BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Tenaga Listrik
Menurut Kadir (2006) bahwa suatu sistem tenaga listrik yang lengkap
terdiri atas empat komponen, yaitu :
1. Pembangkit tenaga listrik.
2. Sistem transmisi.
3. Sistem distribusi.
4. Konsumen.
2.1.1
Pembangkit tenaga listrik
Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui
jaringan transmisi. Tegangan generator pembangkit relatif rendah (6 kV – 24
kV). Maka tegangan ini dinaikan dengan transformator daya ke tegangan yang
lebih tinggi antara 150 kV – 500 kV. Tujuan
peningkatan
tegangan
ini,
selain memperbesar daya hantar dari saluran juga untuk memperkecil rugi
daya dan susut tegangan pada saluran transmisi. Penurunan tegangan dari
jaringan tegangan tinggi/ekstra tinggi sebelum ke konsumen dilakukan dua
kali. Yang pertama dilakukan di gardu induk (GI), menurunkan tegangan dari
500 kV ke 150 kV atau dari 150 kV ke 70 kV.
Pusat pembangkit tenaga listrik (electric power station) biasanya
terletak jauh dari pusat beban. Tenaga listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit
tenaga listrik yang letaknya jauh dari pusat beban disalurkan kepada konsumen
melalui tahapan transmisi dan distribusi. Sedangkan untuk pembangkit yang
letaknya dekat dengan pusat beban, tenaga listrik yang dibangkitkan langsung
disalurkan ke Gardu Induk (GI) kemudian didistribusikan kepada konsumen.
6
2.1.2
Sistem transmisi tenaga listrik
Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik disalurkan
melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju ke pusat-pusat beban. Saluran
transmisi menurut penyalurannya ada dua macam yaitu :
1. Saluran Udara.(Overhead)
adalah saluran transmisi yang menggunakan kawat-kawat telanjang yang
digantungkan pada tiang transmisi dengan peralatan-peralatan pengaman dan
isolator.
2. Saluran bawah Tanah ( Underground)
adalah saluran transmisi yang menggunakan konduktor-konduktor berisolasi
yang ditanam dengan kedalaman tertentu dibawah tanah.
Masing-masing cara penyaluran diatas memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dibandingkan dengan saluran udara, saluran bawah
tanah tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir dan sebagainya. Selain itu
saluran bawah tanah lebih estetis karena tidak menggangu pandangan. Karena
alasan terakhir ini, saluran-saluran bawah tanah lebih disukai, terutama di daerah
yang padat penduduknya dan di kota-kota besar. Namun biaya pembangunanya
lebih mahal dan perbaikan bila terjadi gangguan sulit dilakukan dibandingkan
dengan saluran udara. Pilihan antara saluran udara dan saluran kabel tergantung
pada berbagai faktor, antara lain rute saluran, kontuinitas pelayanan,
pengembangan daerah, biaya pemeliharaan tahunan, biaya modal dan umur
manfaat sistem.
2.1.3
Sistem distribusi tenaga listrik
Sistem distribusi tenaga listrik adalah kumpulan dari interkoneksi
bagian-bagian rangkaian listrik dari sumber daya ( transformator daya pada gardu
induk distribusi ) yang besar sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan.
7
Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1. Distribusi primer
Jaringan distribusi primer merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini
berawal dari sisi sekunder transformator daya yang terpasang pada gardu
induk hingga ke sisi primer transformator distribusi yang terpasang pada
tiang-tiang saluran. Dari keluaran penyulang, tenaga listrik disalurkan
melalui saluran distribusi primer dengan tegangan sebesar 20 kV menuju
ke pusat-pusat beban melalui SUTM ( Saluran Udara Tegangan
Menengah) dan SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah ).
2. Distribusi sekunder
Jaringan distribusi sekunder berawal dari sisi sekunder transformator
distribusi dan berakhir pada alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem
jaringan distribusi sekunder disalurkan kepada para pelanggan melalui
kawat berisolasi. Terdapat dua jenis penyaluran, yaitu saluran udara
tegangan rendah (SUTR) dan Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR).
Tegangan pada saluran ini diturunkan menjadi 380/220V.
2.1.4
Konsumen listrik
Konsumen listrik, dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1. Konsumen rumah tangga.
2. Konsumen industri.
3. Konsumen sosial.
4. Konsumen bisnis.
Pembagian jenis konsumen tersebut bertujuan untuk memudahkan pembagian
kebutuhan energi listrik.
8
Gambar 2.1 Diagram Satu Garis Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
2.2
Struktur Distribusi Tenaga Listrik
2.2.1
Gardu induk
Gardu induk memberikan suplai tenaga listrik ke jaringan distribusi.
Tegangan yang disuplai gardu induk adalah tegangan menengah karena pada
gardu induk, tegangan tinggi yang diterima diturunkan terlebih dahulu sebelum
disalurkan ke daerah beban yang dikehendaki. Secara lebih rinci, gardu induk
berfungsi sebagai berikut :
1. Pengukuran, pengawasan operasi, serta pengaturan dan pengamanan
sistem tenaga listrik.
2. Mengubah tegangan tenaga listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit
menjadi tegangan tinggi kemudian mengubahnya lagi menjadi tegangan
menengah.
