BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan
survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai April 2016. Pengujian
cemaran AKK dan S.aureus pada sampel dilakukan di Laboratorium Pusat MIPA
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Variabel Penelitian
1.
Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas : jamu temulawak, kunyit, dan beras kencur yang
diproduksi oleh dua penjual jamu di pasar Gede Surakarta.
b. Variabel Tergantung : nilai AKK dan keberadaan bakteri S.aureus.
c. Variabel Terkendali : suhu inkubasi, lama inkubasi, media, sterilisasi alat,
dan sterilisasi media.
D. Definisi Operasional
a. Jamu gendong merupakan campuran atau ramuan berbagai macam
simplisia tanaman yang berkhasiat sebagai obat dan tersedia dalam bentuk
cair yang dapat langsung diminum oleh konsumen.
b. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) adalah suatu uji cemaran mikroba yang
dilakukan dengan menghitung jumlah koloni kapang dan khamir yang
14
15
terdapat dalam sampel yang diperiksa setelah cuplikan diinokulasikan
pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 25oC.
c. Uji cemaran bakteri S.aureus adalah uji untuk melihat keberadaan bakteri
S.aureus pada sampel yang diperiksa menggunakan media selektif MSA
dan pengamatan hasil dapat dilakukan dengan mengamati adanya koloni
cembung warna kuning dan media berubah menjadi jernih.
E. Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Laminar Air Flow (Speg
Air Tec), autoklaf (Sturdy), inkubator (Memert), pipet volume (pyrex), pipet tetes,
tabung reaksi (pyrex), gelas beaker (pyrex), cawan petri, gelas ukur (pyrex),
neraca analitik (Mettler Toledo), batang pengaduk, spreader glass, hotplate,
bunsen, dan colony counter (colony star).
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah cairan jamu
temulawak, kunyit, dan beras kencur yang diperoleh dari dua penjual jamu di
pasar Gede Surakarta. Bahan yang digunakan untuk media pengujian AKK adalah
PDA sedangkan untuk pengujian cemaran bakteri S.aureus digunakan media
MSA. Bahan lain yang digunakan yaitu kloramfenikol, akuades steril, dan
akuades.
F. Tata Cara Penelitian
1.
Pemilihan sampel
Sampel jamu yang dipilih diambil dari dua pedagang jamu di Pasar Gede
Surakarta. Dari masing-masing pedagang diambil 3 macam jenis jamu yaitu
16
jamu temulawak, jamu kunyit, dan jamu beras kencur. Sampel jamu
dihomogenkan terlebih dahulu dengan cara digojok sebelum diambil.
2.
Penanganan wadah/kemasan sampel
Kemasan jamu dibersihkan dengan kapas beralkohol 70%, selanjutnya
dipindahkan kedalam botol kaca steril secara aseptis.
3.
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan terlebih dahulu dicuci bersih dan dikeringkan.
Tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, dan pipet volume ditutup mulutnya
dengan kapas, kemudian dibungkus dengan kertas perkamen. Cawan petri
dibungkus terpisah dengan perkamen, kemudian semua alat disterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. Lemari aseptis dibersihkan
dengan menggunakan alkohol.
4.
Persiapan Pembuatan Media
a. Potato Dextrose Agar (PDA)
Serbuk PDA sebanyak 19,5 gram disuspensikan dalam 500ml akuades,
kemudian dilarutkan dengan pemanasan dan diaduk hingga merata.
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC. Kemudian
ditambah 25mg kloramfenikol dan dicampur hingga merata, lalu dituang
kedalam cawan petri dan biarkan memadat.
b. Manitol Salt Agar (MSA)
Sebanyak 16,65 gram media disuspensikan dalam 150ml akuades,
dipanaskan sampai bahan terlarut. Selanjutnya media disterilisasi
17
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Kemudian
dituang ke dalam cawan petri steril dan media dibiarkan memadat.
5.
