pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender

advertisement
PEMBERIAN TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL
OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG MAWAR II RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH:
DEWI WULANDARI
P12076
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PEMBERIAN TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL
OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG MAWAR II RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
DEWI WULANDARI
P12076
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial
oil lavender terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. S
dengan hipertensi di ruang Mawar II RSUD Karanganyar”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Atiek Murharyati, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus sebagai penguji I yang telah
membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus
ini.
2. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. S. Dwi Sulisetyawati S. Kep.Ns., M. Kep. selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan
dengan cermat dan perasaan nyaman dalam bimbingan sehingga membantu
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
vi
4. Fahrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns, M. Kep. selaku penguji II yang telah
membimbing dengan cermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus
ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan
nyaserta ilmu yang bermanfaat.
6.
RSUD Karanganyar yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
mengambil kasus di Ruang Mawar II dan memperbolehkan mengaplikasikan
jurnal yang penulis ambil.
Kedua orang tua kami, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat di sebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta,
Penulis
vi
Mei 2015
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ...................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................ .
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ .
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................
1
B. Tujuan penulisan ...................................................................
4
C. Manfaat penulisan .................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori .........................................................................
7
1. Hipertensi ......................................................................
7
2. Tekanan darah ................................................................
24
3. Touch therapy/ massase .................................................
25
4. Minyak lavender ............................................................
27
B. Kerangka teori .......................................................................
29
C. Kerangka konsep ...................................................................
30
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek aplikasi riset ..............................................................
31
B. Tempat dan waktu .................................................................
31
C. Media dan alat yang digunakan .............................................
31
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ........................
31
E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset ............................ ..
32
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas klien ....................................................................... .
33
B. Pengkajian .............................................................................
33
vii
viii
C. Perumusan masalah kepeerawatan ...................................... ..
39
D. Perencanaan .......................................................................... .
40
E. Implementasi .........................................................................
42
F. Evaluasi .................................................................................
45
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................
48
B. Perumusan masalah keperawatan ........................................ ..
52
C. Perencanaan .......................................................................... .
57
D. Implementasi .........................................................................
61
E. Evaluasi .................................................................................
64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... .
67
B. Saran ..................................................................................... .
71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori ………………………………………......
27
Gambar 2.2 Kerangka konsep ………………………………………
27
Gambar 4.1 Genogram ……………………………………………….
32
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik
(angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah dengan menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygnomanometer)
ataupun alat digital lainnya
(Shadine, 2010). WHO (World Health
Organization), memberikan batasan hasil tekanan darah normal adalah
140/90 mmHg, dan batasan hasil tekanan darah sama atau diatas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tekanan darah ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani & Tantan, 2007).
Sebanyak 1 milyar orang di dunia menderita hipertensi dan bisa
dikatakan 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan,
sudah diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat menjadi
1,6 milyar menjelang tahun 2025 (Wahdah, 2011).
Menurut Riskesdas (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai
31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas, dari jumlah itu 60% penderita
hipertensi mengalami komplikasi stroke. Sedangkan sisanya mengalami
penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab
1
2
kematian ke 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai
6,8% dari proporsi penyebab kematian pada seumuran di Indonesia (Endang,
2014).
Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah mengalami
peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007,
dan 3,30% pada tahun 2008. Prevalensi sebesar 3,30% artinya setiap 100
orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4 kabupaten atau
kota dengan prevalensi sangat tinggi diatas 10% yaitu kabupaten Brebes
sebesar 18,60%, kota Tegal 15,41%, kab. Karanganyar 13,81%, dan kab.
Sukoharjo 10,89%, dan di RSUD Karanganyar sepanjang tahun 2014
sebanyak 996 pasien dengan hipertensi, dan rata-rata 83 pasien hipertensi tiap
bulannya (Profil kesehatan prov. Jawa Tengah, 2008).
Hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian 7,1
juta orang di seluruh dunia, yaitu sekitar 13% kematian, prevalensinya hampir
sama besar baik di negara berkembang maupun negara maju (Sani, 2008).
Depkes (2011) menunjukkan, di Indonesia ada 21% penderita hipertensi dan
sebagian besar tidak terdeteksi. Cakupan tenaga kesehatan terhadap kasus
hipertensi di masyarakat masih rendah, hanya 24,2% untuk prevalensi
hipertensi di Indonesia yang berjumlah 32,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang umum
terjadi di masyarakat, seringkali tidak disadari karena tidak memiliki gejala
khusus (Herlambang, 2013). Vasokontriksi pada pembuluh darah perifer dapat
3
menghambat sirkulasi darah dan meningkatkan tahanan vaskuler sehingga
menyebabkan hipertensi (Turner, 2005). Gejala yang sering muncul pada
penderita hipertensi adalah pusing, sakit kepala, serasa akan pinsan, tinnitus
(terdengar suara mendengung dalam telingga) dan penglihatan menjadi kabur
(Suiraoka, 2012). Menurut Herlambang (2013) penanganan hipertensi
dibedakan menjadi dua yaitu farmakologis dan non farmakologis. Hal ini
didukung oleh beberapa peneliti yang telah membuktikan dengan tindakan
non farmakologis yaitu dengan massase dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi ringan dan sedang (Dalimarta, 2008; Sutanto, 2010).
Massase adalah teknik menyentuh dan menekan bagian-bagian tubuh
untuk mempengaruhi saraf otot agar mengendur sehingga dapat bekerja
dengan optimal sesuai dengan fungsinya (Manalu, 2012). Salah satu gerakan
dalam pemijatan, yaitu effleurage yang dilakukan pada daerah kaki dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan efeknya memperlancar
aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju kejantung (Turner,
2005).
Minyak esensial lavender adalah suatu oil yang umum digunakan dalam
aromaterapi yang diperoleh dari bunga lavender, wanginya segar sekaligus
mengenakkan, dimana salah satu fungsi dari lavender ini adalah melancarkan
sirkulasi darah.
Minyak esensial lavender paling umum digunakan untuk
massase karena kandunganya itu aldehid yang bersifat iritatif bagi kulit 2%
serta tidak bersifat atoksit. Kandungan ester pada bunga lavender bekeja
4
dengan lembut di kulit dan memberikan efek menenangkan (Price, 1997;
Koensoemardiyah, 2009).
Jadi massase pada kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender
adalah suatu teknik terapi menyentuh atau menekan pada kaki, dimana pada
kaki banyak terdapat saraf yang berhubungan dengan seluruh organ baik luar
maupun dalam tubuh manusia dengan menggunakan minyak esensial lavender
yang salah satu fungsinya melancarkan sirkulasi darah (Muhammadun, 2010).
Berdasarkan penelitian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender
dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi menunjukkan pengaruh
yang signifikan antara sebelum dan sesudah touch therapy dengan essensial
oil lavender (Widyawati dan Enikmawati, 2014).
Berdasarkan hasil studi di RSUD Karanganyar penatalaksanaan pada
penderita hipertensi adalah dengan menggunakan obat, perawat belum pernah
melakukan tindakan non farmakologis untuk mengatasi hipertensi misalnya
dengan touch therapy pada kaki. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan keperawatan touch therapy
pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar tempat
penulis melakukan implementasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
5
Mengaplikasikan tindakan pemberian touch therapy pada kaki dengan
essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah penderita
hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan hipertensi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada hipertensi.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien hipertensi.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian touch therapy pada kaki
dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil aplikasi riset ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh
intervensi mandiri perawat dalam penatalaksanaan hipertensi untuk
membantu menurunkan tekanan darah dengan massase menggunakan oil
essensial lavender.
2. Bagi praktek keperawatan
Hasil aplikasi riset ini dapat dijadikan bekal perawat untuk
melaksanakan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan penyakit
6
dalam dengan memberikan intervensi massase essensial oil lavender untuk
menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
3. Bagi pelaksana keperawatan
Hasil aplikasi riset ini dapat digunakan sebagai data tambahan
penelitian selanjutnya aplikasi ini dapat menambah pengetahuan tentang
manfaat essensial oil lavender dengan jenis massase dan jenis minyak
essensial yang berbeda terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
4. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat
selama perkuliahan khususnya di bidang keperawatan pada pasien dengan
tekanan darah tinggi.
5. Bagi masyarakat
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai cara penanganan menurunan tekanan darah
tinggi pada kasus hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a.
Definisi hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit pembunuh paling dasyat di dunia saat ini. Usia merupakan
salah satu faktor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa
penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja
(Gemilang, 2013).
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90
mmHg (Riskesdas, 2007). Peningkatan tekanan darah ditunjukkan
oleh
angka
sistolik
dan
angka
diastolik
pada
pemeriksaan
menggunakan cuff air raksa (sphygmomanometer) atau menggunakan
alat digital lainnya (Shadine, 2010).
b. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi dibedakan menjadi 4:
1) Hipertensi primary
Adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan.
7
8
2) Hipertensi secondary
Adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit
lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh.
3) Pregnancy-Induced Hypertension (PIH)
Adalah sebutan dalam istilah kesehatan atau medis bagi wanita
hamil yang menderita hipertensi.
4) Preeclanpsia
Adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi,
sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan
penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak kurang nafsu
makan, mual bahkan muntah (Gemilang, 2013).
c. Etiologi
Hipertensi sering disebut juga sebagai salah satu penyakit
degeneratif. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini
dikenal juga dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur
dan kelompok sosial-ekonomi (Sutanto, 2009). Penyebab terjadinya
hipertensi antara lain (Hasdianah, 2014):
1) Gangguan emosi
2) Obesitas
3) Konsumsi alkhohol yang berlebih
9
4) Rangsangan kopi dan tembakau yang berlebih
5) Obat-obatan
6) Keturunan
d. Manifestasi klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu (Susanto, 2009):
1) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2) Sering gelisah
3) Wajah merah
4) Tengkuk terasa pegal
5) Mudah marah
6) Telinga berdengung
7) Sukar tidur
8) Sesak nafas
9) Rasa berat di tengkuk
10) Mudah lelah
11) Mata berkunang-kunang
12) Mimisan (keluar darah dari hidung)
10
e. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
berbagai cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya serta arteri lebih besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis (Triyanto, 2014).
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat (Triyanto, 2014).