2.2.2
Gardu hubung (switch substation)
Gardu hubung merupakan gardu penghubung antara gardu induk
dengan gardu distribusi. Pada gardu hubung tidak terdapat transformator, tetapi
hanya perlengkapan hubung bagi (switch gear) dan busbar. Gardu hubung terdiri
9
dari gardu hubung spindel yang memiliki maksimum 7 unit penyulang dan gardu
hubung non-spindel yang memiliki 3 unit penyulang. Gardu hubung berfungsi
sebagai :
1. Titik pengumpul dari satu atau lebih sumber dan penyulang.
2. Tempat pengalihan beban apabila terjadi gangguan pada salah satu jaringan
yang dilayani
2.2.3
Gardu distribusi
Pada gardu distribusi terdapat transformator distribusi dan merupakan
daerah / titik pertemuan antara jaringan primer dan jaringan sekunder karena pada
gardu ini tegangan menengah (TM) diubah ketegangan rendah (TR).
2.2.4
Penyulang (feeder)
Penyulang dalam jaringan distribusi merupakan saluran yang
digunakan untuk menyalurkan daya listrik pada masing-masing beban. Biasanya
penyulang diberi nama sesuai dengan nama daerah beban yang dilayani dengan
tujuan memudahkan mengingat dan menandai rute penyulang.
2.3
Jaringan Disribusi Primer
Jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem tenaga listrik
diantara Gardu Induk (GI) dan Gardu Distribusi. Jaringan distribusi primer pada
umumnya terdiri dari jaringan tiga fasa, yang jumlah kawatnya tiga atau empat
kawat. Tegangan kerja jaringan distribusi primer adalah 20 kV. Penurunan
tegangan sistem ini dari tegangan transmisi pertama-tama pada gardu induk
subtransmisi dimana tegangan diturunkan ke tegangan yang lebih rendah mulai
sistem tegangan 500 KV ke sistem tegangan 150 KV atau ke tegangan sistem 70
KV, kemudian pada gardu induk distribusi kembali dilakukan penurunan tegangan
menjadi 20 KV. Saluran distribusi primer dibentangkan sepanjang daerah yang
disuplai tenaga listrik sampai pada pusat beban terakhir.
10
Dalam pendistribusian tenaga listrik, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Regulasi tegangan yaitu variasi tegangan pelayanan (tegangan terminal
konsumen) harus pada batas-batas yang diijinkan yaitu ± 5% dari tegangan
kerja.
2. Kontinuitas pelayanan dan pengamanan yaitu tidak sering terjadi pemadaman
listrik karena gangguan dan jika terjadi dapat dengan cepat diatasi. Hal
tersebut dapat dicapai dengan sistem pengamanan yang baik.
3. Efisiensi sistem distribusi listrik yaitu menekan serendah mungkin rugi-rugi
teknis dengan pemilihan peralatan dan pengoperasian yang baik serta
menekan rugi-rugi non teknis dengan mencegah pencurian dan kesalahan
pengukuran.
4. Fleksibilitas terhadap pertambahan beban. Untuk menyalurkan tenaga listrik
dari sumber daya listrik baik berupa pusat pembangkit maupun gardu induk
sampai ke pusat-pusat beban digunakan jaringan tegangan menengah.
Sistem penyaluran daya listrik dalam sistem jaringan distribusi primer
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah konduktor telanjang (tanpa isolasi)
seperti kabel AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), ACSR (Aluminium
Conductor Stell Reinforced).
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti MVTIC
(Medium Voltage Twisted Insulated Cable).
3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanam berisolasi PVC (Poly Venyl
Clorida), XLPE (Crosslink Polyethelene).
11
2.4
Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder merupakan bagian dari jaringan distribusi
primer dimana jaringan ini berhubungan langsung dengan konsumen tenaga
listrik. Pada jaringan distribusi sekunder sistem tegangan distribusi primer 20 kV
diturunkan menjadi sistem tegangan rendah 380/220 V.
Sistem penyaluran daya listrik pada jaringan distribusi sekunder dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
Jenis penghantar yang digunakan adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti
kabel AAAC dan kabel ACSR.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC
(Low Voltage Twisted Cable).
2.5
Konfigurasi Jaringan Distribusi Primer
Terdapat empat macam konfigurasi jaringan distribusi tegangan
menengah, yaitu :
1. Jaringan distribusi tipe radial..
2. Jaringan distribusi tipe loop/ring.
3. Jaringan distribusi tipe spindel.
4. Jaringan distribusi tipe gugus (mesh).
Masing-masing tipe sistem jaringan distribusi primer mempunyai
karakteristik serta keuntungan dan kerugian masing-masing.
2.5.1
Sistem distribusi tipe radial
Sistem distribusi tipe radial merupakan bentuk dasar dari semua tipe
jaringan dan merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Tipe radial
merupakan tipe yang paling banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran
ini ditarik secara radial dari satu titik yang merupakan sumber catu daya dan
dicabangkan ke titik-titik beban. Percabangan-percabangan menyebabkan arus
12
beban yang mengalir di sepanjang saluran tidak sama besar. Bila terjadi gangguan
pada sumber ataupun penyulang, maka semua beban yang dilayani oleh jaringan
ini akan padam. Berkut ini adalah kelebihan dan kekurangan tipe radial :
1. Kelebihan
-
bentuknya sederhana
-
biaya investasi relatif murah.
