tulisan_ketimpangan_ekonomi_purwantoro

advertisement
Keluarga, Penentu Ketimpangan Ekonomi
Ketimpangan meningkat hampir di manapun. Hal ini bukanlah akibat dari politik, dan tidak juga politik dapat
membalikkan kondisi ketimpangan tersebut. Masalahnya jauh lebih berakar karena ketimpangan adalah
produk yang tak terelakkan dari sistem kapitalis. Upaya untuk memperluas kesetaraan kesempatan pada
akhirnya dapat meningkatkan besarnya ketimpangan - karena beberapa individu atau kelompok masyarakat
memang lebih “mampu” daripada yang lain dalam memanfaatkan peluang untuk pengembangan dan
kemajuan kinerja ekonomi mereka. Masalah ini jika dibiarkan dan tidak terselesaikan pada umumnya dapat
mengikis tatanan sosial dan menghasilkan reaksi populis yang membenci sistem kapitalis.
Kapitalisme adalah sistem hubungan ekonomi dan sosial yang ditandai dengan kepemilikan pribadi,
pertukaran barang dan jasa oleh individu secara bebas, dan penggunaan mekanisme pasar untuk
mengendalikan produksi dan distribusi dari barang maupun jasa. Dalam beberapa dekade terakhir,
perkembangan dalam bidang teknologi, keuangan, dan perdagangan internasional telah menghasilkan
gelombang baru yang membuat hidup semakin tidak merata.
Pada awalnya, kehidupan bermasyarakat banyak diatur oleh lembaga adat yang menomorduakan hak
individual untuk berbagai keperluan komunal, politik, maupun agama. Lembaga-lembaga ini terus menekan
agar tidak terjadi perubahan, menghalangi individu untuk dapat “menonjol” dan membuat “kemajuan”
pribadi namun di sisi lain berfungsi baik dalam melindungi manusia dari berbagai pengaruh akibat “naikturunnya” kehidupan.
Dalam sebagian besar dari sejarah kehidupan manusia, sumber utama ketidakamanan adalah alam. Dalam
masyarakat seperti itu, seperti diungkap Karl Marx, sistem ekonomi dibentuk berorientasi stabilitas dan
stagnasi. Munculnya kapitalisme memberi individu lebih banyak kontrol dan sekaligus membebankan lebih
banyak tanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri – suatu konsep yang terbukti berpengaruh baik
sekaligus buruk, memungkinkan untuk tercapainya kemajuan ataupun mempercepat kemunduran.
Masyarakat kapitalis, berorientasi terhadap inovasi dan dinamisme, untuk penciptaan pengetahuan baru,
produk baru, dan mode baru produksi dan distribusi. Semua ini telah menggeser sumber ketidakamanan dari
faktor alam kepada perekonomian.
Dari masa lalu, masyarakat telah menetapkan peran dimana kebanggaan seseorang akan diri mereka dan
pengakuan yang timbul dari orang lain hanya bisa diperoleh jika mereka memiliki pekerjaan. Hal ini
kemudian menjadi masalah dalam pasar kapitalis yang dinamis, karena pengangguran adalah sesuatu yang
tidak terhindarkan.
Pembagian kerja yang diciptakan oleh pasar berarti bahwa setiap pekerja diarahkan untuk memiliki
keterampilan yang sangat khusus dan cocok hanya untuk suatu jenis pekerjaan tertentu. Pasar sendiri terus
menciptakan pergeseran keinginan, dan meningkatnya permintaan untuk produk baru berarti penurunan
permintaan untuk produk yang lama. Seseorang yang hidupnya telah dikhususkan untuk berperan dalam
proses produksi suatu produk yang telah using tentu akan kehilangan pekerjaan. Tanpa adanya pelatihan
tidak mungkin bagi mereka untuk mencari pekerjaan baru. Teknologi mekanisasi produksi sendiri juga telah
menyebabkan hilangnya banyak pekerjaan. Kreativitas dan inovasi yang menjadi ciri kapitalisme memang
selalu dibayangi oleh rasa tidak aman bagi seorang pekerja.
