SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB

advertisement
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 53 - 59
Jurnal Riset Kesehatan
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk
_________________________________________________________________
SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB) DEMAM BERDARAH BERBASIS
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)
DI KOTA SEMARANG
Siti Masrochah*) ; Edy Susanto ; Irmawati
Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ; Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan eksplorasi perancangan.
Metode yang digunakan pada pengembangan sistem informasi ini adalah dengan menggunakan
FAST yang dimulai dari studi pendahuluan, analisis kebutuhan, pengembangan sistem,
penyusunan perangkat lunak dan evaluasi sistem yang telah dirancang. Pendekatan untuk
pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara maupun Focus Group Discussion (FGD).
Analisis data dilakukan dengan melihat skor akhir penilaian responden terhadap kinerja sistem
informasi yang telah dinilai responden. Hasil penelitian menghasilkan suatu sistem informasi
tentang surveilens Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit yang berbasis Geographic Information
System (GIS), dan terpadu dengan basis data yang di entri berdasarkan formulir W2 di Puskesmas
maupun Rumah Sakit. Informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan adanya peta lokasi kejadian
KLB disertai dengan indikator warna sebagai tanda peringatan yang meliputi hijau menandakan
aman, kuning menandakan adanya tanda-tanda KLB, dan merah sebagai indikasi KLB Demam
berdarah maupun penyakit lainnya. Sistem informasi juga dapat menampilkan analisis KLB yang
telah terjadi, dan dilengkapi analisis deskriptif. Hasil Evaluasi sistem yang diperoleh memiliki
kelebihan dibanding dengan pemantauan manual, dikarenakan sistem telah dikembangkan
berbasis web, sehingga berfungsi secara multi user dan mempercepat kompilasi data, sehingga
memudahkan pengguna untuk melakukan pemantauan kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit
tertentu, termasuk demam berdarah.
Kata kunci:
Sistem Informasi Surveilens Penyakit, Kejadian Luar Biasa (KLB), Geographic Information
System (GIS)
Abstract
[INFORMATION SYSTEM MONITORING EXTRAORDINARY EVENTS (KLB) DENGUE
HAEMORAGOC FEVER (DHF) BASED ON GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMS (GIS)
IN SEMARANG] This research is experimental approach to design exploration. The method used
in the development of this information system is to use FAST starting from preliminary studies,
needs analysis, system development, formulation and evaluation software system that has been
designed. This approach to data collection was done by observation, interviews and Focus Group
Discussion (FGD). Data analysis is done by looking at the final scores respondents' assessment of
the performance of the information systems that have been assessed respondents. Results of the
study resulted in an information system on surveillance Extraordinary Events (KLB) Disease-based
Geographic Information System (GIS), and
*) Penulis Korespondensi.
integrated with the database in the entry based
E-mail: [email protected]
on the W2 form in the Puskesmas or Hospital.
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 54 - 59
The information generated can indicate the presence of a map of the scene of outbreaks
accompanied by color indicator as a warning sign indicates that includes safe green, yellow
indicates signs of an outbreak, and red as an indication of dengue fever outbreaks and other
diseases. The system can also display information analysis outbreaks have occurred, and come
equipped descriptive analysis. Evaluation of the results obtained by the system that the system has
advantages compared with manual monitoring, because the system has developed a web-based, so
the user multy function and accelerate the compilation of data, making it easier for users to
monitor the occurrence of Extraordinary (KLB) Certain diseases, including dengue fever.
Keywords: Disease Surveillance Information System, Extraordinary Events (KLB), Geographic
Information System (GIS)
1.
