BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

advertisement
BAB V
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
5.1 Implementasi Perangkat Lunak
Bab Implementasi Perangkat Lunak ini berisi uraian mengenai lingkungan implementasi,
batasan implementasi, tahapan implementasi, dan hasil implementasi kelas untuk studi kasus
yang telah dijelaskan pada BAB IV.
5.1.1 Lingkungan Implementasi
Studi kasus Virtual Research Center dikembangkan dalam lingkungan perangkat keras yang
memiliki spesifikasi perangkat kerassebagai berikut:
1. Prosesor Intel® Pentium® M 1,60 GHz
2. Memori 2.0 GB RAM DDR PC2700
3. Harddisk 60 GB
Sementara spesifikasi perangkat lunak lingkungan pengembangan adalah sebagai berikut:
1. Sistem Operasi Microsoft Windows XP Professional SP2
2. Java SDK Standard Edition versi 1.5.0 update 6 (untuk menjalankan Intalio BPMS)
3. Java SDK Standard Edition versi 1.6.0
4. Netbeans IDE 6.0 dengan Java SDK Enterprise Edition versi 6, framework JAX-WS
versi 2.1 dan web server Glassfish V2
5. Intalio BPMS Community Edition 5.0 RC1, yang terdiri atas Intalio BPMS Designer
dan Intalio BPMS Server.
6. XAMPP for Windows dengan Apache PHP Web Server versi 4.4.4 dan MySQL
Server versi 5.0.27
7. Library NuSOAP versi 0.7.2
5.1.2 Batasan Implementasi
Batasan dari implementasi studi kasis VRC adalah sebagai berikut:
1. Konfigurasi basis data harus dilakukan secara manual dengan memanfaatkan file
dump SQL.
2. Aspek sekuritas tidak menjadi pertimbangan dalam implementasi sehingga data yang
dipertukarkan dan disimpan tidak dienkripsi dan penggunaan web service tanpa
melakukan autentikasi.
V-1
V-2
5.1.3 Tahapan Implementasi
Mengacu pada Tabel III-2, aktivitas implementasi dilakukan dalam beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Implementasi service
Implementasi service menghasilkan kelima web service yang dibangun dengan
teknologi Java dan PHP
2. Implementasi proses bisnis
Implementasi proses bisnis menghasilkan definisi proses bisnis dalam BPMN dan
menyimpan hasil konversinya dalam server BPMS agar siap dijalankan.
3. Implementasi perangkat lunak client
Implementasi perangkat lunak client menghasilkan sebuah aplikasi web yang
berfungsi untuk menjadi antarmuka ke pengguna untuk menjalankan service dan
proses bisnis yang ada.
Ketiga tahapan ini dilakukan secara iteratif, sehingga setiap tahap dapat tetap diperbaiki
hingga akhir pengerjaan.
5.1.4 Kendala Implementasi
Dari hasil implementasi studi kasus yang dilakukan pada tugas akhir ini, didapatkan beberapa
kendala sebagai berikut:
1. Intalio BPMS, kakas yang digunakan untuk menjadi komponen BPMS baru bisa
mendukung teknologi web service JAX-WS setelah mencapai versi 5.0, yang
dikeluarkan pada akhir Agustus 2007.
2. Eksekusi proses bisnis pada Intalio BPMS tidak mendukung adanya input di tengah
proses bisnis berjalan, yang mana dibutuhkan untuk proses pengajuan proposal. Oleh
karena itu, proses bisnis pengajuan proposal akhirnya dipecah menjadi sepuluh
proses, seperti dijelaskan pada Bab 4.1.2.
3. Mekanisme upload file pada awalnya direncanakan menggunakan teknologi WSAttachment, namun dikarenakan sulitnya implementasi dan sedikit sumber untuk
mempelajarinya maka diganti menjadi mekanisme copy file antar server yang
dilakukan oleh WSFileManagement.
5.1.5 Hasil Implementasi
Hasil implementasi pada studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua bagian, sesuai dengan
analisis dan perancangan yang telah dilakukan, yaitu adalah implementasi pada perangkat
lunak client dan implementasi pada service. Keduanya akan dijelaskan pada bagian berikut.
