BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Membaca Pemahaman pada Siswa Sekolah Dasar a. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Dalam kaitannya dengan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu mengetahui karakteristik siswa agar dapat memberikan pembinaan yang baik, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan siswa dan keterampilan siswa, khususnya keterampilan membaca pemahaman. Di Indonesia, siswa sekolah dasar rata-rata memiliki usia 6-12 tahun yang memiliki karakteristik perkembangan tertentu sesuai dengan sebutan yang diberikan oleh orangtua maupun guru. Pada masa ini, anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada orangtuanya. Kebanyakan, anak usia SD sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya sehingga dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara lebih lama, namun mereka masih jauh dari memiliki kematangan fisik dan mereka masih tetap perlu aktif. Anak SD akan lebih tersiksa bila harus duduk dan memperhatikan guru dengan lama daripada berlari ata berpindah tempat (Wahab & Solehudin 1999: 49). Pada usia 6-12 tahun, anak ingin berbuat sesuatu yang menunjukkan hasil, memiliki ide yang banyak yang ingin ditampilkannya. Oleh karena itu, guru hendaknya memberi kesempatan dan rangsangan agar anak dapat mengembangkan berbagai keterampilan. Jean Piaget dalam (Hidayati, dkk, 2009: 1-29) menyatakan bahwa usia SD (7-12 tahun) berada pada stadium operasional konkret. Oleh karenanya guru harus mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan karakteristik siswa. Sumantri dan Syaodih (2008: 6.3) menyatakan bahwa anak SD memiliki empat karakteristik belajar, yakni anak SD senang bermain, karakteristik ini menuntut guru untuk merancang pembelajaran yang 8 9 menyenangkan. Selanjutnya, siswa SD senang bergerak, oleh karena itu guru hendaknya merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa berpindah tempat. Selain itu, siswa SD senang bekerja dalam kelompok serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Nasution (1992) dalam Evi (2010) menyatakan bahwa karakteristik siswa SD antara lain adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit. Siswa SD pada umumnya memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar yang tinggi. Pada masa ini, anak memandang nilai raport sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. Selain itu, siswa SD juga gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan tingkat perkembangan usia. Proses pembelajaran yang efektif bagi anak usia SD, khususnya kelas V harus disesuaikan dengan karakteristik belajar anak dan sesuai dengan tahap perkembangannya agar proses pembelajaran, khususnya keterampilan membaca pemahaman menjadi lebih bermakna. b. Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman Setiap orang terlahir dengan memiliki keterampilan. Keterampilan tersebut merupakan talenta yang diberikan dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umatnya. Keterampilan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Hal yang membedakan ialah terdapat pada tingkat keterampilannya itu sendiri. Keterampilan seseorang akan semakin baik bila dilatih secara terus menerus. Soemarjadi, dkk (2001:3) menyatakan bahwa kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Selanjutnya, terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Salah satu ciri orang yang terampil ialah tidak ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan tersebut. Apabila seseorang lamban dalam melakukan suatu kegiatan, maka orang tersebut belum dikatakan terampil. 10 Sanjaya (2008: 7) menyatakan bahwa keterampilan atau skill adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki keterampilan tentang cara menggunakan microscope sebagai alat. Contoh lain misalnya terdapat restoran yang menunjukkan keterampilan chefnya dalam menggunakan peralatan masak untuk mengolah makanannya agar menarik minat pembeli. Syah (2010: 117) mengatakan bahwa keterampilan yaitu: Kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otototot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Hernawan, dkk (2009: 9.33) keterampilan yaitu suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental. Tugas guru ialah memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran dengan mempertimbangkan kriteria secara psikologis dan sosiologis, kompleksitas, rasional, fungsional, dan keseimbangan. Dari beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan adalah kepandaian yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang telah dibebankannya dengan cepat dan benar.Selain keterampilan mengenai cara menggunakan microscope dan keterampilan menggunkan peralatan masak, terdapat pula keterampilan dalam berbahasa, salah satunya ialah keterampilan membaca. Keterampilan dibutuhkan oleh seorang pembaca agar pembaca tersebut mampu memahami isi bacaan dengan baik dan mampu menemukan fokus informasinya. Sejak menginjak umur sekolah dasar, anak sudah diajarkan untuk membaca. Hal tersebut dikarenakan membaca merupakan hal yang penting. Membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan, 11 sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan (Somadayo, 2011 : 1). Membaca untuk kesenangan mengandung pengertian bahwa aktivitas membaca yang dilakukan lebih dikarenakan aktivitas yang dibutuhkan dan dilakukan dengan senang (Sugihartati, 2010 : 4). Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dilanjutkan oleh pendapat Hodgson (1960: 43-44) dalam Tarigan (2008: 7) yang menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Somadayo (2011: 4) mengartikan membaca merupakan suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Disamping itu, membaca juga merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata. Rahim (2008: 2-3) yang menyatakan bahwa membaca adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual (menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi), berpikir psikolinguistik (pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi membaca kritis, dan membaca kreatif), dan metakognitif (melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian). Sejalan dengan itu, dalam membaca, tentu anak-anak tidak langsung lancar dalam memaknai rangkaian huruf – huruf. Mereka perlu belajar dan berlatih terus – menerus. Seperti yang diungkapkan oleh Dalman (2013: 5) 12 bahwa membaca adalah suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Oleh sebab itulah, membaca tidak hanya memaknai rangkaian huruf – huruf yang membentuk kata, kata yang membentuk kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana tetapi juga memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima dengan tepat oleh pembaca. Chartrand R, et al dalam La lecture au cycle intermediare paragraf pertama disebutkan bahwa “La lecture est tout ã la fois un outil de connaissance et une source de plaisir inépuisable. L'apprentissage de la lecture mise sur l'acquisition graduelle d'habiletés qui permettront aux élèves de devenir des lecteurs compétents et des lectrices compétentes”. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa membaca sekaligus merupakan alat pengetahuan dan suatu sumber kesenangan yang tiada habisnya. Pembelajaranmembaca secara bertahap meningkatkan keterampilan yang memungkinkan siswa untuk menjadi pembaca yang lebih cakap. Hal tersebut dapat berarti, apabila ada seseorang yang membaca novel dengan genre komedi, pembaca tersebut haruslah memahami isi bacaan novel tersebut agar mengetahui makna kandungannya, sehingga pembaca dapat merasakan suatu hiburan tersendiri. Chen, J dalam Journal of Language Teaching and Research Volume 5, Number 5, September 2014 menyatakan bahwa “Reading is an active and fluent process which involves the reader and the reading material in building meaning”, yang berarti membaca adalah proses yang aktif dan fasih yang mana melibatkan pembaca dan bahan bacaan dalam membangun arti. Anastasiou dan Griva (2009:283) dalam Miskiah (2014: paragraf ke7) menyatakan bahwa “Reading is a complex process including a combination of perceptual,phsycholinguistic, and cognitive abilities”, yang berarti membaca adalah proses yang kompleks, termasuk kombinasi dari kemampuan kognitif, psikolinguistik, dan persepsi. 13 Berdasarkan berbagai definisi menurut para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif yang dilakukan pembaca dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam tulisan. Dalam kajian membaca dikenal berbagai jenis membaca. salah satunya ialah membaca pemahaman. Pada kelas V SD, salah satu keterampilan yang dituntut pada membaca ialah membaca dengan pemahaman yang baik (Dalman 2013: 72). Dalman mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, dan pola-pola fiksi (2013: 70). Selanjutnya, Goodman (2001: 15) dalam Andayani (2009: 22) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca yangmana proses merekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan terjadi prosesproses pembentukan dan pengujian hipotesis. Dilanjutkan oleh pendapat Devine (1987: 230) yang mendefinisan bahwa, membaca pemahaman adalah proses menggunakan informasi, sintaks, semantik, dan retoris yang terdapat dalam teks tertulis yang tersusun dalam pemikiran pmbaca dengan menggunakan pengetahuan umum yang dimilikinya, baik kemampuan kognitif dan penalaran. Selain itu, Tarigan (2008: 58) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah jenis membaca yang memiliki tujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama),dan pola-pola fiksi (pattern of fiction). Pendapat lain menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan (Somadayo 2011: 10). 14 Brown (2001:297) dalam Slamet dan Saddhono (2012: 151) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap suatu hal yang harus dikuasai oleh siswa atau pembaca. Chen, J dalam Journal of Language Teaching and Research Volume 5, Number 5, September 2014 menyatakan bahwa “Reading comprehension is the interaction between the reader and the text”, yang berarti membaca pemahaman adalah interaksi antara pembaca dengan teks tersebut. Itu berarti terjadi proses yang aktif yang mana pembaca menduga, mengambil kesimpulan dan menasirkan berdasarkan yang dibacanya. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memahami isi bacaan, menarik kesimpulan bacaan, dan menemukan ide pokok bacaan dan menghubungkan pengalaman pembaca dengan isi bacaan sehingga memperoleh pemaknaan yang tepat. Dari penjabaran di atas, telah diketahui tentang pengertian keterampilan, membaca, dan membaca pemahaman,maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan membaca pemahaman adalah suatu kepandaian yang dimiliki individu untuk menggali ide – ide pokok dalam suatu teks bacaan, menarik kesimpulan, dan memahami makna suatu arti dalam bacaan. Adapun dalam penelitian ini, siswa dituntut untuk dapat memenuhi beberapa indikator dalam membaca pemahaman, diantaranya menemukan hal-hal penting dalam suatu teks bacaan, menceritakan kembali isi teks yang dibacanya. c. Karakteristik Keterampilan Membaca Pemahaman Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan 2008: 7). Seringkali terjadi salah persepsi antara pembaca dengan penulis. Oleh 15 karena itu, pembaca diharuskan terampil agar mudah untuk memahami bacaan. Burns (1985:9) dalam Slamet dan Saddhono (2012:119) menyatakan bahwa untuk memperoleh keterampilan pemahaman bacaan yang tinggi, seseorang memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan. Selain itu, latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca Suatu hal pasti memiliki sudut pandang dalam mempertimbangkan