8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Membaca Pemahaman pada Siswa Sekolah Dasar
a. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Dalam kaitannya dengan pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman pada pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu
mengetahui karakteristik siswa agar dapat memberikan pembinaan yang
baik, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan siswa dan keterampilan
siswa, khususnya keterampilan membaca pemahaman.
Di Indonesia, siswa sekolah dasar rata-rata memiliki usia 6-12 tahun
yang memiliki karakteristik perkembangan tertentu sesuai dengan sebutan
yang diberikan oleh orangtua maupun guru. Pada masa ini, anak lebih
banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada orangtuanya.
Kebanyakan, anak usia SD sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya
sehingga dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara lebih lama, namun
mereka masih jauh dari memiliki kematangan fisik dan mereka masih tetap
perlu aktif. Anak SD akan lebih tersiksa bila harus duduk dan
memperhatikan guru dengan lama daripada berlari ata berpindah tempat
(Wahab & Solehudin 1999: 49). Pada usia 6-12 tahun, anak ingin berbuat
sesuatu yang menunjukkan hasil, memiliki ide yang banyak yang ingin
ditampilkannya. Oleh karena itu, guru hendaknya memberi kesempatan dan
rangsangan agar anak dapat mengembangkan berbagai keterampilan.
Jean Piaget dalam (Hidayati, dkk, 2009: 1-29) menyatakan bahwa
usia SD (7-12 tahun) berada pada stadium operasional konkret. Oleh
karenanya guru harus mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan karakteristik siswa.
Sumantri dan Syaodih (2008: 6.3) menyatakan bahwa anak SD
memiliki empat karakteristik belajar, yakni anak SD senang bermain,
karakteristik ini menuntut guru untuk merancang pembelajaran yang
8
9
menyenangkan. Selanjutnya, siswa SD senang bergerak, oleh karena itu
guru hendaknya merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa
berpindah tempat. Selain itu, siswa SD senang bekerja dalam kelompok
serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Nasution (1992) dalam Evi (2010) menyatakan bahwa karakteristik
siswa SD antara lain adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari
yang kongkrit. Siswa SD pada umumnya memiliki rasa ingin tahu dan ingin
belajar yang tinggi. Pada masa ini, anak memandang nilai raport sebagai
ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. Selain itu, siswa SD juga
gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah
dasar memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan tingkat perkembangan usia. Proses pembelajaran yang efektif
bagi anak usia SD, khususnya kelas V harus disesuaikan dengan
karakteristik belajar anak dan sesuai dengan tahap perkembangannya agar
proses pembelajaran, khususnya keterampilan membaca pemahaman
menjadi lebih bermakna.
b. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman
Setiap orang terlahir dengan memiliki keterampilan. Keterampilan
tersebut merupakan talenta yang diberikan dari Tuhan Yang Maha Esa
kepada umatnya. Keterampilan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda.
Hal yang membedakan ialah terdapat pada tingkat keterampilannya itu
sendiri. Keterampilan seseorang akan semakin baik bila dilatih secara terus
menerus. Soemarjadi, dkk (2001:3) menyatakan bahwa kata keterampilan
sama artinya dengan kata kecekatan. Selanjutnya, terampil atau cekatan
adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.
Salah satu ciri orang yang terampil ialah tidak ragu-ragu dalam melakukan
pekerjaan tersebut. Apabila seseorang lamban dalam melakukan suatu
kegiatan, maka orang tersebut belum dikatakan terampil.
10
Sanjaya (2008: 7) menyatakan bahwa keterampilan atau skill adalah
sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang
dibebankan. Dalam hal ini misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan
pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki keterampilan
tentang cara menggunakan microscope sebagai alat. Contoh lain misalnya
terdapat
restoran
yang menunjukkan
keterampilan
chefnya
dalam
menggunakan peralatan masak untuk mengolah makanannya agar menarik
minat pembeli.
Syah (2010: 117) mengatakan bahwa keterampilan yaitu:
Kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otototot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.
Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi.
Hernawan, dkk (2009: 9.33) keterampilan yaitu suatu kemampuan
untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental. Tugas
guru ialah memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran dengan
mempertimbangkan kriteria secara psikologis dan sosiologis, kompleksitas,
rasional, fungsional, dan keseimbangan.
Dari
beberapa
pendapat
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
keterampilan adalah kepandaian yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang telah dibebankannya dengan
cepat dan benar.Selain keterampilan mengenai cara menggunakan
microscope dan keterampilan menggunkan peralatan masak, terdapat pula
keterampilan dalam berbahasa, salah satunya ialah keterampilan membaca.
Keterampilan dibutuhkan oleh seorang pembaca agar pembaca tersebut
mampu memahami isi bacaan dengan baik dan mampu menemukan fokus
informasinya.
Sejak menginjak umur sekolah dasar, anak sudah diajarkan untuk
membaca. Hal tersebut dikarenakan membaca merupakan hal yang penting.
Membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan,
11
sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan
menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan (Somadayo, 2011 : 1).
Membaca untuk kesenangan mengandung pengertian bahwa aktivitas
membaca yang dilakukan lebih dikarenakan aktivitas yang dibutuhkan dan
dilakukan dengan senang (Sugihartati, 2010 : 4).
Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Dilanjutkan oleh pendapat Hodgson (1960: 43-44) dalam Tarigan (2008: 7)
yang menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses yang menuntut
agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan
yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik.
Somadayo (2011: 4) mengartikan membaca merupakan suatu
kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung di dalam bahan tulis. Disamping itu, membaca juga merupakan
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata.
Rahim (2008: 2-3) yang menyatakan bahwa membaca adalah sesuatu
yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual (menerjemahkan simbol tulis
ke dalam bunyi), berpikir psikolinguistik (pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi membaca kritis, dan membaca kreatif), dan metakognitif
(melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan
pengevaluasian).
Sejalan dengan itu, dalam membaca, tentu anak-anak tidak langsung
lancar dalam memaknai rangkaian huruf – huruf. Mereka perlu belajar dan
berlatih terus – menerus. Seperti yang diungkapkan oleh Dalman (2013: 5)
12
bahwa membaca adalah suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya
untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Oleh
sebab itulah, membaca tidak hanya memaknai rangkaian huruf – huruf yang
membentuk kata, kata yang membentuk kelompok kata, kalimat, paragraf,
dan wacana tetapi juga memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/
tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat
diterima dengan tepat oleh pembaca.
Chartrand R, et al dalam La lecture au cycle intermediare paragraf
pertama disebutkan bahwa “La lecture est tout ã la fois un outil de
connaissance et une source de plaisir inépuisable. L'apprentissage de la
lecture mise sur l'acquisition graduelle d'habiletés qui permettront aux
élèves de devenir des lecteurs compétents et des lectrices compétentes”.
Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa membaca sekaligus merupakan alat
pengetahuan dan suatu sumber kesenangan yang tiada habisnya.
Pembelajaranmembaca secara bertahap meningkatkan keterampilan yang
memungkinkan siswa untuk menjadi pembaca yang lebih cakap. Hal
tersebut dapat berarti, apabila ada seseorang yang membaca novel dengan
genre komedi, pembaca tersebut haruslah memahami isi bacaan novel
tersebut agar mengetahui makna kandungannya, sehingga pembaca dapat
merasakan suatu hiburan tersendiri.
