PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN RAWA

advertisement
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN RAWA LEBAK
UNTUK PERIKANAN
Swamp Water Resource Use For Fishing
Sumantriyadi12*)
1
2
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sriwijaya Palembang
Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas PGRI
Palembang
*)
Penulis untuk korespondensi: Tel./Faks. +6281368971870
email: [email protected]
ABSTRACT
Public watersisarelatively largepool of waterthatare ownedandcontrolled by the
stateandused for the benefitandwelfare of the community. With an area ofopen
waterinIndonesiaaround13.28millionhainIndonesia,
whichincludes4,
167millionha
oflowlandshallow; 6,075millionha oflowlandmidand3.038millionhain thevalleyandis
spreadon the island ofSumatra, PapuaandKalimantan. Physicalparametersaffecting
theswampwaterstypically includetemperature, turbidity, while thechemicalfactorsthat
affectthe degree ofacidity, alkalinity, dissolved oxygen. The typesof fishthatcanlivein
thefloodwatersswampfishincludeCork, TomanFish, FishSepatSiam, TembakangFish,
FishPersuasion, Fishdamselfish. These fishbelong tofishblackfish(black fish).
Keywords: fish farming swamp, swampy, utilization.
ABSTRAK
Perairan umum adalah suatu genangan air yang relatif luas yang dimiliki dan
dikuasai oleh negara serta dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan luas perairan umum di Indonesia sekitar 13,28 juta ha di Indonesia yang meliputi
4.167 juta ha lebak dangkal; 6.075 juta ha lebak tengahan dan 3,038 juta ha lebak dalam
serta tersebar di Pulau Sumatera , Papua dan Kalimantan (Muthmainnah, 2011). Parameter
Fisika yang mempengaruhi perairan rawa biasanya meliputi suhu, kekeruhan, sedangkan
factor kimia yang mempengaruhi derajat keasaman, alkalinitas, oksigen terlarut. Jenis –
jenis ikan yang dapat hidup pada perairan rawa banjiran meliputi ikan Gabus, Ikan Toman,
Ikan Sepat Siam, Ikan Tembakang, Ikan Bujuk, Ikan Betok. Ikan-ikan ini tergolong jenis
ikan black fish (ikan hitam).
Kata Kunci: budidaya ikan, lebak, pemanfaatan, rawa
dan sebagai sumber air untuk kehidupan
rumah tangga, serta sebagai plasma nutfah
perairan.Pemanfaatan rawa lebak pada
kebanyakan daerah masih terbatas pada
pola perikanan tangkap.Perairan umum
daratan Indonesia ditaksir seluas 13,58
juta ha yang terdiri dari 12,0 juta ha
sungai dan paparan banjiran (flood
plains), 1,8 juta ha danau alam (natural
lakes) dan 0,05 juta ha danau buatan
(man-made lakes) atau waduk (reservoirs)
PENDAHULUAN
Perairan umum adalah suatu
genangan air yang relatif luas yang
dimiliki dan dikuasai oleh negara serta
dimanfaatkan untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat.Perairan umum
meliputi danau, waduk, rawa, dan
sungai.Pada umumnya perairan umum
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kegiatan transportasi, penangkapan ikan,
59
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
(Sukadi dan Kartamihardja, 1995).
Dengan luas perairan umum di Indonesia
sekitar 13,28 juta ha di Indonesia yang
meliputi 4.167 juta ha lebak dangkal,
6.075 juta ha lebak tengahan dan 3,038
juta ha lebak dalam serta tersebar di Pulau
Sumatera,
Papua
dan
Kalimantan
(Muthmainah, 2011).
Luas perairan
daratan di Sumatera Selatan sekitar 2,5
Juta ha terdiri dari 46% rawa, 33% sungai,
12% danau dan 9% kuala (Zain, 1982).
Perairan umum berdasarkan wilayah
terbagi menjadi 6 Kawasan yaitu :
Kawasan
budidaya,
lindung,
penangkapan, perhubungan, wisata dan
kawasan bahaya.
