PEMBERIAN TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG MAWAR II RSUD KARANGANYAR DISUSUN OLEH: DEWI WULANDARI P12076 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i PEMBERIAN TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG MAWAR II RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH: DEWI WULANDARI P12076 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i ii ii iii iii iv iv v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di ruang Mawar II RSUD Karanganyar”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Atiek Murharyati, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus sebagai penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 2. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. S. Dwi Sulisetyawati S. Kep.Ns., M. Kep. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat dan perasaan nyaman dalam bimbingan sehingga membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. v vi 4. Fahrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns, M. Kep. selaku penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan nyaserta ilmu yang bermanfaat. 6. RSUD Karanganyar yang telah memberikan kesempatan untuk dapat mengambil kasus di Ruang Mawar II dan memperbolehkan mengaplikasikan jurnal yang penulis ambil. Kedua orang tua kami, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat di sebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, Penulis vi Mei 2015 vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v DAFTAR ISI ................................................................................................ . vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ . x BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar belakang ....................................................................... 1 B. Tujuan penulisan ................................................................... 4 C. Manfaat penulisan ................................................................. 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori ......................................................................... 7 1. Hipertensi ...................................................................... 7 2. Tekanan darah ................................................................ 24 3. Touch therapy/ massase ................................................. 25 4. Minyak lavender ............................................................ 27 B. Kerangka teori ....................................................................... 29 C. Kerangka konsep ................................................................... 30 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subyek aplikasi riset .............................................................. 31 B. Tempat dan waktu ................................................................. 31 C. Media dan alat yang digunakan ............................................. 31 D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ........................ 31 E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset ............................ .. 32 BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas klien ....................................................................... . 33 B. Pengkajian ............................................................................. 33 vii viii C. Perumusan masalah kepeerawatan ...................................... .. 39 D. Perencanaan .......................................................................... . 40 E. Implementasi ......................................................................... 42 F. Evaluasi ................................................................................. 45 BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian ............................................................................. 48 B. Perumusan masalah keperawatan ........................................ .. 52 C. Perencanaan .......................................................................... . 57 D. Implementasi ......................................................................... 61 E. Evaluasi ................................................................................. 64 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... . 67 B. Saran ..................................................................................... . 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP viii ix DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka teori ………………………………………...... 27 Gambar 2.2 Kerangka konsep ……………………………………… 27 Gambar 4.1 Genogram ………………………………………………. 32 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygnomanometer) ataupun alat digital lainnya (Shadine, 2010). WHO (World Health Organization), memberikan batasan hasil tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan batasan hasil tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tekanan darah ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani & Tantan, 2007). Sebanyak 1 milyar orang di dunia menderita hipertensi dan bisa dikatakan 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan, sudah diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025 (Wahdah, 2011). Menurut Riskesdas (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas, dari jumlah itu 60% penderita hipertensi mengalami komplikasi stroke. Sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab 1 2 kematian ke 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Endang, 2014). Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008. Prevalensi sebesar 3,30% artinya setiap 100 orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4 kabupaten atau kota dengan prevalensi sangat tinggi diatas 10% yaitu kabupaten Brebes sebesar 18,60%, kota Tegal 15,41%, kab. Karanganyar 13,81%, dan kab. Sukoharjo 10,89%, dan di RSUD Karanganyar sepanjang tahun 2014 sebanyak 996 pasien dengan hipertensi, dan rata-rata 83 pasien hipertensi tiap bulannya (Profil kesehatan prov. Jawa Tengah, 2008). Hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian 7,1 juta orang di seluruh dunia, yaitu sekitar 13% kematian, prevalensinya hampir sama besar baik di negara berkembang maupun negara maju (Sani, 2008). Depkes (2011) menunjukkan, di Indonesia ada 21% penderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi. Cakupan tenaga kesehatan terhadap kasus hipertensi di masyarakat masih rendah, hanya 24,2% untuk prevalensi hipertensi di Indonesia yang berjumlah 32,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2007). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat, seringkali tidak disadari karena tidak memiliki gejala khusus (Herlambang, 2013). Vasokontriksi pada pembuluh darah perifer dapat 3 menghambat sirkulasi darah dan meningkatkan tahanan vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi (Turner, 2005). Gejala yang sering muncul pada penderita hipertensi adalah pusing, sakit kepala, serasa akan pinsan, tinnitus (terdengar suara mendengung dalam telingga) dan penglihatan menjadi kabur (Suiraoka, 2012). Menurut Herlambang (2013) penanganan hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu farmakologis dan non farmakologis. Hal ini didukung oleh beberapa peneliti yang telah membuktikan dengan tindakan non farmakologis yaitu dengan massase dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang (Dalimarta, 2008; Sutanto, 2010). Massase adalah teknik menyentuh dan menekan bagian-bagian tubuh untuk mempengaruhi saraf otot agar mengendur sehingga dapat bekerja dengan optimal sesuai dengan fungsinya (Manalu, 2012). Salah satu gerakan dalam pemijatan, yaitu effleurage yang dilakukan pada daerah kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan efeknya memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju kejantung (Turner, 2005). Minyak esensial lavender adalah suatu oil yang umum digunakan dalam aromaterapi yang diperoleh dari bunga lavender, wanginya segar sekaligus mengenakkan, dimana salah satu fungsi dari lavender ini adalah melancarkan sirkulasi darah. Minyak esensial lavender paling umum digunakan untuk massase karena kandunganya itu aldehid yang bersifat iritatif bagi kulit 2% serta tidak bersifat atoksit. Kandungan ester pada bunga lavender bekeja 4 dengan lembut di kulit dan memberikan efek menenangkan (Price, 1997; Koensoemardiyah, 2009). Jadi massase pada kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender adalah suatu teknik terapi menyentuh atau menekan pada kaki, dimana pada kaki banyak terdapat saraf yang berhubungan dengan seluruh organ baik luar maupun dalam tubuh manusia dengan menggunakan minyak esensial lavender yang salah satu fungsinya melancarkan sirkulasi darah (Muhammadun, 2010). Berdasarkan penelitian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi menunjukkan pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah touch therapy dengan essensial oil lavender (Widyawati dan Enikmawati, 2014). Berdasarkan hasil studi di RSUD Karanganyar penatalaksanaan pada penderita hipertensi adalah dengan menggunakan obat, perawat belum pernah melakukan tindakan non farmakologis untuk mengatasi hipertensi misalnya dengan touch therapy pada kaki. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan keperawatan touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar tempat penulis melakukan implementasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 5 Mengaplikasikan tindakan pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan hipertensi. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada hipertensi. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien hipertensi. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien hipertensi. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien hipertensi. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi pendidikan keperawatan Hasil aplikasi riset ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh intervensi mandiri perawat dalam penatalaksanaan hipertensi untuk membantu menurunkan tekanan darah dengan massase menggunakan oil essensial lavender. 2. Bagi praktek keperawatan Hasil aplikasi riset ini dapat dijadikan bekal perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan penyakit 6 dalam dengan memberikan intervensi massase essensial oil lavender untuk menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi. 3. Bagi pelaksana keperawatan Hasil aplikasi riset ini dapat digunakan sebagai data tambahan penelitian selanjutnya aplikasi ini dapat menambah pengetahuan tentang manfaat essensial oil lavender dengan jenis massase dan jenis minyak essensial yang berbeda terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. 