Jalan Berliku Seorang Ibu - Mediakom Edisi 50

advertisement
SUSUNAN
REDAKSI
MEDIAKOM
Penanggung Jawab:
drg. Murti Utami, MPH
Pemimpin Redaksi:
drg.Rarit Gempari, MARS
Sekretaris Redaksi:
Sri Wahyuni, S.Sos,MM
Redaktur/Penulis:
Dra. Hikmandari A,M.Ed,
Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM
Resty Kiantini, SKM, M.Kes,
Giri Inayah,S.Sos,MKM,
Anjari Umarjianto,S.Kom,
Awallokita Mayangsari,SKM,
Waspodo Purwanto, Hambali,
Eko Budiharjo,
Juni Widiyastuti, SKM,
Dessyana Fa’as, SE,
Desain Grafis & FotoGrafer:
drg. Anitasari, S,M,
Wayang Mas Jendra,S,Sn,
Sekretariat:
Endang Retnowaty, Iriyadi,
Zahrudin
Alamat Redaksi:
Pusat Komunikasi Publik,
Gedung Kementerian
Kesehatan RI, Ruang 109, Jl.
Hr Rasuna Said Blok X5 Kav.
4-9 Jakarta, 12950
Telp: 021-5201590, 52907416-9
Fax: 021-5223002,52960661
Call Center: 021-500567
Email: [email protected]
PB MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Etalase
MANUSIA BARU
K
emampuan memberi pada sesama adalah prestasi besar dalam hidup
manusia. Kemampuan ini tidak hadir seketika tanpa proses. Mekanisme,
kesungguhan, dan proses menjadi tiga komponen yang saling
mendukung membentuk manusia baru dengan kemampuan berbagi
pada sesama itu.
Membentuk manusia baru telah bertahun-tahun dan berulang kali dilakukan
melalui mekanisme Ramadhan. Mekanisme ini dapat mencetak manusia kurang
baik menjadi baik, bahkan menjadi yang terbaik. Siapa manusia baru yang terbaik
itu? Yakni mereka yang mampu memberi dikala sempit maupun lapang, mampu
memaafkan atas kesalahan orang lain tanpa harus diminta, mampu menahan
marah ketika emosi, dan mampu senantiasa berbuat baik.
Manusia baru ini terlahir atas dasar kesungguhan orang-orang yang ingin
menjadi manusia baru dengan meleburkan diri dalam mekanisme dan proses
Ramadhan. Ramadhan mengajarkan kepedulian kepada sesama. Kepedulian
ini terimplementasi pada kemampuan memberi kepada sesama, tanpa harus
diminta, kapan saja. Bukan saja di saat berkemampuan Ia memberi, tapi di saat
berkekurangan pun tetap memberi. Memberi seperti menjadi menu makan harian.
Memberi, member, dan terus memberi.
Kemampuan memberi ini dapat berwujud materi, seperti dana, sembako atau
bentuk lainnya bagi mereka yang membutuhkan. Selain itu, kemampuan memberi
juga dapat termanifestasi dalam wujud kesabaran memberi maaf atas kesalahan
orang lain terhadap kita. Memaafkan kesalahan orang lain ini dilakukan bukan
untuk basa-basi atau pencitraan, tapi muncul secara
tulus dari lubuk hati yang paling dalam. Sehingga
tak ada bekas bintik-bintik dendam sebelumnya.
Kesediaan memaafkan ini diberikan tanpa
adanya permintaan maaf dari pihak yang
bersalah. Manusia baru ini mampu memberi
maaf bersamaan dengan perbuatan salah
yang dilakukan orang lain terhadap dirinya. Baik
kesalahan besar maupun kecil. Baik kesalahan
yang dilakukan orang besar, apalagi kesalahan
yang dilakukan rakyat kecil.
Manusia baru inilah yang akan lahir
setelah Ramadhan berakhir. Mereka
saling memaafkan dengan ungkapan
formal mohon maaf lahir batin, minal
aidzin fal faizhin. Manusia baru pada
hakikatnya telah memberi maaf
kepada sesama, sebelum ungkapan
formal saling memaafkan di hari
raya yang fitri itu. Inilah manusia
baru yang lahir dari rahim Ramadhan
yang disebut mutaqin. Adakah
kita termasuk manusia baru itu?
Akhirnya, di hari yang fitri ini kami
mengucapkan mohon maaf lahir
batin.• Redaksi
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 1
Daftar Isi
SURAT PEMBACA
50
4
Mohon penjelasan atas permasalah yang kami temui
saat ini. Apakah dana kapitasi bagi Puskesmas mulai Mei
2014 ini sudah bisa dimanfaatkan (dibelanjakan) oleh
sesuai Permenkes No 19/2014 walaupun belum diterbitkan
RKA dan DPA-nya oleh PPK Daerah. Sebab pihak PPK
Daerah masih ragu. Menurut mereka setiap kegiatan
yang ada DPA nya dananya harus tersedia di kas daerah
dan mereka takut tidak balance antara pendapatan dan
belanja.
Saat ini dana tersebut belum kami manfaatkan padahal
sudah ada. MOhon dijelaskan karena Puskesmas sudah
menunggu selama 7 bulan. Terima kasih.•
6
INFO SEHAT 4-5
-
Semangka Menyegarkan dan Menyehatkan
Efek Terlalu Lama Menatap Layar
MEDIA UTAMA 6-22
-
Bersatu Menjaga Ibu
Kesehatan Belum Jadi Prioritas Masyarakat Indonesia
Ketika Senam Hamil Jadi "Tradisi Wajib"
Jalan Berliku Seorang Ibu
Investasi Pada Bidan Untuk Selamatkan Ibu
Mensyukuri Kemerdekaan
PERISTIWA 23-33
-
Kementerian Kesehatan Dapat WOW Brand Champion Award
Peningkatan Cukai Efektif Kendalikan Konsumsi Rokok
Indonesia Dorong Kerja Sama Atasi Mers
Siaga Hadapi Penyebaran Mers-Cov
Jangan Jadi Kartini-Kartini yang Tak Mati Muda
Membantu Ibu Lewat Rumah Menyusui
Darah Aman Untuk Selamatkan Ibu
Konsumsi Rokok Juga Berdampak Pada Kemiskinan
REFORMASI BIROKRASI 34-35
-
Buku-Buku Harapan Tuna Netra
TEROBOSAN 36-37
-
Bahasa Kedua, Jaga Otak Tetap Muda
POTRET 38-43
-
Menata Jalan Menuju Kemandirian Obat
UNTUK RAKYAT 44-45
-
Komisi IX DPR Pantau Pelaksanaan JKN di Jawa Tengah
Komisi IX Awasi Kinerja BPJS
DARI DAERAH 46-51
-
Posyandu Permata Bunda, Ada untuk Warga
Dra. Selfiwerti, Pelopor Kawasan Sehat dan Tenteram
Menuju Sumbar Sehat Dengan Program Kawasan Tanpa
Asap Rokok
PEMENANG LOMBA
MENULIS ILMIAH 54-63
-
Malaria, Orang Rimba dan Peran Negara
Menaklukkan Malaria Papua
Malaria, Riwayatmu Dulu (dan Kini)
Cegah Penyakit dengan Menumbuhkan Semangat
Kegotong-royongan
Seragam Panjang, Cara Cegah DB Non Kimiawi
GALERI FOTO 64-65
KUIS 66-67
RESENSI BUKU 68
LENTERA 52-53
-
Puasa itu Menyegarkan
26
23
38
2 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
50
28 38
52
Pemanfaatan Dana
Kapitasi Puskesmas
Hadi Yuliansyah
Jawab:
Pak Hadi Yuliansyah yang terhormat. Pemanfaatan
dana kapitasi sudah dapat dilaksanakan per Mei 2014
karena Perpresnya sudah ditetapkan pada 21 April 2014,
diikuti Permenkes 19/2014 serta SE MDN 900/2014.
Setelah penetapan bendahara kapitasi dan pembukaan
rekening, maka Puskesmas dapat merencanakan
pendapatan (dengan mudah diproyeksikan dari jumlah
peserta dikali kapitasi Puskesmas yang ditetapkan).
Rencana belanja diusulkan kepada Dinas Kesehatan
selaku SKPD dalam bentuk usulan kegiatan dan
dimasukkan dalam RKA Dinas Kesehatan yang akan
menjadi bagian dari usulan APBD perubahan dan
akan masuk dalam DPA perubahan dengan Peraturan
Kepala Daerah (Perkada). Tetapi karena akan segera
dimanfaatkan, maka pada 2014 digunakan klausul
penjabaran APBD oleh Bupati/Walikota mendahului
perubahan APBD yang diberitahukan kepada DPRD dan
selanjutnya dicatatkan dalam perubahan APBD.
Apabila Puskesmas tidak merupakan PPTK, maka
hal-hal yang sifatnya belanja dilakukan melalui PPTK
SKPD. Prinsip dasarnya, kecuali dana tidak disetor
secara fisik, maka penganggaraan, peñatausahaan dan
pertanggungjawabannya tetap memenuhi tata kelola
keuangan daerah yang memperhitungkan balance
pendapatan dan belanja.
Ketentuan ini hanya berlaku untuk dana kapitasi yang
diterima mulai bulan Mei 2014 ke depan. Untuk bulan
Januari-April 2014 mengikuti kaidah tata kelola keuangan
yang berlaku. Wakil Dinkes dan Puskesmas serta
DPPKAD yang hadir pada Sosialisasi/Diseminasi nasional
Perpres 32 yang dilakukan bulan yang lalu dapat dijadikan
nara sumber untuk hal ini.•
Donald Pardede, P2JK
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 3
Semangka
Meyegarkan &
Menyehatkan
PHOT
O.EL
SOAR
S
mengurangi
inflamasi.
Semangka
juga mengandung
asam amino sitrulin,
yang kemudian berubah
menjadi asam amino arginin. Asam-asam
amino ini memperlancar aliran darah
sehingga jantung juga akan sehat. Hasil
studi tahun 2012 menunjukkan bahwa
ekstrak semangka bisa membantu
menurunkan hipertensi pada orang
dewasa yang kelebihan berat badan.
Sementara Vitamin A yang
terkandung dalam semangka bagus
untuk kulit. Satu cawan saji semangka
saja mengandung hampir seperempat
dari asupan harian Vitamin A yang
disarankan. Vitamin A membantu kulit
dan rambut tetap lembab dan memicu
pertumbuhan sel-sel baru yang sehat.
Kandungan Vitamin C dalam semangka
juga menguntungkan karena mendorong
pertumbuhan kolagen.
Makan
semangka juga
baik untuk para
atlet karena
menurut hasil
studi tahun
2013 konsumsi jus
semangka sebelum
olahraga intens
mengurangi sakit otot
pada hari berikutnya. Ini
tampaknya merupakan
sumbangan dari asam
amino sitrulin dan arginin
dalam semangka, yang
OM
RESS.C
4 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
WORDP
emangka mengandung banyak
air, sekitar 92 persen. Selain
sangat menyegarkan dan
menjaga tubuh tetap terhidrasi
saat dimakan pada hari panas.
Semangka juga mengandung
sejumlah nutrisi bermanfaat. Setiap
gigitan buah semangka memberi Anda
Vitamin A, B6 dan C, serta banyak
lycopene, antioksidan dan asam amino,
bahkan juga potasium. Plus, kudapan
menyegarkan ini bebas lemak.
Menurut para ilmuwan kadar
lycopene pada semangka tinggi, lebih
tinggi dibandingkan pada produk
segar yang lain. Lycopene adalah
pigmen merah yang memberikan
warna pada semangka, tomat
dan jambu. Kandungan lycopene
semangka antara 15 dan 20 miligram
per dua cawan saji atau sekitar 280
gram. Untuk memaksimalkan asupan
lycopene, pastikan semangka yang
dikonsumsi benar-benar matang.
Semakin merah semangka yang Anda
makan, semakin tinggi
konsentrasi lycopene-nya.
Kadar lycopene yang
tinggi pada semangka efektif
melindungi sel dari kerusakan.
Lycopene juga bisa membantu
mengurangi peradangan dan
bekerja sebagai antioksidan
untuk menetralkan
radikal bebas. Di
tambah lagi, choline
yang terkandung
di dalamnya
bisa membantu
.COM
Ekstrak semangka bisa
membantu menurunkan
hipertensi pada orang
dewasa yang kelebihan
berat badan.
membantu memperbaiki sirkulasi.
Dan seperti buah dan sayur yang
lain, semangka membantu mengurangi
risiko kanker lewat kandungan
antioksidannya. Lycopene secara
khusus berkaitan dengan pengurangan
proliferasi sel kanker prostat menurut
the National Cancer Institute.
Efek buruk mengonsumsi buah
segar ini hanya terjadi jika dilakukan
secara berlebihan. Jika makan
semangka terlalu banyak setiap hari,
mungkin Anda bisa mengalami berbagai
masalah karena kebanyakan lycopene
atau potassium. Konsumsi lebih dari
30 miligram lycopene setiap hari bisa
menyebabkan mual, diare, kembung
dan masalah pencernaan.
Selain itu, orang dengan masalah
hyperkalemia, atau kebanyakan
potassium dalam darah, sebaiknya tidak
mengonsumsi lebih dari satu cawan
semangka dalam sehari supaya tidak
sampai mengalami gangguan jantung.•
(Sumber: LiveScience)
Efek
Terlalu Lama
Menatap Layar
H
asil penelitian di Jepang
menunjukkan bahwa pekerja
yang menghabiskan waktu
berjam-jam menatap layar
komputer mengalami
perubahan sekreasi air mata seperti yang
dialami penderita penyakit mata kering.
Orang-orang yang bekerja terlalu
lama menggunakan komputer memiliki
sedikit protein MUC5AC, yang
dikeluarkan oleh sel-sel pada bagian
atas kelopak mata dan menyusun
bagian lapisan lendir atau "saput air
mata" yang menjaga mata tetap lembab.
"Untuk memahami pasien dengan
mata tegang, yang merupakan salah
satu gejala utama penyakit mata
kering, penting bagi dokter mata untuk
memperhatikan konsentrasi MUC5AC
dalam air mata," kata penulis hasil studi
itu, Dr Yuichi Uchino, ophthalmologis
atau dokter ahli mata dari School of
Medicine di Keio University, Tokyo.
Orang-orang yang menatap layar
komputer juga cenderung membuka
kelopak mata lebih lebar saat
mengerjakan tugas. Penambahan area
permukaan yang terpapar dan frekuensi
berkedip yang jarang bisa meningkatkan
penguapan air mata.
Dalam penelitian itu, tim pelaksana
studi itu memeriksa air mata dari dua
mata 96 pekerja kantor di Jepang, sekitar
dua pertiga di antaranya laki-laki, lalu
mengukur banyaknya protein MUC5AC
dan total kandungan protein air mata.
Hasilnya, tujuh persen pria dan
14 persen perempuan didiagnosis
menderita penyakit mata kering, artinya
mereka melaporkan gejala-gejala
gangguan kesehatan mata seperti iritasi,
pandangan kabur dan kualitas serta
kuantitas saput air mata yang buruk.
Secara keseluruhan, peserta yang
melihat layar lebih dari delapan jam
sehari memiliki rata-rata sekitar 6,8
nanogram MUC5AC per miligram
protein pada setiap mata.
Orang-orang yang bekerja menatap
layar komputer lebih dari tujuh jam per
hari punya rata-rata 5,9 nanogram per
miligram MUC5AC, jauh lebih rendah
dibandingkan kadar protein pada air
mata orang yang dalam sehari hanya
menghabiskan lima jam atau kurang di
depan komputer yakni 9,6 nanogram per
miligram.
Orang-orang yang punya penyakit
mata kering juga punya kadar MUC5AC
kecil, rata-rata 3,5 nanogram per
miligram MUC5AC, jauh lebih rendah
dibandingkan kandungan protein pada
orang tanpa penyakit mata kering yang
sebesar 8,2 nanogram per miligram.
"Mucin adalah salah satu komponen
terpenting selaput air mata," kata Dr.
Yuichi Hori, yang tidak menjadi bagian
dari studi baru tersebut.
"Fungsi mucin (seperti MUC5AC)
untuk menjaga air di permukaan okular
dari epitel yang mensintesis mereka,
walhasil, mereka adalah pemain utama
dalam pemeliharaan saput air mata pada
permukaan okular," kata Hori, kepala
departemen Ophthalmologi di Toho
University Omori Medical Center, Tokyo.
Konsentrasi protein itu juga
rendah pada orang-orang yang
mengalami gejala ketegangan mata jika
dibandingkan dengan orang-orang yang
tidak mengalaminya, demikian menurut
hasil riset yang dipublikasikan di JAMA
Ophthalmology.
Ia mengatakan, para pekerja kantor
yang khawatir dengan gangguan
mata kering bisa melakukan beberapa
perubahan kecil untuk mengurangi risiko.
"Area paparan permukaan okular
bisa dikurangi dengan menempatkan
terminal lebih rendah dengan layar miring
ke atas," katanya kepada Reuters Health.
Dokter juga menganjurkan
penggunaan pelembab di kantor dan
menghindari jalur angin langsung dari
pendingin udara serta menggunakan
obat tetes mata yang dijual bebas atau
diresepkan oleh dokter.
"Kami menyarankan pekerja kantor
yang mengalami kelelahan mata dan
gejala mata kering berkedip lebih sering
selama menatap layar dan mereka
sebaiknya menggunakan air mata
artifisial," kata Hori, dan menyarankan,
jika gejala itu tak hilang juga sebaiknya
segera berkonsultasi ke dokter mata.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 5
IRISHMIRROR.IE
INFO SEHAT
[MEDIA UTAMA]
BERSATU
MENJAGA IBU
T
empat tinggal Salbiyah
(37) berada di salah
satu ujung gang selebar
setengah meter yang
membentuk labirin di
pemukiman padat di balik
rumah-rumah tembok
di pinggir jalan Ciheuleut, Kelurahan
Baranangsiang, Bogor Timur.
Di rumah petak dengan satu dapur,
satu ruang tidur dan satu ruang depan
dengan satu kursi itu dia menantikan
kelahiran anak pertamanya bersama
sang suami, yang sehari-hari berdagang
sayur atau barang dagangan apa saja
yang bisa dia dapat di pasar.
Salbiyah memegangi perutnya yang
sudah membesar di balik daster batik
motif bunga warna hijau. Kandungannya
sudah berusia delapan bulan lebih.
Bidan di Puskesmas Bogor Timur
memintanya periksa dua pekan sekali
menjelang persalinan.
Perempuan lulusan sekolah dasar
itu mengaku rajin memeriksakan
kehamilan ke Puskesmas setiap bulan
dan mendapat vitamin dan pil tambah
darah, kadang mendapat suntikan,
mungkin vaksin, dia tidak benar-benar
tahu, dia malu menanyakannya ke bidan
Puskesmas.
Dia juga sudah menyimpan sedikit
uang untuk biaya persalinan dan masih
menimbang-nimbang untuk melahirkan
dengan bantuan paraji (dukun beranak)
atau bidan di Puskesmas.
“Kata bidan baik. Lahirnya bisa
normal, perkiraan lahir 10 Juli. Belum
6 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
tahu mau di mana nanti. Gimana nasib
saja, kalau di rumah selamat ya enggak
apa-apa,” kata Salbiyah, yang menikah
dua tahun lalu dan sebelumnya pernah
keguguran.
Dia belum tahu berapa biaya
melahirkan di Puskesmas karena selalu
malu menanyakan itu kepada petugas
Puskesmas. Tapi dia tahu, biaya
melahirkan dengan bantuan sekitar
Rp500 ribu atau kurang.
“Kalau di Puskesmas katanya
cuma bayar separuh kalau pakai kartu
Jamkesmas. Kata orang-orang bisa
sekitar Rp600 ribu,” kata Salbiyah, yang
sudah mulai menyiapkan baju bayi
untuk anak pertamanya.
Dia tidak tahu siapa yang akan
menemani atau mengantar dia ke bidan
saat waktu melahirkan tiba. Tapi
dia yakin akan mendapat bantuan
yang diperlukan jika waktunya
tiba. Dia tinggal di antara saudara
dan tetangga lama. Dia yakin
mereka siap membantu.
Seperti Salbiyah,
keponakannya Santi Nurliasari
(22) yang sedang hamil lima
bulan juga belum merencanakan
persalinan anak pertamanya.
“Mungkin ke Puskesmas,”
kata Santi, yang bulan Januari
lalu menikah dengan seorang
pekerja pabrik di Cileungsi, Bogor.
Tapi lulusan Sekolah
Menengah Pertama yang
sekarang bekerja jadi pelayan toko
itu rajin memeriksakan kandungan
ke Puskesmas setiap bulan.
“Kadang ke Posyandu
juga. Detak jantung diperiksa,
tekanan darah juga. Berat badan
ditimbang,” kata Santi, yang
masih tinggal di rumah petak
ibunya, yang berada di depan
rumah Salbiyah.
Menurut Konsultan Obstetri
Ginekologi Sosial Dr.dr.
Dwiana Ocviyanti, SpOG
(K), pemeriksaan kandungan
secara rutin sangat penting bagi
perempuan-perempuan hamil
seperti Salbiyah dan Santi.
“Pemeriksaan kehamilan
penting untuk mengenali sedini
mungkin kemungkinan adanya
masalah pada ibu hamil,
Kampanye
Kesehatan Ibu
dan Anak Global
Week Of Action
2014 di Bundaran
HI, Jakarta.
sehingga dapat dilakukan upaya
mengatasinya dan bila tidak dapat
dilakukan upaya pencegahan
komplikasi lebih lanjut,” kata
dokter Ocvi, yang juga Ketua
Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri Ginekologi Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM) Jakarta.
Ia menjelaskan pula bahwa
setiap perempuan sedapat
mungkin harus memeriksakan diri
ke dokter sebelum merencanakan
kehamilan.
“Setiap kehamilan haruslah
direncanakan dengan baik,
karena kondisi tubuh dari
satu kehamilan ke kehamilan
berikutnya belum tentu sama
baiknya,” katanya.
“Apabila belum sempat
memeriksakan diri ke dokter
sebelum hamil, sebaiknya
memeriksakan diri sesegera
mungkin setelah ibu menduga
bahwa dirinya hamil,” tambah dia.
Selanjutnya, ia menjelaskan,
ibu hamil harus memeriksakan
diri secara teratur ke bidan,
dokter atau spesialis obstetri dan
ginekologi untuk memastikan
kehamilan mereka tak
bermasalah atau menemukan
masalah kehamilan sejak dini
supaya bisa segera diatasi
sehingga tidak berakibat fatal
pada ibu maupun bayi.
Upaya-upaya itu penting
karena sampai sekarang masalah
menjelang dan selama kehamilan
sampai persalinan menyebabkan
banyak perempuan kehilangan
nyawa.
Mempercepat
Penurunan
Menurut hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih 359 per 100.000 kelahiran
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 7
ANTARA
Pemeriksaan
kehamilan penting
untuk mengenali
sedini mungkin
kemungkinan
adanya masalah
pada ibu hamil.
8 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
eklampsia), dan infeksi.
Sementara penyebab tidak
langsungnya mencakup apa yang
sering disebut Empat Terlalu dan
Tiga Terlambat.
Empat Terlalu: terlalu tua
hamil (lebih dari 35 tahun), terlalu
muda hamil (kurang dari 20
tahun), terlalu banyak hamil (lebih
dari empat kali), dan terlalu dekat
jarak antar kelahiran (kurang dari
dua tahun.
Tiga Terlambat: terlambat
mengenali tanda bahaya
persalinan dan mengambil
keputusan, terlambat dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan,
dan terlambat ditangani oleh
tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Menteri Kesehatan Nafsiah
Mboi mengatakan masalahmasalah yang mempengaruhi
kesehatan ibu tersebut harus
diatasi menggunakan pendekatan
upaya kesehatan berkelanjutan
atau continuum of care mulai
dari hulu sampai ke hilir. “Sejak
sebelum masa hamil, masa
kehamilan, persalinan sampai
nifas,” katanya.
Upaya yang dapat dilakukan
di tingkat hulu antara lain
peningkatkan status gizi
perempuan dan remaja;
peningkatan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja
mulai dari lingkup keluarga;
peningkatan konseling pranikah
untuk calon pengantin;
peningkatan peran aktif suami,
keluarga, tokoh agama, tokoh
adat, kader dan masyarakat
dalam menjaga mutu kesehatan
keluarga (terutama calon
ibu) sebelum dan saat hamil,
pemenuhan kebutuhan pelayanan
Keluarga Berencana serta
Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K).
P4K adalah kegiatan yang
difasilitasi oleh bidan desa untuk
meningkatkan peran aktif suami,
keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi
komplikasi pada ibu hamil,
termasuk perencanaan dan
penggunaan kontrasepsi pascapersalinan.
Program itu ditujukan untuk
meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan bagi
ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan aman
dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya
kebidanan bagi ibu sehingga
melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan dalam program itu
antara lain meliputi pertemuan
rutin forum peduli kesehatan ibu
dan anak tingkat desa, pendataan
ibu hamil dan pemasangan
stiker di rumah ibu hamil, serta
pengelolaan donor darah dan
sarana transportasi desa untuk
membantu ibu hamil.
Selain itu pemerintah juga
berusaha memastikan setiap
komplikasi maternal mendapatkan
penanganan secara adekuat dan
tepat waktu melalui pemantapan
jejaring rujukan pelayanan
kesehatan dan memastikan setiap
ibu hamil mendapat pelayanan
antenatal sesuai standar.
Pemerintah juga
mengupayakan setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan,
mengoptimalkan manajemen
kesehatan ibu di setiap tingkatan
dan memastikan dukungan
pembiayaan untuk program
kesehatan ibu.
Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
mengatakan upaya-upaya untuk
menurunkan angka kematian ibu
tersebut tidak bisa dilakukan sendiri
oleh Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan
membutuhkan dukungan dari
pemangku kepentingan lintas
sector untuk menjalankan
Dr.dr.Dwiana
Ocviyanti, SpOG
(K)
Setiap perempuan
sedapat
mungkin harus
memeriksakan diri
ke dokter sebelum
merencanakan
kehamilan.
STAFF.UI.AC.ID
hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) mencapai 32 per 1.000
kelahiran hidup.
Sementara laporan yang
diterima Kementerian Kesehatan
dari daerah menunjukkan jumlah
ibu yang meninggal dunia karena
kehamilan dan persalinan selama
2013 sebanyak 5.019 orang.
Menurut Direktur Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak Kementerian Kesehatan
Anung Sugihantono, menurut
laporan yang sudah masuk ke
Kementerian Kesehatan, tahun
ini sampai bulan Maret jumlah
ibu yang meninggal dunia sekitar
5.100 orang.
“Itu laporan yang kami terima
dari daerah. Tapi setelah kami
cek belum semua kabupaten dan
kota memberikan laporan. Masih
ada yang nihil, ada yang tidak
melaporkan,” katanya.
