BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluhan muskuloskeletal 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluhan muskuloskeletal
2.1.1 Pengertian Keluhan muskuloskeletal
Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario
(OHSCO) tahun 2007, Keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit
pada tendon, otot, dan saraf. Aktifitas dengan tingkat pengulangan tinggi
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat menimbulkan
rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Keluhan musculoskeletal dapat
terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja yang
memuaskan.
Keluhan muskuloskeletal atau gangguan otot rangka merupakan
kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan
discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot,
inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa
memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir (Merulalia, 2010).
Musculoskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal
yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan
terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan
1
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Rizka, 2012).
Berdasarkan pada definisi yang telah diungkapkan dari beberapa
sumber, dapat disimpulkan bahwa musculoskeletal disorders (MSDs) adalah
serangkaian gangguan yang dirasakan pada bagian otot, tendon, saraf,
persendian yang menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan akibat dari
aktifitas yang berulang-ulang (repetitive) dalam jangka waktu yang lama.
2.1.2 Faktor Penyebab
Menurut Peter Vi (2004), faktor penyebab keluhan muskuloskeletal
antara lain:
1. Peregangan otot yang berlebihan (over exertion)
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh
pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar,
seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang
berat. Perawat melakukan aktivitas yang dikategorikan membutuhkan
tenaga yang besar, seperti mengangkat dan memindahkan pasien serta
merapikan tempat tidur (bed making). Mengangkat dan memindahkan
pasien dilakukan 5-20 pasien untuk setiap tugas bergilir yang khusus.
Saat bed making membungkuk dan mengharuskan untuk melakukan
peregangan saat memasang sprai ke tempat tidur (Sardewi, 2006).
2. Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus. Seperti mencangkul, membelah kayu, angkat-angkat dan
sebagainya. Perawat memiliki aktivitas yang dilakukan berulang-ulangs
seperti mengangkat dan memindahkan pasien, melakukan bed making,
2
dan aktivitas kerja lainnya yang dilakukan setiap hari secara berulangulang dan dalam waktu yang relative lama.
3. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk dan
sebagainya. Perawat adalah tenaga medis yang 24 jam berada di dekat
pasien, kebutuhan dasar pasien harus diperhatikan oleh seorang perawat.
Tingginya aktivitas yang dilakukan perawat, sehingga perawat tidak
memperhatikan posisi tubuh yang baik saat melakukan tindakan.
Selain itu terdapat factor penyebab sekunder dari keluhan muskuloskeletal
yaitu:
a. Tekanan : Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak
secara berulang-ulang dapat menyebabkan nyeri yang menetap.
b. Getaran : Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya
timbul rasa nyeri otot.
c. Mikroklimat : Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga pergerakan pekerja
menjadi lamban, sulit bergerak disertai dengan menurunnya kekuatan
otot. Perbedaan besar suhu yang besar antara lingkungan dan suhu tubuh
akan mengakibatkan sebagian energi yang ada di dalam tubuh akan
diigunakan untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan. Apabila hal ini
3
tidak diimbangi dengan asupan energi yang cukup, suplai energi di otot
akan menurun, terhambati proses metabolisme karbohidrat dan
terjadinya penimbunan asan laktat yang dapat menyebabkan nyeri otot.
Penyebab lain yang berperan dalam terjadinya keluhan muskuloskeletal
apabila dalam melakukan tugas perawat di hadapkan pada beberapa factor
risiko dalam waktu yang bersamaan, yaitu:
a. Umur : Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu
pada usia 25-65 tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia
35 tahun dan akan semakin meningkat semakin bertambahnya usia. Hal
ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot
akan meningkat (dryastiti, 2013).
b. Jenis Kelamin : Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko
keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria. Prevalensi sebagian besar gangguan
tersebut meningkat dan lebih menonjol pada wanita dibandingkan pria
(3:1) sehingga daya tahan otot wanita untuk bekerja lebih rendah
dibandingkan pria.
c. Kebiasaan merokok : Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi
merokok, semakin tinggi pula keluhan otot yang dirasakan. Kebiasaan
merokok dapat menurunkan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan
untuk mengkosumsi oksigen menurun. Apabila perawat denga kebiasaan
merokok melakukan aktivitas kerja dengan beban kerja yang tinggi,
maka akan sangat mudak mengalami kelelahan otot.
