E:\JURNAL MDVI\MDVI Suplemen 20

advertisement
Artikel Asli
POLA PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
PADA ANAK DI BAWAH 14 TAHUN
DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA
Ratih Pramuningtyas, KalistaYuniar, Suci Widhiati, Indah Julianto, Harijono Kariosentono
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
FK Universitas Sebelas Maret /RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
ABSTRAK
Penyakit kulit menyeb abkan morbiditas yang tinggi, termasuk p ada anak. Prevalensi
dermatosis pada anak berkisar 34-87,7% dengan pola yang sangat bervariasi dan dipengaruhi
oleh banyak faktor. Informasi epidemiologi diperlukan untuk memantau perubahan pola penyakit
dan perencanaan pengelolaan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyakit kulit pada anak yang datang ke
Poliklinik kulit dan kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta maka data diambil dari catatan medik
pasien baru yang berusia di bawah 14 tahun, sejak Februari 2011 – Januari 2012.
Selama 1 tahun ditemukan 334 kunjungan pasien baru, laki-laki 150 (44,9%) dan perempuan
184 (55,1%). Berdasarkan kelompok usia, yang terbanyak adalah usia 1-2 tahun (38,6%).
Berdasarkan kategori penyakit, yang paling tinggi adalah infeksi (37,43%). Jika dilihat dari jenis
penyakit kulit pada anak, yang terbanyak adalah dermatitis (20,7%), diikuti oleh hemangioma
(19,2%), infestasi parasit (10,8%), infeksi jamur (10,2%), infeksi bakteri (8,9%), dan infeksi virus
(8,6%). Pasien yang berobat ke RS Dr. Moewardi berasal dari daerah Solo dan sekitarnya,
karena merupakan rumah sakit rujukan, terbanyak dari Solo diikuti Karanganyar dan Sukoharjo.
Penyakit kulit pada anak di RS dr. Moewardi yang terbanyak adalah dermatitis, diikuti
hemangioma dan infeksi. (MDVI 2012; 39/s: 19s - 23s)
Kata Kunci : Pola penyakit kulit anak, dermatitis, hemangioma, infeksi kulit
ABSTRACT
Korespondensi:
Jl. Kol. Soetarto No. 132 - Surakarta
Telp. 0271 - 634848
Email: [email protected]
Skin disease are a common cause of morbidity, including in children. Prevalence of dermatoses
in children ranged from 34 to 87.7% with a pattern that is highly variable and influenced by many
factors. Epidemiological information is useful in monitoring changes in disease trends and planning
health care programs
To determine the pattern of skin diseases in children who came to the Dermatology and
Venereology clinic at Moewardi Hospital. Data were collected from medical records of new patients
less than 14 years old, February 2011 - January 2012.
During one year, there were 334 new patients which consist of 150 men (44.9%) and 184
women (55.1%). Based on the age group, the largest is 1-2 years (38.6%). Based on the category
of disease, the highest is infection disease (37.43%). Dermatitis is the most common disease
(20,7%) followed by Hemangioma (19.2%), parasitic infestations (10.8%), fungal infections
(10.2%), bacterial infection (8.9%), and viral infections (8.6%). Patients who came to Moewardi
Hospital were come from solo and the surrounding area because it was a referral hospital, Solo is
the most common, followed by Sukoharjo and Karanganyar
The most common disease in Moewardi hospital is dermatitis followed by hemangioma and
infection disease.(MDVI 2012; 39/s: 19s - 23s)
Keywords : Pattern of skin disease, children, dermatitis hemangioma, skin infection
19 S
MDVI
PENDAHULUAN
Penyakit kulit merupakan masalah yang umum terjadi
di negara berkembang dan negara maju. Survei prevalensi
pada 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa seperempat
sampai sepertiga populasi menderita penyakit kulit,1 begitu
pula pada anak meskipun tidak menyebabkan mortalitas
namun menyebabkan morbiditas dan berpengaruh besar
terhadap psikologis anak. 2,3 Beberapa faktor dapat
berpengaruh terhadap munculnya penyakit kulit pada anak,
misalnya kepadatan penduduk, kondisi sosial ekonomi,
lingkungan, malnutrisi dan lain-lain. Anak sering terpajan
kondisi yang menyebabkan lebih mudah terkena penyakit
kulit, sebagai contoh faktor iklim misalnya suhu dan
kelembaban yang menyebabkan kolonisasi bakteri atau
jamur meningkat.3
Pada penelitian yang dilakukan di negara berkembang,
prevalensi dermatosis pada anak berkisar antara 34% - 87,7%.