“Itu kisarannya menurut
laporan, bukan data ofisial,”
tambah dia.
Pemerintah, lanjut Anung,
tetap menggunakan data angka
kematian ibu resmi dari Badan
Pusat Statistik untuk menyusun
kebijakan, yakni 359 per 100.000
kelahiran hidup.
“Dengan jumlah kelahiran
sekitar 4,5 juta per tahun, maka
ada sekitar 16.000 ibu yang
meninggal dunia setiap tahun. Itu
angka dalam tiga tahun terakhir,
2011 sampai 2013,” jelasnya.
Jumlah itu masih tinggi.
Masih jauh dari target penurunan
angka kematian ibu nasional.
Pemerintah masih berusaha
keras untuk mencapai target
Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals/
MDGs), menurunkan angka
kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015.
Penyebab langsung kematian
ibu di Indonesia, menurut Anung,
utamanya masih perdarahan,
hipertensi (eklampsia/pre-
ANTARA
[MEDIA UTAMA]
program-program yang sudah
dirancang, termasuk di antaranya
dari pemerintah daerah,
organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat dan swasta.
Mendekat Kepada Ibu
Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
mengatakan, Kementerian
Kesehatan bersama instansi
lintas sektor sudah sepakat dalam
menggunakan pendekatan untuk
mempercepat penurunan angka
kematian ibu.
“Pertama fokus ke daerah
yang menyumbang kematian
ibu paling banyak berdasarkan
jumlah, bukan angka berdasarkan
rasio,” katanya.
Menurut data Kementerian
Kesehatan, daerah yang paling
banyak menyumbang jumlah
kematian ibu adalah Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Utara, Sulawesi
Selatan, Banten, DKI Jakarta,
Sumatera Selatan dan Lampung.
“Misalnya, dari total 5.000 ibu
yang dilaporkan meninggal dunia,
776 di antaranya ada di Jawa
Barat, yang kalau dilihat dari
angka akan kecil karena jumlah
kelahirannya sampai 700.000,
tapi kalau dilihat dari jumlah
besar,” katanya.
Pemerintah, ia menjelaskan,
memfokuskan intervensi pada
daerah-daerah penyumbang
Anung
Sugihantono
Perlahan tapi
pasti masalahmasalah dalam
pemenuhan dan
pemerataan
tenaga kesehatan
di seluruh wilayah
bisa diatasi.
banyak kematian ibu tersebut.
“Di situ kita lakukan upaya
peningkatan akses dan mutu
pelayanan,” katanya.
Peningkatan akses ke fasilitas
kesehatan, ia menjelaskan,
dilakukan dengan memperluas
jangkauan pelayanan. Perluasan
jangkauan pelayanan dilakukan
dengan memperbanyak
puskesmas perawatan, puskesmas
yang mampu menyediakan
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar/PONED), rumah
sakit yang menyediakan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK), dan
pembenahan jaringan rujukan
pelayanan.
“Peningkatan akses itu dilihat
berdasarkan rasio. Puskesmas
idealnya melayani 30.000
penduduk. Selain itu sekarang
di tempat-tempat penyumbang
kematian ibu itu yang lebih
banyak rumah sakitnya. Kegiatan
promotif dan preventif jadi
kurang,” jelas Anung.
Pemerintah, ia menjelaskan,
berusaha menutup kesenjangan
layanan kesehatan promotif
dan preventif tersebut dengan
mengembangkan jaringan
puskesmas, antara lain dengan
menambah puskesmas
pembantu, poliklinik desa
(polindes), dan rumah singgah,
tempat ibu menanti proses
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 9
ANTARA
[MEDIA UTAMA]
kelahiran dengan pengawasan
dari tenaga kesehatan terlatih.
“Semua ibu hamil sebenarnya
bisa melakukan persalinan
normal, tapi tiap saat bisa terjadi
kegawatdaruratan. Jadi artinya
harus ada upaya kesehatan
dilakukan di tempat yang tepat,
tenaga kesehatan yang tepat,
dan alat yang tepat,” jelasnya.
Ia menjelaskan pula bahwa
setidaknya sekitar 20 persen ibu
hamil berisiko tinggi mengalami
masalah saat bersalin. Rumah
singgah bisa menjadi tempat
ibu-ibu hamil berisiko tinggi yang
masuk masa akhir kehamilan
untuk menanti waktu persalinan
sebelum masuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
“Dia bisa tinggal di rumah
singgah supaya bisa cepat
dideteksi kalau ada risiko
kegawatdaruratan,” katanya.
Rumah-rumah singgah, ia
menjelaskan, merupakan bentuk
dari usaha kesehatan bersama
masyarakat di daerah-daerah
yang fasilitas kesehatannya
masih terbatas. “Ada inisiatif
dari warga setempat dengan
dukungan pemerintah,” katanya.
Anung mengatakan,
penambahan fasilitas untuk
meningkatkan akses ibu terhadap
pelayanan kesehatan bekerja
10 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
sama dengan pemerintah
daerah. Pemerintah pusat
mendukung penambahan
fasilitas-fasilitas kesehatan
pendukung pelayanan kesehatan
ibu berdasarkan kondisi dan
kemampuan daerah. “Di Jakarta
Barat misalnya, dilihat berapa
yang sudah masuk jejaring
pelayanan. Kalau memang perlu
penambahan, apakah tenaga
kesehatan pendukungnya ada,
apakah pemerintah daerah bisa
menyiapkannya,” katanya.
Dalam hal penambahan
fasilitas kesehatan pendukung, ia
mengatakan, pemerintah pusat
lebih memprioritaskan daerahdaerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan yang jumlahnya 101
kabupaten/kota.
“Itu yang kemudian kita beri
tambahan bantuan operasional
kesehatan, penguatan
sumber daya kesehatan, dan
pengembangan sistem rujukan,”
katanya.
Upaya itu dilakukan untuk
meningkatkan intensitas
pelayanan, supaya jangkauan
pelayanan kesehatan lebih
luas, dan lebih banyak ibu
hamil yang bisa mendapatkan
pelayanan. “Dan yang sudah
ada diperkuat supaya lebih
mampu melayani, dan sistem
rujukannya dikembangkan. Tahun
2014 sampai 2015 kita fokus ke
sana untuk kejar target MDGs,”
katanya.
Selain memperluas
jangkauan, pemerintah juga
melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, antara lain dengan
meningkatkan pengetahuan
dan keahlian tenaga kesehatan
seperti dokter, bidan dan perawat.
Pemerintah mengadakan
pelatihan reguler untuk tenaga
kesehatan dan mengembangkan
prosedur tetap layanan guna
memastikan setiap ibu hamil
bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan berkualitas.
“Untuk jumlah tenaga
kesehatan, saat ini di
tingkat nasional cukup, tapi
penyebarannya kurang merata.
Itu makanya kita fokus ke
daerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan, antara lain untuk
memastikan kebutuhan tenaga
kesehatan di sana adekuat,
termasuk untuk dokter ahli,”
jelasnya.
Pemerintah, ia mengatakan,
juga sedang menelaah sejumlah
peraturan perundangan supaya
bisa merumuskan pengaturan
tenaga kesehatan yang lebih
jelas, yang mengakomodasi
kebutuhan daerah akan tenaga
kesehatan terlatih.
“Kalau dulu ada wajib kerja
sarjana, sekarang kan PTT.
Kalau dulu semua dokter harus
kerja di daerah, sekarang tidak
demikian lagi. Dan ini bukan
masalah sederhana, karena
menyangkut ketersediaan
fasilitas, pengembangan karir
tenaga kesehatan, penggajian,
akses pengembangan keahlian...
Makanya sedang dibicarakan halhal yang menyangkut pengaturan
yang lebih jelas.”
Meski terlihat rumit, Anung
yakin perlahan tapi pasti masalahmasalah dalam pemenuhan dan
pemerataan tenaga kesehatan
di seluruh wilayah bisa diatasi.
“Tetap bisa diudari (diurai), pelanpelan,” katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan
bahwa sebenarnya upaya-upaya
peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan untuk
ibu hamil tersebut tidak akan
berdampak nyata terhadap
penurunan angka kematian ibu
selama angka kelahiran tidak
turun signifikan.
“Kalau mau menurunkan
kematian ibu, yang pertama ibu
hamil harus berkurang. Jadi kita
kembali ke arah hulu, ke Keluarga
Berencana,” katanya.
“Kalau Keluarga Berencana
bagus, ibu hamil sedikit, tenaga
kesehatan akan mampu
memberikan perhatian lebih besar
kepada setiap ibu hamil. Satu
dokter yang tadinya menangani
100 ibu hamil, selanjutnya hanya
melayani 10 ibu hamil...,” jelasnya.
“Kalau mau ke hulu lagi kita
bicara konseling persalinan,
kesehatan reproduksi, dan hal-hal
yang berkait dengan penyakit
tidak menular...”
Upaya-upaya ke arah itu,
menurut dia, sudah dilakukan.
Koordinasi antar kementerian
dan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah sudah
dilakukan untuk menekan
mengendalikan populasi
dan menyelamatkan ibu. Dia
menekankan bahwa pemerintah
pusat wajib melakukan
intervensi yang dibutuhkan
untuk menurunkan kematian ibu,
tapi sesungguhnya pemerintah
daerah yang menjadi penentu
keberhasilan upaya tersebut.
Semua harus saling
bergandeng tangan, bekerja
bersama, menjalankan peran
masing-masing untuk menjaga
para ibu, menghindarkan mereka
dari risiko-risiko kehamilan dan
persalinan yang bisa merenggut
nyawa.•
KESEHATAN
BELUM JADI
PRIORITAS
MASYARAKAT
INDONESIA
K
esehatan belum menjadi
prioritas masyarakat Indonesia
sebagaimana fakta yang
ditemukan 34 pemuda dari tim
Pencerah Nusantara setelah
melakukan pengabdian di sejumlah
lokasi di wilayah Indonesia.
“Saat awal saya bertugas di
Mentawai, Puskesmas hanya menjadi
bangunan yang teronggok sebagai
gedung tua. Layanan 24 jam unit
gawat darurat pun pun belum ada,
mereka lebih percaya dukun,” kata
Gustin F. Muhayani, salah satu dokter
yang menjadi tim Pencerah Nusantara
angkatan kedua, di Jakarta, Rabu.
Dalam laporan tengah tahun
pengabdiannya di Mentawai, Gustin
menuturkan persoalan yang mereka
hadapi bukan saja karena paradigma
akan kesehatan masyarakat yang masih
rendah tetapi juga infrastruktur dan
fasilitas yang juga tidak mendukung.
Meskipun begitu, ia dan timnya
yang terdiri dari bidan, perawat, dan
pemerhati kesehatan itu berhasil
mengintervensi jam operasional
Puskesmas di sana.
“Dengan ada pencerah nusantara,
kami berhasil mengintervensi gimana
Puskesmas seharusnya berjalan dengan
sistem shift pelayanan 24 jam. Namun
permasalahan paling besar adalah
medan yang cukup berat,” jelasnya.
Utusan Khusus Presiden RI untuk
Millenium Development Goals (MDGs)
Prof. Dr. Dr. Nila Moeloek, SpM (K)
mengatakan belum semua masyarakat
di Indonesia tersentuh pelayanan
kesehatan.
“Jaminan kesehatan nasional
masih agak sulit. Saat orang tidak
memiliki asuransi kesehatan, ketika
sakit ia menunda pengobatan yang
lantas bisa menjadi semakin parah dan
membutuhkan biaya yang lebih besar,”
jelas Nila.
Apalagi berdasarkan survey Badan
Pusat Statistik (BPS) Indonesia, lanjut
Nila, bahwa kesehatan bukan prioritas
hidup masyarakat Indonesia. Prioritas
mereka yang nomor satu adalah rumah,
yang kedua adalah pendidikan untuk
masyarakat di kota dan baju anak untuk
masyarakat di desa.
“Maka kita harus mengedukasi dan
menjaga masyarakat agar mereka tidak
sakit. Selain itu didorong kebutuhan
pelayanan kesehatan Indonesia yang
begitu mendesak dengan populasi
masyarakat Indonesia yang begitu
banyak,” ujar Nila.
Pencerah Nusantara merupakan
gerakan sosial berbasis kesehatan
dan kemitraan lintas sektor yang
diinisiasi oleh Kantor Utusan Khusus
Presiden RI untuk MDGs. Gerakan ini
menjadi salah satu terobosan dalam
usaha mencapai target MDGs melalui
kesehatan masyarakat sebagai daya
ungkit strategisnya.
Tim Pencerah Nusantara angkatan
kedua melakukan pengabdian selama
setahun di tujuh lokasi di pelosok
Indonesia antara lain Mentawai,
Karawang, Tosari, Berau, Lindu, Ogotua,
dan Ende.
“Namun kesehatan tidak bisa
diselesaikan oleh tenaga kesehatan
saja tetapi lintas sektor seperti budaya,
sosial, dan infrastruktur. Kesehatan tidak
akan mungkin kerja sendiri,” kata Nila.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 11
ANTARA
KETIKA
SENAM
HAMIL
JADI
“TRADISI
WAJIB”
12 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
S
aat ini senam hamil seolah-olah menjadi
tren «tradisi wajib» terutama bagi ibu-ibu
hamil yang tinggal di kota.
Apalagi tempat senam hamil
semakin mudah diakses. Kelas senam
hamil kini hadir di sejumlah rumah sakit
sehingga memungkinkan ibu hamil
untuk periksa kehamilan sekaligus mengambil sesi
senam hamil.
Tren senam hamil juga menular pada Listyoningsih
(27), seorang ibu muda yang bekerja di Jakarta. Ibu satu
anak itu mengikuti kelas senam sejak usia kandungan
tujuh bulan hingga menjelang persalinan.
Bagi Lilis, begitu ia akrab disapa, muncul rasa tidak
percaya diri apabila ia tidak ikut senam hamil.
“Mungkin karena kehamilan pertama jadi belum
pernah merasakan bagaimana sakitnya,” kata Lilis yang
kini tengah hamil anak kedua.
Lewat senam hamil, ia mengaku tidak hanya mendapat
pelatihan jelang persalinan seperti latihan gerakan
agar rahim lebih kuat dan latihan pernafasan sebagai
modal membantu proses melahirkan. Akan tetapi cerita
pengalaman dari ibu hamil yang telah melewati persalinan.
“Saat sesi sharing bisa dengar
pengalaman ibu-ibu yang sudah
kehamilan kedua bagaimana
deg-degannya, bagaimana harus
tenang agar tidak menghabiskan
tenaga,” ujar Lilis.
“Selain itu juga bisa konsultasi
sama bidan yang mengajar
kalau ada keluhan-keluhan saat
kehamilan,” tambahnya.
Senam hamil juga dianggap
penting bagi Ria (26) yang baru
menghadapi kehamilan pertama.
“Dari buku-buku kehamilan
yang saya baca, senam hamil
bisa membantu membuat posisi
bayi-nya bagus, mengurangi
keluhan fisik saat trimester akhir
dan membuat bumil jadi lebih siap
menghadapi persalinan normal,”
jelas Ria.
Ria yang kini sudah memasuki
usia kehamilan 35 minggu, baru
mengikuti kelas hamil saat usia
kandungannya menginjak 32
minggu.
“Sejauh ini, yang saya rasakan
pegal-pegal di pinggang berkurang.
Perut juga agak lebih enakan,
rasanya beda dengan sewaktu
sebelum senam,” tutur Ria
Menurut Ria, senam hamil
perlu dilakukan dengan segala
manfaat yang telah ia rasakan.
“Perlu. Selain karena buat
kesehatan tadi, di senam hamil
kita juga dikasih ilmu-ilmu tentang
persalinan dari pengajarnya,”
ujarnya.
Relatif terjangkau
Ria mengikuti senam hamil
dua kali setiap minggu. Ia menilai
biaya yang harus dikeluarkan
cukup terjangkau yakni Rp120
ribu untuk empat kali pertemuan.
“Tidak mahal, bahkan dengan
biaya Rp120 ribu itu sudah
mendapat kaos senam hamil
dan konsumsi setelah senam,”
terangnya.
Lilis pun menilai biaya
senam hamil sangat wajar. Ia
mengeluarkan biaya Rp25.000
ANTARA
[MEDIA UTAMA]
untuk setiap sesi senam.
“Menurut saya worth it, setiap
sesi juga dapat snack dan susu
untuk durasi hampir dua jam.
Dengan harga segitu, pelajaran yg
di dapat juga banyak,” kata Lilis.
Seberapa perlu
senam hamil
Senam hamil menjadi tren
karena dinilai sebagai aktivitas
fisik yang bisa memperlancar
persalinan. Menurut Konsultan
Obstetri Ginekologi Sosial Dr.
dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K),
senam hamil dapat membantu ibu
hamil menghadapi persalinan.
“Senam hamil secara fisik
maupun psikis akan menyiapkan
ibu untuk menghadapi persalinan,”
kata Dokter Dwiana yang juga
merupakan Staf pengajar dan
Ketua Program Studi Dokter
Spesialis Obstetri Ginekologi
Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo itu.
Usia kehamilan yang ideal
bagi ibu yang hendak mengikuti
senam hamil saat usia kehamilan
melewati 22 minggu.
“Senam hamil secara fisik
maupun psikis akan menyiapkan
ibu untuk menghadapi
persalinan,”
Dr. dr. Dwiana Ocviyanti,
SpOG(K)
Namun senam hamil bukan
menjadi kewajiban karena yang
terpenting adalah setiap ibu
hamil melakukan aktivitas fisik
atau gerakan-gerakan yang
mendukung kebugaran ibu dan
janin menjelang persalinan
Sebelum mencuatnya senam
hamil, ibu-ibu pun mampu
melewati persalinan dengan baik
asalkan ibu hamil rajin melatih
daerah otot-otot sekitar perut dan
panggul sehingga mempermudah
persalinan nanti.
“Ibu hamil dapat
melakukannya sendiri dengan
bantuan buku atau video. Atau ibu
dapat melakukan olahraga ringan
secara teratur seperti berenang
atau jalan kaki,” jelas Dokter
Dwiana.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 13
[MEDIA UTAMA]
ANTARA
JALAN
BERLIKU
ada masalah-masalah yang
muncul akibat kehamilan seperti
preeklampsi/eklampsi, anemia
defisiensi besi, diabetes dalam
kehamilan, kelainan pada janin
termasuk janin yang terlalu besar
atau terlalu kecil, kelainan letak
janin, kelainan letak plasenta, dan
cacat mayor pada janin.
Satu-satunya cara
menghindari masalah- selama
kehamilan tentu dengan
menghindari hamil, tapi mungkin
tidak banyak perempuan yang
mengambil pilihan tersebut.
“Karena itu semua kehamilan
harus direncanakan dengan baik,
sehingga bila muncul masalah
selama kehamilan, ibu dan
keluarganya sudah siap...,” kata
dr.Dwiana.
“Kalau kehamilan tidak
mungkin dihindarkan, maka
penting dilakukan pemeriksaan
antenatal yang baik, teratur dan
berkualitas, sehingga dapat
terdeteksi masalah yang muncul
selama fase kehamilan,” katanya.
SEORANG
IBU
Pertanda
P
erempuanperempuan itu
memikul tanggung
jawab besar untuk
menjaga janin
tumbuh sehat
selama dalam
kandungan, untuk menyaksikan
buah hatinya lahir sehat dan
selamat ke dunia.
Perjalanan mereka selama
sekitar 38 minggu mengandung
Ibu hamil
Perjalanan
mereka selama
sekitar 38 minggu
mengandung
embrio dalam
rahim tidaklah
mudah.
embrio dalam rahim tidaklah
mudah. Jalan yang mereka
lalui tidak selalu mulus, kadang
berbatu, kadang berduri.
Saat hamil, perempuan
harus menyesuaikan diri dengan
perubahan fisiologi tubuh, dan
menghadapi masalah-masalah
yang muncul karenanya, di
samping masalah-masalah lain
yang sudah ada sebelumnya.
Konsultan Obstetri Ginekologi
14 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Sosial Dr.dr. Dwiana Ocviyanti,
SpOG(K) mengatakan, masalah
yang muncul selama kehamilan
dapat disebabkan oleh kondisi fisik
ibu sebelum hamil atau kondisi
yang terjadi karena perubahan
fisiologi tubuh selama kehamilan.
Ketua Program Studi Dokter
Spesialis Obstetri Ginekologi
Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta itu menjelaskan, penyakit
yang diderita calon ibu bisa
mempengaruhi kehamilan
maupun proses persalinan.
“Contohnya penyakit jantung,
tuberkulosis paru, penyakit liver,
kelainan darah termasuk anemia,
kencing manis, hipertensi,
obesitas... Ini sudah dibawa ibu
semenjak hamil,” katanya.
Selain itu, ia melanjutkan,
Tanda-tanda kehamilan
yang bermasalah, dr.Dwiana
menjelaskan, sangat tergantung
masalah yang menyebabkannya.
Di antaranya sesak pada ibu
hamil dengan kelainan jantung
atau paru; pucat pada ibu hamil
dengan anemia; serta sakit kepala
hebat, bengkak pada kaki dan
muka serta tekanan darah tinggi
pada ibu dengan preeklampsi.
Tanda masalah yang lain
adalah kenaikan berat badan yang
berlebih dan gejala diabetes lain
pada ibu hamil dengan diabetes;
batuk-batuk kronik pada ibu dengan
tuberkulosis paru; perdarahan per
vaginam pada ibu dengan plasenta
previa; dan lain-lain.
Menurut dia, sebagian tanda
masalah pada kehamilan tidak
dapat dirasakan oleh ibu dan hanya
diketahui bila tenaga kesehatan
melakukan asuhan antenatal
cermat dalam pemeriksaan.
Petugas kesehatan, lanjut dia,
mengetahui tanda-tanda masalah
saat mendeteksi kenaikan berat
badan yang berlebih, tekanan
darah, dan kadar gula darah;
kadar hemoglobin darah yang
amat kurang; letak atau posisi
janin yang tidak normal; tinggi
fundus uteri yang lebih dari usia
kehamilan; dan sebagainya.
“Semua masalah itu amat
berbahaya bagi ibu hamil dan
janinnya, sehingga harus dikenali
saat melakukan pemeriksaan
sebelum hamil, maupun saat
pemeriksaan antenatal,” katanya.
Petugas kesehatan yang
mengetahui masalah-masalah
tersebut, ia mengatakan, harus
merujuk pasien ke rumah sakit
terdekat agar dokter obstetri
ginekologi dapat melakukan
evaluasi lebih lanjut.
Ia menekankan kembali
bahwa pemeriksaan kehamilan
secara rutin penting untuk
mengenali sedini mungkin
kemungkinan adanya masalah
pada ibu hamil sehingga tindakan
penanganan bisa segera
dilakukan, demikian pula dengan
upaya-upaya pencegahan
komplikasi lebih lanjut.
“Ibu hamil sedapat mungkin
harus memeriksakan diri ke
dokter sebelum merencanakan
untuk hamil, setiap kehamilan
haruslah direncanakan dengan
baik, karena kondisi tubuh dari
satu kehamilan ke kehamilan
berikutnya belum tentu sama
baiknya,” katanya.
Apabila belum sempat
memeriksakan diri ke dokter
sebelum hamil, ia melanjutkan,
sebaiknya memeriksakan diri
sesegera mungkin setelah ibu
menduga bahwa dirinya hamil.
Selanjutnya ibu hamil harus
memeriksakan diri secara teratur
ke seorang bidan, dokter atau
spesialis obstetri dan ginekologi
untuk mengetahui perkembangan
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 15
Saat kelahiran tiba
Masalah juga dapat muncul
selama proses kelahiran.
Perdarahan pasca persalinan,
persalinan yang tidak maju,
gawat janin, kelainan letak janin,
preeklampsi, bayi besar atau bayi
yang pertumbuhannya terhambat,
potensi persalinan preterm, dan
cacat kongenital mayor bisa
terjadi selama persalinan.
Dokter Dwiana menjelaskan,
masalah yang akan muncul
selama persalinan sebagian
besar bisa diketahui bila ibu
menjalani pemeriksaan antenatal
secara teratur dan berkualitas.
“Karena itu penting untuk
tetap memantau ibu hamil setelah
dengan kamar operasi serta
tenaga dokter spesialis obstetri
dan ginekologi, bank darah dan
obat-obat emergensi, serta fasilitas
perawatan bayi bermasalah bila
sewaktu-waktu terjadi komplikasi
berat seperti perdarahan pascabersalin/perdarahan post partum
dan gawat janin yang bila tidak
segera mendapat penanganan
bisa menyebabkan kematian ibu
maupun janin.
Dokter Dwiana menekankan,
fasilitas pelayanan yang lengkap
sangat penting untuk mendukung
upaya penurunan angka kematian
ibu.
“Hanya di negara-negara
dimana seluruh persalinan
dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas yang lengkaplah angka
kematian ibu dan janin dapat
“Hanya di negara-negara dimana seluruh
persalinan dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas yang lengkaplah angka kematian
ibu dan janin dapat diturunkan,”
Dr.dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K)
bersalin, setidaknya sampai
dengan 42 hari pasca-persalinan,”
kata dr. Dwiana.
Ia menganjurkan seorang ibu
melakukan persalinan dengan
bantuan tenaga kesehatan
terlatih di tempat persalinan
yang terstandard dan lengkap
fasilitasnya.
"Masalah-masalah yang berat
memang dapat muncul sewaktuwaktu selama persalinan…
karena itu persalinan sebaiknya
dilakukan di tempat dengan
fasilitas yang lengkap sehingga
dapat menjamin keselamatan ibu
yang sedang bersalin,” jelasnya.
Akan sangat ideal bila seluruh
ibu hamil dapat melahirkan di
rumah sakit yang dilengkapi
diturunkan,” katanya.
Sementara pemerintah belum
dapat menyediakan fasilitas
rumah sakit yang lengkap
untuk semua ibu bersalin, ia
mengatakan, para ibu harus
melahirkan di klinik bersalin yang
bisa segera merujuk pasien ke
rumah sakit terdekat jika terjadi
kegawatdaruratan.
Persiapan adalah kunci
Masalah memang bisa muncul
selama kehamilan maupun
persalinan, tapi dampaknya
bisa ditekan seminimal mungkin
dengan persiapan yang baik.
Dokter Dwiana menyarankan
setiap ibu mempersiapkan
kesehatan sebelum merencanakan
16 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
kehamilan. “Setiap kehamilan juga
harus direncanakan dengan baik,”
jelasnya.
Selama kehamilan, ia
mengatakan, para ibu sebaiknya
memeriksakan kesehatan
dan kandungan secara teratur
serta mengikuti nasihat tenaga
kesehatan untuk cukup istirahat
dan makan dengan gizi seimbang,
tak kurang atau berlebih.