4
d. Kesegaran jasmani : Keluahan otot jarang terjadi pada perawat yang
memiliki waktu istirahat yang cukup, tetapi perawat memiliki system
kerja shift malam yang memungkinkan tidak mendapat waktu istirahat
yang cukup. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi
risiko terjadinya keluhan otot.
e. Kekuatan fisik : Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur
otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan
yang lainnya. Apabila dengan kekuatan otot yang sama, perawat
diberikan beban kerja yang tinggi, maka cenderung perawat yang
memiliki kekuatan yang lebih rendah akan mengalami cidera otot.
f. Ukuran tubuh (antrometri) : Keluhan muskuloskeletal yang terkait
dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan
struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh
maupun beban tambahan.
2.1.3 Gejala
Gejala keluhan muskuloskeletal dapat menyerang secara cepat
maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada tiga tahap
terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:
Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala
ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam).
Tidak berpengaruh pada kinerja. Efek ini dapat pulih setelah
istirahat;
5
Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja.
Tidak
mungkin
terganggu.
Kadang-kadang
menyebabkan berkurangnya performa kerja;
Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika
bergerak secara repetitif. Tidur terganggu dan sulit untuk
melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas
kerja.
2.1.4 Jenis Keluhan
Jenis-jenis keluhan Keluhan muskuloskeletal antara lain:
a. Sakit Leher : Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala
yang mengenai leher, peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher
miring atau kaku leher. Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah
pengguna yang menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti
menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku;
b. Nyeri Punggung : Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan
untuk gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal,
arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan
oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan komputer;
c. Carpal Tunnel Syndrome : Merupakan kumpulan gejala yang mengenai
tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus
medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang
menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini
antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang
6
penyembuhannya
tidak
normal,
atau
kegiatan
apa
saja
yang
menyebabkan penekanan pada nervus medianus;
d. Thoracic Outlet Syndrome : Merupakan keadaan yang mempengaruhi
bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan
mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua
arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic outlet syndrome
disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju
kedepan.
e. Tennis Elbow : Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon
ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan
keluar ke pergelangan tangan. Tennis elbow disebabkan oleh gerakan
berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.
f. Low Back Pain : Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada
daerah lumbal yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan
posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada
discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi
yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan
antopometri pekerja.
7
2.1.5 Pengukuran Muskuloskeletal Disorders (Nordic Body Map)
Pengukuran muskuloskeletal disorders (Rizka, 2012): melalui NBM
dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan mulai dari rasa
tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit.
Gambar 1. Kuisioner Nordic Body Map (Sumber: google.com, 2013)
Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran
subyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Kuesioner Nordic
Body Map merupakan salah satu bentuk kuisioner checklist ergonomi.
Kuisioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering
digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena
8
sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Pengisian kuisioner Nordic Body
Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa
sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Survei
ini menggunakan banyak pilihan jawaban yang terdiri dari dua bagian yaitu
bagian umum dan terperinci. Bagian umum menggunakan bagian tubuh
yaitu yang dilihat dari bagian depan dan belakang. Responden yang mengisi
kuisioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada
bagian area tubuh tersebut.
Nordic Body Map memiliki 28 pertanyaan tentang tingkat keluhan
muskuloskeletal dari leher hingga ujung kaki. Masing-masing sisi tubuh kiri
dan kanan memiliki pertanyaan yang berbeda, sehingga seluruh tubuh yang
nyeri akan dinilai dengan cermat. Pada NBM terdapat empat rentang skor
yaitu skor satu untuk tidak sakit, skor dua untuk agak sakit, skor tiga untuk
sakit dan skor empat untuk sangat sakit. Setelah kuesioner diisi, skor dari
masing-masing pertanyaan akan diakumulasi untuk mengetahui tingkatan
keluhan musculoskeletal yang diderita (Dryastiti, 2013).
