TEORI DASAR TEKNIK LISTRIK (RT223 dan PP222) I. Pendahuluan a. Muatan Listrik Pada tubuh manusia mempunyai atom yang saling mengikat satu sama lain dan tidak terpisahkan. Partikel atom tersebut dapat bergerak dengan sangat cepat. Untuk mengkaji hal tersebut, harus menggunakan cabang ilmu fisika yang disebut elektromagnetik yang membahas mengenai interaksi listrik dan interaksi magnet. Interaksi tersebut melibatkan partikel yang mempunyai sifat yang disebut muatan listrik. Kita tidak dapat mengatakan apa itu muatan listrik, kita hanya bisa menjelaskan sifat-sifatnya dan perilakunya. Kata listrik berasal dari bahasa Yunani yaitu electron yang berarti amber. Bila kita menggosokan sepatu pada permadani nilon, maka kita akan menjadi bermuatan listrik. Sisir yang digosokan pada rambut juga akan bermuatan listrik. Apabila dua batang plastik digosokan pada selembar bulu (asli atau palsu), maka kedua batang plastik tersebut akan saling menolak. Gelas digosokan pada sutra, gelas akan bermuatan listrik dan saling menolak. Tetapi bila batang plastik bermuatan akan menarik gelas yang bermuatan. Sedangkan batang plastik dengan bulu akan tarik menarik dan gelas dengan sutra akan saling tarik. Eksperimen tersebut menunjukkan bahwa ada dua jenis muatan listrik, yaitu muatan pada batang plastik yang digosokan pada bulu dan gelas yang digosokan pada sutra. Benjamin Franklin (1706-1790) menamakan kedua jenis muatan tersebut muatan negatif dan muatan positif. Batang plastik dan sutra mempunyai muatan negatif, sedangkan gelas dan bulu mempunyai muatan positif. Akhirnya kita dapat menyimpulkan bawa dua muatan positif atau dua muatan negatif akan saling tolak, dan sebuah muatan positif dan sebuah muatan negatif akan saling menarik. Atau dapat pula dikatakan, muatan yang sejenis tolak menolak dan muatan yang berlawanan akan saling menarik. Muatan listrik, seperti massa adalah satu sifat dasar partikel yang membentuk materi. Interaksi yang menentukan struktur dan sifat-sifat atom dan molekul terutama adalah iinteraksi listrik diantara partikel-partikel bermuatan listrik. Hal yang sama juga berlaku untuk struktur dan sifat-sifat materi biasa yang dibentuk oleh atom dan molekul. Teori Dasar Teknik Listrik 1 Struktur atom dapat dideskrisikan sebagai gabungan dari tiga pertikel, yaitu: elektron yang bermuatan negatif, proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan. Proton dan neutron dalam sebuah atom membentuk sebuah teras kecil yang sangat padat dinamakan inti (nucleus). b. Arus Listrik Arus listrik adalah mengalirnya elektron secara terus menerus dan berkesinambungan pada konduktor akibat perbedaan jumlah elektron pada beberapa lokasi yang jumlah elektronnya tidak sama. Satuan arus listrik adalah Ampere. Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-), sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke terminal positif(+), arah arus listrik dianggap berlawanan dengan arah gerakan elektron. “1 ampere arus adalah mengalirnya elektron sebanyak 624x10^16 (6,24151 × 10^18) atau sama dengan 1 Coulumb per detik melewati suatu penampang konduktor”. Formula arus listrik adalah: I = Q/t (ampere) Keterangan: I = besarnya arus listrik yang mengalir (ampere) Q = Besarnya muatan listrik (coulomb) t = waktu (detik) Gambar 1. Arah arus listrik dan arah gerakan electron Teori Dasar Teknik Listrik 2 c. Arus (Current) Arus adalah sembarang gerak muatan dari satu daerah ke daerah lainnya. Pada logam sejumlah elektron bebas bergerak secara acak dalam semua arah, namun tidak bisa melepaskan dari material konduksinya karena elektron itu ditarik ke ion positif material itu. Gerak elektron itu acak, sehingga tidak aliran muatan neto dalam sembarang arah sehingga tidak arus. Dalam sebuah kawat yang mengangkut arus, arus itu selalu berada sipanjang kawat itu, tidak perduli apakah itu lupus atau Bangkok. Tidak ada vektor tunggal yang dapat menjelaskan gerak sepanjang sebuah lintasan lengkung. Itulah sebabnya mengapa arus bukan sebuah vektor. Muatan positif yang bergerak dalam arah medan listrik (E) menghasilkan arus yang sama seperti muatan negatif dengan jumlah yang sama bergerak dengan laju yang sama dalam arah yang berlawanan dengan medan tersebut. Pada satuan SI, arus dinyatakan dalam ampere (A), satu ampere didefinisikan sebagai satu coulomb per detik (1A = 1 C/s). Satuan arus tersebut diberikan untuk menghormati ilmuwan Perancis Andre Marie Ampere (1775-1836). Bila sebuah senter biasa (usuran sel D) dinyalakan, arus dalam senter itu kira-kira 0,5 sampai 1 A. Arus dalam kawat sebuah kunci kontak motor yang digunakan untuk menghidupkan mobil adalah sekitar 200 A. Arus dalam rangkaian radio atau rangkaian televisi biasanya dinyatakan dalam miliampere (1 mA = 10-3 A), atau mokroamprere (1 A = 10-6 A), dan arus dalam rangkaian komputer dinyatakan dalam nanoampere (1 nA = 10-9 A). d. Kuat Arus Kuat arus adalah arus yang tergantung pada banyak sedikitnya