Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Siti Waheda Mahasiswa, Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Dr. Febrianti Lestari, S.Si, M.Si Program Studi Mamajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar, S. Pi, MP Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s/d November 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun dilihat dari kelimpahan, frekuensi kehadiran dan keanekaragaman serta kondisi kualitas perairannya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tujuan untuk memperoleh data secara faktual di lapangan.Stasiun penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Stasiun penelitian ditentukan berdasarkan kerapatan lamun yang berbeda yaitu kerapatan rendah, sedang dan tinggi. Pengambilan data ikan dilakukan dengan cara observasi langsung terhadap ikan sebagai makrofauna yang hidup di lamun dilakukan melalui cara penangkapan menggunakan jaring insang (gill net) tetap100 x 1,5 mesh size : 1,5 Inch. Ukuran mata jaring menjadi batasan dalam penelitian ini, ikan yang di data hanya ikan yang tertangkap pada jaring insang yang digunakan. Jumlah total ikan yang didapatkan pada penelitian di perairan Teluk Bakauyaitu 13 spesies dari 286 individu ikan. Kelimpahan relatif spesies Lethrinus ornatus 20 %, Gerres oyana 15 %, Lutjanus ehrenbergii 12 %, Lutjanus carponotatus 11 %, Sargocentron rubrum 8 %, 1 Calotomus spinidens 9 %, Choerodon anchorago 5 %, Chelmon rostratus 5 %, Siganus punctatus 5 %, Siganus guttatus 2 %, Gerres erythrourus 3 %, Crenimugil crenilabis 2 % dan Epinephelus corallicola 3 %. Kelimpahan spesies tertinggi yaitu Lethrinus ornatus sebesar 20 %, kelimpahan terendah yaitu Crenimugil crenilabis dan Siganus guttatus dengan nilai 2 %. Teluk Bakau memiliki rata-rata nilaiindeks keanekaragaman 2,343, nilai indeks keseragaman 0,91, dan nilai indeksdominansi 0,50. Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman ikan di perairanTeluk Bakau kategori sedang. Kata kunci: Ikan, Analisis Kelimpahan, Keanekaragaman, Teluk Bakau 2 Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Siti Waheda Mahasiswa, Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Dr. Febrianti Lestari, S.Si, M.Si Program Studi Mamajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar, S. Pi, MP Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRACT This research was conducted in August s / d November 2015. This study aims to determine the structure of fish communities in seagrass ecosystems views of abundance, frequency of attendance and the diversity and quality conditions waters. This study uses a survey in order to obtain factual data on research lapangan.Stasiun determined by purposive sampling method. Research station is determined based on the different densities of seagrass density is low, medium and high. Fish data retrieval is done by direct observation of the fish as macrofauna that live in seagrass done through fishing methods using gill nets (gill net) tetap100 x 1,5 mesh size: 1.5 Inch. Mesh size to be a limitation in this study, the data only fish in the fish caught in gill nets were used. The total number of fish were obtained in studies in Gulf waters Bakauyaitu 13 286 individual species of fish. The relative abundance of species Lethrinus ornatus 20 %, Gerres oyana 15 %, Lutjanus ehrenbergii 12 %, Lutjanus carponotatus 11 %, Sargocentron rubrum 8 %, Calotomus spinidens 9 %, Choerodon anchorago 5 %, Chelmon rostratus 5 %, Siganus punctatus 5 %, Siganus guttatus 2 %, Gerres erythrourus 3 %, Crenimugil crenilabis 2 % Epinephelus corallicola 