- Baznas

advertisement
PANDUAN SYAR’I
ZAKAT PROFESI UNTUK PNS, TNI, POLRI PROFESIONAL DAN PENGUSAHA
DI KABUPATEN CIAMIS
A. Ketentuan Umum
Dalam Panduan ini, yang dimaksud dengan :
1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
pengawasan terhadap pengumpulan data pendistribusian serta pendayagunaan zakat yang
pelaksanaannya dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat.
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh
orang muslim atau badan yang sesuai dengan ketentuan agama Islam untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya melalui Badan Amil Zakat
Muzakki adalah orang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim dan memiliki harta yang
sudah memenuhi kewajiban untuk menunaikan zakat
Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat
Badan Amil Zakat adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola zakat dan
harus memepertanggung-jawabkannya sesuai syari’ah dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pegawai Negeri Sipil, TNI dan ataupun POLRI yang gaji dan atau pendapatan lainnya dalam
satu tahun sudah mencapai nisab zakat, maka wajib mengeluarkan zakatnya yang masuk
dalam katagori Zakat Profesi.
Profesional yang pendapatannya dalam satu tahun mencapai nisab zakat, maka wajib
mengeluarkan zakatnya yang masuk dalam katagori Zakat profesi.
Pengusaha yang pendapatannya dalam satu tahun sudah mencapai nisab zakat, maka wajib
mengeluarkan zakatnya yang masuk dalam katagori zakat profesi dan zakat perdagangan.
Tata cara perhitungan nisab zakatnya diatur menurut syari’ah.
Penuaian zakat PNS, TNI, dan POLRI di Kabupaten Ciamis, diserahkanmelalui Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) dilingkungan OPZ dan atau melalui kesatuannya masing-masing
yang selanjutnya disetorkan kepada BAZ Kabupaten Ciamis.
Penuaian zakat dari kalangan Profesional dan atau Pengusaha bisa diserahkan langsung
kepada BAZ Kabupaten Ciamis atau melalui mekanisme perbankan.
B. Hukum Sekitar Zakat
1. Pengertian zakat menurut Lughoh (Bahasa) adalah ; (1) Nama yang artinya kesuburan
(2)Thaharah yang artinya kesucian (3) Barokah yang artinya keberkahan (4) Tazkiyyah
Tathhir yang artinya mensucikan, semua itu dipakai dalam kalimat-kalimat Hukum Syara’
Pengeluaran harta dengan sebutan zakat, hal ini disebabkan, Pertama; karena zakat yang
dikeluarkan seseorang merupakan sebab yang diharapkan mendatangkan kesuburan dan
keberkahan, dalam arti mendatangkan kesuburan pahala serta datangnya kesuburan serta
kebarokahan harta untuk dirinya sendiri sebagai muzaki dan menyebabakan datangnya kesuburan
dan kebarokahan bagi penerimaan zakat (mustahiq), sehingga sipenerima zakat bisa melepaskan
dirinya dari kemiskinan, dan dengan terlepasnya dari kemiskinan teersebut maka diapun akan bisa
melepaskan diri dari keterbelakangan, kebodohan dan bahkan dari kekufuran, sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Ar-Rum (30) ayat 39,
‫تَ َِ َا بَ مملَب َْ مَ َ ف َ َ َب َمت لَاَ مبا َ مْ مَ مْ تَ يَتَآ ا َ َم‬
‫ف َ َ َِعَب َيَْاَ َم َْ مفي َم م‬
َ ََ‫و َأفَبَْ ب َبَْ َبنم َُ َب َمت لَا َ مبا َ مْ مَ مْ َملَت َيبَ ممل ََب ََِ ْ َ مم َبف َب في‬
Yang artinya ; Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada manusia,
maka riba itu tidak akan menambah pada sisi Allah, dan apa-apa yang kamu berikan berupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah, maka orang (yang berbuat demikian) itu
adalah orang-orang yang melipat gandakan harta dan pahalanya.
Kedua ; karena zakat yang dikeluarkan seseorang, merupakan kenyataan bagi kesucian dirinya
sendiri dari kekikirin dan dosa, sebagaimana dijelaskan para ulama fiqh, yaitu Abul Hasan al-Wahidi,
Al-Imam An Nawawi, Abu Muhammad ibnu Qutaibah, Ibnul A’rabi dalam kitab Subulussalam dan AlMughni beliau mengatakan bahwa zakat itu mensucikan, mempeerbaiki, menguburkan serta
membarokahkan harta serta dirinya sendiri, maka barang siapa yang mempunyai harta yang ada
pada zakatnya, kemudian tidak dikeluarkannya maka hartanya akan binasa.
2. Pengertian zakat menurut Syari’at, dalam hal ini Imam Al Mawardi dalam Kitab Al hawi
mendefinisikan zakat itu sebagai berikut ; Zakat itu adalah nama bagi pengambilan tertentu,
dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu serta untuk di berikan pada golongan-golongan
tertentu. Maksudnya bahwa yang dimaksud dengan zakat itu adalah pengambilan dan
pemisahan dari harta ysng dimiliki seseorang yang telah ditentukan jenis dan kriterianya
untuk selanjutnya di kumpulkan oleh suatu badan tertentu yang kemudian di berikan kepada
mereka yang telah di tentukan untuk menerimanya, sebagaimana yang telah di tentukan
Syara, orang yang mengeluarkan zakat disebut Muzakki, yang mengumpulkan disebut
Amilin dan yang menerima disebut Mustahiq
.
3. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat di fahami bahwa zakat itu adalah ;
4. Mensucikan harta, yaitu bahwa harta itu di sucikan dengan zakat dengan maksud harta itu di
5.
6.
7.
8.
9.
10.
pisahkan mana yang menjadi haknya pemilik harta dan mana yang menjadi haknya orang
lain sehingga tidak bercampur. Manakala harta itu bercampur dan tidak dikeluarkan zakatnya,
maka harta itu sudah dianggap tidak suci lagi.
Mensucikan diri yaitu bahwa dirinya di sucikan dengan zakat, dengan mansud bahwa dia di
sucikan dari dosa menahan dan menyembunyikan harta orang lain.
Menyuburkan pahala dan harta, yaitu menyuburkan pahala dalam melaksanakan hokum
Allah dan menyuburkan hartanya sehingga dengan adanya zakat yang dikeluarkan
seseorang bisa melepaskan orang lain dari jurang kefakiran dan kemiskinan. Dengan adanya
zakat ini bisa merubah mustahiq menjadi muzakki.
Membarokahkan, yaitu dengan adanya zakat maka dia akan lebih mendekatkan diri kepada
Allah dan mendekatkan dirinya dengan orang lain. Yang dimaksud mendekatkan dirinya
kepada Allah, bahwa pada hakikatnya ketika seseorang mengeluarkan zakatnya, berarti dia
telah mensyukuri akan segala kelebihan nikmat harta duniawi yang diberikan kepadanya,
maka Allah akan lebih menambah banyak rizkinya.Adapun yang dimaksud dengan lebih
mendekatkan dirinya dengan orang lain di karenakan amalnya sebagai bukti tumbuhnya rasa
kepedulian dan rasa solidaritas social yang tinggi yang akan menghilangkan jurang
kesenjangan social, serta menjadi sebab tumbuh dan berkembangnya rasa saling hormat
menghormati, harga menghargai, kasih saying serta akan menghilangkan rasa permusuhan
dan pertentangan.
Rukun dan Syarat Zakat
Rukun syarat zakat menurut kesepakatan Jumhur Fuqoha, sebagaimana yang di jelaskan
oleh Imam Az-Zarkoni dalam kitab Al-Muwaththo, yaitu Rukunnya adalah Ikhlas dan
Syaratnya adalah Sebab.
