POLA INTERAKSI SOSIAL PSK DENGAN MASYARAKAT SEKITAR

advertisement
POLA INTERAKSI SOSIAL PSK DENGAN MASYARAKAT SEKITAR
LOKALISASI dan DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA di
LOKALISASI KLUBUK di DESA SUKODADI KECAMATAN KABUH
KABUPATEN JOMBANG
PATTERN SOCIAL INTERACTION PSK WITH COMMUNITY AROUND
THE LOCALIZATION and ASSOCIATED IMPPACTS in
LOKALIZATION KLUBUK VILLAGE SUKODADI KABUH JOMBANG
Syifa’ Urohman F. R1
Suwarno Winarno2
Rusdianto Umar3
Jurusan Hukum dan kewarganegaraan Prodi Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan, Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
Jl. Semarang 5 Malang
Email : [email protected]
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui sejarah
Lokalisasi Klubuk di Desa Sukodadi Kabuh Jombang; (2) Menggambarkan pola
interaksi sosial antara PSK dengan warga sekitar lokalisasi Klubuk di Desa
Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang; (3) Mendeskripsikan dampak
yang ditimbulkan dengan keberadaan lokalisasi Klubuk; (4) Mendeskripsikan
persepsi masyarakat terhadap pola interaksi para PSK di lokalisasi Klubuk di
Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh, Jombang; (5) Mendeskripsikan prospektif
keberadaan lokalisasi Klubuk di Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten
Jombang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Prosedur analisis data
dengan prosedur reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa: (1) Lokalisasi Klubuk
berdiri mulai tahun 1993. Keberadaan lokalisasi tersebut adalah pindahnya para
pelacur atau pekerja seks komersial dari Lokalisasi Tunggorono yang telah
dibubarkan oleh Pemerintah Kota Jombang ke warung-warung pingir jalan
tepatnya di Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Tidak semua
rumah di Lokalisasi Klubuk di jadikan tempat pelacuran. Keamanan Lokalisasi
Klubuk, dijaga oleh 5 hansip dan seluruh warga Klubuk, dan apabila terjadi tindak
kriminalitas yang dilakukan oleh pendatang, pengunjung dari luar lokalisasi
sepenuhnya tanggung jawab dari pihak POLSEK Kabuh; (2) Pola interaksi yang
dilakukan warga sekitar lokalisasi yaitu membaur dengan warga sekitar lokalisasi
dengan cara ikut serta membantu warga sekitar untuk mengadakan acara hajatan
dan juga ikut memebantu warga sekitar yang megalami kesusahan. Sehingga
warga Dusun Klubuk itu menganggap seperti keluarga, tidak ada yang
membandingkan satu sama lain selama itu dalam hal positif; (3) Dampak yang
ditimbulkan dari keberadaan kompleks Lokalisasi Klubuk bagi masyarakat Desa
Sukodadi adalah; adanya efek buruk terhadap kesehatan warga masyarakat Desa
Sukodadi; sedikit banyak meringankan beban perekonomian warga sekitar yang
berprofesi sebagai pedagang maupun yang membuka usaha warung dan toko;
adanya keretakan rumah tangga karena suami tertarik dengan pekerja seks
komersial; Dengan berdirinya mushola yang di bangun dengan uang swadaya
masyarakat lokalisasi sendiri, warga berharap dapat menjalankan kehidupan
beragama dengan baik dan lancar; (4) Persepsi masyarakat terhadap pola interaksi
para PSk di Desa Sukodadi Kabuh Jombang adalah Masyrakat Desa Sukodadi
tidak merasa terganggu dengan kedatangan para PSK karena mereka bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga keberadaannya diterima baik
oleh warga sekitar lokalisasi. Mengenai masalah pekerjaan sebagi germo dan PSK
masyarakat sekitar lokalisasi tidak mau tau karena menurut masyarakat sekitar
masalah pekerjaan itu adalah urusan masing-masing yang menjalaninya; (5)
Prospektif keberadaan lokalisai Klubuk di Desa Sukodadi Kabuh Jombang adalah
warga ingin penduduk lokalisasi itu menerima tawaran dari Pemerintah
Kabupaten Jombang untuk menekan jumlah Pekerja Seks Komersial dengan
memberikan dana sosial untuk alih provesi yang mana dulunya bekerja sebagai
Germo dan PSK agar beralih ke pekerjaan yang lebih layak di pandang oleh
masyarakat (wirausaha, karyawan swasta, peternak, petani, dll).
Kata Kunci : Pola Interaksi Sosial, Dampak, Lokalisasi Klubuk
Abstrak : The purpose of this research is: (1) To know the history of the village
Localization Klubuk Sukodadi Kabuh Jombang; (2) Describe the patterns of
social interaction among sex workers with local people in the village localization
Klubuk Sukodadi Kabuh Jombang; (3) Describe the impact of with existence of
localization Klubuk; (4) Describe the public perception of the interaction patterns
of commercial sex workers in the localization in the Village Sukodadi Klubuk
Kabuh Jombang; (5) Describe the a prospective existence of Klubuk localization
in the Village Sukodadi Kabuh Jombang. This study used a qualitative approach.
Data collection techniques with techniques of observation, interview and
documentation. Data analysis procedures with data reduction procedures, data
presentation and conclusions. Based on the results of data analysis it is known
that: (1) Localization Klubuk standing since in 1993. The existence of such
localization is the displacement of prostitutes or commercial sex workers from
Tunggorono Localization has been disbanded by the City Government Jombang
the stalls to road verges exactly in the Village District Sukodadi Kabuh Jombang.
