BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 30/ PB/2014 menyatakan bahwa Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM). Adapun ketentuan SP2D adalah sebagai berikut : 1. Dapat Dicairkan pada Bank yang telah Ditunjuk 2. Bukan Alat Pembayaran 3. Dapat Diterbitkan, jika : a. Pengeluaran yang diminta melebihi Rp 500.000.000 hingga tidak terbatas harus mengajukan SPM 5 hari sebelum permintaan penerbitan SP2D b. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan perundang-undangan 4. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima untuk SPM Gaji sedangkan untuk SPM Non Gaji diterbitkan paling lambat 1 hari 1 jam. 5. Dikembalikan paling lambat 1 hari sejak SPM diterima. 7 8 B. Dokumen Terkait Retur Surat Perintah Pencairan Dana (Retur-SP2D) Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 30/ PB/2014 terdapat beberapa istilah/pengertian terkait Retur Surat Perintah Pencairan Dana antara lain adalah : 1. Surat Permintaan Pembayaran Retur, yang selanjutnya disebut SPP-Retur adalah dokumen yang diterbitkan oleh KPPN yang berisi permintaan pembayaran tagihan kedapa Negara berdasarkan Surat Ralat/Perbaikan Rekening dari Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga 2. Surat Perintah Membayar Retur, yang selanjutnya disebut SPM-Retur adalah dokumen yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di daerah berdasarkan SPP-Retur untuk mencairkan dana yang bersumber dari penerimaan Retur pada rekening retur. 3. Surat Perintah Pencairan Dana Retur yang selanjutnya disebut SP2D Retur adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di Daerah berdasarkan SPM – Retur / SPM-Retur Kas Negara untuk pengeluaran Non Anggaran. 4. Retur SP2D adalah penolakan/pengembalian atas pemindahbukuan dan/atau transfer pencairan APBN dari Bank/ Kantor Pos Penerima kepada Bank/Kantor Pos Pengirim. 9 5. Daftar Penerimaan Retur adalah daftar yang diterbitkan melalui Modul Penerimaan Negara atas dana retur SP2D yang didalamnya tertera Nomor Penerimaan Retur dan diterima pada Rekening Retur KPPN / BO I Pusat. 6. Surat Ralat/Koreksi Rekening adalah surat permohonan pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa PA yang ditujukan kepada KPPN atas dana retur SP2D yang belum disetorkan ke Kas Negara. 7. Surat Permohonan Pembayaran Kembali yang selanjutnya disebut SPPK adalah surat permohonan pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa PA yang ditujukan kepada KPPN atas dana retur SP2D yang telah disetorkan ke kas Negara pada Bank/Pos Persepsi sebelum pelaksanaan SPAN. 8. PPR adalah Pernyataan Persetujuan Rekomendasi C. Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Menurut Mulyadi (2010:5) prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu department atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Sedangkan Menurut Baridwan (2009:30) prosedur merupakan suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sedang terjadi. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur 10 merupakan serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama. Pola pelayanan pada KPPN Surakarta menggunakan pola pelayanan fungsional atau pelayanan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya. Pembagian pekerjaan didasarkan pada fungsi yaitu front office, middle office dan back office. Prosedur pelayanan diselenggarakan secara mudah dilaksanakan oleh publik yang meminta pelayanan, maka KPPN menyusun prinsip- prinsip penyelesaian pekerjaan yang sederhana sebagai berikut : 1. Proses penyelesaian pekerjaan dilakukan penyederhanaan proses penyelesaian pekerjaan khususnya penyelesaian SP2D Non Belanja Pegawai. 2. Dalam penyelesaian pekerjaan khususnya SP2D, setiap dokumen hanya diproses sekali oleh pejabat/ pegawai (tidak ada pekerjaan mengulang). 3. Alur penyelesaian pekerjaan dilakukan berdasarkan fungsi (Front Office, Middle Office dan Back Office). 4. Proses penyelesaian pekerjaan dilakukan, misalnya pengujian ketersediaan dana, pengartuan kartu pegawai dilakukan melalui dukungan teknologi informasi dan sistem yaitu Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. 