Page 1 of 4
Ketimpangan dan ketidakamanan adalah fitur abadi dari kapitalisme. Joseph Schumpeter menegaskan hal ini
dalam gagasan bahwa kapitalisme selalu ditandai dengan "destruksi kreatif," di mana produk, distribusi dan
organisasi baru akan terus muncul menghancurkan bentuk yang lebih tua.
Namun harus diakui bahwa penyebaran praktek kapitalisme di seluruh dunia telah memungkinkan ratusan
juta orang untuk keluar dari kemiskinan dan pindah ke kelas menengah. Konsumen di banyak negara telah
mengalami pengurangan radikal harga berbagai komoditas, mulai dari pakaian hingga televisi, dan
ketersediaan berbagai barang teknologi baru secara luas yang telah mengubah cara hidup mereka.
Kapitalisme dapat membuka kesempatan untuk pengembangan potensi manusia, hanya saja, tidak semua
orang mampu mengambil keuntungan penuh dari kesempatan yang ada dan mencapai kemajuan. Hambatan
baik formal ataupun informal untuk kesetaraan kesempatan, misalnya bagi perempuan, kaum minoritas, dan
kaum miskin - dari kebebasan untuk berusaha, seiring waktu secara bertahap telah dihapus. Sekarang
kesempatan tersedia lebih setara daripada sebelumnya. Sehingga, adanya ketimpangan ekonomi pada saat
ini lebih banyak disebabkan oleh faktor kemampuan yang tidak sama pada setiap individu untuk
memanfaatkan peluang. Dan pada gilirannya, perbedaan potensi tiap individu dipengaruhi mulai dari dan
bagaimana cara keluarga “membesarkannya”.
Peran keluarga dalam membentuk kemampuan dan kecenderungan individu untuk dapat memanfaatkan
sarana yang ditawarkan kapitalisme untuk memajukan diri tidaklah dapat diremehkan. Rumah tangga tidak
berperan hanya sebagai situs konsumsi dan reproduksi biologis. Keluarga juga merupakan unit pengaturan
utama di mana anak-anak disosialisasikan dan dididik, di mana kebiasaan dikembangkan, yang pada akhirnya
mempengaruhi nasib mereka selanjutnya sebagai manusia dan sebagai pelaku pasar. Untuk menggunakan
bahasa ekonomi kontemporer, keluarga adalah sebuah “workshop” di mana “human capital” diproduksi.
Semua kemajuan, memang dibayangi oleh fitur abadi ketidaksetaraan dan ketidakamanan yang ditimbulkan
kapitalisme. Sama seperti manufaktur sebelumnya yang telah menggusur pertanian sebagai lapangan
pekerjaan utama, sektor jasa kini menggusur manufaktur. Dalam ekonomi berbasis pengetahuan, produksi
barang-barang manufaktur lebih bergantung pada input teknologi dari pada keterampilan para pekerja yang
membangun dan merakit produk tersebut. Ini berarti penurunan relatif kebutuhan dan nilai ekonomi dari
seorang pekerja pabrik - seperti penurunan kebutuhan dan nilai buruh tani yang terjadi sebelumnya. Dalam
perekonomian ini, keterampilan yang dibutuhkan meliputi pengetahuan ilmiah dan teknis serta kemampuan
untuk bekerja dengan informasi.
Salah satu dampak penting dari kebangkitan perekonomian pascaindustri adalah pada status dan peran lakilaki dan perempuan. Keuntungan relatif Pria di ekonomi praindustri dan ekonomi industri sebagian besar
terletak pada kekuatan fisik mereka yang lebih besar - sesuatu keunggulan yang sekarang menjadi kurang
diminati. Wanita, sebaliknya, dengan disposisi biologis kemampuan sosialisasi mereka, memiliki keunggulan
relatif dalam bidang jasa yang menjadi semakin penting dalam perekonomian saat ini (yang lebih
berorientasi pada pelayanan manusia daripada produksi benda material). Porsi ekonomi di mana perempuan
bisa berpartisipasi telah berkembang, dan tenaga kerja mereka menjadi lebih berharga - yang berarti bahwa
waktu yang dihabiskan di rumah sebagai ibu rumah tangga sekarang harus dibayar mahal dengan
mengorbankan kemungkinan materi lebih menguntungkan di dunia kerja.