V-3
5.1.5.1
Hasil Implementasi Service
Hasil implementasi service dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu implementasi proses dan
implementasi web service.
Hasil implementasi proses sebuah file yang menggambarkan proses BPMN. Untuk
menjalankan file tersebut, maka akan dibuat file eksekusinya dalam kode BPEL. Nama
Proses, file BPMN, dan file executable dari seluruh proses yang diimplementasi dapat dilihat
pada Tabel V-1.
Tabel V-1 Hasil Implementasi Proses
No.
Nama Proses
Nama File BPMN
Nama File Executable
1.
SubmitProposal
SubmitProposal.bpm
SubmitProposal- Process.bpel
2.
DekanApproval
DekanApproval.bpm
DekanApproval-Process.bpel
3.
KetuaKKApproval
KetuaKKApproval.bpm
KetuaKKApproval-Process.bpel
4.
PPApproval
PPApproval.bpm
PPApproval-Process.bpel
5.
ChooseReviewer
ChooseReviewer.bpm
ChooseReviewer-Process.bpel
6.
ReviewerApproval
ReviewerApproval.bpm
ReviewerApproval-Process.bpel
7.
SubmitReview
SubmitReview.bpm
SubmitReview-Process.bpel
8.
PPOfferBudget
PPOfferBudget.bpm
PPOfferBudget-Process.bpel
9.
PenelitiApproval
PenelitiApproval.bpm
PenelitiApproval-Process.bpel
10.
OpenResearch
OpenResearch.bpm
OpenResearch-Process.bpel
Selain itu juga dihasilkan beberapa file lain yang berfungsi untuk mendukung jalannya
proses-proses di atas.
Tabel V-2 File Pendukung Proses Bisnis
No.
Nama File
Deskripsi
1.
ProcessScema.xsd
Menyimpan skema XML yang dibutuhkan untuk
masukan dan keluaran proses
2.
WSProposalService_schema1.xsd
Menyimpan skema XML untuk web service WSProposal
3.
WSProposalService.wsdl
Menyimpan kode WSDL web service WSProposal
4.
WSResearchService_schema1.xsd
Menyimpan skema XML untuk web service WSResearch
5.
WSResearchService.wsdl
Menyimpan kode WSDL web service WSResearch
6.
WSRFPService_schema1.xsd
Menyimpan skema XML untuk web service WSRFP
7.
WSRFPService.wsdl
Menyimpan kode WSDL web service WSRFP
Sementara itu, pembangunan web service dilakukan dengan pembuatan kode program dalam
Java dan PHP. Detil nama kelas, nama file fisik, dan file eksekusi ntuk web service yang
diimplementasi dalam Java dapat dilihat pada Tabel V-3.
V-4
Tabel V-3 Hasil Implementasi Kelas Untuk Service dalam Java
No.
Nama Kelas
Nama File Fisik
Nama File Executable
Paket database
Folder: <loc>/src/database
1.
DBConnector
DBConnector.java
DBConnector.class
Paket entitybeans
Folder: <loc>/src/entitybeans
2.
Proposal
ListApproval.java
ListApproval.class
3.
RFP
ViewApproval.java
ViewApproval.class
4.
Research
Research.java
Research.class
5.
Review
Review.java
Review.class
6.
User
User.java
User.class
7.
Negotiation
Negotiation.java
Negotiation.class
Paket webservices
Folder: <loc>/src/webservices
8.
WSProposal
WSProposal.java
WSProposal.class
9.
WSRFP
WSRFP.java
WSRFP.class
10.
WSResearch
WSResearch.java
WSResearch.class
11.
WSUser
WSUser.java
WSUser.class
Sementara implementasi web service dalam PHP dapat dilihat pada Tabel V-4.
Tabel V-4 Hasil Implementasi Kelas untuk Web Service dalam PHP
No.
Nama Kelas
Nama File Fisik
Nama File Executable
1.
WSFileManagement
wsfilemgmt.php
wsfilemgmt.php
2.
Downloader
downloader.php
downloader.php
3.