Rukun Ikhlas, adalah bahwa zakat harus di kelurkan dengan ikhlas. Artinya ketika seseorang
mengeluarkan zakatnya itu semata-mata karena ketaatan, kepatuhan serta ketundukan
melaksanakan ketentuan hokum dan perintah Allah sebagai pembuktian keimanan dan
ketaqwaan. Maka ketika seseorang tidak mau melaksanakan dan mengeluarkan zakatnya,
maka dia terkene sangsi hokum, yaitu ; Pertama, sangsi dunia, dia masih dianggap
berhutang keduniawian, karena orang lain serta Kedua, sangsi akhirat ; dia akan mendapat
siksa di akhirat karena dirinya berdosa tidak mentaati perintah dan ketentuan Allah dan
harrtanya masih kotor karena tidak disucikan dengan zakat. Sehingga barang siapa yang
belum membayar zakatnya, maka dia dipandang masih berhutang kepada Allah dan
beerhutang kepada manusia (yang berhak menerima zakat).
Hal ini merujuk pada dalam kitab Al Majmu 5 : 337, Imam Ibnu Qudamah mengatakan ; bahwa
apabila seseorang meninggal dan atasnya ada kewajiban zakat yang belum dikeluarkannya, maka
hendaklah diambil dan dikeluarkan zakatnya dari harta peninggalannya, karena tidak gugur zakat dari
pada dirinya disebabkan karena meninggalnya dan utang zakatnya ini harus didahulukan dari pada
wasiatnya. Ketentuan disepakati pula oleh ; Imam Atha, Al-Hasan, Az-Zuhri, Imam Abi Qotamah,
Imam Asy-Syafi’I, Imam Ishak, Ibnu At-Tsaur dan Ibnu Mundzir.
1. Syaratnya Sebab, adalah ; sebab harta yang dimilkinya sudah mencapai ukuran nisab zakat.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Maka ketika seseorang sudah mengeluarkan zakat dari harta yang dimilikinya, maka di
terbebas dari kewajiban utang duniawi, karena dia telah mengeluarkan hak orang lain
(mustahiq) dan akan mendapat pahala di akhiratsebagaimana telah di janjikan Allah karena
dia telah suci dari dosa dan suci dari kotoran harta.
Macam-macam Zakat
Menurut garis besarnya zakat dibagi dua, Pertama ; Zakat Nafs (zakat badan atau zakat
fitrah) dan Kedua ; Zakat Maal (zakat harta)
Zakat Nafs (zakat badan atau zakat fitrah) adalah yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan,
yang merupakan bagian dari kewajiban Shaum Ramadhan, yang ukuran dan jenisnya selama
ini berjalan adalah 3,1/3 liter atau 2,1/2 kg beras, dan bisa dibayar dengan nilai harga beras
yang biasa dimakan oleh orang yang berzakat tersebut.
Zakat Maal (zakat harta) dalam hal ini Dr. Yusuf Qordowi, Membaginya menjadi 11 macam
zakat, yaitu ;
Zakat binatang ternak
Zakat mas dan perak
Zakat perdagangan
Zakat pertanian
Zakat produksi hewan
Zakat barang tambang
Zakat hasil laut
Zakat investasi pabrik, gedung
Zakat hasil pencaharian
Zakat profesi
Zakat saham dan obligasi.
PENGERTIAN ZAKAT PROFESI
Profesi adalah pekerjaan seseorang yang karena profesinya di laksanakan oleh dan atau atau untuk
pihak lain, baik pemerintah, perusahaan maupun perorangan yang karena pekerjaannya
mendapatkan upah atau gaji dan atau pendapatan lainnya seperti honorarium.
Dalam hal ini di Indonesia, yang di sebut Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI dan ataupun POLRI adalah
pegawai yang diangkat oleh pemerintah dan mendapatkan gaji yang diatur oleh Undang-undang dan
di susun anggaranya tiap tahun dan masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan pemberian gajinya diberikan tiap bulan. Dalam hal kaitannya dengan zakat maka
dimasukkan dalam katagori zakat penghasilan dari profesinya tersebut maka disebut Zakat Profesi.
