Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 ISSN : Cetak 2085-1049 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPREDIKSI MANAJEMEN ENERGI PASIEN HEART FAILURE Ahmad Asyrofi1, Elly Nurachmah1, Dewi Gayatri1 Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Email:[email protected] 1 ABSTRAK Pendahuluan: Pasien heart failure (HF) sering mengalami intoleransi aktifitas dan keletihan yang membutuhkan intervensi manajemen energi untuk menghasilkan toleransi aktifitas, ketahanan, konservasi energi, dan self-care activity daily living. Metode: Penelitian bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen energi pasien heart failure. Desain cross sectional, sampel 132 responden, teknik consecutive sampling. Hasil: menunjukkan hubungan signifikan pengetahuan, ansietas, dan dukungan sosial dengan manajemen energi, dan ansietas menjadi faktor dominan. Implikasi: pengkajian keperawatan penting mengkaji faktor prediktor manajemen energi.Diskusi: Intervensi program edukasi pasien, penurunan ansietas, dan edukasi keluarga dapat meningkatkan pengetahuan, menurunkan ansietas, dan meningkatkan dukungan kepada pasien heart failure agar dapat meningkatkan manajemen energinya. Kata kunci: Ansietas; depresi; dukungan sosial; heart failure; manajemen energi; pengetahuan ABSTRACT Introduction:Patients with heart failure often experience activity intolerance and fatique which need energy management intervention in order to produce activity tolerance, endurance, energy conservation, and self-care activity daily living. Methods:This research aims at analyzing the facors dealing with energy management of the patients with heart failure. This research used crosssectional design and consecutive sampling technique with 132 respondents. Results:The finding of this research shows a significant knowlege correlation, between anxiety, and social support factors with energy management, and anxiety became the dominant factor. The implication is that it is important for nursing care assesment to analyse the predictor factors of energy management. Discussion:Patient education of intervention program, anxiety reduction, and family education can broaden knowlege, and increase the supports for patients with heart failure to increase their energy management Keywords: Anxiety; depression; social support; heart failure; energy management;knowledge. PENDAHULUAN Heart failure merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang sering menjadi titik akhir penyakit jantung dan merupakan prekursor untuk timbulnya beberapa masalah yang berat (Black & Hawks, 2009; Nicholson, 2007). Insiden penyakit heart failure di dunia cenderung meningkat. American Heart Association (AHA) melaporkan insiden heart failure di United States tahun 2007 meningkat seiring dengan usia. Lebih dari 5 juta penduduk US mengalami heart failure, dan 550.000 kasus baru ditemukan tiap tahunnya (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Angka kejadian heart failure di Amerika tahun 2008 sebanyak 5.700.000, insiden kasus baru heart failure usia ≥45 tahun sebanyak 670.000, angka kematian karena heart failure pada semua tingkat usia sebanyak 56.830, dan angka hospital discharges pada semua tingkat usia tahun 2009 sebanyak 1.094.000 (AHA, 2013). Prevalensi heart failure cukup tinggi dibeberapa tempat pelayanan keperawatan di dunia. Daamen, Schols, Jaarsma, and Hamers (2010) prevalensi rata-rata gagal jantung 20% (kisaran 15-45%) penderita heart failure di panti jompo. Insiden penyakit heart failure semakin meningkat pula di Indonesia. Jumlah angka kunjungan pasien heart failure di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita 45 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 Jakarta cenderung terjadi peningkatan tiap tahunnya. Jumlah angka kunjungan pasien heart failure dirawat jalan dan rawat inap sebanyak 10.118 pasien pada tahun 2010, 6.589 pasien pada tahun 2011, dan 7.275 pasien pada tahun 2012 (Rekam Medis, 2013). Pasien heart failure akan mengalami perubahan respon fisiologis dan psikologis yang menggangu fungsi dasar kehidupan. Responrespon akibat heart failure tersebut diatas akan berpotensi menimbulkan masalah keperawatan eseperti: rawatan intoleransi aktifitas; keletihan; ansietas; kelebihan volume cairan; kerusakan pertukaran gas; kerusakan integritas kulit; ketidakberdayaan; dan defisit pengetahuan (Ackley & Ladwig, 2011; Black & Hawks, 2009; Smeltzer et al., 2010). Wilson and McMillan (2013) 70% pasien heart failure mengalami kekurangan energi. Kondisi intoleransi aktifitas dan keletihan tersebut merupakan masalah dominan dan sering terjadi pada pasien heart failure yang dapat menghambat aktifitas kehidupan dan berpotensi menurunkan keamampuan self-care individu. Pencapaian hasil tersebut diatas membutuhkan intervensi keperawatan yang efektif berupa energy management dan activity therapy (Black & Hawks, 2009; Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008; Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2008; Smeltzer et al., 2010). Manajemen energi merupakan salah satu nursing intervention termasuk dalam domain fungsi kesehatan dan kelas pemeliharaan energi yang bersumber dari internal individu. Manajemen energi adalah penggunaan energi, penghematan energi, dan pemulihan energi dalam melakukan aktifitas/latihan dengan memperhatikan prinsip periode istirahat, dan latihan kegiatan mulai dari kegiatan yang ringan sampai dengan berat sesuai tingkat toleransi klien untuk mengobati dan mencegah keletihan serta mengoptimalkan fungsi (Bulechek et al., 2008; Moorhead et al., 2008). Kajian hasil penelitian terdahulu disintesis beberapa faktor prediktor yang berhubungan dengan manajemen energi pasien heart failure yaitu meliputi: usia; jenis kelamin; tingkat pendidikan; tingkat pengetahuan; tingkat keparahan penyakit; kecemasan; depresi; dan dukungan sosial penelitian (Chen, Li, Shieh, Yin, & Chiou, 2010; Chriss, Sheposh, Carlson, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal & Riegel, 2004; Davis, 2012; Franzén-Dahlin, Karlsson, Mejhert, & Laska, 2010; Kaawoan, 2012; Rayasari, 2011; Rochmayanti, 2011; Tsai, 2008). Pengalaman di klinik dan komunitas dijumpai pasien heart failure merasakan perburukan kondisi setelah melakukan aktifitas yang tidak terkontrol, dan sebaliknya seringkali hanya bedrest karena mengalami kecemasan terhadap kondisinya yang akan menjadi lebih buruk akibat beraktifitas. Masalah tersebut berdampak length of stay (lama hari rawat) memanjang, beban psikis, sosial dan ekonomi care giver. Fenomena diatas mendorong perlunya dilakukan penelitian untuk menggali dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen energi. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor yang memprediksi manajemen energi meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, tingkat keparahan penyakit, ansietas, depresi, dan dukungan sosial pada pasien heart failure. METODE Variabel dependen manajemen energi, dan variabel independen meliputi: usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat keparahan penyakit, ansietas, depresi, dan dukungan sosial. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Populasi terjangkaunya adalah pasien heart failure di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Sampel 132 responden menggunakan teknik consecutive sampling (Dahlan, 2010; Lwanga & Lemeshow, 1997). Pemilihan responden adalah pasien yang menjalani perawatan di instalasi rawat jalan. Kriteria inklusi sampel adalah pasien yang bisa membaca dan menulis, sedangkan kriteria eksklusinya adalah: pasien heart failure yang menderita stroke; dan renal disease yang menjalani hemodialisa. Penelitian memperhatikan prinsip etik yaitu: right to freedom from harm and discomfort; right to protection from exploitation; the right to self-determination; the right to full disclosure; the right to fair treatment; the right to privacy.Alat pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari: kuesioner faktor prediktor yang berjumlah 57 butir, dan kuesioner manajemen energi berjumlah 13 butir, jumlah total kuesioner 70 46 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 