PUTUSAN Nomor 153/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN

advertisement
PUTUSAN
Nomor 153/Pdt/2015/PT.BDG.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Bandung di Bandung, yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara:
PT ANUGERAH BINA KARYA, yang dalam hal ini diwakili oleh SINDHU
SIDHARTA, selaku Direktur Utama, beralamat di Jl. Terusan
Bandengan, Komplek Harmoni Mas C42-45, Jembatan Dua Jakarta
Utara, dalam hal ini diwakili kuasanya TRI HARNOKO SINGGIH,
S.H.,MA, BACHTIAR JACOB, S.H. dan EKO YULIANTO, S.H, semuanya
Advokat/Pengacara pada kantor hukum Tri
Harnoko Singgih &
Associates, beralamat di Jalan Bangka 8 No. 27 Jakarta Selatan,
berdasarkan
Surat
Kuasa
Khusus
No.
107/SK/THSA/I/14
tertanggal 17 Januari 2014;
PEMBANDING, semula PENGGUGAT;
L A W A N:
1. PT KERETA API INDONESIA (Persero), yang berkedudukan di Jl.
Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung, akta pendiriannya beserta
perubahan-perubahannya telah diumumkan di : Berita Negara Rl No.
4 tanggal 14 Januari 2000, Tambahan Berita Negara Rl No. 240/2000
dan Berita Negara Rl No. 10 tanggal 3 Februari 2009, Tambahan
Berita Negara Rl No. 3104/2009 serta Akta Anggaran Dasar dan
susunan pengurusnya berdasarkan Akta No. 49 tanggal 9 September
2009 dan Akta No. 230 tanggal 20 Agustus 2010;
TERBANDING I, semula TERGUGAT I;
2
2. SULISTIYO WIMBO HARDJITO, selaku Direktur Komersial yang
diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Rl No. Kep33/MBU/2009 tanggal 24 Januari 2009;
TERBANDING II, semula TERGUGAT II;
Pengadilan Tinggi tersebut;
Telah membaca :
1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 13
April 2015, No. 153/Pdt/2015/PT.Bdg, tentang penunjukan Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara antara kedua belah
pihak tersebut di atas;
2. Berkas perkara dan turunan resmi putusan Pengadilan Negeri
Bandung tanggal 17 September 2014, No. 25/Pdt/G/2014/.Bdg;
TENTANG DUDUK PERKARA;
Memperhatikan,
mengutip
dan
menerima
keadaan-keadaan
sebagaimana tercantum dalam salinan resmi putusan Pengadilan Negeri
Bandung tanggal 17 September 2014, No. 25/Pdt/G/2014/PN.Bdg;
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tanggal 21
Januari 2014 yang didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bandung
Nomor Register 25/Pdt.G/2014/PN.Bdg tanggal 21 Januari 2014, telah
mengemukakan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama telah dengan sengaja melakukan tindakan melawan hukum
merubah jangka waktu pengelolaan lahan parkir di Stasiun Besar Gambir,
Jakarta secara sepihak yang semula diketahui dan disepakati bersama
selama jangka waktu 5 (lima) tahun menjadi 3 (tiga) tahun tanpa
persetujuan dan/atau pemberitahuan sebelumnya kepada PENGGUGAT,
hal mana telah menimbulkan kerugian baik material maupun immaterial.
2. Bahwa antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT I dan TERGUGAT II telah
terjadi hubungan hukum berdasarkan Perjanjian No. PT.KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT ABK :
tanggal 1 Februari 2011 tentang
Pengelolaan dan Penataan Parkir di Stasiun Besar Gambir (bukti P-1).
3.
Bahwa gugatan perbuatan melawan
Pengadilan Negeri Bandung, karena:
hukum aquo diajukan kepada
3
a. Kedudukan TERGUGAT I dan TERGUGAT II di Bandung Jl. Perintis
Kemerdekaan No. 1, telah sesuai dengan pasal 118 HIR;
b. Bahwa TERGUGAT II adalah salah satu Direksi TERGUGAT I yaitu
selaku Direktur Komersial sehingga telah sesuai dengan ketentuan pasal
5 ayat (2) Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara jo pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005
tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Negara jo pasal 97 ayat (3) dan pasal 98 ayat (1) Undang
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (bukti P-2, P3, P-4).
Oleh karenanya sudah sepatutnya Majelis Hakim Yang Mulia Pengadilan
Negeri Bandung menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT
seluruhnya.
4. Bahwa pada bulan Desember 2010 TERGUGAT I mengeluarkan Terms of
Reference (TOR) tentang Penataan Area/Kawasan dan Pengusahaan
Parkir di Stasiun dan Lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang
merupakan panduan kepada seluruh peserta lelang yang berminat untuk
mengikuti tender pekerjaan pengelolaan lahan parkir milik dari TERGUGAT
I di stasiun besar Gambir, Jakarta, dimana didalam salah satu pasalnya
telah disebutkan untuk jangka waktu selamanya 5 (lima) tahun, yang
kemudian telah dirubah oleh TERGUGAT I menjadi 3 (tiga) tahun; (bukti P5).
5.
Bahwa kemudian pada tanggal 3 Januari 2011 TERGUGAT I membuat
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Perserta Pelelangan Pengelolaan dan
Pengusahaan
Parkir
di
Stasiun
Besar
Gambir
dengan
Nomor
:
01/RKS/KOM/D.1/2011, dimana dalam pasal 6 Rencana Kerja dan Syaratsyarat (RKS) tersebut menyebutkan jangka waktu pengelolaan parkir di
area/kawasan Stasiun Besar Gambir, TERGUGAT I dan TERGUGAT II
memberikan izin waktu pengelolaan selama 5 (lima) tahun (bukti P6).
6. Bahwa dengan adanya Rencana Kerja tersebut, pada tanggal 13 Januari
2011 PENGGUGAT dinyatakan sebagai pemenang lelang Pekerjaan
Pengelolaan Area/kawasan dan Pengusahaan Parkir di Stasiun Besar
Gambir, namun Berita Acara yang menyatakan PENGGUGAT sebagai
pemenang
lelang
tidak
diserahkan
oleh
Panitia
Lelang
kepada
PENGGUGAT;
7. Bahwa dalam salah satu syarat sebagai peserta lelang adalah adanya Bank
Garansi, dimana PENGGUGAT telah menyerahkan Bank Garansi untuk
jangka waktu perjanjian kerja selama 5 (lima) tahun (bukti P-7).
4
8.
Bahwa ternyata Perjanjian tentang Pengelolaan dan Penataan Parkir di
Stasiun Besar Gambir yang dibuat tanggal 1 Februari 2011 jangka
waktunya berlaku 3 (tiga) tahun, yang berbeda dengan RKS dan
Pengumuman Lelang serta bukti Bank Garansi yaitu berlaku 5 (lima) tahun,
sehingga PENGGUGAT dengan terpaksa telah menandatangani Perjanjian
tersebut mengingat PENGGUGAT telah mengeluarkan biaya untuk fasilitas
operasional dan infrastruktur perparkiran untuk 5 (lima) tahun. Dengan
demikian Perjanjian tersebut secara hukum berdasarkan pasal 1320 KUH
Perdata telah sah dan berlaku sebagai undang-undang sesuai pasal 1338
KUH Perdata.
Bahwa namun demikian sebenarnya berdasarkan draft perjanjian yang
dibuat oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II dan telah diserahkan kepada
PENGGUGAT jangka waktu perjanjian berlaku selama 5 (lima) tahun yang
setelah disetujui oleh para pihak dan dikembalikan kepada TERGUGAT I
ternyata terdapat perubahan jangka waktu yang dibuat oleh TERGUGAT II
tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada PENGGUGAT (bukti P-8).
Bahkan berdasarkan rapat yang diadakan tanggal 23 Februari 2011 yang
dihadiri oleh PENGGUGAT dan Tim/Panitia Pelaksanaan Perparkiran masih
menyebutkan jangka waktu perjanjian selama 5 (lima) tahun, yang
menunjukkan bahwa adanya perubahan jangka waktu yang dilakukan oleh
TERGUGAT II tidak diketahui oleh Tim/Panitia Pelaksana Perpakiran (bukti
P-9).
9. Bahwa setelah penandatanganan Perjanjian tertanggal 1 Februari 2011
PENGGUGAT diserahkan Berita Acara Kesepakatan Perubahan harga
yang dibuat tertanggal 31 Januari 2011 yang isinya bukan hanya sekedar
perubahan harga tetapi menyangkutperubahan jangka waktu, dan yang
menandatangani Berita Acara tersebut sebagai wakil TERGUGAT I adalah
VP Pengusahaan Asset yang bukan termasuk anggota direksi, sehingga
tindakan tersebut bertentangan dengan pasal 97 ayat (3) jo pasal 98
Undang Undang No. 40 tahun 2007 tentang Tugas dan Wewenang Direksi
Perseroan Terbatas (bukti P-10).
10. Bahwa PENGGUGAT sebenarnya telah beritikad baik dengan mengirimkan
surat kepada TERGUGAT I dan TERGUGAT II tertanggal 30 September
2013
No.