Pendahuluan
Fakta di lapangan yang menjadi variabel
penyebab DBD salah satunya adalah data
tentang pemantauan angka jentik diterima oleh
tim surveilens setiap hari Jum’at, sehingga bila
terjadi kasus pada hari Senin, pantauan tim
surveilens juga tidak langsung terdata, sehingga
informasi terjadinya KLB menjadi terlambat, hal
ini berakibat pada terlambatnya pencegahan
KLB.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan
penulis, ada beberapa kendala memanfaatkan
data ini untuk melakukan tindakan preventif
pencegahan DBD, antara lain terlambatnya
laporan pemantauan jentik karena adanya
kendala teknis penjenjangan sumber data dari
dasa wisma hingga ke DKK Kota Semarang
sehingga tidak dapat dilakukan tindakan
secepatnya sebelum terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD. Belum adanya sarana yang cepat
untuk mendukung bagi petugas dalam
mengolah
data
serta
rekapitulasi
hasil
pemantauan jentik yang dilakukan oleh
masyarakat hingga ke petugas sehingga data
terlambat
untuk
mendukung
keputusan
tindakan pencegahan DBD di masyarakat. Pada
formulir pemantauan jentik yang digunakan
oleh kelompok Dasa Wisma belum terdapat
informasi tentang terjadinya insiden DBD di
wilayah
tertentu,
sehingga
pengambilan
keputusan pencegahan DBD sering terlambat.
Belum adanya sistem informasi yang berbasis
multi user yang dapat menggambarkan keadaan
penyebaran DBD di wilayah Kota Semarang
dalam bentuk deskriptif geografik yang dapat
mendukung upaya pencegahan KLB DBD
beberapa wilayah di kota Semarang. Belum
adanya sinergi laporan terjadinya insiden DBD
dan pemantauan jentik untuk pengambilan
keputusan tentang upaya pencegahan DBD di
wilayah Kota Semarang karena pengelolaan data
yang terpisah antara insiden DBD yang
bersumber pada terdapatnya pasien penderita
DBD yang dilaporkan Rumah Sakit (RS)
sedangkan laporan pemantauan jentik dari dasa
wisma. Belum adanya media berupa sistem
informasi untuk melaporkan penderita DBD
yang tidak menjalani perawatan (opname) di RS
sehingga data insiden DBD kurang valid.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan
suatu sistem informasi tentang surveilens
Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit yang
berbasis Geografik Information Sistem (GIS), dan
terpadu dengan basis data yang di entri
berdasarkan formulir W2 di Puskesmas maupun
Rumah Sakit.
2.
Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian
deskripsi
eksploratif
dengan
pendekatan rancang bangun sistem informasi
berbasis Geographic Information System Demam
Berdarah (DBD). Lokasi di Puskesmas dan DKK
Semarang.
Waktu
pengambilan
data
dilaksanakan mulai dari bulan September s/d
Desember 2015.
Subyek penelitiannya adalah Kepala
Puskesmas (4 orang), Kader Posyandu di
Kecamatan Tembalang (5 orang), Surveilens
Epidemiologi DKK Kota Semarang (3 orang) dan
Pejabat dan Pelaksana Teknis Pemberantasan
Penyakit DBD DKK Kota Semarang (3 orang).
Untuk
melakukan
penilaian
sistem
informasi
pemantauan
DBD
variabel
penelitiannya
adalah
sistem
Informasi
Pemantauan DBD yang dirancang sebagai
variabel bebas dan informasi Kejadian Luar
Biasa (KLB) sebagai variabel terikat. Data
kualitatif hasil wawancara mendalam dianalisis
dengan menggunaan metode analisis isi (content
analysis).
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 55 - 59
3.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Rancang Bangun Alat Fiksasi Anak
Pada Pengembangan Sistem Informasi
Surveilans
Epidemiologi
dipilih
alternatif kedua yaitu mengembangkan
sendiri aplikasi program untuk sistem baru
dengan
pertimbangan
bahwa
Sistem
Informasi Surveilans Epidemiologi guna
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
sepengetahuan peneliti belum tersedia di
pasaran. Kalaupun di pasaran sudah ada,
maka harus dievaluasi terlebih dahulu apakah
aplikasi tersebut sudah sesuai dengan
kebutuhan pengguna (user di Dinas
Kesehatan Kota Semarang) sehingga sesuai
dengan kebutuhan informasi di DKK
Semarang.
a.
Pemilihan Sistem Operasi Yang Baru
Untuk mengembangkan sistem informasi
terdapat beberapa alternatif pemilihan sistem
operasi
yang
akan
digunakan
untuk
mengoperasikan sistem antara lain Windows
95/98, Windows 2000, Windows XP dan Windows
NT.