sesuatu, seperti halnya dalam keterampilan membaca pemahaman. Menurut Tarigan (2008: 12) menyatakan terdapat aspek penting dalam membaca pemahaman, yaitu : 1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); 2) memahami signifikasi atau makna (a.1. maksud dan tujuan pengarang, relevansi/ keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); 3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); 4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. (Broughton (et al) 1978:211) Slamet dan Saddhono (2012:132) menyatakan bahwa terdapat halhal yang perlu dipertimbangkan dalam membaca pemahaman, yaitu : 1) Gagasan Pokok. Dengan memahami gagasan pokok setiap paragraf, pembaca akan lebih mudah dalam memahami wacana. Adapun cara untuk menentukan gagasan pokok antara lain : (a) memperhatikan paragraf sebagai suatu unit bacaan; (b) membaca kalimat pertama dalam paragraf secara cermat. Biasanya kalimat pertama paragraf merupakan pendukung ide pokok; (c) jika kalimat pertama ternyata bukan kalimat topik, langkah berikutnya adalah membaca kalimat terakhir dalam paragraf. Ada kalanya penulis meletakkan pikiran utamanya pada kalimat terakhir; (d) jika kalimat pertama ataupun kalimat terakhir tidak sebagai topik, langkah yang diambil adalah memperhatikan semua fakta dalam paragraf secara teliti untuk menemukan ide pokoknya; (e) belajar mengenal kalimat dalam paragraf yang tidak mendukung; (f) memperhatikan istilah bercetak tebal atau miring; (g) menafsirkan pikiran penulis; (h) membaca dengan tujuan akhir memperoleh fakta – fakta yang terinci yang dapat menunjang pemahaman secara keseluruhan. 16 2) Gagasan Penjelas. Gagasan penjelas adalah pokok pikiran pendukung yang terdapat dala m paragraf. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk menjelaskan kalimat topik ialah sebagai berikut : (a) mengulang pikiran pertama dengan menggunakan kata lain; (b) menunjukkan perbedaan maksud yang dikandung dalam pikiran utama maupun yang tidak; (c) memberikan contoh, sehingga menambah kejelasan; (d) memberikan pembenaran dengan cara menambah alasan untuk mendukung ide pokok. 3) Unsur Intrinsik. Unsur-unsur cerita yang terkandung di dalamnya dinamakan unsur intrinsik. Unsur-unsur tersebut adalah tokoh, penokohan, latar, alur, dan amanat. 4) Kesimpulan Bacaan/ Ringkasan Bacaan. Menyimpulkan suatu bacaan merupakan kegiatan mengambil ikhtisar dalam bacaan. Setelah siswa membaca bacaan dengan teliti, siswa dapat membuat ringkasan bacaan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami. Meringkas bacaan/ menceritakan kembali isi wacana merupakan langkah terakhir dalam kegiatan membaca pemahaman. Adapun cara membuat ringkasan adalah sebagai berikut : a) Membaca dengan baik bacaan yang akan diringkas. Apabila pembaca membaca bacaan secara berulang-ulang makan akan mengetahui kesan umum tentang bacaan tersebut secara menyeluruh. b) Mencatat atau menandai gagasan-gagasan utama. Apabila sudah menangkap kesan umum bacaan, pembaca membaca kembali bacaan sambil mencatat gagasan-gagasan yang dianggap penting. Pokokpokok gagasan tersebut akan dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan c) Menyusun ringkasan. Setelah selesai mencatat pokok bahasan, selanjutnya adala menyusun pokok-pokok bahasan tersebut menjadi sebuah paragraf yang padu. (Rosidi 2009) 17 Aktivitas yang terkandung dalam keterampilan membaca pemahaman ialah dengan membaca dalam hati. Membaca dalam hati dibagi menjadi membaca ekstensif dan intensif. Selanjutnya membaca ekstensif mencakup membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, sedangkan membaca intensif mencakup membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. Untuk membaca telaah bacaan terdiri dari membaca bahasa asing dan membaca sastra. Membaca pemahaman merupakan pintu utama untuk memperoleh pengetahuan. Sebuah pengetahuan dapat diperoleh melalui pemahaman terlebih dahulu. Dengan bekal pengetahuan itulah, manusia dapat menyelesaikan permasalahan hidupnya. Pengetahuan–pengetahuan yang diperolehnya tersebut tidak didapat secara singkat, tetapi melalui proses belajar dan melalui berbagai tingkatan. Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman terhadap wacana tulis (Somadayo 2011: 19). Membaca pemahaman juga merupakan kelanjutan dari membaca permulaan, bila pembaca sudah melalui tahap membaca permulaan, maka pembaca berhak untuk melanjutkan ke tingkat membaca pemahaman. Berhubungan dengan tingkatan membaca pemahaman, Dalman (2013 : 87-127) menyatakan bahwa membaca pemahaman dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu : 1. Pemahaman Literal Membaca dengan pemahaman literal merupakan membaca teks bacaan dengan maksud memahami makna yang tersurat atau memahami makna yang terdapat di dalam teks itu sendiri. Menurutnya, dalam membaca literal, seorang pembaca dituntut untuk mampu mengenali dan menangkap isi bacaan berupa detail, ide pokok urutan, perbandingan, hubungan kausal, pelaku dalam bacaan, dan lain-lain. 18 Untuk membangun pemahaman literal, siswa diberikan panduan pertanyaan arahan, yaitu : a. Siapa, untuk menyatakan orang/ binatang atau tokoh di dalam wacana. b. Apa, untuk menanyakan barang, peristiwa. c. Di mana, untuk menanyakan tempat. d. Kapan, untuk menanyakan waktu. e. Bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan sesuatu. f. Mengapa untuk menanyakan sesuatu sebagaimana disebutkan di dalam bacaan (Burn, Roe dan Ross dalam http://dandea.blogspot.com). 2. Pemahaman Interpretatif Membaca dengan pemahaman interpretatif merupakan kegiatan membaca yang bertujuan agar para siswa mampu menginterpretasi atau menafsirkan maksud pengarang. Dalam membaca interpretatif, seorang pembaca harus mampu mengikuti pikiran si pengarang dan masuk ke jalan ceritanya sehingga pembaca dapat memahami maksud yang ingin disampaikan pengarang terhadap teks yang dibacanya. 