elektron bebas yang pindah melewati suatu penampang kawat dalam satuan waktu. Ampere adalah satuan kuat arus listrik yang dapat memisahkan 1,118 milligram perak dari nitrat perak murni dalam satu detik.Rumus untuk menghitung banyaknya muatan listrik, kuat arus dan waktu. Q=Ixt I = Q/t t = Q/I Keterangan: Q = Banyaknya muatan listrik (coulomb) I = Kuat arus (Amper) t = waktu (detik) Teori Dasar Teknik Listrik 3 Kuat arus listrik biasa juga disebut dengan arus listrik. Muatan listrik memiliki muatan positip dan muatan negatif. Muatan positip dibawa oleh proton, dan muatan negatif dibawa oleh elektro. Satuan muatan coulomb (C), muatan proton +1,6 x 10^19C, sedangkan muatan elektron -1,6x 10^-19C. Muatan yang bertanda sama saling tolak menolak, muatan bertanda berbeda saling tarik menarik. Contoh soal mengenai Kuat arus listrik. Sebuah batere memberikan arus 0,5 A kepada sebuah lampu selama 2 menit. Berapakah banyaknya muatan listrik yang dipindahkan? Jawab: Diketahui: I = 0,5 ampere, t = 2 menit. Ditanyakan: Q (muatan listrik). Penyelesaian: t = 2 menit = 2 x 60 = 120 detik Q=Ixt = 0,5 x 120 = 60 coulomb. e. Konduktor dan Isolator Beberapa bahan memungkinkan muatan listrik bergerak dengan mudah dari satu daerah bahan itu ke daerah lainnya, sedangkan bahan lainnya tidak memungkinkan gerak seperti itu. Konduktor adalah bahan dimana muatan listrik dapat berpindah atau mengalir di dalamnya. Sedangkan Isolator yaitu bahan dimana muatan listrik tidak dapat mengalir di dalamnya. Contoh bahan konduktor yaitu logam dan contoh bahan isolator yaitu bahan non logam, seperti plastik, keramik, permadani, dan masih banyak lagi. Sebagian besar logam adalah konduktor yang baik, sedaangkan besar bahan yang bukan logam adalah isolator. Di dalam logam padat seperti: tembaga, satu atau lebih elektron sebelah luar dalam setiap atom menjadi tidak terikat dan bergerak secara bebas ke seluruh bahan itu. Gerak elektron yang bermutan positif ini mengangkut muatan melalui logam tersebut. Elektron lainnya tetap terikat pada inti yang bermuatan positif. Pada isolator tidak ada atau sangat sedikit elektron bebas dan muatan listrik tidak dapat bergerak secara bebas melalui bahan tersebut. Beberapa bahan yang dinamakan semikonduktor mempunyai sifat-sifat diantara sifat konduktor yang baik dan sifat isolator yang baik. Teori Dasar Teknik Listrik 4 f. Bahan Penghantar Listrik Suatu bahan dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Wujud bahan tertentu juga bisa berubah karena pengaruh suhu. Selain pengelompokkan berdasarkan wujud tersebut dalam teknik listrik bahan-bahan juga dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1. Bahan Penghantar (konduktor) 2. Bahan Penyekat (isolator/insulator) 3. Bahan Setengah Penghantar (semi konduktor) 4. Bahan Magnetis. 5. Bahan Super Konduktor. 6. Bahan Nuklir. 7. Bahan Khusus (bahan untuk pembuatan kontak-kontak, untuk sekering, dan sebagainya) Bahan Penghantar (konduktor) adalah bahan yang menghantarkan listrik dengan mudah. Bahan ini mempunyai daya hantar listrik (Electrical Conductivity) yang besar dan tahanan listrik (Electrical Resistance) kecil. Bahan penghantar listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik. Perhatikan fungsi kabel, kumparan/lilitan pada alat listrik yang anda jumpai. Juga pada saluran transmisi/distribusi. Dalam teknik listrik, bahan penghantar yang sering dijumpai adalah tembaga dan alumunium. Bahan Penyekat (Insulator/isolator) adalah bahan yang befungsi untuk menyekat (misalnya antara 2 penghantar); agar tidak terjadi aliran listrik/kebocoran arus apabila kedua penghantar tersebut bertegangan. Jadi bahan penyekat harus mempunyai tahanan jenis besar dan tegangan tembus yang tinggi. Bahan penyekat yang sering ditemui dalam teknik listrik adalah: plastik, karet, dan sebagainya. Bahan Setengah Penghantar (Semi Konduktor) adalah bahan yang mempunyai daya hantar lebih kecil dibanding bahan konduktor, tetapi lebih besar dibanding bahan isolator. Dalam teknik elektronika banyak dipakai semi konduktor dari bahan germanium (Ge) dan silicon (Si). Dalam keadaan aslinya, Ge dan Si adalah bahan pelikan dan merupakan isolator. Di Pabrik bahan-bahan tersebut diberi kotoran. Jika bahan tersebut dikotori dengan alumunium maka diperoleh bahan semikonduktor type P (bahan yang kekurangan elektron/mempunyai sifat positif). Jika dikotori dengan fosfor maka yang dipeoleh adalah semikonduktor jenis N (bahan yang kelebihan electron, sehingga bersifat negative). Ge mempunyai daya hantar lebih tinggi dibandingkan Si, sedangkan Si lebih tahan panas dibanding Ge. Teori Dasar Teknik Listrik 5 Bahan Magnetik (Magnetic Materials) dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu ferro magnetic, para-magnetic dan dia-magnetic. Bahan ferro-magnetic adalah bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi dan mudah sekali dialiri garis-garis gaya magnet. Contoh bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi adalah besi, besi pasir, stalloy, dan sebagainya. Selain itu sering dijumpai magnet yang merupakan magnet permanen, misalnya alnico, cobalt, baja arang, dan sebagainya. Baja untuk magnet sering dijumpai pada pelat-pelat motor/generator, pelat-pelat transformator, dan sebagainya. Dalam bidang elektronika, digunakan bahan magnet misalnya pada speaker, alat-alat ukur elektronika, dan sebagainya. Bahan Super Konduktor. Pada tahun 1911, Kamerligh Onnes mengukur perubahan tahanan listrik yang disebabkan oleh perubahan suhu Hg dalam helium cair. Dia menemukan bahwa tahanan listrik tiba-tiba hilang pada suhu 4,153°K. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 24 unsur hantaran super dan lebih banyak lagi paduan dan senyawa yang menunjukkan sifat-sifat hantaran super. Temperatur kritisnya berkisar antara 1 samapai 19° Kelvin. Bahan-bahan lead (timah), tin (timah patri), alumunium, dan mercury, pada sushu mendekati 0°K mempunyai resistivitas nol. Bahan Nuklir. Bahan nuklir sering dipakai sebagai bahan baker reaktor nuklir. Reaktor nuklir adalah pesawat yang mengandung bahan-bahan nuklir yang dapat membelah, yang disusun sedemikian sehingga suatu reaksi berantai dapat berjalan dalam keadaan dan kondisi terkendali. Dengan sendirinya syarat agar suatu bahan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar nuklir adalah bahan yang dapat mengadakan fisi (pembelahan atom). Dalam reaktor nuklir digunakan bahan bakar uranium 235, plutonium-239, uranium-233. Dalam pemilihan jenis bahan listrik, selain sifat listrik, perlu dipertimbangkan beberapa sifat lain dari bahan, yaitu: a. Sifat Mekanis, yaitu perubahan bentuk dari suatu benda padat akibat adanya gayagaya dari luar yang bekerja pada benda tersebut. Jadi adanya perubahan itu tergantung kepada besar kecilnya gaya, bentuk benda, dan dari bahan apa benda tersebut dibuat. Jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja, maka ada tiga kemungkinan yang akan terjadi pada suatu benda: o Bentuk benda akan kembali ke bentuk semula, hal ini karena benda mempunyai sifat kenyal (elastis). o Bentuk benda sebagian saja akan kembali ke bentuk semula, hal ini hanya sebagian saja yang dapat kembali ke bentuk semula karena besar gaya yang Teori Dasar Teknik Listrik 6 bekerja melampaui batas kekenyalan sehingga sifat kekenyalan menjadi berkurang. o Bentuk benda berubah sama sekali, hal ini dapat terjadi karena besar gaya yang bekerja jauh melampaui batas kekenyalan sehingga sifat kekenyalan sama sekali hilang. b. Sifat Fisis, Benda padat mempunyai bentuk yang tetap (bentuk sendiri), dimana pada suhu yang tetap benda padat mempunyai isi yang tetap pula. Isi akan bertambah atau memuai jika mengalami kenaikkan suhu dan sebaliknya benda akan menyusut jika suhunya menurun. Karena berat benda tetap , maka kepadatan benda akan bertambah, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut: o Jika isi (volume) bertambah (memuai), maka kepadatannya akan berkurang. o Jika isinya berkurang (menyusut), maka kepadatan akan bertambah o Jadi benda lebih padat dalam keadaan dingin daripada dalam keadaan panas c. Sifat Kimia, berkarat adalah termasuk sifat kimia dari suatu bahan yang terbuat dari logam. Hal ini terjadi karena reaksi kimia dari bahan itu sendiri dengan sekitarnya atau bahan itu sendiri dengan bahan cairan. Biasanya reaksi kimia dengan bahan cairan itulah yang disebut berkarat atau korosi. Sedangkan reaksi kimia dengan sekitarnya disebut pemburaman. Pengujian sifat mekanis bahan perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi spesifikasi bahan. Melalui pengujian tarik akan diperoleh besaran-besaran kekuatan tarik, kekuatan mulur, perpanjangan, reduksi penampang, modulus elastis, resilien, keuletan logam, dan lain-lain. Selain sifat-sifat tersebut dengan tidak secara terlalu teknis, perlu diperhatikan kekerasan (hardness) dan kemampuan menahan goresan (abrasion). Contoh sifat fisis yang sering diperlukan adalah berat jenis, titik lebur, titik didih, titik beku, kalor lebur, dan sebagainya. Juga sifat perubahan volume, wujud, dan panjang terhadap perubahan suhu. Perkaratan adalah contoh sifat bahan akibat reaksi kimia; reaksi antara logam dengan oksigen yang ada di udara. Sifat kimia juga termasuk sifat bahan yang beracun, kemungkinan mengadakan reaksi dengan garam, asam, dan basa. Selain bahan penyekat atau isolator di atas, ada bahan lain yang juga banyak digunakan dalam teknik ketenagalistrikan yaitu bahan penghantar atau sering dinamakan dengan istilah konduktor. Suatu bahan listrik yang akan dijadikan Teori Dasar Teknik Listrik 7 penghantar, juga harus mempunyai si fat-sifat dasar penghantar itu sendiri seperti: koefisien suhu tahanan, daya hantar panas, kekuatan tegangan tarik dan lain-lain. Disamping itu juga penghantar kebanyakan menggunakan bentuk padat seperti tembaga, aluminium, baja, seng, timah, dan lain-lain. Untuk keperluan komunikasi sekarang