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf
otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
11
secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan
tekanan darah melalui berbagai cara: jika tekanan darah meningkat,
ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal (Triyanto, 2014).
Jika
tekanan
darah
menurun,
ginjal
akan
mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang
memicu pembentukan hormon angiotensin yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosterone. Ginjal merupakan organ
penting dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada
salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah (Triyanto, 2014).
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf
otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah
selama respon figh-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; dan juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak); mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal,
12
sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh; melepaskan
hormon epnefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang
merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stress merupakan
salah satu faktor pencetus tejadinya peningkatan tekanan darah dengan
proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin (Triyanto, 2014).
f. Komplikasi
Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan
yang berlebih pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital
dalam tubuh. Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi
adalah (Suiraoka, 2012):
1) Pembuluh arteri
2) Gagal jantung
3) Otak memungkinkan terserang stroke
4) Gagal ginjal kronik
5) Mata, dapat menyebabkan kebutaan
g. Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Pengobatan non farmakologis
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak
diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada
keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan
pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap
13
untuk mendapat efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non
farmakologis diantaranya adalah:
a) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh
c) Ciptakan keadaan rileks
d) Melakukan olahraga misal: senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu
e) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2) Pengobatan farmakologis
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.
Diantaranya adalah (Herlambang, 2013):
a) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan didalam
tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
Contoh obatnya: hidroklorotiazid.
b) Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas).
Contoh obatnya: metildopa, klonidin, reserpin.
14
c) Betabloker
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung.
Contoh obatnya: metoprolol, propranolol dan atenolol.
d) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah).
Contoh obatnya: prasonin, hidralasin.
e) Penghambat enzim konversi angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah penghambat pembentukan
zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah).
Contoh obatnya: captopril.
f) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
Contoh obatnya: nifedipin, diltiasem dan verapamil.
g) Penghambat reseptor angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Contoh obatnya: valsartan
15
h. Pencegahan
Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara
menghindari faktor-faktor pemicunya. Namun sebagaimana telah
diuraikan di atas, factor-faktor pemicu hipertensi ada dua yaitu faktorfaktor yang bisa dikontrol (meliputi obesitas, kurang aktivitas,
konsumsi garam berlebihan, merokok dan konsumsi alkohol, stress)
seta faktor-faktor yang tidak bisa dikontrol (seperti keturunan, jenis
kelamin dan umur).
Pada intinya, cara terbaik untuk menghindari tekanan darah
tinggi adalah dengan mengadopsi pola hidup sehat seperti aktif
berolahraga, mengatur diet (rendah garam, rendah kolestrol dan lemak
jenuh) serta mengupayakan perubahan kondisi (menghindari stress dan
mengobati penyakit (Suiraoka, 2012).
i. Konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
1. Pengkajian
a. Data biografi: Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa
medis, penanggung jawab, catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: Biasanya pasien datang ke RS dengan
keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa
berat, tidak bisa tidur.
16
2) Riwayat kesehatan sekarang: Biasanya pada saat
dilakukan pengkajian masih mengeluh kepala terasa sakit
dan berat, penglihatan berkunang-berkunang, tidak bisa
tidur.
3) Riwayat kesehatan dahulu: Biasanya penyakit hipertensi
ini adalah penyakit yang menahun yang sudah lama
dialami oleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi
obat rutin seperti captopril.
4) Riwayat
kesehatan
keluarga:
Biasanya
penyakit
hipertensi ini adalah penyakit keturunan.
c.
Data dasar pengkajian
1) Aktivitas atau latihan
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala:
riwayat
hipertensi,
asteroskerosis,
penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskuler.
Tanda: kenaikan tekanan darah, hipotensi postural,
takikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.
17
3) Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stres multipel.
Tanda: letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka yang tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
5) Makanan atau cairan
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya odema.
6) Neurosensori
Gejala: keluhan pusing atau pening, sakit kepala,
berdenyut sakit kepala, gangguan pada penglihatan,
episode, epistaksis.
Tanda:
perubahan
orientasi,
penurunan
kekuatan
genggaman, perubahan retina optik.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit
kepala oksipital berat, nyeri abdomen.
18
8) Pernafasan
Gejala: dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dipsnea nokturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum, pasien riwayat merokok.
Tanda: distres respirasi atau penggunaan otot akserosis
pernafasan, bunyi nafas tambahan , sianosis.
9) Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda: episode parestesa uni lateral transien hipotensi.
10) Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala: faktor resiko keluarga ; hipetensi, arterosklerosis,
penyakit jantung, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon.
d. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d
peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard,
hipertrofi ventrikuler.
2) Nyeri b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3) Potensial perubahan jaringan: serebral, ginjal, jantung b.d
gangguan sirkulasi.
4) Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan diri.
19
e. Rencana asuhan keperawatan
1) Resiko
tinggi
terhadap
penurunan
curah
jantung
berhubungan dengan peningkaan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokard, hipertropi vaskuler.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
kali 24 jam diharapkan afterload tidak meningkat,
tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Hasil yang diharapkan:
a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah.
b) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang
dapat diterima.
c) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi keperawatan:
a) Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan,
gunakan manset dan teknik yang tepat.
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
perifer.
c) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
d) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa
pengisian kapiler.
e) Catat edema umum.
20
f) Berikan
lingkungan
tenang,
nyaman,
kurangi
aktivitas.
g) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di
tempat tidur atau kursi.
h) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
i) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan
punggung atau leher
j) Anjurkan
teknik
relaksasi,
panduan
imajinasi,
aktivitas pengalihan.
k) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi.
2) Nyeri berhubungan dengan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 kali
24 jam diharakan nyeri berkurang.
Hasil yang diharapkan:
a) Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
dan tampak nyaman.
Intervensi keperawatan:
a) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang,
sedikit penerangan.
b) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
c) Batasi aktivitas.
21
d) Hindari merokok atau menggunakan penggunaan
nikotin.
e) Beri obat analgesik dan sedasi sesuai pesanan.
f) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi
seperti
kompres
es,
posisi
nyaman,
teknik
relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
3) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubugan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
kali 24 jam diharapkan sirkulasi tubuh tidak
terganggu.
Hasil yang diharapkan:
a) Pasien mendemontrasikan perfusi jaringan yang
membaik seperti ditunjukan dengan : tekanan darah
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan
sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam
batas normal.
b) Haluaran urin 30 ml/ menit.
c) Tanda-tanda vital stabil.
Intervensi keperawatan:
a) Pertahankan tirah baring: tinggikan kepala tempat
tidur.
22
b) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan :
tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
tersedia.
c) Pertahankan
cairan
dan
obat-obatan
sesuai
pesanan.
d) Amati adanya hipotensi mendadak.
e) Ukur masukan dan pengeluaran pantau elektrolit,
BUN, kreatinin sesuai pesanan.
f) Ambulasi sesusai kemampuan : hindari kelelahan.
4) Kurangnya pengetahuan berhungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakt dan perawatan diri.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
kali 24 jam diharapkan klien terpenuhi dalam
informasi tentang hipertensi.
Hasil yang diharapkan :
a) Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang
hipertensi.
b) Melaporkan
pemakaian obat-obatan sesuai
pesanan.
Intervensi keperawatan:
a) Jelaskan
sifat
penyakit
pengobatan dan prosedur.
dan
tujuan
dari
23
b) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang,
tidak penuh dengan stres.
c) Dikusikan tentang obat-obatan : nama, dosis,
waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau
efek toksik.
d) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat
bebas tanpa pemeriksaan dokter.
e) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan
penyulit untuk dilaporkan dokter: sakit kepala,
pusing, pinsan, mual dan muntah.
f) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat
badan stabil.
g) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan
dan mengangkat berat.
h) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah
natrium sesuai pesanan.
i) Jelaskan
pentingnya
mempertahankan
pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembataskan seperti kopi yang
mengandung kafein, teh serta alkohol.
j) Jelaskan perlunya menghndari konstipasi dan
penahanan.
(Wijaya, 2013).
24
2.
Tekanan darah
a. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah
dibedakan antara tekanan darah sistolik (pada waktu jantung
menguncup) dan tekanan arah diastolic (pada saat jantung mengendor
kembali). Tekanan darah manusia dapat diukur dengan alat tensimeter
atau alat digital lainnya (Gunawan, 2012).
Tekanan darah dapat dilihat dengan cara mengambil dua ukuran
dengan angka 120/80 mmHg, angka 120 mmHg menunjukan bahwa
tekanan pada pembuluh darah arteri saat jantung berkontraksi yang
biasanya disebut dengan sistolik. Angka 80 mmHg menunjukkan
bahwa jantung sedang berelaksasi atau yang sering disebut dengan
diastole (Riama, 2012). Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh
volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan
darah disebabkan oleh peningkatan volume dan elastisitas pembuluh
darah, dan penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh menurunnya
volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Yanita, 2010).
b.
Klasifikasi
1) Tekanan darah normal
Apabila tekanan sistoliknya 120-140 mmHg dan tekanan
diastoliknya 80-90 mmHg.
25
2) Tekanan darah rendah (hipotensi)
Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah
dari normal yaitu mencapai angka 90/60 mmHg. Gejala klinis dari
hipotensi meliputi : pusing, cepat lelah, berkeringat dingin,
penglihatan kurang jelas.
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah melebihi normal
yaitu dengan hasil tekanan diastolic 140 mmHg atau lebih tinggi
dan tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi (Amira,
2010).
3.
Touch Therapy
a. Pengertian
Touch therapy atau massase adalah salah satu cara untuk
mengembalikan dan merawat kesehatan. Massase adalah sentuhan
sederhana pada kulit yang merupakan reaksi terhadap rasa nyeri atau
ketidaknyamanan pada suatu bagian tubuh sebagai cara untuk
menciptakan kenyamanan, relaksasi dan kebugaran melalui sentuhan
terapis yang terangkai dengan gerakan yang sistematis (Anonim, 2015).
Massase adalah teknik menyentuh dan menekan bagian-bagian
tubuh untuk mempengaruhi saraf otot agar mengendur sehingga dapat
bekerja secara optimal sesuai dengan fungsinya (Manalu, 2012). Pada
saat melakukan massase pada otot-otot kaki maka tingkatkan ke otot ini
secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga dapat
26
membantu memperlancar aliran darah ke jantung dan tekanan darah
akan menjadi turun (Widowati, 2014).