Ia juga menganjurkan ibu
memilih tempat bersalin yang
fasilitasnya paling lengkap dan
menyediakan kendaraan untuk
rujukan, atau sedapat mungkin
melahirkan di rumah sakit dengan
fasilitas yang paling lengkap
untuk melakukan operasi bila
diperlukan serta fasilitas untuk
bayi bila terjadi komplikasi.
“Lalu rencanakan dan
diskusikan upaya menunda
kehamilan yang tidak direncanakan
semenjak masa kehamilan
agar tenaga kesehatan dapat
memberikan pelayanan KB yang
sesuai, atau kontrasepsi yang tepat
saat persalinan seperti IUD pascasalin dan tubektomi,” demikian
Dr.dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K).•
ANTARA
dan kesehatan diri dan janin
dalam kandungannya.
ANTARA
[MEDIA UTAMA]
P
ada suatu hari
Minggu di bulan
November 2013,
Puskesmas
Sikakap,
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat,
kedatangan pasien hamil inpartu
(siap melahirkan) dengan satu
tangan bayi yang sudah keluar
dari jalan lahir.
Ia datang setelah mendapat
bantuan boat dari Puskesmas
Saumanganyak dari dusunnya
yang terpisahkan oleh
laut. Riwayat ibu itu tidak pernah
ke posyandu karena petugas
kesehatan hanya mengunjungi
dusunnya setiap tiga bulan sekali
sehingga ia hanya memeriksakan
kehamilannya ke dukun.
POLEMIK
IBU DAN
AKSES
KESEHATAN
DI PELOSOK
Kondisi ibu itu
sudah lemah. Dari hasil
pemeriksaan, ketubannya pecah
dini dengan kehamilan gemeli
(kembar) dan posisi melintang
sehingga harus dirujuk ke RSUD
yang memiliki pelayanan operasi
Caesar.
Namun boat yang
membawanya dari dusun tidak
memadai untuk pelayaran
antarpulau sedangkan
Puskesmas SIkakap tidak
memiliki boat, bensin pun sedang
langka.
Setelah gagal meminjam
boat dibeberapa lembaga
swadaya masyarakat dan
instansi pemerintah, akhirnya
salah satu gereja katolik di
Sikakap bisa meminjamkan boat.
Sementara bayi sudah memaksa
keluar, mereka masih harus
mengumpulkan bensin dengan
meminjam dari beberapa warga.
Hingga pada sore hari boat
baru bisa membawa pasien dan
dua orang keluarganya bersama
seorang bidan PKM Sikakap
serta tim Pencerah Nusantara
ke RSUD Tuapejat yang ada di
Pulau Sipora.
Pasien tiba di RSUD Tuapejat
pada malam hari. Namun,
perjuangan mereka tidak sia-sia,
dua bayi perempuan lahir dengan
ibu dalam kondisi sehat setelah
proses caesar.
Itu adalah secuil kisah
perjuangan dari sekian banyak
masyarakat Indonesia yang
masih harus berjuang untuk
mendapatkan akses kesehatan
sebagaimana diceritakan kembali
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 17
ANTARA
18 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
“Maka kita harus mengedukasi dan
menjaga masyarakat agar mereka
tidak sakit. Selain itu didorong
kebutuhan pelayanan kesehatan
Indonesia yang begitu mendesak
dengan populasi masyarakat
Indonesia yang begitu banyak,”
Prof. Dr. dr. Nila
Moeloek, SpM (K)
NU S
AN
.O
R
RA
USA
NT
A
A.ORG
G
"Orang-orang yang memang
sulit mengakses pelayanan
kesehatan karena faktor
infrastruktur yang membatasi
akses transportasi mereka pun
berhak mendapat pelayanan
kesehatan terbaik dari negeri ini,”
Dokter Gustin F. Muhayani
TA
R
Gustin masih ingat betul saat
pertama kali menginjakkan kaki
di Sikakap, Puskesmas hanya
menjadi bangunan tua yang
teronggok begitu saja. Persoalan
infrastruktur dan minimnya
fasilitas semakin melengkapi
buruknya pelayanan kesehatan di
kecamatan berpenduduk sekitar
25.000 jiwa itu.
“Kesehatan belum menjadi
prioritas masyarakat,” ujar Gustin.
Pada perjalanannya, Gustin
dan timnya yang terdiri dari
bidan, perawat, dan pemerhati
kesehatan berhasil memperbaiki
puskesmas dengan pelayanan
24 jam. Pencerah Nusantara
bersama Puskesmas Sikakap
dan salah satu NGO di Sikakap
mengaktifkan sebuah program
Kemitraan Bidan Dukun.
karena jalur transportasi yang
masih sulit ditempuh baik
itu berupa jalan darat yang
masih berbatu, berpasir, tanpa
penerangan jalan serta jalur laut
yang baru bisa ditempuh jika ada
kapal atau boat yang melewati
dusun mereka.
Fakta tidak jauh berbeda
terjadi di Kecamatan Tosari,
Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur. Berjarak sekitar satu jam
dari Pasuruan, Tosari bukan
termasuk desa terpencil namun
angka kematian bayi masih
tinggi.
Dokter Maria yang juga
tim dari Pencerah Nusantara
mengungkapkan sejak Oktober
2013 hingga Juni 2014 sudah
terjadi empat kematian bayi
karena prematur dan kelainan
bawaan.
Masalah infrastruktur menjadi
salah satu faktor yang membuat
masih banyak ibu memilih
melahirkan di rumah. Tosari
merupakan wilayah pegunungan
dengan jalanan yang berliku,
bebatuan dan banyak jalan
rusak.
AHN
Berbagai polemik
Namun, lanjut Gustin, di
kecamatan sekitara Sikakap
seperti Malakopa dan
Saumanganyak belum tersentuh.
Ia menuturkan sebaran petugas
kesehatan di sana belum
merata. Selain itu, masyarakatnya
masih sulit untuk mencapai
sarana pelayanan kesehatan
PEN
CER
“Dengan belum hadirnya
24 jam petugas desa di dusun
dan adanya dukun bayi yang
telah dipercaya oleh masyarakat
yang selalu ada di dusun, serta
adanya kepercayaan masyarakat
jika melahirkan dirumah akan
membawa keberkahan,” jelasnya.
PENCERAH
oleh salah satu dokter yang ikut
menangani, Dokter Gustin F.
Muhayani.
Dokter Gustin merupakan salah
satu tim dari Pencerah Nusantara
angkatan kedua yang bertugas di
Kecamatan Sikakap, Kepulauan
Mentawai sejak Oktober 2013.
Pencerah Nusantara merupakan
gerakan sosial berbasis kesehatan
dan kemitraan lintas sektor,
diinisiasi Kantor Urusan Khusus
Presiden Republik Indonesia
untuk Millenium Development
Goals (MDGs).
“Kejadian itu mengajarkan
saya bahwa semua orang berhak
untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Orang-orang yang
memang sulit mengakses
pelayanan kesehatan karena
faktor infrastruktur yang
membatasi akses transportasi
mereka pun berhak mendapat
pelayanan kesehatan terbaik dari
negeri ini,” kata Gustin.
“Kejadian itu pun mengajarkan
bahwa segala sesuatu akan
lebih baik jika bisa dicegah
daripada harus menjadi penyakit,”
tambahnya.
Ironisnya, memang belum
semua masyarakat Indonesia
tersentuh pelayanan kesehatan
termasuk persalinan. Gustin
mengungkapkan angka
persalinan dengan dukun di
wilayah Kecamatan Sikakap
masih cukup tinggi. Diketahui ada
sekitar 50 dukun bayi yang aktif di
Kecamatan Sikakap.
Hal ini disebabkan petugas
desa (bidan dan perawat desa)
yang tersedia hanya 11 orang
sedangkan wilayah kerjanya
meliputi 44 dusun. Selain itu,
belum tersedia sarana dan
prasarana yang memadai bagi
tempat tinggal petugas desa
di dusun seperti polindes atau
poskesdes, sarana MCK, dan
keamanan. Akibatnya belum
semua petugas desa tinggal di
desa atau dusun.
ANTARA
[MEDIA UTAMA]
“Sebenarnya kesadaran
masyarakat untuk rutin
memeriksakan kandungan
di bidan sudah cukup bagus
meskipun masih ada yang
memilih ke dukun. Selain itu
karena faktor infrastruktur, masih
banyak yang maunya melahirkan
di rumah padahal kalau misal
bayinya butuh inkubator
bagaimana?” jelas Maria.
Faktor lainnya, kata Maria,
usia hamil muda padahal hal
tersebut menjadi penyebab
kehamilan yang riskan. Ia
menuturkan di Tosari banyak
yang menikah dibawah umur.
“Banyak anak-anak di sini
hanya sekolah sampai SD.
Jumalah anak yang melanjutkan
sekolah dari SD ke SMP sudah
berkurang apalagi ke SMA.
Mereka biasanya kerja lalu
menikah. Sehingga banyak yang
usia 16 tahun sudah hamil,”
terang Maria.
“Pengetahuan mereka masih
minimal karena sudah hamil di
usia muda. Bahkan budaya di
sini kalau hamil sebelum nikah
tidak terlalu tabu,” tambahnya.
Utusan Khusus Presiden RI
untuk Millenium Development
Goals (MDGs) Prof. Dr. Dr. Nila
Moeloek, SpM (K) mengatakan
belum semua masyarakat di
Indonesia tersentuh pelayanan
kesehatan.
Selain itu, berdasarkan
survey Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia, lanjut Nila,
bahwa kesehatan bukan prioritas
hidup masyarakat Indonesia.
Prioritas mereka yang nomor
satu adalah rumah, yang
kedua adalah pendidikan untuk
masyarakat di kota dan baju
anak untuk masyarakat di desa.
“Maka kita harus
mengedukasi dan menjaga
masyarakat agar mereka
tidak sakit. Selain itu didorong
kebutuhan pelayanan kesehatan
Indonesia yang begitu mendesak
dengan populasi masyarakat
Indonesia yang begitu banyak,”
ujar Nila.
“Namun kesehatan tidak
bisa diselesaikan oleh tenaga
kesehatan saja tetapi lintas
sektor seperti budaya, sosial,
dan infrastruktur. Kesehatan
tidak akan mungkin kerja
sendiri,” tambah Nila.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 19
[MEDIA UTAMA]
Mensyukuri
Kemerdekaan
Oleh : Prawito
Prof. DR. G.A. Siwabessy
Pernah dipercaya
sebagai Ketua Tim Dokter
Kepresidenan pada era
Presiden Soekarno dan
Presiden Soeharto.
20 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
29 Agustus 2014, di Jakarta.
Siapa Prof. DR. G.A. Siwabessy?
Prof. DR. G.A. Siwabessy, putera daerah, kelahiran
negeri Ullath, pulau Saparua Maluku, salah satu pahlawan
itu. Siwabessy pernah dipercaya sebagai Ketua Tim Dokter
Kepresidenan pada era Presiden Soekarno dan Presiden
Soeharto. Prof. Siwabessy pernah memimpin Departemen
Kesehatan 12 tahun sejak tahun 1966 hingga 1978.
Kepemimpinannya berawal dari adanya perubahan politik
secara mendadak akibat kudeta Gerakan 30 September
1965, menjadi Menteri Kesehatan.
Sebagai Menteri Kesehatan pada Kabinet
Ampera, Siwabessy menyampaikan garis-garis besar
kebijakan berupa stabilisasi sosial politik, ekonomi dan
mengusahakan kesehatan manusia Indonesia secara
jasmani dan rohani. Kinerja 2 tahun pertama fase
penyelamatan dan rehabilitasi sangat memuaskan,
sehingga dipercaya periode berikutnya dengan tugas untuk
menyelesaikan fase konsolidasi dan stabilisasi bidang
kesehatan.
Selanjutnya, Siwabessy membangun kerjasama dengan
organisasi internasional menjadi anggota Perserikatan
Bangsa Bangsa. Memanfaatkan bantuan dana luar
negeri, Profesor yang dijuluki bapak Atom Indoensia
ini membangun laboratorium rumah sakit di Bandung,
intensive care (gawat darurat) di Jakarta, floating hospital
(kapal rumah sakit) di Maluku, fasilitas dan peralatan
kesehatan rumah sakit umum Semarang, Purwokerto
dan mengembangkan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
Banyak kesuksesan yang yang telah ditorehkan Prof.
DR. G.A. Siwabessy, antara lain dimulainya pembangunan
sarana kesehatan seperti puskesmas dan tenaganya,
pembangunan Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga
(Samijaga) di seluruh Indonesia. Pemenuhan sarana dan
Prof. DR. G.A. Siwabessy
Memimpin Departemen
Kesehatan 12 tahun sejak
tahun 1966 hingga 1978.
ANTARA
"B
angsa yang besar, adalah
Bangsa yang menghargai Jasa
para Pahlawanya”. Setiap
Perayaan Kemerdekaan 17
Agustus, ungkapan ini selalu
mengingatkan kita pada jasa
para pahlawan yang telah
gugur merebut Kemerdekaan RI dari penjajah. Setelah
kemerdekaan, Bangsa Indonesia terus melahirkan
pahlawan-pahlawan baru dalam berbagai bidang. Jasa
mereka memberi manfaat yang besar bagi masyarakat dan
mengharumkan nama Bangsa Indonesia dimata dunia.
Diantara pahlawan itu yakni Prof. DR. G.A. Siwabessy,
yang pada tahun 2014 bertepatan dengan peringatan 100
tahun kelahiranya. Acara puncak akan diperingati tanggal
peralatan pelayanan
kesehatan, pencegahan
penyakit, pengadaan
dan pengawasan obat,
pemberantasan penyakit
menular, pengembangan
laboratorium, penelitian
dan surveilans,
kesehatan gigi dan jiwa,
pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat,
pendidikan health education specialist dan penyuluhan
kesehatan.
Bagaimana mensyukuri Kemerdekaan ?
Sekurang-kurangnya ada tiga cara mensyukuri
nikmat kemerdekaan, khususnya pahlawan bidang
kesehatan. Pertama, menghargai jasa para pahlawan
dengan mengenang jasa-jasanya. Diantara jasa Prof.
Siwabessy yakni membentuk Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri dan Penerima
Pensiun (Asuransi Kesehatan). Kini, asuransi kesehatan
itu telah menjadi Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS). Dalam implementasinya, BPJS
Kesehatan menyelenggarakan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) terselenggara mulai tanggal 1 Januari 2014.
Kedua, mengembangkan pola asuransi kesehatan
dengan lebih baik lagi, baik secara cakupan asuransi,
termasuk pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan
kesehatannya. Jaminan Kesehatan Nasional ini berlaku
wajib bagi seluruh penduduk Indonesia, tanpa kecuali.
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 21
[MEDIA UTAMA]
Diantara jasa Prof. Siwabessy yakni
membentuk Badan Penyelenggara
Dana Pemeliharaan Kesehatan Pegawai
Negeri dan Penerima Pensiun (Asuransi
Kesehatan). Kini, asuransi kesehatan itu
telah menjadi Badan Penyelenggaran
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS).
Dalam implementasinya, BPJS
Kesehatan menyelenggarakan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) terselenggara
mulai tanggal 1 Januari 2014.
PB
22 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
PERISTIWA
Bagi mereka yang tidak bersedia menjadi
peserta asuransi, secara individu tidak akan bisa
memperpanjang KTP, Paspor, STNK, SIM dan
berbagai surat kepemilikan pribadi. Sementara bagi
perusahaan yang enggan mendaftarkan pekerjanya
dapat dikenakan sanksi berupa penahanan
perpanjangan izin usaha, penahanan Izin mendirikan
bangunan dan sejenisnya.
Jaminan Kesehatan Nasional ini sifatnya berupa
asuransi sosial. Jadi masing-masing dari individu ikut
iuran, alias membayar premi setiap bulannya. Kecuali
bagi mereka yang tidak mampu akan dibebaskan dari
biaya iuran.
Dengan sistem seperti ini semua kita akan saling
membantu. Mereka yang sehat membantu yang
sakit. Mereka yang kaya membantu yang miskin.
Mereka yang memiliki resiko rendah membantu
mereka yang berisiko tinggi. Prinsip saling tolong
menolong dalam bidang kesehatan kembali tegak.
Selain itu, asuransi ini intinya, tidak adil jika harus
menanggung biaya sakit sendirian. Sebab orang sakit
bukan hanya karena faktor dirinya sendiri, tapi ada
faktor orang lain. Demikian juga sebaliknya, orang
lain sakit bisa jadi karena kelalaian kita.
Contoh sederhananya, penyakit flu. Kenapa
sakit flu? Selain karena daya tahan tubuh yang
lemah, orang sakit juga karena penularan orang lain.
Demam berdarah? Bisa jadi rumahnya terbebas
jentik nyamuk, tapi kalau daerah terdekat tak bersih
apakah nyamuk itu akan tahu siapa yang harus
digigit? Seseorang sakit gangguan pernafasan? Bisa
jadi karena polusi dari asap knalpot kita. Dan begitu
seterusnya.
Dengan begitu apakah adil jika seseorang
menanggung biaya berobatnya sendirian ?
Sementara penyebabnya adalah banyak orang
? Jadi wajar, bila yang sehat bertanggung jawab
menanggung biaya bagi yang sakit, demikianlah
cara kerja gotong royong asuransi sosial JKN. Masih
banyak kelebihan lain yang tidak mungkin dituangkan
dalam tulisan ini.
Ketiga, kita semua harus berusaha saling
bekerjasama menciptakan generasi berikutnya lebih
sehat dari generasi sebelumnya. Tenaga kesehatan
semakin tercukupi dari jumlah dan kualitasnya,
demikian juga sarana pelayanan kesehatan.
Kemudian yang lebih penting semua orang harus
berupaya menjaga kesehatannya agar tetap sehat.
Bila sakit, segera berobat tanpa kesulitan jaminan
biaya kesehatanya. Jadi mensyukuri kemerdekaan
dibuktikan dengan generasi berikut lebih sehat,
bukan hanya berpindah dari penyakit infeksi kepada
penyakit degeneratif.•
KEMENTERIAN
KESEHATAN
DAPAT
WOW BRAND
CHAMPION
AWARD
K
ementerian
Kesehatan
mendapat
penghargaan
Gold Champion
of Indonesia Wow Brand
Indonesia 2014 dari
MarkPlus, Inc. kategori Public
Institution-Ministry.
Penghargaan ini diberikan
kepada instansi publik yang
memiliki integritas tinggi,
kebijakan yang paling
disukai oleh publik, serta
tingkat kepercayaan dan
rekomendasi tinggi dari
publik,
Penghargaan tersebut
diserahkan oleh Chief
Operating Officer MarkPlus,
Inc Taufik, kepada Kepala
Pusat Komunikasi Publik
Kementerian Kesehatan, drg.
Murti Utami, MPH di Hotel JS
Luansa Jakarta pada 25 Juni
2014.
Survei Indonesia Wow
Brand 2014 dilakukan
menggunakan metode riset
kuantitatif terhadap ribuan
responden yang tersebar
di 18 kota besar Indonesia,
dari Banda Aceh hingga
Jayapura.
Survei pada responden
berusia 15-60 tahun itu fokus
pada penilaian masyarakat
terhadap institusi publik yang
berkaitan dengan pelayanan
dan kebijakan yang diterima
masyarakat dalam setahun
terakhir.
Selain kepada
Kementerian Kesehatan,
penghargaan Indonesia
WOW Brand Award
juga diberikan kepada
Kementerian Dalam Negeri
dan Kementerian Keuangan.
Kementerian Dalam
Negeri mendapat Silver
Champion of Indonesia
WOW Brand 2014 sementara
Kementerian Keuangan
mendapat Bronze Champion
of Indonesia WOW Brand
2014.
Hermawan Kartajaya
bersama tim MarkPlus Inc.
menghadirkan konsep WOW
Brand sebagai sebuah
tolak ukur pemasaran baru
bagi brand.
Konsep yang dirilis
pertama kali dalam acara
Jakarta Marketing Week
2014 itu mencakup lima
tahap penerimaan konsumen
terhadap sebuah brand,
yaitu Kenal (Aware), Tertarik
(Appeal), Cari Tahu (Ask),
Beli (Act), dan terakhir
adalah Rekomendasi
(Advocate).
Suatu brand bisa
dikatakan ‘WOW’, jika
jumlah orang yang
mengetahui brand sama
dengan jumlah orang yang
merekomendasikannya,
terlepas dari jumlah
orang yang benar-benar
menggunakan produk
tersebut.•
JUNI
Juni 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM PB
23
PERISTIWA
Pemberian buku panduan
Penggunaan Pajak Rokok
Daerah dari Menkes RI
kepada Bapak Daud
Situmorangperwakilan dari
Kementerian Dalam Negri RI
PENINGKATAN
CUKAI EFEKTIF
KENDALIKAN
KONSUMSI ROKOK
P
eningkatan cukai
rokok bisa menjadi
instrumen kebijakan
yang efektif untuk
mengendalikan
konsumsi produk berbahan
utama tembakau yang
berdampak buruk terhadap
kesehatan itu.
Pada Puncak Peringatan
Hari Tanpa Tembakau
Sedunia di Jakarta, Senin
(2/6), Menteri Kesehatan dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
mengatakan peningkatan
cukai rokok bisa menurunkan
konsumsi rokok dan jumlah
perokok dan selanjutnya
akan menurunkan kejadian
penyakit tidak menular
seperti penyakit jantung dan
kanker.
Ia menjelaskan, menurut
Undang-Undang No. 39 tahun
24 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
2007 tentang Cukai, batas
maksimum cukai rokok yang
diperbolehkan yakni 57 persen
dari harga jual eceran rokok.
“Sedangkan di tingkat
global, standar cukai rokok
adalah 65 persen,” katanya
pada acara peringatan yang
tahun ini bertema “Naikan
Cukai Rokok, Lindungi
Generasi Bangsa.”
Peningkatan cukai rokok
perlu dilakukan karena
jumlah perokok pemula
cenderung meningkat dari
tahun ke tahun dan hal itu
antara lain berkaitan dengan
harga rokok yang relatif
murah di Indonesia.
Faktor lain yang
menurut Menteri Kesehatan
mempengaruhi peningkatan
jumlah perokok pemula
adalah kemudahan membeli
rokok secara eceran,
maraknya penjualan rokok
di setiap tempat, dan masih
diizinkannya pedagang
menjual rokok kepada anak
usia kurang dari 18 tahun.
Ia juga mengatakan
bahwa secara keseluruhan
prevalensi merokok
penduduk berusia 15 tahun
ke atas juga meningkat dari
27,2 persen pada tahun 1995
menjadi 36,3 persen pada
tahun 2013.
Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar 2013,
proporsi terbesar perokok
aktif adalah penduduk yang
bekerja sebagai petani/
nelayan/buruh yakni sebesar
44,5 persen.
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian
Kesehatan Prof Tjandra
Yoga Aditama menjelaskan,
peningkatan harga rokok 10
persen saja bisa menurunkan
konsumsi rokok sampai lima
persen di negara-negara
berpendapatan rendah dan
menengah serta menurunkan
empat persen konsumsi
rokok di negara-negara
berpendapatan tinggi.
“Penurunan konsumsi
rokok pada kaum muda
akibat kenaikan harga ini
adalah dua sampai tiga kali
lebih besar dari penurunan
pada dewasa,” katanya.
Dia juga mengutip hasil
p
‎ enelitian di 20 negara
berpendapatan rendah sampai
menengah tahun 2010 yang
menunjukkan bahwa kenaikan
harga rokok sampai 10 persen
bisa menurunkan konsumsi
rokok sebesar 18 persen pada
anak usia 14 tahun
Selain itu, ia menjelaskan,
peningkatan cukai rokok
yang sejak 2008 dilakukan
Turki bersamaan dengan
penanganan iklan dan
kawasan ta‎npa rokok dapat
menurunkan penjualan
tembakau sebesar 12 persen
selama 2008-2012.
Kebijakan pemerintah
Turki juga menyebabkan
penurunan proporsi perokok
pada populasi dewasa dari
31,2 persen pada tahun 2008
menjadi 27,1 persen pada
tahun 2012.
Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health
Organization/WHO)
memperkirakan, bila seluruh
negara meningkatkan cukai
rokok sebesar 50 persen
maka akan ada penurunan
49 juta perokok yang terdiri
atas 38 juta perokok dewasa
dan 11 juta perokok remaja
serta akan ada 11 juta
kematian akibat rokok yang
bisa dicegah.
Regulasi
Pendukung
Menteri Kesehatan
menjelaskan, pemerintah
telah menerbitkan berbagai
regulasi, termasuk regulasi
tentang cukai rokok, untuk
mengendalikan dampak
penggunaan tembakau
terhadap kesehatan.
Sebagian dari regulasi
itu merupakan peraturan
pelaksanaan dari UndangUndang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
Regulasi tentang
pengendalian dampak
penggunaan tembakau
terhadap kesehatan antara
lain meliputi Peraturan
Pemerintah No.109/2012
tentang Pengamanan Bahan
Menkes RI bersama Kepala Pusat Promosi
Kesehatan sedang melihat gambar-gambar
bahaya akan Rokok
“Saya perlu menggarisbawahi
bahwa PP No.109/2012 sama sekali
tidak mengatur tentang larangan
penanaman tembakau, melainkan
untuk melindungi masyarakat dari
dampak buruk pada kesehatan yang
diakibatkan oleh konsumsi tembakau
dan konsumsi rokok.”
dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau
bagi Kesehatan.
Menteri Kesehatan
optimistis pelaksanaan
peraturan pemerintah
itu secara intensif dan
terintegrasi oleh jajaran
Pemerintah Pusat dan
Daerah bersama masyarakat,
akan berdampak positif
pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
“Saya perlu
menggarisbawahi bahwa PP
No.109/2012 sama sekali
tidak mengatur tentang
larangan penanaman
tembakau, melainkan untuk
melindungi masyarakat
dari dampak buruk pada
kesehatan yang diakibatkan
oleh konsumsi tembakau
dan konsumsi rokok,” kata
Menteri Kesehatan.
Implementasi Peraturan
Pemerintah tersebut, menurut
dia, akan menurunkan
dampak buruk konsumsi
rokok dan tembakau pada
kesehatan individu, keluarga,
dan masyarakat.
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan mengatakan
berhenti merokok terbukti
dalam menurunkan risiko
terkena penyakit jantung
kronik, kanker dan stroke.
Ia menjelaskan, orang
yang sudah satu tahun
berhenti merokok risiko
terserang penyakit jantung
kroniknya turun menjadi
separuh dari orang yang
terus merokok.
“Sesudah 10 tahun
berhenti merokok, maka
risiko mendapat penyakit
kanker paru menjadi separuh
dari yang terus merokok.
Dan sesudah lima sampai
10 tahun berhenti merokok,
maka risiko mendapat
penyakit stroke menjadi
sama seperti yang tidak
merokok,” demikian Prof
Tjandra Yoga Aditama.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 25
PERISTIWA
INDONESIA
DORONG
KERJA SAMA
ATASI MERS
melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi dan
melakukan tindakan untuk
mencegah kemungkinan
penyebaran MERS-CoV di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang
menyediakan layanan bagi
pasien yang diduga atau
sudah dipastikan terserang
penyakit pernafasan akibat
coronavirus dianjurkan
melakukan tindakan untuk
mengurangi risiko penularan
ANTARA
ANTARA
P
emerintah
Indonesia menilai
ancaman Middle
East Respiratory
Syndrome
Corona Virus (MERS CoV)
membutuhkan penanganan
bersama dan mengajak
negara-negara anggota
Gerakan Non-Blok dan
Organisasi Kerja Sama
Islam (OKI) bekerja sama
menanggulanginya.
Saat menjadi pembicara
tamu pada pertemuan para
duta besar negara OKI di
Jenewa, Swiss, Rabu (21/5),
Menteri Kesehatan dr. Nafsiah
Mboi, Sp.A., MPH juga
mengemukakan langkahlangkah Indonesia dalam
mengantisipasi penularan
MERS, khususnya terkait
pelaksanaan ibadah haji.
“Pada tingkat domestik,
pemerintah Indonesia telah
mengambil berbagai langkah
dalam rangka penanganan
ancaman isu virus korona
MERS tersebut,” kata
Nafsiah, yang juga menjabat
sebagai ketua menterimenteri kesehatan negara
OKI
Menteri Kesehatan
mengatakan pemerintah
Indonesia telah memperkuat
kegiatan pemantauan serta
mengedarkan berbagai
informasi dan pengumuman
Tengah termasuk Yordania,
Kuwait, Oman, Qatar, Arab
Saudi dan Uni Emirat Arab.
Sedang di Eropa, kasus
serupa dilaporkan di Prancis,
Jerman, Yunani, Italia, dan
Inggris. Kasus MERS-CoV
juga dilaporkan terjadi di
Tunisia serta Malaysia dan
Filipina.
Kejadian kasus-kasus
baru tampaknya mengikuti
pola musiman, dengan
peningkatan kejadian mulai
kepada masyarakat dan
petugas kesehatan di
seluruh tingkatan mengenai
penularan MERS.
“Di samping itu juga
memperkuat kesiapan
laboratorium, serta
meningkatkan kerja sama
dan koordinasi antar seluruh
pemangku kepentingan,”
tambah dia.
Virus corona yang
menyebabkan MERS
pertama kali diidentifikasi
di Arab Saudi tahun 2012.
Sejak April 2012, sebanyak
254 kasus infeksi MERSCoV dilaporkan ke WHO,
termasuk 93 kasus yang
mengakibatkan kematian.
Laporan kasus berasal
dari negara-negara di Timur
26 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
terjadi bulan Maret-April,
demikian menurut WHO Risk
Assessment on MERS-CoV.
Jumlah kasus MERSCoV meningkat tajam sejak
pertengahan Maret 2014,
utamanya di Arab Saudi dan
Uni Emirat Arab.
Sekitar 75 persen
dari kasus-kasus yang
belakangan dilaporkan
adalah kasus sekunder,
artinya mereka yang
tertular mendapatkan
infeksi dari orang lain yang
terinfeksi. Mayoritas kasus
menunjukkan penularan
utamanya terjadi dari
manusia ke manusia.
Organisasi Kesehatan
Dunia merekomendasikan
peningkatan kesadaran untuk
virus dari pasien ke pasien
lain, tenaga kesehatan,
pekerja dan pengunjung.
Karena tidak selalu
memungkinkan untuk
langsung mengidentifikasi
pasien MERS-CoV, sangat
penting bagi tenaga
kesehatan untuk menerapkan
standar kewaspadaan secara
konsisten bagi semua pasien
apapun diagnosis mereka.
WHO juga menganjurkan
orang-orang yang berisiko
tinggi tertular MERS-CoV
seperti penderita diabetes,
gagal ginjal, dan penyakit
paru kronis, meningkatkan
kewaspadaan saat
mengunjungi peternakan
atau pasar atau tempat lain
yang ada untanya.•
SIAGA HADAPI
PENYEBARAN
MERS-CoV
K
ementerian
Kesehatan
menyiagakan
fasilitas pelayanan
kesehatan untuk
menanggulangi penularan
sindrom pernafasan akibat
virus corona baru (Middle
East Respiratory Syndrome
Corona Virus/MERS-CoV).
Kementerian Kesehatan
menyiagakan rumah sakit,
Kantor Kesehatan Pelabuhan
dan petugas surveilans
selama 24 jam sehari untuk
mengantisipasi penyebaran
MERS-CoV.
Deteksi penyebaran
MERS-CoV juga dilakukan
di pintu-pintu masuk ke
dalam negeri, terutama pada
jemaah haji maupun umrah
yang kembali ke Tanah
Air, melalui penyebaran
Health Alert Card (HAC),
pemasangan leaflet dan
banner di 49 Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP),
termasuk di antaranya 13
KKP Embarkasi.
Sementara
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan
menyiapkan laboratorium
yang siap 24 jam menerima
dan memeriksa sampel yang
diambil dari pasien yang
diduga terserang MERS-CoV.
“Laboratorium kami siap
24 jam menerima sampel.
Silakan dikirimkan,” kata
Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Prof
dr Tjandra Yoga Aditama saat
jumpa pers di Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta, Rabu
(7/5).
Selain itu Direktorat
Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian
Kesehatan membuat Posko
Kejadian Luar Biasa yang
beroperasi 24 jam.
Masyarakat bisa
menghubungi nomor telepon
021-4257125, 36840901,
atau 42877588 dan mengirim
pesan melalui layanan pesan
singkat (SMS gateway)
ke nomor 0857-6459-997
atau 0857-6459-996 untuk
mendapatkan berbagai
informasi soal MERS-CoV.
Kementerian Kesehatan
juga sudah menyampaikan
imbauan kepada warga
yang ingin menunaikan
ibadah umrah atau haji untuk
menunda keberangkatan
ke Arab Saudi dan menaati
anjuran perjalanan dari
pemerintah Arab Saudi.
“Kami terus mengimbau
itu (penundaan) sampai
saat ini, sambil kita ditinjau
terus perkembangan virus
koronanya. Sebab, risiko
penularan itu tetap ada
dan belum bisa kita duga,”
kata Plt. Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan
Prof. dr. Agus Purwadianto di
Jakarta, Rabu (7/5).
Kepala Badan
Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Gatot Abdullah Mansyur
juga mendukung upaya
Kementerian Kesehatan
dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja Indonesia di luar
negeri yang pulang ke Tanah
Air.
BNP2TKI dan
Kementerian Luar Negeri
juga melakukan sosialisasi
untuk meningkatkan
kewaspadaan sekitar 1,2
tenaga kerja Indonesia
di jazirah Arab terhadap
penularan MERS-CoV.
Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health
Organization/WHO)
mengeluarkan peringatan
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 27
penting tentang
penyebaran MERSCoV berupa nasihat
perjalanan namun
sampai dengan 1 Mei
2014 belum menerapkan
pembatasan perjalanan.
“Tidak perlu khawatir
berlebihan karena tingkat
infeksinya kecil jika
dibandingkan dengan
seluruh jamaah di sana,”
ujar Tjandra.
Meski demikian,
jamaah umrah dan warga
Indonesia yang bepergian
ke negara-negara Arab
diminta mewaspadai
penularan virus corona itu
dan segera menghubungi
petugas kesehatan jika
mengalami gejala-gejala
demam tinggi, flu, batuk
dan sesak napas.
MERS-CoV
merupakan penyakit
sindroma pernapasan
yang disebabkan oleh
virus corona virus jenis
baru. Gejala MERS-CoV
di antaranya demam,
batuk dan sesak napas
yang bersifat akut, dan
biasanya pasien memiliki
penyakit ko-morbid
(penyerta).
Menurut WHO, sejak
pertama kali dilaporkan
pada September 2012
di Arab Saudi sampai 26
April 2014 terdapat 261
kasus yang dikonfirmasi
MERS-CoV dan 93 di
antaranya mengakibatkan
kematian.
Hingga saat ini
kasus MERS-CoV
telah ditemukan di 14
negara di wilayah Timur
Tengah, Eropa, Afrika,
dan Asia dan belum ada
pengobatan spesifik
maupun vaksin untuk
mencegah penularan
virus corona tersebut.•
ANTARA
PERISTIWA
JADILAH
KARTINIKARTINI
YANG
TAK MATI
MUDA
28 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
K
ementerian Kesehatan memperingati
Hari Kartini dengan mencanangkan
kampanye Peduli Kesehatan Ibu di
Jakarta pada 28 April lalu.
Kartini, yang dikenal sebagai tokoh
emansipasi perempuan, lahir tanggal 21 April 1879
dan meninggal dunia tahun 19 September 1904. Ia
meninggal dunia pada usia 25 tahun, hanya empat
hari setelah melahirkan putra pertama dan satusatunya.
Kementerian Kesehatan memanfaatkan
peringatan hari lahir Kartini untuk mengajak semua
pihak menjaga Kartini-Kartini masa kini supaya
tidak sampai mati muda.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan
saat ini masih perlu kerja keras untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Ia mengutip data hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang
menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu di
Indonesia masih 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per
1.000 kelahiran hidup.
Sementara laporan yang diterima Kementerian
Kesehatan dari daerah menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan
persalinan selama tahun 2013 sebanyak 5.019 orang
dan jumlah bayi yang meninggal dunia berdasarkan
estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak.
“Kematian ibu terjadi pada perempuan yang
terlalu muda hamil, ada juga
yang terlalu tua untuk hamil,
jarak kehamilan yang terlalu
berdekatan, serta kehamilan
yang terlalu sering,” kata
Menteri Kesehatan.
Selain itu terdapat
beberapa kondisi lain yang
mempengaruhi sepert
anemia pada penduduk
usia 15-24 tahun yang
masih tinggi (18,4 persen
menurut Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013); angka
perkawinan usia dini masih
tinggi (46,7 persen menurut
Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2010); angka kelahiran
pada usia remaja yang tinggi
(48 per 1.000 perempuan
usia 15–19 tahun menurut
SDKI Tahun 2012); dan
kebutuhan pelayanan KB
yang tidak terpenuhi yang
masih tinggi (8,5 persen
menurut SDKI Tahun 2012).
Menteri Kesehatan
mengatakan pemecahan
masalah kesehatan ibu perlu
pendidikan kesehatan
reproduksi remaja mulai dari
lingkup keluarga; peningkatan
konseling pranikah untuk
calon pengantin; peningkatan
peran aktif suami, keluarga,
tokoh agama, tokoh adat,
kader dan masyarakat dalam
menjaga mutu kesehatan
keluarga (terutama calon ibu)
sebelum dan saat hamil, serta
Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta pemenuhan
kebutuhan pelayanan
Keluarga Berencana (KB).
“Kita perlu menyadari
bahwa kehamilan merupakan
investasi sumberdaya
manusia yang sangat tinggi
nilainya, sehingga perlu dijaga
dengan baik agar sumber
daya manusia yang dilahirkan
sehat, bermutu, dan produktif,”
kata Menteri Kesehatan.
“Jadilah Kartini-Kartini
Indonesia yang tidak mati
muda, namun jadilah KartiniKartini Indonesia yang
dengan periode waktu
kehamilan seorang ibu, yakni
selama sembilan bulan.
Kegiatan kampanye
bertema #SayangIbu yang
dimulai bulan April dan akan
diakhiri pada peringatan Hari
Ibu tanggal 22 Desember
2014 itu diharapkan bisa
membuat orang-orang di
sekeliling ibu, seperti suami
dan keluarga, untuk menemani
ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan dan siap membawa
ibu ke tenaga kesehatan mulai
saat kehamilan, persalinan
dan nifas-- terutama pada saat
terjadi tanda bahaya-- serta
mendukung ibu mengikuti
program KB.
Kampanye antara lain
akan dilakukan melalui
berbagai acara, publikasi dan
komunikasi, advokasi dan
kemitraan serta pemanfaatan
media sosial. Sampai saat ini
telah terdata lima kegiatan
besar, termasuk pada Hari
Keluarga Nasional pada 14
Juni 2014 di Surabaya.
Kampanye lewat jejaring
sosial dengan #SayangIbu
hingga saat ini telah diikuti
oleh sekitar 15 kelompok
media sosial.
Selain itu sudah
dicanangkan proyek
percontohan peningkatan
partisipasi aktif komunitas
pendukung kesehatan
perempuan dan KB melalui
pendampingan ibu hamil oleh
anggota koperasi Yayasan
Cinta Anak Bangsa (YCAB)
dengan area program Jakarta
Barat dan Jakarta Timur yang
menjangkau sedikitnya 800
ibu hamil dan 400 fasilitator.
Proyek itu dilaksanakan
selama April - Desember
2014 dengan melibatkan
ibu-ibu anggota Koperasi
YCAB sebagai pendamping
ibu hamil dan nifas.
Hasilnya diharapkan bisa
meningkatkan kesadaran
akan pentingnya menjaga
kesehatan ibu.•
“Jadilah Kartini-Kartini Indonesia
yang tidak mati muda, namun jadilah
Kartini-Kartini Indonesia yang sehat
dan mampu membuat Indonesia
semakin jaya,”
dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
dilakukan menggunakan
pendekatan upaya kesehatan
berkelanjutan atau continuum
of care mulai dari hulu sampai
ke hilir. “Sejak sebelum masa
hamil, masa kehamilan,
persalinan dan nifas,” kata
Menteri Kesehatan.
Upaya yang dapat
dilakukan di tingkat hulu
antara lain peningkatkan
status gizi perempuan
dan remaja; peningkatan
sehat dan mampu membuat
Indonesia semakin jaya,”
demikian pesan Menteri
Kesehatan.
Kampanye Peduli
Kesehatan Ibu
Kampanye Peduli
Kesehatan Ibu merupakan
rangkaian kegiatan untuk
mencegah kematian
ibu dan bayi secara
berkesinambungan sesuai
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 29
PERISTIWA
D
irektur Jenderal
Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu
dan Anak Anung
Sugihantono
meresmikan Rumah
Menyusui di Rumah Sakit
Budi Kemuliaan, Jakarta,
pada peringatan Hari Kartini
21 April lalu.
Dia berharap Rumah
Menyusui yang dibangun
Rumah Sakit Budi Kemuliaan
bekerja sama dengan Sentra
Laktasi Indonesia (Selasi)
itu bisa pusat layanan dan
dukungan menyusui.
“Serta tempat pendidikan
dan pelatihan keterampilan
membantu menyusui,”
katanya pada acara yang
juga dihadiri oleh Ketua
Suasana aktivitas
Penimbangan bayi
pasien di RS Budi
Kemuliaan Jakarta.
Selasi Wiyarni Pambudi dan
pakar Air Susu Ibu, Utami
Roesli.
Pemerintah mendorong
pemberian ASI Eksklusif
guna menjamin pemenuhan
hak bayi untuk mendapatkan
air susu ibu (ASI) sejak lahir
sampai berusia enam bulan.
Pemerintah juga terus
berusaha meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu.
Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan
Anak mengatakan dari
tahun ke tahun kualitas
pelayanan kesehatan ibu
dan kesehatan reproduksi
cenderung membaik seiring
dengan peningkatan akses
masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.
30 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun
2013, cakupan kunjungan
pertama ibu hamil ke fasilitas
kesehatan (antenatal K1)
telah mencapai 81,3 persen
dan cakupan kunjungan
antenatal ke-4 mencapai 70,0
persen. Sementara cakupan
persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan mencapai
86,9 persen.
Namun hal tersebut
tidak serta merta diikuti
penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI). Angka Kematian
Ibu di Indonesia masih
359 per 100.000 kelahiran
hidup. Padahal menurut
target Tujuan Pembangunan
Millenium (Millenium
Development Goals/
DARAH AMAN
UNTUK
SELAMATKAN
IBU
A
kses terhadap
fasilitas
pelayanan darah
yang aman
merupakan
salah satu faktor penting
dalam upaya untuk
mencegah kematian ibu
karena sepertiga penyebab
kematian ibu melahirkan
adalah perdarahan
Pelayanan darah yang
aman dan berkualitas
merupakan bagian yang
tidak terpisahkan untuk
menurunkan angka kematian
ibu melahirkan, demikian
sambutan Wakil Menteri
Kesehatan Prof. dr. Ali
Ghufrom Mukti MSc.,PhD
yang dibacakan oleh Staf
Ahli Menteri Kesehatan
Bidang Teknologi Kesehatan
dan Globalisasi Prof. Dr. dr.
Agus Purwadianto, SH, MSi,
Sp.F(K), pada pembukaan
Seminar Hari Donor Darah
Sedunia tahun 2014 di
ANTARA
MEMBANTU IBU
LEWAT RUMAH
MENYUSUI
MDGs), Angka Kematian Ibu
Indonesia ditargetkan turun
menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup pada 2015.
Sementara Angka
Kematian Bayi (AKB) dalam
Survei Dasar Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012
mencapai 32 per 1.000
kelahiran hidup, masih lebih
tinggi dibandingkan dengan
target MDGs sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup pada
2015.
Selain itu angka kematian
akibat melahirkan sebesar
20 per 1.000 kelahiran
hidup dan ditargetkan
turun menjadi 14 per 1.000
kelahiran hidup pada 2015.
Lebih lanjut dr. Anung
menjelaskan bahwa menurut
data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, kunjungan
neonatal pertama ibu baru
melahirkan ke fasilitas
kesehatan mencapai 71,3
persen dan kunjungan
neonatal lengkap sebesar
39,3 persen.
“Dalam kualitas pelayanan
neonatal perlu diperhatikan
juga indikator mengenai ASI
Eksklusif,” katanya.
Ia menjelaskan pula
bahwa menurut data SDKI
tahun 2012 persentase bayi
umur enam bulan kurang
yang mendapatkan ASI
Eksklusif sebesar 41 persen,
bayi umur empat sampai
lima bulan yang mendapat
ASI Eksklusif sebanyak
27 persen, dan bayi yang
menyusui sampai umur dua
tahun sampai 55 persen.
Penyediaan fasilitas
semacam Rumah Menyusui
di Rumah Sakit Budi
Kemuliaan diharapkan
mendorong pengelola
rumah sakit mengutamakan
pemenuhan hak kesehatan
ibu dan bayi melalui
pemberian ASI Eksklusif.•
Jakarta, Selasa (24/6).
Dalam seminar yang
bertema “Darah Aman untuk
Menyelamatkan Ibu” itu dia
mengatakan, penyediaan
darah yang aman dalam
jumlah cukup dapat lebih
mudah tercapai jika tingkat
partisipasi masyarakat
dalam kegiatan donor darah
sukarela secara rutin.
“Ketersediaan darah
di sarana kesehatan
sangat ditentukan oleh
partisipasi masyarakat dalam
mendonorkan darahnya,” kata
Wakil Menteri Kesehatan.
Saat ini persediaan darah
belum dapat memenuhi
kebutuhan. Pemenuhan
kebutuhan darah ideal per
tahun adalah dua persen dari
jumlah penduduk, artinya
Indonesia membutuhkan
sekitar 4,8 juta kantong
darah setiap tahun untuk
mendukung kegiatan
pelayanan kesehatan. Namun
saat ini persediaan darah
baru sekitar 3,5 juta kantong
darah per tahun. Jumlah
tersebut, tidak seluruhnya
berasal dari donor sukarela,
tapi oleh donor pengganti dari
keluarga pasien.
Persediaan darah
diharapkan berasal dari
donor berisiko rendah, salah
satunya donor sukarela,
mengingat darah juga dapat
menjadi media penularan
penyakit seperti HIV,
Hepatitis B, Hepatitis C dan
Sifilis.
“Rekomendasi WHO,
darah transfusi yang aman
dan berkualitas berasal dari
donor sukarela,” kata Wakil
Menteri Kesehatan.
“Pemenuhan kebutuhan
darah sangat penting untuk
meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dan
menyelamatkan nyawa
seseorang. Untuk itu, mari
berperan serta dalam upaya
peningkatan kesadaran
masyarakat mengenai
pentingnya donor darah
sukarela,” katanya.
Pada kesempatan itu,
Wakil Menteri Kesehatan
juga memberikan apresiasi
kepada para pendonor
sukarela atas darah yang
telah mereka sumbangkan
kepada para ibu melahirkan
yang membutuhkan darah.
Hadiah mereka membantu
menyelamatkan para ibu dari
kematian.
Angka Kematian Ibu
Indonesia sampai sekarang
masih cukup tinggi yaitu 359
per 100.000 kelahiran menurut
hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia Tahun
2012. Pada tahun yang sama,
data Direktorat Jenderal
Gizi & Kesehatan Ibu Anak
Kementerian Kesehatan
menunjukan, penyebab
kematian ibu melahirkan 35
persen di antaranya akibat
perdarahan. Penyediaan
pelayanan darah yang mudah
diakses, aman dan berkualitas
diharapkan bisa mencegah
kematian ibu dan menurunkan
angka kematian ibu.•
"Pelayanan darah yang aman dan
berkualitas merupakan bagian yang
tidak terpisahkan untuk menurunkan
angka kematian ibu melahirkan."
Prof. dr. Ali Ghufrom Mukti MSc.,PhD
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 31
PLASA.MSN.COM
PERISTIWA
KONSUMSI ROKOK
JUGA BERDAMPAK
PADA KEMISKINAN
M
enteri
Kesehatan dr.
Nafsiah Mboi,
Sp.A, MPH
mengatakan
konsumsi produk tembakau
yang tak terkendali juga akan
berdampak pada peningkatan
angka kemiskinan.
Saat membuka Indonesia
Conference on Tobacco
or Health (ICTOH) yang
bertema “Tobacco Control:
Save Lives, Save Money” di
Jakarta, Jumat(30/5), Menteri
Kesehatan mengatakan
masalah-masalah kesehatan
akibat konsumsi rokok
menyebabkan kerugian
ekonomi.
Dia mengutip hasil
kajian Badan Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan tahun 2013 yang
menunjukkan bahwa telah
terjadi kenaikan kematian
prematur akibat penyakit
terkait tembakau dari
190.260 pada tahun 2010
menjadi 240.618 kematian
pada tahun 2013.
Selain itu, menurut
32 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
kajian Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan,
jumlah penderita penyakit
akibat konsumsi tembakau
meningkat dari 384.058
orang pada tahun 2010
menjadi 962.403 orang pada
tahun 2013.
Kondisi tersebut
berdampak pula pada
peningkatan kumulatif
kerugian ekonomi secara
makro akibat penggunaan
tembakau.
Jika dinilai dengan uang,
kerugian ekonomi karena
masalah kesehatan akibat
konsumsi tembakau naik dari
Rp245,41 triliun pada tahun
2010 menjadi Rp378,75
triliun pada tahun 2013.
“Nilai kerugian ini lebih
besar bila dibandingkan
dengan jumlah uang yang
diperoleh negara dari cukai
rokok, yakni Rp87 triliun di
tahun 2010 dan Rp113 triliun
tahun 2013,” kata Menteri
Kesehatan.
Data-data itu
menunjukkan bahwa
konsumsi tembakau yang
tidak terkendali berpotensi
menyebabkan kemiskinan
yang berlanjut dari generasi
sekarang ke generasi
berikutnya.
“Kita perlu meningkatkan
dan menyukseskan upaya
pengendalian tembakau agar
dampak buruk kesehatan
yang diakibatkan tembakau
dapat ditekan serendah
mungkin atau bahkan
dihapuskan sama sekali di
Tanah Air,” katanya.
Ia menjelaskan pula
bahwa pemerintah berupaya
mengendalikan dampak
buruk penggunaan tembakau
terhadap kesehatan dengan
melakukan advokasi dan
sosialisasi, menerbitkan
regulasi, dan memperkuat
pelembagaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
sebagai bagian dari upaya
promotif-preventif dalam
Pembangunan Kesehatan
Menteri Kesehatan
menambahkan, indikator
keberhasilan PHBS
mencakup tidak merokok di
dalam rumah tangga, tempat
kerja, dan di tempat-tempat
umum.
“Saya ingin mengajak
segenap hadirin dan seluruh
masyarakat Indonesia untuk
berjuang bersama guna
mensukseskan pengendalian
dampak buruk kesehatan
akibat rokok di Tanah Air kita.
Dengan demikian, prevalensi
perokok di Indonesia dapat
menurun dan kelak tidak ada
lagi perokok baru di negara
kita,” katanya.•
Menkes RI dan seluruh peserta
melakukan foto bersama dalam
acara Indonesia Conference on
Tobacco or Health
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 33
Perpustakaan
Yayasan Mitra
Netra
BUKU-BUKU
HARAPAN
TUNA NETRA
S
ekitar 300 buku
bentuk braille dan
audio setiap tahun
dibuat di sebuah
bangunan di pojok
Jalan Gunung Balong,
Jakarta Selatan. Buku-buku
yang manfaatnya begitu luar
biasa bagi para penyandang
tunanetra itu datang dari
sebuah tempat yang
sederhana.
Di sebuah ruangan
seluas 3x4 meter, tampak
dua orang sedang serius
mengetik seraya sesekali
membalik lembar halaman
buku di pangkuan mereka.
Namun, tulisan yang
tampil pada layar bukan
huruf latin yang biasa kita
lihat. Bagi orang awam,
apa yang terlihat seperti
kumpulan titik-titik yang
sekilas begitu rumit. Itu lah
huruf braille yang langsung
diterjemahkan saat mereka
mengetik di komputer
34 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
tersebut berkat perangkat
lunak Mitranetra Braille
Converter (MBC).
Rupanya, mereka
sedang menyalin ulang
tulisan yang ada dari bukubuku ke dalam tulisan braille
agar nantinya bisa dinikmati
para tunanetra.
Lalu, hanya terpisahkan
oleh sekat kaca, teronggok
mesin yang siap mencetak
tulisan-tulisan tersebut
hingga nantinya menjadi
Dari langkah kecil
Buku adalah persoalan
bagi penyandang tunanetra.
Bagaimana tidak? Jumlah
buku yang bisa mereka
nikmati masih sangat
sedikit, padahal buku bisa
menjadi modal mereka untuk
mengembangkan diri agar
dapat lebih mandiri.
Hal itu mengusik
Bambang Basuki (63),
Direktur Eksekutif Yayasan
Mitra Netra. Bambang, yang
penglihatannya tiba-tiba
terenggut saat ia dibangku
SMA, tahu betul rasanya
hidup berteman gelap.
Namun, ia berhasil
melaluinya hingga saat ini
tidak hanya menjadi sosok
yang mandiri namun juga
berguna bagi sekitarnya.
“Menjadi orang buta
itu tidak enak. Dan yang
paling menyakitkan adalah
tidak ada harapan, menjadi
beban bagi orang lain, itu
yang paling tidak enak,” tutur
Bambang.