3 %. The highest species richness is Lethrinus ornatus by 20%, ie the lowest abundance Siganus guttatus and Crenimugil crenilabis with a value of 2%. Teluk Bakau had an average of 2,343 nilaiindeks diversity, uniformity index value of 0.91, and the value indeksdominansi 0.50. The results showed the diversity of fish in Bakau perairanTeluk medium category. Keywords: Fish, Abundance Analysis, Diversity, Teluk Bakau 3 Menurut penelitian Widodo (2013), Jenis I. PENDAHULUAN lamun yang ditemukan di perairan Teluk A. Latar Belakang Bakau Lamun sebagai habitat biota berfungsi yaitu Cymodoceae serrulata, sebagai tempat perlindungan dan tempat Enhalus acoroides, Thalassiahempirichii, menempel berbagai hewan dan tumbuh- Thalassadendrom. tumbuhan (algae). Disamping itu, peranan lamun akan menentukan struktur komunitas padang daerah ikan yang berasosiasi dengannya. Semakin asuhan, padang pengembalaan dan tempat banyak ikan yang berasosiasi menandakan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora bahwa kondisi kesehatan padang lamun di dan ikan–ikan karang (coral fishes), dimana perairan dalam keadaan baik. sebagian besar ikan penghuni padang lamun B. Rumusan Masalah lamun adalah sebagai adalah ikan-ikan juvenil dan apabila telah Padang Lingkungan lamun merupakan padang tempat dewasa akan menghabiskan hidupnya pada berbagai jenis ikan berlindung, mencari tempat lain. (Kikuchi dan Peres 1977; makan, Hutomo 1985 dalam Azkab, 1999). anaknya. Berdasarkan hal tersebut dapat bertelur, dan membesarkan Kabupaten Bintan terletak antara 2000’ dirumuskan permasalahan pada penelitian Lintang Utara sampai 1020’ Lintang Selatan ini yaitu bagaimanakah struktur komunitas dan 1040 Bujur Timur Sebelah Barat – 1080 ikan di ekosistem padang lamun perairan Bujur Timur sebelah Timur. Luas wilayah Desa Teluk Bakau 2 Kabupaten Bintan 87.717,84 Km dengan dilihat dari segi kelimpahan, frekuensi, indeks nilai penting, 2 luas perairan 86.398, 33 Km (98,49%) dan indeks keanekaragaman (H’), indeks luas daratan hanya 1,391.51 Km2 (1,51% dominasi (C), dan indeks keseragaman (E). dari luas keseluruhan). Wilayah daratan C. Tujuan Penelitian terdiri dari pulau besar dan kecil yang Adapun tujuan penelitian ini adalah jumlahnya sebanyak 2002 buah (BPS untuk mengetahui struktur komunitas ikan Kabupaten Bintan, di ekosistem padang lamun dan kondisi 2006). Pulau-pulau tersebut di kelilingi oleh perairan sehingga kualitas kawasan Kepulaun Riau. tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya laut, salah satunya budidaya lamun. 4 perairan Desa Teluk Bakau Salah satu ekosistem pesisir yang memiliki D. Manfaat Penelitian dapat produktivitas primer tinggi adalah padang memberikan informasi kepada masyarakat lamun. Massa daun lamun juga akan setempat pemerintah daerah, instnsi terkait menurunkan pencahayaan matahari di siang mengenai komposisi jenis-jenis ikan di hari, padang lamun di Perairan Teluk Bakau, memungkinkan pengembangan lingkungan Bintan, mikro Manfaat dari penelitian Kepulauan Riau, ini dan dapat melindungi pada dasar dasar perairan vegetasi dan sehingga memberikan informasi potensi sumberdaya merupakan habitat potensial bagi komunitas perikanan di perairan padang lamun. ikan untuk berlindung, mencari makan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA memijah (Aswandy dan Azkab, 2000). Berbagai Struktur komunitas merupakan suatu jenis ikan yang bernilai kajian ekologi yang mempelajari suatu ekonomi penting menjadikan padang lamun ekosistem berhubungan sebagai tempat mencari makan, berlindung, dengan kondisi atau