Kawasan budidaya
merupakan suatu lokasi untuk budidaya
meliputi lahan basah berupa rawa pasang
surut.
Salah satu daerah rawa pasang surut
di Propinsi Sumatera Selatan yang telah
direklamasi sejak tahun 1970 untuk
dikembangkan sebagai areal pertanian dan
pemukiman transmigrasi adalah jaringan
reklamasi rawa pulau Rimau yang berada
dalam
wilayah
Kabupaten
Musi
Banyuasin dengan luas keseluruhan
22.600 hektar (Anonim,1998).
Berdasarkan kedalaman genangan
air maksimumnya lahan rawa lebak
diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu
lahan rawa lebak dangkal dengan
kedalaman genangan air maksimum 50
cm, rawa tengahan 50 - 100 cm, dan rawa
lebak dalam lebih dari 100 cm (Waluyo
dkk, 2008).
Gambar 1. Grafik Hubungan Tinggi Genangan Rawa Lebak, Curah Hujan dan
TinggiPermukaan (Sumber : Waluyo dkk, 2008).
Pemanfaatan rawa lebak untuk
perikanan biasanya pada rawa tengahan
dan dalam.Perairan rawa tengahan dan
rawa lebak dalam memungkinkan untuk
budidaya perikanan karena biasanya
tergenang air cukup lama dan bahkan ada
yang tidak kering sepanjang tahun.
Selama ini budidaya yang dilakukan
di lahan rawa lebak masih terpokus pada
pertanian rawa lebak.Usaha pertanian
pada rawa terpokus pada penanam
padi.Pemanfaatan perairan rawa dalam
bidang perikanan masih terbatas pada pola
penangkapan di alam. Pemanfaatan
perairan rawa lebak untuk budidaya masih
sangat terbatas dikarenakan masyarakat
masih
mengandalkan
hasil
tangkapan.Sedangkan potensi ini sangat
mungkin dikembangkan untuk industri
perikanan budidaya yang nantinya dapat
mengubah pola nelayan dari biasa
menangkap menjadi pola budidaya.
KEADAAN PERAIRAN UMUM
Keadaan perairan umum Sumatera
Selatan yang begitu luas, dimana pada
bagian hilir sungai dicirikan oleh kadar
60
59
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
oksigen rendah, arus lemah dan dasar
predator yang tentunya akan memangsa
perairan berupa pasir atau lumpur .Pada
ikan budidaya.
waktu musim hujan air melimpah ke sisi
Kebanyakan biota perairan peka
badan sungai dan waktu musim kemarau
terhadap setiap perubahan lingkungan
air limpahan tadi akan mengalir kembali
baik yang terjadi karena fenomena alam
ke badan sungai. Pada proses ini besar
atau
karena
dampak
kegiatan
kemungkinan terbentuk pengendapan
manusia.Komposisi fisika dan kimia
sehingga terbentuk secara alami oleh
perairan sangat erat kaitannya dengan
lumpur bersama ranting, rumput dan
geomorfologi daerah aliran sungai, tipe
daun-daunan. Proses ini bisa terjadi dalam
sungai dan siklus hidrologi yang
waktu yang lama, sehingga secara tidak
semuanya dipengaruhi oleh aktivitas
langsung
lebak
menerima
dan
manusia dan pola iklim (Gallagher, 1999).
mengeluarkan air lewat pematang bagian
Pola siklus air di rawa lebak dipengaruhi
atas. Sering juga ditemukan lekukanoleh tinggi rendahnya permukaan sungai.
lekukan dan alur-alur air yang dibuat
Sumatera Selatan dialiri oleh Sembilan
petani
atau
nelayan
perairan
sungai yang bermuara di Sungai Musi.