Bambang pun sempat
melewati fase-fase depresi
dan kehilangan harapan.
Sampai akhirnya, ia mampu
menghadapi kebutaannya
dengan optimisme. Menelan
mentah-mentah diskriminasi
yang ia alami.
Dengan segala
perjuangan, ia lulus kuliah
dari jurusan Bahasa Inggris
IKIP Jakarta (sekarang
Universitas Negeri Jakarta)
kemudian menjadi guru di
Sekolah Luar Biasa.
Harapan. Bambang
menyebut kata tersebut
sebagai modal kekuatannya.
Semasa kuliahnya, Bambang
memutar otak agar bisa
menikmati buku mata kuliah.
Dengan segala triknya
Bambang bisa membuat
temannya mau membacakan
buku-buku pelajarannya yang
direkam dalam kaset bekas.
Yayasan Mitra Netra ini ia
dirikan untuk membangkitkan
penyandang tuna netra dari
segala keterpurukan mereka
hingga menjadi orang-orang
yang berguna ditengah
masyarakat.
Yayasan yang didirikan
tahun 1991 itu terus
berkembang dari lembaga
rehabilitasi, memberikan
pendampingan, menawarkan
kursus-kursus seperti
kursus komputer dan laptop
bicara, bahasa inggris,
musik, hingga melangkah
lebih besar lagi untuk
memproduksi buku-buku bagi
penyandang tunanetra.
“Harus ada yang
mulai produksi buku untuk
tunanetra karena jumlahnya
sangat terbatas dengan judul
yang itu-itu saja. Apa yang
bisa kita lakukan? Kami
(penyandang tunanetra)
harus melakukan sendiri.
Mulai dari langkah yang
kecil,” terang Bambang.
Ia teringat pada rekamanrekaman buku kuliahnya. Ia
MITRANETRA.OR.ID
sebuah buku yang utuh.
Ternyata tidak hanya
buku braille. Di ruang
produksi, begitu ruang itu
disebut, mereka membuat
buku audio. Biasanya,
seorang relawan akan
membacakan tulisan yang
ada di buku, kemudian
direkam dan diperbanyak
dalam sebuah CD yang
nantinya dapat dinikmati
dengan mudah oleh para
penyandang tunanetra.
Dengan segala
keterbatasan dana serta
sumber daya manusia,
Yayasan Mitra Netra terus
berjuang untuk memproduksi
buku braille dan audio.
Selain untuk menambah
koleksi di Perpustakaan
Mitra Netra, buku-buku
tersebut juga dihibahkan
ke 47 lembaga di seluruh
Indonesia yang bekerja
di bidang pemberdayaan
tunanetra.
Begitulah cara mereka
berbagi harapan kepada
para penyandang tunanetra.
Memberikan secercah
harapan lewat buku-buku
yang menjadi jendela dunia
mereka.
lalu kumpulkan kaset-kaset
bekas itu untuk direkam
ulang lagi karena tak ada
dana untuk membeli kaset
yang baru.
“Kami putar otak. Kalau
tantangan jadi hambatan ya
akan menghambat. Tetapi
kalau dijawabnya dengan
kecerdasan maka tantangan
itu akan beri peluang yang
lebih besar. Program buku
audio ini dimulai dengan
menggunakan kaset bekas,”
jelasnya.
Tantangan itu belum
Bambang Basuki
bersama Andy F Noya
saat penandatanganan
MOU "GERAKAN BOOK
FOR THE BLIND" antara
Mitra Netra dengan Kick
Andy Foundation tahun
2011 lalu.
Suasana
pengetikan buku
oleh relawan.
MITRANETRA.OR.ID
MITRANETRA.OR.ID
REFORMASI BIROKRASI
berhenti karena untuk
memproduksi buku braille
lebih sulit lagi ketimbang
buku audio. Bambang
mengungkapkan Yayasan
Mitra Netra pun terus
berinovasi hingga akhirnya
mampu mengembangkan
perangkat lunak MBC lewat
perjalanan panjang.
Berkat pengembangan
yang terus dilakukan dari
software buatan Jerman
tersebut, kini penerjemahan
buku latin ke dalam huruf
braille menjadi lebih mudah.
Kini, Perpustakaan Mitra
Netra sudah mengoleksi
lebih dari 10.000 judul buku
dalam tulisan braille, buku
audio, dan buku elektronik
(e-book).
Persoalan dana masih
menjadi tantangan yayasan
ini. Pemotongan karyawan
sudah dilakukan. Meskipun
begitu, Yayasan Mitra Netra
tidak pernah lelah untuk
berbagi harapan.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 35
DENTISTLASVEGAS-NV.COM/
TEROBOSAN
MENUMBUHKAN
KEMBALI GIGI
DENGAN LASER
36 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
tapi hanya menumbuhkan kembali dentin.
Dan menumbuhkan kembali dentin
saja bisa mengurangi kebutuhan untuk
melakukan perawatan saluran akar,
prosedur menyakitkan untuk mengambil
jaringan syaraf yang rusak atau mati dan
bakteri-bakteri di dalam gigi, kata para
peneliti.
Jika menggunakan metode regenerasi
yang sudah ada, maka para ilmuwan
harus mengambil sel-sel punca dari
tubuh, mengubahnya di laboratorium, dan
menaruh mereka kembali ke tubuh.
Teknik yang baru lebih sederhana
merangsang aksi sel-sel punca yang sudah
ada pada tempatnya.
Para ilmuwan sudah sejak lama tahu
bahwa terapi laser tingkat rendah bisa
geraham binatang pengerat, menyerang
pulp gigi dengan laser dan menaruh penutup
sementara, kemudian melihat pembentukan
dentin dalam periode 12 pekan.
“Modalitas perawatan kami tidak
memperkenalkan sesuatu yang baru ke
tubuh, dan laser secara rutin digunakan
dalam kedokteran dan kedokteran gigi,
jadi hambatan ke penerjemahan klinik
rendah,” tambah profesor bioteknologi dari
Harvard University, David Mooney, tentang
penelitian itu.
“Ini akan menjadi kemajuan substansial
di bidangnya jika kita bisa memperbaiki gigi
daripada menggantinya,” katanya seperti
dilansir kantor berita Reuters.
Arany berharap uji klinik penggunaan
teknik itu pada manusia bisa mendapat
persetujuan dalam waktu dekat.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah
metode ini bisa menghasilkan sel-sel punca
lain yang berguna dalam pengobatan
regeneratif menggunakan laser.
Arany berharap temuan ini selanjutnya
bisa bermanfaat dalam penyembuhan luka,
perbaikan jaringan jantung, penanganan
jaringan yang terbakar, perbaikan
kerusakan tulang dan yang lainnya.•
“Ini akan menjadi
kemajuan substansial
di bidangnya jika kita
bisa memperbaiki
gigi daripada
menggantinya,”
Praveen Arany
ANTARA
P
ara ilmuwan datang dengan ide
cemerlang untuk memperbaiki
gigi. Mereka menggunakan sinar
laser untuk memicu sel-sel punca
tubuh beraksi dan selanjutnya
menumbuhkan kembali bagian gigi yang
disebut dentin.
Para peneliti menunjukkan proses
itu lewat studi yang melibatkan tikus
dan penggunaan sel-sel manusia di
laboratorium.
Mereka menggunakan laser
berkekuatan rendah untuk memicu sel-sel
punca gigi dari dentin, jaringan keras serupa
tulang yang menyusun kebanyakan gigi.
Para ilmuwan tidak meregenerasi
seluruh bagian gigi karena hal itu tidak
mudah dilakukan pada bagian enamel gigi,
Para ilmuwan sudah
sejak lama tahu
bahwa terapi laser
tingkat rendah bisa
merangsang prosesproses biologi seperti
meremajakan kulit
dan merangsang
pertumbuhan rambut
tapi belum yakin dengan
mekanismenya.
merangsang proses-proses biologi seperti
meremajakan kulit dan merangsang
pertumbuhan rambut tapi belum yakin
dengan mekanismenya.
Tapi untuk itu diperlukan dosis sinar laser
yang tepat karena dosis terlalu rendah tidak
bekerja dan terlalu tinggi bisa menyebabkan
kerusakan, kata peneliti Praveen Arany dari
National Institute of Dental dan Craniofacial
Research, bagian dari National Institute of
Health, Amerika Serikat.
Menurut hasil penelitian yang dimuat
dalam jurnal Science Translational
medicine itu, paparan laser pada gigi
dengan intensitas rendah yang tepat
memicu pengaktifan reaksi kimia tertentu.
Paparan sinar laser dengan intensitas
rendah yang tepat bisa membuat molekulmolekul yang mengandung oksigen
mengaktifkan sel-sel protein yang diketahui
terlibat dalam fungsi pembentukan,
penyembuhan, dan kekebalan.
Protein ini pada gilirannya akan
mengarahkan sel-sel punca--sel induk
yang bisa berubah menjadi beragam
tipe jaringan-- dalam gigi untuk berubah
menjadi dentin.
Para peneliti mengebor lubang pada
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 37
MITRANETRA.OR.ID
POTRET
Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D.
Menata
MITRANETRA.OR.ID
Jalan Menuju
Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D
saat melakukan inspeksi mendadak obat
generik di salah satu apotik di Jakarta.
B
agi Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Dra. Maura Linda
Sitanggang, Ph.D, setiap
pekerjaan mesti dijalankan
dengan nilai tambah dan semangat
menjadi unggul akan menambahkan
nilai pada setiap pekerjaan.
“Added value kita apa? Kita harus
punya passion for excellence. Jadi
saya ingin teman-teman saya di sini
punya passion for excellence for the
public, for the population of Indonesia
tentu,” katanya saat berbincang dengan
Mediakom di kantor Kementerian
Kesehatan Jakarta, Jumat (13/6).
Perempuan yang sebelumnya
menjabat sebagai Direktur Penilaian
Obat Tradisional, Kosmetika, dan
Produk Komplemen Badan Pengawas
Obat dan Makanan (POM) itu juga ingin
membangun tim yang kuat dengan
menumbuhkan integritas, akuntabilitas,
profesionalisme, dan rasa saling
percaya di antara jajarannya.
Ia bertekad membangun tim
yang kuat dan memimpin unitnya
menjalankan visi dan misi yang telah
38 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
ditetapkan serta target yang sudah
dipatok.
“Bahkan kalau bisa melebihi. Itu
yang paling utama,” kata Maura, yang
dilantik menjadi Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada
24 Januari 2012 dan menyebut waktu
awal dia menjabat sebagai “masa akhir
dimana segala sesuatu harus berubah.”
Maura mulai bekerja di Badan
POM tahun 1983, saat lembaga itu
masih bernama Direktorat Jenderal
POM. Selama bertugas di Badan POM,
pekerjaan dan target kerjanya lebih
banyak berkaitan dengan
pengawasan obat.
Setelah menduduki
jabatan Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan targetnya
berubah. Cakupan tugasnya
lebih luas. Sasarannya lebih
lebih banyak.
Pekerjaannya kini
mencakup penyediaan
dan pengawasan alat
kesehatan, penyediaan dan
peningkatan ketersediaan
Kemandirian
Obat
obat dan alat kesehatan,
penggunaan obat rasional,
serta pengembangan industri
farmasi dan bahan baku
obat.
Dalam menjalankan tugas
untuk mencapai target-target
tersebut, dia berpegang pada
rencana strategis yang sudah
ditetapkan pemerintah dalam
rencana pembangunan
jangka menengah dan jangka
panjang.
Sebagai salah satu
subsistem dalam sistem
kesehatan nasional,
program-program Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
utamanya ditujukan untuk
menjamin ketersediaan dan
keterjangkauan obat dan alat
kesehatan yang dibutuhkan
fasilitas pelayanan kesehatan
untuk melayani masyarakat.
Guna menjamin
ketersediaan dan
keterjangkauan obat, ia
menjelaskan, semula
pemerintah hanya
memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan obat generik di
fasilitas kesehatan dasar.
Indikator keberhasilannya
dilihat berdasarkan
pemenuhan stok kebutuhan
144 obat esensial di instalasi
farmasi tingkat kabupaten di
seluruh Indonesia.
Menurut dia, saat
ini tingkat pemenuhan
kebutuhan obat generik
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 39
di fasilitas kesehatan
dasar sudah mencapai
95 persen. Artinya, stok
obat esensial di tingkat
kabupaten setiap tahun
sudah antara 16 sampai
18 bulan. “Jadi kalaupun
tidak ada pengadaan obat
bulan Desember, dia masih
ada untuk enam bulan ke
depan,” jelas Maura, yang
meski nama belakangnya
sama tidak berhubungan
bersaudara dan hanya
pernah menjadi tetangga
Julius Sitanggang, penyanyi
anak-anak tahun 1980an.
Angka pemenuhan stok
obat esensial itu sudah jauh
lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009, yang hanya
sekitar 82 persen, artinya
stok obat hanya tersedia
selama 12 bulan dalam satu
tahun, berisiko menimbulkan
bahaya kalau sampai terjadi
keterlambatan pengadaan
atau bencana.
Setelah pelaksanaan
program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
dimulai 1 Januari 2014,
prioritas pemerintah dalam
menjamin ketersediaan
dan keterjangkauan obat
berubah. Selanjutnya
pemerintah menargetkan
pemenuhan kebutuhan
semua jenis obat yang
diperlukan dalam pelayanan
JKN di setiap tingkatan
fasilitas kesehatan.
“Jaminan ketersediaan
dan keterjangkauan itu
tidak hanya di pelayanan
kesehatan dasar saja, tetapi
sampai di setiap tingkat
pelayanan, sampai sekunder
dan tersier. Dan tidak hanya
obat generik saja, tapi
sampai seluruh obat esensial
yang diperlukan yang sudah
kita masukkan di dalam
Formularium Nasional,”
jelasnya.
Itu merupakan perubahan
besar yang membutuhkan
kerja keras. Pemerintah
sudah memulainya dengan
membuat Formularium
Nasional (Fornas), daftar
obat berkhasiat, aman dan
terjangkau yang disusun oleh
Komite Nasional Penyusunan
Fornas berdasarkan bukti
ilmiah mutakhir. Fornas
menjadi acuan nasional
penggunaan obat dalam
pelayanan program JKN.
Pemerintah juga sudah
menyusun katalog elektronik
(e-katalog) untuk pengadaan
obat yang kini sudah
mencakup 901 item obat.
“Kita beruntung karena
JKN mulainya tahun 2014,
bukan 2015. Kemudian
sistem Formularium Nasional
kita siapkan tahun 2013,
e-katalog kita siapkan 2013.
Jadi sebelum JKN kita sudah
exercise, pas masuk JKN
tahun ini sudah bisa jalan,”
kata Dra. Maura.
“Baru tahap awal saja
Formularium Nasional
penggunaannya sudah
75-86 persen. E-katalog
yang tadinya hanya 326
item sekarang menjadi
901 item obat. Itu adalah
salah satu instrumen untuk
menjamin ketersediaan
dan keterjangkauan obat,”
katanya.
Ia menjelaskan,
pelaksanaan program
JKN serta penerapan
Formularium Nasional dan
e-katalog memudahkan
pemerintah memantau
tingkat ketersediaan dan
keterjangkauan obat.
“Kalau dilihat
dari ketaatan pada
Formularium
Nasional, di
Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo saja sudah
sampai 86 persen, padahal
40 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Nama
Dra. Maura Linda
Sitanggang, Apt.,
Ph.D.
Jabatan
Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Kementerian
Kesehatan.
Tempat/Tanggal Lahir
Medan, 3 Mei 1958
Pendidikan
- Fakultas Farmasi
Institut Teknologi Ban
dung
- School of
Pharmacology
University of Bath,
Inggris
Pengalaman Kerja
- 2001-2007 : Direktur
Pengawasan Obat
dan Produk Biologi
Badan Pengawas
Obat dan Makanan
(POM)
- 2007-2010 : Inspektur
Badan POM
- 2010-2012 : Direktur
Pengawasan Obat
Tradisional, Kosmetik,
dan Suplemen
Makanan Badan POM
- 2012- Sekarang :
Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan
Alat
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
itu tingkat paling tinggi,
rujukan nasional,” katanya.
Dia yakin rumah sakit
daerah maupun rumah
sakit swasta yang belum
bermitra dengan Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan
untuk menyediakan
pelayanan bagi peserta
program JKN selanjutnya
akan ikut menggunakan
Formularium Nasional
sebagai acuan dalam
penggunaan obat.
“Formularium Nasional
ini adalah suatu seleksi obat
yang dibutuhkan berbasis
bukti sehingga rumah sakit
enggak usah repot-repot
untuk melakukan semacam
kajian cost effectiveness
lagi karena technology
assessment itu sudah
dilakukan,” katanya.
Menurut ketentuan
Formularium Nasional
minimal direvisi dua tahun
sekali. “Tapi ini enam bulan
saja sudah kita update.
Karena dia dinamis, yang
2013, yang 2014, baru
enam bulan sudah kita
update karena tiba-tiba kan
ada regulasi untuk obat
rujuk balik, program rujuk
balik... Jadi Formularium
Nasional ini harus mengikuti
perkembangan,” jelas
Maura.
Ia menjelaskan
pula bahwa
penerapan
Formularium
Nasional dalam
program JKN
mengefektifkan
upaya pengendalian
mutu dan biaya
pelayanan
kesehatan.
“Karena
ini intervensi
manajerial, itu
sangat ampuh. Jadi
Dra. Maura Linda Sitanggang
bersama Presiden Direktur
Kalbe Farma Irawati Setiady
(kiri) dan Wakil Menteri
Kesehatan Ali Ghufron
Mukti (tengah) dan Dirjen
Bina Kefarmasian, pada
peresmian pabrik obat
kanker Onkologi.
enggak sekedar regulasi. Karena ini
intervensi manajerial untuk mereka
dapat memenuhi pelayanannya dari
aspek obat, yang merupakan 40 persen
dari pelayanan kesehatan, itu menjadi
sesuatu yang secara alamiah akan
efektif,” katanya.
Efisiensi Pengadaan
Maura menjelaskan, pemerintah
menyusun rencana pengadaan obat dan
alat kesehatan berdasarkan rencana
pengadaan di tingkat puskesmas
sampai rumah sakit dari Aceh sampai
Papua.
Pemerintah kemudian menawarkan
kebutuhan obat itu ke industri farmasi
yang mampu memproduksi dan
menyediakannya.
Penggunaan e-katalog memudahkan
proses pengadaan obat dan
memungkinkan pengguna mendapatkan
obat dengan harga lebih murah.
“Ini sudah best price you can get,
karena bargaining power satu di pusat
dengan jumlah di seluruh Indonesia.
Kalaupun belinya sedikit, karena
bareng-bareng jadi banyak.”
“Daerah tinggal electronik
purchasing, belanja enggak usah tender
lagi. Dan di dalam e-katalog itu, yang
namanya kapasitas produksi yang
harus dipenuhi oleh produsen itu sudah
tertera, jadi lebih mudah,” katanya.
“Penawaran e-katalog itu ada
di nasional, dia mau beli satu, mau
beli 1.000 tablet, itu sama harganya,
MITRANETRA.OR.ID
POTRET
karena bargaining power jadi satu. Jadi
transaksi-transaksi yang biasa dilakukan
di kabupaten itu ada 800, rumah sakit
itu ada katakanlah 1.200, transaksi yang
dilakukan di 2.000 titik ini dilakukan satu
kali saja,” katanya.
Ia menambahkan proses tender unit
harga dilakukan secara transparan oleh
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah (LKPP) dengan
bantuan dari tim teknis.
LKPP menawarkannya lewat
proses tender unit harga yang
diikuti oleh produsen obat/industri
farmasi. Pemenang tender tersebut
selanjutnya harus menyediakan obat
dan mendistribusikannya ke unit-unit
pelayanan kesehatan di daerah dengan
kontrak payung LKPP.
“Pemenang-pemenangnya tinggal
lihat di e-katalog. Setelah keluar mereka
juga tahu, kabupaten ini pesen segini
satu tahun, distributor mereka masingmasing tinggal berhubungan, jumlahnya
berapa dan kapan
datang, tidak ada
transaksi (langsung),”
jelasnya.
“Kemudian untuk
ketersediaan obat di
instalasi farmasi kita
membangun sistem
yang namanya
electronic logistic.
Jadi di setiap
kabupaten/kota kita
tahu stoknya. Hanya
itu harus dikembangkan juga di rumah
sakit. Nah, itu belum,” tambah dia.
Maura menyebut metode pengadaan
yang baru serta penerapan sistem
paket pembayaran layanan kesehatan
Indonesia Case Based Groups (INACBGs) dan Formularium Nasional
sebagai sistem yang sangat kuat dan
merupakan terobosan untuk menjamin
ketersediaan dan keterjangkauan obat
sesuai amanat undang-undang.
Tantangan dalam penerapan sistem
itu antara lain dalam hal pelaksanaan
pengawasan. Kementerian Kesehatan
berusaha mengatasinya dengan
menerbitkan ketentuan untuk monitoring
dan evaluasi ketersediaan obat untuk
memastikan stok obat tidak sampai
kosong.
Tantangan lainnya adalah
kemampuan industri farmasi dalam
negeri untuk memenuhi kebutuhan obat
seluruh fasilitas kesehatan.
“Dengan adanya sistem ini kan
di seluruh Indonesia terjadi kenaikan
kebutuhan, nah industri kita harus
sanggup memenuhi itu. Jangan sampai
stok kosong,” katanya.
Selain itu pemerintah harus
memastikan obat yang beredar
bermutu dan terjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Pemerintah juga harus
membuat regulasi dan instrumen
kebijakan yang efektif untuk memastikan
pihak-pihak terkait tidak mengalami
hambatan dalam menyediakan obat
bagi publik.
Lebih lanjut Maura menjelaskan,
rencana pengadaan alat kesehatan
pemerintah juga dilakukan berdasarkan
laporan kebutuhan dari fasilitas
kesehatan tingkat dasar hingga rujukan.
“Added value kita apa?
Kita harus punya passion for
excellence. Jadi saya ingin temanteman saya di sini punya passion for
excellence for the public, for the
population of Indonesia tentu,”
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 41
POTRET
Dra. Maura Linda
Sitanggang, Ph.D
saat melakukan
inspeksi
mendadak obat
generik di salah
satu apotik di
Jakarta.
Sistem e-katalog juga digunakan
dalam pengadaan dan pendistribusian
alat kesehatan ke fasilitas pelayanan
kesehatan di seluruh Indonesia.
Menurut dia, saat ini sudah ada
sekitar 1.500 alat kesehatan yang
masuk e-katalog. “Yang digunakan
lebih dari itu. Tahun ini kita push supaya
tambah banyak,” katanya.
Namun, ia menjelaskan, alat
kesehatan memiliki karakter yang
berbeda dengan obat sehingga proses
pengadaannya pun sedikit berbeda.
Alat kesehatan mencakup barang yang
sifatnya tak habis pakai dan barang
habis pakai. Selain itu spesifikasi alat
kesehatan juga sangat beragam sesuai
kebutuhan.
“Jadi sistem pengadaannya sedikit
berbeda dengan obat, semacam MRI
misalnya, kan enggak harus beli tiap
tahun,” katanya.
“Alat kesehatan, karena
spefisikasinya enggak sama seperti
obat, seperti MRI dengan spesifikasi
A, B, dan C misalnya, bisa saja
muncul semua. Enggak bisa bilang
yang termurah seperti paket karena
spesifikasi beda berdasar kebutuhan,”
jelasnya.
Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
terus mensosialisasikan penggunaan
e-katalog dalam pengadaan obat dan
alat kesehatan kepada para pemangku
kepentingan terkait supaya selanjutnya
seluruh pengadaan obat dan alat
kesehatan bisa dilakukan secara efisien
dan transparan.
“Setelah kita lihat, ternyata 90
persen telepon, tanya kapan ini
diterapkan?... Mungkin ada 10 persen
lah yang merasa tidak nyaman karena
mungkin sudah merasa nyaman dengan
sistem yang lama sebab dalam hal
ini transaksi kan sudah dihilangkan.
Ada yang suka, ada yang tidak suka,”
katanya.
Layanan pengaduan juga disediakan
bagi industri farmasi, distributor
maupaun pengelola fasilitas layanan
kesehatan yang ingin menyampaikan
keluhan atau komplain terkait
pengadaan obat dan alat kesehatan.
“Bisa lewat telepon genggam atau
online. Ada layanan
khusus untuk industri,
distributor, dan
fasilitas kesehatan.
Mereka mengadu
kita cek dan tindak
lanjuti,” katanya.
Menuju
Kemandirian
Maura
mengatakan salah
satu tantangan
42 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
besar dalam menjalankan tugasnya
di Kementerian Kesehatan adalah
mewujudkan kemandirian obat.
Saat berbicara dalam Convention of
Pharmaceutical Ingredients South East
Asia (CPhl SEA) di Jakarta International
Expo pada 20 Mei lalu, Maura
mengatakan pemerintah berusaha
menurunkan impor bahan baku farmasi
yang tahun lalu mencapai 96 persen
menjadi setidaknya 90 persen lima
tahun mendatang.
Pemerintah sudah merintis jalan
menuju kemandirian obat dengan
membuat peta jalan kemandirian bahan
baku obat dua tahun lalu.
“Kita lihat strateginya harus bottom
up dan top down. Yang top down itu
sudah kita bikin. Bottom up tetap harus
dibuat. Jadi akademisi, pemerintah dan
pelaku bisnis harus duduk bersama
membuatnya,” kata dia.
“Kenapa selama ini enggak jalan?
Karena selama ini masih bau bussiness
as usual. Plus trust (rasa percaya)
belum ada. Trust itu penting sekali,
jadi pada waktu kita bekerja sama,
membentuk jaringan, harus ada trust di
antara kita. Jadi kita bukan saingan, tapi
bersinergi,” tambah dia.
Ia menjelaskan, upaya mewujudkan
kemandirian bahan baku obat antara
lain dilakukan dengan mengembangkan
pusat-pusat pengolahan tanaman
obat bekerja sama dengan pemerintah
daerah dan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) guna mengurangi
ketergantungan terhadap bahan baku
impor dalam proses produksi obat serta
mendorong kemajuan pengembangan
obat tradisional Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina
“Jaminan ketersediaan dan
keterjangkauan itu tidak hanya di
pelayanan kesehatan dasar saja,
tetapi sampai di setiap tingkat
pelayanan, sampai sekunder dan
tersier."
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
sudah memfasilitasi sembilan Pusat
Pengolahan Pasca Panen Tanaman
Obat (P4TO) dan Pusat Ekstrak Daerah
(PED) di berbagai daerah di Indonesia.
Dan pada 16 Juni 2014, Kementerian
Kesehatan menjalin kerja sama
dengan pemerintah kabupaten Bangli,
Kaur, Maros, Tulang Bawang Barat,
Sukoharjo, dan Tegal tentang fasilitasi
peralatan P4TO, PED dan Laboratorium
Mikrobiologi P4TO.