4. Bagi penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan khususnya di bidang keperawatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi. 5. Bagi masyarakat Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai cara penanganan menurunan tekanan darah tinggi pada kasus hipertensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hipertensi a. Definisi hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling dasyat di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Gemilang, 2013). Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg (Riskesdas, 2007). Peningkatan tekanan darah ditunjukkan oleh angka sistolik dan angka diastolik pada pemeriksaan menggunakan cuff air raksa (sphygmomanometer) atau menggunakan alat digital lainnya (Shadine, 2010). b. Klasifikasi Klasifikasi hipertensi dibedakan menjadi 4: 1) Hipertensi primary Adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. 7 8 2) Hipertensi secondary Adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. 3) Pregnancy-Induced Hypertension (PIH) Adalah sebutan dalam istilah kesehatan atau medis bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. 4) Preeclanpsia Adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak kurang nafsu makan, mual bahkan muntah (Gemilang, 2013). c. Etiologi Hipertensi sering disebut juga sebagai salah satu penyakit degeneratif. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi (Sutanto, 2009). Penyebab terjadinya hipertensi antara lain (Hasdianah, 2014): 1) Gangguan emosi 2) Obesitas 3) Konsumsi alkhohol yang berlebih 9 4) Rangsangan kopi dan tembakau yang berlebih 5) Obat-obatan 6) Keturunan d. Manifestasi klinis Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu (Susanto, 2009): 1) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala 2) Sering gelisah 3) Wajah merah 4) Tengkuk terasa pegal 5) Mudah marah 6) Telinga berdengung 7) Sukar tidur 8) Sesak nafas 9) Rasa berat di tengkuk 10) Mudah lelah 11) Mata berkunang-kunang 12) Mimisan (keluar darah dari hidung) 10 e. Patofisiologi Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui berbagai cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya serta arteri lebih besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis (Triyanto, 2014). Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat (Triyanto, 2014). Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh 11 secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui berbagai cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal (Triyanto, 2014). Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosterone. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto, 2014). Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon figh-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, 12 sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh; melepaskan hormon epnefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stress merupakan salah satu faktor pencetus tejadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin (Triyanto, 2014). f. Komplikasi Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang berlebih pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh. Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah (Suiraoka, 2012): 1) Pembuluh arteri 2) Gagal jantung 3) Otak memungkinkan terserang stroke 4) Gagal ginjal kronik 5) Mata, dapat menyebabkan kebutaan g. Penatalaksanaan Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) Pengobatan non farmakologis Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap 13 untuk mendapat efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah: a) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh b) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh c) Ciptakan keadaan rileks d) Melakukan olahraga misal: senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu e) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol 2) Pengobatan farmakologis Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Diantaranya adalah (Herlambang, 2013): a) Diuretik Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan didalam tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatnya: hidroklorotiazid. b) Penghambat simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas). Contoh obatnya: metildopa, klonidin, reserpin. 14 c) Betabloker Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Contoh obatnya: metoprolol, propranolol dan atenolol. d) Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Contoh obatnya: prasonin, hidralasin. e) Penghambat enzim konversi angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah penghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obatnya: captopril. f) Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contoh obatnya: nifedipin, diltiasem dan verapamil. g) Penghambat reseptor angiotensin II Cara kerja obat ini adalah menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh obatnya: valsartan 15 h. Pencegahan Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara menghindari faktor-faktor pemicunya. Namun sebagaimana telah diuraikan di atas, factor-faktor pemicu hipertensi ada dua yaitu faktorfaktor yang bisa dikontrol (meliputi obesitas, kurang aktivitas, konsumsi garam berlebihan, merokok dan konsumsi alkohol, stress) seta faktor-faktor yang tidak bisa dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin dan umur). Pada intinya, cara terbaik untuk menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengadopsi pola hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet (rendah garam, rendah kolestrol dan lemak jenuh) serta mengupayakan perubahan kondisi (menghindari stress dan mengobati penyakit (Suiraoka, 2012). i. Konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi 1. Pengkajian a. Data biografi: Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis, penanggung jawab, catatan kedatangan. b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama: Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur. 16 2) Riwayat kesehatan sekarang: Biasanya pada saat dilakukan pengkajian masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, penglihatan berkunang-berkunang, tidak bisa tidur. 3) Riwayat kesehatan dahulu: Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti captopril. 4) Riwayat kesehatan keluarga: Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit keturunan. c. Data dasar pengkajian 1) Aktivitas atau latihan Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 2) Sirkulasi Gejala: riwayat hipertensi, asteroskerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler. Tanda: kenaikan tekanan darah, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin. 17 3) Integritas ego Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stres multipel. Tanda: letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka yang tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara. 4) Eliminasi Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu. 5) Makanan atau cairan Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya odema. 6) Neurosensori Gejala: keluhan pusing atau pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, gangguan pada penglihatan, episode, epistaksis. Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retina optik. 7) Nyeri atau ketidaknyamanan Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen. 18 8) Pernafasan Gejala: dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dipsnea nokturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, pasien riwayat merokok. Tanda: distres respirasi atau penggunaan otot akserosis pernafasan, bunyi nafas tambahan , sianosis. 9) Keamanan Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan. Tanda: episode parestesa uni lateral transien hipotensi. 10) Pembelajaran atau penyuluhan Gejala: faktor resiko keluarga ; hipetensi, arterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon. d. Diagnosa keperawatan 1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertrofi ventrikuler. 2) Nyeri b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral. 3) Potensial perubahan jaringan: serebral, ginjal, jantung b.d gangguan sirkulasi. 4) Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri. 19 e. Rencana asuhan keperawatan 1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkaan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi vaskuler. Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Hasil yang diharapkan: a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah. b) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima. c) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil. Intervensi keperawatan: a) Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat. b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. c) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. d) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler. e) Catat edema umum. 20 f) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas. g) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur atau kursi. h) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. i) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung atau leher j) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan. k) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi. 2) Nyeri berhubungan dengan tekanan vaskuler serebral. Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 kali 24 jam diharakan nyeri berkurang. Hasil yang diharapkan: a) Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman. Intervensi keperawatan: a) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan. b) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan. c) Batasi aktivitas. 21 d) Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin. e) Beri obat analgesik dan sedasi sesuai pesanan. f) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi. 3) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubugan dengan gangguan sirkulasi Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan sirkulasi tubuh tidak terganggu. Hasil yang diharapkan: a) Pasien mendemontrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukan dengan : tekanan darah dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. b) Haluaran urin 30 ml/ menit. c) Tanda-tanda vital stabil. Intervensi keperawatan: a) Pertahankan tirah baring: tinggikan kepala tempat tidur. 22 b) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan : tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia. c) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan. d) Amati adanya hipotensi mendadak. e) Ukur masukan dan pengeluaran pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan. f) Ambulasi sesusai kemampuan : hindari kelelahan. 