Script
script.inc.php
script.inc.php
5.1.5.2
Hasil Implementasi Perangkat Lunak Client
Kelas perancangan diimplementasikan dalam kode Java dengan menggunakan teknologi
Servlet. Hasil implementasi tersebut dapat dilihat pada .
Tabel V-5 Hasil Implementasi Kelas Perangkat Lunak Client
No.
Nama Kelas
Nama File Fisik
Nama File Executable
Paket servlets
Folder: <loc>/src/servlets
1.
Authentication
Authentication.java
Authentication.class
V-5
No.
Nama Kelas
Nama File Fisik
Nama File Executable
2.
Dashboard
Dashboard.java
Dashboard.class
3.
Logout
Logout.java
Logout.class
4.
Approval
Approval.java
Approval.class
5.
Negotiation
Negotiation.java
Negotiation.class
6.
Proposal
Proposal.java
Proposal.class
7.
RFP
RFP.java
RFP.class
8.
Research
Research.java
Research.class
9.
Review
Review.java
Review.class
Adapun contoh tampilan antarmuka dari perangkat lunak dapat dilihat pada Gambar V-1.
Gambar V-1 Screenshot antarmuka perangkat lunak client
5.2 Pengujian Perangkat Lunak
5.2.1 Pengujian Fungsionalitas Perangkat Lunak
Seperti telah dideskripsikan pada BAB IV, perangkat lunak studi kasus ini memiliki delapan
spesifikasi kebutuhan yang dapat dilihat pada Tabel IV-1. Seluruh kebutuhan perangkat lunak
tersebut telah berhasil diimplementasi dengan baik sesuai dengan hasil analisis dan
perancangan yang telah dilakukan.
V-6
5.2.2 Pengujian Pengubahan Proses Bisnis
Pada tugas akhir ini, dilakukan pengujian perubahan proses bisnis untuk membuktikan bahwa
arsitektur SOA yang menerapkan BPM, seperti dituangkan menjadi model dalam Bab 3.1,
memiliki keunggulan dalam proses perubahan tersebut.
Dalam kasus pengajuan proposal, yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, akan
dilakukan tiga jenis pengubahan sehingga proses dapat menjadi lebih cepat dan efektif.
Adapun perubahan-perubahan yang dilakukan terdiri atas:
1. Menghilangkan hirarki penungguan persetujuan Ketua Kelompok Keahlian dan Dekan,
sehingga proposal akan langsung masuk terlebih dahulu ke Pusat Penelitian, lalu baru
diminta persetujuan secara parallel terhadap keduanya
2. Menghilangkan mekanisme pemilihan reviewer oleh Pusat Penelitian. Pusat Penelitian
dianggap telah memilih sejumlah reviewer yang bertugas memberi review terhadap
proposal yang berkaitan dengan bidang ilmunya. Pemilihan reviewer akan dilakukan
secara otomatis oleh sistem
3. Menambahkan task pembuatan dokumen kontrak penelitian dalam format PDF saat
pembukaan penelitian.
Pada umumnya, perubahan proses bisnis dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
kenyataan yang terjadi di lapangan saat proses tersebut dijalankan. Namun ketiga pengubahan
ini dilakukan tanpa berlandaskan itu. Pengubahan tersebut dilakukan hanya untuk
menunjukkan proses pengubahan proses bisnis.
5.2.2.1
Pengubahan Proses Bisnis Tanpa SOA dan BPMS
Sebelum melangkah ke pengujian perubahan, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap
pengubahan proses bisnis pada arsitektur yang tidak berbasis SOA dan BPMS, agar dapat
dilihat perbandingannya dalam pengubahan proses bisnis pada yang menggunakan model
tersebut dan tidak.
Perangkat lunak yang tidak menerapkan SOA maupun BPMS umumnya berupa perangkat
lunak yang terdiri atas sekumpulan komponen atau modul. Proses bisnis biasanya tertulis
dalam bentuk kode program pada modul-mdul perangkat lunak tersebut.