“Herbal itu kan (siklusnya) jauh dari
pertanian sampai produksi, di tengah
ada gap. Untuk bikin pengolahan,
simplisia, sesuai kebutuhan obat itu
enggak ada. Oleh karena itu, kita penuhi
ini dengan bantuan pemerintah daerah
(lewat P4TO). Kita fasilitasi dari aspek
soft skill dan hard skill,” katanya.
Tanaman-tanaman obat unggulan
yang dikembangkan dan diolah di P4TO
dan PED tersebut selanjutnya akan
ditawarkan ke industri farmasi dan obat
tradisional yang membutuhkan.
“Di samping itu mereka bisa
menggunakannya untuk mendukung
pelayanan obat tradisional di
puskesmas, seperti di Pekalongan. Jadi
masyarakat bisa mendapatkan obat
herbal yang bermutu,” katanya serta
menambahkan pemerintah daerah juga
bisa mendapat tambahan pendapatan
dari pengembangan tanaman obat.
Lebih lanjut Maura menjelaskan
bahwa upaya mewujudkan kemandirian
dan ketahanan obat juga masih
terkendala struktur industri farmasi
yang belum kuat karena belum berbasis
riset. Pemerintah ingin membangun
industri farmasi berbasis riset. “Ke
depan biological, lifescience, akan jadi
primadona untuk industri farmasi, tidak
bisa di kimia saja. Itu basis riset yang
sangat penting,” katanya.
Membangun industri farmasi
berbasis riset bukan hal mudah
dan membutuhkan sistem insentif
dan disinsentif sebagai pendorong.
Sebagai regulator, Maura mengatakan,
pemerintah berusaha membuat regulasi
untuk menghilangkan penghalang
pembangunan industri farmasi berbasis
riset yang kuat.
Kementerian Kesehatan dan Badan
“Ke depan biological,
lifescience, akan jadi
primadona untuk industri
farmasi, tidak bisa di
kimia saja. Itu basis riset
yang sangat penting,”
POM sudah menyiapkan pedoman
peredaran obat biosimilar--obat-obatan
biologi yang dibuat mengikuti produk
temuan asli yang sudah habis masa
patennya-- dan Investigational New
Drugs (IND) atau obat-obat yang masih
dalam penelitian.
“Secara teknikal itu kita lakukan tapi
secara finansial itu sangat tergantung
pada Kementerian Keuangan. Hanya
saya bilang ke teman-teman, jangan
sampai kita sangat tergantung ke sana,
tapi atur strategi untuk melakukan apa
yang bisa dilakukan, lewat penentuan
produk, yang teknologinya ada di
Indonesia, penggunaannya banyak
di Indonesia, secara finansial feasible
dan teknologinya scalling up, dari skala
laboratorium ke skala massal,” katanya.
Ia menambahkan produkproduk industri farmasi dalam negeri
selanjutnya juga bisa bersaing
dalam hal kualitas dan harga dengan
produk global. Semua itu sama sekali
tidak mudah dilakukan dan akan
membutuhkan waktu. Tapi Maura yakin,
setiap ada kemauan pasti ada jalan.
Sekarang sudah ada industri farmasi
yang mulai mengembangkan biolife
science.
Upaya-upaya lain yang dilakukan
untuk menjamin ketersediaan dan
keterjangkauan obat serta mencapai
kemandirian obat, menurut dia, sudah
berada di jalur yang tepat meski belum
semuanya membuahkan hasil yang
dituju.
“Secara formal, indikator kita di
Bappenas, UKP4, dimana pun hijau,
enggak ada merahnya,” kata dia.
Dalam perjalanan merealisasikan
tujuan-tujuan itu, beberapa prestasi
sudah diraih. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
memberikan kontribusi pada penilaian
laporan keuangan Kementerian
Kesehatan yang membaik menjadi
wajar tanpa pengecualian. Mereka juga
mendapat beberapa penghargaan,
termasuk di antaranya penghargaan
dari Komisi Pemberantasan Korupsi
dan Ombusdman dalam hal pelayanan
publik.
Namun pencapaian itu tidak lantas
membuat Maura berpuas diri. Dia terus
menumbuhkan semangat menjadi
unggul dan integritas dalam tim guna
mencapai target yang memuaskan.
“Saya bilang ke teman-teman, mari
maju terus, jangan stagnan!”
“Integritas penting. Yang saya
bilang sama temen-temen, harga
diri itu penting dan kita harus saling
menjaga supaya enggak tergoda. Selalu
pesannya itu. Mulai dari yang kecil,
kalau yang kecil kita tergoda, godaan itu
racun, sekali kecil oke, hati nuraninya
sudah enggak ada lagi untuk yang
besar,” katanya.
“Dan kita harus saling jaga, harus
saling kawal... Karena enggak ada yang
jamin sebersih-bersihnya kita sekarang,
next time kita jamin akan bersih kecuali
kita banyak berdoa dan bilang sama
teman-teman bahwa kita transparan lho,
jadi kalau ada apa-apa teman-teman
bisa kasih peringatan.”
Maura juga mengajak semua
jajarannya memberikan hanya yang
terbaik kepada masyarakat dengan tidak
hanya berusaha memenuhi ekspektasi
publik saja, tapi berusaha mencari tahu
pelayanan yang dibutuhkan publik dan
memberikan pelayanan terbaik kepada
mereka.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 43
UNTUK RAKYAT
ANTARA
“Mudahmudahan
kita bisa cari
solusinya.
Minimal
komitmen antar
penyelenggara
bisa terjalin
dengan
pelayanan yang
baik. Problem
komunikasi
menjadi
penting."
Ganjar Pranowo
T
im Komisi IX DPR memantau
pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) di
Jawa Tengah dan berharap
provinsi itu bisa menjadi
percontohan pelaksanaan JKN.
“Kita mendukung penuh bila
Jawa Tengah menjadi percontohan
BPJS tingkat nasional,” kata Wakil
Ketua Komisi IX DPR Supriyanto, yang
memimpin kunjungan tim ke Semarang.
Ia gembira melihat tingginya
animo masyarakat Jawa Tengah
menjadi peserta JKN. Sekitar 54 warga
Jawa Tengah tercatat sudah menjadi
peserta program jaminan kesehatan
tersebut.
Selama di Semarang, tim Komisi
44 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
ANTARA
KOMISI IX DPR
PANTAU
PELAKSANAAN JKN
DI JAWA TENGAH
saat ini tidak ada
masalah berarti dalam
pelayanan kesehatan
bagi peserta JKN di
puskesmas, klinik, dan
dokter keluarga.
“Masalah muncul
saat ada dana kapitasi
tapi belum ada regulasi
pemanfaatannya.
Namun mulai 1 Mei
peraturan tentang
proses pemanfaatan
dana kapitasi di
kabupaten/kota sudah
bisa digunakan,” katanya seperti dilansir laman resmi
DPR RI.
Kepala BPJS Kesehatan Divisi Regional VI
Andayani Budi Lestari mengungkapkan sampai saat
ini sudah ada 19.591.666 peserta program JKN atau
54,7 persen dari jumlah penduduk
Jawa Tengah yang tercatat 35,8
juta orang.
Gubernur Jawa Tengah
Ganjar Pranowo mengharapkan
BPJS Kesehatan tidak
menggunakan sistem pelayanan
dan pengajuan klaim yang rumit
dalam pelaksanaan program JKN.
“Apalagi sekarang ini masih
ada sejumlah pertanyaan dari
beberapa kabupaten, menyangkut
kapan dana klaim dapat dicairkan,
dan seperti apa polanya,” kata dia.
Selain itu, ia melanjutkan,
dalam pelaksanaannya masih ada
masyarakat yang mengeluhkan
layanan BPJS Kesehatan.
“Mudah-mudahan kita bisa cari solusinya.
Minimal komitmen antar penyelenggara bisa terjalin
dengan pelayanan yang baik. Problem komunikasi
menjadi penting. Saya juga ucapkan terima
kasih kepada rumah sakit yang sudah membantu
pelaksanaannya. BPJS Jateng akan didorong
menjadi model percontohan dalam hal pelaksanaan
JKN dan BPJS yang baik,”katanya.•
IX DPR mendapat banyak pertanyaan
dari masyarakat mengenai pembayaran
klaim JKN dan pengelolaan dana
kapitasi oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Pungky Samhasto mengatakan
berdasarkan hasil evaluasi, sampai
KOMISI IX AWASI
KINERJA BPJS
K
omisi IX DPR
mengawasi kinerja
Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan.
Komisi yang antara
lain membidangi masalah
kesehatan dan ketenagakerjaan
itu menemukan banyak
permasalahan dalam
pelaksanaan program
BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan saat
melakukan kunjungan kerja ke
Provinsi Jambi pada Senin (2/6).
Saat melakukan
pengawasan, Komisi IX DPR
antara lain menemukan
beberapa permasalahan
dalam persiapan operasi
BPJS Ketenagakerjaan yang
rencananya mulai dilakukan
pada 1 Juli 2015.
“Jangan
dikarenakan
kurang kordinasi
menyebabkan
pelayanan kurang
optimal.”
Irgan Chairul Mahfiz
Wakil Ketua Komisi IX
DPR Irgan Chairul Mahfiz
mengatakan bahwa ada
persoalan sosialisasi tentang
BPJS kepada masyarakat,
tenaga kesehatan serta
para pemangku kepentingan
di rumah sakit maupun
pemerintah daerah.
“Jangan dikarenakan
kurang kordinasi menyebabkan
pelayanan kurang optimal,”
kata anggota DPR dari Fraksi
Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) itu.
Selain itu, ia mengatakan,
dana layanan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
untuk fasilitas kesehatan,
khususnya puskesmas,
lewat mekanisme Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) kadang butuh
waktu lama untuk sampai ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Irgan menambahkan, dana
layanan JKN juga dianggap
sebagai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan proses
pengucurannya kembali ke
fasilitas kesehatan pemberi
layanan JKN menjadi rumit dan
butuh waktu lama.
“Ini harus top-down langsung
ke BPJS karena untuk instan
diberikan kepada pelayanan.
Uang yang diberikan untuk
pelayanan dapat langsung ke
masyarakat,” katanya.
Dia mengatakan Komisi
IX DPR akan menindaklanjuti
temuan-temuan masalah
dalam persiapan operasi BPJS
Ketenagakerjaan maupun
pelaksanaan tugas BPJS
Kesehatan tersebut.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 45
DARI DAERAH
MENUJU
SUMBAR
SEHAT
Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan
Prayitno, Psi, MSc terus mendorong
masyarakatnya berperilaku hidup sehat
dengan membiasakan diri tidak merokok.
Kebiasaan sehat itu terjadi di lingkungan
kerja maupun di lingkungan rumah tinggal.
Kebiasaan itu telah dicontohkan dalam
salah satu lingkungan kecil, tepatnya Rt
11 Kelurahan Pasar Usang, Kecamatan
Padang Panjang, Kota Padang Panjang.
Dra.Selfiwerti, ibu Rt sekaligus guru
madarasyah setempat mampu mewujudkan
kawasan sehat, bersih dan tanpa asap
rokok.
Gerakan ini akan menjadi model untuk
daerah lain di wilayah Kota Padang Panjang
dan seluruh wilayah Sumatera Barat.
“Sebagai langkah awal mewujudkannya ,
saat ini beberapa kabupaten/ kota sudah
memiliki perda tanpa rokok seperti, Paya
Kumbuh, Padang Panjang dan Bukit
Tinggi. Sedang sisanya sudah mempunyai
Peraturan Wali Kota atau Peraturan Bupati”,
tutur Irwan
46 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 47
DARI DAERAH
Posyandu
Permata Bunda,
Ada untuk Warga
mengolah sampah menjadi
barang yang berguna. Sampah
organik, mereka olah menjadi
kompos penyubur tanah.
Sampah anorganik didaur ulang
menjadi uang. Untuk mendorong
masyarakat tergerak mengelola
sampah, Dewi menuturkan dalam
puisinya;
Cintai aku yang terbuang….
meski aku sampah
Jadikan aku teman masa
depanmu
Untuk selamatkan bumi dan
anak cucumu
Namaku dibenci
Rupaku tak sempurna
Akulah sampah yang tak
dipedulikan
Tapi….tahukah siapa aku?
Dan ….seperti apa kekuatanku?
Jangan benci dan acuhkan aku
Karena…bila kau benci dan tak
peduli
Aku akan jadi musuhmu
Aku sanggup mengantarmu pada
kematian
Aku dahsat…karena aku sumber
bencana dan malapetaka
P
otongan puisi itu
karya Mina Dewi
Sumawati, ketua
Posyandu Permata
Bunda VI, Kelurahan
Gunung Sarik, Kecamatan
Kuranji, Kota Padang Sumatera
Barat. Sekalipun bukan tenaga
kesehatan, Dewi sangat paham
tentang bahaya sampah terhadap
kesehatan. Bukan hanya
menyebabkan sakit, bahkan
dapat mengantarkan pada
kematian.
Pemahamannya tentang
sampah mendorong sikap
dan perilaku untuk mengelola
sampah. Dia bersama warga
menggelorakan kepedulian
terhadap sampah. Mereka
bergerak, menghimpun dan
48 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Kegiatan sukarela
dari masyarakat ini telah
mengantarkan banyak prestasi.
Pernah menerima penghargaan
tingkat nasional tahun 2012
sebagai lingkungan bersih dan
sehat. Karya hasil kerajinan
tangan masyarakat dari hasil
daur ulang sampah, seperti
tikar, telapak meja, berbagai
macam bunga banyak diminati
masyarakat. “Bahkan ada
beberapa kerajinan tangan,
seperti sarung laptop yang
dipesan oleh masyarakat yang
berdomisili di Singapura”, ujar
Muhammad Frengki Wilianto,
Camat Kuranji.
Program pengelolaan
sampahnya telah diduplikasi
ke seluruh Kabupaten/kota
di Sumatera Barat. Bahkan
Dewi sering menjadi nara
sumber di berbagai pertemuan
tentang pengelolaan sampah
Mina Dewi Sumawati,
ketua Posyandu Permata
Bunda VI saat memberikan
kata sambutan.
di Sumatera Barat. “Para
utusan dari kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Barat belajar
mengelola sampah di Posyandu
Permata Bunda, kemudian
mengembangkan pengelolaan
sampah di wilayahnya masingmasing berdasarkan kearifan lokal.
Keunggulan Posyandu
Permata Bunda, terdapat pada
integrasi program Bina Upaya
Balita, Posbindu dan Bank
sampah. Seluruh program dapat
terselenggara secara bersamaan,
sebulan sekali di kantor Posyandu,
karena Permata Bunda memiliki
22 kader, jumlah yang dinilai
cukup banyak. “Dengan jumlah
kader yang cukup kami dapat
melaksanakan program secara
mandiri,” kata Dewi.
“Untuk menanamkan nilai-nilai
kebersihan dan kesehatan, kami
memulai dari sejak dini melalui
pendidikan anak usia dini (PAUD)
Permata Bunda VI. Anak-anak
PAUD mendapat pelajaran sambil
bermain dan bernyanyi. Diantara
lagu-lagu yang diajarkan tentang
kebersihan, menjaga lingkungan
bersih dengan membuang
sampah di tempat yang telah
disediakan. Pelajaran itu
disampaikan dalam bentuk lagu
atau puisi yang dinyanyikan dan
dibaca oleh anak-anak PAUD,”
ujar Dewi menjelaskan.
Sumber dana kegiatan
Posyandu berasal dari
masyarakat, Dasa Wisma, Badan
Pemberdayaan Masyarakat
(BPM) dan Chanelling. Untuk
dana yang berasal dari
masyarakat, telah disepakati
setiap kepala keluarga
menyumbang Rp 500 per
bulan. Kemudian chanelling,
Posyandu mengajukan proposal
permohonan dana kepada Pemda
atau perusahaan. Selanjutnya
Posyandu juga mendapat
dana dari BPM. Badan ini
mempunyai usaha yang dapat
mendatangkan keuntungan,
seperti usaha pemeliharaan ikan,
jasa pembayaran listrik, penjualan
hasil kerajinan anggota, serta
dana lain yang halal dan tidak
mengikat.
“Dana yang sudah terkumpul
dipergunakan untuk membuat
pemberian makanan tambahan
(PMT), alat tulis dan kertas serta
dukungan dana transportasi kader
melaksanakan kegiatan”, ujar
Dewi, ibu dari sepasang putera
puteri itu.
“Dengan adanya bank sampah,
hanya 10 persen sampah yang
dibuang di tempat pembuangan
sampah akhir. Sebagian besar
sampah organik menjadi
kompos dan sampah anorgani
menjadi bahan daur ulang
bernilai manfaat dan rupiah,”
Mina Dewi Sumawati,
Kegiatan Posyandu
merupakan upaya kesehatan
berbasis masyarakat (UKBM).
Sehingga partisipasi masyarakat
tinggi dalam setiap kegiatan,
termasuk PAUD. “ Saya
menjadikan anak-anak PAUD
sebagai virus sehat kepada orang
tua. Diharapkan orang tua dan
keluarga akan terkontaminasi
virus sehat,” katanya.
Setelah dievaluasi, masyarakat
yang datang ke Posyandu akan
mendapat banyak manfaat.
Bagi orang tua akan mendapat
deteksi dini kesehatan dengan
cek kolesterol, cek tekanan darah,
timbang badan dan konsultasi
gizi. Mereka juga dapat sekaligus
menimbang bayi dan imunisasi.
“Mereka juga dapat menjual hasil
kerajinan tangan yang merupakan
daur ulang sampah. Dengan
adanya bank sampah, hanya 10
persen sampah yang dibuang
di tempat pembuangan sampah
akhir. Sebagian besar sampah
organik menjadi kompos dan
sampah anorgani menjadi bahan
daur ulang bernilai manfaat dan
rupiah,” kata perempuan yang
bersuami pegawai KONI Sumbar
itu.
Kesuksesan Dewi
membangun lingkungan sehat
dan bersih, tak lepas dari peran
kepala desa dan camat setempat.
Khusus untuk bangunan fisik
Posyandu, mulai dari kebutuhan
ronovasi atap, keramik dan
semen untuk memperbaiki
bangunan Posyandu, berasal
dari APBD yang disampaikan
lewat kecamatan dan kelurahan.
Sementara itu untuk bimbingan
teknis kesehatan peran petugas
kesehatan dari Puskemas dan
Dinas Kesehatan sangat besar.
“Sehinga seluruh peran
semua pihak terhadap program
Posyandu, sebesar-besarnya
dapat member manfaat untuk
warga. Posyandu Permata Bunda
ada memang untuk warga,” ujar
Dewi.•(pra)
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 49
DARI DAERAH
Dra. Selfiwerti (kanan atas)
bersama dengan suami
dan perangkat pemerintah
setempat.
Dra. Selfiwerti,
Pelopor Kawasan
Sehat & Tenteram
"A
nda
memasuki
kawasan
tanpa
asap rokok
(KTR) di RT 11.” Demikian bunyi
sepanduk yang terpasang di
pintu gerbang masuk kawasan
pemukiman di RT. 11, Kelurahan
Pasar Usang, Kecamatan Padang
Panjang, Kota Padang Panjang.
Sepanduk itu merupakan
salah satu wujud dari upaya
warga untuk membuat kawasan
sehat di lingkungan tersebut.
“Kami pesan kepada masyarakat
yang melintasi kawasan ini agar
tidak merokok,” kata Ketua RT
setempat Dra. Selfiwerti atau
yang biasa dipanggil Ibu Selfi.
Menurut Selfi, ia
bersama beberapa rekannya
mengintegrasikan program
kawasan bebas asap rokok,
rumah pangan lestari, dan
rumah sehat sebagai program
penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat pada seluruh warganya.
Lingkungan pemukiman RT 11
itu memang tampak asri, bersih,
dan hijau. Rumah penduduk
tertata rapih, diperindah dengan
suburnya berbagai jenis sayuran
seperti kangkung, sawi, tomat,
seledri, jagung, kacang panjang
yang ditanam di sekitar rumah..
Mereka menyebut lingkungan ini
sebagai kawasan rumah pangan
lestari.
Konsep kawasan rumah
pangan lestari memang
menekankan semua warga
menanam tanaman yang
bermanfaat di pekarangan rumah
50 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
masing-masing. Bagi yang tidak mempunyai lahan,
mereka dapat menggunakan polybag dari plastik.
Dengan adanya tanaman sayuran di setiap rumah,
praktis warga tak pernah membeli sayuran. Mereka
tinggal memilih jenis sayuran yang dibutuhkan yang
tersedia di pekarangan rumah mereka.
Walau hasilnya untuk dimakan sendiri, setiap
panen ada sebagian sayuran yang dijual. Mereka
pun sepakat menyisihkan sebagian dana hasil
penjualan itu untuk ditabung. Dana tabungan itu
digunakan untuk pengembangan rumah bibit. Kini,
kawasan ini sudah mempunyai lahan berbagai jenis
bibit yang dibentuk secara mandiri. Bagi warga
yang membutuhkan bibit tinggal membeli dengan
harga terjangkau. Hasil dana dari penjualan bibit ini
digunakan untuk pengembangan dan penyediaan
bibit berikutnya.
“Ini kawasan sehat dan keren banget”, kata Reza
Sulaiman wartawan detik com, seusai mengunjungi
kawasan RT 11 Kelurahan Pasar Usang ini pada 21
Mei 2014.
Untuk menerapkan kawasan tanpa asap rokok,
Selfiwerti memulai dengan sosialisasi kepada
masyarakat, khususnya para istri melalui forum
pengajian majelis taklim dan pertemuan ibu-ibu PKK.
Selanjutnya Selfi mengidentifikasi para suami
yang masih merokok. Pada satu tahun pertama
pelaksanaan progam kawasan bebas rokok, dari
55 kepala keluarga tercatat 8 orang yang masih
merokok. Kepada para perokok ini Selfi mendatangi
satu per satu menjelaskan bahaya merokok
terhadap kesehatan diri dan keluarga.
“Saya juga selalu mengingatkan kepada para
istri yang suaminya masih merokok untuk segera
berhenti. Kalau tidak bisa langsung, mulailah dengan
cara mengurangi jumlah batang rokok yang dihisap
setiap harinya,” kata Selfi
Selfi seringkali mengatakan perokok itu
seperti ayam, karena berperilaku yang salah,
tidak menggunakan akal. “Saya orangnya terus
terang, blak blakan, tapi bukan karena benci. Saya
mengungkapkan dengan bahasa hati, bukan dengan
lisan, tanpa pamrih untuk kebaikan bersama,”
katanya.
Memasuki tahun kedua, dari delapan orang
perokok sudah tiga orang yang berhenti merokok.
“Satu orang berhenti merokok bulan April 2014
yang lalu, sepulang ibadah umroh. Ini istrinya,” urai
Selfi. sambil menunjuk salah seorang perempuan di
sebelahnya yang dipanggil ibu Eka.
Ibu Eka mengaku merasa bahagia, setelah
perjuanganya yang panjang berhasil menghentikan
suami dari candu rokok. “Tiba-tiba sepulang ibadah
umroh, suami saya merasa pahit mulut ketika
menghisap rokok. Mendengar keluhan suami pahit
mulut, langsung saya dorong berhenti merokok
saja. Sejak itulah suami berhenti merokok, semoga
seterusnya,” kata Eka.
Bagi mereka yang masih merokok, Selfi dkk.
meminta mereka merokok di luar rumah atau di
tempat khusus merokok. Ada dua
tempat khusus merokok yang
disediakan untuk warga atau
tamu keluarga yang merokok.
Kesepakatan tidak merokok
di dalam rumah itu dipertegas
dengan adanya pengumuman
“kawasan tanpa asap rokok” yang
ditempel pada setiap teras atau
pintu rumah warga.
program KTR ini banyak
diperkenalkan oleh para istri
yang tergabung dalam kelompok
“keluarga sakinah”. Hampir 70
persen perempuan penggerak
keluarga sakinah ini berprofesi
sebagai guru, sisanya berprofesi
sebagai pedagang dan
wiraswasta.
Kawasan rumah sehat ini
menjadi bagian penting dalam
integralitas program. Salah
satunya jambanisasi.”Semua KK
sudah memiliki jamban dengan
berbagai macam cara. Ada yang
membeli sendiri dan ada pula
yang melalui arisan. Disamping
itu penduduk di sini juga sudah
memiliki jaminan kesehatan
nasional (JKN)” kata Selfi.
Selain sebagai kawasan
rumah sehat tanpa asap rokok,
kawasan ini juga dikenal sebagai
kawasan berbusana muslim.
Warga sepakat seluruh anggota
keluarga bila keluar rumah
harus berbusana muslim. Wanita
menutup aurotnya dengan jilbab,
baik yang dewasa maupun anakanak. Mereka juga menerapkan
pengawasan bersama terhadap
anak-anak. Ketika ada perilaku
yang tidak baik, anak siapapun,
maka yang mengetahui harus
mengingatkan dan memberi
nasihat.
Khusus untuk pembinaan
anak-anak, mereka menyediakan
lembaga tahfiz, penghafal quran
yang bernama Baitul Quran. Saat
ini sudah mempunyai 19 murid
yang terdiri dari anak-anak lakilaki dan perempuan.
“Lembaga tahfiz ini sudah
beroperasi selama empat bulan.
Peserta didik sudah ada yang
hafal dua juz,” kata Elvi Nofitri,
pengelola lembaga tahfiz Baitul
Qur’an.
Masyarakat memanggil
Elvi sebagai ustazah dan
suaminya ustad. Mereka berdua
atas dukungan masyarakat
membentuk lembaga tahfiz.
Untuk sementara tempat belajar
masih menggunakan ruang tamu
yang disulap menjadi tempat
belajar, dengan dilengkapi
dengan meja-meja kecil. “Semoga
lembaga tahfiz ini dapat memberi
sumbangsih membentuk keluarga
sakinah,” ujar ustazah Elvi.
“Kami di sini hidup sehat,
aman dan tentram. Saling
membantu satu sama lain, kompak
dan mengutamakan kebersamaan.
Dijamin tidak pernah ada
kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT),” kata Dalius Jamal, salah
seorang warga.
Kreativitas dan kemandirian
warga ini tidak lepas dari
bimbingan lurah, camat dan para
tenaga kesehatan dari puskesmas
maupun Dinas Kesehatan
Padang Panjang.
“Tugas saya menemui
masyarakat untuk
mensosialisasikan program
pemerintah, dalam acara
formal maupun informal”, kata
Elifahmi, salah seorang kader
kesehatan.•(pra)
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 51
DARI DAERAH
Foto bersama
rombongan
Kemenkes, Rekan
Pers dengan wakil
walikota Padang
Panjang
MENUJU SUMBAR
SEHAT DENGAN
PROGRAM KAWASAN
TANPA ASAP ROKOK
52 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
P
emerintah Daerah
Provinsi Sumatera
Barat (Sumbar)
terus mendorong
seluruh
masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat,
diantaranya dengan ajakan
untuk tidak merokok.
