BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alga Laut Kappaphycus alvarezii Salah satu komoditi laut yang sangat melimpah di Indonesia yaitu alga laut. Dahulu orang menggunakan alga laut hanya untuk sayuran. Seiring dengan berjalannya waktu serta pengetahuan semakin berkembang diketahui bahwa alga laut aman dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Kini kandungan alga laut dimanfaatkan seoptimal mungkin tidak hanya sebagai bahan pangan yang dikonsumsi langsung secara sederhana tetapi juga merupakan bahan dasar pembuatan produk pangan rumah tangga maupun industri makanan skala besar (Anggadireja, dkk., 2008). Alga laut merupakan penghasil devisa Negara serta pendapatan masyarakat terutama masyarakat pesisir, karena alga laut yang utamanya dari kelas Rhodophyceae (ganggang merah) selain mengandung karaginan dan agaragar juga mempunyai kandungan gizi yang penting yaitu yodium. Salah satu jenis alga laut merah yang bernilai ekonomis penting yaitu alga laut Kappaphycus alvarezii. Kappaphycus alvarezii adalah alga laut penghasil karaginan (carragenophyte). Jenis karaginan yang dihasilkan dari alga laut ini adalah kappa karagenan (Winarno, 2008). Alga laut yang digunakan berasal dari jenis Kappaphycus alvarezii. Pemilihan terhadap jenis alga laut ini didasarkan pada kemampuannya menghasilkan karaginan. Karaginan utama yang dihasilkan adalah tipe kappa karaginan, oleh karena itu jenis ini secara taksonomi diubah namanya menjadi Kappaphycus alvarezii (Atmadja, 1996). 1 Klasifikasi alga laut jenis Kappaphycus alvarezii menurut Atmadja, et al., (1996) adalah sebagai berikut : Devisi : Thallophyta Kelas : Rhodophyceaae Ordo : Gigartinales Famili : Salieriaceae Genus : Kappaphycus Spesies : Kappaphycus alvarezii Gambar 1. Alga Laut Kappaphycus alvarezii Ciri-ciri Kappaphycus alvarezii yaitu thallus silinder; permukaan licin; cartilageneus (menyerupai tulang rawan/muda); serta berwarna hijau terang, hijau olive dan cokelat kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan) dan duri lunak/tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabagan tiga-tiga). Habitat alga laut Kappaphycus alvarezii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, alga laut ini hanya mungkin hidup pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya (Anggadireja, et al., 2008). 2 Alga laut sebagai sumber gizi memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable gum), protein, sedikit lemak dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Alga laut juga mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, serta mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi dan yodium (Anggadireja et al, 2008). Komposisi kimia Kappaphycus alvarezii dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Alga Laut Kappaphycus alvarezii No Komposisi Nilai 1 Air 13.90 % 2 Protein 2.69 % 3 Lemak 0.37 % 4 Serat Kasar 0.95 % 5 Mineral Ca 22.39 ppm 6 Mineral Fe 0.121 ppm 7 Mineral Cu 2.763 ppm 8 Tiamin 0.14 (mg/100 gr) 9 Ribovlamin 2.7 (mg/100 gr) 10 Vitamin C 12 (mg/100 gr) 11 Karagenan 61.52 % 12 Abu 17.09 % 13 Kadar Pb 0.04 ppm Sumber : Istini et al., 1986 dalam Yani 2006 Karaginan sangat penting peranannya sebagai stabilizer (penstabil), thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya (Winarno, 2008). Selain itu juga berfungsi sebagai penstabil, pensuspensi, pengikat, protective (melindungi kolid), film former (mengikat suatu bahan), syneresis inhibitor (mencengah terjadinya pelepasan air) dan flocculating agent (mengikat bahan-bahan) (Anggadireja et al. 2008). Karaginan mempunyai sifat pembentuk gel. Sifat dasar karaginan terdiri dari tiga tipe karaginan yaitu kappa, iota dan lambda karaginan. Tipe karaginan 3 yang paling banyak dalam aplikasi pangan adalah kappa karaginan. Kappaphycus alvarezii mengandung karagenan tipe kappa karaginan. Kemampuan membentuk gel adalah sifat terpenting dari kappa