11 Prosedur penerbitan SP2D menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 41/ PB/2011 yang telah di terapkan pada KPPN Surakarta yaitu: 1. Satker mengajukan pendaftaran supplier/kontrak sebagai data awal yang akan digunakan sebagai pelengkap dokumen dalam mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM). 2. Petugas (loket) menerima Surat Perintah Membayar (SPM) yang diajukan oleh para Satuan Kerja (Satker). 3. Petugas melakukan konversi atas SPM yang diajukan oleh satker sebelum masuk ke aplikasi SPAN. 4. Melakukan pengujian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen oleh petugas konversi, serta melakukan pengecekan atas ketersediaan dana. Apabila ternyata SPM yang diajukan lebih dari Rp 500.000.000 hingga tidak terbatas, maka SPM tersebut harus diajukan kembali 5 hari setelah pengajuan SPM yang pertama, karena untuk memastikan ketersediaan dana oleh Pusat. 5. Setelah petugas melakukan konversi, maka SPM segera diteruskan ke petugas validasi (validator) sebagai Front Office (FO) yang sudah terhubung oleh SPAN untuk dilakukan pemilihan Bank Operasional sesuai yang tertera pada SPM. 12 6. Dari FO kemudian diteruskan ke fungsi Middle Office (MO) atau petugas approver untuk dilakukan pengecekan ulang atas dokumen. Jika sudah sesuai maka akan disetujui/dilakukan approved. 7. Kemudian dilanjutkan ke fungsi Back Office (BO) yaitu Kepala Seksi Pencairan Dana untuk menyetujui atau menolak SPM dari satker. 8. Setelah ada persetujuan maka akan dikembalikan ke MO untuk dilakukan pencetakan SPPT (Surat Perintah Pembayaran Tagihan) rangkap 2. Namun jika terdapat penolakan, SPM akan dikembalikan kepada satker paling lambat 1 hari setelah SPM diajukan. 9. Lembar 1 SPPT rangkap 2 yang telah dicetak, disematkan menjadi satu beserta dokumen SPM sedangkan lembar 2 dicatat dan diteruskan ke Seksi Bank. 10. Setelah SPPT diterima oleh Seksi Bank, maka akan segera di approved oleh Kepala Seksi Bank dan dibubuhi stempel untuk dlakukan penerbitan SP2D. 11. Setelah diterbitkan SP2D, maka SP2D tersebut dikirim ke Bank Operasional (BO) yang ditunjuk oleh Pusat untuk dilakukan pencairan dana ke Rekening Satker yang dituju. 13 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retur SP2D 1. Manajemen Sumber Daya Manusia a) Pengertian Menurut Rosidah dan Sulistyani (2003:10) manajemen sumber daya manusia merupakan usaha untuk menggerakkan dan mengelola sumber daya manusia di dalam organisasi agar mampu berpikir dan bertindak sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi. Menurut Flippo dalam Kismono (2010:162) manajemen sumber daya manusia adalah: “Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sember daya manusia agar tercapai tujuan yang di inginkan.” Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah suatu aktivitas untuk mengendalikan sumber daya manusia agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. b) Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Tujuan dari manajemen sumber daya manusia, menurut Martoyo (2000:13): (1) Tujuan Organisional Manajemen sumber daya manusia atau “Human Resource Management” pada dasarnya adalah untuk tercapainya efektivitas 14 maksimal dari suatu organisasi, dengan menggerakkan dan mengefektifkan sumber daya manusianya di masing-masing organisasi. (2) Tujuan Fungsional Tujuan utama di setiap organisasi adalah harus sesuai dengan tujuan organisasi yang lebih besar. Tidak berlebihan maupun tidak terlalu kurang dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Sebab adanya suatu “kelebihan” atau “kekurangan” pencapaian sasaran di masing-masing unit organisasi tersebut, menunjukkan adanya “wasted” atau pemborosan penggunaan sumber daya manusia. (3) Tujuan Sosial Setiap organisasi, apapun tujuannya, harus mengingat akibatnya bagi kepentingan masyarakat umumnya, di samping untuk kepentingan masyarakat internal organisasinya. Di samping itu aspek etika dan moral dari produk yang dihasilkan suatu organisasi, juga merupakan tanggung jawab organisasi yang di dalamnya terdapat manusia-manusia yang menangani, yang tidak lain juga anggota