2.2 Stretching
2.2.1 Pengertian Stretching
Stretching adalah bentuk dari penguluran atau peregangan pada otototot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat
9
kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangant rentan terjadi
(Wiguna, 2012).
Stretching adalah peregangan otot yang diperlukan dan digunakan
baik untuk orang sehat atau sakit untuk mengulur, melenturkan atau
menambah fleksibilitas otot-otot yang dianggap bermasalah (Dewi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa stretching merupakan bentuk dari
penguluran atau peregangan pada otot-otot di setiap anggota badan yang
diperlukan dan digunakan baik untuk orang sehat atau sakit untuk mengulur,
melenturkan
atau
menambah
fleksibilitas otot-otot
yang
dianggap
bermasalah sehingga ketegangan otot menjadi berkurang, tubuh terasa lebih
relaks, memperluas rentang gerak, menambah rasa nyaman, dan membantu
mencegah cedera.
Stretching atau peregangan, ketegangan otot menjadi berkurang,
tubuh terasa lebih relaks, memperluas rentang gerak, menambah rasa
nyaman, dan membantu mencegah cedera (Anderson, 2008;14).
Menurut Alter, 2003 yang dikutip dalam Santi, 2012 bahwa
peregangan otot merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot
beristirahat (relaksasi). Sehingga dengan adanya peregangan ini kelenturan
(fleksibilitas)
menjadi
meningkat.
Kelenturan
(fleksibilitas)
adalah
kemampuan untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh
daerah pergerakan. Kurangnya kelenturan pada tubuh dapat menyebabkan
mekanisme tubuh tidak seimbang. Fleksibilitas yang berkurang pada bahu
dan punggung atas dapat menyebabkan tulang punggung melengkung keluar
10
atau membungkuk dan dapat mengurangi kapasitas pernapasan. Otot yang
rapat pada pinggul, bagian belakang kaki, dan punggung bawah dapat
memutar pinggul ke depan menimbulkan rasa sakit yang kuat pada
punggung bawah, bokong dan tungkai atas.
2.2.2 Jenis-jenis
1. Peregangan aktif : Peregangan aktif (active stretching) dilakukan dengan
menggunakan otot-otot anda tanpa mendapatkan bantuan dari kekuatan
eksternal. Satu contoh peregangan aktif ini: Berdiri tegak lurus dan
secara perlahan-lahan mengangkat salah satu kaki ke arah sudut 45
derajat. Peregangan aktif ini penting karena akan membangun kelenturan
otot secara aktif, yang mana telah diketahui memiliki korelasi yang lebih
tinggi dengan prestasi olahraga dibandingkan peregangan pasif.
Kelemahan-kelemahan utama dari peregangan aktif ini adalah bahwa
peregangan ini dapat menginisiasi stretch reflex, serta mungkin saja
peregangan ini menjadi tidak efektif dikarenakan adanya gangguangangguan tertentu pada tubuh anda dan juga adanya cedera seperti
keseleo yang akut, peradangan atau patah tulang (retak tulang).
2. Peregangan Dinamis : Peregangan dinamis adalah gerakan peregangan
yang dilakukan dengan melibatkan otot-otot dan persendian, gerakan
peregangan ini dilakukan secara perlahan dan terkontrol dengan pangkal
gerakannya adalah pangkal persendian. Kunci dan penekanan pada
peregangan ini adalah pada cara garakannya yang dilakukan secara
perlahan dan terkontrol tersebut. Adapun yang dimaksud dengan gerakan
11
perlahan, yaitu dilakukan dengan cara yang halus dan tidak menghentakhentak. Sedangkan gerakan yang terkontrol, artinya gerakan yang
dilakukan hingga mencapai seluas ruang gerak dari persendian yang
dikenai latihan. Sasaran peregangan dinamis adalah untuk memelihara
dan meningkatkan kelentukan persendian, tendon, ligament dan otot.