Untuk melakukan pembandingan antara pengubahan proses bisnis tanpa menggunakan SOA
dan BPMS, akan diambil langkah-langkah yang telah dilakukan penulis dalam
mengembangkan aplikasi Virtual Research Center ini sebelumnya, yakni versi yang telah
digunakan saat ini. Proses pengajuan proposal ini terdapat di dalam aplikasi tersebut, namun
dituliskan dalam bentuk kode program.
V-7
Pengubahan proses bisnis pada aplikasi VRC lama itu dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pengubahan kode program dari modul atau komponen yang berkaitan dengan proses
bisnis yang ingin diubah
2. Melakukan deployment terhadap modul atau komponen yang telah berubah
3. Melakukan pengujian terhadap modul atau komponen dengan membuat driver atau
dengan kakas pengujian lainnya
4. Melakukan penyesuaian dan pengujian terhadap modul atau komponen lain yang
mengakses modul tersebut. Contoh paling sederhana adalah tampilan aplikasi.
5.2.2.2
Pengubahan Proses pada Model Penerapan BPMS pada SOA
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada pengujian ini akan terdapat tiga buah pengujian
pengubahan proses bisnis. Dalam melakukan proses pengubahan tersebut dilakukan beberapa
langkah, yakni sebagai berikut:
1. Pengubahan rancangan proses bisnis dalam BPMS. Jika terdapat web service baru
yang terlibat maka harus ditambahkan ke dalam project proses bisnis tersebut.
2. Melakukan deployment proses bisnis yang baru ke dalam server BPMS
3. Melakukan pengujian proses bisnis dengan memanfaatkan kakas pengujian proses
bisnis yang dimiliki BPMS, jika ada.
4. Melakukan penyesuaian dan pengujian terhadap aplikasi client yang mengakses
proses bisnis tersebut.
Pengujian langkah-langkah ini akan dilakukan terhadap ketiga perubahan tersebut dijelaskan
pada Bab 5.2.2.2.1 sampai 5.2.2.2.3.
5.2.2.2.1 Penghilangan Hirarki Persetujuan Ketua Kelompok Keahlian dan
Dekan
Dalam proses bisnis yang ada sebelumnya, sebelum proposal dapat sampai ke Pusat
Penelitian, dibutuhkan persetujuan dari Ketua Kelompok Keahlian dan Dekan terlebih dahulu,
tergantung alur dari RFP yang ditetapkan. Proses ini melahirkan tiga buah implementasi
proses bisnis, yakni KetuaKKApproval dan DekanApproval. Keduanya dapat dilihat pada
Gambar V-3 dan Gambar V-4.
V-8
Gambar V-2 Proses Bisnis SubmitProposal
Pada Gambar V-2 dapat dilihat bahwa terdapat empat pencabangan untuk pengiriman
proposal, yang menunjukkan alur proposal. Proposal dapat dikirim diubah statusnya menjadi
menunggu persetujuan Ketua KK, Dekan, dan Pusat Penelitian. Tergantung alur dari RFP
yang telah didefinisikan. Misalkan jika proposal diajukan dengan alur KK-Dekan-PP, maka
status proposal akan diubah menjadi “kk pending”, yang berarti menunggu persetujuan dari
Ketua KK. Status yang lain adalah “dekan pending” dan “pp pending”, yang masingmasingnya berarti menunggu persetujuan dari Dekan dan Pusat Penelitian.
Gambar V-3 Proses Bisnis KetuaKKApproval
Pada Gambar V-3 dapat dilihat bahwa persetujuan dekan dapat terjadi setelah Ketua KK
setuju. Jika alur yang dipilih tidak melalui persetujuan dekan, proposal dapat masuk ke Pusat
Penelitian setelah Ketua KK setuju.
V-9
Gambar V-4 Proses Bisnis DekanApproval
Pada Gambar V-4, proses bisnis DekanApproval, juga terlihat bahwa proposal dapat masuk
ke Pusat Penelitian jika telah disetujui oleh Dekan. Proses persetujuan proposal yang tidak
melalui dekan tidak akan memanggil proses ini.