Pada penelitian Pengembangan Sistem
Informasi Surveilans Epidemiologi Guna
Mendukung Kewaspadaan Dini KLB di DKK
Semarang dipilih Sistem Operasi Windows 98
dengan pertimbangan program aplikasi yang
dibuat adalah lebih banyak ditampilkan secara
grafis yang sangat sesuai dengan tampilan di
Windows 98. Demikian juga dengan didukung
data base SQL versi 7 dan perangkat lunak
MapInfo juga stabil pada sistem operasi Windows
98. Hal ini sesuai pula dengan hasil observasi
dan wawancara di Dinas Kesehatan Kota
Semarang sudah menggunakan sistem operasi
Window 98, sehingga sudah ada Sumber daya
manusia (SDM) yang terbiasa menggunakan
sistem operasi tersebut.
Beberapa
pertimbangan
menggunakan
Windows 98 sebagai sistem operasi aplikasi pada
Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi yang
akan digunakan secara teknis dikarenakan :
1) Windows 98 memungkinkan kerjasama antar
aplikasi yang dinamik dan unik untuk
diimplementasikan dalam Dinamic Data
Exchange (DDE) dan object Linking and
Embedding (OLE).
2) Windows 98 merupakan sistem operasi yang
multitasking
sehingga
program
dapat
dijalankan pada satu waktu.
3) Windows 98 menerapkan operasi pemakaian
baku untuk setiap aplikasi. Operasi standar
ini sangat membantu pemakai menggunakan
aplikasi Windows 98.
4) Dukungan aplikasi pada Windows 98 beragam.
5) Windows 98 dapat mengakses memori lebih
besar, sehingga tidak dibatasi oleh jumlah
memori. Hal ini dikarenakan windows 98
menggunakan modus terproteksi yang
dimiliki oleh mikro 80286,80386 maupun
pentium serta prosesor terbaru.
6) Setiap program Windows 98 dapat melakukan
penggambaran ke setiap perangkat keras atau
lunak
seperti
printer,
monitor
atau
menyimpan ke file dengan perintah-perintah
(fungsi) yang sama. Hal ini menguntungkan
karena user tidak perlu mengetahui cara kerja
setiap peralatan tetapi hanya tahu prosedur
dalam menggunakan fungsi.
7) Windows 98 kaya akan fungsi-fungsi untuk
menggambar dan menampilkan teks dimana
teks juga merupakan obyek gambar.
8) Windows 98 dapat mengakses memori yang
lebih besar untuk program-program yang
besar pula.
9) Window 98 mendukung peralatan lebih
banyak seperti mouse, printer, adaptor, video,
multimedia dan peralatan lainnya.
10) Windows 98 mempunyai kemudahan dalam
mengakses perangkat keras serta dalam
merancang hubungan antar muka dengan
pemakai.
11) Untuk menyisipkan fasilitas icon, menu,
tombol dan obyek lainnya relatif lebih mudah
dilakukan, hal ini karena Windows 98 kaya
akan obyek-obyek yang berhubungan dengan
pemakai
(user).
Dengan
demikian
programmer tidak perlu merancang obyek –
obyek yang baru.
b.
Pemilihan Tools Sistem Informasi yang baru
Dalam penelitian ini untuk membangun
sistem informasi Surveilans epidemiologi guna
mendukung Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (KLB) menggunakan bahasa pemrograman
Visual Basic dan untuk pengolahan data atribut
dan spasial adalah MapInfo dari MapInfo Corp.
Pertimbangan pemilihan tools ini adalah :
1) Bahasa Pemrograman Visual basic, dengan
pertimbangan: Visual Basic mempunyai
kemampuan koneksi dengan database lebih
mudah.
Visual
basic
fleksibel
bila
dikoneksikan dengan program database
apapun, baik acsess, SQL server, MySQL dan
lain-lain. Dari sisi tampilan Visual Basic dapat
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 56 - 59
dimodifikasi dalam bentuk apapun, baik tabel,
gambar dan lain-lain. Fungsi aplikasi Visual
Basic lebih mudah dipelajari khususnya untuk
programer yang baru belajar awal.
2) Map Info sebagai tools untuk pengolahan data
atribut dan spasial dengan pertimbangan :
a) MapInfo mempunyai kemampuan dalam
pengolahan atau editing, menerima atau
konversi
dari
data
digital
atau
dihubungkan dengan data image dengan
format JPG, TIFF, atau image gerak.
a) MapInfo
mempunyai
fungsi-fungsi
sebagai berikut :
(1) Berfungsi
mempersiapkan
data
spasial dari peta yang akan dibuat
atau diolah. Dari view ini dapat
dilakukan input data dengan digitasi
atau pengolahan (editing) data spasial.
MapInfo dapat menerima image dari
format JPG, Arc Info atau software
pengolah data spasial lain.
(2) Tabel, merupakan data atribut dari
data spasial. Data atribut ini sebagai
dasar analisis dari data spasial
tersebut. MapInfo dapat membentuk
jaringan
basis
data
dengan
menggunakan fasilitas tabel ini.
MapInfo dapat menerima tabel dari
basis data lain seperti dBase III, dBase
IV, SQL server atau INFO.
(3) Hubungan relasional dengan tabel
dapat
dilakukan
sehingga
memudahkan analisis spasialnya.
Hubungan
yang
terbentuk
ini
memungkinkan pengguna data untuk
mengambil dari berbagai sumber data
yang berupa teks, tabel, peta atau
gambar.
(4) Grafik, sebagai alat penyaji data yang
efektif. Grafik yang digunakan pada
sistem
yang
dikembangkan
menggunakan aplikasi Geographic
Information System.
(5) Pada
MapInfo
tersedia
sarana
penambahan simbol, label maupun
atribut peta lain pada Layout yang
merupakan tempat mengatur tata
letak dan rancangan peta akhir.
(6) Sumber Data, MapInfo mempunyai
kemampuan
menerima
berbagai
macam sumber data yang akan diolah.
Sumber-sumber data lain yang dapat
diolah adalah BSQ,BIL,BIP,data raster
dengan format BMP, JPG, TIFF serta
data tabular dari dBase maupun Arc
Info.
(7) Tools database yang dipilih pada
Pengembangan Sistem Informasi
Surveilans
Epidemiologi
guna
Mendukung
Kewaspadaan
Dini
Kejadian Luar Biasa di DKK
Semarang adalah SQL server dengan
pertimbangan :
a) SQL server mempunyai semua fungsi atau
fasilitas yang dimiliki oleh software database
klasik/
b) SQL server siap mempunyai kemampuan
aplikasi data base yang lebih besar dibanding
dengan access.
c) SQL server menjamin database lebih aman
karena langsung diaplikasikan dalam server.
d) SQL server siap diaplikasikan apabila sistem
yang tersedia akan diterapkan multiuser.
Pada Pengembangan Sistem Informasi
Surveilans Epidemiologi dipilih alternatif kedua
yaitu mengembangkan sendiri aplikasi program
untuk sistem baru dengan pertimbangan untuk
Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi guna
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
sepengetahuan peneliti belum tersedia di
pasaran. Kalaupun di pasaran sudah ada, maka
harus dievaluasi terlebih dahulu apakah aplikasi
tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan
pengguna (user di Dinas Kesehatan Kota
Semarang) sehingga sesuai dengan kebutuhan
informasi di DKK Semarang.
c.
Pemilihan Sistem Operasi Yang Baru
Untuk mengembangkan sistem informasi
terdapat beberapa alternatif pemilihan sistem
operasi
yang
akan
digunakan
untuk
mengoperasikan sistem antara lain Windows
95/98, Windows 2000, Windows XP dan Windows
NT.
Pada penelitian Pengembangan Sistem
Informasi Surveilans Epidemiologi Guna
Mendukung Kewaspadaan Dini KLB di DKK
Semarang dipilih Sistem Operasi Windows 98
dengan pertimbangan program aplikasi yang
dibuat adalah lebih banyak ditampilkan secara
grafis yang sangat sesuai dengan tampilan di
Windows 98. Demikian juga dengan didukung
database SQL versi 7 dan perangkat lunak
MapInfo juga stabil pada sistem operasi Windows
98. Hal ini sesuai pula dengan hasil observasi
dan wawancara di Dinas Kesehatan Kota
Semarang sudah menggunakan sistem operasi
Window 98, sehingga sudah ada Sumber daya
manusia (SDM) yang terbiasa menggunakan
sistem operasi tersebut.