Pada analisis diagnosis individual menunjukkan bahwa pada
negara maju dermatitis atopik merupakan kasus yang paling
banyak, berkisar 25 – 33%; sedangkan di negara
berkembang kasus infeksi dan infestasi lebih mendominasi.4
Informasi tentang epidemiologi penyakit kulit pada anak
penting untuk menentukan prevalensi, monitoring
perubahan kecenderungan penyakit dan perencanaan
program kesehatan untuk anak.3,5 Epidemiologi merupakan
cara langsung dan paling sederhana untuk mengevaluasi
penyebab penyakit pada populasi. 6 Data epidemiologi
penyakit kulit pada anak di Indonesia sampai saat ini masih
sangat kurang, bahkan di RS Dr. Moewardi Surakarta.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola
penyakit kulit pada anak di Instalasi Rawat Jalan Penyakit
Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta selama periode
Februari 2011 sampai dengan Januari 2012.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif,
menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien kulit
yang berusia kurang dari 14 tahun. Data yang dikumpulkan
adalah data kunjungan baru pasien kulit ke Instalasi Rawat
Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin Sub-bagian Dermatologi
Anak RS Dr. Moewardi Surakarta selama periode Februari
2011 sampai dengan Januari 2012. Data yang dikumpulkan
meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis penyakit kulit dan
domisili pasien.
HASIL
Selama periode 1 tahun, dari 653 total kunjungan pasien
ke Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin Sub-
20 S
Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 19 s - 23 s
bagian Dermatologi Anak RS Dr. Moewardi Surakarta,
ditemukan 334 kunjungan pasien kulit baru. Berdasarkan
jenis kelamin diperoleh pasien laki-laki sebanyak 150 (44,9%)
dan pasien perempuan 184 (55,1%). Karakteristik subjek pada
Tabel 1. Karakteristik kasus baru di Instalasi Rawat jalan RS.
dr.Moewardi periode Februari 2011 – Januari 2012
Kriteria subjek
Jenis Kelamin
 Laki-laki
 Perempua n
Usia
 0– 2
 2– 4
 4– 6
 6– 8
 8 – 10
 10 – 12
 12 - 14
Kategori Penyakit
 Alergi imunologi
 Infeksi dan Infestasi
 Infeksi Menular Seksual
 Eritroskuamosa
 Kosmetik
 Tumor Kulit
 Genodermatosis
Daerah rujukan
 Surakarta
 Sukoharjo
 Karanganya
 Sragen
 Boyolali
 Klaten
 Lain-lain
Jumlah
15 0
18 4
12 9
37
36
38
31
35
28
98
12 5
4
14
10
81
2
98
37
72
34
34
12
37
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan kelompok usia, yang terbanyak adalah
usia 0-2 tahun (38,6%); sedangkan kelompok usia yang lain
rerata jumlah kunjungan dalam satu tahun hampir sama.
Berdasarkan kategori penyakit yang paling tinggi adalah
infeksi (37,43%), diikuti oleh kategori alergi dan imunologi
(29,34%). Pasien yang datang ke instalasi rawat jalan
Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi sub-bagian
Dermatologi Anak lebih banyak berasal dari daerah di luar
Surakarta yaitu sebesar 70,66%.