2. Kekurangan
-
kualitas pelayanan kurang baik, karena drop tegangan dan rugi daya yang
terjadi pada saluran relatif besar
-
kontinuitas pelayanan kurang baik, karena antara sumber dan beban hanya
ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut mengalami
gangguan maka seluruh rangkaian setelah titik gangguan akan padam
-
keandalan sistem kurang baik.
Trafo distribusi
Trafo distribusi
Main feeder
Konsumen
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial
(Sumber : Gonen, 1986)
Untuk mengatasi gangguan, jaringan tipe radial dilengkapi dengan
peralatan-peralatan pengaman seperti,
fuse, recloser, sectionalizer, atau alat
pemutus beban yang lain. Namun penggunaannya hanya untuk membatasi daerah
13
yang padam, yaitu daerah di belakang titik gangguan selama gangguan belum
dapat diatasi.
2.5.2
Sistem distribusi tipe loop
Sistem jaringan distribusi primer tipe lingkar (loop/ring) mensuplai
beban dari dua sumber daya dan dari dua arah penyulang. Penggunaan dua
penyulang yang berlainan arah bertujuan untuk menghindari pemadaman bila
terjadi gangguan pada salah satu penyulang, Sistem ini memiliki keandalan dan
kontinuitas yang lebih baik dibandingkan sistem radial. Karena jumlah sumber
dan penyulang yang ada pada suatu jaringan lebih dari satu buah. Adapun
kelebihan dan kekurangan tipe loop adalah :
1. Kelebihan
-
kontinuitas penyaluran daya listrik baik
-
stabilitas tegangan baik
-
tingkat keamanan dan keandalan cukup baik
-
fleksibel terhadap pertumbuhan beban dan pengembangan sistem.
2. Kekurangan
-
biaya instalasi dan pengamanan cukup mahal.
Trafo distribusi
Trafo distribusi
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
PMT
V
V
V
V V
V V
V V
V V
V V
V V
Trafo
distribusi
Gambar 2.3 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe lingkar (Loop/Ring)
(Sumber : Gonen, 1986)
14
Konfigurasi tipe ini dapat digunakan untuk melayani beban yang
cukup besar seperti rumah sakit, industri, dan beban yang lain yang membutuhkan
kontinuitas pelayanan dan stabilitas tegangan yang baik.
2.5.3
Sistem distribusi tipe spindel
Sistem jaringan distribusi primer tipe spindel merupakan modifikasi
dari sistem loop. Konstruksi dan operasionalnya hampir sama dengan tipe loop,
yang membedakan tipe spindel memiliki dua jenis penyulang, yaitu :
1.Penyulang kerja (working feeder)
penyulang yang dioperasikan untuk mengalirkan daya listrik dari sumber
pembangkit sampai kepada konsumen, penyulang ini dioperasikan dalam
keadaan bertegangan dan berbeban. Operasi normal penyulang ini hampir sama
seperti sistem radial.
2.Penyulang cadangan (feeder express)
penyulang yang dihubungkan langsung dari gardu induk menuju gardu hubung
melalui lintasan terpendek. Pada kondisi normal, penyulang ini tidak dibebani
tetapi mempunyai tegangan sesuai dengan tegangan kerja sistem. Feeder
express berfungsi sebagai penyulang cadangan bila ada penyulang yang
mengalami gangguan.
Jumlah penyulang yang menghubungkan gardu induk dan gardu
hubung maksimum tujuh feeder, yaitu enam working feeder dalam keadaan
berbeban dan sebuah feeder dalam keadaan tanpa beban sebagai cadangan.
Adapun kelebihan dan kekurangan konfigurasi tipe spindel adalah :
1. Kelebihan
-
keandalan sistem tinggi
-
drop tegangan dan rugi daya relatif kecil
-
beban pada tiap feeder terbatas
15
2. Kekurangan
-
biaya investasi dan operasional sangat mahal
-
harus mempunyai tenaga lapangan yang terampil
V V
V V
V V
V V
V
V V
V
V
V
V V
V Gardu
V
GI
Hubung
Gambar 2.4 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Spindel
(Sumber : Gonen, 1986)
Konfigurasi jaringan spindel banyak digunakan untuk jenis beban yang
membutuhkan keandalan sistem tenaga listrik yang tinggi, kontinuitas pelayanan,
dan kualitas tegangan yang baik seperti, pusat-pusat pemerintahan.
2.5.4
Sistem distribusi tipe mesh
Sistem jaringan distribusi mesh merupakan variasi dari sistem spindle.
Tipe ini juga disebut tipe jaring-jaring karena rangkaiannya membentuk semacam
jaring-jaring dimana antara daerah-daerah beban yang satu saling berhubungan
dengan daerah beban yang lain. Sistem ini mempunyai tingkat keandalan dan
kontinuitas yang baik.