Not all homes in Localization Klubuk made in place of prostitution. Localization
Klubuk security, guarded by five security guard and all citizens Klubuk, and in
case of acts of criminality committed by entrants, visitors from outside the
localization solely the responsibility of the POLSEC Kabuh; (2) The pattern of
interactions made citizens about the localization localization mingling with local
people to participate by helping local people to hold a celebration event and also
helped local people in distress. Hamlet Klubuk so it considers like family, no one
compares to one another as long as it in positive terms; (3) The impact of the
presence of complex localization Klubuk for Sukodadi villagers are; existence of
bad effect on the health of village residents Sukodadi; somewhat ease the burden
on the economy of the local people who work as traders or businesses that open
stalls and shops; rift households for the husband interested in sex workers; with
the establishment of the mosque which was built with his own money
nongovernmental localization, residents hope to run the religious life properly and
smoothly; (4) Public perception of the interaction patterns of the prostitutes in the
Village Sukodadi Kabuh Village Peoples Sukodadi Jombang is not disturbed by
the arrival of the prostitutes because they can adapt to their environment so their
presence was well received by local people localization. On the issue of jobs as a
pimp and prostitute surrounding communities localization does not want to know
because according to the people that work around the problem is their own
business who live it; (5) Prospective lokalisai Klubuk presence in the village
Sukodadi Kabuh Jombang is the localization of citizens want the population to
accept the offer of the Government of Jombang to reduce the number of
commercial sex workers by giving social funds for over the profession which used
to work as a pimp and prostitute in order to move on to jobs more feasible in view
of the community (entrepreneurs, private sector employees, ranchers, farmers,
etc.).
Keywords: Social Interaction Patterns, Impact, Localization Klubuk
Salah satu bentuk penyimpangan norma (penyakit masyarakat) yang
dianggap sebagai masalah sosial adalah prostitusi, yang mempunyai sejarah yang
panjang (sejak adanya kehidupan manusia telah diatur oleh norma-norma
perkawinan) dan tidak ada habis-habisnya yang terdapat di semua negara di dunia.
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup berinteraksi dengan yang lain dan slalu
terkait dengan hubungan sosial yang kompleks. Pada masyarakat ditemui beragam
pola atau bentuk hubungan (relasi) yang terjalin di antara mereka. Sehubungan
dengan manusia sebagai makhluk sosial dan pelacuran menjadi penyakit
masyarakat, maka penulis mencoba melakukan penelitian tentang hubungan PSK
dengan warga sekitar dan dampak sosial yang ada di Lokalisasi Klubuk yang
berada di Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh yang terletak di perbatasan antara
Kabupaten Jombang dengan Kabupaten Lamongan.
Berkaitan dengan keberadaan lokalisasi ini, penulis mencoba melakukan
penelitian tentang pola interaksi PSK dengan masyarakat sekitar dan dampak dari
keberadaan lokalisasi tersebut. Lokalisasi ini berada di perkampungan yang tidak
jauh dengan pemukiman warga, perkampungan itu mirip perkampungan biasa
yang memiliki sejumlah kepala keluarga. Namun setiap rumah di tempat
lokalisasi tersebut selalu ditempel tulisan “Wisma” dengan nama tersendiri. Jenis
rumah yang dibangun pun sederhana dari berlantai ubin sampai rumah berlantai
keramik. Di lokalisasi tersebut terdapat ruang tamu (tempat untuk karaoke dan
pesta miras), sejumlah kamar (tempat untuk melakuakan hubungan seks), dapur
dan kamar mandi. Rumah sederhana tersebut hanya memiliki 4 sampai 6 kamar
dengan ongkos parkir yang ringan hanya Rp. 5 ribu untuk motor dan Rp 10 ribu
untuk mobil untuk setiap kali kunjungan. Tarif ini menjadi Rp 50 ribu sampai Rp.
150 ribu untuk transaksi seks.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis memiliki
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah Lokalisasi Klubuk di Desa Sukodadi Kabuh Jombang?
2. Bagaimana pola interaksi sosial antara PSK dengan warga sekitar Lokalisasi
Klubuk di Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang?
3. Apa saja dampak yang di timbulkan dengan adanya keberadaan Lokalisasi
Klubuk?
4. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pola interaksi para PSK di Lokalisasi
Klubuk di Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh, Jombang?
5. Bagaimana prospektif keberadaan Lokalisasi Klubuk di Desa Sukodadi
Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang?
Manfaat penelitian
1. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaran
a) Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan atau bahan literatur untuk
penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan pola interaksi sosial
PSK dengan warga sekitar lokalisasidan dampak sosial adanya lokalisasi
tersebut.
b) Sebagai bahasan ilmiah bagi mahasiswa yang ingin mempelajari lebih khusus
tentang pola interaksi sosial PSK dengan warga sekitar lokalisasida dampak
sosial ditimbulkan adanya lokalisasi tersebut.
c) Hasil penelitian ini, memberikan kontribusi berupa penambahan pemikiran,
wawasan dan informasi yang berharga salah satunya sebagai wacana dalam
kajian ilmu Sosial.
