Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Ekonomi melalui Pengembangan Sistem Informasi yang Berkualitas Keynote Address Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia Pada Acara Pertemuan Gubernur Bank Indonesia dengan Pelapor Jakarta, 2 November 2014 Yang kami hormati, • Menteri Keuangan Bapak Bambang Brodjonegoro • Menteri ESDM, Bapak Sudirman Said • Kepala SKK Migas, Bapak Amien Sunaryadi • Dirjen Bea Cukai, Bapak Agung Kuswandono • Meneg BUMN, diwakili Bapak Sahala Lumban Gaol • Menko Kemaritiman, diwakili Bapak Safri Burhanudin • Anggota VII BPK, Bapak Achsanul Qosasi • Anggota II BPK, Bapak Agus Joko Pramono Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera untuk kita semua 1. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya kita dapat berkumpul pada pagi hari ini dalam suasana yang sangat baik. 2. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami atas nama seluruh anggota Dewan terimakasih atas Gubernur Bank Indonesia, kehadiran Bapak/Ibu sekalian, menghaturkan yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya yang cukup padat 1 untuk menghadiri acara pertemuan kami dengan Bapak/Ibu sekalian sebagai mitra kerja Bank Indonesia. 3. Harapan besar kami, acara pertemuan ini akan bermanfaat sebagai sebuah wadah untuk memperat jalinan silaturahmi dan komunikasi antara kami sebagai pemangku kebijakan di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, dengan pelaku utama dunia usaha seperti Bapak/ibu sekalian yang berperan besar dalam memutar roda perekonomian. Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati 4. Kita saat ini berada dipenghujung tahun 2014, dan tidak lama lagi akan membuka lembaran baru tahun 2015. Meskipun masih banyak beban persoalan struktural yang belum tuntas dibenahi, kita boleh mengatakan tahun 2014 adalah tahun penuh catatan-catatan keberhasilan. 5. Tahun 2014 adalah tahun puncak proses transisi politik dimana kita berhasil melaksanakan pemilu yang sangat demokratis dengan damai, jujur, dan adil. Kita meyakini demokrasi yang terbangun sudah semakin terkonsolidasi dan sistem Pemerintahan dan berbagai perangkat birokrasi akan semakin efektif dalam menjalankan tugasnya. 6. <Slide 3> Pada tahun ini juga adalah tahun kita kembali meraih stabilitas makro, setelah selama semester kedua tahun 2013 lalu kapabilitas kita dalam mengelola stabilitas ekonomi memperoleh ujian berat akibat dimulainya proses normalisasi kebijakan moneter di AS, bersamaan dengan meningkatnya inflasi sebagai dampak lanjutan 2 kenaikkan harga BBM. Pada Juni 2013 tercatat capital outflows sebesar USD 4,1 miliar 7. <Slide 4> Kita patut bersyukur, langkah kebijakan tegas, proaktif, dan konsisten yang ditempuh Pemerintah dalam mereformasi fiskal dan Bank Indonesia dalam menempuh kebijakan moneter yang konsisten pro-stabilitas, telah menumbuhkan kepercayaan pelaku ekonomi dan pasar terhadap kualitas pengelolaan kebijakan makroekonomi, mengarahkan ekonomi pada struktur yang lebih berimbang, dan mencegah kemerosotan ekonomi yang dalam atau hard landing 8. <Slide 5>. Dalam menjalankan mandatnya sebagai pengawal stabilitas, Bank Indonesia harus senantiasa konsisten dalam bersikap dan proaktif dan tegas dalam mengambil langkah. Konsistensi dan proaktif, keduanya menjadi kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat, sehingga terbangun kredibilitas kebijakan, yang pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas kebijakan itu sendiri, dengan trade-off yang minimal 9. <Slide 6> Pada 18 November 2014 lalu, kami bahkan menegaskan kembali konsistensi dan langkah proaktif untuk menempuh kebijakan moneter berorientasi pro-stabilitas, yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,75%. Kebijakan ini sebagai langkah pre- emptive untuk meminimalkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada 17 November, pada tekanan inflasi kedepan. Kami ingin memastikan, bahwa tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM hanya bersifat sementara, dan laju inflasi serta ekspektasinya 3 kedepan tetap terjangkar pada kisaran sasaran inflasi jangka menengah yaitu 4±1% 10. <Slide 7> Kami meyakini, dengan inflasi dan ekspektasinya yang terjangkar pada laju yang rendah, tabungan riil dan daya beli masyarakat tidak akan tergerus, sehingga menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi dan laju pengentasan kemiskinan yang lebih kuat kedepan. Selain itu, inflasi yang terjaga rendah dan stabil relatif terhadap nilai tukar negara peers akan membuat nilai tukar rupiah secara real (Real Effective Exchange Rate) menjadi lebih kompetitif sehingga meningkatkan daya saing kinerja ekspor kita di pasar dunia 11. <Slide 8>. Kebijakan menaikkan suku bunga juga untuk memastikan bahwa defisit neraca transaksi berjalan yang sudah berlangsung selama tiga tahun, tetap terkendali di sekitar 2.5 – 3 persen dari PDB dan tidak membesar. Defisit neraca transaksi berjalan yang terkendali sangatlah penting untuk memastikan perekonomian nasional dapat tumbuh kuat dan berimbang, serta penciptaan lapangan kerja dapat terus berlanjut 12. Lebih dari pada itu, kami ingin memastikan kepercayaan investor – tentang keseluruhan konsistensi dan kualitas pengelolaan kebijakan ekonomi makro Indonesia – tetap kuat, ditengah semakin dekatnya peningkatan suku bunga global kedepan. Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati 13. Kita berharap kestabilan makro yang terpelihara sepanjang 2014 sebagai prasyarat penopang (element of continuity) kesinambungan pertumbuhan ekonomi ke depan, akan tetap terjaga. Ini mengingat 4 tahun 2015 yang akan kita masuki adalah tahun yang sarat badai tantangan. 14. Rasanya kita cukup mahfum bahwa perubahan konstelasi ekonomi global sejak krisis 2008 lalu yang terasa begitu luas dan mendalam, telah memunculkan berbagai tantangan baru, yang semakin komplek dalam pengelolaan stabilitas makroekonomi. Kejutan eksternal dan ketidakpastian seakan-akan adalah sebuah dimensi konstan yang terus menerus mengikuti langkah kita. 15. Di tengah kuatnya arus globalisasi dimana negara dan kawasan saling terkait dalam hubungan yang semakin kompleks, setiap perumusan dan implementasi kebijakan ekonomi pasti akan berhadapan dengan keniscayaan tentang “kepastian dan ketidakpastian”. Hal yang pasti adalah bahwa setiap perekonomian yang terbuka seperti Indonesia akan menghadapi shock global dengan tipe, yang tidak selamanya sama-sebangun. Sedangkan, “hal yang tidak pasti” adalah tentang kapan shock global tersebut akan terjadi, berapa besarnya, dan bagaimana bentuknya. 16. <Slide 9> Meskipun perkenomian global secara siklikal sedang pulih (cyclical expansion), namun masih terlalu rendah dan tidak berimbang, serta rentan terhadap shock. Ekonomi AS dan Inggris memang tengah mengalami pemulihan yang solid, namun ekonomi Euro dan Jepang sebaliknya masih terperangkap dalam stagnasi dan ancaman deflasi. Di AS dan Inggris, penyehatan sektor perbankan dan penurunan beban utang (deleveraging) sektor rumah tangga berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan kawasan Euro. Demikian pula, kebuntuan politik fiskal (fiscal drag) di AS, mampu ditangani lebih 5 cepat. Efek tunda dari episode suku bunga rendah yang sudah berlangsung lama dan ruang fiskal yang lebih luas, akan menjadikan roda perekonomian AS berputar lebih cepat 17. Sementara itu, ekonomi Tiongkok tengah mengalami transisi struktural dari era pertumbuhan ekonomi dua digit melambat ke era “new normal” sekitar 7,0 persen. Ini disebabkan oleh menuanya populasi penduduk menyeimbangkan dan koreksi kembali kebijakan (rebalancing) pemerintah struktur untuk pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan investasi di bidang infrastruktur dan prasarana industri, serta pengendalian ekpansi sektor perumahan yang sangat pesat. 