“Meskipun merokok
sudah menjadi budaya
masyarakat, apalagi untuk
wilayah yang berhawa dingin.
Untuk wilayah yang berhawa
dingin, merokok itu mungkin
untuk menghangatkan
badan. Sekalipun demikian
kami akan tetap mengajak
masyarakat secara persuasif
untuk berhenti merokok,”
kata Gubernur Sumatera
Barat Prof. Dr. Irwan
Prayitno, Psi, MSc di gedung
pertemuan DPRD Provinsi
Sumbar saat menerima
rombongan kunjungan
lapangan tematik media
masa Kemkes yang dipimpin
oleh Sekretaris Jenderal, 20
Mei 2014.
Memang, untuk
mewujudkan masyarakat
Sumbar peduli kesehatan,
mandiri, berkualitas
dan berkeadilan masih
membutuhkan perjuangan
panjang, apalagi terkait
dengan mengubah perilaku
yang tidak sehat, khususnya
merokok. “Sumbar itu
mempunyai budaya
mengundang tetangga.
Apabila sudah datang,
maka suguhan diantaranya
rokok. Bila tidak ada rokok,
dianggap belum lengkap,”
ujar Irwan.
Menurut Irwan, sejak
menjadi gubernur, ia
telah membuat Perda
yang berkenaan dengan
pengendalian asap rokok,
melalui program kawasan
tanpa asap rokok (KTR).
“Saat ini beberapa kabupaten
dan kota sudah memiliki
perda tanpa rokok seperti
Paya Kumbuh, Padang
Panjang, dan Bukit Tinggi.
Sedang sisanya sudah
mempunyai Peraturan Wali
Kota atau Peraturan Bupati,”
tutur Irwan.
Adapun subtansi perda
no 8 tahun 2009 tentang
Kawasan Tanpa Asap Rokok
mengatur kawasan tanpa
asap rokok meliputi tempat
pelayanan kesehatan, tempat
proses belajar mengajar,
tempat ibadah, tempat
kegiatan anak-anak dan
angkutan umum. Sedangkan
kawasan tertib rokok meliputi
tempat-tempat umum,
kawasan wisata, hotel,
restoran, rumah makan,
pasar dan terminal, kantor
pemerintah, swasta, pabrik
dan industri lainnya.
Menurut Wakil Wali Kota
Padang Panjang Mawardi,
pengaturan asap rokok
ini secara perlahan telah
mendorong masyarakat
untuk berhenti merokok,
paling tidak mereka akan
merokok di tempat yang telah
ditentukan, sehingga tidak
mencemari masyarakat yang
tidak merokok.
“Bahkan pemerintah
Daerah Padang Panjang
telah memberikan penghar-
gaan (reward) kepada rumah
tangga yang sudah tidak
merokok. Selama tiga tahun
beruturut-turut, sejak tahun
2008 memberikan reward
kepada 36 RT tanpa asap
rokok, tahun 2009 sebanyak
4 Kelurahan dengan jumlah
200 Rumah Tangga dan
tahun 2010 memberi reward
516 Rumah tangga. Reward
yang sama juga diberikan
kepada aparatur pemerintah,” ujar Mawardi ketika
memberi penjelasan kepada
rombongan kunjungan
lapangan tematik media
masa tentang dampak perda
KTR di Padang Panjang, 21
Mei 2014.
Mawardi mengakui,
untuk mewujudkan Padang
Panjang menjadi KTR, memerlukan jalan panjang dan
proses yang terus menerus.
“Tidak boleh berhenti, walau
banyak tantangan. Mulai dari
menyiapkan kebijakan dan
regulasi sampai mendorong
terbentuknya forum-forum
masyarakat yang mendukung kebijakan pemerintah
daerah.”
Menurut Wakil Wali Kota
yang pernah menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kota
Padang Panjang ini, secara
bertahap kebijakan KTR dimulai dari himbauan Walikota
tentang tertib rokok di
perkantoran Pemda (2005).
“Saat ini beberapa kabupaten dan
kota sudah memiliki perda tanpa
rokok seperti Paya Kumbuh, Padang
Panjang, dan Bukit Tinggi. Sedang
sisanya sudah mempunyai Peraturan
Wali Kota atau Peraturan Bupati,”
Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 53
Kemudian himbaun Walikota
tertib rokok di tempat umum
(2006). Instruksi Walikota
tertib rokok di kantor Pemda
(2007) dan mempersiapkan
Ranperda Rokok (2007).
Sedangkan Penetapan
Perda KTAR/KTR (2008),
menjadikan wilayahnya
sebagai daerah ke-5 di
Indonesia yang mempunyai
perda KTR. Perda ini
disahkan pada Maret 2009.
Guna memperkuat
perda tentang KTR, pada
Oktober 2008 Wali Kota
juga menerbitkan peraturan
larangan pemasangan iklan
rokok di wilayah Padang
Panjang. “Sebuah kebijakan
pertama di Indonesia,” kata
Mawardi.
Setelah terbitnya larangan
iklan rokok di Padang
Panjang, maka secara resmi
tidak boleh lagi ada iklan
rokok di wilayah Padang
Panjang, baik berupa poster,
leaflet maupun bill bord yang
sering terpampang di tempat
tempat strategis. Walau
demikian, masih sering terjadi
pemasangan banner iklan
rokok oleh oknum terntentu.
“Bila kami melihat ada iklan
rokok terpampang, langsung
Satpol PP menurunkan,” kata
Mawardi .
“Bila kami melihat
ada iklan rokok
terpampang,
langsung Satpol
PP menurunkan,”
Mawardi
54 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Mendorong masyarakat
tidak merokok di wilayah
KTR bukan perkara mudah.
Untuk itu pemerintah daerah
mendorong terbentuknya
forum Kota Seha pada tahun
2004, forum Peduli Penyakit Tidak Menular (FPPTM)
pada tahun 2007, dan forum
Komunitas Aliansi Wartawan
Pejuang Anti Rokok (AWANPETIR) yang di Deklarasikan
pada 2012. ”Tugas forum itu
melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan komunitasnya tentang bahaya asap
rokok,” ujar Mawardi.
Menurut ketua forum
Kota Sehat Hariyanto, untuk
menekan jumlah perokok
secara permanen, anak-anak
sejak dini harus mengerti
bahaya asap rokok. “Tentu
harus menjelaskan dengan
bahasa yang mereka pahami.
Kebetulan fokus forum kota
sehat melakukan sosialisasi
bahaya rokok kepada anak
TK , SD, SMP dan SLA.”
Kepada anak-anak TK
dan SD, Hariyanto dkk.
menjelaskan tentang bahaya
rokok dengan cara yang
mudah dipahami. “Kami
menyiapkan gelas kaca
yang sudah terisi air bersih.
Selanjutnya masukkan satu
batang rokok. Setelah airnya
berubah warna, masukan
ikan, dalam waktu kurang
lebih 7 menit, maka ikan itu
akan mati. Nah, lihat tuh
ikan saja mati terkena cairan
rokok, jadi asap rokok juga
bahaya untuk manusia, maka
jangan coba-coba merokok,”
ujar Hariyanto menegaskan.
Beruntung, Kota Padang
Panjang pernah mempunyai
wali kota seorang dokter.
Dia mengeluarkan kebijakan
yang selaras dengan
program kesehatan, pola
hidup sehat dan bersih.
Mawardi yang ketika itu
“Tentu harus
menjelaskan
dengan bahasa
yang mereka
pahami.
Kebetulan fokus
forum kota sehat
melakukan
sosialisasi bahaya
rokok kepada
anak TK , SD,
SMP dan SLA.”
Hariyanto
menjabat Kepala Dinas
Kesehatan menjadi tulang
punggung pelaksanaan
program kesehatan
masyarakat yang digagas
Wali Kota. Saat Mawardi
menjadi wakil wali kota, maka
program kesehatan pun
mendapat prioritas utama.
Pejabat dan aparat
pemerintah yang tidak
mengindahkan perda akan
mendapat sanksi berupa
hukuman disiplin, tidak diberi
jabatan, hingga pemecatan.
Ketika ditanya apakah sudah
ada pejabat yang dipecat
karena merokok? “Tidak
ada, sudah berhenti merokok
sebelum dipecat,” jawab
Mawardi.•(pra)
SKYSCRAPERCITY.COM
Gubernur Sumatera
Barat bersama dengan
SekJen Kemenkes RI
INDOPOS.CO.ID
DARI DAERAH
Sejak berlaku JKN, 1
Januari 2014 terdapat tren
pengguna layanan rawat inap
rumah sakit dari peserta JKN
jenis Non Penerima Biaya
Iuran ( Non PBI) meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari
jumlah rawat inap pada
Januari 1049 pasien, Februari
1089 pasien dan Maret 1291
pasien. Sedangkan pasien
umum mengalami penurunan
dari Januari-Maret 2014.
“Angka ini dapat dijelaskan
bahwa, terjadi pergeseran
pasien umum berubah
menjadi peserta JKN Non
PBI”, ujar dirut.
Pelayanan JKN
RSUP M. Djamil Padang:
Awalnya Rumit,
Berikutnya Lancar
R
SUP dr. M.
Djmail Padang
Sumatera Barat,
merupakan
rumah sakit
rujukan tersier (tingkat 3)
untuk wilayah tengah bagian
Sumatera. Setiap hari jumlah
kunjungan 800-1000 pasien.
Sedangkan tingkat hunian
tempat tidur ( BOR), sekitar
70 persen. Memiliki Pegawai
hampir 2000 orang, dengan
jumlah 800 tempat tidur, 391
(49,88) persen untuk kelas 3.
Rumah sakit yang
memiliki 213 tempat tidur
kelas 2 ini mempunyai
pelayanan unggulan
pelayanan jantung dan bank
jaringan. Sedangkan layanan
dalam pengembangan berupa
pelayanan terapi pengganti
ginjal, kemoterapi central,
pelayanan bedah 24 jam dan
layanan komplementer.
Menurut Direktur Utama
RSUP Dr. M DJamil. Dr. HJ.
Aumas Pabuti, Sp.A MARS,
persiapan pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), diawali dengan
menyusun petunjuk teknis
pelaksanaan JKN, baru
melaksanakan sosialisasi.
“Hari pertama pelaksanaan
memang cukup rumit, tapi
lama-kelamaan lancar.
Bisa karena biasa”, kata dr.
Aumas.
Rumah sakit yang
mempunyai motto “kepuasan
anda adalah kepedulian kami”
ini setelah melaksanakan
sistem rujukan dengan baik,
diperoleh perbaikan sistem
rujukan pada triwulan 2014.
Berdasarkan laporan dari data
rekam medis, pada triwulan
pertama 2013, masih banyak
rujukan level satu ( jenis
penyakit yang seharusnya
dapat ditangani RSUD)
ditangani RSUP dr. M Djamil.
“Tapi pada triwulan
pertama 2014, sebagian
besar rujukan sudah jenis
penyakit level tiga, yakni jenis
penyakit yang seharusnya
ditangani RSUP M Djamil.
Berarti penerapan sistem
rujukan menunjukkan hasil
yang positif. Banyak jenis
penyakit infeksi sudah
tertangani ”, ujar dr Aumas,
bangga.
Bila dilihat dari jenis
penyakit yang dilayani di
rumah sakit, maka jenis
penyakit infeksi sudah banyak
ditangani oleh Penyedia
Penyelenggara Kesehatan
Tingkat 1 (PPK 1) seperti
puskesmas dan poliklinik.
Sedangkan yang masuk
rujukan sampai RSUP M.
Djamil sebagian besar
penyakit tidak menular (PTM).
Menurut dr. Aumas,
sejak berlakunya JKN,
tinggkat kepatuhan dokter
menulis resep sesuai dengan
formulariun nasional ( fornas)
sudah semakin baik dengan
adanya JKN. Hanya saja
masalah, penerbitan SEP
di IGD dan bridging sistem
belum berjalan.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 55
LENTERA
Puasa itu
Menyegarkan
M
akan dan
minum adalah
kebutuhan
dasar setiap
mahluk hidup.
Apabila tubuh terpenuhi
asupan makanan yang
sehat dan sesuai kebutuhan,
niscaya tubuh akan sehat
dan kuat. Sebaliknya, bila
kekurangan manakanan,
dapat menyebabkan kurang
gizi, kuasiorkor dan bahkan
dapat menyebabkan
kematian. Untuk itu, menjadi
penting menyediakan menu
jasmani yang halal dan
baik. Namun, selain menu
jasmani, sebagai mahluk
paling sempurna di bumi ini,
manusia pun memerlukan
menu rohani, salah satunya
Oleh : Prawito
adalah mengisi jiwa dengan
mendekatkan diri kepada
Tuhan.
Bulan Ramadhan sarat
dengan menu rohani yang
bisa dikonsumsi orangorang beriman. Ramadhan
menyajikan menu khusus
untuk kebutuhan jiwa
manusia yang berpuasa.
Menu tersebut berupa
amalan-amalan puasa yang
tersaji selama satu bulan,
berupa shaum, tilawah
alquran, shalat taraweh,
shalat witir dan shalat sunah
lainya. Selain itu ada infaq,
sedekah, zakat dan i’tikaf.
Keseluruhan menu dapat
memberi kesadaran kepada
para pelaku untuk merenung
dan mengevaluasi akan
makna dan tujuan hidup,
keikhlasan, kesabaran,
ampunan, memaafkan, dosa,
pahala, surga dan neraka.
Selama menjalani puasa
dan setelahnya, para pelaku
akan merasakan kenikmatan
amalan-amalan puasa.
Ada dorongan yang kuat
untuk berusaha memenuhi
kebutuhan rohani dengan
segala amalan puasa.
Bahkan merasa sangat
rugi bila terlewat tak dapat
memenuhinya.
Subhan, begitu panggilan
bapak setengah baya yang
pekerja di pabrik Las. Ia
berusaha melaksanakan
shalat taraweh berjamaah di
masjid. Suatu hari terlambat
pulang, sehingga terlambat
shalat taraweh berjamaah
di masjid dekat rumahnya.
Ia terpaksa menyelesaikan
pekerjaan kantor melebihi
jam kantor. Akibatnya,
tertinggal kendaraan antar
jemput dan terkena macet.
Ia pun terlambat pulang ke
rumah.
“Akibat sekali terlambat
menjalankan shalat taraweh
berjamaah, saya merasakan
penyesalan mendalam
sampai hari berikutnya.
Saya punya keinginan kuat
untuk tidak mengulangi lagi
kejadian memilukan itu,” ujar
Subhan sedih.
Subhan tak ingin
kejadian “memilukan” itu
berulang. Suatu saat ia harus
menyelesaikan pekerjaan
sampai larut malam, maka Ia
menuntaskan shalat taraweh
dulu di masjid kantor. Setelah
itu baru pulang. “Walau harus
tertinggal jemputan dan
harus keluar ongkos lebih
mahal, tapi ketentraman hati
beribadah ramadhan tak
dapat diukur dengan uang,”
begitu ujar Subhan gembira.
Subhan mungkin salah
satu contoh orang yang
peduli akan kesehatan
rohani. Bila sudah dapat
menikmati menu amalan
ramadhan, itu pertanda
bahwa rohani kita sehat. Ada
kedamaian, ketentraman,
kebahagian saat membaca al
quran, qiyamulail, i’tikaf dan
amalan ramadhan lainnya.
Bahkan ingin berlamalama melakukan taqorub
Ilallah, mendekatkan diri
kepadaNya, seperti yang
dilakukan Subhan.
Jasmani yang sehat
itu penting, tapi rohani
yang sehat lebih penting.
Rasulullah SAW bersabda
bahwa dalam tubuh manusia
ada segumpal darah,
apabila segumpal darah itu
sakit (rusak), maka akan
sakit (rusak) seluruh tubuh.
Apabila segumpal darah itu
sehat (baik), maka baiklah
seluruh tubuh. Apa segumpal
darah itu ? Dialah hati
(rohani).
Bulan ramadhan,
dapat meningkatkan
kesehatan rohani dan
jasmani, mengapa? Apabila
orang yang berpuasa
melaksanakan amalan
ramadhan dengan sungguhsungguh, insya Allah akan
meningkat ketaqwaanya.
Mereka yang meningkat
ketaqwaanya akan
bertambah ketenangan
dalam jiwa atau rohaninya.
Berpuasalah kamu,
niscaya akan sehat.
Tentunya sehat yang
paripurna. Sehat jasmani
maupun rohani.
56 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Sebagaimana firman Allah
Allah lah yang menurunkan
ketenangan dalam hati
manusia yang beriman,
untuk menambah keimanan
yang ada dalam dirinya... (
Qs:48:4).
Allah berikan ketenangan
hati kepada seseorang bukan
karena mereka memiliki
sejumlah materi, seperti
harta, tahta atau wanita,
kemudian menjadi tenang.
Bisa jadi mereka tidak
memiliki berbagai materi,
mungkin hanya sekedarnya,
tapi hidupnya lebih tenang.
Bila hatinya tenang,
maka akan mempengaruhi
ketenangan aktifitas jasmani.
Seperti bekerja tenang,
walau pegawai rendahan.
Berkendaraan tenang, walau
hanya pakai kendaraan
tua. Belajar juga tenang,
walau hanya menggunakan
peralatan yang sederhana.
Nah, ketenangan akan
menyebabkan seluruh
aktifitas jasmani lebih
produktif. Apalagi mereka
dilengkapi dengan sarana
dan prasarana materi yang
mencukupi, pasti akan lebih
baik lagi hasilnya.
Orang yang berpuasa,
secara fisik juga lebih sehat.
Apalagi berpuasa dengan
pola berbuka dan makan
sahur yang benar, pasti
akan lebih sehat dibanding
saat tak berpuasa yang
pola makannya cenderung
berlebihan. Seperti dikatakan
oleh Rasulullah Shoumu
Tasikhu, berpuasalah kamu,
niscaya akan sehat. Tentunya
sehat yang paripurna. Sehat
jasmani maupun rohani.•
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 57
ANTARA
PEMENANG LOMBA MENULIS ILMIAH
Cegah Penyakit
dengan Menumbuhkan
Semangat
Kegotong-royongan
P
agi jam 08.00
WIB, matahari
telah bersinar
kuat, meski
malam harinya
diguyur hujan deras. Dengan
semangat tinggi, ibu-ibu
berjalan menyusuri jalanan
desa yang sebagian terlihat
kubangan air. Mereka
kemudian berkumpul di
Balai Desa Kedungwuluh
Lor, Kecamatan Patikraja,
Banyumas, Jawa Tengah
(Jateng). Mereka adalah ibu
kader PKK dan Dasa Wisma.
Usai berkumpul semua,
bidan desa setempat Sri
Atun, 41, memberikan
pengarahan. Ia mengatakan
kalau para ibu sengaja
dikumpulkan untuk menjadi
58 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
kader-kader penggerak juru
pemantau jentik (jumantik).
“Para ibu nantinya yang
akan berkeliling untuk
memberikan sosialisasi
kepada masyarakat, supaya
menjaga lingkungan. Warga
harus diberitahu mengenai
jurus 3M yakni menguras,
menutup dan mengubur.
Paham mboten (tidak)?,”
tanbya Atun.
Secara bersama-sama,
para ibu yang usianya
kisaran 30-50 tahun
mengatakan, “pahammm!”.
Para ibu rumah tangga itu
sebelumnya memang telah
diberikan pemahaman
mengenai apa itu 3 M.
Sebuah upaya yang
sederhana dan murah untuk
mencegah berbagai penyakit
yang disebabkan oleh vektor
nyamuk. Terutama penyakit
demam berdarah dengue
(DBD) yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
Sebagai kader penggerak,
mereka telah melakukan
upayanya di rumah
tangganya masing-masing.
“Iya, saya sudah
melakukan di rumah saya
sendiri. Misalnya dengan
mengubur kaleng atau bendabeda yang akan menampung
air hujan. Serta menutup
ember penampungan air.
Tidak ketinggalan adalah
menguras bak mandi
maksimal sepekan sekali.
Upaya-upaya itu dilaksanakan
agar tidak menjadi tempat
bersarang dan bertelurnya
nyamuk,”kata Sukini, 42,
salah seorang warga
setempat.
Belasan ibu dengan
didampingi bidan Sri Atun
kemudian berkeliling
kampung dengan dibagi
beberapa kelompok. Satu
per satu rumah warga
dihampiri. Kerap ditemukan
kam,ar mandi yang gelap
dan menjadi sarang nyamuk.
Biasanya, mereka meminta
kepada pemilik rumah
agar kamar mandi dikasih
penerangan yang cukup
serta dikuras setidaknya
seminggu sekali. “Langkah
sosialisasi langsung ke
masyarakat semacam ini
akan lebih efektif. Karena
biasanya warga desa punya
budaya malu tinggi. Mereka
akan segera melakukan
apa yang diminta. Apalagi,
kan hal seperti ini tidak
mengeluarkan uang,”kata
Atun.
Warga hanya diminta
untuk membersihkan
bak mandi dan tidak
membiarkan barangbarang
yang bisa dijadikan tempat
perkembangbiakan nyamuk.
“Kegiatan semacam ini
sia-sia saja jika hanya
dilakukan orang per orang.
Karena bisa saja, nyamuk
berkembang biak di salah
satu rumah yang tidak bersih,
padahal lingkungan rumah
lainnya telah bersih. Karena
itu, warga harus bersatu
padu. Sehingga kegiatan ini
sekaligus juga mengobarkan
semangat kegotongroyongan,”tambahnya.
Ia mengatakan kepada
warga, bahwa mencegah
jauh lebih bagus jika
dibandingkan dengan
memberantas. “Bayangkan
saja, kalau ada yang sakit
DBD, misalnya, sudah
berapa biaya untuk ke
RS. Belum lagi nanti kalau
ada fogging. Boleh jadi,
warga yang ke RS tidak
membayar, tetapi kan tetap
mengeluarkan uang untuk
biaya yang menunggu
di RS. Hal semacam itu
sangat bisa dihilangkan
jika upaya pencegahan
terus-menerus dilakukan.
Karena itulah, kami meminta
kepada warga agar jangan
hanya membersihkan
ketika ada sosialisasi saja,
melainkan terus menerus
dilaksanakan. Makanya
kemudian menggandeng
para kader PKK dan Dasa
Wisma agar senantiasa
mengingatkan warga
supaya gerakan 3 M terus
dilaksanakan,”tandasnya.
Gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) di
desa setempat mendapat
dukungan penuh dari
pemerintah desa. Kepala
Desa Kedungwuluh Lor
Suprihanto menyatakan
bahwa PSN harus menjadi
budaya masyarakat. “Jangan
sampai setiap tahun ada
orang yang terkena DBD
atau chikungunya akibat
lingkungan yang tidak bersih.
Jika gerakan PSN telah
menjadi budaya masyarakat,
Insya Allah, penyakit seperti
DBD dan chikungunya tidak
akan muncul. Sekali lagi,
ini tergantung pola hidup
masyarakat sendiri. Kami
akan terus meminta melalui
perangkat desa, RW dan RT
agar mengingatkan gerakan
PSN di lingkungannya
masing-masing,”tegas Kades.
Sebab, katanya,
mencegah jauh lebih baik
dan hemat jika dibandingkan
dengan melakukan
pemberantasan. “Daripada
desa harus di-fogging,
lebih baik melakukan
pencegahan,”ujarnya.
Apa yang dilakukan
oleh desa setempat,
sesungguhnya menjadi
bagian contoh untuk desadesa lainnya terutama
yang endemis DBD.
Sebab, berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan
(Dinkes) Banyumas, di
kabupaten setempat masih
ada setidaknya 35 desa
endemis DBD. “Gerakan
PSN harus dilakukan untuk
melakukan pencegahan
munculnya DBD. Apalagi,
berdasarkan siklus tahunan,
April merupakan bulan
yang kasusnya biasanya
meningkat,”kata Kepala
Seksi Pengendalian Penyakit
Dinkes Banyumas R Dian
Andiyono.
Sementara pada 2013,
Menurutnya, ke-35 desa
kasusnya melonjak menjadi
yang endemis tersebut
539 kasus, 4 di antaranya
di bawah koordinasi 16
meninggal. Kasus DBD di
puskesmas di Banyumas.
Banyumas harus diturunkan
“Oleh karena itu, kami
dengan menyadarkan
telah meminta kepada
masyarakat melakukan
PSN,”ujar dia.
puskesmas untuk bersamaSementara berdasarkan
sama dengan pemerintahan
data angkat bebas jentik
desa memberikan sosialisasi
(ABJ) sebetulnya mengalami
kepada masyarakat
peningkatan. Pada tahun
untuk meningkatkan
2012 lalu, ABJ mencapai
gerakan PSN. Karena
95,5% dan mengalami
upaya pemberantasan
peningkatan di tahun 2013
bisa dihindarkan kalau
yang mencapai 97,5%.
pencegahannya sudah
“Angka ini memang tidak
bagus,”ujarnya.
dapat menjadi indikator,
Dengan kesadaran
karena belum seluruh
itu, pada pekan pertama
desa atau kelurahan
Maret lalu, Pemkab
melaksanakan kegiatan
Banyumas melakukan
PSN,”katanya.
gerakan massal PSN di
Proses penyadaran
37 desa dan kelurahan
seperti yang dilakukan
di kabupaten setempat.
oleh Pemkab Banyumas,
Langkah itu dilaksanakan
menjadi bagian penting
agar masyarakat terutama di
daerah-daerah endemis DBD untuk menurunkan angka
kasus DBD terutama pada
terus menyadari pentingnya
tahun 2014 dan tahun-tahun
gerakan PSN.
Kepala Dinkes Banyumas selanjutnya. Tidak ada jalan
lain kecuali menggelorakan
Istanto mengatakan gerakan
gerakan PSN dengan
PSN tersebut merupakan
semangat gotong-royong.
tindak lanjut dari Surat
Karena sejatinya mencegah
Edaran Bupati Banyumas
lebih baik daripada
nomor 443.2/578 tanggal
memberantas.•
10 Februari 2014 tentang
pelaksanaan PSN DBD
sekaligus dalam
rangka kegiatan
Hari Jadi Kabupaten
Banyumas ke-432
Tahun 2014. “Gerakan
ini merupakan
langkah penyadaran,
KATEGORI JURNALIS
karena kasus DBD di
Banyumas mengalami
LILIEK DARMAWAN
kenaikan. Tahun 2012,
terdapat 199 kasus,
4 di antaranya
meninggal.
JUARA 2
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 59
PEMENANG LOMBA MENULIS ILMIAH
Seragam Panjang,
Cara Cegah DB
Non Kimiawi
tahun 2012 mencapai 1.250
orang, dan tahun 2013
mencapai 2.364 orang. Tetapi
setidaknya pada tahun 2013
ternyata terjadi penurunan
peringkat secara regional.