Pengenceran Sampel
a. Sampel uji AKK
Sampel jamu dipipet secara aseptis sebanyak 1mL dan dimasukkan dalam
wadah yang telah berisi 10ml akuades steril sehingga diperoleh
pengenceran 10-1. Kemudian dikocok hingga homogen. Selanjutnya
dipipet 1ml sampel pengenceran 10 -1, dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang berisi 9ml akuades steril kemudian dikocok hingga homogen
sehingga diperoleh pengenceran 10 -2. Pengenceran dibuat hingga
pengenceran 10-4.
b. Sampel untuk uji cemaran bakteri S.aureus
Satu mililiter sampel jamu dilarutkan dalam 10ml akuades steril, dikocok
hingga homogen sehingga diperoleh pengenceran 10-1.
6.
Pengujian sampel
a. Uji Angka Kapang/Khamir
Pengujian cemaran angka kapang/khamir dari sampel jamu gendong
dilakukan dengan teknik cawan agar sebar/spread plate method dan
dilakukan replikasi duplo. Sebanyak 1ml suspensi hasil pengenceran
sampel dituang pada permukaan media PDA dan diratakan dengan
spreader glass. Sebagai kontrol digunakan media yang telah ditambah
kloramfenikol dan larutan pengencer. Cawan petri selanjutnya diinkubasi
pada suhu 250C selama 3. Penghitungan jumlah koloni kapang/khamir
18
yang tumbuh pada media dilakukan sesuai cara perhitungan yang
ditetapkan dalam prosedur operasional baku pengujian mikrobiologi oleh
Departemen Kesehatan tahun 1992.
b. Uji cemaran bakteri S.aureus
Pengujian cemaran S.aureus dilakukan dengan sebanyak 1ml suspensi
sampel hasil pengenceran dituang pada permukaan media MSA dan
diratakan dengan spreader glass. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam. Bakteri S.aureus dapat diketahui dengan adanya
perubahan warna media dari warna merah menjadi kuning atau jernih.
7.
Analisis Data
Menurut peraturan Kepala BPOM RI nomor 12 tahun 2014 tentang
persyaratan kualitas obat tradisional bahwa sediaan cairan obat dalam tidak
boleh mengandung angka kapang/khamir ≥103koloni/ml dan bakteri S.aureus
harus negatif. Apabila jamu yang diuji menunjukkan nilai AKK ≥10 3
koloni/mL dan terdapat cemaran bakteri S. aureus, maka sampel jamu yang
diuji tidak memenuhi persyaratan kualitas obat tradisional yang ditetapkan
oleh Kepala BPOM RI nomor 12 tahun 2014. Hasil data yang diperoleh
kemudian dianalisis sebagai berikut:
a. Perhitungan cemaran AKK
Perhitungan jumlah koloni cemaran kapang/khamir mengacu pada standar
atau peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan tahun 1992.
Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah
koloni antara 40-60. Jumlah koloni dari kedua cawan petri dihitung
19
kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada dua cawan
pada dua tingkat pengenceran dan berurutan menunjukkan jumlah antara
40-60, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran
kemudian diambil rata-rata. Angka diambil dinyatakan sebagai angka
kapang/khamir dalam tiap gram contoh. Untuk beberapa kemungkinan lain
yang berbeda dari pernyataan di atas, maka mengikuti petunjuk berikut:
1) Bila hanya salah satu dari kedua cawan petri dari pengenceran yang
sama menunjukkan jumlah koloni antara 40-60 buah, dihitung jumlah
koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
2) Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat koloni lebih
besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya,
maka dipilih tingkat pengenceran terendah.
3) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satu pun yang menunjukkan
jumlah antara 40-60 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari
tingkat
pengenceran
terendah
dan
dihitung
sebagai
angka
kapang/khamir perkiraan.
4) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan bukan disebabkan
faktor inhibitor, maka angka kapang/khamir dilaporkan sebagai
kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran.
b. Analisis cemaran bakteri S. aureus
Analisis dilakukan dengan cara mengamati adanya koloni cembung warna
kuning yang menyebabkan media berubah menjadi kuning atau jernih.
Download