0045/ABK-GMO/IX/13
perihal
Permohonan
Perpanjangan
Kerjasama Pengelolaan Parkir Stasiun Besar Gambir (bukti P-11), dan
dijawab oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II dengan surat tanggal 21
Oktober 2013 No. JB.207/X/2/KA-2013 perihal Pengelolaan Parkir Stasiun
5
Besar Gambir (bukti P-12) yang antara lain isinya tidak mengabulkan
permohonan perpanjangan pengelolaan parkir di Stasiun besar Gambir.
11. Bahwa disamping TERGUGAT I dan TERGUGAT II tidak mengabulkan
permohonan perpanjangan parkir TERGUGAT I dan TERGUGAT II juga
telah menyampaikan surat kepada PENGGUGAT tertanggal 04 Desember
2013 No. JB.207/XII/2/D.1-2013 perihal Pengelolaan Parkir Stasiun Besar
Gambir (bukti P-13) yang isinya khususnya pada butir 2 menyatakan
terhitung tanggal 1 Februari 2013 pengelolaan parkir di Stasiun Besar
Gambir akan diserahkan kepada anak perusahaan TERGUGAT I yaitu PT
Reska Multi Usaha.
12. Dengan fakta tersebut diatas terdapat indikasi itikad tidak baik dari
TERGUGAT I dan TERGUGAT II yang bukan hanya menyangkut
perubahan jangka waktu perjanjian tetapi menyangkut pula hal-hal yang
disembunyikan baik kepada PENGGUGAT maupun kepada Tim/Panitia
Pelaksana Perparkiran, apalagi dengan adanya surat-surat jawaban
TERGUGAT II kepada PENGGUGAT yang berisikan menolak permohonan
perpanjangan kontrak, dimana dalam surat-surat jawaban tersebut juga
telah menentukan anak perusahaan TERGUGAT I, yaitu PT Reska Multi
Usaha yang akan melanjutkan pengelolaan parkir, suatu perusahaan yang
bergerak dibidang restorasi bukan di bidang perparkiran. Bahwa tindakan
TERGUGAT I dan TERGUGAT II tersebut merupakan suatu tindakan yang
bersifat monopoli dan oligopoli dalam pengelolaan pengadaan barang dan
jasa pemerintah yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, yang berakibat menimbulkan kerugian bagi PENGGUGAT.
13. Bahwa sebelum gugatan aquo diajukan, PENGGUGAT melalui kuasa
hukumnya telah 2 kali menyampaikan somasi kepada TERGUGAT I dan
TERGUGAT II, masing-masing tertanggal 24 Desember 2013 No.
1206/SOM/THSA/XII/13 dan 3 Januari 2014 No. 101/SOM/THSA/I/14 (bukti
P-14 dan P-15) yang pada intinya untuk mendapatkan penjelasan dan jalan
keluar atas tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT I
yang dengan sengaja telah merubah jangka waktu pengelolaan lahan parkir
dari semula 5 (lima) tahun menjadi 3 (tiga) tahun, akantetapi terhadap
somasi dari PENGGUGAT tersebut baik sama sekali diabaikan baik oleh
TERGUGAT I maupun TERGUGAT II;
14.
Bahwa
TERGUGAT
II
dalam
surat
balasannya
yaitu
surat
No.
HK.302/I/3/KA-2014 tanggal 16 Januari 2014 yang diterima PENGGUGAT
pada tanggal 17 Januari 2014 (Bukti P-16) yang pada intinya hanya
menjelaskan bahwa :
6
"Perjanjian telah ditandatangani tanpa paksaan dengan penuh kesadaran
oleh para pihak sehingga telah sesuai dengan pasal 1320 KUH Perdata dan
berlaku sebagai undang-undang sesuai dengan pasal 1338 KUH Perdata"
Sangatlah tidak bijaksana dan tidak konsisten dikarenakan seluruh panitia
lelang dan para peserta lelang yang mengikuti proses tender mengetahui
secara pasti pengajuan penawaran tender pengelolaan lahan parkir di
stasiun besar Gambir adalah untuk jangka waktu pengelolaan selama 5
(lima) tahun bukan 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud dalam Term of
Reference (TOR) yang dikeluarkan oleh TERGUGAT I;
15. Bahwa selanjutnya dengan hanya mendalilkan perjanjian kerja sama antara
PENGGUGAT dan TERGUGAT I adalah sah dan mengikat, sangatlah jelas
jika TERGUGAT I dan TERGUGAT II berusaha untuk menyangkal
keberadaan dari Rencana Kerja dan Syarat-syarat Perserta Pelelangan
Pengelolaan dan Pengusahaan Parkir di Stasiun Besar Gambir Nomor : 01
/RKS/KOM/D. 1/2011 yang dikeluarkan oleh TERGUGAT I sendiri dimana
dalam pasal 6 secara jelas menyebutkan jangka waktu pengelolaan selama
5 (lima) tahun dan membantah adanya Rapat tanggal 23 Februari 2011
Tim/Panitia Pelaksana Perparkiran, yang kesemuanya menyebutkan jangka
waktu Perjanjian berlaku selama 5 (lima) tahun;
16. Bahwa meskipun menurut TERGUGAT I dan TERGUGAT II Perjanjian yang
telah ditandatangani Para Pihak telah memenuhi ketentuan pasal 1320 KUH
Perdata dan berlaku sebagai undang-undang sesuai pasal 1338 KUH
Perdata tetapi dengan adanya fakta bukti surat yang berupa RKS, Bank
Garansi, Draft Perjanjian dan hasil rapat Tim/panitia Pelaksana Perparkiran
tanggal 23 Februari 2011, maka terdapat indikasi fakta yang disembunyikan
oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II yang tidak diberitahukan kepada
PENGGUGAT maupun kepada Tim/Panitia Pelaksana Perparkiran yang
mengakibatkan PENGGUGAT menandatangani saja Perjanjian tertanggal 1
Februari 2011 yang diserahkan oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II
kepada PENGGUGAT.
Oleh karenanya berdasarkan hal tersebut Perjanjian ditandatangani oleh
PENGGUGAT
karena
ketidaktahuan
atas
adanya
fakta-fakta
yang
disembunyikan oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II.
17. Bahwa oleh karena Perjanjian antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT I
dan TERGUGAT II tertanggal 1 Februari 2011 yang berlaku dari tanggal 1
Februari 2011 sampai dengan 31 Januari 2014 meskipun bertentangan
dengan fakta-fakta lainnyayang berlaku selama 5 (lima) tahun Perjanjian
tersebut telah dilaksanakan oleh PENGGUGAT dan TERGUGAT I telah
7
memperoleh hasilnya maka PENGGUGAT mohon agar Majelis Hakim Yang
Mulia Pengadilan Negeri Bandung menyatakan sah Perjanjian tersebut dan
jangka waktunya berlaku selama 5 (lima) tahun sampai dengan 31 Januari
2016.
18. Bahwa dari rangkaian tindakan dan perbuatan TERGUGAT I dan
TERGUGAT II yang berupa adanya perubahan jangka waktu Perjanjian,
tindakan melakukan monopoli dan oligopoli serta tindakan membuat Berita
Acara yang dilakukan bukan oleh Direksi, merupakan perbuatan melawan
hukum sebagaimana ditentukan dalam pasal 1365 dan pasal 1367 ayat (1)
KUH Perdata yang dapat dikutip sebagai berikut : Pasal 1365 :
"Setiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, yang mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu untuk mengganti kerugian tersebut". Pasal 1367ayat(1):
"Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh
barang-barang yang berada di bawah pengawasannya".
19. Bahwa
dari
rumusan
pasal
1365
KUH
Perdata
tersebut
unsur-
unsur perbuatan melawan hukum adalah terdiri atas : a. Perbuatan itu
melanggar hukum; b. Terdapat kesalahan; c. Menimbulkan kerugian; d.
Adanya sebab dan akibat (kausalitas).
20. Bahwa rumusan perbuatan melawan hukum tersebut menurut Wawan
Muhwan Hariri, SH., dalam bukunya berjudul "Hukum Perikatan" dengan
pengantar oleh Prof. Dr. H. Dedi Amatullah, M.H., Guru Besar Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Penerbit CV.
Pustaka Setia Bandung, halaman 85 dan 86, adalah : a. Perbuatan tersebut
harus melawan hukum; b. Harus ada kesalahan; c. Harus ada kerugian
yang ditimbulkan, dan d. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan
kerugian.
21. Bahwa unsur perbuatan harus melawan atau melanggar hukum adalah
suatu perbuatan yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan
undang-undang, dengan demikian melanggar hukum (onrechtmatige) sama
dengan melanggar undang-undang.
22. Bahwa mengenai perbuatan melawan hukum dari suatu badan hukum
dapat
dikemukakan
sebagaimana
tercantum
dalam
buku
"Hukum
Perikatan" oleh Wawan Muhwan Hariri, SH., yaitu :
"pada
dasarnya
tidak
semua
perbuatan
organisasi
dapat
dipertanggungjawabkan pada badan hukum. Dalam hal ini harus ada
8
hubungan antara perbuatan organ dengan lingkungan kerjanya.Perbuatan
melawan hukum dari organ dianggap sebagai perbuatan melawan hukum
dari badan hukum apabila orang tersebut bertindak untuk memenuhi tugas
yang dibebankan kepadanya.Adapun yang dimaksud dengan organ adalah
perwakilan yang mempunyai fungsi esensial dalam struktur badan hukum
dan kedudukannya diatur dalam anggaran dasar atau peraturan.Organ PT
misalnya pengurus (direksi), komisaris, rapat para pemegang saham, jika
yang melakukan perbuatan melawan hukum adalah orang yang mempunyai
hubungan kerja dengan badan hukum pertanggungjawaban badan hukum
didasarkan pada pasal 1367 KUH Perdata.Dalam hal organ juga terdapat
hubungan kerja dengan badan hukum pertanggungjawaban badan hukum
dapat didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata dan/atau pasal 1367 KUH
Perdata".