banyak digunakan bahan penghantar untuk media transmisi telekomunikasi yaitu menggunakan serat optik. Erat kaitannya dengan keperluan pembangkitan energi listrik, yaitu suatu bahan magnetik yang akan dijadikan sebagai medium untuk konversi energi, baik dari energi listrik ke energi mekanik, energi mekanik ke energi listrik, energi listrik menjadi energi panas atau cahaya, maupun dari energi listrik menjadi energi listrik kembali. Bahan magnetik ini tentunya harus memenuhi sifat-sifat kemagnetan, dan parameter-parameter untuk dijadikan sebagai bahan magnet yang baik. Dalam pemilihan bahan magnetik ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu ferromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Suatu bahan yang sekarang lagi ngetren dan paling banyak sedang dilakukan riset-riset di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu bahan semi konduktor. Berkembangnya dunia elektronika dan komputer saat ini adalah merupakan salah satu peranan dari teknologi semi konduktor. Bahan ini sangat besar peranannya pada saat ini pada berbagai bidang disipilin ilmu terutama di bidang teknik elektro seperti teknologi informasi, komputer, elektronika, telekomunikasi, dan lain -lain. Berkaitan dengan bahan semi konduktor, pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu semi konduktor dan super konduktor. Seperti telah kita ketahui, bahwa untuk pelaksanaan penyaluran energi listrik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berupa saluran udara dan kabel tanah. Pada saluran Udara, terutama hantaran udara telanjang biasanya banyak menggunakan kawat penghantar yang terdiri atas: kawat tembaga telanjang (BCC, singkatan dari Bare Cooper Cable), Aluminium telanjang (AAC, singkatan dari All Aluminium Cable), Campuran yang berbasis aluminium (Al-Mg-Si), Aluminium berinti baja (ACSR, singkatan dari Aluminium Cable Steel Reinforced dan Kawat baja yang berisi lapisan tembaga (Cooper Weld). Sedangkan pada saluran kabel tanah, biasanya banyak menggunakan kabel dengan penghantar jenis tembaga dan aluminium, perkembangan yang sangat dominan pada saluran kabel tanah adalah dari sisi bahan isolasinya, dimana pada saat awal banyak menggunakan isolasi berbahan kertas dengan perlindungan mekanikal berupa timah hitam, kemudian menggunakan minyak ( jenis kabel ini dinamakan GPLK atau Gewapend Papier Lood Kabel yang merupakan standar belanda dan NKBA atau Teori Dasar Teknik Listrik 8 Normal Kabel mit Bleimantel Aussenumheullung yang merupakan standar jerman, dan jenis bahan isolasi yang terkini adalah isolasi buatan berupa PVC (Polyvinyl Chloride) dan XLPE (Cross-Linked Polyethylene). Jenis bahan isolasi PVC dan XLPE pada saat ini telah berkembang pesat dan merupakan bahan isolasi yang andal. Di waktu yang lalu, bahan yang banyak digunakan untuk saluran listrik adalah jenis tembaga (Cu). Namun karena harga tembaga yang tinggi dan tidak stabil bahkan cenderung naik, aluminium mulai dilirik dan dimanfaatkan sebagai bahan kawat saluran listrik, baik saluran udara maupun saluran kabel tanah. Lagipula, kawat tembaga sering dicuri karena bahannya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai produk lain. Suatu ikhtisar akan disampaikan dibawah ini mengenai berbagai jenis logam atau campurannya yang dipakai untuk kawat saluran listrik, yaitu: Tembaga elektrolitik, yang harus memenuhi beberapa syarat normalisasi, baik mengenai daya hantar listrik maupun mengenai sifat-sifat mekanikal. Brons, yang memiliki kekuatan mekanikal yang lebih besar, namun memiliki daya hantar listrik yang rendah. Sering dipakai untuk kawat pentanahan. Aluminium, yang memiliki kelebihan karena materialnya ringan sekali. Kekurangannya adalah daya hantar listrik agak rendah dan kawatnya sedikit kaku. Harganya sangat kompetitif. Karenanya merupakan saingan berat bagi tembaga, dan dapat dikatakan bahwa secara praktis kini mulai lebih banyak digunakan untuk instalasi listrik arus kuat yang baru dari pada menggunakan tembaga. Aluminium berinti baja, yang biasanya dikenal sebagai ACSR (Aluminium Cable Steel Reinforced), suatu kabel penghantar aluminium yang dilengkapi dengan unit kawat baja pada inti kabelnya. Kawat baja itu diperlukan guna meningkatkan kekuatan tarik kabel. ACSR ini banyak digunakan untuk kawat saluran hantar udara. Aldrey, jenis kawat campuran antara aluminium dengan silicium (konsentrasinya sekitar 0,4 % – 0,7 %), Magnesium (konsentrasinya antara 0,3 % - 0,35 %) dan ferum (konsentrasinya antara 0,2 % - 0,3 %). Kawat ini memiliki kekuatan mekanikal yang sangat besar, namun daya hantar listriknya agak rendah. Cooper-weld, suatu kawat baja yang disekelilingnya diberi lapisan tembaga. Baja, bahan yang paling banyak digunakan sebagai kawat petir dan juga sebagai kawat pentanahan. Teori Dasar Teknik Listrik 9 Berdasarkan ikhtisar diatas, dapat dikatakan bahwa bahan yang terpenting untuk saluran penghantar listrik adalah tembaga dan aluminium, sehingga