Jatuhnya kewajiban zakat dari hasil profesinya tersebut dikarenakan yang bersangkutan
mendapatkan gaji terus menerus sepanjang tahun. Apabila jumlah gajinya telah mencapai nisab
dalam satu tahun, maka ditetapkan untuk wajib mengeluarkan zakat karena terdapat illat (penyebab)
yang menurut Fuqoha adalah sah dan nisab merupakan landasan di wajibkannya zakat ( Ad-Dirasah
Al-Ijtimaiyyah ; 248, Yusuf Qordhowi; Fiqh Zakat : 460)
UKURAN NISAB ZAKAT PROFESI
Dalam menghitung ukuran nisab zakat profesi, khususnya di lingkungan PNS, TNI dan POLRI,
Profesional dan Pengusaha dihitung dari penghasilan gaji dan atau pendapatan lainnya dalam satu
tahun, karena perlu dipahami bahwa gaji dan atau tunjangan lainnya telah diatur tiap tahun dan
ditetapkan dalam Undang-undang APBN dan diberikan gajinya tiap bulan.
Oleh karena itu, untuk menghitung zakat dari jumlah gaji yang diterimanya tiap bulan dalam kaitan
dengan hitungan ukuran nisabnya, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Ukuran nisab dihitung dalam jumlah satu tahun dan nisabnya dimasukkan dalam katagori Zakat Maal,
yaitu 2,5% X (85 gram x harga mas), contoh :





Harga 1 gram emas Rp. 270.000,Maka ukuran nisab zakatnya pertahun adalah ; 85 gram X Rp.270.000,- = Rp. 22.950.000,Zakatnya pertahun adalah 2,5% X Rp. 22.950.000,- = Rp. 573.750,Jika dihitung perbulan, maka pendapatan gajinya tiap bulan adalah Rp. 22.950.000,- : 12 =
Rp. 1.912.500,Jika dihitung zakat yang dikeluarkannya tiap bulan maka : 2,5% X Rp. 1912.500,- = Rp.
47.812,-
Dengan demikian maka :
1. Jika PNS, TNI dan ataupun POLRI yang jumlah penerimaan gajinya dalam satu tahun
2.
mencapai jumlah Rp.22.950.000,- dan atau tiap bulannya menerima gajinya dalam satu tahun
mencapai jumlah Rp. 22.950.000,- dan atau tiap bulannya menerima gaji sebesar Rp.
1.912.500,- maka sudah masuk katagori wajib zakat.
Jika tiap bulan penerimaan gajinya lebih dari Rp. 1.912.500,- maka cara menghitung
zakatnya adalah sebagai contoh berikut :
Gaji yang diterima tiap bulannya Rp. 2.500.000,- , maka menghitung zakatnya adalah : 2,5% X Rp.
2.500.000,- = Rp. 62.500,-
3. Jika yang bersangkutan mendapatkan tunjangan lain diluar gajinya, maka cara
menghitungnya adalah :
- Gaji yang diterima…………………………….Rp. 2.500.000,- Tunjangan lainnya…………………………….Rp. 1.000.000,Jumlah ………………………………………Rp. 3.500.000,Maka menghitung zakatnya adalah : 2,5 % X Rp. 3.500.000,- = Rp. 87.900,-
4. Jika yang bersangkutan mendapat tunjangan lain di luar gajinya, maka cara menghitungnya
adalah :
- Gaji yang diterima ……………………………Rp. 2.500.000,- Insentif bulanan ………………………………Rp. 1.000.000,- Tunjangan lainnya ……………………………Rp. 1.000.000,Jumlah ………………………………………..Rp. 4.500.000,Maka menghitung zakatnya adalah : 2,5% X Rp. 4.500.000,- = Rp. 112.500,-
PANDUAN SYAR'I
ZAKAT PROFESI
UNTUK PNS, TNI, POLRI,
PROFESIONAL, DAN PENGUSAHA
DI KABUPATEN CIAMIS
DITERBITKAN OLEH :
BAZ KABUPATEN CIAMIS
TAHUN 2010
Download