Artikel Asli POLA PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN PADA ANAK DI BAWAH 14 TAHUN DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA Ratih Pramuningtyas, KalistaYuniar, Suci Widhiati, Indah Julianto, Harijono Kariosentono Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK Universitas Sebelas Maret /RSUD Dr. Moewardi, Surakarta ABSTRAK Penyakit kulit menyeb abkan morbiditas yang tinggi, termasuk p ada anak. Prevalensi dermatosis pada anak berkisar 34-87,7% dengan pola yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Informasi epidemiologi diperlukan untuk memantau perubahan pola penyakit dan perencanaan pengelolaan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyakit kulit pada anak yang datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta maka data diambil dari catatan medik pasien baru yang berusia di bawah 14 tahun, sejak Februari 2011 – Januari 2012. Selama 1 tahun ditemukan 334 kunjungan pasien baru, laki-laki 150 (44,9%) dan perempuan 184 (55,1%). Berdasarkan kelompok usia, yang terbanyak adalah usia 1-2 tahun (38,6%). Berdasarkan kategori penyakit, yang paling tinggi adalah infeksi (37,43%). Jika dilihat dari jenis penyakit kulit pada anak, yang terbanyak adalah dermatitis (20,7%), diikuti oleh hemangioma (19,2%), infestasi parasit (10,8%), infeksi jamur (10,2%), infeksi bakteri (8,9%), dan infeksi virus (8,6%). Pasien yang berobat ke RS Dr. Moewardi berasal dari daerah Solo dan sekitarnya, karena merupakan rumah sakit rujukan, terbanyak dari Solo diikuti Karanganyar dan Sukoharjo. Penyakit kulit pada anak di RS dr. Moewardi yang terbanyak adalah dermatitis, diikuti hemangioma dan infeksi. (MDVI 2012; 39/s: 19s - 23s) Kata Kunci : Pola penyakit kulit anak, dermatitis, hemangioma, infeksi kulit ABSTRACT Korespondensi: Jl. Kol. Soetarto No. 132 - Surakarta Telp. 0271 - 634848 Email: [email protected] Skin disease are a common cause of morbidity, including in children. Prevalence of dermatoses in children ranged from 34 to 87.7% with a pattern that is highly variable and influenced by many factors. Epidemiological information is useful in monitoring changes in disease trends and planning health care programs To determine the pattern of skin diseases in children who came to the Dermatology and Venereology clinic at Moewardi Hospital. Data were collected from medical records of new patients less than 14 years old, February 2011 - January 2012. During one year, there were 334 new patients which consist of 150 men (44.9%) and 184 women (55.1%). Based on the age group, the largest is 1-2 years (38.6%). Based on the category of disease, the highest is infection disease (37.43%). Dermatitis is the most common disease (20,7%) followed by Hemangioma (19.2%), parasitic infestations (10.8%), fungal infections (10.2%), bacterial infection (8.9%), and viral infections (8.6%). Patients who came to Moewardi Hospital were come from solo and the surrounding area because it was a referral hospital, Solo is the most common, followed by Sukoharjo and Karanganyar The most common disease in Moewardi hospital is dermatitis followed by hemangioma and infection disease.(MDVI 2012; 39/s: 19s - 23s) Keywords : Pattern of skin disease, children, dermatitis hemangioma, skin infection 19 S MDVI PENDAHULUAN Penyakit kulit merupakan masalah yang umum terjadi di negara berkembang dan negara maju. Survei prevalensi pada 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa seperempat sampai sepertiga populasi menderita penyakit kulit,1 begitu pula pada anak meskipun tidak menyebabkan mortalitas namun menyebabkan morbiditas dan berpengaruh besar terhadap psikologis anak. 2,3 Beberapa faktor dapat berpengaruh terhadap munculnya penyakit kulit pada anak, misalnya kepadatan penduduk, kondisi sosial ekonomi, lingkungan, malnutrisi dan lain-lain. Anak sering terpajan kondisi yang menyebabkan lebih mudah terkena penyakit kulit, sebagai contoh faktor iklim misalnya suhu dan kelembaban yang menyebabkan kolonisasi bakteri atau jamur meningkat.3 Pada penelitian yang dilakukan di negara berkembang, prevalensi dermatosis pada anak berkisar antara 34% - 87,7%. Pada analisis diagnosis individual menunjukkan bahwa pada negara maju dermatitis atopik merupakan kasus yang paling banyak, berkisar 25 – 33%; sedangkan di negara berkembang kasus infeksi dan infestasi lebih mendominasi.4 Informasi tentang epidemiologi penyakit kulit pada anak penting untuk menentukan prevalensi, monitoring perubahan kecenderungan penyakit dan perencanaan program kesehatan untuk anak.3,5 Epidemiologi merupakan cara langsung dan paling sederhana untuk mengevaluasi penyebab penyakit pada populasi. 