Pengubahan yang dilakukan adalah dengan menghilangkan hirarki dalam persetujuan dekan
dan Ketua KK, yakni dengan memasukkan proposal terlebih dahulu ke Pusat Penelitian, baru
diminta persetujuan secara paralel kepada Ketua KK dan Dekan terkait, sehingga harapannya
proses pengajuan proposal dapat berlangsung lebih cepat.
Proses ini menghilangkan hirarki keterurutan Ketua KK dan Dekan, sehingga Pusat Penelitian
dapat melihat proposal sebelum disetujui oleh Ketua KK dan Dekan, dan Dekan dapat melihat
proposal sebelum disetujui oleh Ketua KK. Akibatnya proses bisnis SubmitProposal dapat
berubah menjadi seperti Gambar V-5.
Gambar V-5 Proses Bisnis SubmitProposal Baru
V-10
Dekan dan Ketua KK dapat dianggap sebagai reviewer, sehingga pengubahan proses bisnis
ini dapat memanfaatkan proses bisnis dan fungsi web service yang telah ada.
Untuk penambahan reviewer, sistem ini memiliki proses bisnis ChooseReviewer. Proses
bisnis ini dapat dimanfaatkan untuk menambahkan KetuaKK dan Dekan menjadi reviewer,
lalu proses persetujuan Ketua KK dan Dekan dilakukan dengan mengubah kedua proses awal
menjadi perubahan status menjadi setuju atau tidak setuju, tetapi dengan memanfaatkan
fungsi dari review.
Proses bisnis baru untuk persetujuan Ketua KK dan Dekan dapat dilihat padaGambar V-6.
Proses bisnis ini dinamakan DekanKetuaKKApproval. Proses ini menerima masukan id Ketua
KK atau Dekan yang dibutuhkan persetujuannya, dan sikap dari mereka, apakah setuju atau
tidak setuju. Lalu selanjutnya menyimpan informasi tersebut.
Gambar V-6 Proses Bisnis DekanKetuaKKApproval
Setelah proses bisnis ini didefinisikan, tahapan selanjutnya adalah melakukan deploy terhadap
proses ini dan mengujinya. Setelah memastikan proses ini berjalan, dilakukan pencocokan
terhadap aplikasi client.
Dekan dan Ketua KK harus melakukan persetujuan dengan mengakses aplikasi VRC.
Informasi tersebut ditampilkan oleh kelas Approval, dengan melakukan pemanggilan ke web
service WSProposal dan memanfaatkan operasi getProposalList. Pada proses bisnis baru,
pemanggilan tersebut diganti dengan pememanggilan operasi getReviewList yang terdapat di
WSProposal untuk mengambil Proposal apa saja yang harus mereka setujui atau tidak.
Untuk proses persetujuan, jika sebelumnya dilakukan pemanggilan terhadap DekanApproval
dan KetuaKKApproval, sesuai dengan posisi user, maka pada proses baru cukup dilakukan
pemanggilan ke proses DekanKetuaKKApproval.
V-11
5.2.2.3
Penghilangan Mekanisme Pemilihan Reviewer
Pada proses sebelumnya, seorang reviewer bertanggung jawab memberikan review jika
dipilih oleh Pusat Penelitian. Pada proses baru, diasumsikan Pusat Penelitian telah memiliki
reviewer untuk bidang ilmu masing-masing. Jadi pemilihan reviewer akan dilakukan secara
otomatis oleh sistem. Reviewer perlu melakukan persetujuan atau tidak, sebab ia memang
bertanggungjawab untuk itu.
Pada proses sebelumnya, proses pemilihan dilakukan dengan memanggil proses
ChooseReviewer. Proses tersebut menerima masukan berupa username dari reviewer yang
dipilih
oleh
Pusat
Penelitian.
Proses
tersebut
akan
menyimpan
reviewer
dan
tanggungjawabnya terhadap proposal apa, dan informasi bahwa ia belum menyetujui perintah
itu. Gambar dari proses ini dapat dilihat pada Gambar V-7.