Adapun perbedaan yang terjadi antara peregangan statis dan dinamis,
terutama pada saat melakukan gerakannya dan sasaran yang dikenai
dalam latihan. Gerakan pada peregangan statis setelah mencapai rasa
nyeri (tidak nyaman) dipertahankan dalam beberapa waktu, sedangkan
pada peregangan dinamis adalah sebaliknya. Yaitu diregang-regangkan
sacara aktif seluas ruang gerak persendian yang dilatihkan. Sasaran pada
peregangan statis adalah kelenturan (elastisitas otot), sedangkan
peregangan dinamis adalah kelentukan persendian.
3. Peregangan pasif : Peregangan pasif (passive stretching) merupakan
suatu tehnik peregangan di mana anda dalam keadaan rileks dan tanpa
mengadakan kontribusi pada daerah gerakan. Malahan, kekuatan
(tenaga) eksternal dapat dibangkitkan oleh alat baik dengan cara manual
maupun mekanis. Di antara manfaat yang dapat diperoleh dari
peregangan pasisf tersebut adalah:
a. Tehnik ini efektif apabila otot agonist (yaitu otot utama yang
berperan dalam gerakan yang terjadi) dalam kondisi yang terlalu
lemah untuk menerima respon gerakan.
12
b. Tehnik ini efektif apabila percobaan-percobaan tidak berhasil untuk
menghalangi otot-otot yang ketat (otot-otot antagonis).
c. Arah lamanya waktu melakukan peregangan dan intensitasnya dapat
diukur.
d. Dapat memajukan kekompakan tim bilamana peregangan tersebut
dilakukan bersama-sama dengan atlet lainnya.
Kelemahan utama dari peregangan pasif adalah risiko adanya rasa sakit
maupun mengalami luka-luka (cidera) yanglebih besar, apabila teman
anda mempergunakan tenaga eksternal secara tidak tepat. Selanjutnya,
tehnik ini dapat menimbulkan adanya stretch reflex, apabila pergangan
tersebut dilakukan dengan cepat, serta meningkatnya kemungkinan
terjadi cidera (luka) karena adanya perbedaan yang lebih besar di antara
daerah peregangan aktif dan pasif. Tetapi pemakaian tehnik ini dapat
juga membangun kelenturan aktif anda.
4. Peregangan Statis : Peregangan statis adalah gerakan peregangan pada
otot-otot yang dilakukan perlahan-lahan hingga terjadi ketegangan dan
mencapai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada otot tersebut. Untuk
selanjutnya posisi pada rasa tidak nyaman tersebut dipertahankan untuk
beberapa saat. Adapun lama waktu menahan posisi tidak nyaman
tersebut 20-25 detik. Sasaran peregangan statis adalah
untuk
meningkatkan dan memelihara kelenturan (elastisitas otot yang
direngangkan).
Langkah-langkah peregangan statis:
13
a) Regangkan otot secara perlahan-lahan tanpa kejutan
b) Segera terasa regangan pada otot, berhentilah sebentar
kemudian lanjutkan sampai agak sakit, berhenti lagi, lanjutkan
regangan sampai sedikit melewati titik/limit rasa saki. Bukan
sampai terasa sakit/ekstrim
c) Pertahankan sikap terakhir ini selama 20-25 detik
d) Seluruh anggota tubuh rileks terutama otot-otot antagonisnya
(yang diregangkan), agar gerak sendi mampu untuk meregang
lebih luas
e) Bernafaslah terus, jangan menahan nafas
f) Selesai mempertahankan sikap statis selama 20-25 detik
kembalilah ke sikap sempurna secara perlahan-lahan, tidak
melakukan gerakan secara tiba-tiba, agar ototnya tidak
berkontraksi.