butir. Kuesioner yang digunakan untuk menilai ansietas dan depresi menggunakan The Hospital Anxiety and Depression (HADS), yang dikembangkan oleh Zigmond dan Snaith (1983). Kuesioner dukungan sosial menggunakan instrumen dari Medical Outcomes Study (MOS) social support survey yang dikembangkan oleh Sherbourne dan Stewart (1991). Kuesioner pengetahuan tentang manajemen energi dan manajemen energi dikembangkan oleh oleh peneliti.Pengolahan data meliputi: editing; coding; processing; cleaning(Hastono, 2007). Analisis univariat numerik menggunakan nilai mean, median, minimum, maksimum dan standar deviasi dengan confidence interval 95%. Analisis univariat katagorik menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu apakah ada hubungan antara faktor-faktor prediktor dengan manajemen energi pada pasien heart failure menggunakan Independent T-Test dan Chi Square dengan confidence interval 95% atau α 5%. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Analisis multivariat dilakukan melalui model prediksi, yaitu untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel prediktor (independent) yang terbaik untuk memprediksi kejadian variabel dependen (outcome). HASIL Analisis univariat dengan mean, median, standar deviasi, distribusi frekuensi dan persentase. Variabel usia berdistribusi normal (Skewness/SE Skewness = -1,13) dapat dilihat pada tabel 1. Adapun factor yang berhubungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal dan yang tidak berhubungan dengan manajemen energy dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan manajemen adalah pengetahuan (p=0,011), ansietas (p=0,002), depresi (p=0,0005), dan dukungan sosial (0,025). Faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, dan tingkat keparahan penyakit tidak berhubungan dengan manajemen energi pasien heart failure. Hasil akhir analisis multivariat pada tabel 3 menunjukkan, pasien heart failure yang berpengetahuan tinggi berpeluang manajemen energinya baik sebesar 5,3 kali (95% CI: 1,124,6), dibandingkan yang berpengetahuan kurang setelah dikontrol oleh ansietas dan dukungan sosial. Pasien heart failure yang mengalami ansietas normal berpeluang manajemen energinya baik sebesar 10,4 kali (95% CI: 3,5-30,5) dibandingkan yang mengalami ansietas abnormal setelah dikontrol oleh pengetahuan dan dukungan sosial. Pasien heart failure yang mengalami ansietas borderline berpeluang manajemen energinya baik sebesar 3,1 kali (95% CI: 0,8-12,5) dibandingkan yang mengalami ansietas abnormal setelah dikontrol oleh pengetahuan dan dukungan sosial. Pasien heart failure yang mendapat dukungan sosial tinggi berpeluang manajemen energinya baik sebesar 2,6 kali (95% CI: 1-6,5) dibandingkan yang mendapat dukungan sosial kurang setelah dikontrol oleh pengetahuan dan ansietas. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan manajemen energi adalah ansietas borderline, karena mempunyai OR yang paling tinggi yaitu 10.4. Tabel 1 Distribusi Manajemen Energi menurut Rerata Usia Responden (n=132) Manajemen Energi Mean SD SE t Kurang baik Baik 61,8 62,3 9,9 9,4 1,4 1,0 -0,286 *Bermakna pada α 0,05 MD (CI 95%) -0,490 (-3,87 ; 2,89) p value N 0,78 51 81 47 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Tabel 2 Distribusi Manajemen Energi menurut Jenis Kelamin, Pendidikan, Pengetahuan, Tingkat Keparahan Penyakit, Ansietas, Depresi, dan Dukungan Sosial(n=132) Manajemen Energi No Variabel Kurang baik n (%) Baik n (%) Total n (%) X2 OR (95% CI) P value 21 42 (100) 2,7 1 2,00 (0,95 ; 4,22) 0,101 1 Jenis Kelamin Perempuan 21 Laki-laki 30 (33,3) 60 (66,7) 90 (100) Total 2 Pendidikan Rendah 51 (38,6) 81 (61,4) 132 (100) 17 (54,8) 14 (45,2) 31 (100) Menengah 13 42 (100) Tinggi 21 (35,6) 38 (64,4) 59 (100) 51 (38,6) 81 (61,4) 132 (100) Total 3 Pengetahuan Rendah (50) (31) 29 (50) (69) 5,7 9 (75) 3 (25) 12 (100) 7,46 42 (35) 78 (65) 120 (100) Total 51 (38,6) 81 (61,4) 132 4 Tingkat Keparahan Penyakit FC III 14 (50) 14 (50) 28 (100) Tinggi (100) 1,4 FC II 37 (35,6) 67 (64,4) 104 (100) Total 5 Ansietas Abnormal 51 (38,6) 81 (61,4) 132 (100) 21 (77,8) 6 (22,2) 27 (100) 25,6 Borderline 8 (50) 8 (50) 16 (100) Normal 22 (24,7) 67 (75,3) 89 (100) Total 6 Depresi Abnormal 51 (38,6) 81 (61,4) 132 (100) 11 (73,3) 4 (26,7) 15 (100) 12,3 Borderline 9 (56,3) 7 (43,8) 16 (100) Normal 31 (30,7) 70 (69,3) 101 (100) 51 (38,6) 81 (61,4) 132 (100) 20 (55,6) 16 (44,4) 36 (100) 31 (32,3) 65 (67,7) 96 (100) 51 (38,6) 81 (61,4) 132 (100) Total 7 Dukungan sosial Kurang Tinggi Total *Bermakna pada α 0,05 1 2,71 (1,03 ; 7,10) 2,20 (0,91 ; 5,33) 0,095 1 5,57 (1.43 ; 21,69) 0,011* 1 1,81 (0,78 ; 4,21) 0,241 1 3,50 (0,92 ; 13,31) 10,66 (3,82 ; 29,77) 1 2,14 (0,47 ; 9,70) 6,21 (1,83 ; 21,03) 5 2,62 (1,20 ; 5,74) 0,001* 0,002* 0,025* 48 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Tabel 3 Hasil Pemodelan Akhir Multivariat dengan Manajemen Energi No Variabel B Wald P value 1 Pengetahuan (tinggi) 1,665 4,510 0.034* 2 Ansietas (abnormal) 19,632 0.001* 3 Ansietas (borderline) 1,142 2,619 0.106 Ansietas (normal) 2,345 18.263 0.001* Dukungan sosial 0,974 4.478 0.034* -3,447 12,169 0,000 Constant *Bermakna pada α 0,05 OR (95% CI) 5.3 (1,1 ; 24,6) 3.1 (0,8 ; 12,5) 10.4 (3,5 ; 30,6) 2.6 (1 ; 6,5) 0,032 Hasil akhir analisis multivariat pada tabel 3 menunjukkan, pasien heart failure yang berpengetahuan tinggi berpeluang manajemen energinya baik sebesar 5,3 kali (95% CI: 1,124,6), dibandingkan yang berpengetahuan kurang setelah dikontrol oleh ansietas dan dukungan sosial. Pasien heart failure yang mengalami ansietas normal berpeluang manajemen energinya baik sebesar 10,4 kali (95% CI: 3,5-30,5) dibandingkan yang mengalami ansietas abnormal setelah dikontrol oleh pengetahuan dan dukungan sosial. Pasien heart failure yang mengalami ansietas borderline berpeluang manajemen energinya baik sebesar 3,1 kali (95% CI: 0,8-12,5) dibandingkan yang mengalami ansietas abnormal setelah dikontrol oleh pengetahuan dan dukungan sosial. Pasien heart failure yang mendapat dukungan sosial tinggi berpeluang manajemen energinya baik sebesar 2,6 kali (95% CI: 1-6,5) dibandingkan yang mendapat dukungan sosial kurang setelah dikontrol oleh pengetahuan dan ansietas. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan manajemen energi adalah ansietas borderline, karena mempunyai OR yang paling tinggi yaitu 10.4. baik tersebut merupakan faktor risiko terjadinya intoleransi aktifitas dan keletihan yang menetap pada pasien heart failure (Ackley & Ladwig, 2011). Hal ini berhubungan dengan pengetahuan pasien heart failure tentang manajemen energi yang rendah (9,1%), mengalami ansietas abnormal (32,6%), mengalami depresi abnormal (23,5%), dan dukungan sosial yang kurang (27,3%). White (2011) menunjukkan bahwa sebagian kecil (31,2%) pasien heart failure mempunyai kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari. PEMBAHASAN Manajemen energi merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang meliputi pengelolaan: keletihan, latihan dan pergerakan, aktifitas hidup sehari-hari, kenyamanan biologis dan psikososial, nutrisi, istirahat tidur, dan dukungan. Pasien heart failure rata-rata berusia dewasa akhir menjelang lansia. Temuan penelitian menunjukkan rerata usia pasien heart failure adalah 62 ± 9,5. Temuan penelitian ini juga menunjukkan usia minimal pasien heart failure masih tergolong dewasa muda yaitu 35 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan (61,4%) pasien heart failure manajemen energinya baik. Manajemen energi ini berhubungan signifikan secara bivariat dengan pengetahuan; ansietas; depresi; dan dukungan sosial. Manajemen energi ini berhubungan signifikan pula secara multivariat dengan pengetahuan; ansietas; dan dukungan sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan pula (38,6%) pasien heart failure manajemen energinya kurang baik. Manajemen energi yang kurang Manajemen energi adalah pengaturan penggunaan energi untuk mengobati dan mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi. Manajemen energi merupakan salah satu intervensi keperawatan bagian dari domain physiological basic kelas activity and exercise management(Bulechek et al., 2008). Manajemen energi merupakan suatu intervensi keperawatan mandiri yang berkontribusi untuk menghasilkan konservasi energi, peningkatan toleransi aktifitas, dan ketahanan guna melakukan aktifitas hidup harian dan pergerakan atau latihan (Moorhead et al., 2008). 