kedua bahan tersebut banyak digunakan sebagai kawat pengantar listrik, baik saluran hantar udara maupun kabel tanah. g. Hukum Coulomb Charles Augustin de Coulomb (1736-1806) mengkaji interaksi partikel-partikel bermuatan secara rinci pada tahun 1748. Untuk muatan-muatan titik, yaitu benda bermuatan yang sangat kecil dibandingkan dengan jarak r diantara muatan-muatan itu. Coulomb mendapati bahwa gaya listrik itu sebanding dengan 1/r2. Dimana, bila jarak r menjadi dua kali lipat, maka gaya itu berkurang menjadi 1/4 dari nilai semula; bila jarak itu menjadi setengahnya, maka gaya listrik itu bertambah menjadi empat kali lipat. Dengan demikian, Coulomb memperkenalkan apa yang sekarang disebut Hukum Coulomb: Besarnya gaya listrik di antara dua muatan titik berbanding lurus dengan hasil kali muatan-muatan itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara muatan-muatan itu. Hukum Coulomb hanya menggambarkan interaksi dari dua muatan titik. Percobaan memperlihatkan bahwa, bila dua muatan mengerahkan haya secara serempak pada sebuah muatan ke tiga, maka gaya total yang beraksi pada muatan itu adalah jumlah vector dari gaya-gaya yang dikerahkan oleh kedua muatan itu secara individu. Hukum Coulomb seharusnya digunakan hanya untuk muatan-muatan titik dalam ruang hampa. h. Hambatan/Tahanan (Resistance) Penghantar dari bahan metal mudah mengalirkan arus listrik, tembaga dan aluminium memiliki daya hantar listrik yang tinggi. Bahan terdiri dari kumpulan atom, setiap atom terdiri proton dan elektron. Aliran arus listrik merupakan aliran elektron. Elektron bebas yang mengalir ini mendapat hambatan saat melewati atom sebelahnya. Akibatnya terjadi gesekan elektron denganatom dan ini menyebabkan penghantar panas. Tahanan penghantar memiliki sifat menghambat yang terjadi pada setiap bahan. Tahanan difinisikan, yaitu 1 (satu Ohm / Ω) adalah tahanan satu kolom air raksa yang panjangnya 1063 mm dengan penampang 1 mm² pada temperatur 0º C. Daya hantar adalah kemampuan penghantar arus atau daya hantar arus sedangkan penyekat Teori Dasar Teknik Listrik 10 atau isolasi adalah suatu bahan yang mempunyai tahanan yang besar sekali sehingga tidak mempunyai daya hantar atau daya hantarnya kecil yang berarti sangat sulit dialiri arus listrik. Rumus untuk menghitung besarnya tahanan listrik terhadap daya hantar arus. Untuk sebuah konduktor dengan hambatan jenis (), kerapatan arus (J) di sebuah titik dimana medan listrik adalah E, dapat ditulis: E=J Bila hukum Ohm dipatuhi, adalah konstan dan tidak tergantung dari besarnya medan listrik, sehingg E berbanding langsung dengan J. Misalnya konduktor adalah sebuah kawat dengan luas penampang homogenA dan panjang L. V selisih potensial antara ujugn yang potensial tinggi dan ujung yang potensial rendah, sehingga V positif.Arah arus selalu dari ujung potensial lebih tinggi ke ujung potensial lebih rendah. Hal ini karena arus mengalir dalam sebuah konduktor dalam E, tidak perduli bagaimanapun tanda muatan yang bergerak itu dan karena E menunjuk ke arah dalam potensial listrik yang semakin berkurang. Sewaktu arus mengalir melalui selisih potensial itu, energi potensial listrik akan hilang, energi dipindahkan ke ion-ion material konduksi itu selama tumbukan. Kita juga dapat mengaitkan nilai arus I terhadap selisih potensial diantara ujungujung konduktor itu. Jika besarnya kerapatan arus J dan medan listrik E itu homogen di seluruh konduktor, maka arus total I itu diberikan oleh I = JA, dan selisih potensial V diantara ujung-ujung itu adalah V = EL. Bila kita selesaikan persamaan itu, akan didapatkan: I V = L atau V= I (1) L A A Ini memperlihatkan bahwa nilai adalah konstan, arus total I itu sebanding dengan selisih potensial V. Rasio V terhadap I untuk sebuah konduktor disebut hambatan (resistansi, resistance) R: V R = (2) I Dengan membandingkan definsi R in terhadap persamaan (2), bahwa hambatan dari sebuah konduktor tertentu dikaitkan dengan resistivitas tertentu dari material itu oleh: L R = hubungan antara hambatan dengan resistivitas (3) A Teori Dasar Teknik Listrik 11 Keterangan: R = tahanan kawat [ Ω/ohm] L = panjang kawat [meter/m] ρ = tahanan jenis kawat [Ω mm²/meter] A = penampang kawat [mm²] Jika adalah konstan, maka R adalah konstan: V = IR hubungan antara tegangan, arus dan hambatan (4) Seringkali rumus di atas dinamakan hukum Ohm, tetapi penting untuk dipahami bahwa isi sebenarnya hukum Ohm adalah kesebandingan langsung dari V terhadap I atau dari J terhadap E. Persamaan (2) dan (4) mendefinisikan hambatan R untuk sembarang konduktor, apakah konduktor itu mematuhi hukum Ohm atau tidak, tetapi hanya jika R konstan, kita dapat menamakan hubungan ini hukum sebagai hukum Ohm. Persamaan (3) memperlihatkan bahawa hambatan sebuah kawat atau konduktor lain yang penampangnya homogen berbanding langsung dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Hambatan juga sebanding dengan resistivitas material dari