4) Kurangnya pengetahuan berhungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakt dan perawatan diri. Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Hasil yang diharapkan : a) Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang hipertensi. b) Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan. Intervensi keperawatan: a) Jelaskan sifat penyakit pengobatan dan prosedur. dan tujuan dari 23 b) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stres. c) Dikusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik. d) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter. e) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter: sakit kepala, pusing, pinsan, mual dan muntah. f) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil. g) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat. h) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan. i) Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembataskan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alkohol. j) Jelaskan perlunya menghndari konstipasi dan penahanan. (Wijaya, 2013). 24 2. Tekanan darah a. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik (pada waktu jantung menguncup) dan tekanan arah diastolic (pada saat jantung mengendor kembali). Tekanan darah manusia dapat diukur dengan alat tensimeter atau alat digital lainnya (Gunawan, 2012). Tekanan darah dapat dilihat dengan cara mengambil dua ukuran dengan angka 120/80 mmHg, angka 120 mmHg menunjukan bahwa tekanan pada pembuluh darah arteri saat jantung berkontraksi yang biasanya disebut dengan sistolik. Angka 80 mmHg menunjukkan bahwa jantung sedang berelaksasi atau yang sering disebut dengan diastole (Riama, 2012). Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh peningkatan volume dan elastisitas pembuluh darah, dan penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh menurunnya volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Yanita, 2010). b. Klasifikasi 1) Tekanan darah normal Apabila tekanan sistoliknya 120-140 mmHg dan tekanan diastoliknya 80-90 mmHg. 25 2) Tekanan darah rendah (hipotensi) Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari normal yaitu mencapai angka 90/60 mmHg. Gejala klinis dari hipotensi meliputi : pusing, cepat lelah, berkeringat dingin, penglihatan kurang jelas. 3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah melebihi normal yaitu dengan hasil tekanan diastolic 140 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi (Amira, 2010). 3. Touch Therapy a. Pengertian Touch therapy atau massase adalah salah satu cara untuk mengembalikan dan merawat kesehatan. Massase adalah sentuhan sederhana pada kulit yang merupakan reaksi terhadap rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada suatu bagian tubuh sebagai cara untuk menciptakan kenyamanan, relaksasi dan kebugaran melalui sentuhan terapis yang terangkai dengan gerakan yang sistematis (Anonim, 2015). Massase adalah teknik menyentuh dan menekan bagian-bagian tubuh untuk mempengaruhi saraf otot agar mengendur sehingga dapat bekerja secara optimal sesuai dengan fungsinya (Manalu, 2012). Pada saat melakukan massase pada otot-otot kaki maka tingkatkan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga dapat 26 membantu memperlancar aliran darah ke jantung dan tekanan darah akan menjadi turun (Widowati, 2014). Massase dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taksil di jaringan tubuh menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam The Hypothalamic Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur sistem saraf. Stimulus tersebut didistribusikan otak tengan melalui korteks di otak dan diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton, 2003). Salah satu gerakan dalam pemijatan yaitu dengan effleurage yang dilakukan pada kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan dapat memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju ke jantung (Turner, 2005). b. Teknik dasar Tiga teknik dasar teknik massase: 1) Memijat Teknik ini menggunakan ujung telapak tangan untuk membuat gerakan pendek, tajam. Menekan digunakan untuk melancarkan sekresi yang terhambat dari paru seperti dalam kistik fibrosis. Cara digerakkan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang. 2) Meremas Tekanan tangan harus tegas untuk gerakan ini karena untuk menggerakan kulit diatas otot, otot I atas otot, atau jaringan di atas jaringan. Tangan harus diletakkan diposisi datar dan kemudian 27 digerakkan dengan arah sirkular baik satu berlawanan arah. Teknik ini khususnya digunakan untuk menghilangkan ketegangan. 3) Mengurut Mengurut adalah gerakan, meluncur dan ritmik yang selalu mengikuti arah drainase vena menuju jantung. Tekanan dapat ringan atau dalam ketergantungan tujuannya (Lynn & Oliver, 2006). 2. Minyak Lavender a. Pengertian Minyak esensial lavender adalah suatu oil yang umum digunakan dalam aromaterafi, wanginya segar sekaligus mengenakkan, dimana salah satu fungsi dari lavender ini adalah melancarkan sirkulasi darah. Jadi Massase pada kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender adalah suatu teknik terapi menyentuh atau menekan pada kaki, dimana pada kaki banyak terdapat saraf yang berhubungan dengan seluruh organ baik luar maupun dalam tubuh manusia dengan menggunakan minyak esensial lavender yang salah satu fungsinya melancarkan sirkulasi aliran darah (Muhammadun, 2010). b. Kandungan Kandungan dari minyak lavender adalah aldehid yang bersifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksit. Kandungan ester pada buga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan efek menenangkan (Price, 1997; Koensoemardiyah, 2009). Kandungan aldehid dan ester yang memiliki sifat mudah diserap dan dapat 28 menurunkan tekanan darah. Penyerapan senyawa ini melewati epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe serta darah, kelenjar keringat, saraf, masuk ke dalam aliran darah dan menuju ke setiap sel tubuh untuk beraksi sehingga memberikan efek menenangkan dan bersifat hipotensif yang dapat menurunkan tekanan darah (Widowati, 2014). 29 B. Kerangka Teori Hipertensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Definisi Hipertensi Klasifikasi Etiologi Manifestasi klinis Patofisiologi Komplikasi Penatalaksanaan Pencegahan Farmakologis Non Farmakologis Merangsang saraf penciuman Sirkulasi darah lancar Aliran energi seimbang Ketegangan otot berkurang/ kendur Minyak Esensial Lavender: kandungan ester dan aldehit Touch therapy/ masase kaki Merangsang system limbik Penyerapan melalui epidermis kulit, masuk ke saluran limfe serta darah menuju ke setiap sel tubuh Menyebabkan respon neurohumoral yang komplek dalam HPA Mengeluarkan serotonin Tubuh, pikiran, jiwa menjadi tenang. Memberi efek rileks .memberi efek rileks Efek vasodilatasi pembuluh darah Mensekresi hormone kartisol dan endorphin mengurangi aktivitas saraf simpatis Meningkatkan respon saraf parasimpatis Mengurangi kerja jantung Penurunan Tekanan Darah Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Damayanti (2013), Lawton (2003) dan Muhammadun (2010). 30 C. Kerangka Konsep Touch therapy dengan essensial oil lavender Pasien hipertensi Menurunkan Tekanan darah Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sumber: Modifikasi Damayanti (2013), Lawton (2003) dan Muhammadun (2010). BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi RisetA Subjek dari aplikasi riset ini adalah Ny. S dengan hipertensi. B. Tempat dan Waktu Aplikasi riset ini dilakukan di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar pada tanggal 9-11 Maret 2015, tindakan dilakukan selama 15-20 menit. C. Media dan Alat Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan antara lain: a. Cuff air raksa (spygnomanometer) b. Minyak essensial lavender c. Air bersih d. Kain atau kasa e. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat identitas dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan touch therapy. D. Prosedur Tindakan Prosedur tindakan touch therapy yang dilakukan adalah: a. Pasien diposisikan yang nyaman dan tenang dengan berbaring. b. Bersihkan terlebih dahulu telapak kaki pasien dengan menggunakan air. c. Setelah itu keringkan dengan kain atau kasa. 31 32 d. Lakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan touch therapy, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan antara sesudah dan sebelum dilakukan tindakan touch therapy. e. Selanjutnya oleskan oil lavender ke tangan dan lakukan pemijatan, lakukan selama 15-20 menit dengan teknik memijat, meremas, dan mengurut (Basfort , 2005). f. Setelah selesai dilakukan touch therapy pasien istirahat 5-10 menit. g. Kemudian lakukan pengukuran tekanan darah ulang setelah tindakan touch therapy (Widyastuti & Enikmawati, 2013). E. Alat ukur Pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat yang berupa cuff air raksa (sphygnomanometer) ataupun alat digital lainnya (Shadine, 2010). BAB IV LAPORAN KASUS Bab ini menjelaskan laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Hipertensi di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar. Pengelolaan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, kemudian menegakkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, memberikan tindakan atau implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan. A. Identitas Pasien Pasien merupakan seorang perempuan yang berinisial Ny. S, berusia 61 tahun, beragama islam, berpendidikan SD dan bertempat tinggal di Klolokan Pulosari Kebakkramat, dengan diagnosa medis hipertensi, pasien masuk rumah sakit tanggal 7 Maret 2015 pukul 19.15 WIB. Selama di rumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. S berusia 61 tahun, berpendidikan SD pekerjaan swasta bertempat tinggal di Klolokan Pulosari Kebakkramat, hubungan dengan pasien adalah suami. B. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 10.00 WIB dengan metode pengkajian Autoanamnesa dan Alloanamnesa. Keluhan utama abovemengatakan pusing dan nyeri pada tengkuk sudah sejak 2 hari yang lalu. Di rumah hanya diberikan obat dari warung tetapi tidak ada perubahan, sehingga pada tanggal 7 Maret 2015 pukul 19.15 WIB pasien dibawa oleh 33 34 keluarga ke IGD RSUD Karanganyar. Saat di IGD pasien mengatakan mengeluh pusing dan nyeri di tengkuk, kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah 200/120 mmHg, nadi 92 kali permenit, suhu 36,5ºC, respirasi 22 kali permenit dan mendapat terapi infus Ringer Laktat 20 tetes permenit, progesol 1gram/8 jam, ranitidine 25 mg/12 jam. Pasien juga mengeluh nyeri kepala akibat pusing, pasien mengatakan nyeri terasa tertusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian tengkuk, skala nyeri 5, nyeri terasa bangun tidur, dengan durasi ± 3 menit. Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah dirawat di rumah sakit pada bulan Mei 2014 dengan hipertensi dan DM. Pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan atau obat-obatan. Riwayat kesehatan lingkungan, merupakan lingkungan yang bersih bebas dari polusi udara, air bersih cukup. Riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan seorang ibu rumah tangga dan bapaknya mempunyai riwayat penyakit yang sama yaitu hipertensi. Adapun gambar genogram pada keluarga Ny. S adalah sebagai berikut : 35 HTTT Keterangan : : Laki - laki : Perempuan : Sudah meninggal : Garis Pernikahan : Garis Keturuanan : Pasien : Tinggal satu rumah Pengkajian pola kesehatan fungsional, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan bahwa sehat itu mahal harganya, karena saat kita sehat kita bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Apabila ada keluarga yang sakit selalu dibawa kepusat pelayanan kesehatan terdekat supaya cepat sembuh. Pola nutrisi dan metabolisme, pasien mengatakan sebelum sakit 36 makan 3 kali sehari, habis satu porsi makan dengan nasi sayur dan lauk dan minum 7-8 gelas (1750cc-2000cc) per hari minum dengan air putih dan tidak ada keluhan. Dan selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan bubur sayur dan lauk, habis ½ porsi. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang karena rasa pahit dimulut dan minum air putih 600cc, dan jatah minum dari rumah sakit 3 kali (200cc), teh (200cc) total konsumsi ± 1400cc. Pola eliminasi, pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak berbau khas dan berwarna kuning, BAK 6-7 kali perhari berwarna kuning berbau amoniak (100-150cc per BAK). Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan baru 1 kali BAB selama dirawat di rumah sakit dengan konsistensi lunak berwarna kuning berbau khas. BAK 5-6 kali perhari warna kuning berbau amoniak (100-150 per BAK). Pola istirahat tidur, pasien mengatakan sebelum sakit tidur nyenyak, istirahat tidur ± 8 jam. Selama sakit, pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena kepala pusing dan keramaian di rumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam. Pola kognitif dan perseptual, pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran ataupun alat indra lainnya. Selama sakit pasien mengatakan pusing dan nyeri, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri ± 3 menit. Pola persepsi konsep diri sebelum sakit pasien mengatakan dia adalah ibu rumah tangga dia menilai diri nya dalam keadaan baik merasa percaya diri dan selalu bersyukur dengan keadaan nya. Selama 37 sakit pasien mengatakan masih bisa mengenali dirinya sendiri, tetapi tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya dan menerima keadaannya sekarang dan menganggap ini adalah cobaan. Pada pengkajian aktivitas dan latihan pasien di dapatkan hasil aktivitas pasien dibantu oleh keluarga, kemampuan perawatan diri makan atau minum dengan nilai 2 (dibantu orang lain), kemampuan toileting dengan nilai 2 (dibantu orang lain), kemampuan perawatan diri berpakaian dengan nilai 2 (dibantu orang lain), mobilitas di tempat tidur dan berpindah dengan nilai 2 (dibantu orang lain), untuk ambulasi atau ROM dengan nilai 2 (dibantu orang lain). Pola hubungan peran sebelum sakit pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan orang sekitarnya. Selama sakit pasien mengatakan tetap memiliki hubungan dengan baik dengan keluarga dan orang sekitarnya. Pola seksual reproduksi, pasien mengatakan sudah menikah mempunyai 3 orang anak, 5 cucu dan tidak mengalami gangguan reproduksi. Pola mekanisme koping pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun, dan apabila ada masalah pasien selalu menceritakan dengan suami dan anaknya, dan pasien mampu menerima sakit nya dengan ikhlas dan menganggap ini hanya cobaan. Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit pasien mengatakan beragama islam dan selalu menjalankan sholat 5 waktu, selama sakit pasien mengatakan tetap menjalankan sholat 5 waktu dan berdoa untuk kesembuhannya. Pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan dengan kesadaran pasien composmentis. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital sebagai berikut, 38 tekanan darah 180/100 mmHg frekuensi nadi 88 kali permenit suhu tubuh 36ºC respirasi 22 kali permenit. Bentuk kepala mesocepal, kulit kepala bersih, rambut beruban. Hasil pemeriksaan dari mata palpebra tidak ada edema konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor reflek terhadap cahaya positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pemeriksaan hidung tidak terdapat polip simetris tidak ada coping hidung. Hasil pemeriksaan mulut mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis. Hasil pemeriksaan gigi bersih. Hasil pemeriksaan telinga, kanan dan kiri simetris bersih tidak ada kelainan pendengaran. Pemeriksaan pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan dada pada paru-paru saat di inspeksi didapatkan hasil tidak ada jejas, bentuk simetris, palpasi tidak ada masa vokal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi tidak ditemukan penumpukan cairan didada, auskultasi tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan dada pada jantung saat di inspeksi iktuscordis tidak tampak, palpasi iktuscordis teraba di intercosta 5, perkusi redup batas atas kiri intercosta 2 batas atas kanan intercosta 3 batas bawah intercosta 4, dan saat di auskultasi bunyi jantung BJ I-II reguler. Pemeriksaan abdomen saat di inspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus 10 kali permenit, perkusi kuadran I II III timpani kuadran IV pekak, tidak ada nyeri tekan ketika dipalpasi. Pada pemeriksaan genetalia tidak terpasang DC, pada pemeriksaan rektum tidak ada penumpukan feses. Pada saat pemeriksaan ekstremitas atas kanan terpasang infus, atas kiri dapat bergerak bebas, ekstremitas kanan dan 39 kiri bawah dapat bergerak dengan bebas, capillary refill pada ekstremitas atas dan bawah kurang dari 2 detik. Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Maret 2015 didapatkan hasil hemoglobin 14,7 g/dL (nilai normal 12.00 – 16.00 g/dL), Hematokrit 40,7 % (nilai normal 3700-4700 %), lekosit 7,97 10ˆ3/uL (nilai normal 5-10 10ˆ3/Ul), trombosit 202 10ˆ3/Ul (nilai normal 150-300 10ˆ3/Ul), eritrosit 4,71 10ˆ6/Ul (nilai normal 4.00-5.00 10ˆ6/Ul), MPV 8,1 (nilai normal 6.5 – 12.00), PDW 16,4 (nilai normal 9-17), MCV 86,4 Fl (nilai normal 82-92 Fl),MCH 31,2 pg (nilai normal 27-31 pg), MCHC 31,1 (niai normal 32-37 g/dl), limfpsit 14,8 % (nilai normal 25-40 %), monosit 1,6 % (nilai normal 3-9 %), eosinophil 0,2 % (nilai normal 0.5-5.0 %), basophil 0,2 % (nilai normal 0.0-1.0 %), GDS 234 mg/100ml (nilai normal 70-150 mg/100ml). Jenis terapi yang diberikan yaitu infus Ringer Laktat 20 tetes permenit untuk keseimbangan cairan, captopril 3x25 mg untuk menurunkan tekanan darah, metformin 2x500 mg untuk menurunkan gula darah, progesol 1000 mg/8 jam untuk menurunkan nyeri, ranitidine 50 mg/12 jam untuk pencernaan perut. C. Perumusan Masalah Setelah dilakukan analisa terdapat data pengkajian diperoleh data subyektif antara lain pasien mengatakan nyeri ditengkuk karena pusing, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian tengkuk, skala nyeri 5, nyeri terasa ketika bangun tidur dengan durasi ± 3 menit. Data obyektif diperoleh pasien tampak meringis kesakitan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan 40 tekanan darah 180/100 mmHg suhu 36ºC nadi 88 kali permenit respirasi 22 kali permenit. Diagnosa keperawatan yang diambil yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (peningkatan tekanan vaskuler cerebral). Setelah dilakukan analisa terdapat data pengkajian diperoleh data subyektif antara lain pasien mengatakan badannya terasa lemas, merasa mudah lelah saat beraktivitas. Data obyektif diperoleh data pasien tampak lemas dan lemah, aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg suhu 36ºC nadi 88 kali permenit respirasi 22 kali permenit. Diagnosa keperawatan yang diambil yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data subyektif antara lain pasien mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana rumah sakit, tidur malam ±2 jam terbangun, pasien mengatakan istirahat tidur ±4-5 jam. Data obyektif diperoleh hasil pasien tampak lemah lesu, mata tampak sayu, pasien tampak tidak fres. Diagnosa keperawatan yang diambil gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising). D. Perencanaan Keperawatan Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 Maret 2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan 41 tindakan keperawatan 3 kali 24 jam diharapkan pasien menunjukkan tingkat kenyamanan, skala nyeri berkurang atau hilang (3-0), tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, keadaan umum pasien baik. Intervensi yang dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri, berikan posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan touch therapy dengan essensial lavender, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik. Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 Maret 2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan fisik dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharap kan pasien mampu beraktivitas dengan mandiri, rasa lemah berkurang keadaan umum pasien baik, pasien tampak nyaman, tekanan darah, nadi, pernafasan normal setelah beraktivitas. Intervensi yang dilakukan yaitu observasi TTV, kaji pola aktivitas pasien, berikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan kepada pasien tentang penghematan energi, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien. Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 Maret 2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan gangguan pola tidur pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil psien tampak rileks, kualitas 42 istirahat pasien baik, pasien tampak fres. Intervensi yang dilakukan yaitu kaji pola tidur pasien, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung, anjurkan menggunakan lampu remang dimalam hari, berikan suasana tenang dan nyaman. E. Implementasi Tindakannkeperawatan dilakukan penulis pada tanggal 9 Maret 2015 jam 10.00 WIB adalah mengkaji karakteristik nyeri dengan hasil data subyektif pasien mengatakan pusing dan nyeri ditengkuk, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri ± 3 menit, data obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88 kali permenit. Pada jam 10.