Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah

advertisement
Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang
Mata Kuliah: Manajemen Investasi
Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD
TECHNICAL ANALYSIS
Pengertian
Technical analysis mengambil keputusan dalam perdagangan saham berdasarkan pada data
harga dan volume perdagangan untuk menganalisis past market trend dan kemudian
menggunakan trend tersebut untuk memprediksi perilaku pasar secara keseluruhan dan
perilaku asset secara individual.
Technical analysis dilakukan berdasarkan beberapa asumsi dasar:
1. Market value utamanya ditentukan oleh interaksi antara demand dan supply.
2. Meskipun terdapat beberapa fluktuasi minor di pasar, harga sekuritas cenderung
bergerak mengikuti trend yang bersifat tetap untuk periode yang cukup lama.
3. Trend berkebalikan (reversals of trends) disebabkan oleh pergeseran supply dan demand.
4. Pergeseran demand dan supply dapat dideteksi dari chart.
5. Beragam pola chart cenderung berulang.
Bagi technical analysts, poin nomor 2 dan 4 merupakan asumsi terpenting, karena technical
analyst berpendapat bahwa harga sekuritas di masa lalu dapat digunakan untuk
memperdiksi atau memahami harga di masa datang. Meskipun demikian, technicians
berpendapat bahwa bisa saja terjadi time lag antara saat investor memperkirakan nilai
sekuritas dengan saat dimana investor melakukan penilaian terhadap perubahan harga yang
terjadi. Gambar berikut ini menunjukkan pergerakan atau perpindahan ekuilibrium harga,
kecenderungan adanya trend baru serta saat technical analyst merespon trend baru
tersebut, serta saat munculnya informasi baru di pasar.
Old equilibrium price
New information begins
to enter market
Technical analyst identifies the New
Trend, and takes appropriate actions
New equilibrium
price
Elemen Dasar Dow Theory
Charting approach dikembangkan oleh Charles Dow berdasarkan Dow Theory pada akhir
tahun 1890s. Charles Dow adalah pendiri Dow Jones Company dan editor the Wall Street
Journal. Dow theory menyatakan bahwa terdapat tiga pergerakan utama di pasar, yaitu
daily fluctuation, secondary movement, dan primary trend. Daily fluctuation dan secondary
movement umumnya terjadi dalam waktu 2 minggu dalam sebulan, dan kedua nya
merupakan indikator penting jika pergerakan tersebut merefleksikan primary trend jangka
panjang. Primary trend menunjukkan kondisi apakah pasar sedang dalam kondisi bullish
atau bearish.
Primary trend
Secondary trend
Kebanyakan technical analysts mengakui bahwa fundamental analyst memiliki informasi dan
kemampuan analisis yang baik. Dengan informasi yang dimilikinya, fundamental analyst juga
dipandang sensitive dan rentan untuk mempengaruhi pasar. Dengan demikian, fundamental
analyst diperhitungkan dapat menghasilkan above-average return. Tetapi, terdapat
persyaratan untuk bisa mencapai return ini, yaitu: fundamental analyst dapat menghasilkan
superior return jika mereka memiliki informasi baru sebelum investor lain, kemudian
fundamental analyst segera memproses informasi tersebut secara benar dan cepat. Nah,
bagi technical analysts, sulit diterima bahwa mayoritas investor dapat dengan mudah
mendapat informasi baru sebelum investor lain secara konsisten.
Keuntungan penggunaan technical analysis
Keuntungan utama menggunakan metode technical analysis adalah bahwa metode tersebut
tidak menggantungkan diri pada informasi pada laporan keuangan. Seperti diketahui,
laporan keuangan (financial accounting statements) adalah sumber utama informasi
tentang kinerja perusahaan atau industry di masa lalu. Fundamental analyst menggunakan
laporan keuangan ini untuk memproyeksikan risiko dan return suatu sekuritas atau industry
di masa mendatang. Namun bagi technical analyst, terdapat beberapa kelemahan laporan
keuangan:
1. Laporan keuangan tidak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh security analyst,
termasuk faktor psikologis dan nonquantifiable variable seperti employee training and
loyalty, customer goodwill, dan perilaku pemegang saham dalam suatu industri apakah
mereka cenderung konservatif atau agresif. Perilaku pemegang saham ini penting untuk
memperhitungkan risiko misalnya jika terjadi pelarangan produk atau pengenaan pajak
yang tinggi, seperti misalnya pada produk rokok.