konduktor yang dbuat itu. Satuan SI dari hambatan adalah ohm, yang sama dengan satu volt per ampere (1 = 1 V/A), sering juga digunakan kiloohm (1 k = 10.000 W) dan megaohm (1 M = 1.000.000 W). Sebuah kawat tembaga ukuran 12 dengan panjang 100 m, yaitu ukuran yang biasanya digunakan dalam kawat rumah tangga, mempunyai hambatan pada suhu kamar sebesar kira-kira 0,5 . Sebuah bola lampu 100 W, 120 V mempunyai hambatan (pada suhu operasional) sebesar 140 . Jika arus I yang mengalir dalam dua kawat tembaga dan bola lampu, maka selisih potensial V = IR, jauh lebih besar yang melewati bola lampu itu, dan lebih banyak lagi energi potencial yang hilang permuatan dalam bola lampu itu. Energi yang hilang itu dikonversikan oleh serabut bola lampu itu menjadi cahaya dan kalor. Karena resistivitas sebuah material berubah dengan suhu, maka hambatan sebuah konduktor spesifik juga berubah dengan suhu. Untuk jangkauan suhu yang tidak terlalu besar perubahan ini secara rata-rata adalah sebuah hubungan linear. Sebuah komponen rangkaian yang dibuat mempunyai nilai hambatan spesifik diantara ujung-ujung disebut resistor. Resistor mempunyai besaran berkisar antara 0,01 sampai 107 , dan dapat dibeli di pasaran. Resistor individu yang digunakan dalam rangkaian elektrinik seringkali berbentuk silinder, yang diamater dan panjangnya Teori Dasar Teknik Listrik 12 beberapa milimeter dengan kawat-kawat pada kedua ujungnya. Resistor dapat ditandai dengan kode estándar yang menggunakan warna pada ujung satu ke ujung lain. Ada tiga atau empat warna yang biasanya diberikan, yaitu warna pertama dan kedua menunjukkan angka (angka ke-1 dan angka ke-2), warna ketiga yaitu pengali dalam pangkat kelipatan 10 dan warna terakhir hádala toleransi biasanya warna emas (5%), perak (10%) dan tidak ada warna (20%). Dibawah ini beberapa harga dan warna yang digunakan dalam pengkodean resistor. Tabel 1. Kode Warna Untuk Resistor WARNA Hitam Cokelat Merah Jingga (Orange) Kuning Hijau Biru Ungu/Violet Abu-Abu Putih Emas Perak Tidak Ada Warna Nilai Sebagai Angka 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5% 10% 20% Nilai Sebagai Pengali 1 10 102 103 104 105 106 107 108 109 - Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai resistance, karena tahanan suatu jenis material sangat tergantung pada: • panjang tahanan • luas penampang konduktor. • jenis konduktor • temperatur i. Hambatan Jenis (Resistivity, ρ) Hambatan jenis didefinisikan ρ sebuah material sebagai perbandingan dari besarnya medan listrik dan kerapatan arus. E ρ = J Semakin besar hambatan jenis, semakin besar pula medan magnet yang diperlukan untuk menyebabkan sebuah kerapatan arus yang diberikan, atau semakin Teori Dasar Teknik Listrik 13 kecil kerapatan arus yang disebabkan oleh sebuah medan magnet. Satuan hambatan jenis ρ adalah (V/m) atau (A/m2) = V.m/A. Untuk satuan SI ρ adalah Ω.m (ohm.meter). Sebuah konduktor sempurna mempunyai nilai hambatan jenis nol, dan sebuah isolator mempunyai hambatan jenis tidak terhingga. Logam dan campuran logam mempunyai hambatan jenis paling kecil dan merupakan konduktor terbaik. Kebalikan hambatan jenis yaitu konduktivitas, dimana satuannya (Ω.m)-1. Konduktor listrik yang baik mem;punyai konduktivitas yang lebih besar dari pada isolator. Semikonduktor mempunyai hambatan jenis pertengahan diantara hambatan jenis logam dan isolator. Material semikonduktor hambatan jenisnya dipengaruhi oleh suhu dan oleh sejumlah kecil ketidakmurnian. Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa hambatan jenis logam pada suhu kamar 20oC. Tabel 2. Hambatan Jenis pada Suhu Kamar 20oC Konduktor Logam Campuran Semikonduktor Isolator ZAT ρ (Ω.m) Perak Tembaga Emas Aluminium Tungsten Baja Timah Air Raksa Manganin (Cu 84%, Mn 12%, Ni 4%) Constantan (Cu 60%, Ni 4%) Nikrom Karbon murni (Grafit) Germanium murni Silikon murni Kuningan Kaca Lucite Mika Kuarsa (lebur) Belerang Teflon Kayu 1,47 x 10-8 1,72 x 10-8 2,44 x 10-8 2,75 x 10-8 5,25 x 10-8 20 x 10-8 22 x 10-8 95 x 10-8 44 x 10-8 49 x 10-8 100 x 10-8 3,5 x 10-5 0,60 2300 5 x 1014 1010 - 1014 > 1013 1011 - 1015 75 x 1016 1015 > 1013 108 - 1011 j. Simbol untuk Diagram Rangkaian Bagian yang penting dalam suatu rangkaian listrik adalah penggambaran sebuah diagram rangkaian skema. Kita biasanya menganggap bahwa kawat-kawat yang menghubungkan berbagai elemen rangkaian itu mempunyai hambatan yang dapat Teori Dasar Teknik Listrik 14 diabaikan. Rumus V=IR, selisih diantara ujung-ujung dari sebuah kawat seperti itu nol. Alat ukur yang ideal untuk mengukur sifat-sifat rangkaian tidak mengganggu didalam sambungan. Sebuah voltmeter, digunakan untuk mengukur selisih potensial diantara terminal-terminalnya tanpa mempunyai arus yang dialihkan melalui voltmeter dan mempunyai hambatan besar sampai tak terhingga. Sebuah ammeter mengukur arus yang lewat melalui ammeter. Idealnya mempunyai hambatan nol dan tidak mempunyai selisih potensial diantara