umum.Pembukaan lahan menimbulkan
Kepekaan biota terhadap perubahan
dampak menurunnya produksi di sektor
lingkungan baik yang terjadi karena
perikanan, kondisi ini dapat dilihat dari
fenomena alam ataupun dampak dari
hilangnya beje (areal perikanan atau
kegiatan manusia dapat diatasi dengan
tambak di air rawa) dan tatah (teknik
pola perikanan budidaya. Ikan-ikan
penangkapan ikan secara tradisional).
domestic yang hidup dirawa lebak dapat
Beje yaitu areal perikanan atau tambak di
dijadikan sebagai sebagai ikan budidaya
lahan rawa yang dibuat oleh masyarakat.
dengan
melakukan
domestifikasi.
Berdasarkan
letaknya
lebak
Kegiatan perikanan sangat tergantung
dibedakan atas a) lebak pinggiran, yaitu
pada kualitas dan kuantitas sumberdaya
lebak paling hulu, biasanya tidak luas; b)
perairan dan stok ikan yang tersedia di
lebak tengah, peranannya sangat penting
perairan rawa lebak.
karena disini memiliki jumlah massa ikan
yang paling banyak; c) lebak delta pantai,
PARAMETER KUALITAS AIR
yaitu lebak dekat pantai yang dipengaruhi
pasang surut laut. Lebak ini dapat
Parameter
Fisika
yang
dimanfaatkan untuk sector perikanan
mempengaruhi perairan rawa biasanya
budidaya. Perikanan budidaya yang dapat
meliputi suhu, kekeruhan, sedangkan
diterapkan dengan keramba bambu atau
factor kimia yang mempengaruhi derajat
kayu, pen system dikarenakan biasanya
keasaman, alkalinitas, oksigen terlarut,
daerah lebak banyak dihuni hewan-hewan
BOD dan COD.
seperti ular, biawak dan ikan-ikan
Tabel 1. Kualitas Air di Perairan Umum Lahan Rawa DAS Musi Kabupaten Muara Enim
dan Musi Banyuasin Sumatera Selatan
Parameter
Lokasi
Muara Enim
Musi Banyuasin
Suhu(0C)
28-30
27-30
pH (unit)
5,5-6,5
5,5-6
Oksigen terlarut
4,0-5,5
3,7-5,0
Karbondioksida (mg/l)
5,0-7,5
5,5-7,0
Warna Air
Kuning, kecoklatan, kehitaman
Kuning kecoklatan
Sumber : Said (2004)
59
61
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
Tabel 2. Kualitas Air di Perairan Umum Lebak eluk Gelam Kabupaten OKI Sumatera
Selatan
Parameter
Musim
Kemarau
Musim Hujan
0
Suhu( C)
27-30
28
pH (unit)
6,0
5,5-6
Oksigen terlarut (mg/l)
4,68-4.93
4.95,7-5,6
Karbondioksida (mg/l)
3,52-7,92
7.92-14.96,0
Sumber Dharyati (2002)
Pada umumnya kualitas perairan
rawa lebak berfluktuasi tidak signifikan
masih baik untuk pemanfaatan ikan
budidaya.Suhu air sangat mempengaruhi
laju proses metabolism dan pertumbuhan
ikan. Suhu yang layak untuk hidup dan
pertumbuhan ikan terutama pada ikan
tropik, yaitu antara 18-30oC. Kekeruhan
secara langsung dapat mempengaruhi
penetrasi cahaya matahari dalam air, yang
selanjutnya
dapat
menganggu
produktivitas biologi perairan. Untuk
kegiatan perikanan kekeruhan yang masih
dapat ditolerir adalah maksimum 100 mg
SiO2/L. indicator yang lain dapat
dijadikan sebagai indicator kekeruhan
adalah kecerahan atau daya penetrasi
cahaya.
Umumnya sinar matahari dapat
menembus kedalaman 9 m. Masyarakat
dapat mengetahui tingkat kecerahan
dengan menggunakan alat bantu berupa
lempengan logam dengan diberi tali dan
ditenggelamkan sampai batas lempengan
tersebut tidak terlihat lagi dan diukur
berapa dalam tali tersebut.