Massase dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taksil di
jaringan tubuh menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks
dalam The Hypothalamic Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat
jalur sistem saraf. Stimulus tersebut didistribusikan otak tengan melalui
korteks di otak dan diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton,
2003). Salah satu gerakan dalam pemijatan yaitu dengan effleurage
yang dilakukan pada kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah perifer, dan dapat memperlancar aliran darah balik dari daerah
ekstremitas bawah menuju ke jantung (Turner, 2005).
b. Teknik dasar
Tiga teknik dasar teknik massase:
1) Memijat
Teknik ini menggunakan ujung telapak tangan untuk membuat
gerakan pendek, tajam. Menekan digunakan untuk melancarkan
sekresi yang terhambat dari paru seperti dalam kistik fibrosis. Cara
digerakkan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang.
2) Meremas
Tekanan tangan harus tegas untuk gerakan ini karena untuk
menggerakan kulit diatas otot, otot I atas otot, atau jaringan di atas
jaringan. Tangan harus diletakkan diposisi datar dan kemudian
27
digerakkan dengan arah sirkular baik satu berlawanan arah. Teknik
ini khususnya digunakan untuk menghilangkan ketegangan.
3) Mengurut
Mengurut adalah gerakan, meluncur dan ritmik yang selalu
mengikuti arah drainase vena menuju jantung. Tekanan dapat
ringan atau dalam ketergantungan tujuannya (Lynn & Oliver, 2006).
2. Minyak Lavender
a. Pengertian
Minyak esensial lavender adalah suatu oil yang umum
digunakan dalam aromaterafi, wanginya segar sekaligus mengenakkan,
dimana salah satu fungsi dari lavender ini adalah melancarkan sirkulasi
darah. Jadi Massase pada kaki dengan menggunakan minyak esensial
lavender adalah suatu teknik terapi menyentuh atau menekan pada
kaki, dimana pada kaki banyak terdapat saraf yang berhubungan
dengan seluruh organ baik luar maupun dalam tubuh manusia dengan
menggunakan minyak esensial lavender yang salah satu fungsinya
melancarkan sirkulasi aliran darah (Muhammadun, 2010).
b. Kandungan
Kandungan dari minyak lavender adalah aldehid yang bersifat
iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksit. Kandungan ester
pada buga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan
efek menenangkan (Price, 1997; Koensoemardiyah, 2009). Kandungan
aldehid dan ester yang memiliki sifat mudah diserap dan dapat
28
menurunkan tekanan darah. Penyerapan senyawa ini melewati
epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe serta darah, kelenjar
keringat, saraf, masuk ke dalam aliran darah dan menuju ke setiap sel
tubuh untuk beraksi sehingga memberikan efek menenangkan dan
bersifat hipotensif yang dapat menurunkan tekanan darah (Widowati,
2014).
29
B. Kerangka Teori
Hipertensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Definisi Hipertensi
Klasifikasi
Etiologi
Manifestasi klinis
Patofisiologi
Komplikasi
Penatalaksanaan
Pencegahan
Farmakologis
Non
Farmakologis
Merangsang saraf
penciuman
Sirkulasi darah
lancar
Aliran energi
seimbang
Ketegangan otot
berkurang/ kendur
Minyak Esensial
Lavender: kandungan
ester dan aldehit
Touch therapy/
masase kaki
Merangsang
system limbik
Penyerapan melalui epidermis kulit,
masuk ke saluran limfe serta darah
menuju ke setiap sel tubuh
Menyebabkan respon
neurohumoral yang komplek
dalam HPA
Mengeluarkan
serotonin
Tubuh, pikiran, jiwa
menjadi tenang.
Memberi efek rileks
.memberi efek rileks
Efek vasodilatasi
pembuluh darah
Mensekresi hormone kartisol dan
endorphin mengurangi aktivitas
saraf simpatis
Meningkatkan respon
saraf parasimpatis
Mengurangi kerja jantung
Penurunan
Tekanan Darah
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Damayanti (2013), Lawton (2003) dan
Muhammadun (2010).
30
C. Kerangka Konsep
Touch therapy
dengan essensial oil
lavender
Pasien hipertensi
Menurunkan
Tekanan darah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Sumber: Modifikasi Damayanti (2013), Lawton (2003) dan
Muhammadun (2010).
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi RisetA
Subjek dari aplikasi riset ini adalah Ny. S dengan hipertensi.
B. Tempat dan Waktu
Aplikasi riset ini dilakukan di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar
pada tanggal 9-11 Maret 2015, tindakan dilakukan selama 15-20 menit.
C. Media dan Alat
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan antara lain:
a. Cuff air raksa (spygnomanometer)
b. Minyak essensial lavender
c. Air bersih
d. Kain atau kasa
e. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat identitas dan
hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
touch therapy.
D. Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan touch therapy yang dilakukan adalah:
a. Pasien diposisikan yang nyaman dan tenang dengan berbaring.
b. Bersihkan terlebih dahulu telapak kaki pasien dengan menggunakan
air.
c. Setelah itu keringkan dengan kain atau kasa.
31
32
d. Lakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan touch
therapy, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan antara
sesudah dan sebelum dilakukan tindakan touch therapy.
e. Selanjutnya oleskan oil lavender ke tangan dan lakukan pemijatan,
lakukan selama 15-20 menit dengan teknik memijat, meremas, dan
mengurut (Basfort , 2005).
f. Setelah selesai dilakukan touch therapy pasien istirahat 5-10 menit.
g. Kemudian lakukan pengukuran tekanan darah ulang setelah tindakan
touch therapy (Widyastuti & Enikmawati, 2013).
E. Alat ukur
Pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat yang berupa cuff air raksa
(sphygnomanometer) ataupun alat digital lainnya (Shadine, 2010).
BAB IV
LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan Hipertensi di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar. Pengelolaan asuhan
keperawatan dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015. Asuhan keperawatan dimulai
dari pengkajian, kemudian menegakkan diagnosa keperawatan, membuat
intervensi keperawatan, memberikan tindakan atau implementasi keperawatan
serta melakukan evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan.
A. Identitas Pasien
Pasien merupakan seorang perempuan yang berinisial Ny. S, berusia 61
tahun, beragama islam, berpendidikan SD dan bertempat tinggal di Klolokan
Pulosari Kebakkramat, dengan diagnosa medis hipertensi, pasien masuk
rumah sakit tanggal 7 Maret 2015 pukul 19.15 WIB. Selama di rumah sakit
yang bertanggung jawab atas nama Tn. S berusia 61 tahun, berpendidikan SD
pekerjaan swasta bertempat tinggal di Klolokan Pulosari Kebakkramat,
hubungan dengan pasien adalah suami.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015 pukul 10.00 WIB
dengan metode pengkajian Autoanamnesa dan Alloanamnesa. Keluhan utama
abovemengatakan pusing dan nyeri pada tengkuk sudah sejak 2 hari yang
lalu. Di rumah hanya diberikan obat dari warung tetapi tidak ada perubahan,
sehingga pada tanggal 7 Maret 2015 pukul 19.15 WIB pasien dibawa oleh
33
34
keluarga ke IGD RSUD Karanganyar. Saat di IGD pasien mengatakan
mengeluh pusing dan nyeri di tengkuk, kemudian dilakukan pemeriksaan
tekanan darah 200/120 mmHg, nadi 92 kali permenit, suhu 36,5ºC, respirasi
22 kali permenit dan mendapat terapi infus Ringer Laktat 20 tetes permenit,
progesol 1gram/8 jam, ranitidine 25 mg/12 jam. Pasien juga mengeluh nyeri
kepala akibat pusing, pasien mengatakan nyeri terasa tertusuk-tusuk, nyeri
terasa dibagian tengkuk, skala nyeri 5, nyeri terasa bangun tidur, dengan
durasi ± 3 menit.
Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah
dirawat di rumah sakit pada bulan Mei 2014 dengan hipertensi dan DM.
Pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan atau obat-obatan. Riwayat
kesehatan lingkungan, merupakan lingkungan yang bersih bebas dari polusi
udara, air bersih cukup.
Riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan seorang ibu rumah
tangga dan bapaknya mempunyai riwayat penyakit yang sama yaitu
hipertensi. Adapun gambar genogram pada keluarga Ny. S adalah sebagai
berikut :
35
HTTT
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Sudah meninggal
: Garis Pernikahan
: Garis Keturuanan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
Pengkajian pola kesehatan fungsional, pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan pasien mengatakan bahwa sehat itu mahal harganya, karena saat
kita sehat kita bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Apabila ada keluarga
yang sakit selalu dibawa kepusat pelayanan kesehatan terdekat supaya cepat
sembuh. Pola nutrisi dan metabolisme, pasien mengatakan sebelum sakit
36
makan 3 kali sehari, habis satu porsi makan dengan nasi sayur dan lauk dan
minum 7-8 gelas (1750cc-2000cc) per hari minum dengan air putih dan tidak
ada keluhan. Dan selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan
bubur sayur dan lauk, habis ½ porsi. Pasien mengatakan nafsu makannya
berkurang karena rasa pahit dimulut dan minum air putih 600cc, dan jatah
minum dari rumah sakit 3 kali (200cc), teh (200cc) total konsumsi ± 1400cc.
Pola eliminasi, pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi lunak berbau khas dan berwarna kuning, BAK 6-7 kali
perhari berwarna kuning berbau amoniak (100-150cc per BAK). Sedangkan
selama sakit, pasien mengatakan baru 1 kali BAB selama dirawat di rumah
sakit dengan konsistensi lunak berwarna kuning berbau khas. BAK 5-6 kali
perhari warna kuning berbau amoniak (100-150 per BAK).
Pola istirahat tidur, pasien mengatakan sebelum sakit tidur nyenyak,
istirahat tidur ± 8 jam. Selama sakit, pasien mengatakan istirahat tidur tidak
bisa nyenyak karena kepala pusing dan keramaian di rumah sakit ± 2 jam
pasien terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam.
Pola kognitif dan perseptual, pasien mengatakan sebelum sakit tidak
ada gangguan pada penglihatan, pendengaran ataupun alat indra lainnya.
