Bagaimana Rumah Sakit JCI Melindungi Pasien dari

advertisement
Bagaimana Rumah Sakit JCI Melindungi Pasien dari Vaksin Palsu
Keselamatan pasien / Patient Safety merupakan tujuan utama dari akreditasi Rumah Sakit
standard Internasional JCI atau Joint Commission International. Sehubungan dengan
beredarnya informasi mengenai adanya Vaksin Palsu, berikut penjelasan dr Ferdy Tiwow
MS, Direktur Korporat Grup RS Awal Bros, kelompok RS peraih JCI dengan jumlah terbanyak
dalam satu grup di Indonesia.
Latar belakang pemilihan Standard JCI
Saat ditanya, kenapa JCI yang dipilih, bukan standard-standard internasional lainnya, Ferdy
menjelaskan bahwa meskipun aspek-aspek dalam standard JCI itu banyak, tapi pada
umumnya sebagian besar untuk keselamatan pasien.
Standar JCI mengukur bagaimana Rumah Sakit menerapkan cara-cara yang aman untuk
meminimalkan kejadian yang bisa mengancam keselamatan pasien (patient safety).
Sebelumnya, masih menurut dokter lulusan FK UNSRAT Manado tersebut, Grup RS Awal
Bros menggunakan standard yang lebih banyak mengukur kelengkapan
administrasi/dokumentasi. JCI dipilih karena lebih memperhatikan keselamatan pasien.
Bagaimana Rumah Sakit yang terakreditasi JCI bisa melindungi pasiennya dari penggunaan
Vaksin Palsu
Rumah Sakit yang telah terakreditasi JCI sudah menerapkan standard yang disebut Supply
Chain Management dalam menyeleksi pembelian obat, alat kesehatan (alkes) dan vaksin.
Proses seleksi ini sudah dimulai dari saat produksi (di pabrik obat/ farmasi), saat berada di
distributor hingga rantai distribusi di dalam rumah sakit itu sendiri.
Contohnya, rumah sakit akan memilih obat yang diproduksi oleh pabrik obat / farmasi yang
telah memenuhi standard Good Manufacturing Practise (GMP) / Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Rumah sakit juga akan memilih dan bekerjasama dengan perusahaan
distributor yang telah menjalankan proses distribusi sesuai dengan pedoman Good
Distribution Practise (GDP) atau Tata Cara Distribusi Obat yang Benar. Begitu juga dengan
perlakuan produk tersebut di dalam rumah sakit hingga diberikan ke pasien. Tentu
semuanya dilakukan dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk memastikan hal-hal di atas, pihak yang ingin bekerjasama dengan rumah sakit harus
bersedia untuk dikunjungi tim dari Rumah Sakit untuk melihat apakah benar standardstandard tersebut telah dijalankan.
Saat berkunjung ke perusahaan distribusi, pihak rumah sakit harus meninjau apakah
memenuhi persyaratan, seperti:

Distributor memiliki ruang penyimpanan obat yang berpengatur suhu dan
kelembaban sehingga dapat menjamin kualitas obat dan/atau bahan obat selama
dalam penyimpanan





Produk tidak terekspos suhu yang tinggi, kelembaban yang tinggi, sinar matahari
langsung dan hujan
Distributor memiliki orang-orang yang akan mengawasi proses distribusi / apoteker
Distributor memiliki prosedur untuk mengenal obat-obat kadaluarsa
Distributor memiliki prosedur untuk re-call (penarikan kembali)
Distributor memiliki prosedur untuk bisa melihat dan memisahkan apakah obat itu
fake (palsu) atau diverted (dikemas kembali)
Selain hal-hal di atas, pengawasan juga terus dilakukan hingga proses distribusi dari gudang
distributor ke gudang rumah sakit. Distributor harus menerapkan manajemen mutu yang
baik sehingga dapat dipastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai
distribusi dipertahankan selama proses distribusi. Secara praktis penerapan distribusi yang
baik, seperti: memastikan kendaraan yang dipakai memenuhi syarat higienis dan sanitasi,
tersedia sistem kontrol suhu yang tervalidasi (misalnya kemasan termal, kontainer yang
suhunya dikontrol dan kendaraan berpendingin)
Untuk memastikan kondisi transportasi yang benar dipertahankan antara fasilitas distribusi
dan pelanggan, rumah sakit harus mendapatkan data suhu pada saat serah terima obat
dan/atau bahan obat, menunjukkan bahwa obat dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi
suhu penyimpanan yang dipersyaratkan selama transportasi.
Di pihak RS sendiri, RS harus memiliki kemampuan untuk mengidentifkasi produk fake
(palsu) atau diverted (dikemas ulang), karena itu pihak RS harus memiliki contoh-contoh
produk asli beserta hologramnya.
Secara umum, Ferdy memaparkan, beberapa kondisi kemasan produk yang perlu menjadi
perhatian adalah: tinta/tulisan luber, warna yang sudah tidak utuh, warna kemasan/font
berbeda dengan warna aslinya, kemasannya sudah rusak / penyok atau jumlah volume
cairan yang berbeda dengan produk aslinya.
Khusus Vaksin / Cold Chain Product
Karena penyimpanan vaksin memerlukan suhu rendah (cold chain product), maka untuk
mengetahui apakah suhu selama transportasi tidak berubah, umumnya ada label yang bisa
berubah warna jika terpapar suhu yang berlebihan. Dengan demikian saat sampai di rumah
sakit dan terlihat warna label sudah berubah, maka rumah sakit harus me-reject produk
tersebut.
Dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh JCI, maka Grup Rumah Sakit Awal
Bros bisa menjamin bahwa produk yang diberikan kepada pasien-pasiennya bukanlah
produk palsu atau kemasan ulang.
(Sumber
:
http://blog.awalbros.com/2016/06/bagaimana-rumah-sakit-jci-melindungipasien-dari-vaksin-palsu/ )
Download