Distribusi penyakit kulit anak di instalasi rawat jalan
penyakit kulit dan kelamin RS DR. Moewardi Surakarta periode
Februari 2011 – januari 2012 dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan tabel di atas, jenis penyakit kulit pada anak
yang terbanyak adalah dermatitis (20,7%), diikuti oleh hemangioma (19,2%), infestasi parasit (10,8%), infeksi jamur
(10,2%), infeksi bakteri (8,9%), dan infeksi virus (8,6%). Pada
gambar 1 memperlihatkan insidens dan jenis dermatitis yang
ditemukan selama kurun waktu 1 tahun; insidens tertinggi
R Pramuningtyas dkk.
Penyakit kulit dan kelamin pada anak di RS Dr. Moewardi Surakarta
pada penyakit dermatitis adalah dermatitis atopik, yaitu
sebesar 30% dari seluruh dermatitis.
Insidens penyakit infeksi bakteri yang datang ke
Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS dr.
Moewardi Surakarta dapat dilihat pada gambar 3. Jenis
penyakit infeksi bakteri yang paling banyak adalah impetigo bulosa sebesar 36%.
PEMBAHASAN
Gambar 1. Insidens penyakit dermatitis pasien anak di Instalasi
Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta
periode Februari 2011 – Januari 2012
Hemangioma menduduki peringkat kedua, dilanjutkan
oleh infestasi parasit yang hampir sebagian besar yaitu
97,22% adalah skabies dan sisanya merupakan cutaneus
larva migran. Pada posisi keempat adalah infeksi jamur
dengan distribusi penyakit dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Insidens penyakit infeksi jamur pasien anak di Instalasi
Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS dr. Moewardi Surakarta
periode Februari 2011 – Januari 2012
Gambar 3. Insidens penyakit infeksi bakteri pasien anak di Instalasi
Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS dr. Moewardi Surakarta
periode Februari 2011 – Januari 2012
Kulit merupakan organ pertahanan tubuh terluar yang
terus menerus terpengaruh oleh kondisi lingkungan dan
selalu beradaptasi dengan setiap perubahan lingkungan.
Walaupun struktur kulit anak dan dewasa tidak banyak
berbeda, namun kulit anak bukanlah miniatur kulit dewasa.
Secara umum gambaran klinis dan penyebaran penyakit kulit
pada anak sedikit berbeda dengan dewasa. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa keadaan, antara lain keadaan
kulit anak, higiene perorangan dan lingkungan, gizi, serta
aktivitas anak sehari-hari. Kulit bayi terutama neonatus pada
umumnya relatif lebih tipis, adneksa dan berbagai organ
belum sepenuhnya berfungsi sempurna. Oleh karena itu
kulit bayi relatif lebih peka, mudah mengalami iritasi dan
infeksi.7 Cukup tingginya insidens penyakit kulit pada anak
menyebabkan perlunya dilakukan penelitian epidemiologi.
Data epidemiologi tidak hanya berguna dalam
menganalisis prevalensi penyakit kulit, tetapi juga penting
dalam memantau perubahan pola penyakit sehingga dapat
merencanakan program kesehatan yang efisien. Frekuensi
penyakit kulit hanya dapat ditentukan secara akurat dengan
survei populasi skala besar, namun mahal dan memakan
waktu.8 Profil penyakit yang berasal dari data statistik rumah
sakit mungkin dapat menggambarkan pola penyakit pada
populasi.1
Pada penelitian ini, dilakukan pendataan pasien baru
yang berkunjung ke Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit
dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta dengan hasil jumlah
pasien anak baru sebanyak 334 orang dari total kunjungan
ke sub-bagian Dermatologi Anak sebesar 653, dengan rerata
kasus baru per bulan sebanyak 28. Berdasarkan jenis
kelamin, terdapat 150 pasien laki-laki (44,91%) dan pasien
perempuan sebanyak 184 orang (55,09%). Perbandingan
antara pasien laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Hal
tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan di India
dan cina, yaitu 50% pasien berjenis kelamin laki-laki.6,9
Berdasarkan usia, pasien terbanyak adalah pada
kelompok usia 0 – 2 tahun yaitu sebanyak 129 pasien
(38,62%). Pada kategori usia tersebut, jenis penyakit yang
terbanyak adalah hemangioma. Pada kelompok usia selain
0 – 2 tahun, rerata jumlah kasus baru di Poliklinik Kulit dan
Kelamin adalah sama. Hemangioma merupakan tumor jinak
yang sering ditemukan pada anak dengan insidens 10%
pada anak usia kurang dari 1 tahun.10
Berdasarkan kategori penyakit, yang paling banyak
ditemukan di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Kulit dan
Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta adalah infeksi dan
21 S
MDVI
infestasi yaitu sebesar 125 (37,43%) kunjungan pasien baru,
diikuti oleh alergi-imunologi sebesar 98 (29,34%). Penelitian
tentang epidemiologi penyakit kulit di India disebutkan
bahwa penyakit yang tersering ditemukan adalah infeksi.