Chen, J dalam Journal of Language Teaching and Research Volume
5, Number 5, September 2014 menyatakan bahwa “Reading is an active and
fluent process which involves the reader and the reading material in
building meaning”, yang berarti membaca adalah proses yang aktif dan
fasih yang mana melibatkan pembaca dan bahan bacaan dalam membangun
arti.
Anastasiou dan Griva (2009:283) dalam Miskiah (2014: paragraf ke7) menyatakan bahwa “Reading is a complex process including a
combination of perceptual,phsycholinguistic, and cognitive abilities”, yang
berarti membaca adalah proses yang kompleks, termasuk kombinasi dari
kemampuan kognitif, psikolinguistik, dan persepsi.
13
Berdasarkan berbagai definisi menurut para ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif yang
dilakukan pembaca dengan tujuan untuk memahami makna yang
terkandung dalam tulisan.
Dalam kajian membaca dikenal berbagai jenis membaca. salah
satunya ialah membaca pemahaman. Pada kelas V SD, salah satu
keterampilan yang dituntut pada membaca ialah membaca dengan
pemahaman yang baik (Dalman 2013: 72).
Dalman mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah sejenis
membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau
norma-norma kesastraan, resensi kritis, dan pola-pola fiksi (2013: 70).
Selanjutnya, Goodman (2001: 15) dalam Andayani (2009: 22)
menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses
merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca yangmana
proses merekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan terjadi prosesproses pembentukan dan pengujian hipotesis. Dilanjutkan oleh pendapat
Devine (1987: 230) yang mendefinisan bahwa, membaca pemahaman
adalah proses menggunakan informasi, sintaks, semantik, dan retoris yang
terdapat dalam teks tertulis yang tersusun dalam pemikiran pmbaca dengan
menggunakan pengetahuan umum yang dimilikinya, baik kemampuan
kognitif dan penalaran.
Selain itu, Tarigan (2008: 58) menyatakan bahwa membaca
pemahaman adalah jenis membaca yang memiliki tujuan untuk memahami
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi
kritis (critical review), drama tulis (printed drama),dan pola-pola fiksi
(pattern of fiction).
Pendapat lain menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan
suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan
dengan isi bacaan (Somadayo 2011: 10).
14
Brown (2001:297) dalam Slamet dan Saddhono (2012: 151)
menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca dengan penuh
penghayatan untuk menyerap suatu hal yang harus dikuasai oleh siswa atau
pembaca.
Chen, J dalam Journal of Language Teaching and Research Volume
5, Number 5, September 2014 menyatakan bahwa “Reading comprehension
is the interaction between the reader and the text”, yang berarti membaca
pemahaman adalah interaksi antara pembaca dengan teks tersebut. Itu
berarti terjadi proses yang aktif yang mana pembaca menduga, mengambil
kesimpulan dan menasirkan berdasarkan yang dibacanya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses yang
bertujuan untuk memahami isi bacaan, menarik kesimpulan bacaan, dan
menemukan ide pokok bacaan dan menghubungkan pengalaman pembaca
dengan isi bacaan sehingga memperoleh pemaknaan yang tepat.
Dari penjabaran di atas, telah diketahui tentang pengertian
keterampilan, membaca, dan membaca pemahaman,maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa keterampilan membaca pemahaman adalah suatu
kepandaian yang dimiliki individu untuk menggali ide – ide pokok dalam
suatu teks bacaan, menarik kesimpulan, dan memahami makna suatu arti
dalam bacaan. Adapun dalam penelitian ini, siswa dituntut untuk dapat
memenuhi beberapa indikator dalam membaca pemahaman, diantaranya
menemukan hal-hal penting dalam suatu teks bacaan, menceritakan kembali
isi teks yang dibacanya.
c. Karakteristik Keterampilan Membaca Pemahaman
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan 2008: 7).
Seringkali terjadi salah persepsi antara pembaca dengan penulis. Oleh
15
karena itu, pembaca diharuskan terampil agar mudah untuk memahami
bacaan.
Burns (1985:9) dalam Slamet dan Saddhono (2012:119) menyatakan
bahwa untuk memperoleh keterampilan pemahaman bacaan yang tinggi,
seseorang memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan. Selain
itu, latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna
sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca
Suatu hal pasti memiliki sudut pandang dalam mempertimbangkan
sesuatu, seperti halnya dalam keterampilan membaca pemahaman. Menurut
Tarigan (2008: 12) menyatakan terdapat aspek penting dalam membaca
pemahaman, yaitu :
1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
2) memahami signifikasi atau makna (a.1. maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/ keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan. (Broughton (et al) 1978:211)
Slamet dan Saddhono (2012:132) menyatakan bahwa terdapat halhal yang perlu dipertimbangkan dalam membaca pemahaman, yaitu :
1) Gagasan Pokok.
Dengan memahami gagasan pokok setiap paragraf, pembaca akan
lebih mudah dalam memahami wacana. Adapun cara untuk menentukan
gagasan pokok antara lain :
(a) memperhatikan paragraf sebagai suatu unit bacaan; (b)
membaca kalimat pertama dalam paragraf secara cermat.
Biasanya kalimat pertama paragraf merupakan pendukung ide
pokok; (c) jika kalimat pertama ternyata bukan kalimat topik,
langkah berikutnya adalah membaca kalimat terakhir dalam
paragraf. Ada kalanya penulis meletakkan pikiran utamanya pada
kalimat terakhir; (d) jika kalimat pertama ataupun kalimat terakhir
tidak sebagai topik, langkah yang diambil adalah memperhatikan
semua fakta dalam paragraf secara teliti untuk menemukan ide
pokoknya; (e) belajar mengenal kalimat dalam paragraf yang
tidak mendukung; (f) memperhatikan istilah bercetak tebal atau
miring; (g) menafsirkan pikiran penulis; (h) membaca dengan
tujuan akhir memperoleh fakta – fakta yang terinci yang dapat
menunjang pemahaman secara keseluruhan.
16
2) Gagasan Penjelas.
Gagasan penjelas adalah pokok pikiran pendukung yang terdapat
dala m paragraf. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk menjelaskan
kalimat topik ialah sebagai berikut :
(a) mengulang pikiran pertama dengan menggunakan kata lain; (b)
menunjukkan perbedaan maksud yang dikandung dalam pikiran utama
maupun yang tidak; (c) memberikan contoh, sehingga menambah
kejelasan; (d) memberikan pembenaran dengan cara menambah alasan
untuk mendukung ide pokok.
3) Unsur Intrinsik.
Unsur-unsur cerita yang terkandung di dalamnya dinamakan
unsur intrinsik. Unsur-unsur tersebut adalah tokoh, penokohan, latar,
alur, dan amanat.
4) Kesimpulan Bacaan/ Ringkasan Bacaan.
Menyimpulkan suatu bacaan merupakan kegiatan mengambil
ikhtisar dalam bacaan. Setelah siswa membaca bacaan dengan teliti,
siswa dapat membuat ringkasan bacaan menggunakan kata-kata yang
mudah dipahami. Meringkas bacaan/ menceritakan kembali isi wacana
merupakan langkah terakhir dalam kegiatan membaca pemahaman.