Dengan demikian unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
TERGUGAT I dan TERGUGAT II memenuhi kriteria sebagaimana diuraikan
tersebut diatas.
23. Bahwa mengenai unsur adanya sebab dan akibat (kausalitas) adalah dapat
disimpulkan dari kalimat pasal 1365 KUH Perdata : "perbuatan yang karena
kesalahannya menimbulkan kerugian". Kerugian itu harus timbul sebagai
akibat dari perbuatan orang itu.Jika tidak ada perbuatan maka tidak ada
akibat, dalam hal ini kerugian.Untuk menyatakan bahwa suatu perbuatan
adalah sebab dari suatu kerugian perlu diikuti teori adequate veroorzaking
yang dikemukakan oleh von Kries.Menurut teori ini yang dianggap sebagai
sebab adalah perbuatan yang menurut pengalaman manusia normal
sepatutnya dapat diharapkan menimbulkan akibat, dalam hal ini akibatnya
adalah kerugian.Jadi, antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada
hubungan langsung (hubungan sebab akibat).
Dengan demikian perbuatan TERGUGAT I dan TERGUGAT II tersebut
dengan secara melawan hukum telah menimbulkan kerugian bagi
PENGGUGAT.
24. Bahwa mengenai unsur adanya kerugian, yang dimaksud dalam gugatan
aquo adalah dapat berupa kerugian material ataupun kerugian immaterial
sebagaimana pasal 1367 ayat (1) KUH Perdata mengenai ganti kerugian
dalam perbuatan melawan hukum, TERGUGAT II wajib turut mengganti
kerugian kepada PENGGUGAT yang bersesuaian dengan ketentuan pasal
97 ayat (3) yang dapat dikutip sebagai berikut:
"Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
9
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2)".
Dari uraian pasal 97 ayat (3) tersebut dengan jelas mewajibkan TERGUGAT
II secara pribadi ikut mengganti kerugian yang dialami oleh PENGGUGAT.
Dengan demikian unsur adanya kerugian dalam gugatan aquo sebagai
akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT I dan
TERGUGAT II dapat terpenuhi berdasarkan ketentuan pasal 1365 dan
pasal 1367 ayat (1) KUH Perdata.
25. Bahwa adanya kerugian yang diderita oleh PENGGUGAT sebagai akibat
dari perbuatan melawan hukum oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT
II yang berupa kerugian materiil adalah : a. Kerugian berupa pemasangan
fasilitas operasional dan infrastruktur untuk pengelolaan parkir yang telah
dikeluarkan oleh PENGGUGAT untuk 5 (lima) tahun adalah sebesar Rp.
3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah); b. Sisa kontrak/perjanjian
yang seharusnya 5
kerjasama
(lima) tahun tetapi diubah menjadi 3 (tiga) tahun
adalah sebesar Rp. 6.000.000.000,-(enam milyar rupiah); c. Biaya
transportasi, komunikasi dan akomodasi serta biaya konsultasi hukum dan
bantuan hukum kepada Penasehat Hukum sebesar Rp.5.000.000.000,(lima milyar rupiah); d. Kerugian immaterial yang seharusnya tidak bisa
dinilai dengan uang tetapi
kerugian
akibat
adalah
sebesar
karena
PENGGUGAT
tidak dikabulkannya
mengalami
perpanjangan
kerjasama
Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah); e.
Sehingga total keseluruhan kerugian
materiil dan immaterial adalah
sebesar Rp. 29.000.000.000,- (dua puluh sembilan milyar rupiah).
26. Bahwa untuk mencegah dan menghindari TERGUGAT I dan TERGUGAT II
tidak mematuhi putusan Pengadilan maka sesuai dengan ketentuan pasal
227 ayat (1) HIR mohon Majelis Hakim Yang Mulia meletakkan sita jaminan
(CB) atas kekayaan TERGUGAT berupa lahan parkir di area/kawasan
pengusahaan parkir di Stasiun Besar Gambir.
27. Bahwa oleh karena gugatan PENGGUGAT berdasarkan fakta hukum dan
bukti-bukti yang akurat maka PENGGUGAT mohon agar putusan
Pengadilan yang mengabulkan gugatan PENGGUGAT seluruhnya dapat
dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum dari TERGUGAT I
dan TERGUGAT II berupabanding, kasasi ataupun verzet (uitvoorbaar bij
voorraad).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, PENGGUGAT mohon agar Majelis
Hakim yang Mulia Pengadilan Negeri Bandung memberikan putusan sebagai
berikut:
10
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan sah secara hukum Perjanjian antara PENGGUGAT dengan
TERGUGAT I dan TERGUGAT II No. PT.KAI (Persero) : 52/P/HK/DG/2011
dan No. PT. ABK : - yang berlaku selama 5 (lima) tahun dari tanggal 1
Februari 2011 sampai dengan 31 Januari 2016;
3. Menyatakan secara hukum bahwa TERGUGAT I dan TERGUGAT II telah
melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) sehingga
merugikan PENGGUGAT;
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar ganti rugi kepada PENGGUGAT
berupa kerugian material sebesar Rp. 14.000.000.000,- (empat belas milyar
rupiah) dan kerugian immaterial sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas
milyar rupiah);
5. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (CB) yang diletakkan terhadap
kekayaan TERGUGAT berupa lahan pengusahaan parkir di Stasiun Besar
Gambir.
6. Menyatakan putusan Pengadilan dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun ada upaya hukum berupa banding, kasasi, atau verzet;
7. Menghukum TERGUGAT I dan Terrgugat II untuk membayar biaya perkara.
Atau, apabila Majelis Hakim Yang Mulia Pengadilan Negeri Bandung
berpendapat lain, PENGGUGAT mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap Gugatan tersebut, pihak Tergugat I telah
mengajukan Jawaban tertulisnya tertanggal 03 April 2014 yang pada pokoknya
berisikan hal-hal sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI :
Bahwa setelah kami mempelajari materi gugatan yang diajukan oleh
Penggugat dalam Gugatannya tertanggal 21 Januari 2014 kami menilai adanya
kekeliruan-kekeliruan perihal syarat-syarat suatu gugatan yang selengkapnya
adalah sebagai berikut :
I.
GUGATAN
YANG
DIAJUKAN
PENGGUGAT
KURANG
PIHAK
(EXCEPTIO PLURIUM LITIS NON CONSORTIUM).
Bahwa Gugatan Penggugat adalah kurang pihak sebab Penggugat tidak
menarik pihak-pihak lain yang keberadaan maupun perannya telah diakui
secara tegas oleh Penggugat dalam hubungan hukum yang dijadikan dasar
untuk mengajukan Gugatan.
Bahwa dalam butir 9 Gugatan, Penggugat telah mendalilkan dan karenanya
mengakui keberadaan dan keterlibatan pihak ketiga lainnya, yaitu VP
11
Pengusahaan Aset, untuk lebih jelasnya, butir 9 Gugatan dikutip sebagai
berikut:
"bahwa setelah penandatanganan Perjanjian tertanggal 1 Februari 2011
yang dihadiri oleh PENGGUGAT diserahkan berita acara kesepakatan
perubahan harga yang dibuat tertanggal 31 Januari 2011 yang isinya bukan
hanya sekedar perubahan harga tetapi menyangkut perubahan jangka
waktu, dan yang menandatangani berita acara tersebut sebagai wakil
Tergugat I adalah VP Pengusahaan Asset yang bukan termasuk anggota
direksi, sehingga tindakan tersebut bertentangan dengan Pasal 97 ayat (3)
jo. Pasal 98 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Tugas dan
Wewenang Direksi Perseroan Terbatas (bukti 10)."
Dengan kata lain, Penggugat mendalilkan peran VP Pengusahaan Asset
mengubah harga dan jangka waktu perjanjian -quod non-. Bahwa oleh
karena itu telah lebih dari cukup alasan menurut hukum guna mewajibkan
Penggugat mengikutsertakan pihak-pihak tersebut dalam perkara ini, baik
sebagai
Tergugat
atau
setidak-tidaknya
sebagai
Turut
Tergugat.
Sebaliknya, tidak diikutsertakannya VP Pengusahaan Asset sebagai pihak
dalam perkara a-quo, secara hukum mengakibatkan Gugatan menjadi
kurang pihak, dan oleh karenanya Gugatan menjadi cacat formil. Ahli hukum
M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya yang berjudul "Hukum Acara
Perdata
tentang
Gugatan,
Penyitaan,
Pembuktian,
dan
Putusan
Pengadilan", penerbit Sinar Grafika, cetakan Ketiga, tahun 2005 pada
halaman 112 s.d. 113 menyatakan:
"Bentuk error in persona yang lain disebut plurium litis consortium. Pihak
yang bertindak sebagai penggugat atau yang ditarik sebagai tergugat:
• Tidak lengkap, masih ada orang yang mesti ikut bertindak sebagai
penggugat atau ditarik tergugat;
• Oleh karena itu, gugatan mengandung error in persona dalam bentuk
pluriumlitis consortium, dalam arti gugatan yang diajukan kurang
pihaknya."