Pada sebagian besar negara berkembang seperti India,
dengan banyak ditemukan malnutrisi, penduduk yang
padat, dan sanitasi buruk, penyakit kulit karena infeksi atau
ektoparasit misalnya skabies dan pedikulosis sering
ditemukan.6 Beberapa penelitian serupa di negara-negara
berkembang yaitu Nigeria dan Ethiopia juga menyebutkan
bahwa prevalensi penyakit kulit tertinggi adalah infeksi.4
Lima penyakit terbanyak yang ditemukan di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta adalah
dermatitis (25,15%), diikuti oleh hemangioma (19,2%),
infestasi parasit (10,8%), infeksi jamur (10,2%), dan infeksi
bakteri (8,98%). Pola penyakit terbanyak pada penelitian ini
menunjukkan persamaan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan Fauzia dan Zulkarnain di RSU Dr. Soetomo
Surabaya yakni penyakit dermatitis menduduki urutan
teratas, diikuti oleh infeksi virus dan infeksi bakteri.11
Pada dermatitis, insidens tertinggi adalah dermatitis
atopik sebanyak 25 (29,76%) pasien, diikuti dermatitis
numularis pada 15 (17,86%) pasien, pitiriasis alba pada 11
(13,10%) pasien dan dermatitis kontak pada 9 (10,71%)
pasien. Hal tersebut mendukung penemuan secara umum
bahwa dermatitis atopik cenderung mulai muncul pada usia
anak dan akan menghilang saat dewasa. Dermatitis atopik
adalah penyakit kulit yang umum ditemukan di seluruh dunia
dan prevalensinya terus meningkat. Polusi udara, pajanan
tungau debu rumah, food additive, frekuensi menyusui yang
berkurang dan kesadaran pasien meningkatkan angka
prevalensi dermatitis atopik.8 Penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian di Kuwait dan Turki, yaitu dermatitis
atopik adalah penyakit yang paling sering ditemukan dengan
prevalensi tertinggi pada bayi. Faktor risiko untuk dermatitis
atopik di negara berkembang masih belum
diketahui.Dermatitis kontak dapat berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan praktek budaya masyarakat
setempat, misalnya pemakaian herbal atau tanah pada lesi
kulit, ditambah dengan kondisi cuaca yang panas.5
Peringkat kedua terbanyak diduduki oleh hemangioma
infantil sebesar 19,2% yang banyak diderita pada anak
dengan rentang usia 0 – 2 tahun. Hemangioma merupakan
tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel
endotel pembuluh darah. Hemangioma pada anak terjadi
sebanyak 10 – 12%.8 Hemangioma memiliki karakteristik fase
proliferasi diikuti dengan fase involusi. Periode
pertumbuhan tumor yang paling cepat biasanya terjadi dalam
5 bulan pertama kehidupan, tetapi dapat terus berkembang
samapi usia 1 tahun,10 sehingga seringkali menimbulkan
kecemasan pada orang tua.12 Hal tersebut kemungkinan
dapat menyebabkan meningkatnya angka kunjungan
hemangioma. Hasil di atas sedikit berbeda dengan penelitian
yag dilakukan oleh Fauzia dan Zulkarnain dimana tumor
22 S
Vol 39 No. Suplemen Tahun 2012; 19 s - 23 s
berada pada urutan ke-9. Hal ini kemungkinan karena RS Dr.