2.2.3 Manfaat dan cara/prosedur
Peregangan adalah aktivitas fisik yang paling sederhana. Ia adalah
penyeimbang sempurna untuk keadaan diam dan tidak aktif bergerak dalam
waktu lama. Peregangan teratur di sela-sela pekerjaan akan:
1. Mengurangi ketegangan otot
2. Memperbaiki peredaran darah
3. Mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, dan kelelahan
4. Memperbaiki kewaspadaan mental
5. Mengurangi risiko cidera
14
6. Membuat pekerjaaan lebih mudah
7. Memadukan pikiran ke dalam tubuh
8. Membuat merasa lebih baik
(Anderson, 2010)
Cara melakukan peregangan yang tepat:
1. Bernapas dengan ringan
2. Santai, tenang, dan nyaman
3. Menyesuaikan dengan tubuh anda
4. Fokus pada otot dan sendi yang sedang diregangkan
5. Rasakan gerakan peregangan
6. Diarahkan oleh kenikmatan peregangan
7. Tanpa paksaan
8. Tanpa rasa sakit
2.2.4 Fase peregangan
Ada dua fase untuk tiap-tiap peregangan: peregangan ringan dan
peregangan lanjutan. Mereka dilakukan secara berurutan. (Anderson,
2010)
1. Peregangan Ringan : Melakukan peregangan sampai merasa ketegangan
yang agak ringan dan tahan selama 5-10 detik. Santailah. Ketika anda
menahan posisi itu, ketegangan akan berkurang. Jika tidak berkurang,
ubah perlahan ke peregangan yang lebih menyamankan. Peregangan
ringan menjaga fleksibilitas , melemaskan otot dan mengencangkan otot
serta mengurangi ketegangan urat.
15
2. Peregangan Lanjutan : Kini, gerakan sedikit lebih dalam sampai
merasakan ketegangan ringan. Tahan selama 5-10 detik. Ingat, anda
semestinya merasakan ketegangan berkurang atau tetap. Jika ketegangan
meningkat menjadi rasa sakit itu artinya anda sedang melakukan
peregangan yang berlebihan, sebaiknya kembali ke peregangan yang
lebih menyamankan. Peregangan lanjutan lebih jauh akan mengurangi
ketegangan dan meningkatkan kelenturan.
2.2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Selalu melakukan peregangan dalam batas yang membuat anda nyaman,
jangan sampai pada titik sakit
2. Bernapaslah secara berlahan dan teratur (di bawah kendali), jangan tahan
napas
3. Nikmati waktu saat stretching. Peregangan lembut dan tahan lama
mengurangi ketegangan dan kekencangan otot yang tidak diinginkan
4. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Kita semua berbeda.
Perbandingan akan membawa pada peregangan berlebihan.
5. Jika anda melakukan peregangan secara benar, ketegangan akan terasa
mereda ketika anda menahan posisi itu
6. Peregangan apa pun yang meningkat intensitasnya atau menghasilkan
rasa sakit menunjukkan bahwa anda sedang melakukan peregangan yang
berlebihan-peregangan drastis
16
2.2.6 Pelaksanaan Stretching Untuk Keluhan Muskuloskeletal
Perawat mengandalkan tubuh mereka untuk melakukan sejumlah
beban tugas pada saat itu juga. Itulah sebabnya stretching bagi perawat
sangat penting untuk bertahan hidup kerja keras seharian. Seorang perawat
mungkin mengalami duduk atau berdiri untuk jangka waktu yang lama dan
kemudian tiba-tiba diminta untuk memindahkan pasien. Seorang atlet dapat
berada di luar dalam cuaca dingin atau duduk atau berdiri di sela-sela
menunggu kesempatan mereka, ketika tiba-tiba mereka diminta untuk
melakukan. Kedua perawat dan atlet harus mengambil tubuh mereka dari
posisi stagnan kaku atau dingin, ke dalam tindakan. Seringkali, hasilnya
adalah cidera (Trunkes, 2013).
