
antikoagulan, antagonis
vitamin K, PABA, prokain,
Menyebabkan potensiasi efek
antikolinergik dari
antihistamin, antidepresan,
antipsikotik, antiparkinson
-
Hindari penggunaan attapulgite
dengan obat lain secara
bersamaan atau dengan selang
waktu 2 jam
-
-
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
-
93
223
sehari 2x1 sdtk.
26.5 LAKSATIF
226
Dulcolax
Bisakodil
10 mg/suppos,
5 mg/suppos.
Sembelit,
menghilangkan
rasa nyeri pada
buang air
besar, sebelum
dan setelah
operasi.
Dewasa: Sehari
1x1 supositoria,
jika perlu.
Pada dosis tinggi, resiko
gangguan keseimbangan
elektrolit meningkat pada
penggunaan bersama diuretik
dan adenokortikoid
Hati-hati pada penggunaan
bersama diuretik dan
adenokortikoid
Mengatur
sistem imun,
memperbaiki
flora usus.
Maksimal Sehari
6 tab.
-
-
Asma
bronchial, asma
bronchitis,
kejang
bronkus, alergi.
Dewasa: Sehari
3x1-2 tab, anak
sehari 2-3x ½ -1
tab.
Klirens dikurangi oleh
asiklovir (30%), disulfiram.
Klirens ditingkatkan
rifampisin (45%), Efek
ditingkatkan oleh allopurinol,
kadar serum ditingkatkan
simetidin (1/3), eritromisin,
mexiletine, Pentoxifyllin
(30%), kuinolon,
fluvoxamine, Kadar litium
serum dikurangi 20- 30% oleh
Waspada toksisitas teofilin jika
diberikan dengan asiklovir,
simetidin, allopurinol,
kuinolon, Pentoxifyllin,
fluvoxamine, Gunakan
famotidin atau ranitidin sebagai
pengganti simetidin. Monitor
kadar teofilin jika digunakan
bersama disulfiram dan dosis
teofilin dapat diturunkan.
Monitor kadar litium. Monitor
26.6 LAIN-LAIN
227
Laktobion
Laktoferin
100 mg,
laktulosa
100 mg,
bifidobacteria
100 juta sel.
27 OBAT UNTUK SALURAN NAFAS
27.1 ANTIASMA
228 Asmadex
Teofilin anhidrat
130 mg, efedrin
HCL 10 mg.
94
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
teofilin dimana dapat
menyebabkan relaps. Kadar
diturunkan oleh fenobarbital,
fenitoin, ritonavir (57%),
Ephedrine HCL
Efedrin HCL
Asma,
bronchitis,
emfisema.
Dewasa: sehari 1
- 3 tablet
Kadar kalium harus dimonitor
terutama pasien dengan dosis
besar iv
Lihat Asmadex
Efek antihipertensi
guanethidine dapat dikurangi
atau dihilangkan oleh
ephedrine. Menyebabkan krisis
hipertensi jika diberikann
bersama penghambat MAOB, MAOI, moclobemide
Penggunaan bersama teofilin
merupakan pilihan pada
manajemen asma dan penyakit
obstruksi paru kronik, tetapi
potensiasi efek samping juga
muncul. Efek samping paling
serius adalah hipokalemia dan
takikardia, terutama jika
digunakan teofilin dosis besar
Lihat Asmadex
230
Lasal
Salbutamol
sulfat 2 mg.
4 mg,/kap,
2 mg/5 ml sirup,
0,5 mg/ml inj.
Asma
bronchial, dan
penyakit paru
lain.
Kap sehari 3-4x,
dws 2-4 minggu,
anak 6-12 thn,
0,1-0,2
mg/kgBB/hari.
231
Neo napacin
Lihat Asmadex
Lihat Asmadex
232
Salbutamol
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Lihat Lasal
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Asmadex
95
229
kadar teofilin setelah 48 jam dan
sesuaikan dosis jika diberikan
dengan eritromisin. Dosis
teofilin diturunkan 50% jika
diberikan bersama mexiletine.
Monitor kadar teofilin saat
fenobarbital dimulai atau
dihentikan. Monitor kadar
teofilin jika digunkan bersama
rifampisin, ritonavir,
Pemberian teofilin dan fenitoin
diberi jangka waktu 1-2 jam
Hindari penggunaan bersama
guanethidine, penghambat
MAO-B, MAOI, moclobemide
27.2 ANTITUSIF
233 Benadryl DMP
234
Decadryl DHB
235
Dextromethorphan
236
Ikadryl DMP
237
Komix
238
Konidin
239
Sanadryl DMP
240
Wood antitusif
241
Yekadryl extra
Meringankan
batuk dan
pilek.
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Meringankan
batuk tidak
berdahak, atau
menimbulkan
rasa sakit.
Tiap 4-6 jam.
Dws 10 ml,
4-12 thn: 5-10 ml,
2-4 thn:2,5ml.
Lihat Benadryl
DMP
Tab dws dan anak
>12 thn, sehari
3x 1 tab,
anak6-12 thn
3x ½ -1 sendok
teh sehari.
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Benadryl
DMP
Lihat Dextromethorphan.
Meningkatkan efek sedasi jika
diberikan dengan alkohol
Lihat Dextromethorphan. Hindari
aktivitas mengemudi
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Menyebabkan sindrom
serotonin jika diberikan
dengan penghambat MAO-B
non selektif, MAOI.
Moclobemide menghambat
metabolisme
dextromethorphan dan dapat
menyebabkan reaksi CNS
parah. Kadar plasma
ditingkatkan oleh kuinidin
Lihat Benadryl DMP
Kontraindikasi dengan
rasagiline, MAOI,
Moclobemide. Monitoring
penggunaan bersama kuinidin
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Lihat Benadryl DMP
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Lihat Benadryl DMP
96
Difenhidramin
HCL 5 mg,
Dekstrometorfan
HBr 7,5 mg/5ml.
Lihat Benadryl
DMP
Dekstromethorp
han HBr
15 mg/tab dan
10 mg/5 ml
sirup.
27.3 MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN
242
Bisolvon
Bromheksin
HCL
4 mg/5 ml.
Eliksir
2 mg/5 ml,
inj 8 mg.
Paru meradang
kronik,
merangsang
pembentukan
dahak.
Eliksir dws sehari
3x10 ml, anak
sehari 3x 5 ml,
bayi dan anak
kecil sehari
3 x 2,5 ml.
-
-
97
Laporan praktek...., Rahmi Ramdanis, FF, 2013
Download