"Seperti yang dijelaskan terdahulu, kekeliruan pihak mengakibatkan
gugatan cacat error in persona (kekeliruan mengenai orang).Cacat yang
ditimbulkan kekeliruan itu, berbentuk diskualifikasi (salah orang yang
bertindak sebagai penggugat).Dapat juga berbentuk, salah pihak yang
ditarik sebagai tergugat (germ's aanhoedarmigheid) atau mungkin juga
berbentuk plurium litis consortium (kurang pihak dalam gugatan). Bentuk
kekeliruan apa pun yang terkandung dalam gugatan, sama-sama
mempunyai akibat hukum:
12
• Gugatan dianggap tidak memenuhi syarat formil, oleh karena itu
gugatan dikualifikasi mengandung cacat formil;
• Akibat lebih lanjut, gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet
ontvankelijke verklaard). "
Bahwa doktrin hukum di atas sejalan dengan sikap dan pendirian
Mahkamah Agung R.I. dalam yurispridensi-yurisprudensi tetap mengenai
kelengkapan para pihak dalam berperkara, yang kaidah hukumnya antara
lain dikutip sebagai berikut: (i)
Putusan Mahkamah Agung R.I No. 151
K/Sip/1972 tanggal 13 Mei 1975:
"Bahwa oleh karena gugatan tidak lengkap (yang digugat hanya
seorang) gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima." (ii) Putusan
Mahkamah Agung R.I
No.
1078 K/Sip/1972 tanggal
11 Nopember
1975;
"Bahwa
berdasarkan
kekurangan
formil
gugatan
Penggugat
(Terbanding) harus dinyatakan tidak dapat diterima" (iii) Putusan Mahkamah
Agung R.I. No. 2438 K/Sip/1980 tanggal 22 Maret 1982;
"Gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena tidak semua ahli
waris turut sebagai pihak dalam perkara." (iv) Putusan Mahkamah Agung
R.I. No. 400 K/Pdt/1984 tanggal 11 Juni 1985;
"Karena hubungan hukum yang sesungguhnya adalah hubungan hutangpiutang antara penggugat dengan anak tergugat, anak tergugat
tersebut harus turut digugat."
Berdasarkan uraian-uraian, fakta-fakta dan bukti-bukti di atas, terbukti
bahwa Gugatan yang diajukan Penggugat adalah kurang pihak (plurium litis
consortium) dan karenanya kami mohon Majelis Hakim yang terhormat
menyatakan Gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).
II. GUGATAN YANG DIAJUKAN PENGGUGAT MENGANDUNG CACAT
FORMIL OBSCUUR LIBEL (GUGATAN TIDAK JELAS).
Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat dalam perkara a quo
mendasarkan gugatannya pada pasal 1365 KUHperdata mengenai
perbuatan melawan hukum sebagaimana hal ini tercantum dalam petitum
Gugatan point ke-3 yang menyatakan:
"menyatakan secara hukum bahwa Tergugat I dan Tergugat II telah
melakukan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad) sehingga
merugikan Penggugat."
Hal ini tentunya sangatlah bertentangan dengan point-point positayang
terdapat dalam gugatan dimana telah diakui secara tegas dan bulat oleh
Penggugat bahwa hubungan hukum yang terjadi di antara Penggugat
13
dengan Tergugat I adalah didasarkan pada Perjanjian No.PT KAI (Persero):
52/P/HK/DG/2011 dan No.PT.ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 tentang
Pengelolaan dan Penataan Parkir di Stasiun Besar Gambir. Permasalahan
hukum yang dipermasalahkan oleh Penggugat dalam Gugatannya adalah
mengenai jangka waktu perjanjian sebagaimana tertuang dalam Pasal 4
ayat (1) Perjanjian No.PT KAI (Persero) : 52/P/HK/DG/2011 dan
No.PT.ABK:- tertanggal 1 Februari 2011 tentang Pengelolaan dan Penataan
Parkir di Stasiun Besar Gambir yang berbeda dengan draft perjanjian
sebagaimana hal ini dituangkan Penggugat dalam dalil Gugatannya Point
ke-8 halaman 3.
Bahwa dengan demikian Gugatan mengandung cacat formil sebab dalam
posita Gugatan, dalil Penggugat saling bertentangan.Menurut doktrin
hukum, pertentangan dalil-dalil gugatan mengakibatkan gugatan kabur.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini dikutip pendapat M. Yahya Harahap, S.H.
dalam bukunya yang berjudul "Hukum Acara Perdata tentang Gugatan,
Penyitaan, Pembuktian,dan Putusan Pengadilan", Penerbit Sinar Grafika,
Cetakan Ketiga, tahun 2005 pada halaman 452, yang menyatakan: "Sudah
dijelaskan,
posita
mendukung.Tidak
dengan
boleh
saling
petitum
gugatan,
bertentangan.Apabila
harus
hal
saling
itu
tidak
dipenuhi, mengakibatkan gugatan menjadi kabur."
Bahwa terhadap Gugatan yang isinya mengandung pertentangan antara
dalil gugatan, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah mengeluarkan
Yurisprudensi-yurisprudensi Tetap yang kaidah hukumnya menyatakan
bahwa Gugatan yang demikian haruslah dinyatakan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard). Adapun Yurisprudensi-yurisprudensi tersebut
antara lain:
(i)
Putusan Mahkamah Agung R.I. No. 67 K/Sip/1972 tanggal 13 Agustus
1972 :
"Dalam
hal
dalil-dalil
penggugat-asal
tidak
selaras/bertentangan
denganpetitum-petitumnya dan karena judex-facti tidak memberikan alasanalasan/pertimbangan-pertimbangan yang cukup, maka putusan judex facti
dibatalkan."
(ii) Putusan Mahkamah Agung R.I. No.
1075 K/Sip/1982 tanggal
8 Desember 1982:
"Pengadilan
Tinggi
tidak
petitum bertentangan dengan
diterima."
salah
menerapkan
posita gugatan,
hukumkarena
gugatan tidak dapat
14
Berdasarkan uraian-uraian, fakta-fakta dan bukti-bukti di atas, terbukti
bahwa terdapat pertentangan/kontradiksi antara posita dengan petitum
Gugatan yang diajukan oleh Penggugat yang mengakibatkan Gugatan
menjadi kabur, tidak jelas serta tidak tertentu.Oleh karenanya kami mohon
Majelis Hakim yang terhormat menyatakan Gugatan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard).
Bahwa selanjutnya terhadap permasalahan jangka waktu perjanjian yang
dipermasalahkan oleh Penggugat kemudian dituangkan pula dalam petitum
gugatan point ke-2 halaman 9 yang menyatakan :
"menyatakan sah secara hukum Perjanjian antara Penggugat dengan
Tergugat I dan Tergugat II No. PT.KAI (Persero) : 52/P/HK/DG/2011 dan
No. PT. ABK :- yang berlaku selama 5 (lima) tahun dari tanggal 1 Februari
2011 sampai dengan 31 Januari 2016;"
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, menjadi tidak jelas permasalahan
hukum yang dipermasalahkan oleh Penggugat in casu, serta saling
bertentangan
dalil
positagugatan
dengan
petitum
gugatan
serta
bertentangan pula antara petitum gugatan point ke-2 dan petitum gugatan
point ke-3 sehingga menimbulkan ketidakjelasan arah dan dasar hukum
pengajuan gugatanPengguaat apakah berkenaan dengan wanprestasi
ataukah dengan perbuatan melawan hukum ? di mana diantara kedua hal
tersebut
tentulah
mengandung
ketidaksamaan
materi
hukum
yang
dikandung.
Bahwa dikarenakan gugatan Penggugat telah mengandung pertentangan
Petitum yaitu pada Point ke-2 dengan Point ke-3 halaman 9 gugatan maka
berdasarkan Putusan MA-RINo. 582.K/Sip/1973 tertanggal 18 Desember
1975 yang menyebutkan :
"karena petitum gugatan adalah tidak jelas,gugatan harus dinyatakan tidak
diterima".
Bahwa
di
samping
terjadinya
pertentangan
antara
point
petitum
sebagaimana tersebut di atas, gugatan penggugat jugamengandung
pertentangan antara posita gugatan dengan Petitum Gugatan terutama
point ke-3 petitum halaman 9 gugatan maka berdasarkan Putusan MA-RI
No. 1075.K/Sip/1980 menyebutkan :
"pengadilan tinggi tidak salah menerapkan hukum, karena petitum
bertentangandengan positagugatan, gugatan tidak dapat diterima". Bahwa
dengan didasarkan pada dalil-dalil eksepsi gugatan mengandung obscuur
libel tersebut di atas, maka sangatlah beralasan serta berdasar hukum jika
15
Yang Mulia Majelis Hakim menyatakan gugatan Penggugat adalah
dinyatakan tidak dapat diterima.
III. GUGATAN YANG DIAJUKAN PENGGUGAT MENGANDUNG CACAT
FORMIL GUGATAN PREMATUR.