Dibawah ini adalah langkah-langkah dalam melakukan stretching
(Dewi, 2011) :
1. Stretching No 1: Hand Stretching Stretching
Genggam jari jari anda dengan keras tahan selama 6 detik dan lepas.
Ulangi selama 5-10 kali. Stretching ini berguna untuk relaksasi otot otot
jari jemari dan lengan bawah anda. Otot-otot yang terlibat merupakan
otot-otot jari, otot-otot pergelangan tangan dan otot-otot lengan bawah
anda.
2. Stretching No 2 : Facial Stretching
Stretching ini dikerjakan dengan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
dengan penekanan pada pengucapan, tahan selama enam detik dan lepas.
17
Dilakukan Selama 5-10 kali. Stretching ini berguna untuk relaksasi otototot disekitar wajah, pipi, dagu, rahang, bibir dan kening.
3. Stretching No 3: Shoulder Shrugging
Stretching ini dilakukan dengan mengangkat kedua bahu atau pundak
anda pelan-pelan ke arah atas, dengan posisi postur tegak duduk, tahan
selama enam detik dan lepaskan pelan-pelan, ulangi 5-10 kali stretching
ini berguna untuk relaksasi dan mengulur otot-otot sekitar leher, bahu
bagian atas dan punggung atas (belikat). Sangat berguna sekali bagi
pekerja yang duduk dengan durasi lama, seperti rapat.
4. Stretching No 4 : Shoulder Retraction
Stretching ini dilakukan dengan kedua tangan memegang kepala bagian
belakang, pelan-pelan gerakan lengan ke arah belakang sehingga bagian
kedua belikat saling mendekat di tahan selama enam detik dan lepaskan
pelan-pelan, ulangi 5-10 kali. Gerakan ini berguna untuk meregangkan
otot-otot punggung atas terutama kelompok otot-otot daerah tulang
belikat.
5. Stretching No 5: Neck Side Bending
Stretching ini dilakukan dengan kedua lengan disamping, lalu gerakan
leher ke salah satu sisi kanan atau kiri perlahan-lahan sampai gerakan
tersebut maksimum atau tidak timbul gerakan lagi. Gerakan tersebut
ditahan selama enam detik ulangi selama 5-10 kali. Gerakan ini berguna
untuk meregangkan otot-otot leher bagian samping luar dan otot-otot
bahu.
18
6. Stretching No 6 : Neck Rotation
Stretching ini dilakukan dengan kedua lengan disamping tubuh, lalu
gerakan leher dengan memutar leher ke bagian kanan atau kiri perlahanlahan sampai gerakan tersebut maksimum atau tidak ada gerakan lagi,
tahan gerakan tersebut sampai enam detik dan ulangi selama 5-10 kali.
Gerakan ini berguna untuk meregangkan otot-otot leher samping.
7. Stretching No 7: Neck Flexion
Stretching ini dilakukan dengan posisi tubuh tegak, lengan disamping
kanan dan kiri, gerakan leher menekuk kebawah sampai maksimum
sampai terasa tarikan otot otot leher, tahan sampai 6 detik dan ulangi 510 kali. Gerakan ini berfungsi untuk meregangkan otot-otot leher bagian
tengah atau pas ditengkuk.
8. Stretching No 8 : Shoulder Adduction
Stretching ini dilakukan dengan posisi lengan atas pada posisi 900,
setelah itu rapatkan lengan atas ketubuh pelan-pelan lalu tekuk siku anda
pelahan lahan juga menyesuaikan dengan posisi lengan yang menekuk,
sampai terasa adanya tarikan pada otot-otot bahu bagian samping, tahan
selama 6 detik lalu lepaskan perlahan-lahan, ulangi 5-10 kali.
9. Stretching No 9: Shoulder Half Flexion bilateral
Stretching ini dilakukan dengan keduaa tangan saling menggenggam,
lalu gerakkan kedua tangan tersebut keatas sampai sejajar dengan muka,
lalu putar bagian tangan dari mengepal keduanya menjadi terbuka
keduanya dengan memutar tangan tersebut, tahan selama enam detik
19
ulangi 5-10 kali. Stretching ini melibatkan otot-otot lengan atas dan
bawah sampai tangan.