2. Bagi masyarakat Dusun Klubuk Desa Sukodadi kabuh Jombang
a) Informasi yang disampaikan melalui penelitian ini dapat digunakan sebagai
pengetahuan mengenai dampak keberadaan Lokalisasi terhadap masyarakat,
khususnya masyarakat Desa Sukodadi di Kabupaten Jombang.
b) Penelitian ini dapat digunakan untuk pengetahuan dan wawasan tentang
dampak-dampak yang di timbulkan akibat keberadaan Lokalisasi terhadap
masyarakat sekitar.
c) Sebagai bahan dokumentasi, inventarisasi sekaligus sebagai bahan bacaan bagi
masyarakat setempat mengenai pola interaksi sosial PSK dengan warga sekitar
lokalisasi dan dampak keberadaan Lokalisasi Klubuk.
3. Bagi Dinas Sosial Kabupaten Jombang
Dapat dijadikan dasar atau acuan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang dalam
membuat kebijakan-kebijakan selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan
pendirian atau pengelolaan lokalisasi di Kabupaten Jombang
METODE
Penelitian di Desa Sukodadi selama dua bulan, yaitu pada bulan Pebruari
2013 sampai Maret 2013. Supaya kehadiran peneliti tidak menimbulkan persepsi
negatif, maka peneliti memberitahukan identitas atau status peneliti kepada
masyarakat sekitar Lokalisasi Klubuk serta menjaga kesopanan dan mematuhi
semua aturan, serta menjaga hubungan yang baik kepada semua informan. Hal
tersebut dimaksudkan agar peneliti memperoleh kepercayaan dari informan atau
subjek penelitian sehingga dapat memperoleh data yang diperlukan secara utuh
dan mendalam. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
dan wawancara mendalam dengan informan yang sangat memahami
permasalahan yang diteliti. Sedangkan tipe penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriftif (Descriptive Research), yaitu penelitian yang
menggambarkan atau melukiskan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh
di lapangan secara terperinci sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan.
agar penelitian berjalan dengan lancer. Peneliti mengambil lokasi penelitian di
Kabupaten Jombang, lebih tepatnya pada masyarakat sekitar Lokalisasi Klubuk di
Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Hal ini dikarenakan
Lokalisasi Klubuk masih ada dan berkembang. Sedangkan di tempat lokalisasi
lain misalnya di Tunggorono saat ini sudah tidak beroperasi lagi karena lokasinya
terlalu dekat dengan kota. Prosedur yang dipakai dalam pengumpulan data, yaitu:
(1) wawancara mendalam, (2) observasi, dan (3) dokumentasi. Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur dan bersifat terbuka dengan
menggunakan pedoman wawancara yang telah di susun. Peneliti menggunakan
kunjungan non formal kerumah-rumah Dalam penelitian ini informan pada
awalnya terkesan takut dan merasa curiga namun setelah mereka mengerti maksud
dari wawancara ini akhirnya para informan sangat terbuka dalam memberikan
informasi. Informan yang telah berhasil diwawancarai antara lain bapak Slamet
Mulyono selaku Kepala Desa, bapak Kuspan yaitu pengelola atau penanggung
jawab Lokalisasi Klubuk, bapak Suwono yaitu PNS (guru), bapak Sukran yaitu
Kepala Dusun Klubuk Timur, bapak Poniman yaitu germo Lokalisasi Klubuk,
mbak Ani yaitu PSK yang tidak mau disebutkan nama aslinya, bapak Sarpani, ibu
Rukaya, yaitu warga masyarakat Sukodadi. Sedangkan tema wawancara yang
ditanyakan kepada informan antara lain mengenai sejarah berdirinya Lokalisasi
Klubuk, pola interaksi yang di lakukan PSK kepada warga sekitar lokalisasi dan
apa saja dampak yang ditimbulkan dengan keberadaan Lokalisasi Klubuk.
Observasi yang telah dilakukan dalam penelitaian ini antara lain observasi
mengenai tempat Lokalisasi Klubuk yang bertujuan untuk mengetahui tempat
keberadaan lokalisasi aktifitas di area sekitar lokalisasi lokalisasi (interaksi para
PSK dengan warga sekitar lokalisasi). Observasi selanjutnya yaitu kepada salah
satu PSK, yang bertujuan untuk mengetahui pola interaksi yang di lakukan untuk
menjaga kerukunan dengan warga sekitar Lokalisasi Klubuk . Peneliti juga
melakukan observasi terhadap Masyarakat untuk mengetahui dampak sosial yang
terjadi dengan keberadaan lokalisasi tersebut. Dokumentasi yang telah berhasil
dikumpulkan antara lain mengenai profil desa, foto-foto mengenai hasil
wawancara dengan informan, foto tempat Lokalisasi Klubuk dan intreraksi PSK
dengan warga sekitar lokalisai Klubuk. Dokumentasi ini dipergunakan untuk
melengkapi data atau informasi yang dikumpulkan dari observasi dan wawancara.
Selain itu, data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi
yang ada dilapangan dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah keberadaan Lokalisasi Klubuk di desa Sukodadi Kabuh Jombang
Pada tahun 1993, di perbatasan Kabupaten Jombang dengan Kabupaten
Lamongan terdapat warung-warung persinggahan untuk para pengendara supir
truk pengangkut pasir yang singgah untuk makan, dan bersantai untuk minum
kopi, es dan jajanan. Warung- warung tersebut persisnya terletak di pinggir jalan
raya dan tempatnya di pinggir hutan dan agak jauh dari pemukiman warga, selain
menyediakan makana, kopi, es dan jajanan, warung tersebut juga menjajahkan
wanita penghibur yaitu tepatnya di Desa Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten
Jombang . Faktor yang menjadikan Desa Sukodadi sebagai tempat pelacuran itu
adalah tempatnya yang di daerah pinggiran kota dan merupakan jalur alternatif
penghubung antar kota. Awalnya di tempat ini terdapat empat warung saja dan
keempat warung itu semua menjual jasa wanita tuna susila, mereka yang bekerja
sebagai psk itu tidak lain adalah orang-orang yang dulunya berada dilokalisasi
Tunggorono yang mana tempatnya sudah ditutup oleh PEMKOT Jombang karena
tempatnya di area perkotan dan mengganggu keberadaan warga sekitarnya.