16
Pemilihan penggunaan sistem mesh memerlukan perencanaan dan
sistem pengaman yang lebih kompleks karena sistem ini menggunakan lebih dari
dua sumber daya listrik dan mempunyai banyak feeder dari berbagai arah. Adapun
kelebihan dan kekurangan sistem ini antara lain :
1. Kelebihan
- fleksibel
- keandalan baik
- rugi-rugi daya kecil.
2. Kekurangan
- biayanya mahal
- pengoperasiannya sulit.
GI
GI
GI
GI
GI
Gambar 2.5 Sistem Jaringan Distribusi Primer Tipe Gugus (Mesh)
(Sumber : Gonen, 1986)
Sistem ini jarang dipergunakan pada sistem distribusi primer tegangan
menengah. Pada umumnya sistem ini diterapkan pada sistem transmisi tegangan
tinggi yang sering disebut sebagai sistem interkoneksi.
17
2.6
Saluran Distribusi
Untuk menyalurkan tenaga listrik pada jaringan distribusi primer
terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan jenis saluran yang
akan digunakan untuk melayani kebutuhan tenaga listrik bagi konsumen listrik
tersebut dapat digunakan dua jenis saluran yaitu saluran udara dan kabel tanah.
2.6.1
Saluran udara
Saluran jaringan distribusi yang menggunakan konstruksi saluran
udara, penyaluran tenaga listriknya dilakukan diatas tanah (pada udara terbuka),
dengan menggunakan konduktor yang dipasang menggunakan tiang-tiang.
Keuntungan dari jenis saluran udara diantaranya :
1. Biaya investasi murah.
2. Dalam menentukan daerah gangguan pada feeder lebih mudah sehingga
pemadaman listrik karena perbaikan lokasi gangguan lebih cepat, serta
gangguan-gangguan diluar sistem dapat dikurangi.
3. Fleksibel terhadap perkembangan beban.
Kerugiannya pada saluran ini adalah :
1. Mudah mendapat gangguan dari luar seperti, angin, pohon, cuaca buruk, dan
sebagainya.
2. Mengganggu keindahan lingkungan.
Penggunaan konduktor saluran udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah merupakan saluran udara yang
menggunakan
konduktor
kawat
telanjang
yang
dipasang
diatas
tiang
keandalannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan hantaran jenis lain, yang
disebabkan oleh gangguan baik karena kegagalan alat maupun gangguan dari
alam atau manusia. Saluran udara ini umumnya digunakan di daerah yang tidak
terdapat perumahan padat dan gedung-gedung bertingkat.
Jenis bahan konduktor hantaran udara tegangan menengah adalah :
a. Kawat tembaga atau Bare Copper Conductor.
18
b. Kawat Aluminium atau All Alluminium Conductor (AAC).
c. Kawat campuran aluminium atau All Alloy Aluminium Conductor (AAAC).
d. Kawat aluminium berinti kawat baja atau Aluminium Conductor Steel
Reinforced (ACSR).
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Saluran kabel udara tegangan menengah menggunakan konduktor
berisolasi yang tingkat keandalannya lebih baik dibandingkan kawat telanjang.
Jenis kabel udara tegangan menengah antara lain :
a. MVTIC (Medium Voltage Twisted Insulated Cable).
b. XLPE (Crosslink Polyethelene).
2.6.2
Saluran bawah tanah
Penggunaan saluran udara seringkali menimbulkan masalah keamanan
dan keindahan penataan kota dan wilayah, sehingga dipilih saluran distribusi yang
menggunakan kabel bawah tanah sebagai alternatif. Adapun pertimbangan
menggunakan saluran bawah tanah, antara lain :
1. Faktor keamanan lebih terjamin.
2. Kabel tanah tidak mudah mengalami gangguan akibat cuaca (hujan dan petir)
maupun gangguan yang disebabkan manusia (tersangkut layang-layang).
3. Penggunaan kabel bawah tanah tidak mengganggu keindahan lingkungan
karena tidak terdapat tiang-tiang penghantar dan kabel-kabel.
4. Keandalan sistem tenaga listrik lebih baik dibandingkan dengan saluran udara.
Namun penyaluran listrik menggunakan kabel bawah tanah juga mempunyai
kekurangan, yaitu bila terjadi gangguan sulit untuk menemukan lokasi gangguan,
selain itu biaya instalasinya mahal.
Penghantar yang digunakan adalah saluran kabel tanam tegangan
menengah (SKTM). Penghantar ini mempunyai keandalan tinggi, sehingga
banyak digunakan untuk daerah perkotaan dan industri. Ada dua macam kabel
tanam yaitu kabel tanam dengan isolasi minyak dan kabel tanam dengan isolasi
plastik (PVC), sedangkan bahan konduktornya adalah tembaga dan aluminium.
19
2.7
Peralatan Sistem Tenaga Listrik
Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki
perlengkapan dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan kontruksi
maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara,
peralatan proteksi dipasang diatas tiang-tiang listrik, berdekatan dengan letak
pemasangan transformator.