Adapun cara membuat ringkasan adalah sebagai berikut :
a) Membaca dengan baik bacaan yang akan diringkas. Apabila pembaca
membaca bacaan secara berulang-ulang makan akan mengetahui
kesan umum tentang bacaan tersebut secara menyeluruh.
b) Mencatat atau menandai gagasan-gagasan utama. Apabila sudah
menangkap kesan umum bacaan, pembaca membaca kembali bacaan
sambil mencatat gagasan-gagasan yang dianggap penting. Pokokpokok gagasan tersebut akan dipakai untuk menyusun sebuah
ringkasan
c) Menyusun ringkasan. Setelah selesai mencatat pokok bahasan,
selanjutnya adala menyusun pokok-pokok bahasan tersebut menjadi
sebuah paragraf yang padu. (Rosidi 2009)
17
Aktivitas yang terkandung dalam keterampilan
membaca
pemahaman ialah dengan membaca dalam hati. Membaca dalam hati
dibagi menjadi membaca ekstensif dan intensif. Selanjutnya membaca
ekstensif mencakup membaca survey, membaca sekilas, dan membaca
dangkal, sedangkan membaca intensif mencakup membaca telaah isi dan
membaca telaah bahasa. Membaca telah isi terdiri dari membaca teliti,
membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Untuk
membaca telaah bacaan terdiri dari membaca bahasa asing dan membaca
sastra.
Membaca pemahaman merupakan pintu utama untuk memperoleh
pengetahuan. Sebuah pengetahuan dapat diperoleh melalui pemahaman
terlebih dahulu. Dengan bekal pengetahuan itulah, manusia dapat
menyelesaikan permasalahan hidupnya. Pengetahuan–pengetahuan yang
diperolehnya tersebut tidak didapat secara singkat, tetapi melalui proses
belajar dan melalui berbagai tingkatan. Membaca pemahaman pada
hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman terhadap
wacana tulis (Somadayo 2011: 19).
Membaca pemahaman juga merupakan kelanjutan dari membaca
permulaan, bila pembaca sudah melalui tahap membaca permulaan, maka
pembaca berhak untuk melanjutkan ke tingkat membaca pemahaman.
Berhubungan dengan tingkatan membaca pemahaman, Dalman (2013 :
87-127) menyatakan bahwa membaca pemahaman dapat dikelompokkan
menjadi empat tingkatan, yaitu :
1.
Pemahaman Literal
Membaca dengan pemahaman literal merupakan membaca
teks bacaan dengan maksud memahami makna yang tersurat atau
memahami makna yang terdapat di dalam teks itu sendiri.
Menurutnya, dalam membaca literal, seorang pembaca dituntut
untuk mampu mengenali dan menangkap isi bacaan berupa detail,
ide pokok urutan, perbandingan, hubungan kausal, pelaku dalam
bacaan, dan lain-lain.
18
Untuk membangun pemahaman literal, siswa diberikan
panduan pertanyaan arahan, yaitu :
a. Siapa, untuk menyatakan orang/ binatang atau tokoh di
dalam wacana.
b. Apa, untuk menanyakan barang, peristiwa.
c. Di mana, untuk menanyakan tempat.
d. Kapan, untuk menanyakan waktu.
e. Bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu
peristiwa alasan sesuatu.
f. Mengapa untuk menanyakan sesuatu sebagaimana
disebutkan di dalam bacaan (Burn, Roe dan Ross dalam
http://dandea.blogspot.com).
2.
Pemahaman Interpretatif
Membaca dengan
pemahaman interpretatif merupakan
kegiatan membaca yang bertujuan agar para siswa mampu
menginterpretasi atau menafsirkan maksud pengarang. Dalam
membaca interpretatif, seorang pembaca harus mampu mengikuti
pikiran si pengarang dan masuk ke jalan ceritanya sehingga pembaca
dapat memahami maksud yang ingin disampaikan pengarang
terhadap teks yang dibacanya.
3. Pemahaman Kritis
Membaca dengan pemahaman kritis adalah membaca dengan
melihat motif penulis, kemudian menilainya. Dengan membaca
kritis, pembaca dapat mencerna informasi yang dibacanya lebih
mendalam.
4. Pemahaman Kreatif
Membaca dengan pemahaman kreatif adalah proses membaca
untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat
dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide – ide yang menonjol
atau mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah
didapatkan.
Menurut Somadayo (2011: 20) dalam proses membaca
pemahaman, pembaca menggunakan beberapa jenis membaca
19
pemahaman, yaitu membaca pemahaman literal, pemahaman
interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.
Pertama, membaca dengan pemahaman literal, merupakan
kemampuan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan
yang tertera secara tersurat (eksplisit). Dalam hal ini, pembaca tidak
menangkap makna yang lebih dalam lagi. Somadayo juga
menambahkan, hal yang termasuk dalam keterampilan membaca
literal antara lain :
1) mengenal kata, kalimat, dan pargraf; 2) mengenal unsur
detail, unsur perbandingan, dan unsur utama; 3) mengenal
unsur hubungan sebab-akibat; 5) menyatakan kembali unsur
perbandingan, unsur urutan, dan unsur sebab-akibat.
Kedua,
membaca
pemahaman
interpretasi,
merupakan
pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks
bacaan. Pemahaman interpretasi meliputi kegiatan penalaran sebagai
berikut :
(1) menarik kesimpulan; (2) membuat generalisasi; (3)
memahami
hubungan
sebab-akibat;
(4)
membuat
perbandingan-perbandingan; (5) menemukan hubunganhubungan baru antara fakta-fakta yang disebut dalam bacaan
(dalam Safi’ie 1994: 34).
Membaca interpretatif dapat meliputi pembuatan simpulan,
misalnya tentang gagasan utama bacaan, hubungan sebab-akibat,
serta analisis bacaan. Dalam hal ini, pembaca membuat simpulan
dari informasi yang implicit dengan mengombinasikan informasi
dalam teks dengan pengetahuan latar yang dimilikinya.
Ketiga, membaca pemahaman kritis, merupakan aktivitas
membaca yang pada saat membaca, pembaca terlihat aktif secara
mental untuk mengelola materi yang dibacanya. Di dalam mengelola
materi tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi aktivitas
memahami secara kritis, menerapkan secara kritis, menyintesis
secara kritis, dan mengevaluasi seara kritis.
20
Keempat, membaca pemahaman kreatif, merupakan tingkatan
tertinggi dalam membaca. Dalam membaca kreatif, pembaca tidak
hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna di
balik baris, melainkan juga mampu secara kreatif menerapkan hasil
membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Beberapa keterampilan
membaca kreatif yang perlu dilatihkan antara lain :1) mengikuti
petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya; 2) membuat
resensi buku; 3) memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang
disajikan dalam buku; 4) mengubah buku cerita (cerpen atau novel)
menjadi bentuk naskah drama dan sandiwara radio; 5)mengubah
puisi menjadi prosa; 6) mementaskan naskah drama; dan 7) membuat
kritik balikan dalam bentuk esai atau artikel popular.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam membaca pemahaman
memahami
suatu
bacaan,
yang tinggi,
menemukan
ide
seseorang dapat
pokok,
menarik
kesimpulan bacaan, serta menceritakan kembali suatu bacaan.
Tingkatan membaca pemahaman pada kelas V sekolah dasar dalam
penelitian ini ditekankan ke dalam membaca pemahaman literal dan
membaca pemahaman inferensial. Hal ini karena pada kegiatan
pembelajaran, siswa akan mempelajari teks bacaan secara tersurat
dan tersirat. Membaca dengan pemahaman literal digunakan untuk
mengenal dan menangkap makna tersurat dari isi bacaan, sedangkan
membaca dengan pemahaman inferensial digunakan untuk mengenal
dan menangkap makna yang tersirat dalam bacaan, seperti
menemukan gagasan dan menyimpulkan isi bacaan.
d. Urgensi Keterampilan Membaca Pemahaman
Salah satu cara untuk mengenal dunia yang begitu luas adalah
dengan membaca. Disitulah salah satu alasan betapa pentingnya membaca.
Seseorang yang menganggap dirinya tidak tahu akan suatu hal, dengan
membaca, seseorang akan mengetahui hal yang sebelumnya tidak
21
diketahuinya itu. Kegiatan membaca, khususnya membaca pemahaman
memiliki peranan peenting dalam upaya mengembangkan potensi diri.
Melalui membaca pemahaman, seseorang dapat mencari dan mendalami
berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan bekal keterampilan dalam
memahami bacaan, seseorang akan berkesempatan untuk mengubah suatu
keadaan menjadi lebih baik. Sebagai pelajar, dengan memiliki keterampilan
membaca pemahaman
yang tinggi,
tentu akan membantu
dalam
pengembangan bidang akademik maupun nonakademik.
Dalam membaca hendaknya memiliki tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Rahim 2008: 11).
Tarigan (2008: 9) menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca
adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan
memahami makna bacaan. Hampir sama dengan pendapat Tarigan, bahwa
pada dasarnya kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh
pesan atau memahami makna melalui bacaan (Dalman 2013: 11).
Ditambahkan oleh Anderson (2003) dalam Dalman (2013: 11) yang
mengungkapkan tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, yaitu:
1. Reading for details of fact (membaca untuk memperoleh fakta
dan perincian).
2. Reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide-ide
utama)
3. Reading for sequence or organization (membaca untuk
mengetahui urutan/ susunan struktur karangan).
4. Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan).
5. Reading to classify (membaca untuk mengelompokkan/
mengklasifikasikan).
6. Reading to evaluate ( membaca untuk menilai, mengevaluasi).
7. Reading to compare or contrast (membaca untuk
memperbandingkan/ mempertentangkan).
Sejalan dengan hal itu, maka membaca pemahaman juga memiliki
suatu tujuan. Menurut Greane dan Patty (Tarigan 1999: 37) dalam Andayani
(2009: 24) menyatakan tujuan membaca pemahaman diantaranya:
(1) menemukan ide pokok kalimat, paragraf, wacana; (2) memilih
butir-butir penting; (3) menentukan organisasi bacaan; (4) menarik
kesimpulan; (5) menduga makna dan meramalkan dampak-dampak;
22
(6) merangkum apa yang telah terjadi; (7) membedakan fakta dan
pendapat; (8) memperoleh informasi dari aneka sarana khusus
seperti ensiklopedia, atlas, peta, dan sebagainya.
Anderson (1972: 208) dalam Somadayo (2011: 12) menyatakan
bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan
dalam teks. Tujuan tersebut antara lain :
(1) membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta; (2)
membaca untuk mendapatkan ide pokok; (3) membaca untuk
mendapatkan urutan organisasi teks; (4) membaca untuk
mendapatkan kesimpulan; (5) membaca untuk mendapatkan
klasifikasi; (6) membaca untuk membuat perbandingan atau
pertentangan.
Dengan demikian, agar tercapainya tujuan tersebut, maka seseorang
haruslah membaca dengan sungguh-sungguh agar dapat memahami isi
bacaan dengan tepat. Selain itu, seorang pembaca perlu mencari teks yang
sesuai dengan tujuan membacanya. Apabila pembaca keliru dalam
menentukan teks bacaan (fiksi atau non fiksi), maka bisa jadi tujuan yang
ingin dicapai dapat keliru. Oleh sebab itu, sebelum membaca sebaiknya
menentukan terlebih dahulu tujuan membacanya, agar informasi yang
diinginkan dapat tercapai (Dalman 2013: 12).
Sesuatu yang memiliki tujuan, pasti akan memiliki manfaat. Begitu
juga dengan membaca pemahaman. Kegiatan membaca pemahaman
mendatangkan berbagai manfaat, seperti yang diungkapkan oleh Slamet
yaitu :
1. Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2. Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu
yang sangat berguna bagi kehidupan.
3. Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradapan dan
kebudayaan suatu bangsa.
4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia.
5. Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan
pikir, meningkatkan taraf hidup budaya keluarga, masyarakat,
nusa, dan bangsa.
6. Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat
mengantarkan seseorang menjadi cerdik pandai.
23
7. Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan
lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak,
berbicara, dan menulis.
8. Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap
eksistensi dan lain-lain (2009: 69).
Membaca adalah interaktif. Kegiatan membaca sangat bermanfaat
bagi pembacanya, karena pembaca akan menemui hal yang menjadi tujuan
yang ingin dicapainya. Seseorang akan mudah memahami bacaan apabila
teks yang dibacanya bersifat readable, namun ada teks yang sulit dipahami
sehingga pembaca juga kesulitan dalam menangkap makna bacaannya.
Dalam proses membaca terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berhasil
tidaknya bacaan tersebut dipahami oleh pembacanya. Menurut McLaughlin
& Allen (2002) dalam Rahim (2008: 4) terdapat prinsip – prinsip membaca
pemahaman adalah sebagai berikut:
(1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial; (2)
keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum
yang membantu perkembangan pemahaman; (3) guru membaca yang
professional (unggul) memengaruhi belajar siswa; (4) pembaca yang
baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam
proses membaca; (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks
yang bermakna; (6) siswa menemukan manfaat membaca yang
berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas; (7)
perkembangan
kosakata
dan
pembelajaran
memengaruhi
pemahaman membaca; (8) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci
pada proses pemahaman; (9) strategi dan keterampilan membaca
bisa diajarkan; (10) asesmen yang dinamis menginformasikan
pembelajaran membaca pemahaman.
Slamet dan Suddhono (2012:152) juga menyatakan tentang
prinsip–prinsip membaca pemahaman, yaitu :
1.
Pemahaman merupakan proses aktif, bukan pasif.
Aktivitas tersebut adalah menafsirkan bacaan yang dibacanya
sesuai dengan topik bacaan. Membaca pemahaman mengarah pada
menganalisis, menyintesis, mengevaluasi, dan mengaplikasi.
2.
Pemahaman memerlukan sejumlah besar pengambilan keputusan atau
kesimpulan.
24
Aktivitas ini memerlukan pemikiran yang kritis dan logis,
sehingga membuat pembaca kesulitan dalam membuat kesimpulan
suatu bacaan yang dibacanya.
3.
Pemahaman merupakan aktivitas dialog antara pembaca dan penulis.
Pembaca yang baik tidak hanya mampu menafsirkan hal yang
ada dalam bacaan berdasarkan persepsinya sendiri, tetapi juga harus
berusaha menafsirkannya sesuai maksud penulis, supaya tidak terjadi
mis-interpretasi.
Dengan demikian, agar seorang pembaca dapat menangkap
makna dari bacaan yang dibacanya, maka pembaca harus dapat
berperan aktif dalam proses membacanya. Hal tersebut juga diperkuat
oleh pendapat Brown (1984: 54) dalam Somadayo (2011: 16)
menyatakan bahwa prinsip utama pembaca yang baik adalah pembaca
yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca.
e. Keterampilan Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar
Di sekolah dasar, keterampilan membaca pemahaman diajarkan di
kelas tinggi. Dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman,
selain memperhatikan tujuan dari pembelajaran tersebut, hendaknya juga
memperhatikan mengenai karakteristik dari siswa tersebut.