Seiring berjalannya waktu di warung-warung tersebut semakin banyak di
datangi oleh para wanita tuna susila dimana wanita tersebut yang jarang laku di
tempat mangkalnya dulu. Dengan samakin banyaknya wanita tuna susila di
warung-warung tersebut maka para mucikari meminta izin kepada kepala desa
untuk mendirikan rumah di Desa Sukodadi dengan alasan mendirikan rumah
untuk tempat tinggal rumah tangga. Desa Sukodadi awalnya mempunyai 5 dusun
yaitu Dusun Kuwacang, Kluwe, Klubuk, Bareng, dan Setri. Para germo memilih
dusun Klubuk sebagai tempat tinggalnya. Tetapi warga desa Sukodadi menyebut
perkampungan para germo itu dengan sebutan Kampung Baru. Dengan
berjalannya waktu pemru. Dengan berjalannya waktu peduduk Dusun Kampung
Baru itu semakin padat penduduknya. Warga dusun tersebut tidak semua
berprofesi sebagai pelacur. Dari 48 KK Dusun Kampung Baru tersebut 10 KK
merupakan warga yang tidak berprofesi sebagai pelacur tetapi dimanfaatkan
sebagai tempat pertokohan dan tempat tinggal pribadi (keluarga).
Jadi disimpulkan bahwa sejarah Berdirinya lokalisasi Klubuk Lokalisasi
sekitar tahun 1993. Awal mula keberadaan Lokalisasi tersebut adalah pindahnya
para pelacur atau pekerja seks komersial dari Lokalisasi Nguwok di Lamongan
dan Lokalisasi Tunggorono ke warung-warung pingir jalan yang sebelumnya
adalah juga tempat pelacuran. Seiring berjalannya waktu dan banyaknya para
pelacur yang berpindah dari Lokalisasi Tunggorono dan Lokalisasi Nguwok di
warung pinggir jalan tersebut, kemudian mereka berpindah ke Desa Sukodadi.
warga masyarakat Dusun Klubuk Desa Sukodadi tidak semua rumah dijadikan
tempat pelacuran dan tidak berprofesi sebagai pelacur atau PSK. Hal itu dapat
dilihat dari jumlah 38 KK rumah yang dijadikan pelacuran, 10 KK merupakan
rumah yang bukan dijadikan pelacuran atau rumah tangga biasa. Sedangkan
jumlah pelacur sebanyak 49 orang dari 112 orang yang tercatat sebagai warga
masyarakat Desa Sukodadi. Untuk jumlah germo menurut data yang diperoleh
sebanyak 5 orang. Keamanan lokalisasi Klubuk, dijaga oleh 5 hansip dan seluruh
warga Klubuk, dan apabila terjadi tindak kriminalitas yang dilakukan oleh
pendatang, pengunjung dari luar lokalisasi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak
POLSEK Kabuh. Untuk tata tertib mengenai jam operasi para PSK mengadakan
kesepakatan dengan warga sekitar yaitu mulai pukuk 11:00 WIB sampai pukul
00:00 WIB.
B. Pola interaksi sosial PSK dengan warga sekitar Lokalisasi Klubuk
Interaksi sosial merupakan suatu proses yang dapat memberikan pola
interaksinya. Pola interkasi sosial merupakan bentuk jalinan interaksi yang terjadi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok yang bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu.
Menurut Muhamad (2002: 130) komunikasi non verbal adalah penciptaan dan
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, melaikan menggunakan
bahasa isyarat seperti bahasa tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata,
kontak mata, exspresi wajah, kedekatan jarak, sentuhan, dan
sebagainya.Komunikasi non verbal terdiri dari:
1) Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi,
karena ekspresi wajah meruoakan cerminan emosi orang
2) Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
menggunakan kontak mata untuk berinteraksi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
3) Sentuhan merupakan bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian
yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat
dilakukan melalui sentuhan.
4) Postur tubuh dan gaya berjalan, cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
5) Sound (suara), rintihan, menarik nafas panjang, dan tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal
lainnyasampai desis atau suara dapat diartikan menjadi pesan yang sangat jelas.
6) Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan
isyarat sebagai total dari komunikasi seperti mengeuk-ngetukan kaki atau
menggerakan tangan selama berbicara menjukkan seseorang dalam keadaan
stres, bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.
Berdasarkan teori di atas ditemukan fakta bahwa pola interaksi sosial antara PSK
dengan warga sekitar lokalisasi Klubuk sangat baik. Adanya interaksi sosial yang
terjalin diantara PSK dan warga sekitar Lokalisasi Klubuk berpengaruh pada
kehidupan sosial masyarakatnya, karena setiap hari para PSK dan warga sekitar
loklaisasi sering bertemu sehingga membentuk perilaku sosial diantara para PSK
dan warga sekitar lokalisasi. Seperti yang dikemukakan Soekanto (1986 : 51)
bahwa “interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia”.