Perlengkapan – perlengkapan tersebut sangat penting keberadaannya,
terutama untuk peralatan
proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan
terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara
rutin untuk mengetahui kerusakan dan keandalan dari masing-masing peralatan
tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap
saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak
Perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
2.7.1 Transformator distribusi
Transformator adalah salah satu peralatan sistem tenaga listrik yang
digunakan untuk memindahkan dan menaikan atau menurunkan tegangan listrik
berdasarkan prinsip kerja induksi elektromagnetik. Dalam sistem distribusi tenaga
listrik transformator dapat dibagi berdasarkan sistem kerjanya menjadi dua
macam yaitu:
a. Transformator step up ( 11,6 KV menjadi 150 KV )
b. Transformator step down ( 150 KV menjadi 20 KV ) dan ( 20 KV menjadi 380 /
220 Volt )
Pada sistem distribusi menggunakan jenis transformator step down
untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan, yaitu dari tegangan menengah 20
kV menjadi tegangan rendah 220/380 V dengan frekuensi tetap untuk melayani
pelanggan listrik.
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam
sistem tenaga listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain:
20
1. Belitan bintang
Gambar 2.6 Transformator Belitan Bintang
2. Belitan delta
Gambar 2.7 Transformator Belitan Delta
2.7.2
Penghantar
Penyaluran daya listrik dari sumber pembangkitan sampai ke beban
menggunakan media penghantar. Ada dua macam penghantar listrik, yaitu:
-
Kawat Penghantar tanpa isolasi (telanjang) yang dibuat dari Cu dan AL.
Contoh : BC, BCC, A2C, A3C, ACSR.
-
Kabel Penghantar yang terbungkus isolasi, ada yang berinti tunggal atau
banyak, ada yang kaku atau berserabut, ada yang dipasang di udara atau di
dalam tanah, dan masing- masing digunakan sesuai dengan kondisi
pemasangannya. Contoh : NYA, NYM, NYY, NYMHY, NYYHY,
NYFGBY.
Daftar klasifikasi kabel dapat dilihat dari masing-masing karakter jenis
kabelnya pada nomenklatur kabel.
21
2.7.3
Panel hubung bagi
Panel
Hubung
Bagi
(PHB)
adalah
panel
berbentuk
almari
(cubicle), yang dapat dibedakan menjadi:
- Panel Utama/MDP (Main Distribution Panel)
- Panel Cabang/SDP (Sub-Distribution Panel)
- Panel Beban/SSDP (Subsub-Distribution Panel)
Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan
kabel feeder dan biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya
busbar dibagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan sakelar
pemisah,
yang
satu
mendapat
saluran
masuk
dari
APP
(pengusaha
ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua
busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP.
Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN
mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak
akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan.
2.7.4 Busbar
Busbar adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik yang
penggunaannya untuk mengkombinasikan bermacam feeder yang akan dibagi
dalam melayani beban. Dalam sistem tenaga listrik busbar disebut juga rel daya.
Busbar adalah konduktor berkapasitas arus besar yang berfungsi untuk
terminal penampang arus yang masuk dan keluar melalui saluran masuk dan
keluar melalui gardu induk. Busbar atau rel daya juga berfungsi untuk titik
pertemuan atau hubungan antara transformator–transformator, SUTT (Saluran
Udara Tegangan Tinggi) dan peralatan-peralatan listrik lainnya untuk menerima
dan mendistribusikan tenaga listrik. Rel ini pada umumnya terbuat dari bahan
ACSR.
22
2.7.5 Pengaman
Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah terjaminnya
penyaluran tenaga listrik, artinya bila terjadi gangguan (misalnya gangguan pada
sistem distribusi yang sering terjadi).
1. Recloser
Peralatan yang bertugas untuk memberikan perintah memutus atau
menghubungkan daya secara otomatis adalah Pemutus Balik Otomatis (PBO)
atau Recloser. Dengan penambahan relay penutup balik maka gangguan
sementara tidak mengakibatkan pemutusan daya secara keseluruhan atau hanya
terjadi pemutusan daya dalam waktu yang sangat singkat (beberapa detik).
Recloser dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Menurut jumlah fasanya
- Fasa tunggal
- Fasa tiga
b. Menurut media peredam busur api
- Media minyak
- Media hampa udara (vacum)
c. Menurut peralatan pengendalinya
- Pengaturan hidrolik
- Pengaturan elektronik
2. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa.
Keuntungan menggunakan MCB sebagai berikut.
1. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat
pada salah satu fasanya.
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung
singkat atau beban lebih.
3. Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau
beban lebih.
23
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan
elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban
lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika
terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang
sama dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang
digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini
bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan, sedangkan pengaman
elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah
angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk
pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga
kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah
satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus.
Gambar 2.8 MCB
Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus,
antara lain :
-
CB (Circuit Breaker)
-
MCCB ( Molded Case Circuit Breaker )
-
NFB (No Fuse Circuit Breaker)
-
ACB (Air Circuit Breaker)
-
OCB (Oil Circuit Breaker)
-
VCB (Vacuum Circuit Breaker)
24
2.8
-
SF6CB (Sulfur Circuit Breaker)
-
Sekering dan pemisah
-
Switch dan DS (Disconnecting Switch)
Perencanaan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Perencanaan sistem distribusi tenaga listrik merupakan bagian yang
esensial dalam mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup
pesat agar dapat menjaga kontinuitas pelayanan listrik..Perencanaan sistem
distribusi ini harus dilakukan secara sistematik dengan pendekatan yang
didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu pola pelayanan yang
optimal. Pengembangan sistem yang terlambat memberikan resiko terjadinya
pemadaman dalam penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan sebagai akibat
terjadinya pertambahan beban. Sebaliknya pengembangan sistem yang terlalu
cepat merupakan pemborosan energi (Marsudi,1990).