Untuk
memperoleh keterampilan membaca, seseorang harus melalui proses
pembelajaran. Dalam prosesnya, menurut Somadayo (2011: 35) membaca
pemahaman memiliki tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Prabaca
Kegiatan ini dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan
membaca. Tugas guru ialah mengarahkan perhatian pada pengaktifan
pengalaman siswa yang dimilikinya yang berhubungan dengan topik
bacaan, misalnya ialah mengajukan pertanyaan tentang topik, kemudian
siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan menghubungkan latar
pengalaman yang dipunyai.
2. Tahap Saat Baca
25
Pada tahap ini pembelajar melibatkan kegiatan menganalisis cara
berpikir yang sedang berlangsung. Untuk itu, siswa perlu menjadi
pembelajar yang aktif. Menurut Rubin (1993) dalam Somadayo (2011:
37) kegiatan pada tahap saat baca dilakukan dengan mendorong siswa
agar terjadi diskusi tentang materi bacaan. Hal tersebut dimaksudkan
agar anak dapat memprediksi jawaban pertanyaan sesuai dengan tujuan
membaca
dan
mengetes
ketepatan
prediksi
mereka,
menyusun
pertanyaan untuk mengetes informasi yang diperolehnya dan bekerja
secara berkelompok/ individu, dan anak membuat ringkasan bacaan.
3. Tahap Pascabaca
Pada kegiatan ini, bertujuan untuk membantu siswa memadukan
informasi yang baru dibacanya dengan informasi yang telah dimilikinya,
sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
tahap-tahap dalam kegiatan membaca pemahaman yaitu: (1) menentukan
bacaan, (2) menentukan tujuan, (3) membaca bacaan secara menyeluruh, (4)
menceritakan kembali isi bacaan dalam beberapa kalimat dengan
kalimatnya sendiri.
Pada umumnya, di sekolah dasar telah memiliki jadwal khusus untuk
setiap mata pelajarannya. Jadwal tersebut diatur untuk memudahkan guru
dan siswa dalam proses belajar mengajar. Di Sekolah Dasar Negeri
Pucangan 03 Sukoharjo pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VA dalam
satu minggu dijadwalkan sebanyak dua kali pertemuan. Setiap pertemuan
mendapat alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit. Pada pembelajaran Bahasa
Indonesia tentang membaca pemahaman, SD Negeri Pucangan 03
Sukoharjo tidak ada jadwal khusus, karena guru hanya menyajikan materi
secara umum yang mencakup membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
dikeluarkan oleh Depdikbud, standar kompetensi (SK) untuk membaca
pemahaman pada siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 adalah semester
II adalah “memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai,
26
dan membaca cerita anak“. Standar Kompetensi tersebut disederhanakan
lagi menjadi Kompetensi Dasar, yaitu “menyimpulkan isi cerita dalam
beberapa kalimat”.
Berikut ini Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
digunakan :
Tabel 2. 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VA SD Negeri
Pucangan 03, Sukoharjo.
Standar Kompetensi
2. Membaca
Kompetensi Dasar
1.3 Membaca
Memahami teks dengan membaca
Menyimpulkan isi cerita dalam
sekilas, membaca memindai, dan
beberapa kalimat
membaca cerita anak.
f. Penilaian dalam Keterampilan Membaca Pemahaman
Penilaian adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh
mana tujuan – tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai siswa
(Sudjana 2006: 2)
Carrol dalam Ackersold & Field 1997: 56 menyatakan bahwa dalam
penilaian terhadap membaca pemahaman dapat digunakan pertanyaan
mengenai isi teks (Slamet & Sadhono 2012: 163).
Burns (1996: 245) dalam Somadayo (2011: 39) menyatakan bahwa
pemilihan wacana hendaknya mempertimbangkan :
1.
Tingkat kesulitan wacana yang ditentukan oleh kekomplekan kosa kata
dan struktur. Prosedur memperkirakan tingkat kesulitan wacana yang
dapat dilakukan guru adalah dengan teknik cloze
2.
Isi Wacana. Bacaan yang baik adalah bacaan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan jiwa dan kebutuhan pembacanya.
3.
Panjang – Pendek Wacana. Secara psikologis, siswa lebih senang pada
wacana yang pendek, karena tidak membutuhkan waktu lama untuk
membaca dan wacana pendek terlihat lebih mudah bagi mereka.
27
4.
Bentuk Wacana. Wacana yang digunakan antara lain dapat berbentuk
prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi.
Dalam kriteria pemilihan teks yang digunakan dalam pembelajaran
membaca, dituliskan bahwa panjang pendeknya teks tidak diatur karena
yang menjadi dasar pertimbangan kualitas teks. Selanjutnya, dalam
penilaian membaca pemahman, selain pertanyaan mengenai isi teks, dapat
juga dengan tes penyimpulan isi bacaan. Tes penyimpulan isi bacaan
merupakan pusat terakhir dari proses pemahaman (Tim Penyusun Pedoman
Skripsi FKIP UNS 2016: 106-107)
Menurut Slamet (2008: 209) dalam Putri A.D.S (2013) dalam
penilaian keterampilan membaca pemahaman, terdapat dua jenis taksonomi
yang dapat digunakan, yaitu taksonomi Bloom dan taksonomi Barret.
Taksonomi Bloom membedakan adanya tiga ranah (domain), yaitu
ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif dibedakan
menjadi 6 tingkatan, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Selanjutnya taksonomi Barret membedakan
adanya 5 kelompok intelektual dalam kegiatan menbaca
pemahaman, yaitu (1) literal, (penataan kembali), (3) inferensial, (4)
evaluative, dan apresiasi.
Menurut Nurgiyantoro (2011: 22) penilaian merupakan proses
sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk
menentukan seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan pendidikam. Dalam
tes keterampilan membaca pemahaman, siswa dituntut untuk dapat
memahami isi bacaan. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mencari hubungan
antarhal, perbedaan dan persamaan, sebab-akibat, dan sebagainya. Untuk
dapat mengukur dari tujuan pembelajaran tersebut maka diperlukan
penilaian yang sesuai dan tepat. Format penilaian keterampilan membaca
pemahaman dapat menggunakan teknik penilaian unjuk kerja. Unjuk kerja
dapat diamati dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Menurut
Suwandi (2009: 74) rating scale yaitu :
28
Penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai
tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian
nilai secara kontinum di mana penilaian kategori lebih dari dua.
Skala penilaian tersebutterentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Misalnya: 1 = tidak sempurna, 2 = cukup kompeten, 3 =
kompeten, 4 = sangat kompeten.
Bentuk tes atau cara penilaian dalam pembelajaran keterampilan
membaca pemahaman dapat melalui tes unjuk kerja. Untuk mengukur
pemahaman wacana yang dibaca secara tertulis maka dapat dilakukan
dengan pemberian tugas menceritakan kembali isi wacana. Penilaian
terhadap kinerja siswa, selain memperhitungkan aspek ketepatan unsur
kebahasaan, juga harus melibatkan ketepatan dan keakuratan isi yang
terkandung dalam wacana (Nurgiyantoro 2011:34-36).