Adanya kontak dan komunikasi yang terjalin menjadi faktor penting
dalam kehidupan sosial para PSK dan warga sekitar lokalisasi. Kontak sosial yang
terjadi diantara para PSK dan warga sekitar lokalisasi umumnya terjadi secara
langsung, dimana para PSK dan warga lokalisasi bertatap muka dan dialog secara
langsung di kawasan Kubuk. Salah satu faktor agar para PSK diterima dengan
biak yaitu dengan cara melihat pola interaksi para PSK dengan warga sekitar
lokalisasi. Pola interaksi yang mereka lakukan yaitu dengan cara komunikasi
verbal. Jenis komunikasi verbal yang dimaksud yakni komunikasi dengan katakata secara langsung. Hal ini dibuktikan oleh adanya interaksi yang terjadi antara
PSK dan warga sekitar lokalisasi yaitu saling membaur dengan warga sekitar,
membaur dalam artian dimana dan kapanpun jika para PSK bertemu dengan waga
sekitar lokalisasi selalu bertegur sapa. Para PSK dan warga sekitar lokalisasi
melakukan kontak sosial dengan saling bertegur sapa dan saling membaur.
Adanya kontak dan komunikasi diantara para PSK dan warga sekitar lokalisasi
menjadi faktor yang menentukan untuk kelangsungan interaksi sosial yang ada
pada pada para PSK dan warga sekitar lokalisasi yang terjalin secara rutin karena
baik kontak dan komunikasi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Soekanto (1986:54-55), bahwa
suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat
yaitu adanya kontak dan komunikasi sosial serta keduanya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan artinya kontak tanpa komunikasi sosial tidak
akan berarti apa-apa dan begitu pula sebaliknya. Komunikasi dalam interaksi
sosial memiliki arti yang sangat penting karena komunikasi memberikan tafsiran
pada prilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap
serta perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang yang menjadi lawan
komunikasinya ini disebut dengan komunikasi non-verbal. Jenis interaksi non
verbal adalah komunikasi yang dilakukan degan tidak menggunakan kata-kata,
melaikan menggunakan bahasa isyarat seperti bahasa tubuh, sikap tubuh, vokal
yang bukan kata-kata, kontak mata, exspresi wajah, kedekatan jarak, sentuhan,
dan sebagainya. Terlebih dari itu kehidupan bermasyarakat yang saling gotongroyong dan rasa saling peduli juga tetap terjalin diantara PSK dan warga klubuk,
misalnya keikutsertaan para PSK dalam kegiatan warga Dusun Klubuk, jika ada
warga yang sedang sibuk mengadakan hajatan tidak menutup kemungkinan para
PSK juga ikut membantu dengan senang hati, dan juga apabila ada warga sekitar
yang kesusahan (meninggal dunia) para PSK itu menghargainya dengan wujud
menghentikan runtinitas yang biasa mereka lakukan seperti karaoke dengan para
tamu yang berkunjung ke Lokalisasi Klubuk, menutup wisma untuk sementara
sampai kegiatan warga sekitar lokalisasi selesai.
Interaksi sosial memiliki dua pola yaitu pola interaksi asosiatif dan
disosiatif. Kedua pola interaksi sosial terwujud dalam berbagai aktifitas sosial .
untuk pola interaksi asosiatif terbentuk seperti kerjasama, sedangkan pola
interaksi diasosiatif terbentuk dalam hal persaingan dan pertikaian, namaun dalam
hubungan interaksi sosial PSK dan warga sekitar Lokaliasasi Klubuk pola
interaksi disasosiatif tidak terjadi.
Pola interaksi asosiatif disini terjadi dalam bentuk kerjasama dan
akomodasi. Kerja sama dalam bidang ekonomi yaitu dalam aktifitas jual beli
terlihat pada aktifitas sehari-hari para PSK mendatangi dan saling berinteraksi di
warung atau toko milik warga sekitar lokalisasi. Antara PSK dan pedagang sering
melakukan kegiatan jual beli barang dikarenakan para PSK membutuhkan
pemenuhan kebutuhan akan barang yang disediakan oleh warga sekitar yang
berjualan. Kerja sama dalam hal perekonomian sangatlah penting peranannya
dalam meingkatkan kesejahteraan hidup manusia. Setiap orang pasti akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya jika tidak bekerja sama
dengan orang lain. Misalnya, PSK membutuhkan bahan makanan sehingga harus
berhubungan dengan pedagang tersebut. Begitu juga sebaliknya pedagang tersebut
juga membutuhkan uang dari para PSK itu untuk mengembalikan modal yang
digunakan para pedagang untuk membeli barang dagangannya. Kerja sama dalam
bidang sosial, kerja sama sosial PSK dengan warga sekitar lokalisasi berhubungan
dengan sikap tolong menolong dan saling membantu. Pola interaksi asosiai bentuk
akomodasi disini adalah warga pendatang baru yang menghuni Lokalisasi Klubuk
itu selalu membaur dengan warga sekitar lainnya.
C. Dampak keberadaan lokalisasi Klubuk di Desa Sukodadi Kabuh Jombang
Dampak sosial yang ditimbulkan dari keberadaan kompleks lokalisasi
Klubuk bagi masyarakat Desa Sukodadi adalah:
a. Adanya efek buruk terhadap kesehatan warga masyarakat Desa Sukodadi yang
sering mengunjungi dan memakai jasa PSK di kompleks Lokalisasi Klubuk
yaitu dengan adanya warga Desa Sukodadi yang mempunyai penyakit kelamin
“raja singa” dengan gejala yaitu timbul benjolan di sekitar alat kelamin.
Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan
hilang sendiri tanpa diobati, Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12
minggu setelah hubungan seks. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan salah
satu dengan pendapat Kartini Kartono (1981: 212-213) yang menyatakan
bahwa ada beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pelacuran atau prostitusi,
yaitu antara lain: “menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan
kulit. Penyakit yang banyak terdapat ialah syphilis, raja singa dan gonorrhoe
(kencing nanah)”. Berdasarkan temuan penelitian dan pendapat dari Kartini
Kartono diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan kompleks lokalisasi
Klubuk membawa dampak buruk bagi kesehatan warga Desa Sukodadi yang
mengunjungi dan memakai jasa PSK di komplek Lokalisasi Klubuk yaitu
dengan terkena gejala penyakit raja singa.
b. Keberadaan Lokalisasi Klubuk tersebut sedikit banyak meringankan beban
perekonomian warga sekitar yang berprofesi sebagai pedagang yang membuka
usaha warung dan toko. Bahkan ada warga pemilik toko yang dengan hasil
membuka toko dapat menyekolahkan anaknya sampai SMA. Jadi keberadaan
Lokalisasi Klubuk tidak hanya membawa dampak negatif, tetapi juga
membawa dampak positif yaitu menambahnya pendapatan pedagang di sekitar
kompleks lokalisasi.
c. Keberadaaan kompleks Lokalisasi Klubuk membawa dampak bagi
keberlangsungan rumah tangga beberapa warga yang sering mengunjungi
kawasan kompleks lokalisasi tersebut. Hal ini selaras dengan pernyataan dari
Kartini Kartono (1981: 212-213) bahwa “salah satu akibat dari ditimbulkan
oleh pelacuran atau prostitusi adalah merusak sendi-sendi kehidupan keluarga.
Suami-suami yang tergoda oleh pelacur biasanya melupakan fungsinya sebagai
kepala keluarga, sehingga keluarga dapat menjadi berantakan dan
menimbulkan perceraian”. Dengan demikian dampak yang ditimbulkan dari
adanya Lokalisasi Klubuk terhadap kehidupan rumah tangga adalah adanya
keretakan rumah tangga karena suami tertarik dengan pekerja seks komersial di
kompleks lokalisasi Klubuk.
d. Keberadaan musholah di area Lokalisasi Klubuk ini memberikan dampak
positif kepada masyarakat sekitar lokalisasi. Hal ini dibuktikan dengan
dimanfaatkannya mushola tersebut untuk menanamkan pendidikan keagamaan
kepada anak-anak warga sekitar lokalisasi dan juga dimanfaatkan warga untuk
sholat berjamaah. Dengan pendidikan agama secara tidak langsung juga
membentuk moralitas yang baik pada diri anak-anak warga lokalisasi dan
warga sekitar lokalisasi tersebut.
D. Persepsi masyarakat terhadap pola interaksi para PSK di lokalisasi
Klubuk
Prostitusi merupakan masalah sosial sebab keberadaannya di tengahtengah masyarakat sering membuat keresahan dan menggangu ketentraman
kehidupan sosial masyarakat. Selain dituding sebagai penyebab degradasi moral
masyarakat, prostitusi juga menjadi penyebab utama penyebaran penyakit
kelamin. Prostitusi tidak bisa dipandang sebagai masalah moral cultural belaka,
sebab bagaimanapun tidak bisa dilepaskan dari realitas sosial maupun kondisi
ekonomi yang melatarbelakanginya. Keberadaan Lokalisasi Klubuk di Desa
Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang sejak tahun 1993 sampai
sekarang. Persepsi warga mengenai pola interaksi yang dilakukan para PSK
tehadap warga sekitar mendapatkan respon positif karena kebanyakan masyarakat
sekitar Lokalisasi Klubuk merasa tidak terganggu akan kehadiran para PSK,
masyarakat sekitarpun menyadari kalau mereka dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dikarenakan sebagian besar memiliki latar belakang yang sama.
Disamping itu mereka juga sangat mentaati peraturan yang berlaku di masyarakat
sekitar.
Pola interaksi yang terjadi antara para PSK dan warga sekitar lokalisasi
Klubuk disadari oleh warga sekitar Lokalisasi Klubuk sebagai bentuk interaksi
yang bersifat positif, seperti halnya yang dikemukakan oleh Soekamto (1984: 45),
“Kontak sosial dapat bersifat positif , Kontak sosial yang bersifat positif mengarah
pada suatu kerja sama”. Jika pada kenyatanaya pola interaksi yang terjalin di
antara para PSK dan warga sekitar Lokalisasi Klubuk sangat baik dan bernilai
kerjasama, maka tidak ada alasan bagi warga sekitar Lokalisasi Klubuk untuk
tidak ingin hidup bermasyarakat, berdampingan dengan para PSK. Bagi warga
sekitar Lokalisasi Klubuk yang terpenting adalah ketentraman dan kerukunan,
selama para PSK tetap menjaga aturan-aturan yang telah disepakati bersama dan
sosialisasi antar warga berjalan dengan baik maka masyarakat sekitar Lokalisasi
Klubuk juga akan bersikap baik tanpa mengusik ketentraman para PSK. Untuk
masalah pekerjaan, warga sekitar Lokalisasi Klubuk tidak mempermasalahkanya,
mereka menganggap semua manusia berhak melakukan usaha dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup. Masalah pekerjaan bagi masyarakat sekitar
Lokalisasi Klubuk adalah urusan masing-masing dan tidak ingin ikut campur
untuk masalah pekerjaan para PSK.