3. Pemahaman Kritis Membaca dengan pemahaman kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis, kemudian menilainya. Dengan membaca kritis, pembaca dapat mencerna informasi yang dibacanya lebih mendalam. 4. Pemahaman Kreatif Membaca dengan pemahaman kreatif adalah proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide – ide yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Menurut Somadayo (2011: 20) dalam proses membaca pemahaman, pembaca menggunakan beberapa jenis membaca 19 pemahaman, yaitu membaca pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif. Pertama, membaca dengan pemahaman literal, merupakan kemampuan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Dalam hal ini, pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi. Somadayo juga menambahkan, hal yang termasuk dalam keterampilan membaca literal antara lain : 1) mengenal kata, kalimat, dan pargraf; 2) mengenal unsur detail, unsur perbandingan, dan unsur utama; 3) mengenal unsur hubungan sebab-akibat; 5) menyatakan kembali unsur perbandingan, unsur urutan, dan unsur sebab-akibat. Kedua, membaca pemahaman interpretasi, merupakan pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Pemahaman interpretasi meliputi kegiatan penalaran sebagai berikut : (1) menarik kesimpulan; (2) membuat generalisasi; (3) memahami hubungan sebab-akibat; (4) membuat perbandingan-perbandingan; (5) menemukan hubunganhubungan baru antara fakta-fakta yang disebut dalam bacaan (dalam Safi’ie 1994: 34). Membaca interpretatif dapat meliputi pembuatan simpulan, misalnya tentang gagasan utama bacaan, hubungan sebab-akibat, serta analisis bacaan. Dalam hal ini, pembaca membuat simpulan dari informasi yang implicit dengan mengombinasikan informasi dalam teks dengan pengetahuan latar yang dimilikinya. Ketiga, membaca pemahaman kritis, merupakan aktivitas membaca yang pada saat membaca, pembaca terlihat aktif secara mental untuk mengelola materi yang dibacanya. Di dalam mengelola materi tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi aktivitas memahami secara kritis, menerapkan secara kritis, menyintesis secara kritis, dan mengevaluasi seara kritis. 20 Keempat, membaca pemahaman kreatif, merupakan tingkatan tertinggi dalam membaca. Dalam membaca kreatif, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna di balik baris, melainkan juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Beberapa keterampilan membaca kreatif yang perlu dilatihkan antara lain :1) mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya; 2) membuat resensi buku; 3) memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku; 4) mengubah buku cerita (cerpen atau novel) menjadi bentuk naskah drama dan sandiwara radio; 5)mengubah puisi menjadi prosa; 6) mementaskan naskah drama; dan 7) membuat kritik balikan dalam bentuk esai atau artikel popular. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam membaca pemahaman memahami suatu bacaan, yang tinggi, menemukan ide seseorang dapat pokok, menarik kesimpulan bacaan, serta menceritakan kembali suatu bacaan. Tingkatan membaca pemahaman pada kelas V sekolah dasar dalam penelitian ini ditekankan ke dalam membaca pemahaman literal dan membaca pemahaman inferensial. Hal ini karena pada kegiatan pembelajaran, siswa akan mempelajari teks bacaan secara tersurat dan tersirat. Membaca dengan pemahaman literal digunakan untuk mengenal dan menangkap makna tersurat dari isi bacaan, sedangkan membaca dengan pemahaman inferensial digunakan untuk mengenal dan menangkap makna yang tersirat dalam bacaan, seperti menemukan gagasan dan menyimpulkan isi bacaan. d. Urgensi Keterampilan Membaca Pemahaman Salah satu cara untuk mengenal dunia yang begitu luas adalah dengan membaca. Disitulah salah satu alasan betapa pentingnya membaca. Seseorang yang menganggap dirinya tidak tahu akan suatu hal, dengan membaca, seseorang akan mengetahui hal yang sebelumnya tidak 21 diketahuinya itu. Kegiatan membaca, khususnya membaca pemahaman memiliki peranan peenting dalam upaya mengembangkan potensi diri. Melalui membaca pemahaman, seseorang dapat mencari dan mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan bekal keterampilan dalam memahami bacaan, seseorang akan berkesempatan untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Sebagai pelajar, dengan memiliki keterampilan membaca pemahaman yang tinggi, tentu akan membantu dalam pengembangan bidang akademik maupun nonakademik. Dalam membaca hendaknya memiliki tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Rahim 2008: 11). Tarigan (2008: 9) menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Hampir sama dengan pendapat Tarigan, bahwa pada dasarnya kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna melalui bacaan (Dalman 2013: 11). Ditambahkan oleh Anderson (2003) dalam Dalman (2013: 11) yang mengungkapkan tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, yaitu: 1. Reading for details of fact (membaca untuk memperoleh fakta dan perincian). 2. Reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide-ide utama) 3. Reading for sequence or organization (membaca untuk mengetahui urutan/ susunan struktur karangan). 4. Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan). 5. Reading to classify (membaca untuk mengelompokkan/ mengklasifikasikan). 6. Reading to evaluate ( membaca untuk menilai, mengevaluasi). 