Untuk menentukan tinggi rendahnya capaian kinerja siswa, maka
dapat digunakan rubrik. Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang
harus dibuat, yaitu kriteria dan tingkat capaian kinerja tiap kriteria. Kriteria
harus
dirumuskan
secara
singkat
dan
benar-benar
mencerminkan
kompetensi yang diukur. Dalam rubrik penilaian penulisan kembali cerita
yang telah dibaca dapat menggunakan aspek – aspek seperti pemahaman
dan ketepatan isi cerita, ketepatan organisasi teks, ketepatan diksi, ketepatan
struktur kalimat, ejaan dan tata tulis, serta kebermaknaan penceritaan
(Nurgiyantoro 2011 : 33-73).
Dalam menentukan nilai, tentunya guru tidak bersifat mutlak. Guru
haruslah mempertimbangkan perilaku siswa selama pembelajaran. Menurut
Sanjaya (2008: 7) sikap merupakan perasaan atau reaksi terhadap suatu
rangsangan yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak
senang terhadap munculnya aturan baru. Secara umum, objek aktivitas
siswa yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran keterampilan membaca
pemahaman meliputi sikapnya terhadap materi pelajaran, guru, proses
pembelajaran, dan yang berhubungan dengan norma suatu materi
pembelajaran (Suwandi 2009: 80).
29
2. Strategi True Or False (Benar atau Salah)
a. Pengertian Strategi True Or False
Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar.
Pembelajar harus mampu menggunakan strategi untuk menghadirkan
stimulus yang kompleks, memilih dan membuat kode bagian-bagian
stimulus, memecahkan masalah, dan melacak kembali informasi yang telah
dipelajari. Dalam melaksanakan tugas mengajarnya, guru dituntut untuk
memiliki strategi dalam melaksanakan pembelajaran.
Pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai upaya dalam
menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar mengajar. Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai
suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran
yang diinginkan.
Apabila dikaitkan dalam pembelajaran, strategi bisa diartikan
sebagai pola umum kegiatan antara guru dan siswa dalam suatu kegiatan
pembelajaran (Ngalimun 2012: 1). Sifat umum pola tersebut berarti bahwa
urutan perbuatan tampak digunakan oleh guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya menurut Winataputra dan Soekamto (1996: 78)
dalam Warsini (2013: 9) strategi dapat didefinisikan sebagai suatu kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu.
Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan
oleh seseorang atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Joni (1983)
menyatakan bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran (Hamdani 2011: 18).
Kemudian menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan
strategi adalah “Pendekatan menyeluruh yang berupa pedoman umum dan
30
kerangka kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan biasanya dijabarkan
dari pandangan falsafah atau teori tertentu”.
Syafrizal dalam Susanto (2015) menyatakan bahwa strategi adalah
cara untuk mencapai sebuah tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor
eksternal dan internal.
Dari pengetian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian strategi adalah suatu prosedur yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung agar suasana menjadi kondusif, sehingga tujuan
pembelajaran dalam tercapai.
Dalam pembelajaran, terdapat berbagai macam jenis strategi, salah
satunya adalah strategi pembelajaran aktif. Dalam jenisnya, strategi
pembelajaran aktif terdapat berbagai macam strategi di dalamnya, salah
satunya adalah strategi True Or False.
Menurut Silberman (2009: 94) strategi True Or False merupakan
salah satu strategi yang bertujuan untuk mengembangkan bangunan tim
(team building), berbagi pengetahuan, dan belajar langsung. Dalam hal ini
dapat diartikan bahwa yang terpenting adalah kerjasama dalam kelompok.
Selanjutnya, Zaini, dkk (2007: 24) mengatakan bahwa strategi True
Or Falsemerupakan aktivitas kolaboratif yang dapat mengajak peserta didik
untuk terlibat ke dalam materi pembelajaran dengan segera.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Zaini, dkk, TIM Penyusun
Modul PLPG UMS (2013: 24) juga menyatakan bahwa strategi True Or
Falsemerupakan aktivitas kolaboratif yang menumbuhkan kerjasama tim,
berbagi pengetahuan, dan belajar secara langsung terhadap materi
pembelajarannya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian strategi True Or False adalah salah satu cara
untuk memilih dan mengatur urutan peristiwa dan aktivitas selama proses
pembelajaran berlangsung yang bersifat kolaboratif yang ditujukan untuk
mengembangkan kerjasama dalam tim, berbagi pengetahuan, dan belajar
31
langsung. Dalam strategi True Or False keterampilan tim yang positif
sangat diperlukan.
b. Karakteristik Strategi True or False
Setiap strategi dalam pembelajaran memiliki sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang berbeda. Raharjo S. (2013) menyatakan bahwa,
dalam strategi True Or False cocok diterapkan bagi siswa SD. Strategi ini
dapat mengasah kemampuan siswa untuk menyatakan pendapatnya dan
menciptakan
suasana
menyenangkan
serta
aktif
selama
kegiatan
pembelajaran.
Menurut Indriani, dkk. (2013), strategi True Or False ditandai
dengan adanya aktivitas siswa dalam menjawab soal berupa pernyataanpernyataan. Siswa diminta menentukan mana pernyataan yang benar dan
mana pernyataan yang salah. Selain itu, strategi True Or False dapat
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang sering dihadapi siswa,
misalnya ketakutan, keragu-raguan, kurangnya percaya diri, kurangnya
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan sebagainya. Strategi ini
memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan
pendapatnya. Hal ini membuahkan hasil bahwa tidak adanya siswa yang
pasif dan lebih dominan.
c. Urgensi Strategi True or False
Dalam pembelajaran, terdapat berbagai macam jenis strategi, salah
satunya adalah strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif
merupakan strategi yang dapat mengajak siswa belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran. Dengan belajar aktif, siswa dapat menggunakan
pikirannya untuk mengungkapkan ide-ide dan memecahkan masalah, serta
diajak turut serta dalam proses pembelajaran. Diperkuat oleh Bonwell &
Eison dalam Eison, Jim Ph.D (2010: paragraf ke-satu) yang menyatakan
bahwa “Active learning instructional strategies include a wide range of
activities that share the common element of involving students in doing
things and thingking about the things they are doing” (strategi pembelajaran
32
aktif memasukkan bermacam-macam aktivitas secara bersama-sama yang
biasanya menyertakan siswa dalam melakukan sesuatu dan memikirkan
tentang berbagai hal yang mereka lakukan).
Eison J (2010: paragraf ke-2) menyatakan bahwa :
“Active learning instructional strategies can be created and used to
engage students in (a) thinking critically or creatively, (b)
speaking with a partner, in a small group, or with the entire class,
(c) expressing ideas through writing, (d) exploring personal attitudes
and values, (e) giving and receiving feedback, and (f) reflecting upon
the learning process”.
True Or False merupakan sebuah strategi pembelajaran aktif yang
berorientasi pada kondisi belajar yang partisipatif dari siswa. Dalam proses
pembelajaran, keaktifan siswa mempengaruhi berhasil tidaknya tujuan
pembelajaran tersebut, karena dengan siswa terlibat langsung, siswa akan
memiliki suatu pengalaman langsung, sehingga siswa dapat memaknai
pembelajaran tersebut.