karakteristik perairan. bertelur, memijah, dan sebagai daerah Struktur komunitas asuhan. Komposisi ikan di padang lamun interaksi antar perairan yang menggambarkan usaha sangat beragam berdasarkan waktu dan area memperebutkan sumberdaya yang tersedia sehingga tidak dapat di generalisasi secara (Soedibjo, 2006 dalam Rostika, 2014). sedarhana Komunitas adalah kumpulan dari berbagai Rahmawati, 2012). Menurut Adrim (2006) macam populasi – populasi organisme yang dalam Rostika (2014) terdapat beberapa saling berinteraksi dan menempati suatu suku ikan yang umum dijumpai di padang daerah atau habitat tertentu (Odum, 1993 lamun, dalam Rostika, 2014). Struktur komunitas Blennidae, dapat jenis, Hemiramphidae, jenis, Lethrinidae, Lutjanidae, Monacanthidae, ditinjau kepadatan jenis dari jenis, dalam komposisi kemerataan (Hogarth, antara lain 2007 yaitu dalam Apogonidae, Gerridae, Gobiidae, Labridae,Leiognathidae, keanekaragaman jenis, dominasi jenis, pola Mugilidae,Nemipteridae, sebaran jenis, dan biomassa jenis dalam Siganidae, Scaridae dan Tetraodontidae. suatu ekosistem (Nybakken, 1992). III. METODE PENELITIAN Ekosistem padang lamun A. dalam Syngnathoidae, Waktu dan Tempat Penelitian ekosistem di laut dangkal yang produktif Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mempunyai peran yang sangat penting. Agustus hingga November 2015 pada 5 kawasan pasang-surut di Ekositem Padang Lamun Perairan Kecamatan Desa Gunung Teluk Kijang 1. Data meliputi struktur Bakau komunitas dan jumlah individu ikan Kabupaten yangtertangkap berdasarkan luasan Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI). B. primer, alat tangkap pada jaring insang. 2. Alat dan Bahan Penelitian Data sekunder, meliputi jenis, dan persentase tutupan lamun di lokasi Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. penelitian dapat di lihat pada Tabel 2. Penentuan Stasiun Pengamatan Tabel 2. Alat/instrumen yang digunakan dalam penelitian Stasiun penelitian ditentukan dengan No Alat Kegunaan metode purposive 1 Roll Meter Mengukur Plot penelitian ditentukan berdasarkan kerapatan 2 Alat Tulis Mencatat Data lamun 3 Kamera Dokumentasi 4 Jaring Insang 100x1.5 Inchi Menangkap Ikan 5 GPS Menentukan titik koordinat stasiun 1 terletak di perairan dengan 6 Refaktometer Mengukur salinitas air kerapatan lamun tertinggi pada koordinat N 7 Multitester Meengukur DO, pH dan Suhu air 01º 10’ 0,00”, E 104° 35’ 8,00”, stasiun 2 yang penelitian sampling. berbeda (Widodo, Stasiun mengacu 2013). dari Dalam penelitian ini terdapat 3 stasiun, yaitu terletak di perairan dengan kerapatan lamun C. sedang pada koordinat N 01° 09’ 55,05”, E Metode Pengumpulan Data 104° 35’ 8,25” dan stasiun 3 terletak pada Penelitian ini menggunakan metode perairan dengan kerapatan lamun terendah survey dengan tujuan untuk memperoleh pada koordinat N 01° 35’ 44,55”, E 104° data secara faktual di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa data primer 35’ 10,60” diperairan Desa Teluk Bakau dan Kabupaten Bintan (Gambar 1). sekunder. D. Jenis Data Peneltian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat survey atau observasi yang tidak melakukan perlakuan khusus terhadap objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari : 6 Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Desa Teluk Bakau N = Kelimpahan individu jenis ke-i (Individu/m2) Sumber : Peta Basemap Bintan 2012 Σn = Jumlah jenis individu yang diperoleh Pengambilan Data Ikan tiap stasiun A = Luas daerah pengamatan (m2) Pengambilan data ikan dilakukan dengan B. cara observasi langsung terhadap ikan