E. Prospektif kebradaan lokalisasi Klubuk di Desa Sukodadi Kabbuh
Jombang
Pandangan bahwa prostitusi merupakan perilaku kotor dan tidak
bermoral serta salah satu penyakit sosial adalah fakta yang tidak dapat
terbantahkan lagi. Tapi tidak mungkin pula untuk menghapuskan prostitusi adalah
juga fakta tidak terbantahkan. Karena itu, penanganan prostitusi tidak dapat
dilakukan secara sembarangan dan tidak hanya melihat berdasarkan aspek moral
semata. Prostitusi adalah persoalan yang rumit dan terkait aspek sosial, budaya,
ekonomi, politik serta moral dan agama. Prostitusi merupakan satu sisi perilaku
manusia yang menurut mayoritas warga Dusun Klubuk Desa Sukodadi
Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang sebagai tindakan amoral. Akan tetapi,
kaidah-kaidah moralitas yang harusnya dijunjung tinggi, bagi sebagian besar
orang terutama oleh PSK perbuatan amoral ini dijadikan salah satu alternatif
kehidupan dengan motivasi yang berbeda-beda, karena faktor ekonomi, sosial dan
sebagainya.
Harapan sebagian masyarakat kepada PemKab agar segera menutup
lokalisasi kemungkinan belum bisa terealisasi. Sebab penutupan dalam waktu
dekat, belum akan dilakukan Pemkab, namun usaha untuk mengurangi jumlah
Pekerja Seks Komersial (PSK) akan tetap dilakukan. Agar Lokalisasi Klubuk
tidak berkembang, maka salah satu cara yang dilakukan oleh PemKab adalah
dengan menekan jumlah PSK agar tidak bertambah. Langkah lain yang ditempuh
oleh PemKab adalah dengan memberikan modal usaha bagi PSK dan germo di
Lokalisasi Klubuk agar dapat mencari altrnatif pekerjaan lain. Jika cara ini
berhasil, dalam waktu kedepan jumlah PSK akan semakin menurun dan lokalisasi
pasti akan tutup dengan sendirinya. Namun tanggapan dari sebagian masyarakat
yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan lokalisasi itu merasa dirugikan
apabila lokalisasi itu ditutup.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai pola
interaksi sosial PSK dengan masyarakat sekitar lokalisasi dan dampak yang
ditimbulkannya di lokalisasi klubuk di desa sukodadi kecamatan kabuh
kabupaten jombang dapat disimpulkan bahwa:
1. Lokalisasi Klubuk berdiri sekitar tahun 1993. Para pelacur atau pekerja seks
komersial di lokalisasi tersebut adalah pindahan dari lokalisasi Nguwok di
Lamongan dan lokalisasi Tunggorono. Tidak semua rumah di Dusun Klubuk di
jadikan sebagai tempat pelacuran. Jumlah pelacur sebanyak 49 orang dari 86
orang yang tercatat sebagai warga masyarakat Desa Sukodadi. Jumlah germo
di lokalisasi Klubuk sebanyak 5 orang. Masuk-keluarnya PSK sebagai pelacur
dilokalisasi tersebut sebagian besar PSK mengajak temannya untuk ikut
bekerja sebagai pelacur, dan para mucikari atau germo tidak pernah merekrut
para PSK untuk di jadikan pelacur. Keamanan di lokalisasi Klubuk dilakukan
oleh Hansip yang merupakan warga sekitar kompleks lokalisasi yang
berjumlah 5 orang. Tata tertib mengenai jam operasi, para PSK mengadakan
kesepakatan dengan warga sekitar yaitu mulai pukul 11:00 WIB sampai pukul
00:00 WIB.
2. Pola interaksi sosial antara PSK dengan warga sekitar lokalisasi Klubuk sangat
baik, keberadaan lokalisasi klubuk berpengaruh pada prilaku sosial masyarakat
lokalisasi dengan warga sekitar lokalisasi Klubuk. Adanya interaksi sosial yang
terjalin diantara PSK dan warga sekitar lokalisasi Klubuk berpengaruh pada
kehidupan sosial masyarakatnya, karena setiap hari para PSK dan warga sekitar
lokalisasi sering bertemu shingga membentuk perilaku sosial diantara para
PSK dan warga sekitar lokalisasi. Adanya kontak dan komunikasi yang terjalin
menjadi faktor penting dalam kehidupan sosial para PSK dan warga sekitar
lokalisasi. Kontak sosial yang terjadi diantara para PSK dan warga sekitar
lokalisasi umumnya terjadi secara langsung, dimana para PSK dan warga
lokalisasi bertatap muka dan dialog secara langsung di kawasan Kubuk. Salah
satu faktor agar para PSK diterima dengan biak yaitu dengan cara melihat pola
interaksi para PSK dengan warga sekitar lokalisasi. Aktifitas sehari-hari para
PSK mendatangi dan saling berinteraksi di warung atau toko milik warga
sekitar lokalisasi. Antara PSK dan pedagang sering melakukan kegiatan jual
beli barang dikarenakan para PSK membutuhkan pemenuhan kebutuhan akan
barang yang disediakan oleh warga sekitar yang berjualan.