Menurut Raharjo S. (2013), strategi True Or False dapat
membangun rasa ingin tahu siswa. Siswa dibagikan sebuah lipatan kertas
berwarna yang menarik dan dibentuk menyerupai origami yang berisikan
pernyataan–pernyataan
ataupun
pertanyaan-pertanyaan,
sehingga
memunculkan rasa ingin tahu dan menarik perhatian lebih pada saat
pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya, strategi true or fasle dapat membangun rasa keberanian
siswa dalam hal berbicara di hadapan orang lain. Ketika siswa selesai
mengidentifikasi pernyataan atau menjawab pertanyaan yang terdapat pada
kertas tersebut, siswa diminta untuk mempresentasikannya di hadapan siswa
yang lain. Dengan seperti itu, sikap keberanian siswa akan terlatih. Tidak
hanya sikap keberanian yang dapat dilatih melalui strategi true or fasle ini,
tetapi juga sikap percaya diri. Siswa dituntut untuk tidak ragu – ragu dalam
menyampaikan pendapat atau tanggapannya serta menjawab pertanyaan
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
33
Kemudian, menurut Raharjo (2013), kecepatan berpikir siswa juga
dapat terlatih. Ketika seorang siswa telah selesai menyampaikan
pendapatnya terhadap pernyataan yang ada atau telah selesai menjawab
pertanyaan yang ada, siswa yang lain diminta untuk menanggapi pendapat
temannya tersebut. Tanggapan tersebut dapat berupa memberi tambahan
pendapat atau justru menyalahkan pendapat atau jawaban yang telah
disampaikan temannya. Dengan begitu, kecepatan respontif siswa dapat
terlatih.
Dalam strategi True Or Falseini, siswa dituntut untuk dapat
menyampaikan pendapatnya. Dalam hal ini, tentu akan terdapat banyak
pendapat yang bermunculan. Ketika hal tersebut terjadi, guru akan diberi
kesempatan untuk memberikan suatu pesan moral kepada siswa mengenai
pentingnya menghargai pendapat orang lain. Dengan berbagai pengalaman –
pengalaman yang telah didapatkan siswa melalui strategi true or fasle ini,
akan menjadikan siswa untuk lebih mudah dalam memahami isi bacaan,
sehingga keterampilan membaca pemahaman siswa akan menigkat.
d. Implementasi Strategi True Or Falsedalam Keterampilan Membaca
Pemahaman
Pembelajaran
dengan
strategi
True
Or
False
merupakan
pembelajaran yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran,
salah satunya adalah keterampilan membaca pemahaman. Implementasi
untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman memiliki beberapa
langkah.
Menurut Silberman (1996: 94), langkah – langkah dalam
menerapkan strategi True Or Falseadalah sebagai berikut :
1. Compose a list of statements relating to your subject matter, half of
which are true and half of which are false. For example, the statement
“Marijuana is addictive” is true, and the statement, “Alcohol is an
stimulant” is false. Write each statement on a separate index card. Make
sure there are as many cards as there are students in the class. (If there is
an odd number of students, make up a card for yourself).
34
2. Distribute one card to each student. Tell the class that their mission is to
determine which cards are true and which are false. Explain that theys are
free to use any method they want to accomplish the taks.
3. When the class is finished, have each card read and obtain the class’s
opinion abut whether the statements is true or false. Allow for minority
views!
4. Give feedback about each card, and note the ways in which the calss
worked together on the assignment.
5. Indicate that the positive team skills shown will be necessary throughout
this class because of the active learning it will feaute.
Langkah-langkah di atas dapat diartikan sebagai berikut :
Pertama, guru diminta untuk membuat sebuah daftar pernyataan
yang berkaitan dengan materi pelajaran atau bacaan. Pernyataan tersebut
separuh benar dan separuhnya lagi salah. Sebagai contoh , pernyataan
“Mariyuana adalah candu” adalah benar, dan pernyataan, “Alkohol adalah
suatu stimulan” adalah salah. Kemudian, masing-masing pernyataan ditulis
dalam suatu kartu indeks yangterpisah. Pastikan ada banyak kartu sebanyak
peserta didik yang ada di kelas. (Jika ada satu nomor ganjil, buatlah kartu
untuk diri Anda sendiri).
Kedua, kartu-kartu tersebut dibagi kepada masing-masing siswa.
Seluruh kelas diberitahu bahwa misi mereka adalah menetapkan kartu-kartu
mana yang benar dan mana yang salah. Ketika selesai, siswa diminta
masing-masing kartu dibaca dan dapatkan opini kelas mengenai apakah
pernyataan itu benar atau salah.
Ketiga, guru meminta siswa untuk memberikan tanggapan balik
tentang tiap-tiap kartu.Tunjukkan bahwa keterampilan tim yang positif yang
ditunjukkan akan perlu bagi seluruh kelas ini karena pengajaran aktif akan
terwarnai.
Pakar lain yang menyatakan pendapatnya ialah Zaini, dkk (2007:
24). Menurutnya, langkah – langkah penerapan strategi True Or False
yaitu :
Pertama, guru membuatlist pernyataan yang berhubungan dengan
materi pelajaran, separuhnya adalah benar dan separuhnya lagi salah.
Misalnya adalah pernyataan “Paedagogi adalah pendekatan untuk mengajar
35
pada orang dewasa”, untuk pernyataan yang salah, dan“Metode pengajaran
dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dibuat”, untuk contoh yang
benar. Kemudian, menuliskan masing-masing pernyataan pada selembar
kertas yang berbeda. Harus dipastikan bahwa pernyataan yang dibuat sesuai
dengan jumlah siswa yang ada.
Kedua, memberikan setiap siswa dengan satu kertas, kemudian
mereka diminta untuk mengidentifikasi benar atau salahnya pernyataan
tersebut. Dalam hal ini, siswa diperbolehkan untuk berdiskusi dengan
temanna untuk menentukan jawaban.
Ketiga, apabila proses sebelumnya selesai, siswa diminta untuk
membacakan pernyataan-pernyataan tersebut dan guru meminta teman lain
untuk mengonfirmasi jawaban siswa tersebut benar atau salah.
Keempat, guru memberikan masukan untuk setiap jawaban, yang
disampaikan. Dalam hal ini, kerjasama kelompok yang positif akan sangat
membantu kelas karena ini adalah strategi belajar aktif.
Selanjutnya menurut TIM Penyusun Modul PLPG UMS (2013: 24)
langkah-langkah dalam penerapan strategi True Or False adalah sebagai
berikut :
1. Buatlah sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan materi
pelajaran, separuh benar dan separuh yang lain salah.
2. Tulis masing-masing pernyataan pada kertas yang berbeda dan
pastikan jumlah pernyataan yang dibuat sesuai dengan jumlah
siswa.
3. Beri setiap siswa satu kertas pernyataan dan masing-masing
diminta mengidentifikasi mana pernyataan yang benar dan mana
yang salah. Siswa boleh menggunakan cara dan argumentasi apa
saja untuk menentukan jawaban.
4. Jika proses di atas selesai, bacalah masing-masing pernyataan
dan mintalah jawaban dari kelas apakah pernyataan tersebut
benar atau salah.
5. Beri masukan untuk setiap jawaban, sampaikan cara kerja siswa
adalah bekerja bersama dalam tugas.
6. Tekankan bahwa kerjasama kelompok yang positif akan sangat
membantu.
Berdasarkan uraian langkah-langkah strategi True Or Falsedi atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah – langkah strategi True Or False
36
dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa
yaitu :
1. Guru memberikan apersesi dan motivasi belajar kepada siswa.
2. Guru
tujuan
pembelajaran
dan
menyampaikan
materi
pembelajaran
3. Guru menampilkan media pembelajaran.
4. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca dan
mempelajari kembali materi yang disampaikan selama ± 10
menit.