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam data obyektifnya pasien tampak kooperatif, pasien melakukan selama 10 menit. Pada jam 10.40 WIB menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia untuk melakukan aktivitas, data obyektifnya pasien tampak ke kamar mandi diantar keluarga. Jam 11.30 WIB memberikan injeksi progesol 1000 mg dan ranitidin 50 mg dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak tenang. Jam 12.05 WIB mengkaji tekanan darah pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah, data obyektif nya tekanan darah 180/100 mmHg. Jam 12.10 WIB memberikan touch therapy 43 dengan esensial oil lavender dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan pijat kaki, data obyektifnya massase dilakukan selama 15 menit, pasien tampak rileks. Pada jam 12.35 WIB mengkaji tekanan darah pasien setelah touch therapy dengan data obyektif tekanan darah 170/90 mmHg pasien tampak tenang dan rileks. Pada jam 12.45 WIB memberikan obat peroral sesuai advis dokter captopril 25 mg dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia meminum obat, dan data obyektinya pasien tampak minum obat. Pada jam 13.05 WIB menganjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung dengan hasil data subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia, dan data obyektifnya pasien tampak istirahat. Implementasi keperawatan pada tanggal 10 maret 2015 jam 08.00WIB memberikan injeksi progesrol 1000 mg dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak tenang. Pada jam 08.30 WIB mengkaji karekteristik nyeri dan mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil data subyektif pasien mengatakan pusing dan nyeri ditengkuk , (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 3, (T) nyeri ± 2 menit, data obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, tekanan darah 170/110 mmHg, nadi 80 kali permenit. Pada jam 08.45 WIB mengkaji pola istirahat pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan tadi malam sudah bisa sedikit bisa tidur, data obyektifnya pasien tampak lebih fres. Pada jam 10.25 WIB mengkaji tekanan darah pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah, data obyektifnya 44 tekanan darah 170/100 mmHg. Jam 10.30 WIB memberikan touch therapy dengan esensial oil lavender dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan pijat kaki, data obyektifnya massase dilakukan selama 20 menit, pasien tampak rileks. Pada jam 11.00 WIB mengkaji tekanan darah pasien setelah touch therapy dengan data obyektif tekanan darah 160/90 mmHg pasien tampak tenang dan rileks. Pada jam 11.30 WIB memberikan injeksi progesol 1000 mg dan ranitidin 50 mg dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak tenang. Pada jam 11.45 WIB memberikan obat peroral memberikan obat peroral sesuai advis dokter captopril 25 mg dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia meminum obat, dan data obyektinya pasien tampak minum obat. Pada jam 13.00 WIB mengkaji pola aktivitas pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa kekamar mandi sendiri, data obyektif pasien tampak ke kamar mandi sendiri. Pada jam 13.15 WIB motivasi pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam saat nyeri timbul dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektifnya pasien tampak tenang. Implementasi keperawatan pada tanggal 11 Maret 2015 jam 08.00WIB memberikan injeksi progesol 1000 mg dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak tenang. Pada jam 08.30 WIB mengkaji karekteristik nyeri dan mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri hanya tinggal sedikit , (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, 45 (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 2, (T) nyeri ± 30 detik, data obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 80 kali permenit. Pada jam 09.30 WIB mengkaji pola aktivitas pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa kekamar mandi sendiri dan sudah bisa bangun dari tidur sendiri, data obyektifnya pasien tampak rileks pasien tampak duduk ditempat tidur. Pada jam 10.30 mengkaji tekanan darah pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah, data obyektif nya tekanan darah 160/90 mmHg. Jam 10.35 WIB memberikan touch therapy dengan essensial oil lavender dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan pijat kaki, data obyektifnya massase dilakukan selama 15 menit, pasien tampak rileks. Pada jam 11.00 WIB mengkaji tekanan darah pasien setelah touch therapy dengan data obyektif tekanan darah 150/90 mmHg pasien tampak tenang dan rileks. D. Evaluasi Evaluasi dilakukan selama tiga hari yaitu pada tanggal 9 Maret 2015 sampai tanggal 11 Maret 2015. Dengan metode SOAP, pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 13.30 WIB, evaluasi yang diperoleh dari diagnosa nyeri akut yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan pusing dan nyeri pada tengkuk, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri berlangsung ± 3 menit. Data obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, hasil pemeriksaan tandatanda vital diperoleh hasil tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, 46 respirasi 20x/menit. Hasil analisa nyeri akut masalah belum teratasi, planning: intervensi dilanjutkan meliputi pantau skala nyeri pasien, motivasi relaksasi nafas dalam, lakukan touch therapy. Evaluasi yang diperoleh dari intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan lemah merasa mudah lelah saat beraktivitas. Data obyektif pasien tampak lemas dan aktivitas tampak dibantu oleh keluarga, hasil pemeriksaan tandatanda vital diperoleh hasil tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit. Hasil analisa intoleransi masalah belum teratasi, planning: intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan pada pasien untuk penghematan energi. Evaluasi yang diperoleh dari gangguan pola tidur didapatkan hasil data subyektif pasien mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak pada malam hari karena ramai di rumah sakit. Data obyetif pasien tampak lesu, mata tampak sayu, pasien tampak tidak fres. Hasil analisa gangguan pola tidur masalah belum teratasi, planning: lanjutkan inervensi meliputi batasi pengunjung, ciptakan suasana tenang. Pada tanggal 10 Maret 2015 evaluasi yang diperoleh dari diagnosa nyeri akut yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 3, (T) nyeri ± 2 menit. Data subyektif pasien tampak meringis kesakitan, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 36,5˚C, repirasi 20x/ menit. Hasil analisa dari nyeri akut masalah belum teratasi, planning: 47 pantau skala nyeri, motivasi relaksasi nafas dalam, berikan touch therapy. Evaluasi yang diperoleh dari intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Data obyektif pasien tampak ke kamar mandi sendiri, pasien tampak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 36,5˚C, repirasi 20x/ menit. Hasil analisa intoleransi masalah belum teratasi, planning: intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. Evaluasi yang diperoleh dari gangguan pola tidur didapatkan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur. Data obyetif pasien tampak fres. Hasil analisa gangguan pola tidur masalah teratasi, planning: intervensi dihentikan. Pada tanggal 11 Maret 2015 evaluasi yang diperoleh dari diagnosa nyeri akut yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 1, (T) nyeri ± 30 detik. Data subyektif pasien tampak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/ menit. Hasil analisa dari nyeri akut masalah teratasi sebagian, planning: kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat. Evaluasi yang diperoleh dari intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri dan bangun dari tidur sendiri. Data obyektif pasien tampak beraktivitas mandiri, pasien tampak rileks. Hasil analisa intoleransi masalah teratasi, planning: intervensi dihentikan. BAB V PEMBAHASAN Bab ini penulis akan membahas tentang hasil pelaksaan pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi pada asuhan keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi di ruang Mawar II RSUD Karanganyar. Pembahasan pada bab ini membahas tentang kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan kasus. A. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran awal dalam proses keperawatan, pengkajian merupakan tahap pengumpulan data, untuk menghimpun tentang status kesehatan pasien yang digunakan untuk menentukan tahap selanjutnya dalam menentukan diagnosa keperawatan, desain perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi (Rohmah & Walid, 2012). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastoliknya. Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung berkontraksi). Diastolik adalah tekanan darah saat jantung mengembang (Wahdah, 2011). Pengkajian yang dilakukan pada pasien hipertensi meliputi pengkajian riwayat kesehatan pasien, aktivitas/istirahat pasien dengan gejala kelemahan, keletihan, sirkulasi pasien, neurosensori, ketidaknyamanan pasien terhadap nyeri yang dirasakannya (Saferi, 2013). 33 34 Dari pengkajian pada Ny. S didapatkan data subjektif sebagai berikut, kepala pasien pusing dan nyeri di tengkuk, (P) nyeri terasa saat bangun tidur, (Q) nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa di tengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri terasa ± 3 menit, pasien tampak meringis kesakitan, badan pasien tampak lemah, aktivitas dan latihan pasien dibantu oleh keluarga. Dari hasil pengukuran tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit, dan pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena kepala pusing dan keramaian di rumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam. Dari data tersebut termasuk dalam karakteristik nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur (Judith M. Wilkinson, 2007). Berdasarkan teori menurut Sutanto (2009), tanda dan gejala hipertensi adalah sakit kepala, tengkuk terasa pegal, gelisah, sukar tidur, dan terasa berat ditengkuk. Dari tanda dan gejala yang disebutkan diatas, antara teori dan observasi serta pengkajian pada Ny. S penulis menemukan persamaan antara teori dengan kasus salah satunya nyeri kepala. Pada pola kesehatan funsional Gordon didapatkan data pada pola kognitif dan perseptual Ny. S selama sakit pasien mengatakan pusing dan nyeri ditengkuk, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa di tengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri ± 3 menit. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau respositivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga jantung harus 35 memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang menyempit (Corwin, 2000 dalam Wijaya, 2013). Pola aktivitas dan latihan didapatkan data sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri namum selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya (Skor: 2). Salah satu gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah salah satunya gangguan serebral yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma (Ahdiyat, 2012). Penulis menemukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus Ny. S yaitu penyebab kelemahan otot pada pasien hipertensi. Pola aktivitas dan istirahat tidur didapatkan hasil selama sakit, pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena kepala pusing dan keramaian di rumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam. Kualitas tidur pada penderita hipertensi akan mengalami gangguan tidur, dan pasien biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai tidur (Marsor, 2002 dalam Ahdiyat 2012). Tidak seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam waktu 20 menit (Schachter, 2008 dalam Ahdiyat 2012). Salah satu penyebab pasien sukar tidur adalah seperti pusing dan rasa tidak nyaman (Ahdiyat, 2012). Penulis menemukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus Ny. S yaitu penyebab gangguan tidur pada pasien hipertensi. 36 Pada pemeriksaan dada pada paru-paru saat diinspeksi didapatkan hasil tidak ada jejas, bentuk simetris, palpasi tidak ada masa vokal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi tidak ditemukan penumpukan cairan di dada, auskultasi tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan dada pada jantung saat diinspeksi iktuscordis tidak tampak, palpasi iktuscordis teraba di intercosta 5, perkusi redup batas atas kiri intercosta 2 batas atas kanan intercosta 3 batas bawah intercosta 4, dan saat diauskultasi bunyi jantung BJ I-II reguler. Pemeriksaan abdomen saat diinspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus 10 kali permenit, perkusi kuadran I II III timpani kuadran IV pekak, tidak ada nyeri tekan ketika dipalpasi. Pada pasien hipertensi sebagian besar tidak menimbulkan gejala meskipun terkadang beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah, pasien dapat mengalami gejala sakit kepala tengkuk terasa pegal, mudah lelah, sering gelisah, sukar tidur, mata berkunang-kunang,hal ini sesuai teori bahwa salah satu gejala dari hierteni adalah nyeri yang terasa di tengkuk (Gemilang, 2013). Hipertensi yang berlanjut dapat menyebabkan penyakit jantung, menimbulkan stroke, gagal ginjal, dapat mengakibatkan retinopati dan dapat menimbulkan kebutaan (Wijaya & Mariza, 2013). Sehingga keluhan utama dari Ny. S yaitu pusing tidak jauh berbeda daengan teori tersebut. Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Maret 2015 didapatkan hasil hemoglobin 14,7 g/dL (nilai normal 12,00 – 16,00 g/dL), Hematokrit 40,7 % (nilai normal 3700-4700 %), lekosit 7,97 10ˆ3/uL (nilai normal 5-10 10ˆ3/Ul), 37 trombosit 202 10ˆ3/Ul (nilai normal 150-300 10ˆ3/Ul), eritrosit 4,71 10ˆ6/Ul (nilai normal 4,00-5,00 10ˆ6/Ul), MPV 8,1 (nilai normal 6,5 – 12,00), PDW 16,4 (nilai normal 9-17), MCV 86,4 Fl (nilai normal 82-92 Fl),MCH 31,2 pg (nilai normal 27-31 pg), MCHC 31,1 (niai normal 32-37 g/dl), limfpsit 14,8 % (nilai normal 25-40 %), monosit 1,6 % (nilai normal 3-9 %), eosinophil 0,2 % (nilai normal 0,5-5,0 %), basophil 0,2 % (nilai normal 0,0-1,0 %), GDS 234 mg/100ml (nilai normal 70-150 mg/100ml). Terapi yang digunakanyaitu infus Ringer Laktat 20 tetes permenit untuk keseimbangan cairan, captopril 3x25 mg untuk menurunkan tekanan darah, metformin 2x500 mg untuk menurunkan gula darah, progesol 1000 mg/8 jam untuk menurunkan nyeri, ranitidine 50 mg/12 jam untuk pencernaan perut (ISO, 2012). B. Perumusan Masalah Keperawatan Perumusan masalah adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual, potensial merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012). Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien hipertensi sesuai teori adalah resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikuler sebagai prioritas pertama dengan batasan karakteristik perubahan frekuensi/ 38 irama jantung, aritmia, bradikardi, perubahan EKG, palpitasi, takikardi, perubahan nadi perifer, penurunan resistensi vascular paru, penurunan resistensi vascular sistemik, peningkatan PVR, peningkatan SVR, oliguria (NANDA International, 2009). Prioritas kedua nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, prioritas ketiga potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan prioritas yang keempat kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit (Saferi & Marisa, 2013). Seharusnya penulis mengangkat diagnosa resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah, tetapi diagnosa tersebut tidak dimunculkan oleh penulis karena penulis ingin mengatasi vasokontriksi pembuluh darah dengan penatalaksanaan non farmakologis dan alasan penulis belum mengangkat diagnosa tersebut karena kurangnya penulis dalam melakukan pengkajian tentang hipertermi. Berdasarkan analisa data diagnosa yang ditegakkan pada pasien berdasarkan hasil pengkajian yaitu yang pertama nyeri akut berhubugan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral), diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising). Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral) sebagai prioritas utama karena pasien mengatakan nyeri di tengkuk karena pusing. Kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum karena 39 pasien mengatakan badannya terasa lemas dan aktvitas pasien dibantu oleh keluarga, merasa mudah lelah saat beraktivitas. Diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising) karena pasien mengatakan sulit tidur, istirahat tidur tidak nyenyak dan sering terbangun. Menurut teori Hierarki Maslow, Maslow membuat lima hierarki kebutuhan dasar manusia, prioritas pemenuhan kebutuhan manusia terletak pada kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis. Kebutuhan fisiologis ini meliputi oksigenasi, cairan elektrolit, eliminasi. Kebutuhan kedua adalah rasa aman dan nyaman, prioritas ketiga cinta dan kasih sayang, prioritas yang keempat kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri sebagai prioritas kelima (Rohmah & Walid, 2012). Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya terjadi secara tiba – tiba, bisa bersumber dari dalam maupun luar, tanda – tanda klinis jelas terlihat dari ekspresi wajah pasien dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Dikatakan nyeri akut ditandai dengan adanya tekanan darah meningkat, detak jantung meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, gelisah yang ditunjukkan oleh pasien (Kartikawati, 2013). Pada diagnosa nyeri akut dilakukan pengkajian dengan metode PQRST untuk mempermudah perawat melakuan pengkajian nyeri, yang dijabarkan menjadi P (provokatus), apa yang menyebabkan gejala, apa yang bisa memperberat, Q (quality), kualitas nyeri yang dialami pasien, R (region), daerah nyeri dan penyebarannya S (scale), tingkat keparahan nyeri. T (time), 40 waktu dan penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung (Kartikawati, 2013). Diagnosa pertama yang ditegakkan adalah adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral). Hal ini didasarkan pada data pasien meliputi data subyektif: pasien mengatakan nyeri kepala karena pusing, P: nyeri terasa saat bangun tidur, Q: nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri terasa di tengkuk, S: skala nyeri 5, T: nyeri berlansung ± 3 menit, data obyektif: pasien tampak meringis kesakitan, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Seharusnya penulis mencantumkan data MAP (Mean arterial pressure), tetapi oleh penulis belum dicantumkan. Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, mengekspresikan perilaku (missal, gelisah, menangis, iritabilitas), sikap tubuh melindungi, gangguan tidur, masker wajah (misal, mata kurang bercahaya, tampak kacau, tetap pada satu fokus meringis), melaporkan nyeri secara verbal (NANDA Internasional, 2011). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang diambil penulis adalah agen cidera biologis karena terjadi tekanan vaskuler serebral (NANDA Internasional, 2011). Diagnosa yang kedua adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Data subyektif : pasien mengatakan badannya terasa sangat 41 lemas, merasa mudah lelah saat beraktivitas. Data obyektif : pasien tampak lemah dan lemas, aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga, pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktiviats sehari-hari dan harus atau ingin dilakukan (Nanda, 2012). Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik : respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dyspnea setelah beraktivitas, pasien menyatakan letih, menyatakan merasa lemah, perubahan EKG yang mencerminkan iskemia, perubahan EKG yang mencerminkan aritmia (NANDA Internasional, 2009). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang diambil oleh penulis adalah kelemahan umum karena terjadi ketidaknyamanan setelah beraktivitas dan merasa lemah dan letih (NANDA Internasional, 2009). Diagnosa yang ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising). Data subyektif : pasien mengatakan sulit tidur dan istirahat tidur tidak nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana di rumah sakit, istirahat tidur malam ± 2 jam terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam, data obyektif : pasien tampa lesu mata tampak sayu dan pasien tampak tidak fres. Gangguan pola tidur adalah gangguan yang dialami seorang individu berupa gangguan kualitas dan kuantitas waktu istirahat tidur akibat faktor eksternal (NANDA, 2012). Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik : 42 perubahan tidur normal, keluhan dari pasien yang merasa kurang istirahat, kurang puas tidur, penurunan kemampuan fungsi (NANDA Internasional, 2011). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang diambil oleh penulis adalah adaptasi lingkungan (bising) (NANDA Internasional, 2011). Saat melakukan pengkajian pada pasien Ny. S penulis merumuskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral) sebagai prioritas diagnosa pertama, prioritas kedua intolerani aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, prioritas ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising). Hal ini hanya ada satu diagnosa yang sama dengan teori, karena saat penkajian penulis hanya menemukan masalah nyeri yang dirasakan di tengkuk, intoleransi aktivitas dan gangguan pola tidur pasien. C. Intervensi keperawatan Perencanaan adalah pengembangan strategi untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan, gambaran dari perencanaan adalah sejauh mana perawat mampu menerapkan cara menyelesaikan masalah keperawatan dengan efektif dan efisien. Rencana keprawatan dilakukan dengan SMART, yaitu S (spesifik) berfokus pada pasien, singkat dan jelas, M (measurable) dapat diukur, A (achievable) realistis, R (reasonable) ditentukan oleh perawat dan pasien, T (time) kontrak waktu (Rohmah & Walid, 2012). Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu berdasarkan dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan 43 agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral), maka penulis tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan tingkat kenyamanan dengan kriteria hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification): skala nyeri berkurang atau hilang (3-0), TTV dalam batas normal, keadaan umum pasien baik (NANDA, 2014). Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion Classification): yang dilakukan yaitu kaji karakteristik nyeri dengan rasional untuk mengetahui tingkat nyeri, observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui perubahan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien, berikan posisi nyaman dengan rasional untuk memberikan kenyamanan pada pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien, berikan touch therapy dengan essensial oil lavender berdasarkan jurnal dengan rasional untuk membantu dalam menurunkan tekanan darah pada pasien, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik dengan rasional untuk membantu mempercepat proses penyembuhan (NANDA, 2014). Seharusnya tindakan touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender merupakan salah satu intervensi untuk mengatasi masalah resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah yang belum dimunculkan oleh penulis. 44 Menurut Dalimartha (2008) bahwa massase dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang. Vasokontriksi pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan sirkulasi darah dan tekanan darah vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi. Salah satu gerakan dalam pemijatan yaitu dengan effleurage yang dilakukan pada kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan dapat memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju ke jantung (Turner, 2005). Kandungan minyak essensial lavender sangat umum digunakan untuk massase karena kandungan aldehid hanya 2% bersifat iritatif bagi kulit serta tidak bersifat toksik. Kandungan ester pada bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit serta memberi efek menenangkan (Koensoemardiyah, 2009). Diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum penulis membuat tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu beraktivitas dengan mandiri dengan kriteria berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification): mampu beraktivitas secara mandiri, rasa lemah berkurang, keadaan umum pasien baik tekanan darah setelah beraktifitas normal (NANDA, 2014). Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion Classification): observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui perubahan tekanan darah, respirasi, nadi, suhu, kaji pola aktivitas pasien dengan rasional untuk mengtahui tingkat aktivitas pasien, berikan dorongan untuk pasien melakukan aktivitas secara bertahap dengan rasional agar pasien 45 mampu melakukan aktivitas secara mandiri, anjurkan pasien untuk penghematan energi dengan rasional memberi pengetahuan tentang pentingnya penghematan energi, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien dengan rasional untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien (NANDA, 2014). Diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising) penulis membuat tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur pasien dapat teratasi dengan kriteria berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification): pasien tampak rileks, kualitas istirahat pasien baik, pasien tampak fres (NANDA, 2011). Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion Classification): kaji pola tidur pasien dengan rasional untuk mengetahui kualitas tidur pasien, anjurkan pasien untuk banyak istirahat dengan rasional untuk meningkatkan pola istirahat pasien, anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung dengan rasional untuk mengurangi keramaian dan meningkatkan waktu istirahat pasien, anjurkan menggunakan lampu remang dimalam hari dengan rasional untuk membantu meningkatkan kualitas tidur pasien, berikan suasana tenang dan nyaman dengan rasional untuk memberikan ketenangan saat pasien istirahat (NANDA, 2011). 46 D. Implementasi Pelaksanaan adalah tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan (Rohmah & Walid, 2012). Tindakan keperawatan yang dilakukan sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis tidak mengalami hambatan. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis pada diagnosa nyeri pada tanggal 9-11 Maret 2015 adalah mengkaji karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Memberikan terapi obat analgesik (captopril). Mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu). Memberikan touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender selama 15 menit (sesuai jurnal). Melakukan pemeriksaan tekanan darah setelah tindakan touch therapy, memberikan posisi nyaman untuk pasien. Seharusnya tindakan touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender merupakan salah satu implementasi untuk mengatasi masalah resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah yang belum dimunculkan oleh penulis (Widyastuti, 2014). Touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender adalah stimulasi sistem saraf parasimpatis dan dapat mengurangi ketegangan otot sehingga sirkulasi aliran darah menjadi lancar dan dapat menurunkan tekanan darah (Widyastuti, 2014). 47 Menurut Dalimartha (2008) massase didefinisikan sebagai salah satu bentuk terapi non farmakologis yang dapat diberikan pada pasien hipertensi. Massase dapat menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi aliran darah di dalam tubuh menjadi lancar. Dengan dilakukan massase pada kaki dengan essensial oil lavender akan memberikan efek vasodilatasi pada pembuluh darah dan merangsang aktivitas saraf parasimpatis sehingga akan menurunkan tekanan darah. Massase yang dilakukan pada pasien diawali dengan memposisikan pasien yang nyaman (posisi supinasi), sebelum dilakukan massase tekanan darah diukur terlebih dahulu, pada pasien didapatkan hasil tekanan darah 180/100 mmHg, selanjutnya lakukan touch therapy dengan oil lavender selama 15-20 menit. Sebenarnya tidak ada rentang waktu saat melakukan massase hanya sebagian banyak orang melakukan dalam waktu 15-20 menit (Lynn & Oliver, 2006). Setelah dilakukan massase pasien istirahat 5-10 menit hal ini bertujuan untuk merelaksasi stimulasi taktil dijaringan tubuh yang menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam the hypothalamicPituitary axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur system saraf, stimulus tersebut didistribusikan ke otak tengah melalui korteks di otak sebagai repon relaksasi (Lawton, 2003). Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah kembali, pada pasien didapatkan hasil 150/90 mmHg setelah tiga hari tindakan, touch thrapy dilakukan selama 7 hari. Tindakan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah keperawatan yang kedua berdasarkan rencana keperawatan maka dilakukan 48 tindakan pada tanggal 9-11 sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan Ny. S dengan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum maka dilakukan tindakan mengkaji pola aktivitas pasien, menganjurkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap, mengobservasi tanda-tanda vital pasien, melibatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien. Pada pasien dengan intoleransi akivitas melakukan aktivitas yang berlebih akan memacu kerja jantung sehingga hal ini akan sangat berakibat pada perubahan tekanan darah , denyut nadi, frekuensi nafas pasca melakukan aktivitas (Prabowo, 2014). Penulis menyimpulkan antara teori dan tindakan keperawatan pada Ny. S tidak ada kesenjangan dalam pencapaian tujuan hasil dan kriteria hasil. Tindakan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah keperawatan yang ketiga berdasarkan rencana keperawatan maka dilakukan tindakan pada tanggal 9-11 sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan Ny. S dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising) maka dilakukan tindakan mengkaji pola tidur pasien, menganjurkan pasien untuk banyak istirahat, menganjurkan pada keluarga untuk membatasi pengunjung, menganjurkan untuk menggunakan lampu remang pada malam hari, memberikan suasana tenang dan nyaman. Salah satu penyebab pasien sukar tidur adalah seperti pusing dan rasa tidak nyaman (Ahdiyat, 2012). Penggunaan lampu saat tidur malam hari, hindari suara keras dan memberikan suasana yang nyaman sangat berpengaruh dalam kualitas tidur pasien (Wilkinson, 2007). Penulis menyimpulkan antara teori 49 dan tindakan keperawatan pada Ny. S tidak ada kesenjangan dalam pencapaian tujuan hasil dan kriteria hasil. E. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien antara sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Tahap evaluasi menggunakan metode SOAP, (S) subyektif, (O) obyektif, (A) assessment, (P) planning (Rohmah & Walid, 2012). Evaluasi yang diperoleh pada tanggal 11 Maret 2015 dari diagnosa nyeri akut yaitu dengan hasil data subyektif (S) pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa di tengkuk, (S) skala nyeri 2, (T) nyeri ± 30 detik. Data obyektif (O) pasien tampak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/ menit, respirasi 20x/menit, suhu 36.5˚C. Hasil analisa (A) dari nyeri akut masalah teratasi sebagian, hal ini ditandai dengan ekspresi pasien yang tampak rileks, skala nyeri pasien turun dari skala 5 menjadi skala 2, planning (P) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat. Pada aplikasi riset di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar hasilnya terjadi penurunan skala nyeri dari skala 5 menjadi 2, dan terjadi penurunan tekanan darah dari 180/100 mmHg menjadi 150/90 mmHg setelah tiga hari dilakukan tindakan touch therapy, dan pada hari ketiga pasien sudah 50 diperbolehkan pulang. Pada jurnal Widyastuti (2014) penelitian yang dilakukan didapat hasil tekanan darah pada pasien sebelum dilakukan touch therapy pada kaki dengan menggunakan essensial oil lavender dengan hasil derajat ringan sebelum dilakukan touch therapy sebanyak 15 orang (70%) setelah touch therapy menjadi 19 orang (95%), pada derajat sedang sebanyak 4 orang (20%) setelah touch therapy menjadi 1 orang (5%). Kesimpulan dari aplikasi touch therapy yang telah diaplikasikan adalah bisa diterapkan dalam asuhan keperawatan khususnya pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Terjadi kesamaan antara hasil penelitian dari Widyastuti dan Enikmawati tentang touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah dengan yang sudah diterapkan oleh penulis di RSUD Karanganyar pada asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi. Evaluasi yang diperoleh pada tanggal 11 Maret 2015 dari diagnosa intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Data obyektif (O) pasien tampak ke kamar mandi sendiri tetapi masih didampingi keluarga, pasien tampak rileks. Hasil analisa (A) intoleransi masalah belum teratasi, analisa dikatakan belum teratasi karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan, planning (P) intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum terjadi perubahan yaitu pasien yang semula tidak bisa ke kamar mandi sendiri bisa ke kamar mandi sendiri meskipun didamping oleh keluarga. 