10. Stretching No 10 : Shoulder Full Flexion bilateral
Stretching ini hampir sama dengan stretching shoulder half stretching
bilateral hanyan saja gerakan bahu ditambah sampai diatas kepala tahan
sampai enam detik ulangi 5-10 kali. Stretching ini berfungsi mengulur
otot-otot seluruh lengan.
11. Stretching No 11 : Shoulder Lateral Bending
Stretching ini dilakukan dengan kedua tangan kebelakang, salah satu
tangan memegang siku lengan lainnya, setelah itu tarik perlahan-lahan
sampai adanya tarikan pada bagian bawah samping bahu anda, tahan
smapai enam detik dan ulangi 5-10 kali. Stretching ini berfungsi
meregangkan otot tricep.
12. Stretching No.12 : Hip Stretching
Stretching ini dilakukan bisa dilakukan pada posisi duduk ataupun
berdiri. Untuk posisi duduk,diusahakan duduk dengan tegap dan posisi
lutut diusahakan 90 derajat. Angkat tungkai bawah anda dengan
menekuk lutut, dekatkan ke bagian dada anda, tahan sampai enam detik
ulangi 5-10 kali. Stretching ini berfungsi meregangkan otot bagian paha
bawah dan otot bokong.
13. Stretching No.13 : Illio Tibial Stretch
Stretching ini dilakukan dengan posisi duduk tegap, satu tungkai melipat
ke tungkai sebelahnya, dengan tangan memegang lutut pada tungkai
20
yang berlawanan, tarik lutut tersebut dan leher menengok ke sisi yang
berlawanan pada tungkai yang ditarik tahan enam detik dan ulangi 5-10
kali. Stretching ini berfungsi untuk otot otot sisi samping luar paha anda.
14. Stretching No 14 : Calf Stretching
Stretching ini dilakukan pada posisi berdiri. Dengan salah satu sisi
tungkai pada bagian lututnya menekuk dan yang satu tungkainya lagi
lurus kebelakang, dan telapak kaki sisi tungkai yang lurus kebelakang
menapak dengan lurus kedepan, anda akan merasakan tarikan pada sisi
otot-otot betis anda tahan sampai enam detik dan ulangi 5-10 kali.
Stretching ini berfungsi meregangkan otot-otot pada betis anda.
Stretching ini dilakukan bisa pada posisi duduk atau berdiri. Dengan
duduk atau berdiri posisi badan tegap, kedua lengan pada posisi
kebelakang dengan saling menggenggam. Setelah itu puter balik telapak
tangan anda sekaligus lalu dorong kebawah hingga seluruh bagian dalam
lengan anda terasa tertarik tahan hingga enam detik ulangi 5-10 kali.
Stretching ini berfungsi untuk otot-otot pada lengan bawah dan atas
anda.
2.3 Stretching mempengaruhi keluhan muskuloskeletal
Stretching adalah merupakan suatu bentuk latihan yang dilakukan
dengan tujuan mengulurkan otot agar dapat lebih rileks (Carolyn dkk, 1990).
Stretching memiliki prinsip fisiologis yang mempengaruhi otot, antara lain:
21
1. Respon mekanik : respon mekanikal otot terhadap peregangan
tergantung pada myofibril dan sarkomer otot. Setiap serabut otot
tersusun dari beberapa serabut otot. Satu serabut otot terdiri atas
beberapa myofibril. Myofibril tersusun dari beberapa sarkomer otot yang
terletal sejajar dengan serabut otot. Sarkomer merupakan unit kontraktil
dari myofibril dan terdiri atas filament aktin dan myosin yang saling
overlapping. Sarkomer memberikan kemampuan pada otot untuk
berkontaksi dan rileksasi serta mempunya kemampuan elastisitas jika
diregangkan. Ketika otot diberikan stertching maka pemanjangan awal
terjadi pada sarkomer dan tension meningkat secara drastic, kemudian
saar gaya regangan dilepaskan maka setiap sarkomer akan kembali ke
posisi resting lengtht. Kecenderungan otot kembali ke posisi resting
lengtht setelah peregangan disebut elastis.