Gambar V-7 Proses Bisnis ChooseReviewer
Pada proses sebelumnya, status belum menyetujui, sudah menyetujui, dan memberi review
harus dilakukan dengan membuat status pada pemanggilan addReviewer. Pada
saat
pemilihan reviewer, status dibuat menjadi “pending”, dikarenakan reviewer belum
menentukan apakah dia setuju untuk memberi review atau tidak. Ilustrasi ini dapat dilihat
pada Gambar V-8.
V-12
Gambar V-8 Assignment status dari reviewer pada proses lama
Pada proses baru, dikarenakan reviewer langsung harus menyetujui, maka assignment status
“pending” akan diganti ke “belum review”, yang menandakan bahwa reviewer belum
memberikan review. Datpat dilihat pada Gambar V-9.
Gambar V-9 Pengubahan status menjadi "belum review"
Setelah proses tersebut di-deploy dan diuji, maka akan dilakukan penyesuaian pada bagian
client. Sebelumnya jika pusat penelitian menilai bahwa proposal dapat diterima dan
dilanjutkan ke tahap review, maka akan dilanjutkan ke halaman pemilihan reviewer, maka
dengan proses yang baru proses pemindahan ke halaman pemilihan reviewer ini akan
memanggil proses bisnis ChooseReviewer setelah sebelumnya mengambil nama-nama
reviewer yang mungkin dengan memanfaatkan web service WSUser.
Perubahan pada client yang dilakukan adalah menambah mekanisme pengambilan reviewer.
Reviewer dipilih berdasarkan kelompok keahliannya. Setiap reviewer yang memiliki
kelompok keahlian yang cocok dengan RFP proposal terkait akan dimasukkan sebagai
reviewer proposal tersebut. Misalkan terdapat sebuah proposal untuk RFP dengan bidang ilmu
kelompok keahlian Rekayasa Perangkat Lunak dan Data, maka seluruh reviewer yang berasal
dari kelompok keahlian Rekayasa Perangkat Lunak dan Data akan dimasukkan menjadi
reviewer.
5.2.2.4
Penambahan Task Pembuatan Dokumen PDF Sebagai Kontrak
Penelitan
Pada proses sebelumnya, pembukaan penelitian dilakukan dengan proses OpenResearch.
Proses ini hanya memanggil operasi createResearch pada web service WSResearch dan
mengubah status proposal menjadi sudah disetujui. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar
V-10.
V-13
Proses bisnis baru membutuhkan adanya pembuatan dokumen PDF sebagai kontrak penelitian
saat pemanggilan proses pembukaan penelitian. Pembuatan dokumen ini merupakan fungsi
baru yang tidak dimiliki oleh sistem sebelumnya. Untuk memfasilitasi ini, dibuat sebuah web
service baru yang bernama WSDocument, lalu disediakan operasi createResearchContract di
dalamnya.
Gambar V-10 Proses Bisnis OpenResearch
Untuk memasukkan proses pembuatan dokumen ini di dalam proses OpenResearch, maka
akan ditambahkan pemanggilan ke operasi createResearchContract di dalamnya. Hasilnya
dapat dilihat pada Gambar V-11.
Gambar V-11 Proses OpenResearch dengan Pembuatan Dokumen
V-14
Proses baru lalu dapat di-deploy dan diuji. Untuk proses ini tidak dibutuhkan penyesuaian
terhadap client karena parameter pemanggilan dan penggunaan proses OpenResearch sama
dengan sebelumnya.
5.2.3 Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian pengubahan proses bisnis terhadap tiga kasus di atas, dapat dilihat bahwa
model penerapan BPMS pada SOA seperti telah didefinisikan pada Bab 3.1 dapat
memfasiltasi pengubahan proses bisnis dengan menerapkan langkah-langkah yang dianalisis
pada Bab 5.2.2.
Hasil pengujian tersebut juga menunjukkan bahwa keempat langkah tersebut tidak selalu
harus dilaksanakan semua. Cukup langkah-langkah yang diperlukan saja. Hal ini dapat dilihat
pada uraian berikut:
1. Pada pengujian pertama, pada Bab 5.2.2.1, proses ChooseReviewer yang lama
akhirnya digunakan ulang untuk memfasilitasi proses bisnis baru, sehingga tidak
perlu membuat proses bisnis baru.