Hal ini telah menyebabkan pergeseran bentuk rumah tangga dari model kuno pria pencari nafkahperempuan sebagai ibu rumah tangga kepada bentuk rumah tangga berpenghasilan ganda. Hal ini
merupakan peran yang dihasilkan dari perubahan sifat produksi kapitalis. Pemindahan tenaga kerja wanita
Page 2 of 4
dari aktivitas rumah tangga semakin dimungkinkan sebagian oleh adanya berbagai komoditas baru yang
menghemat waktu yang diperlukan untuk mengerjakan aktivitas rumah tangga (contoh: mesin cuci,
pengering, mesin pencuci piring, pemanas air, pembersih vakum, oven microwave). Semakin besar waktu
yang dihabiskan di luar rumah, pada gilirannya, telah menimbulkan permintaan baru untuk barang-barang
konsumsi yang membutuhkan sedikit “tenaga” (seperti makanan siap saji dalam kemasan) hingga perluasan
peluang bisnis restoran dan makanan cepat saji. Aktivitas perawatan anggota keluarga juga mengalami
komodifikasi, tidak lagi mengandalkan kerabat tetapi pegawai professional yang dibayar.
Kesetaraan akses terhadap pendidikan dan peningkatan stratifikasi penghasilan yang dihasilkan pasar, telah
meningkatkan pentingnya human capital. Salah satu elemennya adalah kemampuan kognitif: kecepatan
berpikir, kemampuan untuk menyimpulkan dan menerapkan pola yang didapat dari pengalaman, hingga
kemampuan untuk menangani kompleksitas mental. Elemen lain adalah karakter dan keterampilan sosial:
disiplin diri, ketekunan, dan tanggung jawab. Dan elemen yang ketiga adalah pengetahuan teknis yang
dibentuk dan diperoleh dari institusi pendidikan. Semua ini penting untuk sukses di pasar pascaindustri.
Hal ini membuat faktor keluarga juga menjadi lebih penting, karena sumber daya yang ditransmisikan oleh
keluarga cenderung menentukan keberhasilan seseorang di sekolah dan di tempat kerja. Friedrich Hayek
dalam bukunya The Constitution of Liberty mengungkapkan bahwa faktor utama penyebab ketimpangan
ekonomi adalah tidak adanya “orang tua cerdas” atau “keluarga yang memelihara” dalam perkembangan
hidup seseorang. Hal ini ditegaskan dalam temuan beberapa studi terbaru bahwa perbedaan dalam tingkat
kognitif dan keterampilan nonkognitif ditentukan oleh level dan latar belakang keluarga.
Pengaruh tersebut muncul dalam berbagai bentuk: genetika, pemeliharaan pra dan sesudah melahirkan,
hingga orientasi budaya yang disampaikan dalam keluarga. Bahkan ada studi yang menghasilkan kesimpulan
bahwa keberadaan dan jenis buku yang ada dalam suatu rumah tangga adalah prediktor yang lebih baik atas
kinerja skor tes yang lebih tinggi daripada level pendapatan keluarga. Orang tua yang terdidik cenderung
berinvestasi lebih banyak waktu dan energi dalam perawatan anak, bahkan ketika kedua orang tua itu
sendiri terlibat aktif dalam angkatan kerja.