karaginan. Kemampuan pembentukan gel pada kappa karaginan terjadi pada saat larutan panas yang dibiarkan menjadi dingin karena memiliki gugus sulfat yang paling sedikit dan mudah untuk membentuk gel (Doty, 1987 dalam Samsuari, 2006). Alga laut merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis penting karena penggunaannya yang luas. Menurut Anggadiredja et al., (2008), ada beberapa manfaat dari alga laut yaitu sebagai berikut : 1) Alga laut sebagai bahan pangan Alga laut sebagai bahan pangan umumnya dikonsumsi dalam bentuk lalapan, dibuat acar, dimasak sebagai sayur, dibuat urap atau ditumis. 2) Alga laut dalam industri farmasi Beberapa jenis alga laut digunakan sebagai obat-obatan tradisional seperti antiseptic, obat cacing, bronchitis, asma, batuk, bisul, mimisan, gangguan pencernaan, gangguan kekurangan iodium dan obat penyakit urinary. Metabolit primer dari alga laut merupakan senyawa polisakarida yang bersifat hidrokoloid seperti agar-agar, alginate, karagenan dan fulcelaran. Alga laut juga digunakan sebagai pensuspensi, pengemulsi, penstabil, pengental, pencegah sineresis, pencegah kristalisasi, pembentukan kapsul dan pelindung koloid dalam industri farmasi. 4 3) Alga laut dalam industri kosmetik Ekstrak alga laut berfungsi sebagai pembentuk emulsi, penstabil, pensuspensi dan pengental. Sedangkan secara tradisional, alga laut digunakan untuk masker. 4) Alga laut dalam industri makanan Hasil ekstrak alga laut seperti karagenan, agar dan alginate banyak digunakan dalam industri makanan. Misalnya karagenan sebagai bahan suspense dalam yohgurt, penstabil dalam es krim dan pencegah sineresis dalam keju. Agaragar dapat digunakan dalam pembuatan jelly, es krim dan permen. Alginat juga mempunyai peranan penting sebagai pensuspensi dalam sirup, penambah rasa, pemelihara bentuk jaringan pada makanan yang dibekukan dan lain-lain. 5) Alga laut dalam bidang industri lain Dalam industri kertas, alginate diperlukan sebagai pelapis dan perekat, sedangkan dalam bidang bioteknologi alginat digunakan untuk memobilisasi sel-sel khamir pada proses pembuatan alkohol, dalam industry tekstil alginate digunakan pada pencelupan dan pencetakan, sedangkan dalam bentuk agarose dapat berfungsi sebagai media kultur bakteri. 2.2 Permen Permen atau kembang gula secara umum adalah produk yang dibuat dengan mendidihkan campuran gula, air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai kadar air kira-kira 3%. Biasanya suhu digunakan sebagai penunjuk kandungan padatan. Sesudah adonan permen dipanaskan sampai mencapai kandungan padatan yang diinginkan yaitu suhunya sekitar 150oC 5 kemudian adonan permen dituangkan pada cetakan dan dibiarkan tercetak (Buckle, 1987 dalam Sudaryati, dkk. 2010). Permen merupakan salah satu hasil olahan yang banyak disukai oleh masyarakat baik tua, muda bahkan anak-anak. Permen atau kembang gula telah dikenal secara internasional sebagai confectionary/candy, yaitu jenis pangan padat yang terdiri dari gula sebagai komponen utamanya. Istilah confectionary berasal dari bahasa latin, confecto artinya penambahan (to compound). Sedangkan istilah candy berasal dari bahasa arab “quan” yang berarti gula (Ketaren, 1986 dalam Sudaryati, dkk. 2010). Seiring dengan perkembangan zaman banyak ditemui aneka jenis permen dengan bentuk, rasa, warna dan tesktur yang berbeda-beda. Permintaan konsumen akan permen tidak akan pernah berhenti, sehingga bermunculan beraneka jenis permen baru dengan rasa, warna dan bentuk yang menarik di pasaran. Permen yang banyak beredar dikalangan masyarakat berjenis permen keras (hard candy) dan lunak (soft candy) (Ningsih, 2010 dalam Nurhasanah, 2011). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 3547-2-2008) permen atau kembang gula lunak terdiri atas 2 jenis permen yaitu permen lunak bukan jelly dan permen lunak jelly. Permen lunak bukan jelly adalah kembang gula bertekstur lunak, yang diproses sedemikian rupa dan biasanya dicampur dengan lemak, gelatin, emulsifier dan lain-lain sehingga dihasilkan produk yang cukup keras untuk dibentuk namun cukup lunak untuk dikunyah dalam mulut sehingga setelah adonan masak dapat langsung dibentuk dan dikemas. Sedangkan permen lunak jelly adalah permen gula bertekstur lunak yang diproses dengan penambahan 6 komponen hidrokoloid seperti agar, gum, pektin, pati, karagenan, gelatin dan lainlain yang digunakan untuk modifikasi tekstur sehingga menghasilkan produk kenyal, harus dicetak dan diproses aging (Penyimpanan produk dalam kondisi dan waktu tertentu untuk mencapai karakter produk yang diinginkan) terlebih dahulu sebelum dikemas. Syarat mutu kembang gula lunak disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Syarat mutu kembang gula lunak berdasarkan SNI 3547-2-2008 Persyaratan No Kriteria uji Satuan Bukan Jelly Jelly 1 Keadaan 1.1 Bau Normal Normal 1.2 Rasa Normal Normal (Sesuai label) (Sesuai label) % fraksi 2 Kadar air Maks. 7,5 Maks. 20,0 massa % fraksi 3 Kadar abu Maks. 2,0 Maks. 3,0 massa Gula reduksi (dihitung % fraksi 4 Maks. 20,0 Maks. 25.0 sebagai gula inverse) massa % fraksi 5 Sakarosa Min. 35,0 Min. 27,0 massa 6 Cemaran logam 6.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0 Maks. 2,0 6.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2,0 Maks. 2,0 6.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 Maks. 40,0 6.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,03 Maks. 0,03 7 Cemaran arsen mg/kg Maks. 1,0 Maks. 1,0 8 Cemaran mikroba 8.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 5 x 102 Maks. 5 x 104 8.2 Bakteri coliform APM/g Maks. 20 Maks. 20 8.3 E.coli APM/g <3 <3 8.4 Staphylococcus aureus Koloni/g Maks. 1 x 10 2 Maks. 1 x 10 2 8.5 Salmonella Koloni/g Negatif/25 g Negatif/25 g 8.6 Kapang/khamir Koloni/g Maks. 1 x 10 2 Maks. 1 x 10 2 Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2008) 7 2.3 Bahan Baku dalam Pembuatan Permen Soba 2.3.1 Gula Merah Gula merupakan senyawa organik penting sebagai bahan makanan. Disamping sebagai bahan makanan, gula digunakan juga sebagai bahan pengawet makanan. Gula merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air, serta mempunyai sifat optis merupakan ciri khas untuk mengenal setiap jenis gula (Gautara, 1980). Gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis (Halimi, 2011). Gula merah oleh masyarakat Gorontalo biasa juga disebut pahangga. Pahangga ini sering digunakan sebagai pemanis dalam pembuatan minuman dan manisan. Warnanya coklat kemerahan sampai dengan coklat tua. Gula merah yang dikenal ada beberapa macam berdasarkan bahan dasar pembuatannya adalah gula kelapa yang bahan dasarnya terdiri dari nira kelapa, gula aren dari nira aren dan gula tebu dari tebu. Gula merah yang banyak dipasarkan atau diproduksi oleh masyarakat Gorontalo dan sekitarnya adalah gula merah dari bahan dasar nira aren. Gula aren dilihat dari segi warna, aroma dan rasa berbeda dengan gula lainnya sebab gula aren terasa lebih manis, lebih jernih dan lebih segar (Dyanti, 2002). Menurut Reine (1985), gula aren adalah hasil olahan dari nira pohon aren (Arenga piñata). Gula aren dalam kehidupan sehari-hari bagi orang Indonesia 8 sangat dibutuhkan. Terutama rasa dan aromanya yang khas sehingga tidak dapat digantikan dengan gula lain. Tingginya gula pereduksi menyebabkan gula merah bersifat hidroskopis sehingga mudah mencair karena itu tidak didapat dibiarkan di udara tanpa pengemasan yang baik. Syarat Gula merah yang sehat untuk dikonsumsi berdasar Uji Standart SNI.013743.1995. - Bau : Normal - Rasa : Normal, Khas - Warna : Kuning sampai kecoklatan - Air : Max. 10%bb - Abu : Max. 2%bb Dilihat dari kadar zat gizi gula merah cukup kaya karbohidrat dan unsur protein, seperti yang terlihat pada Tabel 3 : Tabel 3 : Komposisi Zat Gula Merah Per 100 gram Bahan No Zat Gizi Jumlah 1 Kalori 386 