18. <Slide 10> Konsekuensi logis dari perubahan konstelasi ekonomi global tersebut akan mewarnai “tema utama global” pada tahun 2015, yaitu divergensi kebijakan moneter global, dimana the US Federal Reserve akan melakukan normalisasi suku bunga, sedangkan European Central Bank dan Bank of Japan akan tetap bertahan dengan kebijakan moneter ulta akomodatif 19. <Slide 11> Episode normalisasi suku bunga di AS diperkirakan akan berlangsung cukup lama dan bertahap, untuk memastikan peningkatan suku bunga tidak berlangsung. mengganggu Divergensi ekspansi kebijakan ekonomi moneter yang tengah ini sudah direpresentasikan dalam bentuk menguatnya mata uang dollar AS sejak pertengahan 2014 lalu. Sejalan dengan panjangnya episode normalisasi suku bunga ke depan, penguatan dollar AS akan berlangsung dalam beberapa tahun ke depan. Keketatan likuiditas 6 dollar diperkirakan akan di alami di negara berkembang dengan dengan fundamental ekonomi yang lemah 20. Penguatan dollar AS juga ditopang oleh menurunnya defisit perdagangan AS karena meningkatnya produksi minyak domestik sebagai buah dari inovasi teknologi terkini dalam eksplorasi ladang minyak. Menurunnya harga minyak dalam beberapa bulan terakhir merupakan symptom dari keberhailan inovasi teknologi tersebut ketimbang karena melemahnya ekonomi global. Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati 21. Bagaimana angin haluan global yang kencang ke depan berpengaruh terhadap Emerging Market termasuk Indonesia? Kami memperkirakan negara Emerging Market yang lebih awal membangun kapabilitas kekuatan fundamental ekonomi melalui reformasi structural, diperkirakan akan memiliki daya risiliensi stabilitas makro yang cukup baik. 22. <Slide 12>. Sebaliknya, investor global diperkirakan tidak akan toleran terhadap negara Emerging Market dengan banyak permasalahan fundamental, seperti defisit neraca transaksi berjalan, defisit pada keseimbangan primer anggaran, serta lemahnya kemampuan dalam mengedalikan utang luar negeri dan inflasi 23. Perubahan keseluruhan konstelasi geo-moneter tersebut yang berpotensi menimbulkan shock global ke depan tidak dapat kita pandang remeh. Kemampuan ekonomi kita untuk terus tumbuh bersinambung dan risiliensinya yang kuat terhadap shock global akan tergantung pada langkah konkrit dan cepat dalam mengatasi 7 beberapa kendala struktural, yang sudah menetap dari tahun ke tahun. 24. <Slide 13> Defisit neraca transaksi berjalan yang sudah berlangsung tiga tahun ini, dan menjadi penghambat (binding constraint) bagi ekonomi kita untuk tumbuh lebih tinggi, juga merupakan cermin besar yang merefleksikan beberapa kelemahan struktural, termasuk kelemahan pada struktur produksi domestik. Selama ini, ketergantungan kita yang tinggi pada ekspor SDA bernilai tambah rendah telah membuat kinerja ekspor rentan terhadap fluktuasi harga. Selain itu, kemampuan kita untuk mengekspor barang bernilai tambah tinggi, baik dengan memanfaatkan faktor produksi domestik maupun dengan impor barang antara, juga masih sangat lemah 25. Sebagai negara berkembang, kita menyadari bahwa defisit teknologi menyebabkan kita masih harus mengimpor barang modal dan barang antara. Namun, impor teknologi tersebut bukanlah kendala jika kita mampu menjadi sentra produksi bagi manufaktur berorientasi ekspor. 26. <Slide 14> Kami juga mencatat langkah-langkah untuk menurunkan tingkat risiko mikro dunia usaha sudah sangat mendesak, agar iklim investasi di seluruh pelosok negeri akan lebih baik kedepannya, sebagai hasil dari perbaikan pada (i) kemudahan berusaha, (ii) kualitas layanan publik serta tata kelolanya, dan (iii) penguatan kualitas SDM di birokrasi 27. Oleh karena itu, kami menyambut baik dan mendukung sepenuhnya tekad “Kabinet Kerja”, dalam mempercepat langkah reformasi 8 struktural untuk membangun lingkungan pendukung (enabler) yang lebih kuat bagi peningkatan investasi. Perbaikan efisiensi perekonomian secara keseluruhan akan menjadikan Indonesia sangat menarik, tidak hanya karena ukuran pasar domestik yang besar, tapi juga sebagai basis produksi global. Bapak/Ibu sekalian yang berbahagia 28. Beberapa krisis di masa lalu memberikan pelajaran berharga, bahwa ditengah kuatnya arus globalisasi, kita dituntut semakin cepat dan proaktif dalam mengenali permasalahan dan mengambil keputusan. Keterlambatan kita dalam merespon shock global, seringkali membuat kita kehilangan momentum yang membawa konsekuensi pada besarnya biaya yang harus ditanggung oleh perekonomian. 