7. Reading to compare or contrast (membaca untuk memperbandingkan/ mempertentangkan). Sejalan dengan hal itu, maka membaca pemahaman juga memiliki suatu tujuan. Menurut Greane dan Patty (Tarigan 1999: 37) dalam Andayani (2009: 24) menyatakan tujuan membaca pemahaman diantaranya: (1) menemukan ide pokok kalimat, paragraf, wacana; (2) memilih butir-butir penting; (3) menentukan organisasi bacaan; (4) menarik kesimpulan; (5) menduga makna dan meramalkan dampak-dampak; 22 (6) merangkum apa yang telah terjadi; (7) membedakan fakta dan pendapat; (8) memperoleh informasi dari aneka sarana khusus seperti ensiklopedia, atlas, peta, dan sebagainya. Anderson (1972: 208) dalam Somadayo (2011: 12) menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain : (1) membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta; (2) membaca untuk mendapatkan ide pokok; (3) membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks; (4) membaca untuk mendapatkan kesimpulan; (5) membaca untuk mendapatkan klasifikasi; (6) membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan. Dengan demikian, agar tercapainya tujuan tersebut, maka seseorang haruslah membaca dengan sungguh-sungguh agar dapat memahami isi bacaan dengan tepat. Selain itu, seorang pembaca perlu mencari teks yang sesuai dengan tujuan membacanya. Apabila pembaca keliru dalam menentukan teks bacaan (fiksi atau non fiksi), maka bisa jadi tujuan yang ingin dicapai dapat keliru. Oleh sebab itu, sebelum membaca sebaiknya menentukan terlebih dahulu tujuan membacanya, agar informasi yang diinginkan dapat tercapai (Dalman 2013: 12). Sesuatu yang memiliki tujuan, pasti akan memiliki manfaat. Begitu juga dengan membaca pemahaman. Kegiatan membaca pemahaman mendatangkan berbagai manfaat, seperti yang diungkapkan oleh Slamet yaitu : 1. Memperoleh banyak pengalaman hidup. 2. Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. 3. Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradapan dan kebudayaan suatu bangsa. 4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. 5. Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan pikir, meningkatkan taraf hidup budaya keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsa. 6. Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik pandai. 23 7. Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. 8. Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksistensi dan lain-lain (2009: 69). Membaca adalah interaktif. Kegiatan membaca sangat bermanfaat bagi pembacanya, karena pembaca akan menemui hal yang menjadi tujuan yang ingin dicapainya. Seseorang akan mudah memahami bacaan apabila teks yang dibacanya bersifat readable, namun ada teks yang sulit dipahami sehingga pembaca juga kesulitan dalam menangkap makna bacaannya. Dalam proses membaca terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya bacaan tersebut dipahami oleh pembacanya. Menurut McLaughlin & Allen (2002) dalam Rahim (2008: 4) terdapat prinsip – prinsip membaca pemahaman adalah sebagai berikut: (1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial; (2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman; (3) guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa; (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca; (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna; (6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas; (7) perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca; (8) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman; (9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan; (10) asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman. Slamet dan Suddhono (2012:152) juga menyatakan tentang prinsip–prinsip membaca pemahaman, yaitu : 1. Pemahaman merupakan proses aktif, bukan pasif. Aktivitas tersebut adalah menafsirkan bacaan yang dibacanya sesuai dengan topik bacaan. Membaca pemahaman mengarah pada menganalisis, menyintesis, mengevaluasi, dan mengaplikasi. 2. Pemahaman memerlukan sejumlah besar pengambilan keputusan atau kesimpulan. 24 Aktivitas ini memerlukan pemikiran yang kritis dan logis, sehingga membuat pembaca kesulitan dalam membuat kesimpulan suatu bacaan yang dibacanya. 3. Pemahaman merupakan aktivitas dialog antara pembaca dan penulis. Pembaca yang baik tidak hanya mampu menafsirkan hal yang ada dalam bacaan berdasarkan persepsinya sendiri, tetapi juga harus berusaha menafsirkannya sesuai maksud penulis, supaya tidak terjadi mis-interpretasi. Dengan demikian, agar seorang pembaca dapat menangkap makna dari bacaan yang dibacanya, maka pembaca harus dapat berperan aktif dalam proses membacanya. Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Brown (1984: 54) dalam Somadayo (2011: 16) menyatakan bahwa prinsip utama pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. e. Keterampilan Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar Di sekolah dasar, keterampilan membaca pemahaman diajarkan di kelas tinggi. Dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman, selain memperhatikan tujuan dari pembelajaran tersebut, hendaknya juga memperhatikan mengenai karakteristik dari siswa tersebut. Untuk memperoleh keterampilan membaca, seseorang harus melalui proses pembelajaran. Dalam prosesnya, menurut Somadayo (2011: 35) membaca pemahaman memiliki tiga tahap, yaitu : 1. Tahap Prabaca Kegiatan ini dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Tugas guru ialah mengarahkan perhatian pada pengaktifan pengalaman siswa yang dimilikinya yang berhubungan dengan topik bacaan, misalnya ialah mengajukan pertanyaan tentang topik, kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan menghubungkan latar pengalaman yang dipunyai. 2. Tahap Saat Baca 25 Pada tahap ini pembelajar melibatkan kegiatan menganalisis cara berpikir yang sedang berlangsung. Untuk itu, siswa perlu menjadi pembelajar yang aktif. Menurut Rubin (1993) dalam Somadayo (2011: 37) kegiatan pada tahap saat baca dilakukan dengan mendorong siswa agar terjadi diskusi tentang materi bacaan. Hal tersebut dimaksudkan agar anak dapat memprediksi jawaban pertanyaan sesuai dengan tujuan membaca dan mengetes ketepatan prediksi mereka, menyusun pertanyaan untuk mengetes informasi yang diperolehnya dan bekerja secara berkelompok/ individu, dan anak membuat ringkasan bacaan. 