Beberapa faktor kimia yang
mempengaruhi kehidupan ikan antara lain
derajat keasaman.
Derajat keasaman
menunjukkan nilai logaritma negative dari
konsentrasi ion H+. Ikan mempunyai
toleransi yang terbatas terhadap nilai pH
kurang dari 5 dan lebih dari 9, sedangkan
derajat keasaman optimal bagi ikan adalah
pH 6,5-8.5. Parameter kualitas air yang
mendukung untuk kehidupan ikan, pH
yang ideal untuk ikan air tawar adalah
antara 6,5-8,5 (NTAC, 1968). Beberapa
keasaman di perairan antara lain
karbondioksida yang di dalam air
membentuk asam karbonat, adanya asam
(humus), dan adanya asam mineral yang
berasal dari lahan sulfat masam atau dari
buangan industri (Hutchinson, 1957). Air
yang asam kurang baik bagi kehidupan
ikan (Boyd, 1990), namun banyak jenis
ikan yang dapat bertahan pada perairan
dengan pH< 5 (Gaffar dan Husnah, 1988).
Kendala utama pada perairan rawa lebak
pada umumnya mempunyai kandungan
pH yang rendah biasanya pH berkisar 3-4.
Umumnya pH rendah tersebut pada
perairan rawa lebak yang tergenang tidak
terjadinya pergantian air dalam waktu
yang lama. Bagi masyarakat yang ingin
memelihara ikan sebaikya rawa tersebut
sebelum diperlihara dapat dikapur
CaO3(jika sudah dalam bentuk kolam).
Untuk budidaya ikan menggunakan
keramba dan pen system pada perairan
terbuka
sebaiknya
ikan
yang
dibudidayakan merupakan jenis ikan yang
dapat bertahan pada kondisi pH rendah.
Jenis ikan yang dapat dipelihara pada
kondisi ini berupa ikan gabus, ikan toman,
ikan tambakan (sapil), gurami, baung,
betutu, bujuk, betok dan ikan sepat siam.
Budidaya ini akan sangat menguntungkan
karena ikan tangkapan dari alam semakin
lama semakin sedikit. Selain itu harga jual
ikan-ikan ini masih cukup mahal
dikarenakan semakin langka dengan
ukuran konsumsi.
Oksigen
terlarut
merupakan
komponen penting dan dapat menjadi
faktor
pembatas
untuk
kehidupan
ikan.Konsentrasi dan fluktuasi oksigen
terlarut yang dibutuhkan ikan tergantung
jenis dan ukurannya.Untuk pertumbuhan
dan hidup ikan membutuhkan konsentrasi
oksigen terlarut lebih besar dari 4 mg/l.
Apabila terjadi fluktuasi, misalnya
62
59
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
mendekati 0, dapat ditolerir oleh ikan asal
jangan lebih dari 2 jam (Swingle,
1968).Untuk ikan-ikan perairan rawa
umumnya lebih tahan terhadap kandungan
oksigen terlarut rendah, biasanya ikan
yang hidup pada perairan rawa pada
umumnya dapat mengambil oksigen di
permukaan
dan
mempunyai
alat
pernapasan tambahan seperti Labirint,
arborecent, diverticula.
Umumnya alkalinitas pada rawa
sangat rendah berkisar 8-18 CaCo3/l
(Gaffar dan Husnah, 2005). Rendahnya
alkalinitas
menyebabkan
rendahnya
kemampuan penyangga sehingga pH air
dapat berubah dengan cepat walaupun
hanya kemasukan asam lemah (Swingle,
1968). Adanya perubahan pH yang yang
disebabkan oleh alkalinitas suatu perairan
rawa tidak dapat dihindari, tapi bagaimana
memanfaatkan perairan rawa untuk
budidaya ikan yang tahan terhadap tingkat
keasaman yang rendah.