2. Pembuatan laporan keuangan didasarkan pada GAAP (Generalized Accepted Accounting
Principles) yang memungkinkan perusahaan memilih satu di antara beberapa jenis
prosedur untuk melaporkan biaya, asset atau liabilities. Perbedaan pemilihan metode ini
dapat menghasilkan perbedaan nilai biaya, pendapatan, ROA dan ROE. Akibatnya,
investor memiliki kesulitan saat membandingkan laporan keuangan dari dua perusahaan
atau lebih bahkan di satu industri yang sama.
Dengan alasan tersebut, technical analyst tidak menggantungkan keputusan investasi pada
informasi dari laporan keuangan. Technical analyst only need to quickly recognize a
movement to a new equilibrium value for whatever reason, they do not need to know about
a specific event and determine the effect of the event on the value of the firm and its stock
(Reilly & Brown, 2009).
Jika pada suatu saat fundamental analyst mengetahui bahwa sekuritas A ada dalam posisi
under- atau over-valued sebelum investor lain mengetahuinya, analyst tersebut harus
menentukan kapan saat membeli atau menjual asset tersebut. Idealnya, highest rate of
return akan dapat diperoleh saat investor melakukan transaksi sebelum terjadi perubahan
nilai pasar. Misalnya, jika diketahui bahwa berdasarkan analisis di bulan Februari, Anda
memperhitungkan bahwa perusahaan A akan dapat menghasilkan profit tinggi di bulan Juni.
Meskipun Anda dapat membeli saham perusahaan A pada bulan Februari, Anda lebih baik
menunggu hingga bulan Mei untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian, uang Anda
tidak terikat pada saham A selama 3 bulan. Hal tersebut terjadi bagi fundamental analyst.
Akan tetapi, baik fundamental maupun technical analyst sama-sama memiliki
kecenderungan untuk menunggu saat yang tepat untuk berinvestasi. Kebanyakan technical
analyst tidak berinvestasi hingga saat terjadinya pergerakan menuju equilibrium baru.
Tantangan penggunaan technical analysis
Tantangan terhadap penggunaan technical analysis diungkapkan oleh para penentangnya.
Fokus penentang penggunaan technical analysis adalah pada:
1. Basic assumption
Asumsi technical analysis berlawanan dengan konsep dan hasil penelitian empiris tentang
EMH. Untuk menghasilkn superior risk-adjusted return (setelah dikurangi transaction
costs), harga pasar suatu sekuritas akan segera menyesuaikan diri terhadap munculnya
informasi. Trend ini menjadikan munculnya weak-form EMH. Setelah menguji
keberadaan weak-form EMH (lihat bahasan sebelumnya), peneliti menemukan bahwa
harga asset tidak bergerak pada suatu trend tertentu. Hasil riset ini mendukung adanya
EMH.
2. Technical trading rules
Harga pasar asset (hubungan antara specific market variables dengan harga saham) tidak
berulang. Sebagai konsekuensinya, penggunaan suatu teknik di masa lalu mungkin saja
menjadi tidak dapat diaplikasikan pada kesempatan lain. Kemungkinan ini menyebabkan
technical analyst menerapkan beragam trading rules dan mencari kesepakatan dan
consensus bersama untuk memprediksi pola harga pasar suatu asset (future market
pattern).
Masalah lain pada technical analyst adalah keberhasilan penggunaan suatu trading rule
akan mendorong investor lain untuk mengadopsinya. Hal ini akan menjadikan trading
rule tersebut popular dan berakibat pada meningkatnya level persaingan antar investor,
dan pada akhirnya akan menetralkan teknik tersebut.
Hal lain adalah penggunaan trading rules yang banyak menjadikan technical analyst
membutuhkan a great deal of subjective judgment. Dua orang technical analyst yang
mengamati pola harga saham yang sama bisa jadi memiliki interpretasi yang berbeda
tentang pola harga yang sedang terjadi. Faktor lain tentang technical analysis adalah
bahwa standard values yang bisa menjadi signal untuk keputusan investasi bisa berubah
sepanjang waktu.
3. Technical trading indicators
Grafik berikut ini menggambarkan siklus harga saham yang terjadi secara normal. Siklus
ini bisa terjadi pada keseluruhan pasar modal (overall stock market) atau untuk saham
individual. Grafik tersebut menggambarkan peak (puncak) dan trough (low activity),
rising trend channel, declining trend channel, flat trend channel.