Tujuan perencanaan sistem distribusi adalah untuk mendapatkan suatu
fleksibilitas pelayanan optimal yang mampu dengan cepat mengantisipasi
pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terkait dengan makin tingginya
konsumsi energi listrik dan kerapatan beban yang harus dilayani. Perencanaan
yang baik akan memberikan konstribusi besar terhadap kualitas dan keandalan
sistem distribusi. Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sistem distribusi
merupakan pelayanan energi listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen sehingga adanya gangguan pada sistem distribusi akan berakibat
langsung pada konsumen.
Faktor teknis merupakan prioritas utama dalam merencanakan sistem
kelistrikan. Penggunaan peralatan yang memenuhi persyaratan dari segi teknis
akan mengurangi kerugian pada sistem penyaluran listrik. Adapun hal-hal yang
diperhatikan dalam perencanaan faktor teknis antara lain :
1. Pemilihan konfigurasi sistem distribusi.
2. Pembebanan penyulang.
3. Jumlah penyulang..
25
4. Pemilihan rute penyulang.
5. Pemilihan ukuran konduktor.
6. Kapasitas pengaman.
7. Drop tegangan.
2.8.1
Konfigurasi sistem distribusi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih konfigurasi sistem
distribusi adalah (Kadir, 2006):
1.
Kontinuitas pelayanan tenaga listrik.
2.
Kualitas tegangan listrik.
3.
Kuantitas tenaga listrik.
2.8.2
Pembebanan penyulang
Suatu penyulang harus mampu dibebani pada saat kondisi diluar beban
puncak maupun saat beban puncak. Kemampuan Hantar Arus (KHA) penyulang
menjadi batasan didalam pembebanannya. Oleh karena itu diperlukan kesesuaian
antara KHA penyulang yang akan direncanakan terhadap besar beban yang akan
ditanggungnya supaya tidak terjadi pembebanan lebih diatas KHA penyulang
yang dapat menyebabkan penyulang menjadi panas dan lama-kelamaan menjadi
putus.
2.8.3
Jumlah penyulang
Jumlah penyulang juga menentukan upaya memberikan pelayanan yang
merata kepada konsumen. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
jumlah penyulang adalah :
1.
Kerapatan beban.
2.
Lokasi beban.
3.
Kapasitas Gardu Induk.
4.
Panjang penyulang.
5.
Tingkat tegangan.
26
6.
Drop tegangan.
7.
Ukuran konduktor.
8.
Batas jumlah penyulang..
2.8.4
Rute penyulang
Pemilihan rute penyulang sangat penting dalam perencanaan sistem
distribusi agar didapatkan hasil yang optimal dan seekonomis mungkin. Rute
penyulang juga berpengaruh langsung pada kontinuitas tenaga listrik, karena hal
ini menunjang langsung operasi pemulihan penyaluran saat terjadi gangguan.
2.8.5
Ukuran konduktor
Ukuran konduktor erat kaitannya dengan rugi-rugi daya dalam
penyaluran tenaga listrik dan juga berpengaruh terhadap regulasi tegangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran konduktor antara lain :
1.
Ramalan beban (load forcasting).
2.
Drop tegangan.
Luas penampang konduktor dalam perencanaan dapat ditentukan
dengan rumus (Kadir, 2006) :
S=
2 L I
k  V
............................................................................................... (2.2)
Keterangan :
S
= Luas penampang konduktor (mm²)
L
= Panjang saluran (m)
I
= Arus saluran (A)
ΔV = Drop tegangan (V)
k
= Daya hantar jenis (tembaga = 56, aluminium = 32,7)
Kemudian besarnya luas penampang konduktor dari hasil perhitungan
disesuaikan dengan spesifikasi konduktor yang ada.
27
2.8.6
Kapasitas pengaman
Kapasitas pengaman dalam perencanaan dapat ditentukan dengan
mencari besar arus saluran terlebih dahulu, yaitu dengan rumus (Gonen, 1986) :
I=
S
3V
................................................................................................. (2.3)
Keterangan :
I = Arus saluran (A)
S = Daya semu (kVA)
V = Tegangan saluran (kV)
Kemudian besarnya arus dari hasil perhitungan disesuaikan dengan
kapasitas pengaman yang ada. Kapasitas pengaman dalam perencanaan sama
dengan atau sedikit lebih besar dari arus saluran.