29. <Slide 15> Di era dimana dana-dana global mengalir tanpa mengenal batas negara (cross border capital flows), krisis ekonomi di suatu negara dapat merambat dengan cepat ke negara lain. Ini menyebabkan frekuensi krisis ekonomi global menjadi semakin sering, dengan siklus yang memendek dalam dua dekade terakhir ini. Dalam kondisi demikian, sikap proaktif dan kecepatan dalam mengambil keputusan semakin penting mengingat shock gejolak global selalu berpeluang untuk muncul kembali Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati 30. Beberapa episode krisis di masa lalu juga memberikan pelajaran bahwa ketidak-tersediaan data statistik dan informasi dengan cakupan yang luas, tepat waktu (timely), dan akurat melemahkan kapasitas pemangku kebijakan untuk merespon dan mengambil kebijakan yang tepat waktu dan efektif (effective policy making). 9 31. Namun, respon kebijakan yang efektif juga tidak hanya memerlukan data yang terstruktur tapi juga yang tidak terstruktur, termasuk data dan infomasi untuk menangkap beberapa kerentanan yang mengemuka akibat pengambilan risiko yang berlebihan (excessive risk-taking) dan penumpukkan “leverage” pada beberapa sektor ekonomi. Terkait ini kami sedang merintis pengembangan neraca nasional, untuk menangkap berbagai kerentanan yang melekat pada neraca lembaga keuangan dan non-keuangan, korporasi, serta sektor publik dan rumah tangga perlu. 32. Mempertimbangkan pentingnya ketersediaan data dan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sebagai fondasi dalam melakukan asesmen ekonomi dan perumusan kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, Bank Indonesia juga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas data/informasi. Ini ditempuh antara lain melalui pengembangan sistem dan metodologi pengumpulan data yang semakin maju dan terintegratif. 33. Berbagai data dan informasi baik yang berupa data yang terstruktur maupun tidak terstruktur, anekdotal akan terus diperkuat dan ditingkatkan. Selain itu, sumber data atau pelapor juga terus diupayakan untuk diperbanyak, sehingga mencakup tidak hanya pelaku usaha di sektor keuangan tetapi juga semakin diperluas sehingga mencakup pelaku usaha (korporasi) dan masyarakat umum (individu). 34. Ke depan keseluruhan data dan informasi yang kami peroleh baik dalam bentuk data terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur akan menjadi bagian dari sistem informasi yang berbasis “big data” 10 Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati 35. Kami menyampaikan apresiasi kepada Bapak/Ibu sekalian sebagai pelapor dalam penyampaian laporan kepada Bank Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Ini terjadi karena adanya sinergi yang baik antara Bank Indonesia dan para pelapor, melalui sosialisasi maupun konsultasi secara bilateral (coaching and clinic) untuk membantu para pelapor memahami ketentuan pelaporan. 36. Kami akan terus berupaya agar para pelapor memperhatikan dan menerapkan dua hal penting dalam pelaporan, yaitu tepat waktu dan tepat kualitas. Hal ini kami lakukan mengingat kualitas data yang baik dari pelapor akan menentukan kualitas informasi maupun statistik yang disajikan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya, kualitas data yang baik akan meningkatkan pula kualitas kebijakan Bank Indonesia. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Tuhan YME senantiasa melindungi, meridhoi dan meringankan langkah kita. Amin. Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Agus DW Martowadojo Gubernur Bank Indonesia 11