6 Data epidemiologi penyakit kulit pada anak di Indonesia sampai saat ini masih sangat kurang, bahkan di RS Dr. Moewardi Surakarta. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyakit kulit pada anak di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta selama periode Februari 2011 sampai dengan Januari 2012. METODE Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif, menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien kulit yang berusia kurang dari 14 tahun. Data yang dikumpulkan adalah data kunjungan baru pasien kulit ke Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin Sub-bagian Dermatologi Anak RS Dr. Moewardi Surakarta selama periode Februari 2011 sampai dengan Januari 2012. Data yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis penyakit kulit dan domisili pasien. HASIL Selama periode 1 tahun, dari 653 total kunjungan pasien ke Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin Sub- 20 S Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 19 s - 23 s bagian Dermatologi Anak RS Dr. Moewardi Surakarta, ditemukan 334 kunjungan pasien kulit baru. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh pasien laki-laki sebanyak 150 (44,9%) dan pasien perempuan 184 (55,1%). Karakteristik subjek pada Tabel 1. Karakteristik kasus baru di Instalasi Rawat jalan RS. dr.Moewardi periode Februari 2011 – Januari 2012 Kriteria subjek Jenis Kelamin Laki-laki Perempua n Usia 0– 2 2– 4 4– 6 6– 8 8 – 10 10 – 12 12 - 14 Kategori Penyakit Alergi imunologi Infeksi dan Infestasi Infeksi Menular Seksual Eritroskuamosa Kosmetik Tumor Kulit Genodermatosis Daerah rujukan Surakarta Sukoharjo Karanganya Sragen Boyolali Klaten Lain-lain Jumlah 15 0 18 4 12 9 37 36 38 31 35 28 98 12 5 4 14 10 81 2 98 37 72 34 34 12 37 penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan kelompok usia, yang terbanyak adalah usia 0-2 tahun (38,6%); sedangkan kelompok usia yang lain rerata jumlah kunjungan dalam satu tahun hampir sama. Berdasarkan kategori penyakit yang paling tinggi adalah infeksi (37,43%), diikuti oleh kategori alergi dan imunologi (29,34%). Pasien yang datang ke instalasi rawat jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi sub-bagian Dermatologi Anak lebih banyak berasal dari daerah di luar Surakarta yaitu sebesar 70,66%. Distribusi penyakit kulit anak di instalasi rawat jalan penyakit kulit dan kelamin RS DR. Moewardi Surakarta periode Februari 2011 – januari 2012 dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan tabel di atas, jenis penyakit kulit pada anak yang terbanyak adalah dermatitis (20,7%), diikuti oleh hemangioma (19,2%), infestasi parasit (10,8%), infeksi jamur (10,2%), infeksi bakteri (8,9%), dan infeksi virus (8,6%). Pada gambar 1 memperlihatkan insidens dan jenis dermatitis yang ditemukan selama kurun waktu 1 tahun; insidens tertinggi R Pramuningtyas dkk. Penyakit kulit dan kelamin pada anak di RS Dr. Moewardi Surakarta pada penyakit dermatitis adalah dermatitis atopik, yaitu sebesar 30% dari seluruh dermatitis. Insidens penyakit infeksi bakteri yang datang ke Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS dr. Moewardi Surakarta dapat dilihat pada gambar 3. Jenis penyakit infeksi bakteri yang paling banyak adalah impetigo bulosa sebesar 36%. PEMBAHASAN Gambar 1. Insidens penyakit dermatitis pasien anak di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta periode Februari 2011 – Januari 2012 Hemangioma menduduki peringkat kedua, dilanjutkan oleh infestasi parasit yang hampir sebagian besar yaitu 97,22% adalah skabies dan sisanya merupakan cutaneus larva migran. Pada posisi keempat adalah infeksi jamur dengan distribusi penyakit dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Insidens penyakit infeksi jamur pasien anak di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS dr. Moewardi Surakarta periode Februari 2011 – Januari 2012 Gambar 3. Insidens penyakit infeksi bakteri pasien anak di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS dr. Moewardi Surakarta periode Februari 2011 – Januari 2012 Kulit merupakan organ pertahanan tubuh terluar yang terus menerus terpengaruh oleh kondisi lingkungan dan selalu beradaptasi dengan setiap perubahan lingkungan. Walaupun struktur kulit anak dan dewasa tidak banyak berbeda, namun kulit anak bukanlah miniatur kulit dewasa. Secara umum gambaran klinis dan penyebaran penyakit kulit pada anak sedikit berbeda dengan dewasa. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa keadaan, antara lain keadaan kulit anak, higiene perorangan dan lingkungan, gizi, serta aktivitas anak sehari-hari. Kulit bayi terutama neonatus pada umumnya relatif lebih tipis, adneksa dan berbagai organ belum sepenuhnya berfungsi sempurna. Oleh karena itu kulit bayi relatif lebih peka, mudah mengalami iritasi dan infeksi.7 Cukup tingginya insidens penyakit kulit pada anak menyebabkan perlunya dilakukan penelitian epidemiologi. Data epidemiologi tidak hanya berguna dalam menganalisis prevalensi penyakit kulit, tetapi juga penting dalam memantau perubahan pola penyakit sehingga dapat merencanakan program kesehatan yang efisien. Frekuensi penyakit kulit hanya dapat ditentukan secara akurat dengan survei populasi skala besar, namun mahal dan memakan waktu.8 Profil penyakit yang berasal dari data statistik rumah sakit mungkin dapat menggambarkan pola penyakit pada populasi.1 Pada penelitian ini, dilakukan pendataan pasien baru yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta dengan hasil jumlah pasien anak baru sebanyak 334 orang dari total kunjungan ke sub-bagian Dermatologi Anak sebesar 653, dengan rerata kasus baru per bulan sebanyak 28. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 150 pasien laki-laki (44,91%) dan pasien perempuan sebanyak 184 orang (55,09%). Perbandingan antara pasien laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan di India dan cina, yaitu 50% pasien berjenis kelamin laki-laki.6,9 Berdasarkan usia, pasien terbanyak adalah pada kelompok usia 0 – 2 tahun yaitu sebanyak 129 pasien (38,62%). Pada kategori usia tersebut, jenis penyakit yang terbanyak adalah hemangioma. Pada kelompok usia selain 0 – 2 tahun, rerata jumlah kasus baru di Poliklinik Kulit dan Kelamin adalah sama. Hemangioma merupakan tumor jinak yang sering ditemukan pada anak dengan insidens 10% pada anak usia kurang dari 1 tahun.10 Berdasarkan kategori penyakit, yang paling banyak ditemukan di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta adalah infeksi dan 21 S MDVI infestasi yaitu sebesar 125 (37,43%) kunjungan pasien baru, diikuti oleh alergi-imunologi sebesar 98 (29,34%). Penelitian tentang epidemiologi penyakit kulit di India disebutkan bahwa penyakit yang tersering ditemukan adalah infeksi. Pada sebagian besar negara berkembang seperti India, dengan banyak ditemukan malnutrisi, penduduk yang padat, dan sanitasi buruk, penyakit kulit karena infeksi atau ektoparasit misalnya skabies dan pedikulosis sering ditemukan.6 Beberapa penelitian serupa di negara-negara berkembang yaitu Nigeria dan Ethiopia juga menyebutkan bahwa prevalensi penyakit kulit tertinggi adalah infeksi.4 Lima penyakit terbanyak yang ditemukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta adalah dermatitis (25,15%), diikuti oleh hemangioma (19,2%), infestasi parasit (10,8%), infeksi jamur (10,2%), dan infeksi bakteri (8,98%). Pola penyakit terbanyak pada penelitian ini menunjukkan persamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Fauzia dan Zulkarnain di RSU Dr. Soetomo Surabaya yakni penyakit dermatitis menduduki urutan teratas, diikuti oleh infeksi virus dan infeksi bakteri.11 Pada dermatitis, insidens tertinggi adalah dermatitis atopik sebanyak 25 (29,76%) pasien, diikuti dermatitis numularis pada 15 (17,86%) pasien, pitiriasis alba pada 11 (13,10%) pasien dan dermatitis kontak pada 9 (10,71%) pasien. Hal tersebut mendukung penemuan secara umum bahwa dermatitis atopik cenderung mulai muncul pada usia anak dan akan menghilang saat dewasa. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang umum ditemukan di seluruh dunia dan prevalensinya terus meningkat. Polusi udara, pajanan tungau debu rumah, food additive, frekuensi menyusui yang berkurang dan kesadaran pasien meningkatkan angka prevalensi dermatitis atopik.8 Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian di Kuwait dan Turki, yaitu dermatitis atopik adalah penyakit yang paling sering ditemukan dengan prevalensi tertinggi pada bayi. Faktor risiko untuk dermatitis atopik di negara berkembang masih belum diketahui.Dermatitis kontak dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan praktek budaya masyarakat setempat, misalnya pemakaian herbal atau tanah pada lesi kulit, ditambah dengan kondisi cuaca yang panas.5 Peringkat kedua terbanyak diduduki oleh hemangioma infantil sebesar 19,2% yang banyak diderita pada anak dengan rentang usia 0 – 2 tahun. Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel endotel pembuluh darah. Hemangioma pada anak terjadi sebanyak 10 – 12%.8 Hemangioma memiliki karakteristik fase proliferasi diikuti dengan fase involusi. Periode pertumbuhan tumor yang paling cepat biasanya terjadi dalam 5 bulan pertama kehidupan, tetapi dapat terus berkembang samapi usia 1 tahun,10 sehingga seringkali menimbulkan kecemasan pada orang tua.12 Hal tersebut kemungkinan dapat menyebabkan meningkatnya angka kunjungan hemangioma. Hasil di atas sedikit berbeda dengan penelitian yag dilakukan oleh Fauzia dan Zulkarnain dimana tumor 22 S Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 19 s - 23 s berada pada urutan ke-9. Hal ini kemungkinan karena RS Dr. Moewardi merupakan rumah sakit rujukan untuk daerah sekitar Surakarta, bahkan sampai beberapa kota di Jawa timur. Pada urutan ketiga adalah infestasi parasit. Hampir keseluruhan kasus adalah skabies yaitu sebesar 97% dan sisanya adalah kutaneus larva migran. Hal tersebut menunjukkan bahwa infeksi akibat parasit terutama skabies masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di negara yang sedang berkembang.11 Prevalensi skabies pada populasi anak berkisar 50%. Skabies cukup mempengaruhi kualitas hidup seseorang, meskipun tidak mengancam jiwa.13 eberapa faktor yang berperan dalam mempengaruhi tingginya insidens skabies, antara lain kurangnya higiene dan sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, dan rendahnya status sosial ekonomi. Secara teori, skabies dapat menyerang semua golongan umur dan sangat mudah menular. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan pasien ataupun secara tidak langsung seperti melalui pakaian, handuk, atau sprei yang terkontaminasi. 10 Pada penelitian ini, pasien skabies yang berobat ke RS Dr. Moewardi Surakarta banyak yang berasal dari pondok pesantren atau asrama yang memiliki risiko transmisi penyakit yang tinggi. Pada urutan keempat terbanyak diduduki oleh penyakit infeksi jamur. Kandidiasis merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan, yaitu sebesar 47% dari infeksi jamur, diikuti oleh tinea (32,35%) dan pitiriasis versikolor (20,59%). Pada penelitian ini, infeksi jamur lebih banyak diderita pada anak usia di atas 6 tahun. Hal tersebut kemungkinan karena lingkungan yang lembab saat beraktivitas. Di negara tropis seperti Indonesia, iklim yang panas disertai kelembaban yang tinggi menyebabkan meningkatnya pertumbuhan jamur.8 Peringkat kelima jenis penyakit yang terbanyak adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada penelitian ini terdiri atas pioderma dan morbus Hansen. Kasus infeksi yang terbanyak adalah impetigo bulosa (36,67%), diikuti oleh impetigo krustosa (20%), ektima (16,67% ), folikulitis (10%), morbus Hansen (6,67%). Hasil tersebut serupa dengan penelitian Fauzia dan Zulkarnain di Surabaya, yang mendapatkan infeksi bakteri menempati urutan kelima dengan kasus terbanyak adalah impetigo bulosa.11 Pioderma merupakan infeksi jaringan kulit dan jaringan lunak di sekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri patogen dan menyebabkan munculnya respons berupa peradangan. Faktor predisposisi penyakit piodermia, antara lain higiene sanitasi yang kurang, gizi yang kurang, iklim yang panas dan lembab.10 Penyakit kulit pada anak lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah infeksi virus, kelainan pigmen, urtikaria, prurigo, infeksi menular seksual, dan lain-lain. Infeksi virus yang paling sering ditemukan adalah moluskum kontagiosum. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang R Pramuningtyas dkk. Penyakit kulit dan kelamin pada anak di RS Dr. Moewardi Surakarta dilakukan di Etiopia yang menemukan kasus moluskum kontagiosum merupakan kasus infeksi virus yang terbanyak.5 Kelainan pigmen pada penelitian ini terdiri atas nevus pigmentosus dan vitiligo. Indonesia terletak di katulistiwa dengan pajanan matahari yang cukup tinggi. Beberapa penelitian terbaru menyebutkan bahwa selain faktor genetik, pajanan sinar matahari yang tinggi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap munculnya nevus pigmentosus.4 Hasil penelitian mengenai epidemiologi dan pola penyakit kulit pada anak sangat bervariasi. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena faktor lingkungan dan sosial ekonomi serta kemudahan mengakses pelayanan kesehatan.6 Kondisi yang padat penduduk dan kurangnya kebersihan bertanggung jawab terhadap banyaknya kasus infeksi dan infestasi pada populasi di negara berkembang, sedangkan di negara maju lebih banyak kasus alergi. Faktor lain yang berpengaruh pada variasi hasil adalah subyek penelitian, pada populasi keseluruhan atau cuplikan. Pada beberapa penelitian menggunakan sampel anak sekolah yang kurang mewakili populasi yang sesungguhnya.11 KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa selama kurun waktu 1 tahun sejak Februari 2011 sampai dengan Januari 2012 terdapat 334 pasien anak baru di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta, terdiri atas 150 pasien laki-laki dan 184 pasien perempuan. Sebagian besar pasien berusia 0 – 2 tahun. Lima penyakit kulit anak yang terbanyak pada kurun waktu tersebut, secara berturut-turut adalah dermatitis, hemangioma, infestasi parasit, infeksi jamur dan infeksi bakteri. Saran dari penelitian ini adalah melakukan penelitian dengan uraian secara lebih rinci tentang pola penyakit dihubungkan dengan usia, status penyakit setelah pengobatan, maupun pemeriksaan penunjang yang dilakukan sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA 1. Accorsi S, Barnabas GA, Farese P, Padovese V, Terranova M, Racalbuto V, et al. Skin disorders and disease profile of poverty: analysis of medical records in Tigray. Northern ethiopia, 2005 – 2007. TRSTMH. 2009; 103: 469 – 75. 2. Bhatia V. Extent and pattern of paediatric dermatoses in rural areas of central India. Indian J Dermatol Venereol Lepr. 1997; 63: 22-5. 3. Figueroa JI, Hawranek T, Abraha A, hay RJ. Prevalence of skin disease in school children in rural and urban communities in the Illubabor province, South-Western Ethiopia: a preliminery survey. JEADV. 1997; 9: 142 – 8 4. Cassanova JM, Sanmartin V, Soria X, Baradad M, Martí RM, Font A. Childhood dermatosis in dermatology clinic of a general university hospital in spain. Actas Dermosifiliogr. 2008; 99; 111 – 8 5. Marrone R, Vignally P, Rosso A, et al. Epidemiology of skin disorders in ethiopian children and adolescents: an analysis of record from the italian dermatological centre, Mekelle, Tigray, Ethiopia, 2005 to 2009. Ped Dermatol. 2012: 1 – 6 6. Dogra S, Kumar B. Epidemiology of skin disease in school children: a study from Northern India. 2003; 20(6): 470 – 3 7. Hurwitz S. An overview of dermatologic diagnosis. Clin Ped Dermatol. Philadelphia: WB Saunders Company; 1993. h. 1 – 6 8. Kung W.F, Lo KK. Prevalence of skin disease among school children and adolescents in a student health service center in Hongkong. Ped Dermatol. 2000; 17(6): 440 – 6 9. Hon KL, Leung TF, Wong Y, Ma KC, Fok TF. Skin disease in chinese children at a pediatric dermatology center. Ped Dermatol. 2004; 21(2): 109 – 12 10. Miller T, Frieden IJ. Vascular tumors. Dalam: Freedberg IM, Elsesn AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz S, penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGrawHill; 2008. h.1164 – 72 11. Fauzia M, Zulkarnain I. Pola penyakit kulit pasien anak di instalasi rawat inap penyakit kulit dan kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya periode 2002 – 2006. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2007; 19(3): 183 – 96 12. Holland KE, Drolet BA. Infantile Hemangioma. Pediatr Clin N Am. 2010; 57: 1069–83 13. Gang AJ, Xiang S, Bin XS, Min J, Mei SG, Ying YD, et al. Quality of life of patients with scabies. JEADV. 2010; 24: 1187–91 23S