terminal-terminal karena alat ukur tersebut bertindak sebagai bagian dari rangkaian tersebut. Tabel 3. Simbol untuk Diagram Rangkaian Konduktor dengan hambatan yangdapat diabaikan R Resistor + ε Sumber (Garis vertikal yang lebih panjang selalu menyatakan terminal positif, biasanya terminal pada potensial yang lebih tinggi) + ε r Sumber dengan hambatan dalam r (r dapat ditempatkan pada atau sisi manapun) r + ε V A Voltmeter (mengukur selisih potensial diantara terminal) Ammeter (mengukur arus melalui ammeter) k. Rangkaian Seri dan Paralel Untuk memahami kedua rangkaian tersebut, kita ahrus memahami lebih dahulu kaidah-kaidah Kirchhoff. Kaidah pertama yaitu didasarkan pada kekekalan muatan yang diterapkan pada persambungan (junction). Kaidah titik pertemuan Kirchhoff (Kirchhoff juction rule) yaitu jumlah aljabar dari arus ke dalam setiap titik pertemuan adalah nol. Teori Dasar Teknik Listrik 15 Yiatu: ΣI = 0 (berlaku di tiap titik pertemuan). Kaidah titik pertemuan didasarkan pada kekekalan muatan listrik. Tidak ada muatan yang dapat terakumulasi di sebuah titik pertemuan, sehingga muatan total yang masuk ke titik pertemuan per satuan waktu harus sama dengan muatan total yang meninggalkan titik pertemuan itu persatuan waktu. Muatan persatuan waktu adalah arus, sehingga arus yang masuk itu positif dan arus yang keluar itu negatif. Kaidah kedua diturunkan dari kekekalan energi untuk sebuah muatan yang bergerak mengitari sebuah simple tertutup (closed loop). Kaidah simpal Kirchhoff (Kirchhoff loop rule) yaitu jumlah aljabar dari selisih potensial dalam tiap simpal, termasuk selisih potensial yang diasosiasikan dengan tge dan elemen hambatan, harus sama dengan nol, Yakni: ΣV = 0 (berlaku untuk setiap simpal tertutup). Kaidah simpal adalah sebuah pernyataan bahwa gaya elektronik adalah gaya konservatif. Pada waktu arus masuk ke tiap titik simpal dan menghitung setiap titik tersebut, maka setelah keluar dari titik simpal itu harus nol. Untuk menguji kaidah-kaidah Kirchhoff kita akan menyambungkan resistor dalam dua jenis sambungan yaitu Resistor dalam Sambungan Seri dan Paralel. Resistor dalam semua rangkaian berfungsi dapat berfungsi untuk membatasi arus, membagi arus, mereduksi tegangan atau membagi tegangan. Beberapa rangkaian sering menggunakan gabungan beberapa resistor. Apabila resistor disambungkan berderet dalam satu barisan dengan hanya sebuah lintasan arus tunggal diantara titik-titik itu disebut rangkaian seri. Rangkaian seri ditunjukkan pada gambar 1. R1 R2 R3 I Gambar 2. Rangkaian Seri Jika resistor dipasang secara seri, arus I harus sama dalam setiap resistor, arus itu tidak “dihabiskan” pada waktu melalui sebuah rangkaian. Dengan rumus V = IR, selisih potensial yang melalui setiap resistor tidak perlu sama. Selisih potensial V yang melalui keseluruhan gabungan resistor adalah jumlah selisih-selisih potensial individu: Rt = R1 + R2 + R3 + …………..Rn Hambatan total dari sejumlah resistor seri sama dengan jumlah hambatan-hambatan individunya. Hambatan total lebih besar dari hambatan individunya. Teori Dasar Teknik Listrik 16 Resistor dapat dipasang secara parallel dimana ada titik percabangan dan ada titik pertemuan (titik a dan titi b). Elemen yang dipasang secara parallel selisih potensialnya akan sama setiap elemen. Jika resistor dipasang secara parallel seperti pada Gambar 2, arus yang melalui setiap resistor tak perlu sama. Tetapi selisih potensial diantara terminal-terminal setiap resistor harus sama dan sebanding dengan V. Dari persamaan I = V/R, didapatkan persamaan resistor parallel, yaitu: 1 1 = 1 + Rt R1 1 + ……….. + R2 1 R3 Rn Umumnya arus yang melalui setiap resistor berbeda, karena muatan tidak terakumulasi atau terkuras ke luar titik a, maka arus total I harus sama dengan jumlah ketiga arus dalam resistor itu. Untuk sejumlah resistor yang dipasang secara parallel, kebalikan hambatan total sama dengan jumlah kebalikan-kebalikan dari habatanhambatan individunya. Hambatan total pada rangkaian parallel selalu lebih kecil dari hambatan individunya. R1 a R2 b (A) R3 R1 a (B) I R2 b R3 R1 (C) I R2 a b R3 I Gambar 3. Hubungan Paralel Teori Dasar Teknik Listrik 17 Pada Gambar 2b, R2 dan R3 adalah parallel dan gabungan itu adalah seri dengan R1. Pada Gambar 2c, R1 dan R2 adalah seri dan gabungan itu adalah paralel dengan R3. Khusus untuk dua resistor parallel, yaitu: R1 R2 I1 Rt = atau R1 + R2 R2 = I2 R1 Hal ini menunjukkan bahwa arus yang diangkut oleh dua resistor parallel berbanding terbalik dengan hambatannya. Lebih banyak arus yang melalui lintasan yang hambatannya paling kecil. l. Arus Searah (DC) Sebenarnya arus searah merupakan arus negatif atau elektron yang mengalir dari kutub negatif ke kutub positif. Aliran elektron yang mengalir menyebabkan terjadinya lubang-lubang bermuatan positif (Proton) yang seolah-olah terlihat mengalir dari kutub positif ke negatif. Sumber dari arus searah ini biasanya dari batu baterai, accumulator, atau