Selama sakit pasien mengatakan pusing dan nyeri, (P) nyeri saat bangun tidur,
(Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 5,
(T) nyeri ± 3 menit. Pola persepsi konsep diri sebelum sakit pasien
mengatakan dia adalah ibu rumah tangga dia menilai diri nya dalam keadaan
baik merasa percaya diri dan selalu bersyukur dengan keadaan nya. Selama
37
sakit pasien mengatakan masih bisa mengenali dirinya sendiri, tetapi tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya dan menerima keadaannya sekarang dan
menganggap ini adalah cobaan. Pada pengkajian aktivitas dan latihan pasien di
dapatkan hasil aktivitas pasien dibantu oleh keluarga, kemampuan perawatan
diri makan atau minum dengan nilai 2 (dibantu orang lain), kemampuan
toileting dengan nilai 2 (dibantu orang lain), kemampuan perawatan diri
berpakaian dengan nilai 2 (dibantu orang lain), mobilitas di tempat tidur dan
berpindah dengan nilai 2 (dibantu orang lain), untuk ambulasi atau ROM
dengan nilai 2 (dibantu orang lain).
Pola hubungan peran sebelum sakit pasien mengatakan memiliki
hubungan yang baik dengan keluarga dan orang sekitarnya. Selama sakit
pasien mengatakan tetap memiliki hubungan dengan baik dengan keluarga
dan orang sekitarnya. Pola seksual reproduksi, pasien mengatakan sudah
menikah mempunyai 3 orang anak, 5 cucu dan tidak mengalami gangguan
reproduksi. Pola mekanisme koping pasien mengatakan tidak mempunyai
masalah dengan siapapun, dan apabila ada masalah pasien selalu
menceritakan dengan suami dan anaknya, dan pasien mampu menerima sakit
nya dengan ikhlas dan menganggap ini hanya cobaan. Pola nilai dan
keyakinan sebelum sakit pasien mengatakan beragama islam dan selalu
menjalankan sholat 5 waktu, selama sakit pasien mengatakan tetap
menjalankan sholat 5 waktu dan berdoa untuk kesembuhannya.
Pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan dengan kesadaran
pasien composmentis. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital sebagai berikut,
38
tekanan darah 180/100 mmHg frekuensi nadi 88 kali permenit suhu tubuh
36ºC respirasi 22 kali permenit. Bentuk kepala mesocepal, kulit kepala bersih,
rambut beruban. Hasil pemeriksaan dari mata palpebra tidak ada edema
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor reflek terhadap
cahaya positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pemeriksaan
hidung tidak terdapat polip simetris tidak ada coping hidung. Hasil
pemeriksaan mulut mukosa bibir kering, bersih, tidak ada stomatitis. Hasil
pemeriksaan gigi bersih. Hasil pemeriksaan telinga, kanan dan kiri simetris
bersih tidak ada kelainan pendengaran. Pemeriksaan pada leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan dada pada paru-paru saat di inspeksi didapatkan hasil tidak
ada jejas, bentuk simetris, palpasi tidak ada masa vokal fremitus kanan dan
kiri sama, perkusi tidak ditemukan penumpukan cairan didada, auskultasi
tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan dada pada jantung saat di inspeksi
iktuscordis tidak tampak, palpasi iktuscordis teraba di intercosta 5, perkusi
redup batas atas kiri intercosta 2 batas atas kanan intercosta 3 batas bawah
intercosta 4, dan saat di auskultasi bunyi jantung BJ I-II reguler. Pemeriksaan
abdomen saat di inspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus 10 kali
permenit, perkusi kuadran I II III timpani kuadran IV pekak, tidak ada nyeri
tekan ketika dipalpasi.
Pada pemeriksaan genetalia tidak terpasang DC, pada pemeriksaan
rektum tidak ada penumpukan feses. Pada saat pemeriksaan ekstremitas atas
kanan terpasang infus, atas kiri dapat bergerak bebas, ekstremitas kanan dan
39
kiri bawah dapat bergerak dengan bebas, capillary refill pada ekstremitas atas
dan bawah kurang dari 2 detik.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Maret 2015 didapatkan hasil
hemoglobin 14,7 g/dL (nilai normal 12.00 – 16.00 g/dL), Hematokrit 40,7 %
(nilai normal 3700-4700 %), lekosit 7,97 10ˆ3/uL (nilai normal 5-10 10ˆ3/Ul),
trombosit 202 10ˆ3/Ul (nilai normal 150-300 10ˆ3/Ul), eritrosit 4,71 10ˆ6/Ul
(nilai normal 4.00-5.00 10ˆ6/Ul), MPV 8,1 (nilai normal 6.5 – 12.00), PDW
16,4 (nilai normal 9-17), MCV 86,4 Fl (nilai normal 82-92 Fl),MCH 31,2 pg
(nilai normal 27-31 pg), MCHC 31,1 (niai normal 32-37 g/dl), limfpsit 14,8
% (nilai normal 25-40 %), monosit 1,6 % (nilai normal 3-9 %), eosinophil 0,2
% (nilai normal 0.5-5.0 %), basophil 0,2 % (nilai normal 0.0-1.0 %), GDS
234 mg/100ml (nilai normal 70-150 mg/100ml).
Jenis terapi yang diberikan yaitu infus Ringer Laktat 20 tetes permenit
untuk keseimbangan cairan, captopril 3x25 mg untuk menurunkan tekanan
darah, metformin 2x500 mg untuk menurunkan gula darah, progesol 1000
mg/8 jam untuk menurunkan nyeri, ranitidine 50 mg/12 jam untuk
pencernaan perut.
C. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan analisa terdapat data pengkajian diperoleh data
subyektif antara lain pasien mengatakan nyeri ditengkuk karena pusing, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian tengkuk, skala nyeri 5, nyeri
terasa ketika bangun tidur dengan durasi ± 3 menit. Data obyektif diperoleh
pasien tampak meringis kesakitan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
40
tekanan darah 180/100 mmHg suhu 36ºC nadi 88 kali permenit respirasi 22
kali permenit. Diagnosa keperawatan yang diambil yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri biologis (peningkatan tekanan vaskuler
cerebral).
Setelah dilakukan analisa terdapat data pengkajian diperoleh data
subyektif antara lain pasien mengatakan badannya terasa lemas, merasa
mudah lelah saat beraktivitas. Data obyektif diperoleh data pasien tampak
lemas dan lemah, aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga, pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg suhu 36ºC nadi
88 kali permenit respirasi 22 kali permenit. Diagnosa keperawatan yang
diambil yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data
subyektif antara lain pasien mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak
karena tidak terbiasa dengan suasana rumah sakit, tidur malam ±2 jam
terbangun, pasien mengatakan istirahat tidur ±4-5 jam. Data obyektif
diperoleh hasil pasien tampak lemah lesu, mata tampak sayu, pasien tampak
tidak fres. Diagnosa keperawatan yang diambil gangguan pola tidur
berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising).
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 Maret 2015
penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen injuri biologis dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan
41
tindakan keperawatan 3 kali 24 jam diharapkan pasien menunjukkan tingkat
kenyamanan, skala nyeri berkurang atau hilang (3-0), tanda-tanda vital pasien
dalam batas normal, keadaan umum pasien baik. Intervensi yang dilakukan
yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri, berikan posisi
nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan touch therapy dengan
essensial lavender, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik.
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 Maret 2015
penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan
kelemahan fisik dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali 24 jam diharap kan pasien mampu beraktivitas
dengan mandiri, rasa lemah berkurang keadaan umum pasien baik, pasien
tampak nyaman, tekanan darah, nadi, pernafasan normal setelah beraktivitas.
Intervensi yang dilakukan yaitu observasi TTV, kaji pola aktivitas pasien,
berikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan
kepada pasien tentang penghematan energi, libatkan keluarga dalam
pemenuhan aktivitas dan latihan pasien.
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 9 Maret 2015
penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan
dengan adaptasi lingkungan dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan gangguan pola tidur
pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil psien tampak rileks, kualitas
42
istirahat pasien baik, pasien tampak fres. Intervensi yang dilakukan yaitu kaji
pola tidur pasien, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, anjurkan keluarga
untuk membatasi pengunjung, anjurkan menggunakan lampu remang
dimalam hari, berikan suasana tenang dan nyaman.
E. Implementasi
Tindakannkeperawatan dilakukan penulis pada tanggal 9 Maret 2015
jam 10.00 WIB adalah mengkaji karakteristik nyeri dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan pusing dan nyeri ditengkuk, (P) nyeri saat
bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa ditengkuk, (S)
skala nyeri 5, (T) nyeri ± 3 menit, data obyektifnya pasien tampak meringis
kesakitan, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88 kali permenit. Pada jam
10.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam
data obyektifnya pasien tampak kooperatif, pasien melakukan selama 10
menit. Pada jam 10.40 WIB menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
secara bertahap dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia
untuk melakukan aktivitas, data obyektifnya pasien tampak ke kamar mandi
diantar keluarga. Jam 11.30 WIB memberikan injeksi progesol 1000 mg dan
ranitidin 50 mg dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan injeksi
data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak tenang. Jam 12.05 WIB
mengkaji tekanan darah pasien dengan hasil data subyektif pasien
mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah, data obyektif nya
tekanan darah 180/100 mmHg. Jam 12.10 WIB memberikan touch therapy
43
dengan esensial oil lavender dengan hasil data subyektif pasien bersedia
dilakukan pijat kaki, data obyektifnya massase dilakukan selama 15 menit,
pasien tampak rileks. Pada jam 12.35 WIB mengkaji tekanan darah pasien
setelah touch therapy dengan data obyektif tekanan darah 170/90 mmHg
pasien tampak tenang dan rileks. Pada jam 12.45 WIB memberikan obat
peroral sesuai advis dokter captopril 25 mg dengan hasil data subyektif pasien
mengatakan bersedia meminum obat, dan data obyektinya pasien tampak
minum obat. Pada jam 13.05 WIB menganjurkan keluarga untuk membatasi
pengunjung dengan hasil data subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia,
dan data obyektifnya pasien tampak istirahat.