Selain factor kimia dan fisika
perairan, yang ikut berperan adalah factor
biologi perairan. Factor biologi perairan
dapat
memberikan
indikasi
bagi
kesuburan perairan, kualitas air dan
ketersediaan makanan alami. Untuk
mengetahui tingkat kelayakan biologis
melalui pengamatan keragaman hayati.
Penurunan
dan
hilangnya
keanekaragaman hayati ikan dan organism
akuatik lainnya dapat disebabkan oleh
perubahan
dan
degradasi
habitat,
pencemaran dan eksploitasi sumberdaya
ikan yang bersifat selektif (Jusuf, 2009).
Kehilangan keragaman hayati ikan
dan organism akuatik bisa disebabkan
oleh kandungan bahan organic terlarut dan
bahan
organic
sedimen.
Masalah
pencemaran umumnya yang terjadi pada
perairan rawa disebabkan oleh hasil
limbah pertanian seperti pestisida dan
herbisida,
sedangkan
ekploitasi
sumberdaya biasanya disebabkan dengan
penggunaan setrum dan potas serta racun
pertanian. Penggunaan bahan - bahan
tersebut akan merusak ekosistem rawa
lebak banyak telur ikan dan benih
berbagai jenis-jenis ikan akan mati.
Budidaya
ikan
yang
dapat
diterapkan di lahan rawa lebak antara lain
sistim pagar, kolam bejek, dan sistim
surjan. Sistim pagar lebih cocok
diterapkan pada lahan rawa berfluktuasi
air hanya sedikit, jenis ikan yang
dipelihara tidak lama dan dapat
memanfaatkan pakan alami secara
optimal. Kolam bejek merupakan kolam
jebakan dimana pada musim hujan air
mengenangi permukaan lebih luas dan
sedangkan pada musim kemarau sebagian
area menjadi kering, dengan demikian
ikan akan mencari bagian yang berair
dalam.
Sistem ini dapat diterapkan dengan
pola kemasyarakatan (Gaffar, 2007).
Masyarakat dapat memanfatkan bersama
dengan sistim lelang lebak lebung pada
masyarakat
kabupaten
OKI
dan
Banyuasin. Kendala yang dihadapi
masyarakat sering berbenturan dengan
kepentingan
pemerintah,
dari
sisi
pemerintah ingin mendapatkan PAD yang
tinggi dan disisi lain masyarakat tidak
dapat memanfaatkan rawa lebak karena
sudah
dikuasai
pengemin(pemenang
lelang).
Penanganan
penurunan
keanekaragaman ikan dan produksi
perikanan
dilakukan
dengan
mendomestikasi (menjinakkan ikan liar
pada kondisi terkontrol), membenihkan,
dan merestoking beberapa jenis ikan
predator ataupun ikan pada tropic level
rendah (Husnah, 2008). Domestikasi tidak
mudah sebab ikan liar di perairan umum
dengan segala kebebasan kemudian
dipaksa hidup ditempat terbatas dan
dengan makanan tertentu. Diperlukan
pengetahuan biologi ikan agar dapat
dilakukan manipulasi pengaturan kondisi
lingkungan dan adaftasinya. Bila ikan
jadi stress, maka ikan tidak mau makan
dan akan bergerak liar, bahkan
menabrakkan kepalanya kesangkar agar
untuk membebaskan diri. Luka yang
63
59
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
timbul bisa menyebabkan kematian
bentulu, betutu, biran, botia, brengit,
(Arsyad, 2003).