Kelimpahan relatif dihitung dengan sebagai makrofauna yang hidup di lamun dilakukan melalui cara Kelimpahan Relatif rumus Shannon-Wiener (Odum, 1997) yaitu penangkapan menggunakan jaring insang (gill net) tetap, KR = ni / N x 100% dengan mengadopsi metode dari Apriyanto Keterangan : (2014) dan Rostika (2014). Jaring yang KR = Kelimpahan relatif digunakan memiliki spesifikasi panjang 100 Ni = Jumlah individu setiap jenis (ekor) m, lebar 1,5 m dan ukuran mata jaring 1,5. \N = Jumlah individu seluruh jenis yang berhasil terjaring. C. Frekuensi dan Frekuensi Relatif Frekuensi (Fi) adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik sampel yang Gambar 2. penempatan jaring insang diamati. Sedangkan Frekuensi Relatif (FR) adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke-i (F) dan jumlah frekuensi untuk seluruh Gambar 3. Jaring insang tetap jenis Baku Mutu Air Laut (Kep.Men LH, no. 51 2007). Rumus yang digunakan untuk menghitung frekuensi dan tahun 2004). frekuensi relatif yaitu : IV. METODE ANALISIS DATA A. (Fachrul, Kelimpahan Kelimpahan menurut Brower et al., (1997) yaitu jumlah individu persatuan luas atau volume, dengan rumus sebagai berikut :N = Keterangan: 7 D. Indeks Nilai Penting H’< 1, Keanekaragaman rendah dengan Indeks nilai penting (INP) digunakan jumlah individu tidak seragam dan salah untuk menghitung dan menduga secara satu spesiesnya ada yang dominan. keseluruhan dari peranan satu jenis di dalam 1 ≤ H’≤ 3, Keragaman sedang dengan suatu komunitas. Semakin tinggi nilai INP jumlah individu tiap spesies tidak seragam suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya, tapi tidak ada yang dominan. maka semakin tinggi peranan jenis tersebut H’>3, Keragaman tinggi dengan jumlah pada komunitasnya. Rumus yang digunakan individu setiap spesies seragam dan tidak dalam menghitung INP yaitu rumus yang ada yang dominan. dimodifikasi dari Fachrul (2007) : F. Indeks Dominasi (C) INP = FR + KR Nilai indeks dominansi memberikan gambaran tentang dominansi ikan dalam Keterangan : suatu INP = Indeks nilai penting komunitas ekologi, yang dapat menerangkan bilamana suatu spesies ikan FR = Frekuensi relatif lebih banyak terdapat selama pengambilan KR = Kelimpahan relative data. Rumus indeks dominansi Simpson (C) E. (Odum, 1997, dalam Fachrul 2007) yaitu : Indeks Keanekaragaman (‘H) Untuk keanekaragaman melihat Indeks digunakan metode Shannon – Wiener dalam Krebs (1978) di Keterangan : setiap stasiun yaitu : C = Indeks Dominansi Simpson, H’ = -Σ pi Log2 pi N = Jumlah individu seluruh spesies, P1= ni = Jumlah individu dari spesies ke-i. Kisaran Keterangan : nilai indeks dominansi berkisar antara 0 – 1. Nilai C mendekati 1 H’ = Indeks keanekaragaman jenis maka semakin kecil keseragaman suatu ni = Jumlah ikan jenis i yang terjaring populasi dan terjadi kecendrungan suatu N = Jumlah total ikan yang terjaring jenis yang mendominansi populasi tersebut. Bila : 8 Kisaran indeks dominansi adalah sebagai berikut : V. HASIL DAN PEBAHASAN A. Komposisi Jenis dan Kerapatan Lamun 00,0 < C ≤ 0,30 : Dominansi rendah 0,30 < C ≤ 0,60 : Dominansi sedang Berdasarkan hasil pengamatan, jenis ikan di 9 plot di perairan Desa Teluk Bakau 0,60 < C ≤ 1,00 : Dominansi tinggi Kecamatan G. Indeks Keseragaman (E) Bintan Penghitungan mengenai keseragaman tertangkap berjumlah 286 ekor ikan dari 13 bertujuan untuk melihat apakah spesies jenis ikan, dan ditemukan juga jenis biota yang ada disuatu ekosistem berada dalam lain yang tertangkap pada jaring insang keadaan seimbang atau tidak serta bertujuan yaitu Seahorses (kuda