Moewardi merupakan rumah sakit rujukan untuk daerah
sekitar Surakarta, bahkan sampai beberapa kota di Jawa
timur.
Pada urutan ketiga adalah infestasi parasit. Hampir
keseluruhan kasus adalah skabies yaitu sebesar 97% dan
sisanya adalah kutaneus larva migran. Hal tersebut
menunjukkan bahwa infeksi akibat parasit terutama skabies
masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di
negara yang sedang berkembang.11 Prevalensi skabies pada
populasi anak berkisar 50%. Skabies cukup mempengaruhi
kualitas hidup seseorang, meskipun tidak mengancam jiwa.13
eberapa faktor yang berperan dalam mempengaruhi
tingginya insidens skabies, antara lain kurangnya higiene
dan sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi,
dan rendahnya status sosial ekonomi. Secara teori, skabies
dapat menyerang semua golongan umur dan sangat mudah
menular. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan
pasien ataupun secara tidak langsung seperti melalui
pakaian, handuk, atau sprei yang terkontaminasi. 10 Pada
penelitian ini, pasien skabies yang berobat ke RS Dr.
Moewardi Surakarta banyak yang berasal dari pondok
pesantren atau asrama yang memiliki risiko transmisi
penyakit yang tinggi.
Pada urutan keempat terbanyak diduduki oleh penyakit
infeksi jamur. Kandidiasis merupakan penyakit yang paling
banyak ditemukan, yaitu sebesar 47% dari infeksi jamur,
diikuti oleh tinea (32,35%) dan pitiriasis versikolor (20,59%).
Pada penelitian ini, infeksi jamur lebih banyak diderita pada
anak usia di atas 6 tahun. Hal tersebut kemungkinan karena
lingkungan yang lembab saat beraktivitas. Di negara tropis
seperti Indonesia, iklim yang panas disertai kelembaban
yang tinggi menyebabkan meningkatnya pertumbuhan
jamur.8
Peringkat kelima jenis penyakit yang terbanyak adalah
infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada penelitian ini terdiri atas
pioderma dan morbus Hansen. Kasus infeksi yang
terbanyak adalah impetigo bulosa (36,67%), diikuti oleh
impetigo krustosa (20%), ektima (16,67% ), folikulitis (10%),
morbus Hansen (6,67%). Hasil tersebut serupa dengan
penelitian Fauzia dan Zulkarnain di Surabaya, yang
mendapatkan infeksi bakteri menempati urutan kelima
dengan kasus terbanyak adalah impetigo bulosa.11 Pioderma
merupakan infeksi jaringan kulit dan jaringan lunak di
sekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri patogen dan
menyebabkan munculnya respons berupa peradangan.
Faktor predisposisi penyakit piodermia, antara lain higiene
sanitasi yang kurang, gizi yang kurang, iklim yang panas
dan lembab.10
Penyakit kulit pada anak lain yang ditemukan pada
penelitian ini adalah infeksi virus, kelainan pigmen, urtikaria,
prurigo, infeksi menular seksual, dan lain-lain. Infeksi virus
yang paling sering ditemukan adalah moluskum
kontagiosum. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
R Pramuningtyas dkk.
Penyakit kulit dan kelamin pada anak di RS Dr. Moewardi Surakarta
dilakukan di Etiopia yang menemukan kasus moluskum
kontagiosum merupakan kasus infeksi virus yang
terbanyak.5 Kelainan pigmen pada penelitian ini terdiri atas
nevus pigmentosus dan vitiligo. Indonesia terletak di
katulistiwa dengan pajanan matahari yang cukup tinggi.