2.8.7
Drop tegangan
Rugi tegangan atau voltage drop adalah perbedaan tegangan antara
tegangan sumber dengan tegangan pada beban yang diakibatkan oleh adanya
perubahan arus beban dan impedansi saluran. Dengan menggunakan rumus
pendekatan untuk jaringan distribusi sekunder saluran pendek , maka rugi
tegangan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
Vd = I . R . cos φ + I . X . sin φ
Jika diketahui jarak atau panjang saluran L (km), maka drop tegangan dapat dicari
dengan :
Vd = I .L.( R . cos φ + X . sin φ)...................................................... (2.4)
Dimana :
Cos φ =
Sin φ
R
R X2
2
...................................................................... (2.5)
= Sin (Arc cos φ) .................................................................. (2.6)
28
Pada instalasi listrik tegangan rendah, umumnya panjang saluran
(penghantar) relatif pendek dan saluran dapat diabaikan, karena pengaruh
induktansi dan kapasitansi penghantar terhadap rugi tegangan ( Vd ) hampir tidak
ada atau sangat kecil, sehingga persamaan diatas dapat ditulis :
Vd = I . R . cos φ .............................................................................. (2.7)
Dengan tahanan ( R ) dapat dicari dengan rumus : R =
 .L
A
Sehingga : Vd =
I .  . L . cos 
...................................................................... (2.8)
A
Untuk sistem tiga phasa, rugi tegangan adalah :
Vd =
3 . I .  . L . cos 
................................................................... (2.8)
A
Dimana : Vd = Rugi Tegangan ( Volt )
I = Arus Nominal Beban ( Ampere )
L = Panjang saluran / penghantar ( m )
cos φ = Faktor Daya
ρ = Tahanan Jenis Beban Penghantar ( ohm-mm²/m )
Untuk tembaga : ρ = 0.0175 ohm-mm²/m
Berdasarkan persyaratan yang ada, Penurunan tegangan maksimum
pada beban penuh, yang dibolehkan dibeberapa titik pada jaringan distribusi
adalah (SPLN 72 :1987) :
1. SUTM = 5 % dari tegangan kerja.
2. SKTM = 2 % dari tegangan kerja.
3. Transformator distribusi = 3 % dari tegangan kerja.
4. Saluran tegangan rendah = 4 % dari tegangan kerja.
5. Sambungan rumah = 1 % dari tegangan nominal.
29
2.9
Peramalan Beban Tenaga Listrik
Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan sistem
tenaga listrik adalah peramalan beban. Pada proses perencanaan pengembangan
sistem tenaga listrik diperlukan adanya suatu prakiraan kebutuhan tenaga listrik
yang dapat memberikan informasi kepada pembuat kebijakan sehingga dengan
prakiraan yang baik akan dapat mengurangi resiko pembangunan yang tidak
dibutuhkan. Kebutuhan beban dari suatu daerah tergantung pada daerah,
penduduk, standar kehidupan, rencana pengembangan sekarang dan masa yang
akan datang, harga daya dan sebagainya (Pabla, 1986). Penggolongan
karakteristik beban dibagi dalam dua hal, yaitu sifat – sifat beban dan tipe – tipe
beban. Pabla menyatakan bahwa tipe – tipe beban pada umumnya dapat dibagi
dalam katagori sebagai berikut :
1. Beban Perumahan (Domestik) yang terdiri dari alat – alat rumah tangga seperti
penerangan, kipas angin, AC, setrika, mesin cuci, kompor listrik dan lain –
lain.
2. Beban Komersial, seperti penerangan untuk toko, reklame, dan alat – alat
listrik lainnya yang dipakai pada bangunan seperti restaurant, pasar dan
sebagainya.
3. Beban Industri, yang terdiri dari industri rumah tangga, industri kecil, industri
menengah, industri besar dan industri berat.
4. Beban Publik, yaitu beban untuk penerangan jalan yang menyala sepanjang
malam, lampu taman, lampu lalu lintas, dan sebagainya.
5. Pertanian, untuk penyediaan air irigasi yang menggunakan pompa air
digerakkan oleh motor listrik.
6. Beban – beban lain, diluar beban – beban yang telah disebutkan diatas.
Beban sistem tenaga listrik adalah pemakaian tenaga listrik oleh pelanggan
listrik. Besar kecilnya beban beserta perubahannya tergantung pada kebutuhan
para pelanggan akan tenaga listrik. Tidak ada rumus eksak yang dapat
memastikan besarnya beban untuk setiap saat, melainkan yang dilakukan
hanyalah memperkirakan besarnya beban dengan melihat angka – angka statistik
30
serta mengadakan analisa beban. Kebutuhan energi listrik merupakan bagian dari
kebutuhan energi secara keseluruhan. Dari hasil peramalan kebutuhan energi
listrik maka dapat dibuat perencanaan pembangunan pembangkit tenaga listrik,
perencanaan penyaluran dan distribusi serta jaringan tenaga listrik yang baru.
Selain itu dari hasil peramalan kebutuhan listrik akan dapat sebagai acuan untuk
menetapkan tarif harga listrik maupun biaya pembangunan sarana penyediaan
tenaga listrik. Secara umum peramalan beban dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Peramalan beban jangka panjang.
2. Peramalan beban jangka menengah.
3. Peramalan beban jangka pendek
2.9.1
Peramalan beban jangka panjang
Peramalan beban jangka panjang adalah peramalan beban untuk jangka
waktu diatas satu tahun. Dalam peramalan jangka panjang masalah – masalah
makro ekonomi yang merupakan masalah ekstern perusahaan listrik merupakan
faktor utama yang menentukan arah perkiraan beban. Faktor makro ekonomi
tersebut misalnya pendapatan perkapita penduduk. Manfaat peramalan untuk
perencanaan dan konstruksi generator – generator baru dalam sistem transmisi dan
sistem distribusi.