Bahwa sebagaimana telah di dalilkan oleh Penggugat pada Point ke-2
halaman 2 Gugatan Yang menyebutkan :
".....telah terjadi hubungan hukum berdasarkan Perjanjian No.
PT.
KAI
(Persero) : 52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari
2011… dst….dst….”
Bahwa memang benar telah terjadi hubungan hukum antara Penggugat
dengan Tergugat I sebagaimana di dalilkan oleh Penggugat tersebut di atas,
dalam Pasal 4 ayat (1) Perjanjian Perjanjian No. PT. KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011
dan
No.
PT.
ABK:-tertanggal
1
Februari
2011
disebutkan:
"perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, yang dimulai 1
Februari 2011 sampai dengan 31 Januari 2014"
Bahwa jika melihat masa berlaku perjanjian yang menjadi dasar hubungan
hukum antara Penggugat dengan tanggal diajukannya gugatan in casu
tertanggal 21
Januari 2014,
maka antara Penggugat dengan Tergugat
adalah masih tunduk dengan perjanjian No.
PT.
KAI
(Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK:- tertanggal 1 Februari 2011 yang telah
disepakati
dan
berlaku
sebagai
undang-undang
bagi
para
yang
diatur
pihak berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata.
Sehingga
dengan
demikian,
maka
segala
ketentuan
dan disetujui oleh para pihak dalam perjanjian a quo adalah masih berlaku
mengikat kepada pihak Penggugat sebagai pihak kedua dalam perjanjian
dan pihak Tergugat I sebagai pihak Pertama di dalam perjanjian dan oleh
karena itu ketentuan Pasal 4 ayat (1) perjanjian No. PT. KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 adalah
masih berlaku dan mengikat kedua belah pihak serta keduanva tunduk
terhadap segala peraturan yang telah ditetapkan di dalam perjanjian
sehingga Gugatan yang diajukan oleh Penggugat in casu adalah
mengandung cacat formil yaitu gugatan prematur.
Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan Tergugat I tersebut di atas,
sangatlah beralasan dan berdasar hukum jika Gugatan Penggugat
tertanggal 21 Januari 2014 oleh Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa
16
dan mengadili perkara ini untuk dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya
tidak dapat diterima.
DALAM POKOK PERKARA:
1. Bahwa dalil-dalil yang telah dipergunakan dalam Eksepsi dianggap termasuk
dan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pokok perkara;
2.
Bahwa Tergugat I menolak seluruh dalil-dalil Gugatan Penggugat dalam
Surat Gugatan kecuali yang diakui secara tegas dan bulat;
3.
Bahwa benar antara Penggugat dengan Tergugat I memiliki hubungan
hukum dalam pengelolaan lahan Parkir di Stasiun Besar Gambir, Jakarta
sebagaimana tertuang dalam Perjanjian No. PT. KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 tentang
Pengelolaan dan Penataan Parkir di Stasiun Besar Gambir;
4. Bahwa tidaklah benar dalil Gugatan Penggugat pada Point 4 halaman 2 yang
menyatakan : "......di mana di dalam salah satu pasalnya telah disebutkan
untuk jangka waktu selamanya 5 (lima) tahun yang kemudian dirubah oleh
Tergugat I menjadi 3 (tiga) tahun;"
Bahwa berkaitan dengan Penataan Area/Kawasan dan Pengusahaan Parkir
di Stasiun dan Right of Way (ROW) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) yangTerms Of Reference (TOR) Nomor : 09/TOR/CA/KA-2010
tertanggal 27 Desember 2010 tentang Penataan Area/Kawasan Dan
Pengusahaan Parkir Di Stasiun Dan Right Of Way (ROW) Di Lingkungan
PT. Kereta Api Indonesia (Persero), di dalam Pasal 3 mengenai Jangka
Waktu Pengusahaan Parkir disebutkan secara tegas dan jelas :
"Jangka waktu Pengelolaan Parkir di area/kawasan stasiun dan di Right Of
Way
(ROW),
PT.
Kereta
Apilndonesia
(persero)
memberi
ijin
waktu Pengelolaan antara 1 (satu) tahun sampai dengan maksimum 3
(tiga) tahun."
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas, sangatlah tidak beralasan
serta berdasar hukum dalil Penggugat yang menyatakan bahwa jangka
waktu maksimal dalam Pengelolaan Parkir adalah maksimal 5 (lima) tahun,
dan sangatlah jelas bahwa dalil tersebut adalah dalil yang mengada-ada
dan haruslah ditolak dan dikesampingkan dalam perkara ini;
5. Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada point ke-5 Point ke-7 dan
Point ke-8 gugatan halaman 3, Penggugat seharusnya mengembalikan halhal tersebut kepada Perjanjian Perjanjian No. PT. KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 yang
telah
dibuat dan disepakati oleh
pihak Penggugat dengan Tergugat I.
17
Sangatlah tidak beralasan dan berdasar hukum dalil Penggugat pada point
ke 8 halaman 3 yang menyatakan : "......sehingga Penggugat dengan
terpaksa telah menandatangani Perjanjian tersebut mengingat Penggugat
telah mengeluarkan biaya untuk fasilitas operasional dan infrastruktur
perparkiran untuk 5 (lima) tahun." Bahwa sebagai pihak yang cakap hukum,
Penggugat seharusnya sangat mengerti betul dengan segala konsekuensi
yang telah dibuat dan dituangkan dalam Perjanjian a quo, di mana
perjanjian a quo dibuat dan ditandatangani dengan prinsip saling
menguntungkan baik bagi pihak Penggugat maupun Tergugat I dan
berdasarkan hal tersebut sangatlah tidak beralasan dan berdasar hukum
jika Penggugat menyatakan adanya keterpaksaan dalam penandatanganan
perjanjian, hal ini terbukti di mana Penggugat mengajukan gugatannya pada
saat perjanjian mendekati akhir waktu kontrak yang telah disepakati.
Sehingga menjadi pertanyaan bagi Tergugat I, mengapa Penggugat
mempermasalahkan
jangka
waktu
perjanjian
pada
saat
perjanjian
mendekati waktu akhir dan tidak mempermasalahkan hal tersebut pada saat
perjanjian belum disepakati ?Tentunya sangat disayangkan jika gugatan
yang diajukan oleh Penggugat ini hanyalah gugatan yang diajukan untuk
mencari-cari keuntungan dan bukan merupakan gugatan yang proporsional
untuk mencari keadilan dihadapan persidangan.
Bahwa dalil Penggugat yang menyebutkan bahwa Tergugat I tidak
menyerahkan bukti pemenang lelang Pekerjaan Pengelolaan Lahan Stasiun
Besar Gambir adalah tidak berdasar karena tidak ada kewajiban Tergugat I
untuk menyerahkan bukti pemenang lelang Pekerjaan Pengelolaan Lahan
Stasiun Besar Gambir tersebut, tetapilangsung ditindaklanjuti dengan
manandatangani perjanjian kerjasama Pengelolaan Lahan Stasiun Besar
Gambir yaitu Perjanjian No. PT. KAI (Persero) : 52/P/HK/DG/2011 dan No.
PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 yang ditandatangani Tergugat I dan
Penggugat. Berdasarkan fakta hukum ini, dalil Penggugat tidak berdasar
dan harus ditolak.
Bahwa dalam point 7 dan 8 dalil gugatan, Penggugat menyatakan telah
mengeluarkan bank garansi untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sebagai
salah satu syarat mengikuti lelang. Bahwa dalam kesempatan ini kami
tegaskan bahwa ketentuan untuk menyerahkan bank garansi tersebut
adalah tidak benar dan tidak berdasar. Berdasarkan RKS dan perjanjian
kerja sama, kewajiban menyerahkan bank garansi tersebut tidak ada.
Bahwa
kemudian
dalam
dalil
Penggugat
disebutkan
bahwa
menandatangani perjanjian karena terpaksa, dengan ini Tergugat I dan
18
Tergugat II mensomiir Penggugat untuk membuktikan "terpaksa" tersebut,
karena tentu dalil tersebut bertentangan dengan fakta, karena diakhir jangka
waktu perjanjian, Penggugat mengirimkan surat permohonan perpanjangan
kerja sama yang kemudian dibalas Tergugat I dengan surat yang intinya
menolak permohonan perpanjangan tersebut. Fakta tersebut membuktikan
bahwa hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat I berdasarkan
perjanjian kerjasama pengelolaan lahan parkir Stasiun Gambir adalah 3
(tiga) tahun. Maka dengan demikian dalil tersebut haruslah ditolak dan
dikesampingkan dalam perkara ini;
6. Bahwa sebagaimana telah dijelaskan dengan tegas dan bulat oleh
Penggugat pada point ke-9 halaman 3, bahwa dengan disepakatinya jangka
waktu perjanjian selama 3 tahun yaitu terhitung semenjak tanggal 1
Februari 2011 sampai dengan 31 Januari 2014 sebagaimana tertuang
dalam Pasal 4 ayat (1) Perjanjian No. PT. KAI (Persero) : 52/P/HK/DG/2011
dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011, dengan adanya
penyesuaian harga sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Kesepakatan
Perubahan Harga, artinya ialah biaya yang dikeluarkan oleh pihak
Penggugat pun disesuaikan dengan jangka waktu perjanjian yang telah
disepakati, bukankah hal ini telah bertentangan dengan dalil Penggugat
pada point ke- 8 halaman 3 Gugatan yang menyebutkan :
"......Penggugat telah mengeluarkan biaya untuk fasilitias operasional dan
infrastruktur perparkiran untuk 5 (lima) tahun"
Bahwa dengan adanya penyesuaian harga tersebut, tentunya menjadi
suatu dalil yang mengada-ada dalil Penggugat pada point ke-8 halaman 3
dan
hal
ini
tentunya
merupakan
pengakuan
secara
diam-diam
oleh Penggugat bahwa Perjanjian yang disepakati antara Penggugat
dengan Tergugat I adalah Perjanjian yang saling menguntungkan bagi
kedua belah pihak dan berlaku sebagai undang-undang bagi keduanya.