buing, bujuk, buntal, damaian, gabus,
Untuk
mencegah
terjadinya
jelawat, juaro, kepa, keperas, lais, lambak,
kematian diperlukan suatu wadah
lampam, lele, lida, lundu, palau, riu-riu,
pemeliharaan selektif, agar ikan dapat
sapil,
sebarau,
seberas,
selincah,
hidup dan tidak luka.Untuk mengatasi hal
semuringan, sepat daun buluh, sepat mato
tersebut sebaiknya digunakan kain happa
merah, sepat siam, sepatung, sepengkah,
yang lembut sehingga ikan dapat
serkoh, setambun, sihitam, siumbut, tapah,
diselamatkan. Jenis-jenis ikan yang
tebengalan, tembakang, tilan, toman,
terdapat di rawa banjiran sungai Musi
udang galah, belida, serandang (Gaffar
Kayuara dan perairan rawa banjiran di
dan Husnah, 2005). Jenis dan cara operasi
sungai Musi bagian Hilir terdapat 45 jenis
alat tangkap diperairan rawa banjiran
ikan yang hidup pada perairan rawa
Sungai Musi Kecamatan Sekayu dapat
meliputi ikan aro mato merah, baung,
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Alat tangkap dan cara operasional alat tangkap dirawa Banjiran Sungai
Musi Kecamatan Sekayu.
No
Alat Tangkap
1. Tajur (pote and line)
2. Rawai (set longlines)
3.
4.
5.
6.
7
8.
9
Jaring (gillnets)
Corong (Filtering funnel)
Bubu (silindric pot traps)
Bengkirai
Jala
Empang batas
Bekarang
Operasional Alat
Pasif, umpan, selekstif, tepi perairan
Pasif, umpan, selektif, tiap unit dengan 100-200 hook, pada
bagian perairan terbuka.
Pasif, non selektif, pada perairan terbuka
Pasif, non selektif, perairan deras.
Pasif, perangkap, umpan, selektif, dibawah pohonan
Pasif, perangkap, selektif , dilebak berumput
Aktif, non seletif, perairan terbuka
Pasif, non selektif, dibatas sungai dan lebak.
Aktif, non selektif, berbagai alat bantu, di lebung
(Sumber Gaffar dan Fatah, 2006)
Alat /cara penangkap umumnya tidak
selektif untuk ukuran ikan, ikan yang
tertangkap pada semua ukuran yang dapat
merusak keberlanjutan spesies ikan. Jenis –
jenis ikan yang dapat dibudidaya pada
perairan rawa banjiran meliputi ikan Gabus,
Ikan Toman, Ikan Sepat Siam, Ikan
Tembakang, Ikan Bujuk, Ikan Betok, ikan
sapil, tembakang, ikan, serandang, belida
dan lain-lain. Ikan-ikan ini tergolong jenis
ikan Black fish (ikan hitam). Potensi untuk
budidaya untuk pembesaran masih sangat
luas, pakan alami masih banyak di alam
baik ikan kecil maupun pakan alami untuk
ikan herbivora.
KESIMPULAN
Pemanfataan rawa lebak sebagai
tempat budidaya masih terbuka sangat luas.
Pemanfaatan rawa lebak masih sebatas
penangkapan, hal ini sudah tentu tidak akan
mendidik
masyarakat
untuk
dapat
59
64
memanfaatkan daerah rawa untuk budidaya.
Sebagian peneliti mengatakan parameter
fisika-kimia perairan sangat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas suatu daerah terutama
rawa lebak, tetapi kenyataan di alam ikan
dapat tumbuh dengan baik walaupun
kondisi perairan kurang mendukung.
Berdasarkan hal tersebut maka
masyarakat dapat memanfaatkan rawa lebak
untuk perikanan budidaya, sayang sekali
rawa lebak yang begitu luas tidak
termanfaatkan oleh masyarakat nelayan.Ini
perlunya dukungan dari pemerintah sebagai
salah satu pengentasan kemiskinan dan
penciptaan lapangan pekerjaan.Yang perlu
menjadi perhatian adalah bagaimana
mengelola kekayaan sumberdaya perairan
rawa lebak agar dapat bermanfaat untuk
masyarakat.Untuk dapat melakukan hal
tersebut maka perlu sinergi antara
pemerintah, nelayan atau petani ikan dan
lain-lain agar sumberdaya dilahan rawa
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 9, Nomor 1, Desember 2014
lebak yang kita miliki dapat berdaya guna
serta tetap lestari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan
kepada Siti Herlinda yang telah membantu
dalam penyelesain tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M.N. 2003. Membangun Perikanan
Perairan Umum Berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal ilmu-ilmu perikanan dan
Budidaya Perairan.Vol 1 (1) Desember
2003.