laut). Jumlah jenis untuk melihat apakah terjadi persaingan ikan yang didapatkan di bagi atas beberapa pada ekosistem tersebut. Rumus dari indeks kategori yaitu : keseragaman Pielou (E), menurut Pielou a. (1966) dalam Odum (1997) yaitu: Gunung didapatkan Kijang total Kabupaten ikan yang Ikan Herbivora yaitu spesies Siganus punctatus dan Siganus guttatus. b. Ikan target yaitu spesies Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus carponotatus, Keterangan : Lethrinus E = Indeks Keseragaman chlorourus, Crenimugil crenilabis, H’ = Indeks Keanekaragaman Choerodon S = Jumlah Jenis punctatus, Siganus guttatus dan ornatus, anchorago, Cheilinus Siganus Epinephelus corallicola. keseragaman organisme dalam c. suatu Ikan indikator yaitu spesies Chelmon rostratus. komunitas berada pada kondisi tertekan. Kategori kumpulan ikan yang berasosiasi keseragaman jenis organisme dengan lamun yaitu : dalam Komunitas berada pada kondisi labil, dan a. Menetap dengan menghabiskan hidupnya di padang lamun dari keseragaman organisme dalam juvenil sampai siklus hidup dewasa, suatu tetapi memijah diluar padang lamun komunitas berada pada kondisi stabil. 9 yaitu Gerres oyena dan Gerres pada gambar 4 erythrourus. b. Kelimpahan Relatif Lethrinus Menetap hanya pada saat tahap Siganus guttatus dan Lethrinus 19% 5% ornatus. c. ornatus 25 3% 2% 3% 7% 4% 2% juvenile yaitu Siganus punctatus, 14% Gerres oyana 17 4% Menetap sewaktu-waktu 8% atau 8% 11% 10% Lutjanus ehrenbergi 20 singgah hanya mengunjungi padang lamun untuk atau Jumlah total spesies yang didapatkan spesies di stasiun 1 dengan 3 kali pengulangan yaitu ehrenbergii,Lutjanus 13 spesies dari 136 individu ikan. Pada carponotatus, Sargocentron rubrum, (Gambar 4) memperlihatkan 13 spesies ikan Cheilinus chlorourus,Choerodon dominan anchorago, Chelmon rostratus, tertinggi adalah Lethrinusornatus dengan crenilabis,Epinephelus proporsi sebesar 19 dan kelimpahan spesies mencari berlindung makan Lutjanus Crenimugil yaitu dengan kelimpahan spesies corallicola. terendah yaitu Crenimugil crenilabis 2 dan Ikan yang paling banyak di jumpai Siganus puntatus. di padang lamun yaitu ikan Lethrinus Indeks Nilai Penting jenis ikan pada ornatus karena ikan tersebut hidupnya stasiun 1 adalah spesies Lethrinus ornatus berkelompok kecil di daerah padang lamun dengan nilai 26,28% . Salah satu faktor dan pasir serta puing-puing dari terumbu tingginya jumlah ikan dan jumlah spesies pesisir dan laguna hingga kedalaman 30 m. yang didapatkan yaitu kerapatan lamun B. Kelimpahan Ikan yang didapatkan yang juga tinggi pada stasiun 1 ini. Semakin di Perairan Teluk Bakau rapat Kelimpahan ikan yang ditemukan di perlindungan stasiun 1 di temukan 13 spesies yang dapat kondisi lamun semakin maka tingkat tinggi dan kelimpahan ikan semakin besar. Terjadi penyediaan pangan dan tempat untuk berlindung dari predator serta di menjadikan seluruh ikan yang hidup dilamun. Penutupan lamun yang berbeda 10 pada tiap lokasi penelitian memberikan Kelimpahan Relatif dampak paa kelimpahan ikan. Kelimpahan 3% ikan yang di temukan di stasiun 2 di 4% 4% temukan 13 spesies yang dapat dilihat pada 2% 2% 4% 3% gambar 5. Gerres oyana 12% 1% Kelimpahan Relatif 6% 5% 3% 3%1% 24% 5% 9% 10% Lethrinus ornatus 19% 13% 7% Lethrinus ornatus 9% 10% Lutjanus ehrenbergi Jumlah total ikan yang didapatkan di Gerres oyana stasiun 3 dengan 3 kali pengulangan yaitu 7% 13% 21% 13 spesies dari 68 individu ikan. Pada Jumlah spesies ikan yang didapatkan di stasiun 2 dengan 3 kali pengulangan yaitu (Gambar 6) memperlihatkan kelimpahan 13 spesies dari 82 individu