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 57 - 59
Beberapa
pertimbangan
menggunakan
Windows 98 sebagai sistem operasi aplikasi pada
Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi yang
akan digunakan secara teknis dikarenakan :
1) Windows 98 memungkinkan kerjasama antar
aplikasi yang dinamik dan unik untuk
diimplementasikan dalam Dinamic Data
Exchange (DDE) dan object Linking and
Embedding(OLE).
2) Windows 98 merupakan sistem operasi yang
multitasking
sehingga
program
dapat
dijalankan pada satu waktu.
3) Windows 98 menerapkan operasi pemakaian
baku untuk setiap aplikasi. Operasi standar
ini sangat membantu pemakai menggunakan
aplikasi Windows 98.
4) Dukungan aplikasi pada Windows 98 beragam.
5) Windows 98 dapat mengakses memori lebih
besar, sehingga tidak dibatasi oleh jumlah
memori. Hal ini dikarenakan windows 98
menggunakan modus terproteksi yang
dimiliki oleh mikro 80286,80386 maupun
pentium serta prosesor terbaru.
6) Setiap program Windows 98 dapat melakukan
penggambaran ke setiap perangkat keras atau
lunak
seperti
printer,
monitor
atau
menyimpan ke file dengan perintah-perintah
(fungsi) yang sama. Hal ini menguntungkan
karena user tidak perlu mengetahui cara kerja
setiap peralatan tetapi hanya tahu prosedur
dalam menggunakan fungsi.
7) Windows 98 kaya akan fungsi-fungsi untuk
menggambar dan menampilkan teks dimana
teks juga merupakan obyek gambar.
8) Windows 98 dapat mengakses memori yang
lebih besar untuk program-program yang
besar pula.
9) Window 98 mendukung peralatan lebih
banyak seperti mouse, printer, adaptor, video,
multimedia dan peralatan lainnya.
10) Windows 98 mempunyai kemudahan dalam
mengakses perangkat keras serta dalam
merancang hubungan antar muka dengan
pemakai.
11) Untuk menyisipkan fasilitas icon, menu,
tombol dan obyek lainnya relatif lebih mudah
dilakukan, hal ini karena Windows 98 kaya
akan obyek-obyek yang berhubungan dengan
pemakai
(user).
Dengan
demikian
programmer tidak perlu merancang obyek –
obyek yang baru.
d.
Pemilihan Tools Sistem Informasi yang baru
Dalam penelitian ini untuk membangun
sistem informasi Surveilans epidemiologi guna
mendukung Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (KLB) menggunakan bahasa pemrograman
Visual Basic dan untuk pengolahan data atribut
dan spasial adalah MapInfo dari MapInfo Corp.
Pertimbangan pemilihan tools ini adalah :
1) Bahasa Pemrograman Visual basic, dengan
pertimbangan :
a) Visual Basic mempunyai kemampuan
koneksi dengan database lebih mudah.
b) Visual basic fleksibel bila dikoneksikan
dengan program database apapun, baik
acsess, SQL server, MySQL dan lain-lain.
c) Dari sisi tampilan Visual Basic dapat
dimodifikasi dalam bentuk apapun, baik
tabel, gambar dan lain-lain.
d) Fungsi aplikasi Visual Basic lebih mudah
dipelajari khususnya untuk programer
yang baru belajar awal.
2) Map Info sebagai tools untuk pengolahan data
atribut dan spasial dengan pertimbangan :
a) MapInfo mempunyai kemampuan dalam
pengolahan atau editing, menerima atau
konversi
dari
data
digital
atau
dihubungkan dengan data image dengan
format JPG, TIFF, atau image gerak.
b) MapInfo mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
(1) Berfungsi mempersiapkan data spasial
dari peta yang akan dibuat atau diolah.
Dari view ini dapat dilakukan input data
dengan digitasi atau pengolahan (editing)
data spasial. MapInfo dapat menerima
image dari format JPG,Arc Info atau
software pengolah data spasial lain.
(2) Tabel, merupakan data atribut dari data
spasial. Data atribut ini sebagai dasar
analisis dari data spasial tersebut.
MapInfo dapat membentuk jaringan basis
data dengan menggunakan fasilitas tabel
ini. MapInfo dapat menerima tabel dari
basis data lain seperti dBase III, dBase IV,
SQL server atau INFO.