Beberapa penelitian terbaru menyebutkan bahwa selain
faktor genetik, pajanan sinar matahari yang tinggi
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap munculnya
nevus pigmentosus.4
Hasil penelitian mengenai epidemiologi dan pola
penyakit kulit pada anak sangat bervariasi. Perbedaan
tersebut mungkin disebabkan karena faktor lingkungan dan
sosial ekonomi serta kemudahan mengakses pelayanan
kesehatan.6 Kondisi yang padat penduduk dan kurangnya
kebersihan bertanggung jawab terhadap banyaknya kasus
infeksi dan infestasi pada populasi di negara berkembang,
sedangkan di negara maju lebih banyak kasus alergi. Faktor
lain yang berpengaruh pada variasi hasil adalah subyek
penelitian, pada populasi keseluruhan atau cuplikan. Pada
beberapa penelitian menggunakan sampel anak sekolah
yang kurang mewakili populasi yang sesungguhnya.11
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa selama
kurun waktu 1 tahun sejak Februari 2011 sampai dengan
Januari 2012 terdapat 334 pasien anak baru di Instalasi Rawat
Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Moewardi Surakarta,
terdiri atas 150 pasien laki-laki dan 184 pasien perempuan.
Sebagian besar pasien berusia 0 – 2 tahun. Lima penyakit
kulit anak yang terbanyak pada kurun waktu tersebut, secara
berturut-turut adalah dermatitis, hemangioma, infestasi
parasit, infeksi jamur dan infeksi bakteri.
Saran dari penelitian ini adalah melakukan penelitian
dengan uraian secara lebih rinci tentang pola penyakit
dihubungkan dengan usia, status penyakit setelah
pengobatan, maupun pemeriksaan penunjang yang dilakukan
sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Accorsi S, Barnabas GA, Farese P, Padovese V, Terranova M,
Racalbuto V, et al. Skin disorders and disease profile of poverty:
analysis of medical records in Tigray. Northern ethiopia, 2005
– 2007. TRSTMH. 2009; 103: 469 – 75.
2. Bhatia V. Extent and pattern of paediatric dermatoses in rural
areas of central India. Indian J Dermatol Venereol Lepr. 1997;
63: 22-5.
3. Figueroa JI, Hawranek T, Abraha A, hay RJ. Prevalence of
skin disease in school children in rural and urban communities
in the Illubabor province, South-Western Ethiopia: a
preliminery survey. JEADV. 1997; 9: 142 – 8
4. Cassanova JM, Sanmartin V, Soria X, Baradad M, Martí
RM, Font A. Childhood dermatosis in dermatology clinic of a
general university hospital in spain. Actas Dermosifiliogr.
2008; 99; 111 – 8
5. Marrone R, Vignally P, Rosso A, et al. Epidemiology of skin
disorders in ethiopian children and adolescents: an analysis
of record from the italian dermatological centre, Mekelle,
Tigray, Ethiopia, 2005 to 2009. Ped Dermatol. 2012: 1 – 6
6. Dogra S, Kumar B. Epidemiology of skin disease in school
children: a study from Northern India. 2003; 20(6): 470 – 3
7. Hurwitz S. An overview of dermatologic diagnosis. Clin Ped
Dermatol. Philadelphia: WB Saunders Company; 1993. h. 1 –
6
8. Kung W.F, Lo KK. Prevalence of skin disease among school
children and adolescents in a student health service center in
Hongkong. Ped Dermatol. 2000; 17(6): 440 – 6
9. Hon KL, Leung TF, Wong Y, Ma KC, Fok TF. Skin disease in
chinese children at a pediatric dermatology center. Ped
Dermatol. 2004; 21(2): 109 – 12
10. Miller T, Frieden IJ. Vascular tumors. Dalam: Freedberg IM,
Elsesn AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz S,
penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.
Edisi ke-7. New York: McGrawHill; 2008. h.1164 – 72
11. Fauzia M, Zulkarnain I. Pola penyakit kulit pasien anak di
instalasi rawat inap penyakit kulit dan kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya periode 2002 – 2006. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2007; 19(3): 183 – 96
12. Holland KE, Drolet BA. Infantile Hemangioma. Pediatr Clin
N Am. 2010; 57: 1069–83
13. Gang AJ, Xiang S, Bin XS, Min J, Mei SG, Ying YD, et al.
Quality of life of patients with scabies. JEADV. 2010; 24:
1187–91
23S
Download