Fakta yang banyak ditemukan adalah, semakin tinggi kesetaraan kesempatan yang ada di suatu masyarakat,
semakin penting human capital (dan peran keluarga yang membentuknya) berpengaruh. Harus diakui bahwa
institusi pendidikan cenderung lebih menguntungkan anak keluarga kelas menengah dan atas untuk dapat
berpartisipasi aktif (dan menikmati manfaatnya) karena mereka cenderung lebih memiliki kualitas human
capital yang membuatnya menjadi sangat mudah “di-edukasi”. Perbaikan kualitas sekolah memang dapat
meningkatkan hasil pendidikan secara keseluruhan, tetapi kesenjangan prestasi antara anak dari keluarga
dengan tingkat human capital tinggi dengan yang rendah tetap cenderung meningkat.
Perbedaan prestasi pendidikan bahkan sudah terbentuk sebelum tingkat perguruan tinggi, yaitu sejak tingkat
sekolah dasar. Dan harus diakui bahwa sekolah formal itu sendiri memainkan peran yang relatif kecil dalam
menciptakan atau mengabadikan prestasi. Salah satu temuan paling kuat penyelidikan ilmiah sosial
kontemporer adalah bahwa bersamaan dengan meningkatnya kesenjangan antara keluarga berpenghasilan
tinggi dan berpenghasilan rendah, kesenjangan pendidikan dan prestasi kerja diantara anak-anak keluarga ini
meningkat jauh lebih tinggi.
Lantas mungkinkah memperkecil ketimpangan yang sesungguhnya merupakan sifat alami dari kapitalisme?
Jawabannya sulit dipastikan. Mendorong inovasi ekonomi yang berkelanjutan yang dapat menguntungkan
semua orang, mungkin cukup menjanjikan. Contohnya efek perluasan akses internet dan komputer dapat
Page 3 of 4
disetarakan dengan efek perluasan listrik, semua dapat memfasilitasi berbagai kegiatan baru yang dapat
mengubah kinerja ekonomi masyarakat secara luas dalam cara yang tidak terduga. Di antara keuntungan
yang dapat muncul, Internet secara radikal dapat meningkatkan kecepatan penyebaran dan adaptasi
pengetahuan, sebuah faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi.
Namun tetap perlu diingat bahwa inovasi terus menerus dan pertumbuhan ekonomi tidak serta merta akan
menghilangkan atau mengurangi secara signifikan kesenjangan sosial ekonomi maupun ketidakamanan.
Kualitas individu dan keluarga yang membentuknya pada akhirnya mempengaruhi perkembangan human
capital dan prestasi professional yang dapat diraih.
Dinamisme dan ketidakamanan yang diciptakan oleh kapitalisme kemudian memicu penciptaan berbagai
lembaga baru untuk mengurangi “ketidakamanan” tersebut. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya adalah
bentuk usaha perseroan terbatas, serikat buruh, koperasi, dan asuransi. Negara yang berbeda juga
menciptakan kombinasi yang berbeda dari program-program kesejahteraan sosial tertentu, seperti jaminan
hari tua, asuransi pengangguran serta berbagai langkah subsidi atau program untuk mendukung keluarga.
Tantangannya bagi kebijakan pemerintah adalah bagaimana dapat sekaligus mempertahankan tingkat
dinamika ekonomi, yang akan memberikan peningkatan manfaat bagi semua, sementara efek samping yang
ditimbulkan ketimpangan dan ketidakamanan harus juga dikelola dalam bentuk program-program
kesejahteraan sosial. Negara yang berbeda semestinya mendekati tantangan ini dengan cara yang berbeda,
karena tradisi, ukuran, karakteristik demografi dan ekonomi sifatnya bervariasi.
Penulis:
R. Nugroho Purwantoro
Peneliti Lembaga Management FEUI
Referensi
Jerry Z. Muller, Capitalism and Inequality, Foreign Affairs, March/April 2013
Donald J. Boudreaux & Mark J. Perry, The Myth of a Stagnant Middle Class, The Wall Street Journal, 23
January 2013, page A17
Robert J. Gordon, Why Innovation Won't Save Us, The Wall Street Journal, 22 December 2012, page C3
Roger Pielke Jr, Dear Expert, Please Cook the Books, The Wall Street Journal, 29 January 2013
Page 4 of 4
Download