Kal 2 Karbohidrat 76 gr 3 Lemak 10 gr 4 Protein 3 gr 5 Kalsium 76 mgr 6 Fosfor 37 mgr 7 Air 10 gr Sumber : Santoso (1993) dalam Oktavianti (2003) 2.3.2 Santan Santan adalah emulsi minyak dalam air yang berwarna putih susu yang diperoleh dengan cara pemerasan parutan daging kelapa dengan atau tanpa penambahan air. Santan kental merupakan hasil olahan santan kelapa yang telah diberi emulsifier, sehingga emulsinya lebih stabil. Namun, santan kental mudah 9 rusak dan berbau tengik, karena itu perlu diupayakan produk santan kental siap pakai yang mempunyai daya simpan cukup. Untuk memperpanjang masa simpan santan kental diperlukan perlakuan pemanasan (Ramdhoni et all., 2009). Santan kelapa merupakan hasil perasan dari parutan daging buah kelapa dan biasanya tersedia dalam bentuk santan cair, berwarna putih kental dan rasanya gurih. Hampir seluruh masakan tradisional Indonesia menggunakan santan sebagai bahan dasar. Pengolahan kelapa menjadi santan di Indonesia sebagian besar masih dilakukan dengan cara tradisional dalam skala rumah tangga. Namun cara tradisional tersebut dianggap kurang praktis karena banyak memakan waktu dan tenaga, apalagi jika diperlukan dalam jumlah besar (Srihari, 2012). Ramdhoni et all., (2009) juga menyatakan bahwa pemarutan merupakan tahap pendahuluan dalam memperoleh santan. Pemarutan bertujuan untuk menghancurkan daging buah dan merusak jaringan yang mengandung santan sehingga santan mudah keluar dari jaringan tersebut. Pemerasan dengan menggunakan tangan untuk memberikan tekanan pada hasil parutan dan memaksa santan keluar dari jaringan. Mengekstraksi santan dapat dilakukan pemerasan dengan tangan dan selanjutnya dilakukan penyaringan. Dalam industri makanan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Ada banyak manfaat dari susu kelapa (Ruwono, 2010), antara lain: 1. Susu kelapa mengandung vitamin, mineral dan elektrolit penting yang menyediakan beragam manfaat bagi tubuh. Kelapa mengandung kalsium, kalium, klorida, vitamin A dan E. 10 2. Susu kelapa membantu mengurangi tekanan darah, gula darah dan meningkatkan kesehatan tulang dan gigi. 3. Susu kelapa mengandung asam laurat yang memiliki anti bakteri, antimikroba, anti jamur dan anti-virus. Dengan demikian, susu kelapa dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan menyingkirkan bakteri perut, flu, pilek, sakit tenggorokan, bisul dan berbagai penyakit. 5. Susu kelapa digunakan dalam perawatan kulit dan rambut. 6. Susu kelapa juga bermanfaat bagi jantung. Susu kelapa mengandung asam laurat yang membantu untuk menjaga arteri dan hati tetap bersih dan sehat. Meskipun susu kelapa mengandung lemak jenuh, kehadiran asam laurat dan asam lainnya dalam susu kelapa membuatnya sempurna melawan penyakit jantung dan atherosclerosis. 7. Susu kelapa adalah makanan yang sempurna untuk menurunkan berat badan atau memelihara berat badan. Lemak jenuh dalam kelapa terdiri dari asam lemak rantai pendek dan menengah, yang diubah tubuh menjadi energi dan bukan lemak. Jadi, meskipun tinggi lemak jenuh, kelapa dapat membantu menurunkan berat badan. 8. Ada beberapa jenis antioksidan yang ditemukan dalam susu kelapa. Antioksidan membantu tubuh untuk menangkis radikal bebas berbahaya yang dapat degenerasi sel-sel tubuh. Oleh karena itu, susu kelapa dapat membantu mencegah kanker dari tubuh dan membantu mencegah penyakit degeneratif seperti penuaan dini, kulit kendur, kerutan, masalah penglihatan dan tulang. 11 9. Susu kelapa juga dapat membantu pencernaan. Susu kelapa mengandung zatzat bermanfaat bagi perut untuk mencerna makanan dengan baik. Susu kelapa adalah anti-bakteri dan membunuh bakteri buruk dari dalam perut yang dapat menyebabkan pencernaan makanan yang tidak baik. Susu kelapa juga juga digunakan sebagai pencahar. Ini juga bisa menjadi obat untuk saluran kencing dan ginjal. 