2. Respon Neurofisiologi : tergantung pada muscle spindle dan golgi
tendon. Muscle spindle merupakan organ sensorik utama dan tersusun
dari organ intrafusal yang terletak paralele dengan serabut ektrafusal.
Muscle spindle berfungsi untuk memonitor kecepatan dan durasi
regangan serta rasa terhadap perubahan panjang otot. Pada muscle
spindle terdapat saraf afferent primer tipe Ia dan sekunder tipe II dan
bersinaps dengan alpha dan gamma motor neuron secara berurutan dan
memfasilitsai kontraksi serabut extrafusal dan intrafusal. Golgi tendon
dan musculotendineus junction membungkus kedua ujung serabut
22
extrafusal dan intrafusal dan sangat sensitive terhadap peregangan baik
secara pasif maupun aktif.
Peregangan dapat menyebabkan peningkatan
range of motion
(ROM) sebesar 17% dan berkurangnya kekakuan musculotendinous unit
(MTU) sebanyak 47% pada penelitian pada delapan orang subjek pria yang
melakukan peregangan pasif selama satu menit. Hal ini disebabkan oleh
perubahan sifat dari jaringan ikat pada otot (Morse, 2008).
Otot rangka berkontraksi bila ada rangsangan, energi kontraksi
dipenuhi dari pemecahan adrenosin tripospat (ATP) dan kegiatan kalsium,
serabut-serabut saraf yang cukup beroksigen berkontraksi dengan penuh
kekuatan dibandingkan dengan oksigen yang kurang. Gerakan terjadi akibat
dari otot menarik tulang yang berfungsi sebagai tungkai dan persendian
bekerja sebagai engsel-engsel, otot-otot rangka banyak berisi vaskuler
(Barbara,1998).
Ketika terjadi penegangan pada otot-otot akibat kegiatan yang
berlebihan dan dilakukan secara terus-menerus maka nadi akan tertekan.
Peredaran darah ke jaringan akan terhambat termasuk transportasi oksigen
dan nutrisi, sehingga akan terjadi mekanisme anaerob yang menghasilkan
asam laktat. Penimbunan asam laktat ini akan menyebabkan keletihan otot
yang menjadi salah satu musculoskeletal disorders. (Wolf, dkk, 1984)
Latihan peregangan adalah suatu bentuk latihan yang merangsang
kerja otot rangka (striated atau otot lurik) yang terdapat pada system skelet
yang memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur tubuh
23
dan menghasilkan panas. Sehingga diharapkan peredaran darah menjadi baik
dan transportasi oksigen dan nutrisi menjadi adekuat.
Otot dilindungi oleh mekanisme yang disebut reflex regangan. Setiap
kali melakukan peregangan serabut otot akan jauh, reflek saraf akan
merespon dengan mengirim sinyal ke otot agar berkontraksi, ini akan
melindungi otot dari cidera. (Anderson, 2008: hal 15).
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya
adalah panjang dari serabut otot (myofibril) sebelum kontraksi dan
peregangan
dapat
menurunkan
ketegangan
dari
tendon
sehingga
menyebabkan compliance otot meningkat sehingga relatif lebih pendek
daripada tidak dilakukan peregangan (Kubo, 2001).
Latihan fisik dapat mempertahakan fleksibilitas sendi-sendi,
memperbaiki atau meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki daya tahan
otot
(muscle
endurance)
serta
memperbaiki
“Cardio
Pulmonary
Endurance” dan latihan fisik yang berupa stretching dapat meningkatkan
kelenturan otot, memperlancar vaskularisasi serta mengurangi spasme
(Depkes Ri, 1996 dikutip dalam Santi, 2012)
24
Download