BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setiap orang tua memang memiliki latar belakang pandangan, keyakinan, pertimbangan maupun penyikapan tersendiri tentang konsep pendidikan seksual untuk anak. Latar belakang yang di miliki orang tua tersebut yang memberikan pengaruh pada bentuk pendidikan seksual yang diberikan pada anak. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap BAB IV, berikut merupakan kesimpulan yang peneliti peroleh: Perbedaan pendapat maupun kontroversi yang terdapat dalam masyarakat seputar pendidikan seksual anak memang dipengaruhi oleh adanya keyakinan dan nilai yang dianut oleh masing-masing orang, yang mana terdapat pandangan bahwa pendidikan seksual mungkin saja menjadi kontra dengan nilai atau norma tersebut. Namun dari hasil penelitian ini justru membuktikan bahwa didalam memberikan pendidikan seksual pada anak justru tergambar jelas nilai-nilai dan norma yang dianut orang tua. Meski tidak semua responden menaruh perhatian lebih tentang bagaimana menanamkan nilai dan norma agama dalam pendidikan seksual. Namun dari temuan peneliti terdapat responden yang begitu terbuka dengan pendidikan seksual dan mengemasnya dengan tidak melepaskan proses pendidikan seksual dari nilai dan norma-norma agama. Ajaran agama justru dijadikan orang tua sebagai acuan dan arahan dalam membimbing anak-anaknya. Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai agama memberikan bingkai pada proses pendidikan seksual yang diberikan dan bukan justru dipisahkan apalagi dipertentangkan. Sehingga norma atau nilai agama justru semakin menguatkan proses pendidikan seksual yang diberikan Terlepas dari pro dan kontra yang ada orang tua memiliki pandangan bahwa dewasa ini memberikan pendidikan seksual pada anak penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan selain untuk memberikan bekal pengetahuan seputar seksualitas pada anak juga sebagai upaya penjagaan diri anak dari hal-hal Lina Halimah, 2016 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 80 yang dapat membahayakan diri anak. Selain itu sebuah pembiasaan termasuk pembiasaan seputar seksualitas perlu dilakukan sedini mungkin agar anak menjadi terbiasa melakukannya dan pembiasaan tersebut menjadi bagian dari karakter anak. Orang tua juga memiliki kesadaran tentang gencarnya pengaruh teknologi informasi yang berkembang saat ini, dapat turut memberikan peluang besar bagi anak terpapar pornografi atau informasi seksualitas yang keliru. Kondisi ini semakin mendorong orang tua melakukan komunikasi yang baik tentang teknologi dan seksualitas agar anak tidak menjadikan teknologi sebagai sumber utama informasi seksualitasnya, karena belum tentu tepat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Teknologi memang seperti dua sisi mata uang, potensi baiknya menstimulus anak berpikir kritis terhadap banyak hal namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa teknologi memiliki efek bahaya bagi perkembangan anak itu sendiri. Hal ini yang menjadi tantangan sekaligus juga menjadi sumber kekhawatiran orang tua dalam membesarkan anak. Sajian informasi yang diterima anak bukan tidak mungkin akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap banyak hal, tidak terkecuali seputar permasalahan seksualitas. Untuk itu ibu mengambil sikap berdialog dan bernegosiasi dalam mengatur penggunaan teknologi sebaik mungkin, untuk mengurangi efek negatif dari teknologi terhadap anak. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil temuan peneliti berikut beberapa rekomendasi yang dapat peneliti berikan kepada beberapa pihak. 1. Orang tua Pendidikan seksual yang diterapkan orang tua dalam suatu keluarga memang berbeda dari keluarga lainnya. Hal ini dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang diyakini dan dianut oleh keluarga tersebut. Memang dalam setiap proses belum tentu sempurna, oleh karenanya orang tua perlu terus mempersiapkan diri dengan ilmu pengetahuan yang memadai agar anak Lina Halimah, 2016 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 81 memperoleh pendidikan seksual yang tepat dan sesuai serta lebih memprioritasnya kepentingan anak. 2. Sekolah Belum meratanya sekolah, terutama sekolah pendidikan anak usia dini yang memberikan bekal pendidikan seksual pada anak. Hal ini sungguh disayangkan mengingat diluar sana keselamatan anak menjadi sebuah taruhan. Tanpa bekal yang memadai anak dihadapkan pada ancaman dari pihak-pihak lain yang hanya ingin mengambil kepentingan semata dari anak. Oleh karenanya kiranya pihak sekolah sebagai lingkungan kedua anak setelah lingkungan rumah perlu memberikan bekal kesiapan pada anak untuk menghadapi berbagai bahaya seputar kekerasan seksual maupun mempersiapkan anak menghadapi perkembangan seksualitasnya sendiri sehingga terhindar dari kebingungan ketika mengalaminya. 3. Penelitian selanjutnya Penelitian ini tentu masih terbatas pada sedikit dari begitu banyak lingkup kondisi masyarakat. Sehingga sangat mungkin masih banyak hal yang belum terungkap. Oleh karenanya peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya memperluas subjek penelitian dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi yang beragam, misalnya dari latar belakang ekonomi dan pendidikan kelas bawah dan atas sehingga dapat memberikan gambaran lebih luas tentang persepsi maupun proses pendidikan seksual yang diberikan kepada anak. Sementara dalam penelitian ini subjek memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang menengah. Selain itu variasi subjek penelitian juga dapat diperluas, dalam penelitian ini sudut pandang dan proses yang diambil seputar pendidikan seksual untuk anak lebih banyak dari sisi ibu. Penelitian lebih lanjut mungkin dapat dilakukan penelitian lebih mendalam tentang peran ayah, pengasuh atau keluarga dekat lainnya seperti nenek dan kakek dalam proses pendidikan seksual anak, sehingga dapat memberikan sumbangsih ilmu yang lebih luas dan mendalam bagi dunia pendidikan anak usia dini. Lina Halimah, 2016 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu