2 PENDAHULUAN Menurut Federasi Obstetri Ginekologi

advertisement
PENDAHULUAN
Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional,
kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender
Internasional.
Kehamilan
berlangsung dalam tiga trimester,
trimester satu berlangsung dalam 12
minggu,trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2009).1
Penyebab utama kematian pada ibu
adalah komplikasi saat kehamilan,
persalinan, dan nifas. Salah satu upaya
untuk menekan angka kematian ibu akibat
komplikasi yaitu melalui pemanfaatan
antenatal care (ANC) (Hukmiah, et al,
2013) .2 Dari data Depkes R.I 2010 World
Health
Organisation
(WHO) .3
menyebutkan bahwa kematian ibu di
kawasan Asia Tenggara menyumbang
hampir 1/3 jumlah kematian ibu yang
terjadi secara global. Sebanyak 98 % dari
seluruh kematian ibu di kawasan ini
adalah terjadi di India, Bangladesh,
Indonesia, Nepal, dan Myanmar.
Setiap
kehamilan
dapat
menimbulkan risiko kematian ibu.
Pemantauan dan perawatan kesehatan
yang memadai selama kehamilan sampai
masa nifas sangat penting untuk
kelangsungan hidup ibu dan bayinya.
Dalam upaya mempercepat penurunan
kematian ibu, Kementerian Kesehatan
menekankan
pada
ketersediaan
pelayanan kesehatan ibu di masyarakat
(Riskesdas, 2013) .4
Dalam komitmen internasional
Millenium Development Goals (MDGs),
penurunan kematian ibu melahirkan
menjadi salah satu dari delapan tujuan
(goals) yang dirumuskan. Komitmen
tersebut dituangkan Indonesia dalam arah
pembangunan jangka panjang kesehatan
Indonesia tahun 2005-2025, yaitu:
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat melalui peningkatan akses
terhadap pelayanan kesehatan yang
mencakup, meningkatnya Umur Harapan
Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun
2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025,
menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB)
dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2025, dan
menurunnya AKI dari 262 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2025 (Depkes
RI, 2010) .5
Menurut WHO AKI di Indonesia
mencapai angka tertinggi di Asia Tenggara
pada tahun 2007, yaitu sebesar
228/100.000 kelahiran hidup. Sementara
berdasarkan SDKI tahun 2012, rata-rata
Angka Kematian Ibu tercatat mencapai
jumlah 359/100.000 kelahiran hidup. Ratarata kematian ini jauh melonjak dibanding
hasil SDKI 2007. Hal ini tentu menjadi
masalah bagi pemerintah yang sebelumnya
bertekad akan menurunkan AKI hingga
108/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015 sesuai dengan target MDGs.
Di Indonesia cakupan kunjungan ibu
hamil K4 pada tahun 2012 sebesar 87,37%
ini berarti belum mencapai target renstra
2012 yang sebesar 90%. Dari 33 Provinsi di
Indonesia, hanya 12 provinsi di antaranya
(36,4%) yang telah mencapai target
tersebut. Provinsi Sulawesi Tenggara
termasuk provinsi yang belum mencapai
target renstra dengan cakupan kunjungan
ibu hamil K4 sebesar 80,30% (Ditjen Bina
Gizi dan KIA dalam Kemkes RI, 2013) .6
Berdasarkan profil kesehatan di
kabupaten konawe kepulauan tahun 2013
di laporkan bhawa jumlah ibu hamil
sebesar 441 orang, tidak ada kasus
kematian pada ibu hamil, namun ibu yang
menderita resiko tinggi sebesar 18 orang.
Sedangkan jumlah kunjungan K-1 pada ibu
hamil 334, ini berarti ada 107 orang ibu
hamil yang tidak memanfaatkan pelayanan
K-1. dan kunjungan K4 339 dan ini berarti
terdapat 102 orang ibu hamil yang tidak
memanfaatkan pelayanan K-4 (Profil
Kesehatan Konawe Kepulauan 2013) .7
2
Berdasarkan data di wilayah kerja
Puskesmas Langara tahun 2014 di laporkan
bhawa tidak ada kasus kematian dari 189
orang ibu hamil. Jumlah ibu hamil yang
mendapat pelayanan tablet Fe (penambah
darah) sebanyak 135 orang dan jumlah ibu
hamil yang di imunisasi 61 orang.
Sedangkan ibu hamil yang melakukan
persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
sebanyak 146 orang dan 43 orang lainya di
tolong oleh (dukun).
Jumlah kunjungan K-1 pada ibu
hamil di Puskesmas Langara pada tahun
2014 yaitu 96,83% ini berarti bahwa
terdapat 3,17% ibu hamil yang tidak
memanfaatkan pelayanan K1, sedangkan
pada kunjungan K-4 terdapat 95,8% ini
berarti bahwa terdapat 4,2% yang tidak
memanfaatkan pelayanan K4.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian
lapangan dengan menggunakan mixed
methode yaitu memadukan antara metode
kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh
gambaran
Pola
Pencarian
Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil Berdasarkan Aspek Sosial
dan Budaya Masyarakat di Wilayah Pesisir
Kecamatan
Wawonii Barat
Kabupaten
Konawe Kepulauan Tahun 2015. Teknik
penarikan sampel adalah puposive sampling.
Adapun total sampel seharusnya 94 orang
namun hanya 34 orang yang memenuhi
kriteria sampel. Data yang dikumpulkan terdiri
dari data primer dan data sekunder, yaitu :
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
dari kuesioner terstruktur dan pedoman
wawancara.
2) Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan berupa data
dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara, Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe Kepulauan, Profil Kesehatan
Puskesmas Langara, dan studi kepustakaan
dengan mengumpulkan buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian ini.
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di
Wilayah Pesisir Kecamatan Wawonii Barat
yang terdiri dari dua desa yaitu Desa
Langara Bajo dan Desa Langara Indah
dengan jumlah sampel sebanyak 34
responden. Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan, maka disajikan hasil
penelitian sebagai berikut:
SOSIAL
1.Pendapaatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 34 responden, sebagian besar
responden memiliki pendapatan cukup
yaitu 10 orang (29.4) dan sisanya
berpendapatan kurang yaitu 24 orang
(70.6). Secara kualitatif berdasarkan
wawancara dengan beberapa informan
biasa, seperti yang diungkapkan oleh
informan RIS (18 tahun), SUN (28
tahun) dan RAT (23 Tahun) sebagai
berikut :
“. . .Ya kalo di tanya berapa
pendapatan keluarga saya dalam
sebulan itu, masih kurang dari
Rp.1.625.000
tapi
pendapatan
tersebut sudah mencukupi biaya
pemeriksaan hingga persalinan.
(Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19
September 2015).
‘. . .biasanya pendapatan keluarga
saya dalam sebulan itu tidak menentu
dek, pasang surut begitu, tapi bisa ji
juga dia mencukupi untuk biaya
pemeriksaan hingga persalinan....
(Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20
September 2015).
“. . .iya tergantung kasian.kadang
dapat, kadang juga tidak.karena
pekerjaan suamiku hanya mengojek,
tapi
saya
bisa
memeriksakan
kandunganku sama bidan, karna
posiyandunya kan gratis dek....
(Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24
September 2015 ).
2. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup terkait pencarian
pelayanan kesehatan yang baik
sebanyak 26 orang (76.6%), dan yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak
8 orang (23.5%) .
3
‘’ ya kalau menurut saya, pemeriksaan
kehamilan hingga persalinan itu harus
mencari pelayanan kepada bidan dan
dukun, karna kalau Cuma bidan saya
takut juga, jangan sampe dimakan
roh halus atau parakan, kalau
dukunkan dia kasi kita air doa-doa..’’
(Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19
September 2015).
‘.
.
.biasanya
saya
periksa
kandunganku sama bidan, tapi kalau
sudah waktunya mau melahirkan di
panggil juga dengan dukun, karena
dukun dia kasih mandi kita air panas
kalau sudah melahirkan, itu supaya
darah yang tertinggal di rahim dia
keluar, dan tidak mengental....
(Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20
September 2015).
“. . .iya pemeriksaan kehamilan
hingga persalinan itu saya lakukan
kepada bidan dan dukun, masalahx
juga orang tuanya kita yang suruh
supaya periksa di bidan dan di dukun
juga, kow taumi juga dek, kalau kita
cuman pergi di bidan orangtuanya
kita takut- takut, jangan sampe dia
terbalik posisi janinnya kta, kalau
dukunkan dia urut supaya normal
kembali posisi bayinya kita ....
(Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24
September 2015 ).
3. Sikap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki
sikap positif terkait di mana tempat
pertama yang di cari mengenai
pelayananan kesehatan yang baik
pada ibu hamil yaitu sebanyak 32
orang (94,1%), dan yang memiliki
sikap negatif sebanyak 2 orang (5.9%).
Data diatas di perkuat lagi dengan
penjelasan
beberapa
informan
sebagai berikut:
“. . . .di posyandu karena disana alatalatnya lengkap
“. . . (Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19
September 2015).
‘. . . sama bidan dhe, karena bidan
lebih tau keluhan yang kita
rasakan,....
(Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20
September 2015).
“. . . sama bidan, karena bidan sudah
tugasnya merawat orang hamil.......
(Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24
September 2015 ).
4. Dukungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukan 12
responden mendapat dukungan dari
keluarga dalam mencari pelayanan
kesehatan pada saat hamil yaitu
sebanyak
32
orang
(94,1%).
Sedanngkan tersisa 2 orang yang tidak
mendaapaat dukungan dari keluarga
dalam mencari pelaayaanan kesehatan
pada saat hamil sebanyak (5,8%). Data
di atas diperkuat lagi dengan penjelasan
beberapa informansebagai berikut:
Data di atas diperkuat lagi dengan
penjelasan beberapa informansebagai
berikut:
“. . orang tua saya, di suru ke dukun
sama bidan, katanya harus dilakukan
dua-duanya..........biasanya saya di
antar kesana... .
(Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19
September 2015).
‘. . . ya alhamdulillah suami
mendukung, biasanya disuruh pergi
periksa
kehamilan
di
posyandu........biasanya suami saya da
antar ki ke posyandu,....
(Informan SUN, 28 Tahun, wc: 20
September 2015).
“. . . suami sama orang tua, biasanya
disuruh ke bidan dan ke dukun juga,
bentuk
dukunganya
yaa..
diingatkan..........
(Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24
September 2015 ).
5. Pengambilan Keputusan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
dari 34 responden, yang mengambil
keputusan dalam mencari pemeriksaan
pada saat hamil yaitu diri sendiri
4
sebanyak 13 orang (40,5%), suami 13
orang (40,5%) dan 8 orang (23,5%)
keluarga terdekat. Data diatas di
perkuat lagi dengan penjelasan
beberapa informan sebagai berikut:
. .saya sendiri yang memutuskan
kemudian
suami
juga
menyetujui......Ke bidan jika ada di
desa... .
(Informan RIS, 18 Tahun, wc: 19
September 2015).
‘. . kesimpulan berdua dengan suami...
Sama bidan, tapi biasanya dukun
disana
tetap
dipanggil
untuk
persalilan….’
(Informan SUN, 28 Tahun, wc:
September 2015).
20
“. . . saya banyak tanya-tanya orang
tua saya....
Orang tuaku suruhnya sama bidan....
..........
(Informan RAT, 23 Tahun, wc: 24
September 2015 ).
BUDAYA
a. Pemeriksaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam mencari pelayanan kesehatan
untuk
ibu
hamil
berdasarkan
pemeriksaan persalinan sebagian
besar
memilih kolaborasi tenaga
profesional dan tenaga tradisional
yakni sebanyak 17 orang (50%),
kemudian yang memilih tenaga
profesional terdapat 14 orang yakni
(41,1% ), serta yang memilih tenaga
tradisional sebanyak 3 orang yakni
(8,8%). Berdasarkan hasil wawancara
informan dapat disimpulkan bahwa
budaya masyarakat pesisir Kecamatan
Wawonii Barat dalam mencari
pemeriksaan
kehamilan
mereka
mencari petugas kesehatan yaitu
bidan, dan juga dukun. Hal yang
melibatkan bidan dalam pemeriksaan
karena
bidan
diyakini
bisa
memberikan
upaya-upaya
pemeriksaan kesehatan, dan hal yang
melibatkan dukun dalam pemeriksaan
karena sebagaimana tradisi yang
dilakukan turun-temurun oleh warga
setempat.
a. Perawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam mencari pelayanan kesehatan
untuk
ibu
hamil
berdasarkan
perawatan kehamilan sebagian besar
memilih kolaborasi tenaga profesional
dan tenaga tradisional yakni sebanyak
24 orang (70,6%). Berdasarkan hasil
wawancara
informan
dapat
disimpulkan bahwa budaya dalam
mencari perawatan kehamilan yaitu
mencari bidan dan juga dukun. Hal
yang melibatkan antara bidan dan
dukun dalam perawatan karena bidan
di anggap mengetahui segala sesuatu
tentang
bagaimana
merawat
kehamilan dengan baik sedangkan
dukun karena mereka merasa dukun
merupakan orang yang sangat penting
dan merupakan tradisi menggunakan
jasa
dukun
dalam
perawatan
kehamilan, sehingga kolaborasi antara
dukun dan bidan dalam merawat
kehamilan
di
harapkan
saling
beriringan.
b. Pengobatan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
dalam mencari pelayanan kesehatan
untuk
ibu
hamil
berdasarkan
pengobatan pada saat hamil sebagian
besar memilih kolaborasi tenaga
profesional dan tradisional yakni
sebanyak
14
orang
(41,1%).
Berdasarkan hasil wawancara pada
informan dapat di simpulkan bahwa
budaya pencarian pengobatan ibu
hamil saat sedang sakit tetap
melibatkan antara dukun dan bidan
tergantung dari penyakit yang di
derita oleh ibu hamil masing-masing,
yang menurut mereka bisa di obati
oleh bidan mereka memilih berobat di
bidan dan penyakit yang bisa di
sembuhkan oleh dukun mereka pergi
kedukun.
5
c. Pola Makan ( pemenuhan gizi ibu
hamil)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam mencari pelayanan kesehatan
untuk ibu hamil berdasarkan pola
makan dalam memenuhi kebutuhan
gizi ibu hamil sebagian besar memilih
kolaborasi tenaga profesional dan
tradisional yakni sebanyak 14 orang
(41,1%). Berdasarkan hasil wawancara
pada responden dapat di simpulkan
bahwa budaya dalam mencari
informasi tentang makanan yang di
anjurkan dan tidak di anjurkan oleh
ibu hamil mereka mencari informasi
pada keluarga yang di tuakan dan juga
bidan. Alasan mereka menanyakan
terkait makanan yang di anjurkan dan
tidak di anjurkan pada saat hamil
karena keluarga yang di tuakan lebih
berpengalaman
dan masyarakat
meyakini bahwa mereka akan
mendapat balasan yang buruk karena
tidak mendengar petuah orang tua
atau keluarga, adapun alasan mereka
mencari tahu tentang makanan yang
harus dikonsumsi kepada bidan
karena bidan mempelajari hal
tersebut.
d. Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam mencari pelayanan kesehatan
untuk ibu hamil penolong persalinan
sebagian besar memilih kolaborasi
tenaga profesional dan tenaga
tradisional yakni sebanyak 20 orang
(58,8%). Hasil penelitian menunjukan
bahwa budaya dalam mencari
penolong persalinan pada masyarakat
pesisir Kecamatan Wawonii Barat
yaitu mereka mencari bidan dan
dukun
untuk
membantu
persalinannya
adapun
alasan
masyarakat
pesisir
mencari
penolong persalinan oleh bidan
karena mereka percaya bidan telah
memiliki
pengetahuan
terkait
penolong persalinan sedangkan
alasan mereka memannggil dukun
untuk
membantu
dalam
persalinann karena dukun di
percaya dapat membuatkan air
yang di beri doa’a dan di minum
oleh ibu agar mudah dalam proses
persalinan. Setelah persalinan
selesai jasa dukun masih sangat di
butuhkan oleh ibu nifas untuk di
mandikan air panas guna untuk
mengembalikan stamina pada ibu
nifas.
KESIMPULAN
Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil berdasarkan aspek sosial
masyarakat yaitu sebagian besar informan
memilih jasa pelayanan kesehatan. Hal
tersebut di pengaruhi oleh pendapatan
keluarga yang cukup,dukungan keluarga
terutama suami dan keluarga terdekat
lainya, pengetahuan dan sikap yang cukup
dan baik dari informan mengenai
pentingnya
dalam
memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada dan layak,
baik mulai dari pemeriksaan kehamilan,
perawatan kehamilan, pengobatan, pola
makan dalam pemenuhan gizi ibu hamil
sampai persalinan.
Pola Pencarian Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil berdasarkan aspek budaya
masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan
Wawonii Barat Kabupaten Konawe
Kepulauan Tahun 2015 yaitu sebagian
besar informan dalam melakukan
pencarian terhadap pelayanan kehamilan
informan memilih kombinasi antara
tenaga profesional yakni bidan dan tenaga
tradisional yakni dukun.
Hal tersebut di pengaruhi oleh
semakin majunya perkembangan zaman
dari
budaya
lama
yang
hanya
memanfaatkan jasa dukun mulai bergeser
menuju ke budaya campuran dengan
mulai memanfaatkan jasa pelayanan
kesehatan yang ada, dengan memilih
melakukan kolaborasi antara tenaga
profesional dan tenaga tradisional. Jadi
dengan memilih kolaborasi maka budaya
lama sudah mulai bergeser mengarah
kebudaya campuran. Semakin bagus serta
banyaknya
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan yang ada dan layak dengan
mengetahui bahwa tenaga profesional
lebih bagus untuk ibu hamil dalam
6
melakukan
pemeriksaan
kehamilan
sampai masa persalinan, dan mulai
memanfaatkan pelayanan kesehatan
sepenuhnya
dengan
mengurangi
memanfaatkan tenaga tradisional maka
budaya campuran akan bergeser menuju
budaya modern.
SARAN
1. Bagi
pihak
puskesmas
perlu
meningkatkan lagi penyuluhan tentang
pelayanan antenatal care yang lengkap
kepada
masyarakat
dan
juga
memberikan
pelatiahan-pelatihan
kepada dukun agar dapat membantu
ibu bersalin dengan baik dan sesuai
dengan standar kesehatan, selain itu
adanya peraturan yang tegas dari pihak
puskesmas untuk megharuskan tenaga
kesehatan seperti bidan untuk tinggal di
daerah tempat dia bertugas, serta
peningkatan
fasilitas
kesehatan
terutama di wilayah pesisir juga perlu
dilakukan karena wilayah pesisir
merupakan daerah yang rentan dengan
masalah kesehatan karena aksesnya
yang sulit.
2. Bagi Ibu Hamil untuk senatiasa
memeriksakan kehamilan pada petugas
kesehatan
dan
sesuai
dengan
ketentuan pelayanan antenatal care
yang ada.
3. Bagi dukun agar meningkatkan
kerjasama dengan bidan melalui
program kemitraan bidan dan dukun
serta tidak sungkan jika harus
mendapatkan pelatihan dari pihak
kesehatan terkait dengan pelayanan
pada ibu hamil.
4. Bagi Peneliti selanjutnya agar lebih
mendalami penelitian ini dengan
sungguh-sunguh dan bisa lebih
menambah
wawasan
dalam
meningkatkan pencarian pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan.
Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Hukmiah, et al, 2013. Antenatal care dan
Kesehatan Ibu dan Anak. Tiga
Utama: Jakarta
Depkes R.I 2010 World Health Organisation
(WHO). Ketersediaan Pelayananan
Kesehataan Ibu
Tahun 2010.
Departemen
Kessehatan
RI.
Jaakarta
Riskesdas, 2013. Laporan Hasil Riset
Keshataan Dasar Indonsia Tahun
2010. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Kementrian
Kesehatan RI, 2013,
Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas
2013), Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2010. Arah Pembangunan Jangka
Panjang Kesehatan Indonesia Tahun
2005-2025. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI).
(2012).
Prevalensi
Hipertensi.Diakses tanggal 23
Agustus
2013.
Dari:
http://surveidemografidankese
hatanindonesiaSDKI.com.
Depkes RI.,2009. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2008. Jakarta.
Puskesmas Wawoni Barat (2013). Data Profil
Puskesmas Wawoni. Kabupaten
Konawe Kepulauan.
.
7
Download