Implementasi keperawatan pada tanggal 10 maret 2015 jam 08.00WIB
memberikan injeksi progesrol 1000 mg dengan hasil data subyektif pasien
bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak
tenang. Pada jam 08.30 WIB mengkaji karekteristik nyeri dan mengobservasi
tanda-tanda vital dengan hasil data subyektif pasien mengatakan pusing dan
nyeri ditengkuk , (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk,
(R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 3, (T) nyeri ± 2 menit, data
obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, tekanan darah 170/110
mmHg, nadi 80 kali permenit. Pada jam 08.45 WIB mengkaji pola istirahat
pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan tadi malam sudah bisa
sedikit bisa tidur, data obyektifnya pasien tampak lebih fres. Pada jam 10.25
WIB mengkaji tekanan darah pasien dengan hasil data subyektif pasien
mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan tekanan darah, data obyektifnya
44
tekanan darah 170/100 mmHg. Jam 10.30 WIB memberikan touch therapy
dengan esensial oil lavender dengan hasil data subyektif pasien bersedia
dilakukan pijat kaki, data obyektifnya massase dilakukan selama 20 menit,
pasien tampak rileks. Pada jam 11.00 WIB mengkaji tekanan darah pasien
setelah touch therapy dengan data obyektif tekanan darah 160/90 mmHg
pasien tampak tenang dan rileks. Pada jam 11.30 WIB memberikan injeksi
progesol 1000 mg dan ranitidin 50 mg dengan hasil data subyektif pasien
bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak
tenang. Pada jam 11.45 WIB memberikan obat peroral memberikan obat
peroral sesuai advis dokter captopril 25 mg dengan hasil data subyektif pasien
mengatakan bersedia meminum obat, dan data obyektinya pasien tampak
minum obat. Pada jam 13.00 WIB mengkaji pola aktivitas pasien dengan
hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa kekamar mandi sendiri,
data obyektif pasien tampak ke kamar mandi sendiri. Pada jam 13.15 WIB
motivasi pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam saat nyeri timbul
dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektifnya
pasien tampak tenang.
Implementasi keperawatan pada tanggal 11 Maret 2015 jam 08.00WIB
memberikan injeksi progesol 1000 mg dengan hasil data subyektif pasien
bersedia dilakukan injeksi data obyektifnya tidak ada alergi pasien tampak
tenang. Pada jam 08.30 WIB mengkaji karekteristik nyeri dan mengobservasi
tanda-tanda vital dengan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri hanya
tinggal sedikit , (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk,
45
(R) nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 2, (T) nyeri ± 30 detik, data
obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, tekanan darah 160/90 mmHg,
nadi 80 kali permenit. Pada jam 09.30 WIB mengkaji pola aktivitas pasien
dengan hasil data subyektif pasien mengatakan sudah bisa kekamar mandi
sendiri dan sudah bisa bangun dari tidur sendiri, data obyektifnya pasien
tampak rileks pasien tampak duduk ditempat tidur. Pada jam 10.30 mengkaji
tekanan darah pasien dengan hasil data subyektif pasien mengatakan bersedia
dilakukan pemeriksaan tekanan darah, data obyektif nya tekanan darah
160/90 mmHg. Jam 10.35 WIB memberikan touch therapy dengan essensial
oil lavender dengan hasil data subyektif pasien bersedia dilakukan pijat kaki,
data obyektifnya massase dilakukan selama 15 menit, pasien tampak rileks.
Pada jam 11.00 WIB mengkaji tekanan darah pasien setelah touch therapy
dengan data obyektif tekanan darah 150/90 mmHg pasien tampak tenang dan
rileks.
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama tiga hari yaitu pada tanggal 9 Maret 2015
sampai tanggal 11 Maret 2015. Dengan metode SOAP, pada tanggal 9 Maret
2015 pukul 13.30 WIB, evaluasi yang diperoleh dari diagnosa nyeri akut
yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan pusing dan nyeri pada
tengkuk, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R)
nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri berlangsung ± 3 menit.
Data obyektifnya pasien tampak meringis kesakitan, hasil pemeriksaan tandatanda vital diperoleh hasil tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit,
46
respirasi 20x/menit. Hasil analisa nyeri akut masalah belum teratasi,
planning: intervensi dilanjutkan meliputi pantau skala nyeri pasien, motivasi
relaksasi nafas dalam, lakukan touch therapy. Evaluasi yang diperoleh dari
intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan
lemah merasa mudah lelah saat beraktivitas. Data obyektif pasien tampak
lemas dan aktivitas tampak dibantu oleh keluarga, hasil pemeriksaan tandatanda vital diperoleh hasil tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit,
respirasi 20x/menit. Hasil analisa intoleransi masalah belum teratasi,
planning: intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap, anjurkan pada pasien untuk penghematan energi.
Evaluasi yang diperoleh dari gangguan pola tidur didapatkan hasil data
subyektif pasien mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak pada malam
hari karena ramai di rumah sakit. Data obyetif pasien tampak lesu, mata
tampak sayu, pasien tampak tidak fres. Hasil analisa gangguan pola tidur
masalah belum teratasi, planning: lanjutkan inervensi meliputi batasi
pengunjung, ciptakan suasana tenang.
Pada tanggal 10 Maret 2015 evaluasi yang diperoleh dari diagnosa nyeri
akut yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R)
nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 3, (T) nyeri ± 2 menit. Data subyektif
pasien tampak meringis kesakitan, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh
hasil tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 36,5˚C, repirasi
20x/ menit. Hasil analisa dari nyeri akut masalah belum teratasi, planning:
47
pantau skala nyeri, motivasi relaksasi nafas dalam, berikan touch therapy.
Evaluasi yang diperoleh dari intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Data
obyektif pasien tampak ke kamar mandi sendiri, pasien tampak rileks,
pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan darah 160/90 mmHg,
nadi 80x/ menit, suhu 36,5˚C, repirasi 20x/ menit. Hasil analisa intoleransi
masalah belum teratasi, planning: intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan
pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. Evaluasi yang diperoleh
dari gangguan pola tidur didapatkan hasil data subyektif pasien mengatakan
sudah bisa tidur. Data obyetif pasien tampak fres. Hasil analisa gangguan pola
tidur masalah teratasi, planning: intervensi dihentikan.
Pada tanggal 11 Maret 2015 evaluasi yang diperoleh dari diagnosa nyeri
akut yaitu dengan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R)
nyeri terasa ditengkuk, (S) skala nyeri 1, (T) nyeri ± 30 detik. Data subyektif
pasien tampak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan
darah 150/90 mmHg, nadi 80x/ menit. Hasil analisa dari nyeri akut masalah
teratasi sebagian, planning: kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat.
Evaluasi yang diperoleh dari intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data
subyektif pasien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri dan bangun
dari tidur sendiri. Data obyektif pasien tampak beraktivitas mandiri, pasien
tampak rileks. Hasil analisa intoleransi masalah teratasi, planning: intervensi
dihentikan.
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang hasil pelaksaan pemberian touch
therapy pada kaki dengan essensial oil lavender dalam menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi pada asuhan keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi di
ruang Mawar II RSUD Karanganyar. Pembahasan pada bab ini membahas tentang
kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan kasus.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran awal dalam proses keperawatan,
pengkajian merupakan tahap pengumpulan data, untuk menghimpun tentang
status kesehatan pasien yang digunakan untuk menentukan tahap selanjutnya
dalam menentukan diagnosa keperawatan, desain perencanaan, tindakan
keperawatan dan evaluasi (Rohmah & Walid, 2012).
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah seseorang berada
diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk diastoliknya. Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung
memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung berkontraksi).
Diastolik adalah tekanan darah saat jantung mengembang (Wahdah, 2011).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien hipertensi meliputi pengkajian
riwayat kesehatan pasien, aktivitas/istirahat pasien dengan gejala kelemahan,
keletihan, sirkulasi pasien, neurosensori, ketidaknyamanan pasien terhadap
nyeri yang dirasakannya (Saferi, 2013).
33
34
Dari pengkajian pada Ny. S didapatkan data subjektif sebagai berikut,
kepala pasien pusing dan nyeri di tengkuk, (P) nyeri terasa saat bangun tidur,
(Q) nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, (R) nyeri terasa di tengkuk, (S) skala
nyeri 5, (T) nyeri terasa ± 3 menit, pasien tampak meringis kesakitan, badan
pasien tampak lemah, aktivitas dan latihan pasien dibantu oleh keluarga. Dari
hasil pengukuran tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg,
nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit, dan pasien mengatakan tidak bisa tidur
nyenyak karena kepala pusing dan keramaian di rumah sakit ± 2 jam pasien
terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam. Dari data tersebut termasuk dalam
karakteristik nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur (Judith
M. Wilkinson, 2007). Berdasarkan teori menurut Sutanto (2009), tanda dan
gejala hipertensi adalah sakit kepala, tengkuk terasa pegal, gelisah, sukar
tidur, dan terasa berat ditengkuk. Dari tanda dan gejala yang disebutkan
diatas, antara teori dan observasi serta pengkajian pada Ny. S penulis
menemukan persamaan antara teori dengan kasus salah satunya nyeri kepala.
Pada pola kesehatan funsional Gordon didapatkan data pada pola
kognitif dan perseptual Ny. S selama sakit pasien mengatakan pusing dan
nyeri ditengkuk, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk,
(R) nyeri terasa di tengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri ± 3 menit.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau respositivitas
yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga jantung harus
35
memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan
yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang
menyempit (Corwin, 2000 dalam Wijaya, 2013).
Pola aktivitas dan latihan didapatkan data sebelum sakit pasien dapat
melakukan aktivitas secara mandiri namum selama sakit aktivitas pasien
dibantu oleh keluarganya (Skor: 2). Salah satu gejala akibat komplikasi
hipertensi yang pernah dijumpai adalah salah satunya gangguan serebral yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma (Ahdiyat,
2012). Penulis menemukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus
Ny. S yaitu penyebab kelemahan otot pada pasien hipertensi.
Pola aktivitas dan istirahat tidur didapatkan hasil selama sakit, pasien
mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena kepala pusing dan
keramaian di rumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam.
Kualitas tidur pada penderita hipertensi akan mengalami gangguan tidur, dan
pasien biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai tidur
(Marsor, 2002 dalam Ahdiyat 2012). Tidak seperti orang normal yang
biasanya tertidur dalam waktu 20 menit (Schachter, 2008 dalam Ahdiyat
2012). Salah satu penyebab pasien sukar tidur adalah seperti pusing dan rasa
tidak nyaman (Ahdiyat, 2012). Penulis menemukan tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kasus Ny. S yaitu penyebab gangguan tidur pada pasien
hipertensi.