49 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 Usia tidak memberikan kontribusi terhadap manajemen energi pada pasien heart failure. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan manajemen energi pasien heart failure (p = 0,775). Makna lainnya adalah tidak terdapat perbedaan ratarata usia pasien heart failure yang menjadikan manajemen energinya baik dan kurang baik. Usia merupakan faktor risiko terhadap penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya, termasuk penyakit yang diteliti dalam penelitian ini yaitu heart failure. Pertambahan umur dikarakteristikkan dengan perubahan penurunan fungsi tubuh dan berefek terhadap kemampuan biologis tubuh. Meskipun usia berhubungan patobiologis dengan penyakit heart failure, belum tentu berhubungan manajemen energi oleh pasien. Manajemen energi merupakan bentuk perilaku spesifik yang merupakan suatu terapi dan pengelolaan terhadap gangguan kesehatan yang dialami oleh individu yang berhubungan dengan paparan informasi spesifik yang pernah diperoleh individu dari sumber yang memadahi. Seseorang yang usia lebih tua atau lebih muda belum tentu manajemen energinya lebih baik atau buruk. Hasil penelitian menunjukkan pasien heart failure 66,7% laki-laki manajemen energinya baik, 50% perempuan manajemen energinya baik pula. Laki-laki mempunyai kecenderungan untuk berpotensi besar dalam manajemen berbagai hal, diantara adalah manajemen energi ketika dia menderita suatu penyakit tertentu, misalnya heart failure. Pasien perempuan juga memiliki kemampuan yang cukup baik pula dalam pengelolaan energinya meskipun lebih rendah dari laki-laki. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan signifikan dengan manajemen energi pada pasien heart failure (p = 0.095). Meskipun secara inferensial statistik, pendidikan tidak menunjukkan hubungan, namun secara proporsi menunjukkan sebagian besar (64,4%) pasien heart failure berpendidikan tinggi dan manajemen energinya baik, dan sebagian besar (69%) pasien berpendidikan menengah manajemen energinya baik pula. Manajemen energi merupakan bentuk perilaku spesifik yang merupakan suatu terapi atau Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal pengelolaan terhadap gangguan kesehatan yang dialami oleh individu. Manajemen energi sangat berhubungan dengan paparan informasi spesifik yang pernah diperoleh individu dari sumber yang memadahi. Seseorang yang tingkat pendidikan formalnya tinggi belum tentu tinggi pula pengetahuannya tentang manajemen energi tersebut. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan mendorong kecenderungan untuk berpikir rasional dan logis, mudah untuk menginternalisasi paparan informasi yang diperolehnya, sehingga dapat berperilaku positif untuk mendukung status kesehatannya. Hasil temuan riset menunjukan bahwa sebagian besar (90,9%) pasien heart failure memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang manajemen energi dan menunjukkan hubungan yang signifikan (p=0,011). Pasien heart failure yang memiliki pengetahuan tinggi tentang manajemen energi berpeluang 5,3 kali melakukan manajemen energi yang baik dibandingkan pasien heart failure yang memiliki pengetahuan kurang. Pengetahuan merupakan suatu modal penting dalam berbagai hal, termasuk dalam pengelolaan, pengobatan dan perawatan suatu penyakit oleh pasien. Pengetahuan yang tinggi sangat diperlukan oleh individu pasien dan keluarga atau terdekatnya guna mendukung pencapaian tujuan yang diharapkan, dalam hal ini adalah kesembuhan atau peningkatan status kesehatan pasien. Pasien heart failure sangat memerlukan pengetahuan yang tinggi tentang manajemen energidan pengetahuan lain terkait dengan kondisi yang dialaminya. Hal ini dapat mendukung sikap dan tindakan yang akhirnya mampu membentuk perilaku pengelolaan energi yang tepat secara