ikan. Pada spesies tertinggi adalah Gerres oyana (Gambar 5) memperlihatkan spesies dengan proporsi sebesar 21% dan Letrinus tertinggi adalah Lethrinus ornatus dengan proporsi sebesar 24 dan spesies ikan ornatus 19% , kelimpahan terendah yaitu terendah yaitu Siganus guttatus dengan nilai Siganus punctatus 2% stasiun 3 jumlah 1. Indeks Nilai Penting spesies ikan tertinggi individu dan jumlah spesies ikan yang pada stasiun 2 adalah spesies Lethrinus 34,07% didapatkan paling sedikit dibanding sengan Jumlah spesies dan individu yang ditemukan stasiun lainnya, hal ini disebabkan oleh ornatus berbeda dengan dengan proporsi stasiun nilai 1, hal ini kerapatan lamun yang juga rendah pada dikarenakan pada stasiun 2 kerapatan lamun dalam kategori sedang. Kelimpahan ikan stasiun ini. Indeks nilai penting (INP) yang di temukan di stasiun 3 di temukan 13 spesies ikan tertinggi pada stasiun 3 yaitu spesies yang dapat dilihat pada gambar 6 spesies Gerres oyana. 11 C. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E), Indeks Dominansi (C) di Perairan Teluk Bakau Struktur komunitas ikan yang cukup bervariasi. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi menunjukkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan dianalisa meliputi Indeks Keanekaragaman, kekayaan indeks keseragaman dan indeks dominansi. Apriyanto, 2014). Nilai indeks dominansi jenis Menurut memberikan (Odum, Connollly 1971 dalam dan Hindell gambaran tentang dominansi ikan dalam (2006) dalam Rahmawati dkk (2012), suatu kerapatan dan luas area padang lamun komunitas ekologi, yang dapat menerangkan bilamana suatu spesies ikan mendukung lebih banyak terdapat selama pengambilan keanekaragaman ikan karena padang lamun data (Margalef 1958 dalam Apriyanto menyediakan ketersediaan habitat untuk 2014). Makin besar nilai H, Cdan E kumpulan ikan. Menurut Odum (1997), jika menunjukkan komunitas makin beragam, indeks keanekaragaman H’≤ 2,0 maka dengan kata lain rendahnya nilainilai indeks keanekaragaman tergolong rendah, 2,0 ≤ tersebut menunjukkan adanya dominasi H’≤ 3,0 tergolong sedang dan H’ ≥ 3 jenis tergolong tinggi. Semakin lebat padang tertentu (Odum, 1971dalam Apriyanto, 2014). Tinggi rendahnya nilai lamun, indeks kelimpahan keanekaragaman disebabkan oleh jenis beberapa dapat kelimpahan maka keanekaragaman spesies ikan juga dan dan makin meningkat (Masrizal dan Azhar, 2001 faktor, diantaranya jumlah jenis dan spesies yang dalam Apriyanto 2014). didapat, adanya individu yang didapat lebih VI. KESIMPULAN DAN SARAN mendominasi dari individu lainnya, dan A. Kesimpulan kondisi dari ekosistemnya (padang lamun) Struktur komunitas ikan di ekosistem sebagai habitat dari fauna (Daget, 1976 padang lamun terdiri atas kompossisi jenis dalam Rostika, 2014). ikan. Dengan kelimpahan jenis ikan di Desa Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman (H’), Teluk Bakau dari keseluruhan jenis ikan indeks yang di dapatkan sebesar 20% jenis ikan keseragaman (E), indeks dominansi (C) dan individu/m² dan INP tertinggi di tentukan Indeks Nilai Penting ikan pada 3 titik pada jenis ikan Lethrinus Ornatus dengan koordinat penelitian, didapatkan nilai yang nilai 29,56%, dan INP yang terendah di 12 tentukan pada Crenilabus jenis ikan dengan Crenimugil nilai Allen, G.R. Steene R. Humann P. Deloach N. (2003). Reef fish identification tropical pacific. Singapore. 