51 Evaluasi yang diperoleh dari diagnosa gangguan pola tidur didapatkan hasil data subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa tidur. Data obyetif (O) pasien tampak fres. Hasil analisa (A) gangguan pola tidur masalah teratasi, analisa dikatakan teratasi karena sudah sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan, terjadi peningkatan kualitas istirahat pasien dan pasien tampak fres, planning (P) intervensi dihentikan. Berdasarkan jurnal yang telah diaplikasikan oleh penulis dengan judul “Pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender pada pasien hipertensi”. Hal ini sesuai dengan yang telah diaplikasikan oleh penulis yaitu pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender untuk menurunkan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Pengkajian Hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagnosa keperawatan yang pertama seharusnya resiko penurunan curah jantung, tetapi diagnosa tersebut tidak dimunculkan oleh penulis. Diagnosa yang pertama yang dimunculkan oleh penulis adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral) adalah data subyektif: pasien mengatakan nyeri kepala karena pusing, P: nyeri terasa saat bangun tidur, Q: nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri terasa di tengkuk, S: skala nyeri 5, T: nyeri berlansung ± 3 menit, data obyektif: pasien tampak meringis kesakitan, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagnosa intoleransi aktivitas pasien mengatakanbadannya terasa lemas, pasien tampak lemas, aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga. Tanda – tanda vital tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagnosa gangguan pola tidur pasien mengatakan sulit tidur karena tidak terbiasa dengan suasana di 52 53 rumah sakit, istirahat tidur malam ± 2 jam terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam, pasien tampa lesu, mata tampak sayu, pasien tampak tidak fres. 2. Rumusan masalah keperawatan Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S prioritas pertama yang seharusnya adalah resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi tetapi tidak dimunculkan oleh penulis. Prioritas pertama yang dimunculkan penulis adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral). Prioritas kedua adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Prioritas diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising). 3. Intervensi Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa resiko penurunan curah jantung adalah salah satunya dengan touch therapy dengan essensial oil lavender tetapi penulis memasukan sebagai intervensi pada diagnosa nyeri akut karena touch therapy dapat menurunkan skala nyeri dan menurunkan tekanan darah pasien, intervensi yang lain yang dilakukan adalah kaji karakteristik nyeri, observasi tanda-tanda vital, berikan posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa intoleransi aktivitas adalah observasi tanda-tanda vital, kaji pola aktivitas pasien, berikan pada pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan pasien untuk 54 penghematan energi, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan pola tidur adalah kaji pola tidur pasien, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, anjurkan pada keluarga untuk mengurangi pengunjung, anjurkan menggunakan lampu remang pada malam hari, berikan suasana yang tenang dan nyaman. 4. Implementasi Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah prioritas pertama pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu mengkaji karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Memberikan terapi obat analgesik. Mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah, resirasi, nadi, suhu). Memberikan touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender selama 15-20 menit (sesuai jurnal), Melakukan pemeriksaan tekanan darah setelah tindakan touch therapy. Memberi posisi nyaman untuk pasien. tindakan touch therapy ini seharusnya menjadi implementasi dari diagnosa resiko penurunan curah jantung yang belum dimunculkan oleh penulis. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi prioritas masalah kedua pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu mengkaji pola aktivitas pasien, menganjurkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap, mengobservasi tanda-tanda vital pasien, melibatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien 55 Implementasi yang dilakukan penulis dalam mengatasi prioritas masalah ketiga pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu mengkaji pola tidur pasien, menganjurkan pasien untuk banyak istirahat, menganjurkan pada keluarga untuk membatasi pengunjung, menganjurkan untuk menggunakan lampu remang pada malam hari, memberikan suasana tenang dan nyaman. 5. Evaluasi Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien dengan asuhan keperawatan selama tiga hari teratasi sebagian. Ditandai dengan perubahan skala nyeri dari skala nyeri 5 menjadi 2 dan ekspresi wajah pasien yang tampak rileks dan nyaman dan penurunan tekanan darah dari 180/100 mmHg menjadi 150/90 mmHg. Hasil evaluasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas pada pasien dengan asuhan keperawatan selama tiga hari teratasi ditandai dengan pasien yang mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Hasil evaluasi masalah keperawatan gangguan pola tidur pada pasien dengan asuhan keperawatan selama tiga hari teratasi ditandai dengan peningkatan kualitas tidur pasien dan tampilan wajah pasien yang tampak fres. 6. Analisa pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil aplikasi yang dilakukan pada Ny. S dengan hasil pengkajian sebelum dilakukan touch therapy tekanan darah pasien adalah 180/100 56 mmHg, kemudian setelah dilakukan tindakan touch therapy terjadi penurunan tekanan darah 10 mmHg per tindakan, dengan tindakan yang dilakukan selama tiga hari tekanan darah pasien menjadi 150/90 mmHg dan pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien tampak rileks dan nyaman. Hasil penelitian Widyastuti dan Enikmawati (2014) yang dilakukan didapat hasil perubahan tekanan darah yang menunjukkan perbedaan pada pasien sebelum dilakukan massase pada kaki dengan menggunakan oil lavender selama 15-20 menit. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan oleh penulis dalam mengaplikasikan jurnal pemberian touch therapy dengan essensial oil lavender terhadap penurunan tekanan darah maka diketahui bahwa tindakan touch therapy efektif terhadap penurunan tekanan darah sesuai dengan yang dicantumkan dalam jurnal. B. SARAN 1. Bagi pendidikan keperawatan Hendaknya dapat digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan mandiri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara non farmakologis dengan pemberian touch therapy dengan essensial oil lavender untuk menurunkan tekanan darah berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan, sehingga dapat menghasilkan perawat yang profesional. 57 2. Bagi rumah sakit Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan secara non farmakologis yaitu touch therapy dengan essensial oil lvender untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada pasien hipertensi khususnya. 3. Bagi tenaga kesehatan Hendaknya penelitian ini digunakan sebagai daftar intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan khususnya pada pasien hipertensi dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi khususnya pada keluarga dan tim kesehatan lain mampu membantu dalam kesembuhan pasien. DAFTAR PUSTAKA Ahdiyat., (2012). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar. Basford, lynndan Oliver slevin., (2006). Teori dan praktik keperawatan. Jakarta: EGC. Dermawan. D., (2012). Proses keperawatan: penerapan konsep & kerangka kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Gemilang, jingga., ( 2013). Pintar meracik sendiri ramuan herbal untuk penyakit asam urat kolesterol hipertensi. Yogyakarta: Araska. Hasdiansah & Suprapto., (2014) . Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha Medika. Herlambang., (2013). Menaklukkan hipertensi dan diabetes. Jakarta: Tugu Publisher. ISO., (2012). ISO Informasi spesialis obat Indonesia. Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia. Kartikawati. D., (2013). Buku ajar dasar-dasar keperawatan gawat darurat. Jakarta: Salemba Medika. Manalu. T. A., (2012). Pengaruh massase (pijat) pada kaki dengan menggunkan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Tahun 2012. S1 keperawatan: STIKes Medistra Lubuk Pakam. NANDA., (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC. Pakpahan, romauli. 2011. Pengaruh posisi semi fowler terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi. S1 keperawatan: STIKes Medistra Lubuk Pakam. Rohmah. N & Walid. S., (2012). Proses keperawatan teori & aplikasi. Yogyakarta: AR-RUZZ Media. Saputro, dkk., (2013). pengaruh pemberian massase punggung terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. S1 Keperawatan: STIKes Telogorejo Semarang. Slevin. L. O., (2006). Teori dan praktik keperawatan. Jakarta: EGC. Suiraoka., (2012). Penyakit degenerative. Yogyakarta: Nuha medika. Sutanto., (2009). Awas 7 penyakit degenerative. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Triyanto. E., (2014). Penderita hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wahdah. N., (2011). Menaklukan hipertensi dan diabetes. Yogyakarta: Nuha Medika. Widowati, dkk., (2014). Pengaruh massase kaki dengan minyak serih wangi terhadap penurunan tekanan darah hipertensi pada lansia. Prodi Keperawatan: Poltekes Kemenkes Semarang. Widyastuti. Y & Enikmawati. A., (2014). Touch therapy pada kaki dengan essensial oil dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi usia 50-75 tahun. STIKes PKU Muhammadiyah Surakarta. Wijaya. A. S & utri. Y. M., (2013). Keperawatan medical bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika Wilkinson. J & Ahern. N. R., (2012). Buku saku diagnosis keperawatan, edisi 9. Jakarta: EGC.