2. Pada pengujian ketiga, pada Bab 5.2.2.3, aplikasi client yang mengakses
OpenResearch tidak perlu mengalami modifikasi, dikarenakan yang berubah hanya
proses bisnis yang terjadi di dalamnya. Aplikasi client tidak perlu tahu detil proses
yang berlangsung dari proses bisnis yang dipanggilnya.
Selain itu, usaha yang cukup kecil untuk merancang ulang proses bisnis ChooseReviewer
pada pengujian kedua, dapat menjadi sebuah nilai tambah, dikarenakan secara umum untuk
mengubah proses, hal yang harus dilakukan hanya mengubah parameternya saja.
Seperti dijelaskan pada Bab 5.2.2.1, untuk melakukan pengubahan proses bisnis pada sistem
tanpa SOA dan BPMS dibutuhkan empat langkah. Langkah yang sama juga dibutuhkan untuk
pengubahan proses bisnis pada model BPMS dan SOA, seperti dijelaskan pada Bab 5.2.2.2.
Keduanya memiliki langkah-langkah yang dapat dibilang sejenis, oleh karena itu dapat dilihat
perbandingan dari kedua langkah-langkah tersebut pada Tabel V-6.
Tabel V-6 Perbandingan Kedua Model
No.
1
Umum
Mengubah kode
modul atau
komponen,
menambah dan
mengurangi
komponen jika
dibutuhkan
BPM pada SOA
Mengubah rancangan
proses bisnis,
menambah dan
mengurangi web service
yang terlibat
Perbandingan dan Catatan
•
•
•
2.
Melakukan
deployment modul
Membuat kode BPEL
dari rancangan dan
•
Model BPM pada SOA memiliki keunggulan
dalam visualisasi, sehingga lebih mudah dan
memfasilitasi pihak-pihak yang tidak bisa
melakukan pemrograman untuk merancang proses
bisnis.
Pada Model BPM pada SOA proses bisnis dapat
digunakan ulang, tidak harus diubah.
Effort yang dilakukan pada model BPM pada SOA
relatif lebih sedikit.
BPMS memberi kemudahan untuk melakukan
deployment proses bisnis.
V-15
No.
Umum
atau komponen
3.
4.
Melakukan
pengujian
terhadap modul
atau komponen
Melakukan
penyesuaian dan
pengujian
terhadap modul
atau komponen
lain yang
mengakses modul
atau komponen
yang berubah
BPM pada SOA
Perbandingan dan Catatan
melakukan deployment
ke server BPMS, yang
ditangani oleh BPMS
Melakukan pengujian
proses bisnis dengan
memanfaatkan kakas
pengujian dari BPMS
•
Deployment komponen pada model umum dapat
menggunakan kakas atau dilakukan secara manual
•
Melakukan penyesuaian
dan pengujian terhadap
modul atau komponen
yang mengakses proses
bisnis
•
Pengujian umum dilakukan dengan membuat
driver, driver dapat dibuat dengan kakas, misalnya
jUnit.
Untuk BPMS tertentu, kakas pengujian sudah
tersedia sehingga proses bisnis dapat dipanggil
secara simulasi dengan memasukkan parameter
yang diinginkan.
Pada model BPM pada SOA, pengubahan kode
program dilakukan hanya pada sisi lapisan teratas,
yaitu client. Pengubahan itu pun tidak harus selalu
dilakukan.
Pada model yang tidak menerapkan BPM pada
SOA, pengubahan lebih dimungkinkan untuk
terjadi, kecuali perangkat lunak tersebut memiliki
rancangan yang baik.
•
•
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa model BPMS pada SOA memiliki keunggulan terhadap
model tanpa penggunaan SOA dan BPMS dalam hal pengubahan proses bisnisnya,
dikarenakan adanya visualisasi untuk mengubah proses bisnis, usaha lebih kecil untuk
melakukan pengubahan proses bisnis, dan meminimalkan pengerjaan pengubahan kode
program, sehingga memfasilitasi pihak-pihak yang tidak menguasai pemrograman dan
mendukung pengubahan proses bisnis yang mungkin akan sering terjadi.
Download