2.9.2
Peramalan beban jangka menengah
Peramalan beban jangka menengah adalah peramalan beban untuk
jangka waktu satu bulan sampai dengan satu tahun. Dalam peramalan beban
jangka menengah masalah – masalah managerial perusahaan merupakan faktor
utama yang menentukan. Masalah – masalah managerial perusahaan misalnya
kemampuan
teknis
memperluas
jaringan
distribusi,
kemampuan
teknis
menyelesaiakan proyek pembangkit listrik yang baru serta kemampuan teknis
menyelesaikan
proyek
saluran
transmisi.
Masalah
penyelesaian
proyek
sesungguhnya tidak sepenuhnya merupakan masalah intern perusahaan listrik,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern khususnya jika menyangkut masalah
31
pembebasan tanah dan masalah dana. Manfaat peramalan ini adalah untuk
penjadwalan pemeliharaan pembangkit hidrotermal tahunan dan koordinasi
pengaturan pembagi tenaga listrik (power sharing).
2.9.3
Peramalan beban jangka pendek
Peramalan beban jangka pendek adalah peramalan beban untuk jangka
waktu beberapa jam sampai dengan satu minggu (168 jam). Dalam peramalan
beban jangka pendek terdapat batas atas dan batas bawah untuk beban minimum
yang ditentukan oleh peramalan beban jangka menengah. Besarnya beban untuk
setiap jam ditentukan dengan memperhatikan ragam beban diwaktu lalu dengan
memperhatikan berbagai informasi yang dapat mempengaruhi besarnya beban
sistem seperti acara televisi, cuaca dan suhu udara. Manfaat peramalan ini adalah
untuk penjadwalan ekonomis kapasitas pembangkit, penjadwalan pemeliharaan
jangka pendek dan penjadwalan pembelian bahan bakar
2.10
Tata Ruang (land use)
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur
Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Untuk mengetahui penggunaan lahan saat ini dilakukan dengan
mencari kecenderungan penggunaan lahan. Penggunaan lahan dibagi atas
beberapa fungsi, yaitu untuk perumahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan,
sarana pemerintahan, sarana peribadatan, sarana perekonomian, lingkungan, lahan
untuk taman, serta lahan untuk sarana pariwisata.
Menurut Jayadinata (1999), acuan luas penggunaan lahan untuk sarana
pemukiman, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana pemerintahan, sarana
32
peribadatan, sarana perekonomian, lingkungan, lahan untuk taman, serta lahan
untuk sarana pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut.
2.11
Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik
Gangguan adalah kondisi suatu sistem yang menyimpang dari normal.
Menurut SPLN 52-3 (1983), sumber-sumber gangguan pada sistem distribusi
bawah tanah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Sumber gangguan pada sistem distribusi saluran udara sebagian besar
karena pengaruh luar. Jenis gangguan pada saluran udara dibagi menjadi dua
berdasarkan lama terjadinya gangguan, yaitu :
1. Temporary
Gangguan ini bersifat sementara yang dapat hilang dengan sendirinya atau
hilang akibat bekerjanya alat pengaman (recloser atau PBO).
2. Permanen
Gangguan ini terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, dimana untuk
mengembalikan ke kondis normal diperlukan tindakan perbaikan atau
menghilangkan penyebab gangguan.
Gangguan temporer jika tidak hilang dengan segera, dapat berubah
menjadi gangguan permanen dan menyebabkan pemadaman total. Saluran udara
lebih rentan terhadap gangguan daripada saluran bawah tanah.
2.12
Tingkat Kontinuitas Sistem Distribusi
Sistem distribusi tenaga listrik berfungsi mendistribusikan tenaga
listrik dari Gardu Induk ke pusat-pusat beban. Kontinuitas pelayanan listrik yang
baik merupakan suatu keharusan. Kontinuitas pelayanan tergantung pada jenis
sistem distribusi dan peralatan pengamanannya.
Sistem distribusi mempunyai tingkat kontinuitas yang tergantung pada
susunan saluran dan pengaturan operasinya. Tingkat kontinuitas pelayanan sistem
distribusi digolongkan berdasarkan lamanya upaya menghidupkan kembali catu
33
daya setelah mengalami pemutusan setelah gangguan. Menurut SPLN 52-3 (1983)
tingkat-tingkat kontinuitas pelayanan listrik, sebagai berikut :
1. Tingkat 1
Padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan mencari dan memperbaiki
bagian yang rusak akibat gangguan.
2. Tingkat 2
Padam beberapa jam, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim petugas ke
lapangan
melokalisasi
kerusakan
dan
melakukan
manipulasi
untuk
menghidupkan sementara membali dari arah saluran yang lain.
3. Tingkat 3
Padam beberapa menit, kerusakan dimanipulasi oleh petugas jaga di gardu
atau dilakukan deteksi pengukuran dan pelaksanaan manipulasi jarak jauh.
4. Tingkat 4
Padam beberapa detik, yaitu waktu yang diperlukan pengaman untuk bekerja
secara otomatis.
5. Tingkat 5
Tanpa padam, sistem dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan otomatisasi
penuh.
Download