(3) Hubungan relasional
dengan tabel
dapat dilakukan sehingga memudahkan
analisis spasialnya. Hubungan yang
terbentuk ini memungkinkan pengguna
data untuk mengambil dari berbagai
sumber data yang berupa teks, tabel,
peta atau gambar.
(4) Grafik, sebagai alat penyaji data yang
efektif. Grafik yang digunakan pada
sistem
yang
dikembangkan
menggunakan
aplikasi
Geographic
Information System.
(5) Pada
MapInfo
tersedia
sarana
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 58 - 59
penambahan simbol, label maupun
atribut peta lain pada Layout yang
merupakan tempat mengatur tata letak
dan rancangan peta akhir.
(6) Sumber Data, MapInfo mempunyai
kemampuan menerima berbagai macam
sumber data yang akan diolah.
Sumber-sumber data lain yang dapat
diolah adalah BSQ,BIL,BIP, data raster
dengan format BMP, JPG, TIFF serta
data tabular dari dBase maupun Arc
Info.
(7) Tools database
yang dipilih pada
Pengembangan
Sistem
Informasi
Surveilans
Epidemiologi
guna
Mendukung
Kewaspadaan
Dini
Kejadian Luar Biasa di DKK Semarang
adalah
SQL
server
dengan
pertimbangan :
a) SQL server mempunyai semua fungsi
atau fasilitas yang dimiliki oleh
software database klasik .
b) SQL
server
siap
mempunyai
kemampuan aplikasi data base yang
lebih besar dibanding dengan access.
c) SQL server menjamin database lebih
aman karena langsung diaplikasikan
dalam server.
d) SQL server siap diaplikasikan apabila
sistem
yang
tersedia
akan
diterapkan multiuser. Untuk dapat
masuk sistem dimulai dengan masuk
ke username: admin dan password:
demo. Setelah masuk maka akan
masuk ke tampilan sistem. Untuk
masuk sistem, diawali dengan
mengisikan data melalui menu input
data.
a. Berdasarkan
data
yang
dimasukkan melalui W2 yang
telah diinput petugas, maka sistem
akan mengolah data, sehingga
dapat dipantau hasil.
b. Tampilan
sebaran
penyakit,
memiliki karakteristik sebaran
penyakit
berdasarkan
lokasi
geografik
dengan
parameter
warna yang berbeda, dengan hijau
menandakan lokasi aman dari
endemi
penyakit,
kuning
merupakan wilayah mendekati
terjadi KLB, sehingga perlu
pemantauan, sedangkan warna
merah merupakan pertanda telah
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB),
bila diperlukan dapat diklik,
sehingga muncul analisis KLB
yang telah terjadi.
c. Sistem Informasi ini juga dapat
digunakan untuk merekapitulasi
laporan W2 yang telah diinput
oleh petugas di setiap Puskesmas
maupun Rumah Sakit.
d. Sistem Informasi ini juga dapat
digunakan
untuk
melakukan
analisis
deskriptif
dengan
menggunakan grafik.
e. Analisis statistik juga dapat
dilakukan dengan sistem berisi
tentang jumal penderita penyakit,
maupun grafik yang ditampilan.
Pembahasan
Sistem
baru
yang
dikembangkan
menghasilkan informasi yang lebih lengkap
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan Surveilans
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah. Dengan demikian, kelengkapan
informasi yang dihasilkan diharapkan dapat
mendukung secara teknis maupun strategis
Dinas Kesehatan Kota Semarang, khususnya
tingkatan manajer pada Subdin P2P untuk
melakukan kegiatan Kewaspadaan dini Kejadian
Luar Biasa maupun kegiatan pencegahan dan
pemberantasan Penyakit.
Proses-proses yang terjadi pada setiap
struktur pada penelitian ini dianalisis dengan
Diagram Alir Data (DAD). Dalam metodologi
pengembangan Sistem DAD merupakan alat
yang digunakan untuk menggambarkan secara
logika tanpa mempertimbangkan lingkungan
fisik dimana data tersebut berada.
Pada
sistem
informasi
Surveilans
Epidemiologi proses dan aliran data yang terjadi
digambarkan secara logika dalam bentuk DAD
dengan
menggunakan
simbol
tertentu.
Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat
bantu (Case Tools) pengembangan sistem adalah
Visio. Case Tools ini mempunyai kemampuan
untuk menggambarkan analisis struktur, desain
struktur serta pemodelan data dan informasi.
Pada Pengembangan Sistem informasi
Surveilans Epidemiologi, Basis Data merupakan
sekumpulan data yang terkomputerisasi dan
memiliki
komponen
pendukung
berupa
perangkat keras (hardware), basis data, sistem
operasi, aplikasi sistem (software) serta user .
Basis
Data
yang
terkomputerisasi
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 59 - 59
mempunyai tujuan agar data dan informasi
dapat terpelihara dengan baik dan tersedia
setiap saat bila dibutuhkan. Manfaat diterapkan
basis data antara lain: (i) Kecepatan dan
kemudahan
dalam
melakukan
perubahan/manipulasi data; (ii) keakuratan data
dapat terpelihara; (iii) data tersedia setiap saat;
(iv) data relatif lebih lengkap karena dapat
dilakukan penambahan record maupun struktur;
(v) kemanan data dapat terpelihara dengan
menerapkan
sistem
pengaman,
(vi)
memungkinkan pemakaian data secara bersama.
4.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Hasil
Rancangan
Sistem
Informasi
Pemantauan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam
Berdarah yang dikembangkan
memiliki
kemampuan sebagai basis data laporan W2,
dapat menampilkan Kejadian Luar Biasa dalam
bentuk peta wilayah, dilengkapi dengan
indikator warna merah, kuning hijau dan dapat
menampilkan analisis deskriptif berupa grafik
maupu histogram.
Hasil Evaluasi sistem yang diperoleh sistem
memiliki
kelebihan
dibanding
dengan
pemantauan manual, dikarenakan sistem telah
dikembangkan berbasis web, sehingga berfungsi
secara multi user dan mempercepat kompilasi
data, sehingga memudahkan pengguna untuk
melakukan pemantauan kejadian Luar Biasa
(KLB) Penyakit tertentu, termasuk demam
berdarah.
Saran
Dalam rangka mengefektifkan pemanfaatan
Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi perlu
dikembangkan komitmen bersama antara
Subdin P2P dan Subdin Lain di DKK Semarang
maupun pihak yang terkait (Puskesmas dan
Rumah Sakit), sehingga Sistem Informasi yang
dikembangkan saat ini dapat ditingkatkan
pemanfaatannya menjadi multi user, dengan
demikian akan diperoleh informasi Kejadian
Luar Biasa yang efisien dan optimal.
Pemanfaatan sistem informasi Surveilans
epidemiologi perlu ditetapkan suatu ketentuan
atau peraturan yang mengatur pemanfaatan
Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi Untuk
mendukung Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa (KLB) Penyakit.
5.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada Direktur
Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang,
Ketua Jurusan Rekam Medis dan Informasi
kesehatan Poltekkes Semarang, Ketua Sub din
Pemberantasan Penyakit Menular, Puskesmas di
wilayah Tembalang.
6.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. 1988. Survei Kesehatan
Rumah Tangga, Balitbangkes, Depkes RI,
Jakarta.
Myrnamati, 2002. Peningkatan Fungsi Epidemiologi
Dalam Menyongsong Era Desentralisasi,
Majalah Kedokteran Indonesia (The Journal of
Indonesia Medical Association, Volume 3,
Maret 2002), Yayasan Penerbitan IDI,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1999. Pedoman untuk
Menilai Sistem Surveilens, Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1984. Undang
Undang NO: 204 tahun 1984, Undang
Undang Wabah, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2000.
Buku petunjuk Pelaksanaan Surveilens, Proyek
Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat,
Dinas Kesehatan Kota Semarang-, Profil Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2004.
Prof Dr. Umar. 2000. Surveilens Epidemiologi
Penyakit Menular, Jakarta Pers.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesi Nomor 1479/Menkes
/SK/X/2003
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Sistem
Surveilens
Epidemiologi Penyakit Menular dn Penyakit
Tidak Menular, Jakarta.
Budioro Eko, Prof. 2002. Pengantar Epidemiologi,
Jakarta Pers.
Davis, Gordon. 2002. Kerangka Dasar Sistem
Informasi Manajemen, PT Pustaka Binama,
Presindo Persada, Jakarta
Scott, George. 2002. Prinsip-Prinsip Sistem
Informasi Manajemen, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Copyright © 2016, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Download