Pada tahun 2009 nyaris
total kelurahan di Semarang
yang jumlahnya 177 tak
lepas dari serangan DB.
Sebanyak 161 kelurahan
menjadi endemis DB dan 16
kelurahan bersifat sporadis.
Tidak ada kelurahan yang
bebas DB pada 2009, tetapi
mulai 2010 hingga 2013 ada
satu kelurahan yang bebas
dari DB.
K
ota Semarang
beberapa tahun
terakhir telah
menjadi “rumah”
bagi nyamuk
aeges aygepti. Nyamuk
demam berdarah ini hidup
di dataran rendah dan
dekat dengan pesisir pantai.
Data-data penderita demam
berdarah mengonfirmasi hal
tersebut.
Lalu lalang siswa sekolah
dasar sehabis sekolah
memenuhi badan Jalan
ANTARA
Kebijakan
Seragam Panjang
Veteran Semarang, Rabu
(19/3/2014). Anak lakilaki di SD Negeri tampak
mengenakan celana panjang.
Begitu pula siswa perempuan
mengenakan rok panjang.
Sekolah dasar tersebut tidak
tergolong sekolah favorit
tetapi memilih seragam di
luar kebiasaan yakni celana
dan rok pendek.
Pemandangan ini
tak dijumpai pada tahuntahun sebelumnya. Hanya
beberapa sekolah dasar
60 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
swasta yang bonafit
mengambil kebijakan
pengenaan celana
panjang dan rok panjang
bagi siswanya. Seragam
baru yang dikenakan
hampir seluruh SD
negeri dan swasta itu
merupakan terobosan
baru bagi pencegahan dan
pemberantasan DB. Pada
awalnya, celana dan rok
panjang hanya berfungsi
sebagai variasi dari seragam,
tetapi kini mulai dimassalkan
sebagai seragam harian.
Dinas Kesehatan Kota
(DKK) Semarang, merilis
jumlah kasus DB. Angka itu
memang fluktuatif, tetapi
posisi Kota Semarang selalu
rangking satu alias paling
tinggi se-Jawa Tengah terkait
banyaknya penderita demam
berdarah. Pada tahun 2009
penderita DB di Semarang
mencapai 3.883, kemudian
pada 2010 mencapai 5.556
orang, pada tahun 2011
mencapai 1.303 orang,
Program pencegahan dan
pemberantasan digalakkan
termasuk mengeluarkan
kebijakan seragam panjang.
DKK Semarang telah
menyorongkan ide kepada
Wali Kota Semarang agar
siswa SD menggunakan
celana panjang. Dari analisa
dinas, jumlah pederita DB
didominasi usia 1-14 tahun
sebanyak 66 persen. Dari
angka itu dikecilkan skala
umurnya dan menemukan
anak-anak tersebut usia
sekolah dasar. Kepala
Bidang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
DKK Semarang, dr Mada
Gautama Soebowo,
mengatakan siswa SD saat
pembelajaran cenderung
tenang, sehingga tidak
tahu ada nyamuk menggigit
kakinya sampai ‘puas’.
“Anak banyak yang kena
dimungkinkan tidak terkait
faktor imunitas, tetapi karena
posisi anak yang saat itu
sedang duduk tanpa tahu
kakinya digigit,” pungkasnya.
Jika nyamuk menggigit
pada tangan, si anak akan
langsung menepisnya. Ide
celana panjang itu akhirnya
disetujui oleh Wali Kota melalui
penerbitan surat Wali Kota
Semarang nomor 420/818
tanggal 11 Maret 2013 tentang
Himbauan Pemakaian Celana
Panjang, Kebersihan Sekolah
dan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Siswa SD/
MI dan SMP/MTs diimbau
memakai celana panjang pada
awal tahun ajaran 2013/2014.
“Ini sifatnya himbauan saja jadi
mungkin yang memakai siswa
SD kelas 1 dulu. Kalau SMP/
MTs kan pasti sudah panjang
celananya.”
Kepala Bidang Pendidikan
Dasar dan Menengah Dinas
Pendidikan Kota Semarang,
Sutarto, mengatakan biaya
pembuatan seragam celana
panjang sejauh ini tidak
memberatkan wali murid.
Menurutnya disebabkan
himbauan itu menargetkan
pada siswa kelas 1. “Kalau
semua siswa SD diwajibkan
mungkin muncul keberatan,
karena yang kelas 2 sampai
6 harus membuat seragam
baru. Kalau kelas 1 kan
memang seragamnya baru.”
Jumlah SD/MI negeri
dan swasta di Semarang
mencapai 604 unit dengan
sebagian besarnya siswa
kelas 1 telah mengenakan
celana panjang. “Mungkin
ada yang sudah pakai
duluan sebelum kebijakan
ini dan itu tidak hanya kelas
1. Bisa jadi semua siswa.”
Kebijakan ini diperkirakan
telah menyumbang penrunan
angka kejadian DB sepanjang
2013. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah
merilis data peringat Kota
Semarang telah turun ke
posisi tiga setelah Kabupaten
Jepara para peringat satu
dan Kota Magelang pada
peringkat dua. Kabupaten
Jepara memiliki insiden
rate (IR) 169,53 dan Kota
Magelang mempunyai
IR 141,91, sementara
Semarang 134,09. Angka ini
menunjukkan berbagai upaya
di Kota Semarang mulai
membuahkan hasil dengan
adanya penurunan peringkat
dan penurunan jumlah
penderita DB.
Kelompok
Umur SD
dengan perbandingan
semester pertama dan kedua
2013. Semester pertama
kelompok umur itu pada 2013
kasus DB sebanyak 208
dan turun drastis menjadi 60
kasus pada semester kedua.
Seragam panjang
merupakan langkah
terobosan dalam pencegahan
gigitan nyamuk tanpa
menggunakan bahan kimia
seperti fogging (pengasapan)
dan obat nyamuk. Langkah
ini sesuai dengan instruksi
Badan Kesehatan Dunia
(World Health Organization)
di bawah Persatuan Bangsa
Bangsa. “Dapat dikatakan ini
cara baru di luar terobosan
yang diinstruksikan PBB.
Kalau gigitan nyamuk ini
bisa dikurangi, maka juga
akan mencegah penyakit
yang dibawa vektor lainnya
seperti cikungunya,” katanya.
Mada berharap pencegahan
angka gigitan nyamuk
dengan seragam panjang ini
konsisten dijalani siswa baru.
“Syukur-syukur diberlalukan
seluruh kelas SD. Karena ini
sudah terbukti mengurangi
angka DB dan berkontribusi
dalam pengurangan
kasus DB di Semarang,”
ungkapnya.•
Kebijakan tersebut
berdasar evaluasi Dinas
Kesehatan Kota Semarang
menurunkan 22,88 persen
kasus DB pada kelompok
umur 6-7 tahun di semester
kedua tahun 2013
dibandingkan semester yang
sama tahun 2012. Pada
semester kedua 2012 jumlah
DB umur 6-7 tahun adalah 62
kasus (45,3 persen), tetapi
turun pada semester sama
2013 turun menjadi 60 kasus
(22,4 persen).
Mada Gautama,
mengungkapkan jumlah DB
pada 2013 memang terjadi
lonjakan pada 2012. Namun
khusus kelompok umur 6-7
selama 2013 persentasenya
stabil sekitar 11 persen seperti
tahun 2012. “Kalau ada
lonjakan kasus seharusnya
semua umur kan tinggi,
tetapi kelompok umur
ini justru stabil dan
khusus semester
kedua turun,” katanya,
Kamis (10/4).
Di tengah lonjakan
KATEGORI JURNALIS
itu pada 2013
intervensi langsung
ZAKKI AMALI
berupa pengenaan
seragam panjang
menunjukkan juga
penurunan
JUARA 3
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 61
ANTARA
PEMENANG LOMBA MENULIS ILMIAH
Malaria, Riwayatmu
Dulu (dan Kini)
P
ikiran saya
melayang pada
2 tahun lalu,
ketika berada
dalam ruangan
putih, duduk di atas barisan
kursi bersama mahasiswa
lainnya menyimak. “Dunia
terperanjat, seiring dengan
penemuan artemisin,” katakata berapi-api yang sedikit
hiperbolik dalam kuliah salah
seorang dosen favorit saya,
seorang pakar kedokteran
tropis, saat memberikan
kuliah mengenai malaria.
Sebagai penyakit yang telah
dikenal sejak ribuan tahun,
malaria memang cukup
mahsyur sebagai salah
satu penyakit tertua yang
pernah tercatat, di mana
perang melawannya masih
belum usai hingga sekarang.
Setidaknya penemuan
artemisinin, salah satu jenis
obat anti-malaria, telah
menjadi tonggak baru sejarah
perang melawan malaria.
Menyegarkan lagi
pemahaman tentang
malaria, sebagai penyakit
yang disebabkan oleh
parasit protozoa dari genus
Plasmodium yang ditularkan
melalui nyamuk. Nyamuk disini
62 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
berperan sebagai pembawa
atau vektor yang umumnya
berasal dari genus Anopheles.
Parasit malaria memiliki daur
hidup dalam tubuh inang
tempat dia hidup, yang berarti
selain hidup dalam tubuh
nyamuk, sang vektor, parasit
malaria dapat melanjutkan
siklus hidupnya dalam tubuh
manusia yang terinfeksi
setelah gigitan nyamuk vektor
malaria. Siklus penularan ini
akan berulang-ulang saat
sesorang yang terinfeksi
tergigit kembali oleh nyamuk,
yang akan membawa parasit
ini untuk ditularkan ke individu
yang lain. Saat seseorang
terinfeksi malaria, biasanya
akan muncul beberapa gejala
meliputi demam nyeri kepala
dan menggigil yang pada
beberapa kondisi dapat timbul
komplikasi dan gejala ikutan
yang serius.
Sebagai salah satu
penyakit infeksi yang
endemis, malaria masih
sering ditemukan di kawasan
Afrika sub-sahara, Asia
khususnya Asia selatan
dan Tenggara. Indonesia
merupakan salah satu negara
kantong malaria yang memiliki
semua jenis spesies malaria,
khususnya Plasmodium
falciparum dan vivax.
Geografis Indonesia berupa
kepulauan dengan garis
pantai yang panjang, menjadi
faktor pendukung endemisitas
malaria. Tercatat di Papua,
Nusa Tenggara Timur,
Maluku Utara dan Bangka
Belitung, merupakan empat
kawasan Indonesia yang
memiliki angka prevalensi
tertinggi. Keterbatasan akses
sarana kesehatan menjadi
faktor penghambat yang
sering kali memperlambat
upaya diagnosis dan terapi.
Bahkan terbatasnya akses
dan fasilitas pemeriksaan
laboratorium kesehatan di
beberapa daerah terpencil di
Indonesia, memaksa upaya
diagnosis malaria hanya
didasarkan pada gejala klinis,
bukan melalui pemeriksaan
laboratorium yang menjadi
standar penegakan diagnosis.
Malaria telah melewati
sejarah dunia dan turut
memberi warna terhadapnya.
Dikenal sejak berabadabad
sebelum masehi, malaria
yang berasal dari bahasa
Italia, mal yang berarti buruk,
dan aria yang berarti udara,
telah tercatat dalam catatan
sejarah peradaban Tiongkok
dan Yunani. Pun dalam
sejarah kolonialisme negaranegara Eropa dan Amerika
atas negara di belahan
Amerika Selatan, Afrika
dan Asia. Hingga sekarang,
kawasan endemis malaria
masih banyak ditemukan di
pelbagai belahan dunia.
Obat-obatan antimalaria
telah banyak diperkenalkan
sebagai terapi malaria.
Catatan monumental yang
pernah terekam adalah
tentang efek terapi pohon
Cinchona sebagai terapi
yang efektif yang banyak
dipraktikan di suku-suku
indian di kawasan Amerika
Selatan. Benih pohon ini
yang kemudian dibawa oleh
penjelajah Belanda dan
dikembangkan di Indonesia,
yang kemudian lebih dikenal
sebagai quinina atau
kina. Agen terapi yang lain,
seperti klorokuin, primakuin,
sulfadoksinpirimetamin,
mefloquin, artemisinin dan lain
sebagainya merupakan obatobatan lain yang juga telah
dikembangkan. Sebagaimana
pohon Cinchona, yang
berasal dari tetumbuhan,
artemisinin juga diisolasi dari
tanaman Artemisia annua
yang endemis di Tiongkok
serta telah diperkenalkan
sebagai terapi terkini untuk
melawan malaria. Perlu
dicatat seiring perkembangan
metode terapi anti-malaria,
kasus resistensipun makin
berkembang di pelbagai
belahan dunia, tidak terkecuali
di Indonesia. kasus resistensi
Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin pertama
di Indonesia dilaporkan pada
tahun 1973, sejak itu kasus
resistensi klorokuin meluas
di berbagai provinsi lainnya.
Begitu pula, resistensi
terhadap sulfadoksinpirimetamin. Yang oleh
karenanya sejak tahun 2004,
Indonesia telah mengadopsi
ACT atau Artemisin-based
Combination Therapy, sesuai
dengan rekomendasi WHO.
ACT yang digunakan oleh
program malaria nasional
adalah dengan kombinasi
artesunat-amodiakuin dan
dihidroartemisinin-piperakuin
Terapi terbaru pada
malaria dengan artemisinin
telah dikenal di Tiongkok
sejak berabad-abad sebelum
masehi. Namun penelitian
dan pengembangannya
sebagai standar terapi
dimulai sejak tahun 1960-an
terhadap terapi seharusnya
saat perang Vietnam dan
menjadi kesadaran
sejak tahun 90-an mulai
publik yang harus
diperkenalkan sebagai terapi
diupayakan. Menilik riwayat
dalam bentuk komersial.
perkembangan terapi yang
Namun kemunculan
silih berganti seiring dengan
kasus resistensi artemisin,
kemunculan resistensi,
memaksa WHO tidak
hampir bisa dikatakan bahwa
lagi merekomendasikan
resistensi terapi merupakan
penggunaan artemisinin
keniscayaan. Terapi ACT bisa
dalam sediaan monoterapi
jadi merupakan senjata terkini
atau terapi tunggal melainkan
harus dikombinasikan dengan yang masih ampuh dalam
membasmi parasit malaria
jenis obat yang lain, atau
sehingga penggunaan secara
yang dikenal sebagai ACT.
benar dan bijak, setidaknya
Praktik terapi yang buruk,
memberikan harapan
ketidakpatuhan pasien pada
perlindungan dalam beberapa
regimen pengobatan dan
waktu mendatang.
ketersediaan terapi oral
Alih alih mengobati,
tunggal berbasis-artemisin
pencegahan merupakan
dengan sediaan substandar
tindakan paling bijak untuk
berkontribusi terhadap
dilakukan. Penggunaan
perkembangan resistensi
kelambu tidur dan
artemisinin khususnya pada
penyemprotan insektisida
sediaan terapi tunggal. Saat
khususnya pada daerah
ini, setelah melewati masa
endemis, serta penggunaan
yang cukup panjang ketika
obat profilaksis atau
ketika efektifitas antimalaria
pencegahan malaria saat
monoterapi makin menurun
bepergian di daerah endemis,
dengan alternatif yang
merupakan tindakan yang
terbatas, sebagian besar
telah terbukti efektif dan relatif
negara endemis malaria di
mudah dilakukan. Sekali lagi
kawasan Afrika dan Asia
pameo lama yang sederhana
mulai mengadopsi ACT.
bahwa mencegah lebih
Kembali kita disadarkan
baik dari pada mengobati
akan ancaman yang
agaknya masih relevan untuk
mengintip, saat malaria
menjadi resisten terhadap
dicamkan.•
terapi termutakhir
sekalipun. Perhatian
tidak saja ditujukan
pada klinisi yang
menangani malaria
secara langsung,
masyarakat awam
KATEGORI UMUM
pun memiliki tanggung
jawab. Penggunaan
HUZER APRIANSYAH
terapi malaria
khususnya ACT secara
bijaksana serta
kepatuhan
JUARA 1
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 63
GALERI FOTO
Kemenkes Siagakan
Ribuan Pos Kesehatan di
Sepanjang Jalur Mudik Lebaran
Petugas Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung melayani pemeriksaan
sopir bus yang akan beroperasi
mengangkut penumpang mudik lebaran
2014 di Terminal Induk Rajabasa,
Selasa (22/7). Tes kesehatan tersebut
dilakukan selama dua hari yaitu 21-22
Juli serta 24-25 Juli mendatang guna
mengantisipasi terjadinya kecelkaan
akibat kelalaian pengemudi yang tidak
sehat.
ANTARA FOTO/Agus Setyawan
Setiap tahun, Pemerintah termasuk jajaran kesehatan di seluruh Tanah Air selalu
melakukan kegiatan kesiap siagaan bidang kesehatan pada fasilitas kesehatan yang
ada dan menyiagakan pos-pos kesehatan di tempat yang diperlukan
Seorang petugas dari Balai Besar
Teknik Kesehatan dan Pengendalian
Penyakit-Kementrian Kesehatan
memeriksa kandungan alkohol dari
nafas seorang supir bus dalam
pemeriksaan kesehatan jelang mudik di
Terminal Arjosari, Malang, Jawa Timur,
Rabu (16/7).
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Sejumlah sopir menjalani
pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN)
di Terminal Giwangan,
Yogyakarta, Senin (21/7).
Kegiatan tersebut sebagai
upaya meminimalisir
kecelakaan pada mudik dan
balik Lebaran 2014.
ANTARA FOTO/Noveradika
64 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Menkes Nafsiah Mboi (ketiga kiri)
menyaksikan Simulasi Kesiapan
Bidang Kesehatan pada Mudik
Lebaran tahun 2014/1435H di
Kantor Kemenkes RI di Jakarta
Seorang penumpang
memeriksakan kesehatannya di
pos pemeriksaan dan pengobatan
gratis di Terminal Mamboro Palu,
Sulawesi Tengah, Rabu (23/7). PT.
Jasa Raharja dan Biddokes Polda
Sulawesi Tengah menyediakan
pos pelayanan gratis bagi pemudik
untuk pengecekan kesehatan
sebelum melakukan perjalanan
saat arus mudik dan arus balik
Lebaran.
ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Sejumlah sopir menjalani pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) di Terminal
Giwangan, Yogyakarta, Senin (21/7).
ANTARA FOTO/Noveradika
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 65
Kuis TTS
1
2
3
4
5
11
14
6
7
8
9
MediaKuis
10
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
24
27
28
29
25
26
30
31
33
37
38
23
34
39
35
32
36
40
41
43
44
45
42
46
47
48
52
49
53
54
59
60
55
56
50
57
58
61
62
63
66
51
64
65
67
68
69
71
kondisi sel darah merah
MENDATAR
mudah rusak
1. Pemotongan saluran
41. Megaphone
indung telur
43. Gangguan tumor pada
6. Pengobatan dengan
sistem syaraf yang disertai
metode
tusuk jarum
Mendatar
keterbelakangan mental
11. Rumah Sakit
1. Pemotongan
saluran indung
teluradi daya
47. Negara
14. Meninggalkan
kampung
6.
Pengobatan
dengan
metode
tusuk harga
jarum
48. Potongan
halaman dalam waktu
50. Anak laki laki (Ingg.)
lama11. Rumah Sakit
52. Kerap
15. Bianglala
14. Meninggalkan kampung
halaman dalam waktu
54. Aku
16. Asam Deoksiribonukleat
lama
56. Nenek
17. Kartu Keluarga
15. Bianglala
58. Otonomi daerah
18. Penggolongan
suku
59. Komite Nasional Indonesia
bangsa
berdasarkan
ciri
16. Asam
Deoksiribonukleat
Pusat
ciri fisik
17.
Kartu
Keluarga
62. Kebal
20. Lobang
18. Penggolongan
suku bangsa
berdasarkan
ciri ciri
63. Kelenjar
yang terletak
22. .. Aegyfti:
Nyamuk
di bagian belakang
penyebab
fisik malaria
tenggorokan
24. Gigi20.
yang
berfungsi untuk
Lobang
64. Standard Operating
mengunyah
22. .. Aegyfti: Nyamuk penyebab
malaria
Procedure
27. Persepsi yang kuat
24.
Gigi
yang
berfungsi
untuk
mengunyah
67. Humas
terhadap suatu peristiwa
68. Alat tubuh
berfungsi
atau27.
objek
yang yang kuat terhadap
Persepsi
suatuyang
peristiwa
atau
sebenarnya
tidak
ada
objek yang
sebenarnya
tidakuntuk
ada mengetahui keadaan
luar
34. Distributor
34.dingin
Distributor
69. Ahli, cakap, berilmu
37. Unsur
dalam filosofi
37. Unsur dingin dalam filosofi
China
70. Pembiusan
China
71. Kecenderungan orang
38. Penyakit kelainan darah
dewasa yang punya hasrat
yang ditandai dengan
66 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap
(nama, alamat, kota/ kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi)
dan nomor edisi majalah pada pojok kiri atas atau nama edisi majalah pada subjek email.
JAWABAN DAPAT DIKIRIM MELALUI :
Email : [email protected] (Subject : Mediakuis)
Fax : 021 - 52921669
Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan
Jawaban di terima paling lambat di terima redaksi tgl 31 oktober 2014,
2 orang pemenang dari setiap edisi akan mendapatkan hadiah kamera canon A2500 atau
handphone Lenovo A369i.
70
72
PERTANYAAN
1. Di Indonesia angka kematian ibu masih
sangat tinggi, khususnya ibu hamil danmelahirkan.
Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kematian ibu
hamil dan melahirkan?
2. Selama kehamilan pelayanan minimal yang harus ibu hamil dapatkan ?
3. Dalam rangka menurunkan angka kematian Ibu Kementerian Kesehatan
mengeluarkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan (P4K)
jelaskan apa itu P4K ?
4. Dalam P4K setiap rumah yang terdapat ibu hamil diberi stiker,
jelaskan apa kegunaan stiker P4K ?
5. Apa manfaat program P4K ?
73
27. & 46. Ketua BKKBN di era
Orde Baru
28. fleksibel
29. Surat Izin Terbit
30. Aneh
MENURUN
38. Penyakit kelainan darah
yang ditandai dengan
31. Sarjana Ekonomi
1. Pertumbuhan jaringan sel
kondisi
sel
darah
merah
mudah
32. Obatrusak
anti malaria
sel tubuh
yang
41.
Megaphone
33. Petugas kesehatan
abnormal (neoplasma)
yang ahli
membantu
ibu
2. Salah
Sembako
43.satu
Gangguan
tumor pada sistem
syaraf
yang disertai
melahirkan
3. Familiar
keterbelakangan mental 35. Salah satu jenis karung
4. Presiden Amerika Serikat
47.satu
Negara
36. Jaring
5. Salah
jenis adi
padidaya
39. Federasi sepakbola negara
7. Budaya
48. Potongan harga
negara ASEAN
8. Penyakit
kulit laki laki (Ingg.)
50. Anak
40. Daging yang disuwir suwir
9. Keinginan khusus pada
52.
Kerap
atau dihilangkan seratnya
wanita yang hamil muda
Aku Darurat
42. Kakek
10. Unit54.
Gawat
44. Tidak (Jawa)
12. Sekolah
Perawat setingkat
56. Nenek
45. Gambaran, kesan, bayingSLTA
58. Otonomi daerah
bayang
13. Paderi, Uskup
59. Komite Nasional Indonesia
Pusat
48. Mata
uang RI
17. Ukuran berat
62.
Kebal
49. Busung lapar
19. Harapan
21. Organisasi
para dokter
63. Kelenjar
yang terletak50.diSarjana
bagian muda
belakang
51. Penyakit yang desebabkan
23. Gelar
sarjana strata tiga
tenggorokan
oleh parasit yang bernama
24. Dokter ahli penyakit yang
64. Standard
Procedure
plasmodium
berkaitan
dengan Operating
organ
67. Humas
53. Klinik pengobatan patah
reproduksi
wanita
tulang tradisional dari Jawa
25. Angkatan Udara
Barat
26. eksis
seksual kepada anak-anak
72. Nomor
73. Relatif
Nama pemenang akan diundi dan diumumkan melalui Majalah Mediakom Edisi
akhir tahun Edisi 53, November 2014. Semakin banyak mengikuti mediakuis,
semakin besar peluang untuk menang. Ayo kirimkan kuis sebanyakbanyaknya.
Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat
Komunikasi Publik Kemenkes RI.
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM 67
RESENSI BUKU
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
di Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Judul
Penerbit
: Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan
: Kementerian Kesehatan, 2013
Salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap kematian ibu adalah
kualitas pelayanan obstetri pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan,
Dalam rangka peningkatan kualitas layanan kualitas obtetri, Kementerian
Kesehatan menerbitkan buku pedoman prktis bagi petugas kesehtan terutama
dokter dan bidan. Pedoman ini disusun dalam bentuk buku saku yang
dilengkapi algoritma untuk memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan
penangan secara cepat kasus kegawatdaruratan obstetri. Sistimatika buku
disusun berdasar pendekatan diagnosis, terdiri dari 7 bagian, yaitu :
Bagian 1 : Prinsip umum pelayanan kesehatan ibu
Bagian 2 : Kehamilan, persalinan dan nifas normal
Bagian 3 : Kegawatdaruratan pada kehamilan dan persalinan
Bagian 4 : Kehamilan, persalinan dengan penyulit obstetri
Bagian 5 : Kehamilan, persalinan dengan penyulit medis non medis
Bagian 6 : Masalah nifas
Bagian 7 : Kontrasepsi
Buku Petunjuk Pelaksanaan
Pelatihan Kader Posyandu
Judul
Penerbit
: Petunjuk Pelaksanaan Pelatihan Kader Posyandu
: Kementerian Kesehatan, 2012
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraannya pembangunan kesehatan,
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayan kesehatan dasar, utamanya untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dalam pelaksanaannya
Posyandu memerlukan pembinaan bukan hanya dari sektor kesehatan saja,
melainkan dari berbagai instansi terkait agar terjamin kelestariannya. Untuk
mendukung upaya pembinaan posyandu agar berjalan lebih efektif maka perlu
adanya peningkatan kapasitas pelatih kader Posyandu, yang diawali dengan
pelatihan kader Posyandu lebih dahulu.
Pusat Promosi Kesehatan dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan menyusun petunjuk pelaksanaan pelatihan kader Posyandu.
Petunjuk pelaksanaan ini disusun untuk mempermudah penyelenggaraan
pelatihan di daerah sehingga tahapan-tahapan tersebut dapat diterapkan pada
saat pelatihan berlangsung.
Pertunjuk pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaannya mulai dari perencanaan sampai dengan pembuatan pelaporan
pelatihan.
68 MEDIAKOM • Edisi 50 • JUNI 2014
JUNI 2014 • Edisi 50 • MEDIAKOM PB
Download