Bahwa mengenai penandatanganan Berita Acara Kesepakatan Perubahan
Harga tertanggal 31 Januari 2011 yang didalilkan oleh Penggugat telah
ditandatangani oleh VP Pengusahaan Asset sebagai perwakilan Tergugat I,
Penggugat telah mendalilkan bahwa hal tersebut telah bertentangan
dengan Pasal 97 ayat (3) Jo. Pasal 98 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, adapun selengkapnya bunyi kedua pasal yang
didalilkan Penggugat tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 97 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas :
"Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
19
menjalankan
tugasnya
sesuai
dengan
ketentuan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)"
Pasal 98 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas:
(1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
(2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang
berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali
ditentukan lain dalam anggaran dasar.
(3) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah, tidak terbatas dan tidakbersyarat, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, anggaran dasar, atau
keputusan RUPS.
(4) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh
bertentangan
dengan
ketentuan
Undang-Undang
ini
dan/atau
anggaran dasar Perseroan.
Bahwa jika melihat ketentuan pasal-pasal yang dijadikan dasar dalil
Penggugat
yang
menyatakan
VP
Pengusahaan
Asset
adalah
tidak berwenang mewakili Tergugat I untuk menandatangani Berita Acara
Kesepakatan Perubahan Harga tertanggal 31 Januari 2011, kami menilai
Penggugat telah salah dan tidak tepat mendasarkan pasal a quo dengan
dalil yang dikemukakan dalam Gugatan, sehingga sangatlah jauh dari
kebenaran tafsiran Penggugat terhadap ketentuan Pasal 97 ayat (3) dan
Pasal 98 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan menjadi
tidak sinkron dan tidak sesuai dengan dalil point ke-9 halaman 4 gugatan
Penggugat.
Berdasarkan Pasal 10 Keputusan Direksi nomor: KEP.U/OT.003/XI/8/KA2010 tanggal 25 November 2010 tentang Perubahan dan Tambahan
Lampiran
IV
Keputusan
Direksi
Nomor
KEP.U/OT.003/VI/5/KA-2010
Tanggal 21 Juni 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Laksana Direktorat
Komersial Di Lingkungan Kantor Pusat PT Kereta Api Indonesia (Persero)
menyatakan:
"VP Commercialization of railway assets mempunyai tugas pokok dan
tanggung jawab melakukan pengusahaan aset-aset di stasiun, di sepanjang
jalur KA yang masih aktif (ROW) dan sarana untukpersewaan, KSO,
periklanan dan website serta melakukan perencanaan, penataan dan
pengembangan kawasan stasiun"
Maka rapat antara VP Pengusahaan Asset dengan Penggugat untuk
mengubah harga dan jangka waktu perjanjian yang ditandai dengan
penandatangan berita acara oleh perwakilan masing-masing peserta adalah
20
sah dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keberadaan VP
Pengusahaan Asset mewakili Tergugat I tersebut disadari dan diketahui
oleh Penggugat sehingga Penggugat tidak pernah mengajukan keberatan
dari proses negosiasi bahkan sampai jangka waktu perjanjian akan berakhir.
Oleh karena itu, dalil Penggugat yang menyatakan VP Pengusahaan Aset
tidak berwenang adalah tidak berdasar dan semakin menunjukkan bahwa
Penggugat tidak beritikad baik yang sekedar coba-coba mendapatkan
keuntungan dengan cara-cara yang bertentangan dengan hukum.
7. Bahwa mengenai point ke-10, point ke-11 dan point ke-12 gugatan
Penggugat pada halaman 4 Gugatan, sangatlah tidak tepat, tidak
beralasan, serta tidak Pula berdasar hukum dalil Penggugat a quo bahkan
terkesan menerka-nerka tanpa adanya dasar hukum yang benar mengenai
hal tersebut. bahwa sebagaimana Pasal 4 ayat 2 Perjanjian No. PT. KAI
(Persero) : 52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari
2011 yang menyebutkan :
"Pihak Kedua Wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pihak Pertama
apabila bermaksud untuk memperpanjang perjanjian ini selambat-lambatnya
2 (dua) bulan sebelum perjanjian ini berakhir" Bahwa berkaitan dengan
bunyi ketentuan pada Pasal 4 ayat (2) perjanjian No. PT. KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 tersebut di
atas, bahwa benar Penggugat telah mengirimkan Surat Nomor : 0045/ABKGMO/IX/13
tertanggal
30
September
2013
perihal:
Permohonan
Perpanjangan Kerjasama Pengelolaan Parkir Stasiun Besar Gambir.
Berdasarkan hal tersebut, Penggugat seharusnva mengerti benar apa
makna "PERMOHONAN" dalam perihal yang tercantum pada Surat a quo,
yaitu bahwa Tergugat I memiliki hak untuk menerima ataupun menolak
Permohonan yang diajukan oleh Penggugat. Sehingga dengan demikian
sangatlah beralasan dan berdasar hukum keputusan dari Tergugat I yang
telah menolak permohonan yangdiajukan Penggugat perihal perpanjangan
kerjasama dalam Pengelolaan lahan Parkir di Stasiun Besar Gambir in
casu.
Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada point ke-11 dan point ke-12
Gugatan halaman 4, mengenai Pengelolaan parkir Stasiun Besar Gambir
yang akan diserahkan kepada anak perusahaan Tergugat I yaitu PT. Reska
Multi Usaha sangatlah keliru dan tidak tepat dugaan-dugaan Penggugat
bahwa hal tersebut merupakan indikasi itikad tidak baik dari Tergugat I
terhadap Penggugat. Dugaan-dugaan Penggugat tersebut timbul akibat
Penggugat tidak mempelajari dengan utuh dan menyeluruh mengenai
21
permasalahan hukum dalampengelolaan parkir di Stasiun Besar Gambir
yang dipermasalahkannya melalui Gugatan in casu. Penggugat seharusnya
membaca dan memahami dengan seksama Bukti P-6 yang didalilkan
Penggugat pada point ke-5 bukan hanya Pasal terkait jangka waktu
perjanjian saja namun secara utuh menyeluruh seluruh ketentuan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pekerjaan Pengelolaan Area/Kawasan
dan Pengusahaan Parkir Stasiun Gambir Di Lingkungan PT. Kereta Api
(Persero) Nomor : 01/RKS/KOM/I/D.1/2011 di mana dalam Pasal 1 angka
ke-1 menyebutkan dengan jelas dan tegas :
"Area/kawasan Parkir di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
pada umumnya dapat diusahakan oleh perusahaan melalui kerjasama
dengan pihak kedua (termasuk anak perusahaan PT. Kereta Api Indonesia
(persero), yaitu PT. Reska Multi Usaha/PT.RMU) dengan prinsip saling
menguntungkan melalui carayang legal dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum";
Berdasarkan dalil tersebut di atas, sangatlah tidak beralasan dan berdasar
hukum dugaan-dugaan Penggugat mengenai itikad tidak baik dari Tergugat
I dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian No. PT. KAI (Persero) :
52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK :- tertanggal 1 Februari 2011 dan
sangatlah berlebihan serta tidak berdasar pula dalil Penggugat yang
menyatakan tindakan Tergugat I merupakan tindakan monopoli dan
oligopoli dalam pengelolaan Parkir Stasiun Besar Gambir in casu maka dalil
tersebut haruslah dikesampingkan dalam perkara ini.
8. Bahwa sangatlah tidak benar dalil gugatan Penggugat pada point ke 13
halaman 4-5 gugatan dan telah bertentangan pula dengan dalil Penggugat
pada point ke -14 halaman 5 gugatan, di mana dalam point ke-13 halaman
4-5 dalil Gugatan Penggugat menyatakan bahwa somasi yang dikirimkan
Penggugat telah sama sekali diabaikan oleh Tergugat I. namun secara
tegas dan bulat Pula Penggugat menyatakan pada point ke-14 halaman 5
bahwa Tergugat II telah memberikan balasan terhadap somasi tersebut
melalui Surat no. HK.302/I/3/KA-2014 tanggal 16 Januari 2014. Jika melihat
dalil gugatan Penggugat pada point ke-14 halaman 5 sangat terlihat sekali
ketidakpahaman
dan
ketidakmengertian
Penggugat
mengenai
surat
tanggapan somasi a quo, di mana menurut Penggugat surat tersebut adalah
surat tanggapan somasi dari Tergugat II. Padahal Surat Tanggapan Somasi
I & II nomor : HK.302/I/3/KA-2014 tertanggal 16 Januari 2014 tersebut
adalah Surat Tanggapan Somasi dari Tergugat I dan Tergugat II selaku
pihak yang mewakili Tergugat I di mana dalam surat a quo telah tercantum
22
dengan tegas dan bulat bahwa Tergugat II menyebutkan "selaku Direktur
Komersial PT. Kereta Api Indonesia (persero), dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama PT. Kereta Api Indonesia (persero) yang berkedudukan di Jl.