mandiri. Tindakan individu selain dipengaruhi oleh pengetahuan, dipengaruhi pula oleh berbagai faktor diantaranya adalah motivasi, sikap, kesempatan, kemampuan fisik & psikis, dan dukungan. Pengetahuan tentang manajemen energi yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menyadari pentingya intervensi manajemen energi bagi peningkatan status kesehatannya, sehingga akhirnya bertindak melakukan manajemen energi yang benar. Tingkat keparahan penyakit heart failure menggunakan New York Heart Association Functional class (NYHA FC) tidak 50 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 berhubungan dengan manajemen energi oleh pasien. Tingkat keparahan penyakit heart failure merujuk NYHA functional class yang terdiri dari empat kelas. Kelas atau grade keparahan heart failure tersebut berdasarkan kemampuan individu dalam melakukan fungsi kehidupan dari yang ringan sampai yang terberat. Beberapa hasil penelitian terdahulu memang menunjukkan terdapatnya hubungan antara tingkat keparahan dengan keletihan dan self-care pada pasien heart failure, namun hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda. Hal terjadi karena manajemen energi merupakan upaya sadar perilaku pengelolaan energinya yang terdiri dari ranah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang saling mendukung untuk terwujudnya perilaku manajemen energi yang baik. Tingkat keparahan penyakit lebih melibatkan kondisi patobiologis yang lebih mengarah terhadap penurunan fungsi fisiologis, bukan mempengaruhi aspek kognitif dan afektif individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ansietas berhubungan signifikan dengan manajemen energi pasien heart failure. Kondisi ansietas yang menggangu kenyamanan pasien heart failure tersebut sangat berkontribusi terhadap upaya manajemen energi yang dilakukan oleh pasien heart failure. Pasien heart failure yang mengalami ansietas normal berpeluang 10,4 kali untuk melakukan manajemen energi yang baik dibandingkan dengan pasien heart failure yang mengalami ansietas abnormal. Pasien heart failure yang mengalami ansietas borderline berpeluang 3,1 kali untuk melakukan manajemen energi yang baik dibandingkan dengan pasien heart failure yang mengalami ansietas abnormal. Ansietas merupakan suatu mood ketakutan yang samar-samar dan tidak jelas diikuti dengan keluhan badaniah, yang mengganggu kenyamanan pasien. Hal ini cenderung menjadikan pasien mengalami penurunan prestasi dalam segala hal, diantaranya adalah upaya-upaya pengobatan dan perawatan yang seharusnya dilakukan secara rutin guna mendukung perbaikan perbaikan status kesehatannya. Ansietas yang berlarut-larut akan berpotensi menurunkan imunitas, dan energi individu, sehingga dapat menjadikan penurunan kemampuan dalam berbagai hal termasuk manajemen energi. Ansietas yang normal merupakan kondisi psikologis menguntungkan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal pasien untuk melakukan kegiatan yang positif terhadap status kesehatannya dalam hal ini adalah manajemen energi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa depresi berhubungan signifikan dengan manajemen energi pada pasien heart failure. Pasien heart failure yang mengalami depresi normal berpeluang sebesar 6 kali untuk melakukan manajemen energi secara baik dibandingkan dengan pasien yang mengalami depresi. Depresi secara bivariat berhubungan signifikan dengan manajemen energi pasien heart failure, namun secara multivariat depresi tidak berhubungan secara signifikan dengan manajemen energi. Depresi kemungkinan menjadi faktor konfonding terhadap manajemen energi secara multivariat. Depresi digambarkan suatu kondisi yang lebih dari suatu perasaan sedih. Kesedihan yang berlarut-larut akan berpotensi menurunkan imunitas, kognitif, dan energi individu, sehingga dapat menjadikan penurunan kemampuan dalam berbagai hal termasuk manajemen energi. Hasil penelitian menunjukan, karena sebagian besar proporsi pasien heart failure tidak mengalami depresi maka dapat digambarkan manajemen energinya sebagian besar baik pula.Temuan penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan signifikan dengan manajemen energi pada pasien heart failure. Pasien heart failure yang memiliki dukungan sosial tinggi berpeluang sebesar 2,6 kali untuk melakukan manajemen energi secara baik dibandingkan dengan pasien yang memiliki dukungan sosial kurang. Dukungan sosial ini meliputi dukungan keluarga dan orang terdekat terkait dengan penatalaksanaan masalah dan pemeliharaan status kesehatan pasien. Dukungan sosial merupakan aspek yang penting dan sangat diperlukan bagi pasien heart failure yang mengalami berbagai masalah kesehatan yang kronik. Seseorang yang mendapat dukungan yang tinggi dalam berbagai aspek (fisik, biologis, psikososial) tentu akan berpotensi meningkatkan prestasinya dalam beberapa hal, diantaranya adalah upaya pengelolaan energinya. Dukungan pengetahuan, emosi, fasilitas dari keluarga atau orang terdekat sangat memberikan dampak positif yang besar bagi pasien terhadap peningkatan status 51 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 kesehatannya. Dukungan sosial yang tinggi dari keluarga atau orang terdekat merupakan dukungan emosional dan spiritual yang besar dan mendukung perilaku pengelolaan yang positif terhadap status kesehatannya pula. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pasien heart failure sebagian besar manajemen energinya baik, rata-rata berusia 62 ± 9,5 tahun, sebagian besar: jenis kelamin laki-laki; berpendidikan tinggi (PT) dan menengah (SMA); memiliki pengetahun tinggi tentang manajemen energi; tingkat keparahan penyakit NYHAFCII; ansietas normal; depresi normal; dan memiliki dukungan sosial yang tinggi. Pengetahuan, ansietas, dan dukungan sosial memprediksi manajemen energi, dan faktor yang paling dominan adalah ansietas. Saran Peningkatan kompetensi perawat terus-menerus diupayakan dengan pelatihan-pelatihan terkait dengan manajemen energi pasien heart failure. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada tahap pengkajian perlu menekankan aspek holistik agar dapat menemukan diagnosa keperawatan yang komprehensif. Perawat perlu mengintervensi faktor ansietas, pengetahuan, dan dukungan sosial pasien heart failure terlebih dahulusebelum meresepkan intervensi manajemen energi. Perlunya dikembangkan media informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh pasien heart failure serta keluarga atau orang terdekatnya tentang intervensi manajemen energi. Pembelajaran pada pendidikan keperawatan lebih menekankan tentang penerapan intervensi keperawatan pada suatu kasus dengan merujuk Nursing Intervention Classification (NIC), yang merupakan intervensi praktis yang sangat dibutuhkan oleh pasien. Pentingnya memasukkan kajian tentang fenomena yang dapat diangkat menjadi masalah riset keperawatan pada setiap pembelajaran tentang asuhan keperawatan pasien. Penelitian selanjutnya dengan desain non eksperimental mengidentifikasi faktor: komorbiditas; kelebihan cairan; kadar hemoglobin/anemia; status nutrisi; saturasi oksigen; suhu; gula darah; yang memprediksi manajemen energi pada pasien heart failure serta variabel confounding-nya. Pencarian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal faktor prediktor manajemen energi pada kasus lain, seperti: cancer post kemoterapi, penyakit paru obstruksi kronik, dan chronic kidney disease. Penelitian eksperimental untuk mengembangkan intervensi manajemen energi dengan metode yang spesifik dan efektif serta terukur menggunakan satuan MET (metabolic energy turnover) terhadap toleransi aktifitas, keletihan, ketahanan, dan perawatan diri aktifitas hidup sehari-hari pada pasien heart failure, dan direkomendasikan untuk mengembangkan instrumen manajemen energi pasien heart failure yang lebih spesfik. DAFTAR PUSTAKA Ackley, B. J., & Ladwig, G. B. (2011). Nursing Diagnosis handbook: An Evidence-Based Guide To Planning Care (ninth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby Inc & Elsevier Inc. AHA. (2013). Heart Disease and Stroke Statistics—2012 Update. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). MedicalSurgical Nursing Clinical Mangement for Positive Outcomes (R. G. Carroll & S. A. Quallich Eds. Eighth ed. Vol. 1-2). St. Louis, Missouri: Saunders, Elsevier Inc. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC) (fifth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby Inc.; Elsevier Inc. Chen, L.-H., Li, C.-Y., Shieh, S.-M., Yin, W.H., & Chiou, A.-F. (2010). Predictors of fatigue in patients with heart failure. Journal Of Clinical Nursing, 19(11-12), 1588-1596. doi: 10.1111/j.13652702.2010.03218.x Chriss, P. M., Sheposh, J., Carlson, B., & Riegel, B. (2004). Predictors of successful heart failure self-care maintenance in the first three months after hospitalization. Heart & Lung: The Journal of Acute and Critical Care, 33(6), 345-353. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.hrtlng.2004.03 .004 52 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 45 - 53, September 2016 Daamen, M. A. M. J., Schols, J. M. G. A., Jaarsma, T., & Hamers, J. P. H. (2010). Prevalence of heart failure in nursing homes: a systematic literature review. Scandinavian Journal Of Caring Sciences, 24(1), 202-208. doi: 10.1111/j.1471-6712.2009.00708.x Dahlan, M. S. (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan (Ketiga ed.). Jakarta: Salemba Medika. Davis, K. K. (2012). Disease specific knowledge, self-care, and health care ultilization in heart failure patients with mild cognitive impairment. (Ph.D. 3524814), The Johns Hopkins University, United States -- Maryland. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1038 935540?accountid=17242 ProQuest Dissertations & Theses (PQDT) database. Franzén-Dahlin, A., Karlsson, M. R., Mejhert, M., & Laska, A.-C. (2010). Quality of life in chronic disease: a comparison between patients with heart failure and patients with aphasia after stroke. Journal Of Clinical Nursing, 19(13-14), 1855-1860. doi: 10.1111/j.13652702.2010.03219.x Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kaawoan, A. Y. A. (2012). Hubungan Self care dan depresi dengan kualitas hidup pasien heart failure di RSUP Prof DR RD Kandou Manado. (Tesis), Universitas Indonesia, Depok. Lwanga, S. K., & Lemeshow, S. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (D. Pramono, Trans.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (fourth ed.). St. Louis, Missouri: Mosby Inc.; Elsevier Inc. Nicholson, C. (2007). Heart Failure: A Clinical Nursing Handbook. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Rayasari, F. (2011). Hubungan antara Depresi dan Sel-Care Practice dengan Tingkat Fatigue pada pasien HIV/AIDS di Pokja HIV/AIDS RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. (Tesis), Universitas Indonesia, Depok. Rekam Medis, R. S. J. d. P. D. H. K. (2013). Profil Kunjungan Pasien Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita. Jakarta. Rochmayanti. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta. (Tesis), Universitas Indonesia, Depok. Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth's Texbook of Medical Surgical Nursing (12 ed. Vol. 1-2). Philadelphia: Wolters Kluwer Health; Lippincott Williams & Wilkins. Tsai, B.-M. (2008). Feasibility and effectiveness of e-therapy on fatigue management in home-based older adults with congestive heart failure. (Ph.D. 3291563), State University of New York at Buffalo, United States -- New York. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/3043 69596?accountid=17242 ProQuest Dissertations & Theses Full Text database. White, M. J. (2011). Inpatient Education of Heart Failure Patients: Do Patients Retain Knowledge and Does it Help in Preventing Readmissions? (1495707 M.S.), University of California, San Francisco, Ann Arbor. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/8796 37642?accountid=17242 ProQuest Dissertations & Theses Full Text; ProQuest Dissertations & Theses Full Text: The Humanities and Social Sciences Collection. Wilson, J., & McMillan, S. (2013). Symptoms Experienced by Heart Failure Patients in Hospice Care. Journal of Hospice & Palliative Nursing, 15(1), 13-21. doi: 10.1097/NJH.0b013e31827ba343. 53