3. Tahap Pascabaca Pada kegiatan ini, bertujuan untuk membantu siswa memadukan informasi yang baru dibacanya dengan informasi yang telah dimilikinya, sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tahap-tahap dalam kegiatan membaca pemahaman yaitu: (1) menentukan bacaan, (2) menentukan tujuan, (3) membaca bacaan secara menyeluruh, (4) menceritakan kembali isi bacaan dalam beberapa kalimat dengan kalimatnya sendiri. Pada umumnya, di sekolah dasar telah memiliki jadwal khusus untuk setiap mata pelajarannya. Jadwal tersebut diatur untuk memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Di Sekolah Dasar Negeri Pucangan 03 Sukoharjo pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VA dalam satu minggu dijadwalkan sebanyak dua kali pertemuan. Setiap pertemuan mendapat alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca pemahaman, SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo tidak ada jadwal khusus, karena guru hanya menyajikan materi secara umum yang mencakup membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh Depdikbud, standar kompetensi (SK) untuk membaca pemahaman pada siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 adalah semester II adalah “memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, 26 dan membaca cerita anak“. Standar Kompetensi tersebut disederhanakan lagi menjadi Kompetensi Dasar, yaitu “menyimpulkan isi cerita dalam beberapa kalimat”. Berikut ini Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan : Tabel 2. 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VA SD Negeri Pucangan 03, Sukoharjo. Standar Kompetensi 2. Membaca Kompetensi Dasar 1.3 Membaca Memahami teks dengan membaca Menyimpulkan isi cerita dalam sekilas, membaca memindai, dan beberapa kalimat membaca cerita anak. f. Penilaian dalam Keterampilan Membaca Pemahaman Penilaian adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan – tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai siswa (Sudjana 2006: 2) Carrol dalam Ackersold & Field 1997: 56 menyatakan bahwa dalam penilaian terhadap membaca pemahaman dapat digunakan pertanyaan mengenai isi teks (Slamet & Sadhono 2012: 163). Burns (1996: 245) dalam Somadayo (2011: 39) menyatakan bahwa pemilihan wacana hendaknya mempertimbangkan : 1. Tingkat kesulitan wacana yang ditentukan oleh kekomplekan kosa kata dan struktur. Prosedur memperkirakan tingkat kesulitan wacana yang dapat dilakukan guru adalah dengan teknik cloze 2. Isi Wacana. Bacaan yang baik adalah bacaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan kebutuhan pembacanya. 3. Panjang – Pendek Wacana. Secara psikologis, siswa lebih senang pada wacana yang pendek, karena tidak membutuhkan waktu lama untuk membaca dan wacana pendek terlihat lebih mudah bagi mereka. 27 4. Bentuk Wacana. Wacana yang digunakan antara lain dapat berbentuk prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi. Dalam kriteria pemilihan teks yang digunakan dalam pembelajaran membaca, dituliskan bahwa panjang pendeknya teks tidak diatur karena yang menjadi dasar pertimbangan kualitas teks. Selanjutnya, dalam penilaian membaca pemahman, selain pertanyaan mengenai isi teks, dapat juga dengan tes penyimpulan isi bacaan. Tes penyimpulan isi bacaan merupakan pusat terakhir dari proses pemahaman (Tim Penyusun Pedoman Skripsi FKIP UNS 2016: 106-107) Menurut Slamet (2008: 209) dalam Putri A.D.S (2013) dalam penilaian keterampilan membaca pemahaman, terdapat dua jenis taksonomi yang dapat digunakan, yaitu taksonomi Bloom dan taksonomi Barret. Taksonomi Bloom membedakan adanya tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif dibedakan menjadi 6 tingkatan, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selanjutnya taksonomi Barret membedakan adanya 5 kelompok intelektual dalam kegiatan menbaca pemahaman, yaitu (1) literal, (penataan kembali), (3) inferensial, (4) evaluative, dan apresiasi. Menurut Nurgiyantoro (2011: 22) penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan pendidikam. Dalam tes keterampilan membaca pemahaman, siswa dituntut untuk dapat memahami isi bacaan. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antarhal, perbedaan dan persamaan, sebab-akibat, dan sebagainya. Untuk dapat mengukur dari tujuan pembelajaran tersebut maka diperlukan penilaian yang sesuai dan tepat. Format penilaian keterampilan membaca pemahaman dapat menggunakan teknik penilaian unjuk kerja. Unjuk kerja dapat diamati dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Menurut Suwandi (2009: 74) rating scale yaitu : 28 Penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana penilaian kategori lebih dari dua. Skala penilaian tersebutterentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak sempurna, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten, 4 = sangat kompeten. Bentuk tes atau cara penilaian dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dapat melalui tes unjuk kerja. Untuk mengukur pemahaman wacana yang dibaca secara tertulis maka dapat dilakukan dengan pemberian tugas menceritakan kembali isi wacana. Penilaian terhadap kinerja siswa, selain memperhitungkan aspek ketepatan unsur kebahasaan, juga harus melibatkan ketepatan dan keakuratan isi yang terkandung dalam wacana (Nurgiyantoro 2011:34-36). Untuk menentukan tinggi rendahnya capaian kinerja siswa, maka dapat digunakan rubrik. Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat, yaitu kriteria dan tingkat capaian kinerja tiap kriteria. Kriteria harus dirumuskan secara singkat dan benar-benar mencerminkan kompetensi yang diukur. Dalam rubrik penilaian penulisan kembali cerita yang telah dibaca dapat menggunakan aspek – aspek seperti pemahaman dan ketepatan isi cerita, ketepatan organisasi teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, ejaan dan tata tulis, serta kebermaknaan penceritaan (Nurgiyantoro 2011 : 33-73). Dalam menentukan nilai, tentunya guru tidak bersifat mutlak. Guru haruslah mempertimbangkan perilaku siswa selama pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008: 7) sikap merupakan perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru. Secara umum, objek aktivitas siswa yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran keterampilan membaca pemahaman meliputi sikapnya terhadap materi pelajaran, guru, proses pembelajaran, dan yang berhubungan dengan norma suatu materi pembelajaran (Suwandi 2009: 80). 29 2. Strategi True Or False (Benar atau Salah) a. Pengertian Strategi True Or False Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar. Pembelajar harus mampu menggunakan strategi untuk menghadirkan stimulus yang kompleks, memilih dan membuat kode bagian-bagian stimulus, memecahkan masalah, dan melacak kembali informasi yang telah dipelajari. Dalam melaksanakan tugas mengajarnya, guru dituntut untuk memiliki strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai upaya dalam menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Apabila dikaitkan dalam pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan antara guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran (Ngalimun 2012: 1). Sifat umum pola tersebut berarti bahwa urutan perbuatan tampak digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menurut Winataputra dan Soekamto (1996: 78) dalam Warsini (2013: 9) strategi dapat didefinisikan sebagai suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Joni (1983) menyatakan bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Hamdani 2011: 18). Kemudian menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan strategi adalah “Pendekatan menyeluruh yang berupa pedoman umum dan 30 kerangka kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan biasanya dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori tertentu”. Syafrizal dalam Susanto (2015) menyatakan bahwa strategi adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor eksternal dan internal. Dari pengetian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian strategi adalah suatu prosedur yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung agar suasana menjadi kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dalam tercapai. Dalam pembelajaran, terdapat berbagai macam jenis strategi, salah satunya adalah strategi pembelajaran aktif. Dalam jenisnya, strategi pembelajaran aktif terdapat berbagai macam strategi di dalamnya, salah satunya adalah strategi True Or False. Menurut Silberman (2009: 94) strategi True Or False merupakan salah satu strategi yang bertujuan untuk mengembangkan bangunan tim (team building), berbagi pengetahuan, dan belajar langsung. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa yang terpenting adalah kerjasama dalam kelompok. Selanjutnya, Zaini, dkk (2007: 24) mengatakan bahwa strategi True Or Falsemerupakan aktivitas kolaboratif yang dapat mengajak peserta didik untuk terlibat ke dalam materi pembelajaran dengan segera. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Zaini, dkk, TIM Penyusun Modul PLPG UMS (2013: 24) juga menyatakan bahwa strategi True Or Falsemerupakan aktivitas kolaboratif yang menumbuhkan kerjasama tim, berbagi pengetahuan, dan belajar secara langsung terhadap materi pembelajarannya. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian strategi True Or False adalah salah satu cara untuk memilih dan mengatur urutan peristiwa dan aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung yang bersifat kolaboratif yang ditujukan untuk mengembangkan kerjasama dalam tim, berbagi pengetahuan, dan belajar 31 langsung. Dalam strategi True Or False keterampilan tim yang positif sangat diperlukan. b. Karakteristik Strategi True or False Setiap strategi dalam pembelajaran memiliki sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Raharjo S. (2013) menyatakan bahwa, dalam strategi True Or False cocok diterapkan bagi siswa SD. Strategi ini dapat mengasah kemampuan siswa untuk menyatakan pendapatnya dan menciptakan suasana menyenangkan serta aktif selama kegiatan pembelajaran. Menurut Indriani, dkk. (2013), strategi True Or False ditandai dengan adanya aktivitas siswa dalam menjawab soal berupa pernyataanpernyataan. Siswa diminta menentukan mana pernyataan yang benar dan mana pernyataan yang salah. Selain itu, strategi True Or False dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang sering dihadapi siswa, misalnya ketakutan, keragu-raguan, kurangnya percaya diri, kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan sebagainya. Strategi ini memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan pendapatnya. Hal ini membuahkan hasil bahwa tidak adanya siswa yang pasif dan lebih dominan. c. Urgensi Strategi True or False Dalam pembelajaran, terdapat berbagai macam jenis strategi, salah satunya adalah strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif merupakan strategi yang dapat mengajak siswa belajar secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan belajar aktif, siswa dapat menggunakan pikirannya untuk mengungkapkan ide-ide dan memecahkan masalah, serta diajak turut serta dalam proses pembelajaran. Diperkuat oleh Bonwell & Eison dalam Eison, Jim Ph.D (2010: paragraf ke-satu) yang menyatakan bahwa “Active learning instructional strategies include a wide range of activities that share the common element of involving students in doing things and thingking about the things they are doing” (strategi pembelajaran 32 aktif memasukkan bermacam-macam aktivitas secara bersama-sama yang