Perintis Kemerdekaan Nomor 1 Bandung"
9.
Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada point ke-15 dan ke-16
gugatan halaman 5 tidaklah benar dan tidaklah pula beralasan serta
berdasar
hukum.
Penggugat
menyatakan
dirinya
menandatangani
perjanjian atas ketidaktahuan. Ketidaktahuan bukanlah suatu alasan yang
berdasar hukum bagi Penggugat selaku pihak yang cakap hukum dalam
membuat perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320 dan 1338
KUH Perdata yang merupakan dasar hukum pembuatan perjanjian antara
Penggugat dengan Tergugat I. Sehingga alasan tersebut hanyalah alasan
yang mengada-ada untuk mengingkari perjanjian yang telah disepakati dan
ditandatangani oleh Penggugat dengan penuh kesadaran dan tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun serta diketahui pula oleh Penggugat bahwa
perjanjian a quo didasari dengan prinsip saling menguntungkan terhadap
Penggugat dengan Tergugat I.
Bahwa dalil Penggugat Point 9 menyebutkan penandatanganan perjanjian
dikarenakan
Ketidaktahuan
Penggugat
adalah
alasan
yang sangat
mengada-ngada, ditegaskan dalam Pasal 1347 dalam hal-hal yang menurut
kebiasaan selamanya diperjanjikan, sehingga dianggap secara diam-diam
dimasukkan dalam perjanjian meskipun tidak tegas dinyatakan. Bahwa
dalam hal ini Penggugat secara diam-diam mengetahui dan menyadari
bahwa
Perjanjian
ditandatangani
dengan
kesadaran
dan
tanpa
paksaan.Dalam Pasal 1321 djelaskan bahwa tiada kata sepakat yang sah
apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan
paksaan dan penipuan sehingga perjanjian ini sah dan telah memenuhi
peraturan perundang-undangan.
10. Bahwa tidaklah benar dalil Gugatan Penggugat pada point ke-17 halaman
5-6 yang menyatakan memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan sah Perjanjian
antara Penggugat dengan Tergugat namun disisi lain memohon untuk
diubah jangka waktu berlakunya selama 5 (lima) tahun tanpa dasar yang
jelas. Jika Penggugat ingin memohon menyatakan sah perjanjian yang
dibuat antara Penggugat dengan Tergugat artinya sah pula seluruh
ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak termasuk pula
ketentuan mengenai jangka waktu berakhirnya perjanjian sebagaimana hal
ini berpedoman pada Pasal 1338 KUHPerdata. Dengan demikian sangatlah
23
beralasan dan berdasar hukum jika Yang Mulia Majelis Hakim menyatakan
sah Perjanjian No. PT. KAI (Persero) : 52/P/HK/DG/2011 dan No. PT. ABK:
tertanggal 1 Februari 2011 yang telah disepakati oleh Penggugat dan
Tergugat I in casu dan menyatakan menolak perubahan jangka waktu
berakhirnya perjanjian yang dimohonkan Penggugat a quo. Bahwa tidaklah
benar dalil Gugatan Penggugat pada poin ke 19-23 mengenai Perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat dan Tergugat I, seperti yang
telah diketahui sebagai doktrin dan kebiasaan dalam hukum bahwa untuk
menyatakan seseorang telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
apabilaperbuatan tersebut memenuhi semua unsur Perbuatan Melawan
Hukum.Dalam dalil gugatan Penggugat pada Poin 19-23, Penggugat tidak
menyebutkan perbuatan Tergugat I dan Tergugat II yang mana yang
merupakan Perbuatan Melawan Hukum. Selain, itu dalam gugatannya
tersebut Penggugat hanya menyatakan bahwa Tergugat I dan Tergugat II
memenuhi unsur melawan hukum (Poin 22), adanya sebab akibat (Poin 23)
dan kerugian (Poin 24) tanpa menyebutkan unsur kesalahan seperti yang
disebutkan Penggugat dalam gugatannya poin 19 dan 20.
Bahwa dalam gugatannya pada Poin 24 Penggugat menyebutkan Tergugat
I wajib turut mengganti kerugian kepada Penggugat yang bersesuaian
dengan ketentuan Pasal 97 ayat (3) yang dikutip sebagai berikut : "Setiap
anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)"
Bahwa ketentuan tersebut mengatur tanggung jawab Direksi apabila dalam
mengurus Perseroan tidak dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh
tangggung jawab. Sehingga sangat aneh dan tidak berdasar apabila
Penggugat atas dasar ketentuan tersebut menuntut Tergugat I untuk
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Penggugat.
11. Bahwa sangatlah tidak beralasan dan mengada-ada dalil Gugatan
Penggugat point ke-25 halaman 8 mengenai kerugian materiil dan immateril
yang dimohonkan Penggugat sebesar Rp. 29.000.000.000,- (dua puluh
sembilan milyar rupiah) di mana Penggugat tidak memperinci masingmasing kerugian yang didalilkan di alaminya serta tidak pula jelas dasar
hukumnya maka sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 616K/
24
Sip/1973 tertanggal 5 Juni 1975 yang menegaskan : "karena gugatan tidak
memberikan dasar dan alasan dalam arti gugatan tidak menjelaskan berapa
hasil sawah tersebut sehingga ia menuntut hasil sebanyak yang tersebut
dalam petitum, dianggap sebagai gugatan yang tidak jelas dasar
hukumnya."
Maka berdasarkan dalil serta dasar hukum tersebut di atas sangatlah
beralasan agar Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk
seluruhnya.
12. Bahwa berkaitan dengan dalil Gugatan Penggugat point ke-26 halaman 8
mengenai sita jaminan terhadap area/kawasan pengusahaan parkir di
Stasiun Besar Gambir, nampaknya Penggugat sangat ambisius dalam
mengajukan Gugatannya serta sangat mengesampikan kepentingan dan
keperluan masyarakat banyak dengan memohon untuk meletakan sita
terhadap lahan parkir Stasiun Besar Gambir in casu. Sebagaimana
diketahui bahwa Stasiun Besar Gambir merupakan suatu fasilitas
transportasi
masyarakat
Indonesia
yang
ingin
menggunakan
jasa
transportasi umum yang disediakan oleh pihak Tergugat I, adanya lahan
parkir yang terdapat disekitar Stasiun merupakan prasarana yang
diperlukan guna kelancaran transportasi masyarakat serta merupakan
fasilitas yang diberikan kepada masyarakat umum pengguna jasa
transportasi kereta api sebagaimana disebutkan dalam UU No. 23 Tahun
2007 tentang Perkeretaapian Pasal 57 ayat (2) :
"jasa Pelayanan Khusus sebagaimana dimakusd pada ayat (1) dapat
berupa: a. Ruang tunggu penumpang, b. Bongkar muat barang c.
Pergudangan d. Parkir kendaraan dan/atau, e. Penitipan barang
Peletakan sita jaminan terhadap fasilitas lahan parkir yang terdapat di
Stasiun Besar Gambir in casu jelas akan sangat menghambat serta
25
mempersulit masyarakat umum pengguna jasa angkutan transportasi
Kereta Api di Stasiun Besar Gambir serta berdampak pula pada
terganggunya stabilitas dan kelancaran lalu lintas disekitar lingkungan
Stasiun Besar Gambir. Di samping itu, peletakan Sita Jaminan yang
dimohonkan oleh Penggugat telah diajukan oleh Penggugat tidak pula
menyebutkan dengan jelas batas-batas terhadap barang yang dimohonkan
sita.Dengan demikian sangatlah beralasan dan berdasar hukum agar Yang
Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk
menyatakan menolak permohonan sita yang diajukan Penggugat serta
menolak gugatan yang diajukan Penggugat untuk seluruhnya.
Bahwa, berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka mohon
kiranya agar Majelis Hakim Yang memeriksa, mengadili dan memutuskan
sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI:
1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat I ;
2. Menyatakan Gugatan Penggugat ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat
diterima (niet Onvankelijke Verklaard);
DALAM POKOK PERKARA:
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ;
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adiinya (ex
aequo et bono).