5. Siswa menutup semua bacaan dan bukunya.
6. Guru membagikan lipatan kertas menarik yang didalamnya
terdapat list pernyataan atau pertanyaan yang berhubungan
dengan materi dan bacaan kepada seluruh siswa.
7. Siswa diminta untuk mengidentifikasi pernyataan-pernyataan
ataupun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam lipatan
kertas tersebut .
8. Setelah selesai, siswa diminta membacakan masing-masing
pernyataan ataupun pertanyaannya beserta pendapat ataupun
jawabannya.
9. Guru meminta siswa yang lain untuk menanggapi hasil pendapat
atau jawaban dari siswa sebelumnya.
10. Setelah itu, siswa diminta untuk melipat kembali kertas tersebut
dan dikumpulkan kepada guru.
11. Kemudian siswa diminta untuk saling berkelompok.
12. Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan
bersama-sama. Lembar kerja kelompok tersebut berisikan
pertanyaan
yang
didasarkan
pada
pengetahuan
siswa
sebelumnya.
13. Guru mempersilakan siswa untuk menutup diskusinya dan
kemudian meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
37
14. Setelah selesai, masing-masing siswa dibagikan lembar evaluasi
yang ditujukan untuk mengukur keterampilan membaca
pemahaman siswa berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
sebelunya yang telah siswa lalui.
Dari kegiatan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman
melalui strategi True Or False tersebut, pembelajaran lebih mengarahkan
pada kegiatan siswa, sehingga siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Guru memantau dan memberian fasilitas kepada siswa untuk mingkatkan
keterampilan membaca pemahaman siswa.
38
3. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini sehingga dapat
membantu peneliti memperoleh gambaran mengenai prosedur penelitian daan
hasil yang diperoleh yaitu :
a.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fathan Al Farizi (2015)
dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui
Model Kooperatif Metode Talking Stick pada Siswa Kelas V SD Negeri 2
Trayu Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian Muhammad
Fathan Al Farizi (2015) menyatakan bahwa penggunaan model
kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas V SD Negeri 2 Trayu Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015.
Peningkatannya terlihat dari tiap siklus yang dilaksanakan. Pada kondisi
awal siswa yang nilainya ≥ 70 sejumlah 11 siswa dengan ketuntasan
klasikal 34,37 %. Pada siklus I siswa yang nilainya mencapai KKM
sebanyak 21 siswa dengan ketuntasan klasikal 65, 63%. Pada siklus II,
siswa yang nilainya mencapai KKM sejumlah 28 siswa dengan
ketuntasan klasikal 87,50%.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada
variabel
terikatnya,
yaitu
keterampilan
membaca
pemahaman.
Selanjutnya, perbedaanya terdapat pada variabel bebasnya, yaitu model
kooperatif metode talking stick, sementara dalam penelitian ini
menggunakan strategi True Or False. Selain itu juga terdapat perbedaan
pada subjek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan, serta tahun
ajaran pada penelitian tersebut.
b.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Dwi Setya Putri (2013) dengan
judul “Penggunaan Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
Read, Recite, Review) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Pemahaman dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (PTK Pada Siswa
Kelas V SD Negeri 01 Ngasem, Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran
2012/2013)”. Hasil penelitian Anggun Dwi Setya Putri (2013)
39
menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran SQ3R (Survey,
Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas
VA SDNegeri 01 Ngasem, Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran
2012/2013. Peningkatannya terlihat di setiap siklusnya. Pada kondisi
awal nilai rata-rata kelas adalah 63,11. Pada siklus I nilai rata-rata kelas
menjadi 72 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anggun Dwi Setya Putri (2013) terdapat pada variabel terikatnya, yaitu
keterampilan membaca pemahaman, sedangkan perbedaannya terdapat
pada variabel bebasnya, yaitu pada penelitian ini menggunakan strategi
True Or False, sementara penelitian yang dilakukan oleh Anggun Dwi
Setya Putri (2013) menggunakan metode SQ3R. Selain itu juga terdapat
perbedaan pada subjek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan,
serta tahun ajaran pada penelitian tersebut.
c.
Penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) dengan judul
“Pengaruh
Multimedia
Interaktif
Tipe
True
Or
False
dalam
Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Matematika Anak Tuna Grahita
Kelas
IV
di
SLB
ABCD
YSD
Polokarto
Tahun
Pelajaran
2010/2011”.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum
(2011) menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif tipe True
Or False prestasinya lebih baik daripada sebelum mendapat perlakuan.
Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil test setelah perlakuan diperoleh
skor 22,60, sedangkan sebelum diberi perlakuan rata-ratanya hanya
diperoleh 17,80.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anjar Setyaningrum (2011) adalah pada variabel bebasnya, yaitu samasama menggunakan strategi True Or False. Adapun perbedaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) dengan
penelitian ini terdapat pada variabel terikatnya, yaitu pada penelitian
yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) mengenai prestasi
40
belajar
matematika,
sedangkan
pada
penelitian
ini
mengenai
keterampilan membaca pemahaman. Selain itu juga terdapat perbedaan
pada subjek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan, serta tahun
ajaran pada penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, memperkuat peneliti untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman Melalui Strategi True Or False pada Siswa Kelas VA
SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Kerangka Berpikir
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru hendaknya mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan akan membuat siswa belajar menjadi
bermakna. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan, yaitu dengan melalui strategi True Or False.
Pada kondisi awal, pada pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya
tentang keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan
03 Sukoharjo tergolong rendah, terbukti dari hasil pratindakan yang menunjukkan
bahwa 23 siswa dari 27 siswa atau 85,18% nilainya belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Telah diketahui bahwa nilai KKM mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah 70.
Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya yaitu (1) guru
cenderung menggunakan metode ceramah, (2) peserta didik cenderung ramai dan
bermain dengan temannya, (3) kurangnya perhatian siswa terhadap guru, dan (4)
kurangnya strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mengubah kondisi pembelajaran
dengan menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini disusun suatu kerangka pemikiran mengenai
pembelajaran membaca pemahaman dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar melalui strategi True Or False.
41
Strategi True Or False dapat membantu meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun
Ajaran 2015/2016. Penggunaan strategi ini lebih meningkatkan daya ingat siswa
dan melatih kerjasama untuk saling berbagi pengetahuan, sehingga suasana
belajar lebih menarik dan menyenangkan. Strategi True Or False diterapkan pada
siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya terdapat dua kali pertemuan yang melalui
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa
dengan menerapkan strategi True Or False dapat meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun
Ajaran 2015/2016.
42
Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Kondisi
Pembelajaran yang
Keterampilan membaca
Awal
bersifat konvensional
pemahaman siswa rendah
Siklus I
Tindakan
Penerapan Strategi
1. Perencanaan
True or False pada
2. Tindakan
pembelajaran
3. Observasi
keterampilan membaca
4. Refleksi
pemahaman
Siklus II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
Kondisi
Melalui penerapan strategi
Akhir
true or false, keterampilan
membaca pemahaman
siswa kelas VA SD Negeri
Pucangan 03 Sukoharjo
Tahun Ajaran 2015/2016
meningkat
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Peningkatkan Keterampilan Membaca
Pemahaman Melalui Strategi True Or False pada Siswa Kelas VA SD Negeri
Pucangan 03, Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/ 2016.
43
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas,
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Melalui strategi True Or
False dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA
SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”.
Download