10. Jika kulit terkena sinar matahari dalam waktu yang panjang dan menyebabkan ruam atau sengatan matahari, susu kelapa merupakan penyembuh instan. Mandi susu kelapa atau menggunakan susu kelapa yang dioleskan pada ruam dan biarkan semalam, akan menjadi pendingin dan membantu menyingkirkan kering dan gatal pada ruam. Ruwono (2010) menyatakan bahwa ditinjau dari segi gizi, satu cangkir susu kelapa mengandung kalori sebesar 552 kal, total lemak 57,2 g, kolesterol 0 mg, natrium 36 mg, total karbohidrat 13,3 g, protein 5,5 g, vitamin C 11%, kalsium 4%, dan besi 22%. 2.4 Lama Simpan Lama simpan adalah selang waktu sejak barang diproduksi hingga produk tersebut tidak layak diterima atau telah kehilangan sifat khususnya. Lama simpan dapat didefinisikan juga sebagai waktu yang dibutuhkan oleh suatu produk pangan menjadi tidak layak dikonsumsi jika ditinjau dari segi keamanan, nutrisi, sifat fisik, dan organoleptik, setelah disimpan dalam kondisi yang direkomendasikan (Arpah dan Syarief, 2000). 12 Floros dan Gnanasekharan (1993) dalam Hasnaini (2012) menyatakan bahwa lama simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan dalam kondisi penyimpanan tertentu untuk dapat mencapai tingkatan degradasi mutu tertentu. Menurut Labuza dan Schmild (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi lama simpan meliputi: (i) jenis dan karakteristik produk pangan. Produk yang mengalami pengolahan akan lebih tahan lama dibanding produk segar. Produk yang mengandung lemak berpotensi mengalami rancidity, sedangkan produk yang mengandung protein dan gula berpotensi mengalami reaksi maillard (warna coklat); (ii) jenis dan karakteristik bahan kemasan. Permeabilitas bahan kemas terhadap kondisi lingkungan (uap air, cahaya, aroma, oksigen); (iii) kondisi lingkungan. Intensitas sinar (UV) menyebabkan terjadinya ketengikan dan degradasi warna. Oksigen menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Kemasan merupakan wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan yang dikemas/dibungkus. Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli (Nurminah, 2002). Dalam proses pengolahan makanan terjadi perubahan-perubahan fisik maupun kimiawi yang dikehendaki atau tidak dikehendaki. Disamping itu setelah melalui proses pengolahan, makanan tadi tidak stabil, dia akan terus mengalami 13 perubahan, sehingga sangat diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat agar masa simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan. Arpah dan Syarief (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi lama simpan makanan yang dikemas adalah sebagai berikut: (i) keadaan alamiah atau sifat makanan dan mekanisme berlangsungnya perubahan, misalnya kepekaan terhadap air dan oksigen, dan kemungkinan terjadinya perubahan kimia internal dan fisik; (ii) ukuran kemasan dalam hubungan dengan volumenya; (iii) kondisi atmosfir (terutama suhu dan kelembaban) dimana kemasan dapat bertahan selama transit dan sebelum digunakan; (iv) ketahanan keseluruhan dari kemasan terhadap keluar masuknya air, gas, dan bau, termasuk perekatan, penutupan, dan bagian-bagian yang terlipat. Adanya kesadaran mengenai daya tahan berbagai produk menuntut kesadaran akan perlunya penyimpanan. Penyimpanan suatu bahan merupakan salah satu upaya agar produk dapat dinikmati oleh konsumen sebelum terjadi kerusakan, sehingga selama penyimpanan harus selalu diusahakan agar produk tidak mengalami penurunan mutu yang besar. Penyimpanan bahan pangan berfungsi lebih luas lagi yaitu sebagai pengendali persediaan makanan (Syarief dan Halid, 1993). Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam proses penyimpanan. Kelembaban sangat berperan dalam menentukan mutu bahan dan proses kerusakan selama penyimpanan. Kadar air suatu bahan akan meningkat jika disimpan dalam ruangan dengan kelembaban yang tinggi. Kadar 14 air yang tinggi akan membantu pertumbuhan mikroorganisme dan mengakibatkan terjadinya penurunan mutu produk. Bahan yang disimpan akan menyerap uap air dari udara atau melepaskannya sampai tekanan uap air dalam bahan sama dengan tekanan uap air udara ruang penyimpanan. Setiap bahan mempunyai keseimbangan kadar air tertentu yang dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan tersebut. Kelembaban udara ruang penyimpanan berhubungan dengan aktivitas air suatu bahan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme (Syarief dan Halid,1993). 2.5 Mikroba Bahan pangan mengandung sejumlah mikroba baik mikroba yang menguntungkan maupun yang merugikan. Mikroba ini tersebar di seluruh permukaan. Sebagian mikroba tersebut merupakan mikroba asli (flora alami) yang berasal dari alam dan melekat pada bahan pangan. Sebagian mikroba lainnya berasal dari kontaminasi. Kontaminasi mikroba dapat berasal dari lingkungan, pakaian yang dikenakan saat menangani atau mengolah bahan pangan dan dari bahan pangan yang sudah tercemar. Bila kondisi memungkinkan, mikroba ini secara bersamaan akan menurunkan mutu dari bahan pangan (Afrianto, 2008). Afrianto (2008) juga menyatakan bahwa mikroba merugikan terdiri dari mikroba pembusuk dan patogen. Mikroba pembusuk merupakan mikroba yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pangan. Kerusakan biologis yang ditimbulkan oleh aktivitas mikroba merugikan adalah meningkatnya kandungan senyawa racun atau penyakit yang disebabkan oleh aktivitas mikroba patogen. Mikroba pembusuk akan menyebabkan bahan pangan menjadi busuk sehingga 15 tidak dapat atau tidak layak dikonsumsi. Mikroba pembusuk akan merombak bahan pangan menjadi komponen yang tidak diinginkan, seperti protein yang diubah menjadi amonia dan hidrogen sulfida; karbohidrat menjadi alkohol dan lemak menjadi keton dan asam butirat. Ciri khas dari peningkatan aktivitas mikroba pembusuk antara lain tercium bau busuk, bahan menjadi lunak berair dan masih banyak lainnya. Mikroba patogen dan pembusuk yang ada bahan pangan, yaitu berupa bakteri, virus, jamur (kapang), kamir ataupun protozoa. Badan POM RI (2008), menyatakan Jenis mikroba yang terdapat dalam makanan meliputi bakteri, kapang/jamur dan ragi serta virus yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan seperti penampilan, tekstur, rasa dan bau dari makanan. Pengelompokan mikroba dapat berdasarkan atas aktifitas mikroba (proteolitik, lipofilik, dsb) ataupun atas pertumbuhannya (psikrofilik, mesofilik, halofilik, dsb). Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang terdapat dalam makanan, diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban, nilai gizi), keadaan lingkungan dari mana makanan tersebut diperoleh, serta kondisi pengolahan atau pun penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah karakter organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi/nilai gizi atau bahkan merusak makanan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri (Fardiaz, 1992) meliputi: 16 a. Kandungan gizi Seperti halnya makhluk hidup lainya, bakteri juga membutuhkan zat gizi untuk pertumbuhannya, bahan makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. b. Suhu Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan bakteri. Suhu di mana suatu makanan disimpan sangat besar pengaruhnya terhadap jenis bakteri yang dapat tumbuh serta kecepatan pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan: 1) Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°- 30°C, dengan suhu optimum 15 °C. 2) Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 40° - 55 °C, dengan suhu optimum 25° - 37 °C. 3) Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° - 75 °C, dengan suhu optimum 55 - 60 °C c. Kelembaban Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. d. Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet 17 dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. e. Ketersediaan oksigen Bakteri mempunyai kebutuhan oksigen pertumbuhanya. 18 yang berbeda-beda untuk