36
Pada pemeriksaan dada pada paru-paru saat diinspeksi didapatkan hasil
tidak ada jejas, bentuk simetris, palpasi tidak ada masa vokal fremitus kanan
dan kiri sama, perkusi tidak ditemukan penumpukan cairan di dada,
auskultasi tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan dada pada jantung saat
diinspeksi iktuscordis tidak tampak, palpasi iktuscordis teraba di intercosta 5,
perkusi redup batas atas kiri intercosta 2 batas atas kanan intercosta 3 batas
bawah intercosta 4, dan saat diauskultasi bunyi jantung BJ I-II reguler.
Pemeriksaan abdomen saat diinspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus
10 kali permenit, perkusi kuadran I II III timpani kuadran IV pekak, tidak ada
nyeri tekan ketika dipalpasi.
Pada pasien hipertensi sebagian besar tidak menimbulkan gejala
meskipun terkadang beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan meningkatnya tekanan darah, pasien dapat mengalami
gejala sakit kepala tengkuk terasa pegal, mudah lelah, sering gelisah, sukar
tidur, mata berkunang-kunang,hal ini sesuai teori bahwa salah satu gejala dari
hierteni adalah nyeri yang terasa di tengkuk (Gemilang, 2013).
Hipertensi yang berlanjut dapat menyebabkan penyakit jantung,
menimbulkan stroke, gagal ginjal, dapat mengakibatkan retinopati dan dapat
menimbulkan kebutaan (Wijaya & Mariza, 2013). Sehingga keluhan utama
dari Ny. S yaitu pusing tidak jauh berbeda daengan teori tersebut.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Maret 2015 didapatkan hasil
hemoglobin 14,7 g/dL (nilai normal 12,00 – 16,00 g/dL), Hematokrit 40,7 %
(nilai normal 3700-4700 %), lekosit 7,97 10ˆ3/uL (nilai normal 5-10 10ˆ3/Ul),
37
trombosit 202 10ˆ3/Ul (nilai normal 150-300 10ˆ3/Ul), eritrosit 4,71 10ˆ6/Ul
(nilai normal 4,00-5,00 10ˆ6/Ul), MPV 8,1 (nilai normal 6,5 – 12,00), PDW
16,4 (nilai normal 9-17), MCV 86,4 Fl (nilai normal 82-92 Fl),MCH 31,2 pg
(nilai normal 27-31 pg), MCHC 31,1 (niai normal 32-37 g/dl), limfpsit 14,8 %
(nilai normal 25-40 %), monosit 1,6 % (nilai normal 3-9 %), eosinophil 0,2 %
(nilai normal 0,5-5,0 %), basophil 0,2 % (nilai normal 0,0-1,0 %), GDS 234
mg/100ml (nilai normal 70-150 mg/100ml).
Terapi yang digunakanyaitu infus Ringer Laktat
20 tetes permenit
untuk keseimbangan cairan, captopril 3x25 mg untuk menurunkan tekanan
darah, metformin 2x500 mg untuk menurunkan gula darah, progesol 1000
mg/8 jam untuk menurunkan nyeri, ranitidine 50 mg/12 jam untuk pencernaan
perut (ISO, 2012).
B. Perumusan Masalah Keperawatan
Perumusan masalah adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang actual, potensial merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan,
2012).
Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien hipertensi
sesuai teori adalah resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikuler
sebagai prioritas pertama dengan batasan karakteristik perubahan frekuensi/
38
irama jantung, aritmia, bradikardi, perubahan EKG, palpitasi, takikardi,
perubahan nadi perifer, penurunan resistensi vascular paru, penurunan
resistensi vascular sistemik, peningkatan PVR, peningkatan SVR, oliguria
(NANDA International, 2009). Prioritas kedua nyeri (sakit kepala)
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, prioritas ketiga
potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi dan prioritas yang keempat kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit (Saferi &
Marisa, 2013). Seharusnya penulis mengangkat diagnosa resiko tinggi
penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah,
tetapi diagnosa tersebut tidak dimunculkan oleh penulis karena penulis ingin
mengatasi vasokontriksi pembuluh darah dengan penatalaksanaan non
farmakologis dan alasan penulis belum mengangkat diagnosa tersebut karena
kurangnya penulis dalam melakukan pengkajian tentang hipertermi.
Berdasarkan analisa data diagnosa yang ditegakkan pada pasien
berdasarkan hasil pengkajian yaitu yang pertama
nyeri akut berhubugan
dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral), diagnosa
kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, diagnosa
ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising).
Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral) sebagai
prioritas utama karena pasien mengatakan nyeri di tengkuk karena pusing.
Kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum karena
39
pasien mengatakan badannya terasa lemas dan aktvitas pasien dibantu oleh
keluarga, merasa mudah lelah saat beraktivitas. Diagnosa ketiga gangguan
pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising) karena pasien
mengatakan sulit tidur, istirahat tidur tidak nyenyak dan sering terbangun.
Menurut teori Hierarki Maslow, Maslow membuat lima hierarki
kebutuhan dasar manusia, prioritas pemenuhan kebutuhan manusia terletak
pada kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis. Kebutuhan fisiologis ini
meliputi oksigenasi, cairan elektrolit, eliminasi. Kebutuhan kedua adalah rasa
aman dan nyaman, prioritas ketiga cinta dan kasih sayang, prioritas yang
keempat kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri sebagai prioritas kelima
(Rohmah & Walid, 2012).
Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya terjadi secara tiba – tiba, bisa
bersumber dari dalam maupun luar, tanda – tanda klinis jelas terlihat dari
ekspresi wajah pasien dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan.
Dikatakan nyeri akut ditandai dengan adanya tekanan darah meningkat, detak
jantung meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, gelisah yang ditunjukkan
oleh pasien (Kartikawati, 2013).
Pada diagnosa nyeri akut dilakukan pengkajian dengan metode PQRST
untuk mempermudah perawat melakuan pengkajian nyeri, yang dijabarkan
menjadi P (provokatus), apa yang menyebabkan gejala, apa yang bisa
memperberat, Q (quality), kualitas nyeri yang dialami pasien, R (region),
daerah nyeri dan penyebarannya S (scale), tingkat keparahan nyeri. T (time),
40
waktu dan penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung (Kartikawati,
2013).
Diagnosa pertama yang ditegakkan adalah adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler
serebral). Hal ini didasarkan pada data pasien meliputi data subyektif: pasien
mengatakan nyeri kepala karena pusing, P: nyeri terasa saat bangun tidur, Q:
nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri terasa di tengkuk, S: skala nyeri
5, T: nyeri berlansung ± 3 menit, data obyektif: pasien tampak meringis
kesakitan, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan tekanan darah
180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit. Seharusnya
penulis mencantumkan data MAP (Mean arterial pressure), tetapi oleh penulis
belum dicantumkan.
Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik : perubahan selera
makan, perubahan tekanan darah perubahan frekuensi jantung, perubahan
frekuensi pernafasan, mengekspresikan perilaku (missal, gelisah, menangis,
iritabilitas), sikap tubuh melindungi, gangguan tidur, masker wajah (misal,
mata kurang bercahaya, tampak kacau, tetap pada satu fokus meringis),
melaporkan nyeri secara verbal (NANDA Internasional, 2011). Berdasarkan
batasan karakteristik maka etiologi yang diambil penulis adalah agen cidera
biologis karena terjadi tekanan vaskuler serebral (NANDA Internasional,
2011).
Diagnosa yang kedua adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum. Data subyektif : pasien mengatakan badannya terasa sangat
41
lemas, merasa mudah lelah saat beraktivitas. Data obyektif : pasien tampak
lemah dan lemas, aktivitas pasien tampak dibantu oleh keluarga, pemeriksaan
tanda – tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36˚C,
nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit.
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan
aktiviats sehari-hari dan harus atau ingin dilakukan (Nanda, 2012).
Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik : respon tekanan darah
abnormal terhadap aktifitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap
aktivitas, ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dyspnea setelah beraktivitas,
pasien menyatakan letih, menyatakan merasa lemah, perubahan EKG yang
mencerminkan iskemia, perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
(NANDA Internasional, 2009). Berdasarkan batasan karakteristik maka
etiologi yang diambil oleh penulis adalah kelemahan umum karena terjadi
ketidaknyamanan setelah beraktivitas dan merasa lemah dan letih (NANDA
Internasional, 2009).
Diagnosa yang ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan
adaptasi lingkungan (bising). Data subyektif : pasien mengatakan sulit tidur
dan istirahat tidur tidak nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana di
rumah sakit, istirahat tidur malam ± 2 jam terbangun, istirahat tidur ± 4-5 jam,
data obyektif : pasien tampa lesu mata tampak sayu dan pasien tampak tidak
fres. Gangguan pola tidur adalah gangguan yang dialami seorang individu
berupa gangguan kualitas dan kuantitas waktu istirahat tidur akibat faktor
eksternal (NANDA, 2012). Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik :
42
perubahan tidur normal, keluhan dari pasien yang merasa kurang istirahat,
kurang puas tidur, penurunan kemampuan fungsi (NANDA Internasional,
2011). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang diambil oleh
penulis adalah adaptasi lingkungan (bising) (NANDA Internasional, 2011).
Saat melakukan pengkajian pada pasien Ny. S penulis merumuskan
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan
tekanan vaskuler serebral) sebagai prioritas diagnosa pertama, prioritas kedua
intolerani aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, prioritas ketiga
gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising). Hal ini
hanya ada satu diagnosa yang sama dengan teori, karena saat penkajian
penulis hanya menemukan masalah nyeri yang dirasakan di tengkuk,
intoleransi aktivitas dan gangguan pola tidur pasien.
C. Intervensi keperawatan
Perencanaan
adalah
pengembangan
strategi
untuk
mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan, gambaran dari perencanaan adalah sejauh mana
perawat mampu menerapkan cara menyelesaikan masalah keperawatan
dengan efektif dan efisien. Rencana keprawatan dilakukan dengan SMART,
yaitu S (spesifik) berfokus pada pasien, singkat dan jelas, M (measurable)
dapat diukur, A (achievable) realistis, R (reasonable) ditentukan oleh perawat
dan pasien, T (time) kontrak waktu (Rohmah & Walid, 2012). Pembahasan
dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu
berdasarkan dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
43
agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral), maka penulis
tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien menunjukkan tingkat kenyamanan dengan kriteria hasil
berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification): skala nyeri berkurang
atau hilang (3-0), TTV dalam batas normal, keadaan umum pasien baik
(NANDA, 2014).