3. Dampak sosial keberadaan lokalisasi klubuk bagi masyarakat Desa Sukodadi
Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang adalah: adanya efek buruk terhadap
kesehatan warga masyarakat Desa Sukodadi sering mengunjungi dan memakai
jasa PSK di kompleks lokalisasi Klubuk yaitu dengan adanya warga Desa
sukodadi yang mempunyai penyakit kelamin “raja singa” dengan gejala yaitu
timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-pusing
dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati, Ada bercak
kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks; keberadaan
lokalisasi Klubuk tersebut sedikit banyak meringankan beban perekonomian
warga sekitar yang berprofesi sebagai pedagang maupun yang membuka usaha
warung dan toko, bahkan ada warga pemilik toko yang dengan hasil membuka
toko dapat menyekolahkan anaknya sampai SMA; keberadaan lokalisasi
Klubuk membawa dampak buruk yaitu perceraian bagi keberlangsungan rumah
tangga beberapa warga yang sering mengunjungi kawasan kompleks lokalisasi
tersebut; Keberadaan musholah yang di bangun dengan uang swadaya
masyarakat lokalisasi yang tempatnya di area lokalisasi Klubuk ini
memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar lokalisasi.
4. Persepsi masyarakat dengan pola interaksi yang di lakukan PSk terhadap
warga sekitar lokalisasi Kluubuk mendapatkan respon positif karena
kebanyakan masyarakat sekitar Lokalisasi Klubuk merasa tidak terganggu
akan kehadiran para PSK, masyarakat sekitarpun menyadari kalau mereka
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dikarenakan sebagian besar
memiliki latar belakang yang sama. Disamping itu mereka juga sangat
mentaati peraturan yang berlaku di masyarakat sekitar. Bagi warga sekitar
lokalisasi Klubuk yang terpenting adalah ketentraman dan kerukunan, selama
para PSK tetap menjaga aturan-aturan yang telah disepakati bersama dan
sosialisasi antar warga berjalan dengan baik maka masyarakat sekitar
lokalisasi Klubuk juga akan bersikap baik tanpa mengusik ketentraman para
PSK. Untuk masalah pekerjaan, warga sekitar lokalisasi Klubuk tidak
mempermasalahkanya, mereka menganggap semua manusia berhak
melakukan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Masalah
pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokalisasi Klubuk adalah urusan masingmasing, warga sekitar lokalisasi Klubuk tidak ingin ikut campur untuk
masalah pekerjaan para PSK.
5. Harapan sebagian masyarakat kepada PemKab agar segera menutup lokalisasi
kemungkinan belum bisa terealisasi. namun usaha untuk mengurangi jumlah
Pekerja Seks Komersial (PSK) akan tetap dilakukan. Agar lokalisasi Klubuk
tidak berkembang, maka salah satu cara yang dilakukan oleh Pemkab adalah
dengan menekan jumlah PSK agar tidak bertambah. Langkah lain yang
ditempuh oleh Pemkab adalah dengan memberikan modal usaha bagi PSK dan
germo di lokalisasi Klubuk agar dapat mencari altrnatif pekerjaan lain. Jika
cara ini berhasil, dalam waktu lima tahun jumlah PSK akan semakin menurun
dan lokalisasi pasti akan tutup dengan sendirinya. Namun tanggapan dari
sebagian masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan
lokalisasi itu merasa dirugikan apabila lokalisasi itu ditutup.
Saran
Dari hasil penelitian terhadap pola interaksi sosial PSK dengan masyarakat sekitar
lokalisasi dan dampak yang ditimbulkannya di lokalisasi klubuk di desa
sukodadi kecamatan kabuh kabupaten jombang, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada warga lokalisasi Klubuk agar tetap menjaga kerukunan terhadap warga
sekitar lokalisasi untuk menjalin tali silahturahmi yang lebih baik dan kususnya
kepada yang berpropesi sebagai germo dan PSK agar menerima dana sosial
yang diberikan Pemerintah Kabupaten Jombang untuk alih profesi yang lebih
baik. Agar masyarakat sekitar tidak memandang sebelah mata karena satatus
pekerjaan yang dianggap bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
2. Warga masyarakat Desa Sukodadi sebaiknya senantiasa menjaga keharmonisan
rumah tangga khususnya sang suami agar tidak terpengaruh dengan keberadaan
lokalisasi.
3. Pemerintah Kabupaten Jombang sebaiknya lebih tegas dalam menangani
keberadaan lokalisasi Klubuk dan memberikan pembinaan terhadap para PSK
agar memiliki keterampilan lain yang lebih baik.
4. Warga masyarakat Desa Sukodadi agar lebih meningkatkan kualitas iman dan
takwa kepada Tuhan YME agar tidak terpengaruh oleh keberadaan lokalisasi
Klubuk.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kartinah, Dwi. 2009. Permasalahan Sosial Di Sekitar Kita. (Online),( http://kupukupu-anime.blogspot.com/) diakses 10 januari 2013..
Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial Jilid I. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Koentjoro. 2004. On The Spot: Tutur dari Seorang Pelacur. Yogyakarta: CV
Qalams.
Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat.
Bandung: PT CitraAditya Bakti.
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik Komunikasi Lintas Budaya
Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Moleong, Lexy.2007.Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organsasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:CV. Rajawali.
Suranto, 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Universitas Negeri Malang.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang
Download