masyarakat di luar organisasinya. (4) Keterbatasan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia juga terbatas akan keberadaannya, maksudnya sumber daya manusia yang sesuai dengan jumlah kebutuhan organisasi dan sumber daya manusia yang berkulitas bisa mengalami 15 akan keterbatasan. Terbatasnya sumber daya manusia yang sesuai dengan jumlah kebutuhan organisasi dan sumber daya manusia yang berkualitas akan mempengaruhi dalam melaukan aktivitas pekerjaan khususnya dalam menyelesaikan pekerjaan penerbitan SP2D di suatu organisasi sektor publik karena jika terbatasnya atau sedikitnya sumber daya manusia dan sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan dalam hal ketelitian serta ketekunan pada saat menyelesaikan pekerjaan penerbitan SP2D di suatu organisasi akan mengalami ketidaktepatan maupun kesalahan atau human error dalam manjalankan prosedur pekerjaan tugas penerbitan SP2D. c) Fungsi dan Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Sunyoto (2013:7) Manajemen Sumber Daya Manusia memiliki beberapa fungsi dimana fungsi-fungsi tersebut terkait satu dengan yang lainnya, dan aktivitas yang dijalankan oleh manajemen sumber daya manusia sesuai dengan fungsi yang dimilikinya, dengan tujuan peningkatan produktivitas, kualitas kehidupan kerja dan pelayanan. Fungsi-fungsi yang terkait tersebut antara lain: (1) Fungsi pengadaan Merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia dalam usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah sumber daya manusia yang tepat, yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi. 16 (2) Fungsi pengembangan Merupakan fungsi yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan dan kemampuan yang diupayakan melalui jalur pelatihan maupun pendidikan terhadap sumber daya manusia yang ada. (3) Fungsi pemeliharaan Berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan kerja. Sesuai Dirjen Perbendaharaan, 2016 dijelaskan bahwa untuk melaksanakan kegiatan serta pelayanan yang merupakan bagian dari program pada satuan kerja, maka diperlukan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah yang baik, berkualitas, unggul dalam kepandaian, unggul dalam kepribadian, unggul dalam penguasaan pekerjaan dan profesional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan, antara lain usaha dalam bentuk keterampilan, ketelitian dan ketekunan. Dengan adanya usaha demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan kinerja dan dapat memperkecil tingkat kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan pada suatu perusahaan/organisasi, serta dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja karyawan guna mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan. Peningkatan 17 kualitas sumber daya manusia yang berkenaan dengan penerbitan SP2D yang dilaksanakan oleh organisasi bertujuan agar pegawai selaku sumber daya manusia yang terlibat mampu menyelesaikan pekerjaan sehubungan dengan pelayanan kepada tiap satuan kerja. Sehingga pegawai dapat melaksanakan prosedur penerbitan SP2D, memahami dan melaksanakan sesuai ketentuan. 2. Satuan Kerja (Satker) Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER30/PB/2014 Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi lini Kementerian Negara/Lembaga atau unit organisasi Pemerintah daerah yang melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan dan tanggung jawab pengguna anggaran. Dalam modul Bintek Perbendaharaan Tahun 2014 menjelaskan bahwa satuan kerja adalah adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program.. Adapun jenis satuan kerja menurut www.wikiapbn.org, yaitu: a) Satker Pusat, yaitu adalah satker yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka 18 pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kantor pusat Kementerian Negara/Lembaga yang lokasinya dapat berada di pusat dan atau di daerah. b) Satker/Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Negara/Lembaga, yaitu instansi vertikal di daerah yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang berasal dari kantor pusat. c) Satker khusus, yaitu satker yang ditetapkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan program/kegiatan yang dibiayai dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. d) Satker Perangkat Daerah (SKPD), yaitu satker di provinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satker di provinsi/kabupaten/kota/desa yang melaksanakan tugas pembantuan. e) Satker Non-Vertikal Tertentu (SNVT), yaitu satker yang bukan merupakan instansi vertikal Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan kegiatan yang dibiayai dari alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. f) Satker Sementara (SKS), yaitu satker di luar pengertian butir 2 sampai dengan 5, yang ditetapkan untuk melakukan kegiatan yang dibiayai dari alokasi anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang kewenangan dan 19 tanggung jawabnya berasal dari Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. SP2D diperlukan oleh satuan kerja sebagai pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, sebagai dasar untuk mencairkan dananya baik sebagai belanja langsung maupun belanja tidak langsung, SP2D yang cepat terbit dan cepat dicairkan akan mempercepat satuan kerja dalam memenuhi kebutuhannya baik operasional kantor maupun non operasional. Dengan demikian hubungan antara SP2D dengan satuan kerja erat kaitannya, karena satuan kerja membutuhkan SP2D guna mencairkan dana. 3. Manajemen Waktu Menurut Haynes dalam penelitian Nuranto (2013), manajemen waktu merupakan proses tentang bagaimana seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dan target yang dilakukan secara efektif. Manajemen waktu merupakan proses pribadi dan harus sesuai dengan gaya dan lingkungan individu masing-masing. Sedangkan menurut Forsyth dalam Ila, 2015 di www.pengertianmanajemen.net manajemen waktu adalah bagaimana seorang individu mampu mengendalikan waktunya sehingga dapat mencapai produktivitas yang diinginkan dengan efektif. Prinsip dari 20 manajemen waktu berhubungan dengan bagaimana individu bisa menentukan prioritas dari kegiatan kegiatan yang dijalankannya. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan, manajemen waktu adalah suatu usaha merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol atau mengendalikan kegiatan diri sendiri dalam menyelesaikan tugas, baik tugas yang diarahkan untuk keperluan diri sendiri maupun tugas yang diarahkan untuk keperluan orang lain, secara efektif dan efisien dan serta bagaimana memanfaatkan waktu yang baik. Dalam kaitannya dengan penerbitan SP2D, manajemen waktu sangat diperhatikan. Sebab dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah diatur bahwa proses pekerjaan SP2D harus selai dikerjakan pada waktu 1 hari dan 1 jam untuk mencapai target pelayanan yang maksimal. Namun, apabila pekerjaan SP2D tidak selesai dalam waktu 1 jam, maka proses SP2D tersebut akan di cancel pengerjaannya. Dilakukannya hal tersebut karena, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap SPM serta dapat selalu memenuhi target pelayanan publik yaitu 100 persen. Selain itu, manajemen waktu juga sangat diperhatikan pada saat mengupload data SP2D ke Bank Operasional yang dituju guna proses pencairan dana, karena terdapat beberapa waktu untuk cut off upload data SP2D. 21 E. Upaya Penyelesaian Retur SP2D Menurut PER-30/PB/2014 dijelaskan beberapa upaya penyelesaian Retur SP2D, yaitu: 1. Pihak KPPN menerima pemberitahuan atas adanya retur dari aplikasi SPAN yang telah terintegrasi pada pusat. 2. KPPN menyampaikan Surat Pemberitahuan Retur SP2D ke KPA/Satker yang berupa softcopy dan hardcopy. 3. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Retur tersebut KPA/Satker menyampaikan Surat Ralat/Perbaikan Rekening ke KPPN paling lambat 7 hari kerja dengan dilampiri : 4. a. Surat Permintaan Perubahan Data Supplier. b. SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak) c. Rekening Koran/dokumen sumber Kepala KPPN menerbitkan SPM Retur dan SP2D melalui aplikasi SPAN, kemudian SP2D dan dokumen pendukung lain diserahkan kepada Seksi Bank untuk dilakukan upload data ke Bank Operasional yang dituju untuk dilaksanakan proses pencairan dana.