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion
Classification): yang dilakukan yaitu kaji karakteristik nyeri dengan rasional
untuk mengetahui tingkat nyeri, observasi tanda-tanda vital dengan rasional
untuk mengetahui perubahan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien,
berikan posisi nyaman dengan rasional untuk memberikan kenyamanan pada
pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk membantu
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien, berikan touch therapy dengan
essensial oil lavender berdasarkan jurnal dengan rasional untuk membantu
dalam menurunkan tekanan darah pada pasien, kolaborasi dengan dokter
untuk
pemberian
obat
analgesik
dengan
rasional
untuk
membantu
mempercepat proses penyembuhan (NANDA, 2014). Seharusnya tindakan
touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender merupakan salah satu
intervensi untuk mengatasi masalah resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah yang belum dimunculkan
oleh penulis.
44
Menurut Dalimartha (2008) bahwa massase dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang. Vasokontriksi pada
pembuluh darah perifer dapat menyebabkan sirkulasi darah dan tekanan darah
vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi. Salah satu gerakan dalam
pemijatan yaitu dengan effleurage yang dilakukan pada kaki dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan dapat memperlancar
aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju ke jantung (Turner,
2005). Kandungan minyak essensial lavender sangat umum digunakan untuk
massase karena kandungan aldehid hanya 2% bersifat iritatif bagi kulit serta
tidak bersifat toksik. Kandungan ester pada bunga lavender bekerja dengan
lembut di kulit serta memberi efek menenangkan (Koensoemardiyah, 2009).
Diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum penulis membuat tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu beraktivitas dengan mandiri
dengan kriteria berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification): mampu
beraktivitas secara mandiri, rasa lemah berkurang, keadaan umum pasien baik
tekanan darah setelah beraktifitas normal (NANDA, 2014).
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion
Classification): observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui
perubahan tekanan darah, respirasi, nadi, suhu, kaji pola aktivitas pasien
dengan rasional untuk mengtahui tingkat aktivitas pasien, berikan dorongan
untuk pasien melakukan aktivitas secara bertahap dengan rasional agar pasien
45
mampu melakukan aktivitas secara mandiri, anjurkan pasien untuk
penghematan
energi
dengan
rasional
memberi
pengetahuan
tentang
pentingnya penghematan energi, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas
dan latihan pasien dengan rasional untuk membantu dalam pemenuhan
aktivitas dan latihan pasien (NANDA, 2014).
Diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi
lingkungan (bising) penulis membuat tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur pasien dapat
teratasi dengan kriteria berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification):
pasien tampak rileks, kualitas istirahat pasien baik, pasien tampak fres
(NANDA, 2011).
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion
Classification): kaji pola tidur pasien dengan rasional untuk mengetahui
kualitas tidur pasien, anjurkan pasien untuk banyak istirahat dengan rasional
untuk meningkatkan pola istirahat pasien, anjurkan keluarga untuk membatasi
pengunjung dengan rasional untuk mengurangi keramaian dan meningkatkan
waktu istirahat pasien, anjurkan menggunakan lampu remang dimalam hari
dengan rasional untuk membantu meningkatkan kualitas tidur pasien, berikan
suasana tenang dan nyaman dengan rasional untuk memberikan ketenangan
saat pasien istirahat (NANDA, 2011).
46
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan (Rohmah & Walid, 2012).
Tindakan keperawatan yang dilakukan sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis tidak
mengalami hambatan. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh
penulis pada diagnosa nyeri pada tanggal 9-11 Maret 2015 adalah mengkaji
karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam. Memberikan terapi obat analgesik (captopril). Mengkaji
tanda-tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi, suhu). Memberikan touch
therapy pada kaki dengan essensial oil lavender selama 15 menit (sesuai
jurnal). Melakukan pemeriksaan tekanan darah setelah tindakan touch therapy,
memberikan posisi nyaman untuk pasien. Seharusnya tindakan touch therapy
pada kaki dengan essensial oil lavender merupakan salah satu implementasi
untuk mengatasi masalah resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan vasokontriksi pembuluh darah yang belum dimunculkan oleh penulis
(Widyastuti, 2014).
Touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender adalah stimulasi
sistem saraf parasimpatis dan dapat mengurangi ketegangan otot sehingga
sirkulasi aliran darah menjadi lancar dan dapat menurunkan tekanan darah
(Widyastuti, 2014).
47
Menurut Dalimartha (2008) massase didefinisikan sebagai salah satu
bentuk terapi non farmakologis yang dapat diberikan pada pasien hipertensi.
Massase dapat menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah
sehingga
sirkulasi aliran darah di dalam tubuh menjadi lancar. Dengan dilakukan
massase pada kaki dengan essensial oil lavender akan memberikan efek
vasodilatasi pada pembuluh darah dan merangsang aktivitas saraf
parasimpatis sehingga akan menurunkan tekanan darah.
Massase yang dilakukan pada pasien diawali dengan memposisikan
pasien yang nyaman (posisi supinasi), sebelum dilakukan massase tekanan
darah diukur terlebih dahulu, pada pasien didapatkan hasil tekanan darah
180/100 mmHg, selanjutnya lakukan touch therapy dengan oil lavender
selama 15-20 menit. Sebenarnya tidak ada rentang waktu saat melakukan
massase hanya sebagian banyak orang melakukan dalam waktu 15-20 menit
(Lynn & Oliver, 2006). Setelah dilakukan massase pasien istirahat 5-10 menit
hal ini bertujuan untuk merelaksasi stimulasi taktil dijaringan tubuh yang
menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam the hypothalamicPituitary axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur system saraf, stimulus
tersebut didistribusikan ke otak tengah melalui korteks di otak sebagai repon
relaksasi (Lawton, 2003). Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah
kembali, pada pasien didapatkan hasil 150/90 mmHg setelah tiga hari
tindakan, touch thrapy dilakukan selama 7 hari.
Tindakan
yang
dilakukan
penulis
untuk
mengatasi
masalah
keperawatan yang kedua berdasarkan rencana keperawatan maka dilakukan
48
tindakan pada tanggal 9-11 sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan Ny. S dengan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum maka dilakukan tindakan mengkaji pola aktivitas pasien,
menganjurkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap, mengobservasi
tanda-tanda vital pasien, melibatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan
latihan pasien. Pada pasien dengan intoleransi akivitas melakukan aktivitas
yang berlebih akan memacu kerja jantung sehingga hal ini akan sangat
berakibat pada perubahan tekanan darah , denyut nadi, frekuensi nafas pasca
melakukan aktivitas (Prabowo, 2014). Penulis menyimpulkan antara teori dan
tindakan keperawatan pada Ny. S tidak ada kesenjangan dalam pencapaian
tujuan hasil dan kriteria hasil.
Tindakan
yang
dilakukan
penulis
untuk
mengatasi
masalah
keperawatan yang ketiga berdasarkan rencana keperawatan maka dilakukan
tindakan pada tanggal 9-11 sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan Ny. S dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan
dengan adaptasi lingkungan (bising) maka dilakukan tindakan mengkaji pola
tidur pasien, menganjurkan pasien untuk banyak istirahat, menganjurkan pada
keluarga untuk membatasi pengunjung, menganjurkan untuk menggunakan
lampu remang pada malam hari, memberikan suasana tenang dan nyaman.
Salah satu penyebab pasien sukar tidur adalah seperti pusing dan rasa tidak
nyaman (Ahdiyat, 2012). Penggunaan lampu saat tidur malam hari, hindari
suara keras dan memberikan suasana yang nyaman sangat berpengaruh dalam
kualitas tidur pasien (Wilkinson, 2007). Penulis menyimpulkan antara teori
49
dan tindakan keperawatan pada Ny. S tidak ada kesenjangan dalam
pencapaian tujuan hasil dan kriteria hasil.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien antara sebelum dilakukan tindakan
dan setelah dilakukan tindakan (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Tahap evaluasi
menggunakan metode SOAP, (S) subyektif, (O) obyektif, (A) assessment, (P)
planning (Rohmah & Walid, 2012).
Evaluasi yang diperoleh pada tanggal 11 Maret 2015 dari diagnosa nyeri
akut yaitu dengan hasil data subyektif (S) pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang, (P) nyeri saat bangun tidur, (Q) nyeri seperti ditusuk-tusuk, (R)
nyeri terasa di tengkuk, (S) skala nyeri 2, (T) nyeri ± 30 detik. Data obyektif
(O) pasien tampak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil
tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80x/ menit, respirasi 20x/menit, suhu
36.5˚C. Hasil analisa (A) dari nyeri akut masalah teratasi sebagian, hal ini
ditandai dengan ekspresi pasien yang tampak rileks, skala nyeri pasien turun
dari skala 5 menjadi skala 2, planning (P) kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat.
Pada aplikasi riset di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar hasilnya
terjadi penurunan skala nyeri dari skala 5 menjadi 2, dan terjadi penurunan
tekanan darah dari 180/100 mmHg menjadi 150/90 mmHg setelah tiga hari
dilakukan tindakan touch therapy, dan pada hari ketiga pasien sudah
50
diperbolehkan pulang. Pada jurnal Widyastuti (2014) penelitian yang
dilakukan didapat hasil tekanan darah pada pasien sebelum dilakukan touch
therapy pada kaki dengan menggunakan essensial oil lavender dengan hasil
derajat ringan sebelum dilakukan touch therapy sebanyak 15 orang (70%)
setelah touch therapy menjadi 19 orang (95%), pada derajat sedang sebanyak
4 orang (20%) setelah touch therapy menjadi 1 orang (5%). Kesimpulan dari
aplikasi touch therapy yang telah diaplikasikan adalah bisa diterapkan dalam
asuhan keperawatan khususnya pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan
darah. Terjadi kesamaan antara hasil penelitian dari Widyastuti dan
Enikmawati tentang touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender
dalam menurunkan tekanan darah dengan yang sudah diterapkan oleh penulis
di RSUD Karanganyar pada asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi.