Memperhatikan,
mengutip
dan
menerima
keadaan-keadaan
sebagaimana tercantum dalam putusan Pengadilan Negeri Bandung, tertanggal
17 September 2014, No. 25/Pdt/G/2014/PN.Bdg, yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
- Menolak eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya;
26
DALAM POKOK PERKARA:
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
-
Menghukum
Penggugat
membayar
biaya
perkara
sebesar
Rp.766.000,- (tujuh ratus enam puluh enam ribu rupiah);
Menimbang, bahwa Pembanding, semula Penggugat melalui Kuasa
Hukumnya pada tanggal 22 Oktober 2014, telah mengajukan permohonan
banding terhadap putusan tersebut di atas, permohonan banding mana telah
diberitahukan kepada pihak lawan pada tanggal 08 Nopember 2014 dan tanggal
28 Nopember 2014, dengan seksama;
Menimbang, bahwa Pembanding, semula Penggugat melalui Kuasa
Hukumnya telah mengajukan memori banding yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 24 Nopember 2014 dan memori
banding tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan tanggal 20 Nopember
2014 dan tanggal 28 Nopember 2014, dengan seksama;
Menimbang, bahwa Terbanding I, semula Tergugat I melalui Kuasa
Hukumnya dalam pemeriksaan tingkat banding ini telah mengajukan kontra
memori banding yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bandung
pada tanggal 30 Desember 2014 dan kontra memori banding tersebut pada
tanggal 13 Januari 2015 dan tanggal 02 Maret 2015 telah diberitahukan kepada
pihak lawan, dengan seksama;
Menimbang, bahwa kepada pihak-pihak yang berperkara telah
diberitahukan adanya kesempatan untuk memeriksa berkas perkara sebelum
dikirim ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat masing-masing pada tanggal
13 Januari 2015 dan tanggal 03 Maret 2015;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM;
Menimbang, bahwa permohonan banding dari Pembanding, semula
Penggugat, telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta
27
memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-undang,
oleh karena itu secara formal permohonan banding tersebut dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pembanding, semula Penggugat dalam memori
bandingnya telah mengemukakan alasan-alasan banding yang pada pokoknya
sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
- Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim yudex facti tingkat pertama
tentang eksepsi sudah tepat dan benar;
DALAM POKOK PEKARA:
- Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim judex facti tingkat pertama tidak
tepat dan mengandung kekeliruan sehingga putusan yang dijatuhkan menjadi
keliru sebagaimana diuraikan dibawah ini:
- Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama halaman 33
alinea keempat yang menyatakan bahwa bukti P-5 dihubungkan dengan
bukti T-I & II-3 pada pokoknya mempunyai kesamaan namun bukti T I & II3 tersebut selain telah diberi nomor juga telah ditandatangani oleh Sulistiyo
Wimbo Hardjito selaku Direktur Komersial PT KAI adalah tidak tepat
karena seluruh peserta lelang diberikan Terms of Reference dalam bentuk
fotocopy yang belum diberi nomor dan ditandatangani sehingga adanya
perubahan pasal tentang jangka waktu dari 5 tahun menjadi 3 tahun tidak
pernah diberitahukan kembali kepada para peserta lelang termasuk
Pembanding/Penggugat;
- Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim judex facti tingkat pertama
telah keliru dan salah sebagaimana putusan halaman 34 alinea kedua
yang menyatakan bahwa bukti P-6 tentang rencana kerja dan syaratsyarat peserta pelelangan pengelolaan dan pengusahaan parkir di stasiun
besar Gambir yang mencantumkan dalam pasal 6 jangka waktu
28
pengelolaan parkir di area stasiun besar Gambir PT KAI memberi ijin
waktu pengelolaan 5 tahun, telah mengesampingkan bukti P-6 tersebut;
- Bahwa Majelis Hakim yudex facti tingkat pertama telah salah dan keliru
dalam memberikan pertimbangan hukum tentang bukti P-7 karena bukti P7 tentang Garansi Bank menyebutkan bahwa jangka waktu pengelolaan
dan pengusahaan parkir di stasiun besar Gambir selama 5 tahun sehingga
Pembanding/Pengggugat
bersedia
mengikuti
pelelangan
dengan
membayar garansi bank untuk selama 5 tahun;
- Bahwa Majelis Hakim judex facti tingkat pertama telah salah dan keliru
dalam memberikan pertimbangan tentang bukti P-8 dimana dalam bukti P8 tersebut telah mencantumkan jangka waktu pengelolaan selama 5 tahun
yang dimulai tanggal 1 Pebruari 2011 s/d 31 Januari 2016;
- Bahwa Majelis Hakim judex facti tingkat pertama juga telah salah dan
keliru dengan menyatakan bukti P-9 dari Penggugat hanya berupa
fotocopy dari fotocopy karena Para Terbanding/Para Tergugat telah
beritikat tidak baik dengan menyembunyikan asli dari hasil rapat
Tim/Panitia
Pembahasan
Sewa
antara
Terbanding
I
dengan
Pembanding/Penggugat, dimana pada butir 1 Rapat Pembahasan masih
menyebutkan jangka waktu pengelolaan parkir si Stasiun Besar Gambir
selama 5 tahun;
- Bahwa demikian pula Majelis Hakim yudex facti tingkat pertama telah
salah dan keliru dalam memberikan pertimbangan hukum tentang bukti P10 karena berdasarkan pasal 97 maupun 98 UU no. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, yang berwenang mewakili perseroan diluar
dan didalam Pengadilan adalah Direksi sedangkan dalam bukti P-10
tersebut yang menandatangani tentang adanya perubahan kesepakatan
yang
menyangkut
jangka
waktu
pengelolaan
dan
pengusahaan
perparkiran si Stasiun Besar Gambir adalah bukan Direksi melainkan VP
29
Pengusahaan Asset dan ROW yang bukan termasuk dalam jajaran
Direksi;
Menimbang, bahwa demikian juga Terbanding I, semula Tergugat I
dalam kontra memori bandingnya pada pokoknya menyatakan bahwa yudex
facti tingkat pertama telah memberikan pertimbangan yang benar berdasar
hukum dan menolak dengan tegas dalil-dalil Pembanding, semula Penggugat
sebagaimana diuraikan dalam memori bandingnya kecuali yang diakui
kebenarannya oleh Terbanding I, semula Tergugat I;
Menimbang,
Penggugat
terhadap
bahwa
mengenai
keberatan
pertimbangan-pertimbangan
Pembanding,
hukum
Hakim
semula
Tingkat
Pertama sebagaimana diuraikan dalam memori bandingnya, ternyata tidak ada
hal-hal yang baru yang harus dipertimbangkan, oleh karena kesemuanya sudah
dipertimbangkan dan disetujui serta dibenarkan oleh Pengadilan Tinggi;
Menimbang, bahwa setelah memeriksa dan meneliti serta mencermati
dengan seksama berkas perkara beserta turunan resmi putusan Pengadilan
Negeri Bandung tanggal 17 September 2014, No. 25/Pdt.G/2014/PN.Bdg, telah
pula membaca serta memperhatikan dengan seksama memori banding yang
diajukan oleh Pembanding, semula Penggugat dan kontra memori banding dari
Terbanding I, semula Tergugat I, Pengadilan Tinggi dapat menyetujui dan
membenarkan
putusan
Hakim
Tingkat
Pertama
tersebut
oleh
karena
pertimbangan-pertimbangan hukumnya telah memuat dan menguraikan dengan
tepat dan benar semua keadaan serta alasan-alasan yang menjadi dasar
putusan;
Menimbang, bahwa dengan demikian pertimbangan-pertimbangan
hukum Hakim Tingkat Pertama sebagaimana dipertimbangkan di atas diambil
alih dan dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri didalam
memutus perkara ini pada tingkat banding dan dianggap telah tercantum dalam
putusan ini;
30
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
di atas, maka putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 17 September 2014,
No.
25/Pdt.G/2014/PN.Bdg,
yang
dimohonkan
banding
tersebut
dapat
dipertahankan dan harus dikuatkan;
Menimbang, bahwa oleh karena tetap dipihak yang dikalahkan, maka
Pembanding, semula Penggugat haruslah dihukum untuk membayar ongkos
perkara dalam kedua tingkat pengadilan;
Mengingat Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947, dan Undangundang Nomor 49 Tahun 2009 serta pasal-pasal dari Peraturan-peraturan lain
yang bersangkutan;
M E N G A D I L I:
-
Menerima permohonan banding dari Pembanding, semula
Penggugat;
-
Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal
17
September
2014,
No.
25/Pdt.G/2014/PN.Bdg,
yang
dimohonkan banding tersebut;
-
Menghukum Pembanding, semula Penggugat untuk membayar
ongkos perkara dalam kedua tingkat peradilan yang pada
tingkat banding sebesar Rp.150.000,-(seratus lima puluh ribu
rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Bandung, pada hari ini : Senin, tanggal 11 Mei 2015, oleh
Kami : H. LEXSY MAMONTO, SH.,M.H. sebagai Ketua Majelis dengan KAREL
TUPPU, S.H.,M.H. dan EDWARMAN, S.H. masing-masing sebagai Hakim
Anggota, berdasarkan Surat Penetapan Ketua
Pengadilan Tinggi Bandung
tanggal 13 April 2015, No. 153/Pen/Pdt/2015/PT.Bdg, yang ditunjuk untuk
memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat banding dan putusan
tersebut diucapkan pada hari Senin, tanggal 18 Mei 2015 dalam sidang yang
31
dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri Para Hakim
Anggota dan TOLOPAN BANJARNAHOR, S.H. sebagai Panitera Pengganti,
tanpa hadirnya pihak-pihak yang berperkara .-
Hakim Anggota,
Hakim Ketua,
Ttd
KAREL TUPPU, S.H.,M.H.
Ttd
H. LEXSY MAMONTO, SH.,M.H.
Ttd
H. EDWARMAN, S.H.
Panitera Pengganti,
Ttd
TOLOPAN BANJARNAHOR, S.H.
Biaya perkara :
- Meterai
- Redaksi putusan
- Pemberkasan
Jumlah
Rp. 6.000,Rp. 5.000,Rp.139.000,Rp.150.000,-
Download