Grafik tersebut dimulai dengan berakhirnya masa declining (bear) market, yaitu berhenti
pada trough, yang kemudiaan diikuti dengan trend naik (upward trend) yang melampaui
declining trend channel. Ketika declining trend sudah beralih arah ini memberikan sinyal
bagi technical analyst untuk membeli asset. Technical analyst kemudian mengharapkan
adanya rising trend channel. Sepanjang harga saham mengalami kenaikan seiring dengan
rising trend channel tersebut, investor umumnya menyarankan untuk menahan asset
(hold the stock). Secara ideal, investor ini ingin menjual saham saat siklus mengalami
peak. Tetapi, investor tidak dapat mengidentifikasi bahwa peak akan terjadi hingga trend
tersebut mengalami perubahan.
Jika harga saham mulai mengalami pola mendatar (flat pattern), maka masa rising trend
channel akan terlampaui. Pada posisi ini, technical analyst cenderung memutuskan untuk
menjual saham. Meskipun demikian, mereka bisa memutuskan untuk menahan
kepemilikan asset untuk melihat apakah asset tersebut akan mengalami periode
konsolidasi dan kemudian mengakhiri masa flat trend channel, dan mulai mengalami
kenaikan lagi. Alternative lain, jika harga saham mengakhiri masa flat dan cenderung
menurun, maka technician memandang trend ini sebagai sinyal untuk menjual asset dan
mengamati penurunan tersebut sebagai dimulainya declining trend channel.
Support & resistance level
Chartists atau technical analyst berusaha menentukan trading level untuk individual
securities atau market berdasarkan kecenderungan pergerakan harga sekuritas. Keberadaan
support level dinyatakan riil jika terdapat batas atau tingkat terendah trading range (the
lower end of trading range), sementara resistance level dinyatakan ada jika terdapat batas
atas.
Breakout
Resistance
Support
Support menunjukkan waktu dimana harga saham cenderung turun hingga level
perdagangan terendah karena investor yang awalnya memiliki kesempatan untuk membeli
saham saat ini memutuskan untuk mengambil keputusan pembelian saham. Pada saat inilah
di pasar muncul permintaan baru atas suatu sekuritas. Resistance menunjukkan saat
dimana harga saham mencapai titik tertinggi dari normal trading range. Investor ini
cenderung memiliki enthusiasm untuk menarik keuntungan (take a profit). Suatu breakout
menunjukkan terlampaui nya titik resistance atau penurunan melebihi batas support.
Volume perdagangan
Volume perdagangan memberikan informasi yang signifikan bagi investor. Jika suatu pasar
saham memiliki heavy trading volume, hal ini menunjukkan terjadinya bullish. Sebaliknya,
volume perdagangan yang tipis menunjukkan pergerakan sementara (temporary move) yang
masih dapat dikatakan sebagai trend positif. Trend ini bisa terjadi karena partisipasi investor
dalam aktifitas perdagangan saham cenderung rendah.
Tetapi, jika terjadi trend penurunan baru pada basis volume perdagangan asset yang tinggi
(heavy trading volume), maka trend ini menunjukkan adanya bearish.
Bullish: keadaan dimana harga sekuritas diperkirakan akan mengalami kenaikan. Situasi
ekonomi relatif kuat dan mengalami pertumbuhan, tingkat pengangguran rendah, dan
pemerintah mampu mengontrol tingkat inflasi. Situasi ini mempengaruhi investor dan pasar
sekuritas. Investor memiliki keyakinan bahwa kondisi ekonomi akan berdampak pada
peningkatan harga saham, dan investor cenderung membeli saham lebih banyak.
Bear market: kondisi pasar dimana harga sekuritas cenderung turun. Masyarakat dan
investor merasa pesimis dan memiliki sentiment negatif. Investor menjalankan strategi
antisipasi terjadinya kerugian saat bear market terjadi, dan cenderung melakukan penjualan
asset. Indeks pasar modal turun hingga 20%. Bear market umumnya terjadi minimal selama
2 bulan.
Tipe charts
Terdapat beberapa jenis chart, yaitu: Bar chart dan Point and figure chart.
Referensi
Hirt, G. A., & Block, S. B. (1993). Fundamentals of Investment Management (Vol. Fourth
Edition). Boston: Richard D. Irwin, Inc.
Reilly, F. K., & Brown, K. C. (2009). Investment Analysis and Portfolio Management (Vol. 9th
Edition). Mason, Ohio, USA: South-Western Cengage Learning.
Download