Evaluasi yang diperoleh pada tanggal 11 Maret 2015 dari diagnosa
intoleransi aktivitas yaitu dengan hasil data subyektif (S) pasien mengatakan
sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Data obyektif (O) pasien tampak ke kamar
mandi sendiri tetapi masih didampingi keluarga, pasien tampak rileks. Hasil
analisa (A) intoleransi masalah belum teratasi, analisa dikatakan belum
teratasi karena belum sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
planning (P) intervensi dilanjutkan meliputi anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas secara bertahap, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan
latihan pasien. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum terjadi perubahan yaitu pasien yang semula tidak bisa ke kamar mandi
sendiri bisa ke kamar mandi sendiri meskipun didamping oleh keluarga.
51
Evaluasi yang diperoleh dari diagnosa gangguan pola tidur didapatkan
hasil data subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa tidur. Data obyetif (O)
pasien tampak fres. Hasil analisa (A) gangguan pola tidur masalah teratasi,
analisa dikatakan teratasi karena sudah sesuai dengan kriteria hasil yang telah
ditetapkan, terjadi peningkatan kualitas istirahat pasien dan pasien tampak
fres, planning (P) intervensi dihentikan.
Berdasarkan jurnal yang telah diaplikasikan oleh penulis dengan judul
“Pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender pada
pasien hipertensi”. Hal ini sesuai dengan yang telah diaplikasikan oleh
penulis yaitu pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil
lavender untuk menurunkan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny. S
dengan hipertensi di Ruang Mawar II RSUD Karanganyar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagnosa keperawatan yang
pertama seharusnya resiko penurunan curah jantung, tetapi diagnosa
tersebut tidak dimunculkan oleh penulis. Diagnosa yang pertama yang
dimunculkan oleh penulis adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral) adalah data
subyektif: pasien mengatakan nyeri kepala karena pusing, P: nyeri terasa
saat bangun tidur, Q: nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri terasa di
tengkuk, S: skala nyeri 5, T: nyeri berlansung ± 3 menit, data obyektif:
pasien tampak meringis kesakitan, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital
didapatkan tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit,
respirasi 22x/menit.
Hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagnosa intoleransi aktivitas
pasien mengatakanbadannya terasa lemas, pasien tampak lemas, aktivitas
pasien tampak dibantu oleh keluarga. Tanda – tanda vital tekanan darah
180/100 mmHg, suhu 36˚C, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit.
Hasil pengkajian pada Ny. S dengan diagnosa gangguan pola tidur
pasien mengatakan sulit tidur karena tidak terbiasa dengan suasana di
52
53
rumah sakit, istirahat tidur malam ± 2 jam terbangun, istirahat tidur ± 4-5
jam, pasien tampa lesu, mata tampak sayu, pasien tampak tidak fres.
2. Rumusan masalah keperawatan
Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S prioritas
pertama yang seharusnya adalah resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan vasokontriksi tetapi tidak dimunculkan oleh penulis.
Prioritas
pertama
yang dimunculkan
penulis
adalah
nyeri
akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler
serebral). Prioritas kedua adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum. Prioritas diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur
berhubungan dengan adaptasi lingkungan (bising).
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa resiko
penurunan curah jantung adalah salah satunya dengan touch therapy
dengan essensial oil lavender tetapi penulis memasukan sebagai intervensi
pada diagnosa nyeri akut karena touch therapy dapat menurunkan skala
nyeri dan menurunkan tekanan darah pasien, intervensi yang lain yang
dilakukan adalah kaji karakteristik nyeri, observasi tanda-tanda vital,
berikan posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat analgesik.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa intoleransi aktivitas
adalah observasi tanda-tanda vital, kaji pola aktivitas pasien, berikan pada
pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan pasien untuk
54
penghematan energi, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan
latihan pasien.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan pola tidur
adalah kaji pola tidur pasien, anjurkan pasien untuk banyak istirahat,
anjurkan pada keluarga untuk mengurangi pengunjung, anjurkan
menggunakan lampu remang pada malam hari, berikan suasana yang
tenang dan nyaman.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah
prioritas pertama pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu mengkaji
karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST. Mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam. Memberikan terapi obat analgesik. Mengkaji
tanda-tanda vital (tekanan darah, resirasi, nadi, suhu). Memberikan touch
therapy pada kaki dengan essensial oil lavender selama 15-20 menit
(sesuai jurnal), Melakukan pemeriksaan tekanan darah setelah tindakan
touch therapy. Memberi posisi nyaman untuk pasien. tindakan touch
therapy ini seharusnya menjadi implementasi dari diagnosa resiko
penurunan curah jantung yang belum dimunculkan oleh penulis.
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi prioritas
masalah kedua pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu mengkaji pola
aktivitas pasien, menganjurkan pasien melakukan aktivitas secara
bertahap, mengobservasi tanda-tanda vital pasien, melibatkan keluarga
dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien
55
Implementasi yang dilakukan penulis dalam mengatasi prioritas
masalah ketiga pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu mengkaji pola tidur
pasien, menganjurkan pasien untuk banyak istirahat, menganjurkan pada
keluarga
untuk
membatasi
pengunjung,
menganjurkan
untuk
menggunakan lampu remang pada malam hari, memberikan suasana
tenang dan nyaman.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien
dengan asuhan keperawatan selama tiga hari teratasi sebagian. Ditandai
dengan perubahan skala nyeri dari skala nyeri 5 menjadi 2 dan ekspresi
wajah pasien yang tampak rileks dan nyaman dan penurunan tekanan
darah dari 180/100 mmHg menjadi 150/90 mmHg.
Hasil evaluasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas pada
pasien dengan asuhan keperawatan selama tiga hari teratasi ditandai
dengan pasien yang mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Hasil evaluasi masalah keperawatan gangguan pola tidur pada
pasien dengan asuhan keperawatan selama tiga hari teratasi ditandai
dengan peningkatan kualitas tidur pasien dan tampilan wajah pasien yang
tampak fres.
6. Analisa pemberian touch therapy pada kaki dengan essensial oil lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Hasil aplikasi yang dilakukan pada Ny. S dengan hasil pengkajian
sebelum dilakukan touch therapy tekanan darah pasien adalah 180/100
56
mmHg, kemudian setelah dilakukan tindakan touch therapy terjadi
penurunan tekanan darah 10 mmHg per tindakan, dengan tindakan yang
dilakukan selama tiga hari tekanan darah pasien menjadi 150/90 mmHg
dan pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien tampak rileks dan nyaman.
Hasil penelitian Widyastuti dan Enikmawati (2014) yang dilakukan
didapat hasil perubahan tekanan darah yang menunjukkan perbedaan pada
pasien sebelum dilakukan massase pada kaki dengan menggunakan oil
lavender selama 15-20 menit. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan
oleh penulis dalam mengaplikasikan jurnal pemberian touch therapy
dengan essensial oil lavender terhadap penurunan tekanan darah maka
diketahui bahwa tindakan touch therapy efektif terhadap penurunan
tekanan darah sesuai dengan yang dicantumkan dalam jurnal.
B. SARAN
1. Bagi pendidikan keperawatan
Hendaknya dapat digunakan sebagai salah satu intervensi
keperawatan mandiri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara non farmakologis dengan pemberian touch therapy dengan
essensial oil lavender untuk menurunkan tekanan darah berdasarkan
ilmu dan kode etik keperawatan, sehingga dapat menghasilkan perawat
yang profesional.
57
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan secara non
farmakologis yaitu touch therapy dengan essensial oil lvender untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
pasien hipertensi khususnya.
3. Bagi tenaga kesehatan
Hendaknya penelitian ini digunakan sebagai daftar intervensi
yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan khususnya
pada pasien hipertensi dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
khususnya pada keluarga dan tim kesehatan lain mampu membantu
dalam kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahdiyat., (2012). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan
Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar.
Basford, lynndan Oliver slevin., (2006). Teori dan praktik keperawatan.
Jakarta: EGC.
Dermawan. D., (2012). Proses keperawatan: penerapan konsep &
kerangka kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Gemilang, jingga., ( 2013). Pintar meracik sendiri ramuan herbal untuk
penyakit asam urat kolesterol hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Hasdiansah & Suprapto., (2014) . Patologi dan Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Herlambang., (2013). Menaklukkan hipertensi dan diabetes. Jakarta: Tugu
Publisher.
ISO., (2012). ISO Informasi spesialis obat Indonesia. Jakarta: Ikatan
Apoteker Indonesia.
Kartikawati. D., (2013). Buku ajar dasar-dasar keperawatan gawat
darurat. Jakarta: Salemba Medika.
Manalu. T. A., (2012). Pengaruh massase (pijat) pada kaki dengan
menggunkan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Tahun 2012. S1 keperawatan:
STIKes Medistra Lubuk Pakam.
NANDA., (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC.
Pakpahan, romauli. 2011. Pengaruh posisi semi fowler terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi. S1 keperawatan:
STIKes Medistra Lubuk Pakam.
Rohmah. N & Walid. S., (2012). Proses keperawatan teori & aplikasi.
Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
Saputro, dkk., (2013). pengaruh pemberian massase punggung terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi. S1 Keperawatan: STIKes
Telogorejo Semarang.
Slevin. L. O., (2006). Teori dan praktik keperawatan. Jakarta: EGC.
Suiraoka., (2012). Penyakit degenerative. Yogyakarta: Nuha medika.
Sutanto., (2009). Awas 7 penyakit degenerative. Yogyakarta: Paradigma
Indonesia.
Triyanto. E., (2014). Penderita hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahdah. N., (2011). Menaklukan hipertensi dan diabetes. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Widowati, dkk., (2014). Pengaruh massase kaki dengan minyak serih
wangi terhadap penurunan tekanan darah hipertensi pada lansia.
Prodi Keperawatan: Poltekes Kemenkes Semarang.
Widyastuti. Y & Enikmawati. A., (2014). Touch therapy pada kaki
dengan essensial oil dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi usia 50-75 tahun. STIKes PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Wijaya. A. S & utri. Y. M., (2013). Keperawatan medical bedah 1.
Yogyakarta: Nuha Medika
Wilkinson. J & Ahern. N. R., (2012). Buku saku diagnosis keperawatan,
edisi 9. Jakarta: EGC.
Download