9,33%. Keanekaragaman (H’) pada perairan Teluk Apriyanto, H.S. 2014 Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun DesaBerakit Kabupaten Bintan, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali HajiTanjungpinang. Bakau dalam kategori tinggi, keseragaman (E) pada perairan teluk bakau tergolong sedang, sedangkan dominansi (c) pada perairan Teluk Bakau tergolong rendah. Kondisi Pengukuran Aswandy, I dan M.H. Azkab. 2000. Hubungan fauna dengan padang lamun. Oseana, 25(3):19-24. parameter perairan, suhu rata-rata di perairan Teluk Bakau menunjukkan suhu dalam keadaan Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. OSEANA, Volume XXIV,Nomor 1. Hal 1-16. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. stabil, begitu juga dengan oksigen terlarut dalam keadaan baik, untuk pH nilai yang didapatkan di perairan Teluk Bakau dalam keadaan normal. Sedangkan untuk nilai rata- Bappeda rata salinitas di perairan Teluk Bakau tidak terdapat perbedaan yang sinifikan diantara semua stasiun pengamatan. B. Saran Brower, J.E., J.H. Zar, and C.N. Von Ende. 1990. Field and laboratory methods for general ecology. Wim. C. Brown Co. Pub.Dubuque. Iowa. 237p. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai konektivitas ikan di Kab. Bintan. 2010. Potensi Ekosistem Penting dan Kondisi Hidrologisnya di Wilayah Bintan Bagian Timur, Badan PerencanaanDaerah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. lamun dengan karang di perairan Desa Teluk Bakau, karena antara kedua ekosistem tersebut saling berhubungan antara satu Dorenbosch, M., G. G. G. Monique, I. Nagelkerken, G. van der Velde. 2005. Distribution of Coral Reef Fishes Along a Coral Reef– Seagrass Gradient: Edge Effects and Habitat Segregation. Mar Ecol Prog Ser299 : 277 – 28. dengan yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Agustian, 2015 Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun di Perairan Teluk Dalam Kabupaten Bintan, Skripssi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara. Jakarta. 13 Fahmi dan Adrim, M., 2009, Deversitas pada Komunitas Padang Lamun di Periran Pesisir Kepulauan Riau, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,35 (1) : 75-90, Pusat Penelitian Oceanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Abundance. Third Editin. Harper and Row Distribution.New York. Nontji. Lautan Nusantara. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Odum. 1997. Biologi umum. Jakarta: Gramedia. Heriman, M., 2006, Struktur Komunitas Ikan yang Berasosiasi dengan Ekosistem Padang Lamun di Perairan Tanjung Merah Sulawesi Utara, Skripsi,Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahmawati, S, Fahmi, dan Yusup, S.D., 2012, Komunitas Padang Lamun dan Ikan Pantai di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara, Ilmu Kelautan, 17 (4) : 190-198, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hutomo, M dan Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di Pantai Selatan Pulau Tegah, Gugusan Pulau Pari. LIPI, Jakarta Rostika, 2014 Struktur Komunitas Ikan Padang Lamun di Perairan Teluk Baku Pulau Bintan Kepulauan Riau, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,Tanjungpinang. M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan padang lamun (Seagrass, Antophyta) di perairan Teluk Banten. Disertasi Fakultas Pasca SarjanaIPB. Bogor. 299 pp. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Penetapan Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Jakarta. Krebs, 2007. Djambatan. Jakarta Gillanders, B.M. 2006. Seagrasses, fish and fisheries. In: Larkum, A.W.D., R.J. Orth & C.M. Duarte (eds.). Seagrasses: biology, ecology and conservation. Published By Springer. Netherlands. 503530pp. Hutomo, A. 1978.Ecology.The Experimental Analysis of Distribution and 14