Boyd, CE. 1990. Water quality in ponds
for aquaculture. Auburn University,
Alabama.
Dhayati, E. 2002.Upaya Penebaran benih
Baung (Mystus nemurus) merupakan
kiat
melestarikan
sumberdaya
peerikanan di lebak teluk gelam
kabupaten OKI.Prosiding Seminar
Nasional Forum Perairan Umum
Indonesia
VI.
Palembang,
18
Nopember 2009. BRPPU-BRKP-DKP.
ISBN: 978-602-95862-1-3.
Gaffar, A. K. 2007. Karakteristik Perikanan
Rawa
Banjiran
di
Sumatera
Selatan.Prosiding Forum Perairan
Umum Indonesia IV. Palembang, 30
Nopember 2007. BRPPU-BRKP-DKP.
ISBN: 978-979-1156-10-3.
Gaffar, AK dan Husnah.1988. Kemampuan
Adaftasi Beberapa Jenis Ikan di Kolam
Rawa Masam.
Buletin Penelitian
Perikanan Darat. 8(2):1-9
Gaffar, AK dan Husnah. 2005. Beberapa
parameter fisika-kimia perairan rawa
banjiran sungai Musi Sumatera Selatan.
Prosiding
Seminar
Nasional
Perikanan.Jakarta,
4-5
Desember
2008.Pusat Penelitian dan pengabdian
Pada Masyarakat Sekolah Tinggi
Perikanan.ISSN 1978-7278.
Gaffar, AK dan K. Fatah. 2006.
Pemanfaatan rawa lebak air tawar
untuk perikanan tangkapdi Sumatera
Selatan.
Pros.
Seminar
asional
Pengelolaan Lahan Terpadu.pp103109.Balai Penelitian Pertanian lahan
Rawa. Dep. Pertanian.
Jusuf, G. 2009. Dukungan Penelitian untuk
Pengelolaan Perikanan di Perairan
Umum Daratan Indonesia Bagi
Kesejahteraan
Masyarakat.Prosiding
Seminar Nasional Forum Perairan
Umum Indonesia VI. Palembang, 18
November 2009. BRPPU- BRKP-DKP.
ISBN 978-602-95862-1-3.
Husnah.2008.
Pengelolaan Sumberdaya
Perairan Umum dan Perikanan di
Daerah Aliran Sungai Musi.Prosiding
Forum Perairan Umum Indonesia IV.
Palembang, 30 Nopember 2009.
BRPPU-BRKP-DKP. ISBN: 978-9791156-10-3.
Hutchinson, DE. 1957. A Treatise on
Limnology Vol.I. John Wiley and
Sons, Inc, New York.
Muthmainah, D. 2011.
Pengelolaan
Partisipatif Perikanan Perairan Umum
Rawa Lebak. Prosiding Forum Perairan
Umum Indonesia ke-8. Palembang, 26
September 2011. BRPPU-BRKP-DKP.
ISBN: 978-062-8380-05-8..
NTAC.1968. Water Quality Criteria,
Federal Water Pollution Control
Administration. Washington DC.
Swingle, A.S. 1968. Standardization of
Chemicaland Analisys for Water and
Pond Muds.FAO World a Symposium
on
Warm
Water
Pond
Fish
Cultur.Fishery Report 44 (4).
Waluyo, Suparwoto dan Sudaryanto. 2008.
Fluktuasi Genangan Air Lahan Rawa
Lebak Dan Manfaatnya Bagi Bidang
Pertanian Di Ogan Komering Ilir.
Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2
Hal. 57 - 66 Jakarta.
5965
Download