hasil proses dari Photovoltaic/tenaga surya. Listrik arus searah atau DC (Direct Current) ialah aliran arus yang keluarannya tetap/konstan terhadap waktu. Dengan kata lain, pada waktu kapanpun dicek keluaran arus dari listrik DC akan selalu sama. Pada suatu rangkaian akan mengalir arus (Gambar 1), apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Adanya sumber tegangan 2. Adanya alat penghubung 3. Adanya beban Gambar 4. Rangkaian arus searah Teori Dasar Teknik Listrik 18 Pada kondisi sakelar S terbuka maka arus tidak akan mengalir melalui beban. Apabila sakelar S ditutup maka akan mengalir arus ke beban R dan Ampere meter akan menunjuk. Dengan kata lain syarat mengalir arus pada suatu rangkaian harus tertutup. m. Arus Bolak Balik (AC) Arus bolak balik (Alternating Current, AC) ditemukan oleh George Westinghouse yang mengemukakan arus dan tegangan berubah secara sinusoida. Salah satu alasan bahwa transformator dapat digunakan untuk menaikan dan menurunkan tegangan AC, tetapi tidak bisa digunakan untuk DC. Berkat jasanya sampai sekarang kebanyakan industri dan rumah tangga menggunakan arus bolak-balik. Untuk menyediakan arus bolak-balik pada sebuah rangkaian diperlukan sebuah Tegangan Gerak Elektrik (tge) atau electromotive force (emf) atau sering disebut juga dengan Gaya Gerak Listrik (ggl), atau voltase bolak-balik. Sebuah tegangan sinusoida dapat dijelaskan oleh sebuah fungsi seperti: ν = V cos ωt dimana ν adalah selisih potensial sesaat, V adalah selisih potensial maksimum, ω adalah frekuensi sudut yang sama dengan 2π kali frekuensi f (50 hz). Gambar 5a. Bentuk arus bolak balik 1 phasa Teori Dasar Teknik Listrik 19 Gambar 5b. Bentuk arus bolak balik 3 phasa Gambar 6. Prinsip membangkitkan arus bolak balik n. Instrumen Pengukur Listrik Untuk mengetahui seberapa besar arus yang mengalir, tegangan dan hambatan kita harus mengukur dengan alat yang tepat dan akurat. Ada beberapa alat yang sering digunakan antara lain: galvanometer d’Arsonval, Ammeter, Voltmeter dan Gabungan antara Ammeter dan Voltmeter (sering disebut AVO meter atau multitester). Galvanometer merupakan sebuah kumparan berporos dari kawat halus ditempatkan dalam medan magnet sebuah magnet permanen. Pegas diikatkan pada kumparan tersebut yang serupa dengan pegas rambut pada roda neraca sebuah jam. Dalam posisi kesetimbangan dengan tidak ada arus dalam kumparan itu, penunjuk akan berada di nol. Bila ada arus dalam kumparan, medan magnet itu menggerakan sebuah torka pada kumparan sebanding dengan arus tersebut. Jadi penyimpangan sudut Teori Dasar Teknik Listrik 20 kumparan dan penunjuk berbanding langsung dengan arus kumparan dan alat itu dapat dikalibrasi untuk mengukur arus. Ammeter merupakan salah satu instrumen untuk mengukur arus yang bergantung pada jangkauan pengukuran. Sebuah Ammeter selalu mengukur arus yang melaluinya dan idealnya mempunyai habatan nol. Ammeter yang digunakan sebenarnya selalu mempunyai hambatan yang berhingga, tetapi diusahakan untuk memiliki hambatan sekecil mungkin. Voltmeter adalah suatu alat untuk mengukur selisih potensial atau tegangan (voltage). Sebuah voltmeter selalu mengukur selisih potensial di antara dua titik, dan terminal-terminalnya harus disambungkan ke titik ini. Sebuah voltmeter ideal mempunyai hambatan tak berhingga, sehingga menyambungkannya di antara dua titik dalam sebuah rangkaian tidak akan mengubah arus. Voltmeter yang ada dipasaran selalu memiliki hambatan yang berhingga, tetapi seharusnya mempunyai hambatan yang cukup besar sehingga penyambungan dalam sebuah rangkaian tidak mengubah arus lain. Ammeter dan Voltmeter dapat digabungkan bersama-sama untuk menguur hambatan dan daya. Hambatan R dari sebuah resistor sama dengan selisih potensial V di antara terminal-terminalnya dibagi dengan arus I, yatu R = V/I. Daya masuk P ke sembarang elemen rangkaian adalah hasil selisih potensial yang melalui elemen itu dan arus yang melaluinya, yaitu: P = V.I. Pada prinsipnya, cara yang paling langsung untuk mengukur R atau P adalah mengukur V dan I secara serempak. Daftar Pustaka Fitzgeral, Charles Kingsley. (1990). Mesin-Mesin Listrik. Jakarta: Binacipta. Lytel, Allan. (1976). ABC’s of Electric Motors and Generators. Bombay: D.B. Taroporevala Sons & Co. Malvino, Barmawi. (1985). Prinsip-prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga. Siskind. (1975). Electrical Machines. Soelaiman T.S., Mabuchi Magarisawa. (1984). Mesin Tak Serempak dalam Praktek. Jakarta: Pranindya Paramita. Sumanto. (1996). Mesin Sinkron.. Yogyakarta: Andi Offset. Teori Dasar Teknik Listrik 21 Van Harten. (1981). Instalasi Listrik Arus Kuat. Jilid 1, 2 dan 3 (Terjemahan). Jakarta: Binacipta. William H. (1992). Rangkaian Listrik jilid 1. Jakarta: Erlangga. Yon Rijono. (1997). Dasar teknik tenaga listrik. Yogyakarta: Andi Offset. Zuhal. (2000). Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: Gramedia. Teori Dasar Teknik Listrik 22