biasanya menyertakan siswa dalam melakukan sesuatu dan memikirkan tentang berbagai hal yang mereka lakukan). Eison J (2010: paragraf ke-2) menyatakan bahwa : “Active learning instructional strategies can be created and used to engage students in (a) thinking critically or creatively, (b) speaking with a partner, in a small group, or with the entire class, (c) expressing ideas through writing, (d) exploring personal attitudes and values, (e) giving and receiving feedback, and (f) reflecting upon the learning process”. True Or False merupakan sebuah strategi pembelajaran aktif yang berorientasi pada kondisi belajar yang partisipatif dari siswa. Dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa mempengaruhi berhasil tidaknya tujuan pembelajaran tersebut, karena dengan siswa terlibat langsung, siswa akan memiliki suatu pengalaman langsung, sehingga siswa dapat memaknai pembelajaran tersebut. Menurut Raharjo S. (2013), strategi True Or False dapat membangun rasa ingin tahu siswa. Siswa dibagikan sebuah lipatan kertas berwarna yang menarik dan dibentuk menyerupai origami yang berisikan pernyataan–pernyataan ataupun pertanyaan-pertanyaan, sehingga memunculkan rasa ingin tahu dan menarik perhatian lebih pada saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, strategi true or fasle dapat membangun rasa keberanian siswa dalam hal berbicara di hadapan orang lain. Ketika siswa selesai mengidentifikasi pernyataan atau menjawab pertanyaan yang terdapat pada kertas tersebut, siswa diminta untuk mempresentasikannya di hadapan siswa yang lain. Dengan seperti itu, sikap keberanian siswa akan terlatih. Tidak hanya sikap keberanian yang dapat dilatih melalui strategi true or fasle ini, tetapi juga sikap percaya diri. Siswa dituntut untuk tidak ragu – ragu dalam menyampaikan pendapat atau tanggapannya serta menjawab pertanyaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 33 Kemudian, menurut Raharjo (2013), kecepatan berpikir siswa juga dapat terlatih. Ketika seorang siswa telah selesai menyampaikan pendapatnya terhadap pernyataan yang ada atau telah selesai menjawab pertanyaan yang ada, siswa yang lain diminta untuk menanggapi pendapat temannya tersebut. Tanggapan tersebut dapat berupa memberi tambahan pendapat atau justru menyalahkan pendapat atau jawaban yang telah disampaikan temannya. Dengan begitu, kecepatan respontif siswa dapat terlatih. Dalam strategi True Or Falseini, siswa dituntut untuk dapat menyampaikan pendapatnya. Dalam hal ini, tentu akan terdapat banyak pendapat yang bermunculan. Ketika hal tersebut terjadi, guru akan diberi kesempatan untuk memberikan suatu pesan moral kepada siswa mengenai pentingnya menghargai pendapat orang lain. Dengan berbagai pengalaman – pengalaman yang telah didapatkan siswa melalui strategi true or fasle ini, akan menjadikan siswa untuk lebih mudah dalam memahami isi bacaan, sehingga keterampilan membaca pemahaman siswa akan menigkat. d. Implementasi Strategi True Or Falsedalam Keterampilan Membaca Pemahaman Pembelajaran dengan strategi True Or False merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya adalah keterampilan membaca pemahaman. Implementasi untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman memiliki beberapa langkah. Menurut Silberman (1996: 94), langkah – langkah dalam menerapkan strategi True Or Falseadalah sebagai berikut : 1. Compose a list of statements relating to your subject matter, half of which are true and half of which are false. For example, the statement “Marijuana is addictive” is true, and the statement, “Alcohol is an stimulant” is false. Write each statement on a separate index card. Make sure there are as many cards as there are students in the class. (If there is an odd number of students, make up a card for yourself). 34 2. Distribute one card to each student. Tell the class that their mission is to determine which cards are true and which are false. Explain that theys are free to use any method they want to accomplish the taks. 3. When the class is finished, have each card read and obtain the class’s opinion abut whether the statements is true or false. Allow for minority views! 4. Give feedback about each card, and note the ways in which the calss worked together on the assignment. 5. Indicate that the positive team skills shown will be necessary throughout this class because of the active learning it will feaute. Langkah-langkah di atas dapat diartikan sebagai berikut : Pertama, guru diminta untuk membuat sebuah daftar pernyataan yang berkaitan dengan materi pelajaran atau bacaan. Pernyataan tersebut separuh benar dan separuhnya lagi salah. Sebagai contoh , pernyataan “Mariyuana adalah candu” adalah benar, dan pernyataan, “Alkohol adalah suatu stimulan” adalah salah. Kemudian, masing-masing pernyataan ditulis dalam suatu kartu indeks yangterpisah. Pastikan ada banyak kartu sebanyak peserta didik yang ada di kelas. (Jika ada satu nomor ganjil, buatlah kartu untuk diri Anda sendiri). Kedua, kartu-kartu tersebut dibagi kepada masing-masing siswa. Seluruh kelas diberitahu bahwa misi mereka adalah menetapkan kartu-kartu mana yang benar dan mana yang salah. Ketika selesai, siswa diminta masing-masing kartu dibaca dan dapatkan opini kelas mengenai apakah pernyataan itu benar atau salah. Ketiga, guru meminta siswa untuk memberikan tanggapan balik tentang tiap-tiap kartu.Tunjukkan bahwa keterampilan tim yang positif yang ditunjukkan akan perlu bagi seluruh kelas ini karena pengajaran aktif akan terwarnai. Pakar lain yang menyatakan pendapatnya ialah Zaini, dkk (2007: 24). Menurutnya, langkah – langkah penerapan strategi True Or False yaitu : Pertama, guru membuatlist pernyataan yang berhubungan dengan materi pelajaran, separuhnya adalah benar dan separuhnya lagi salah. Misalnya adalah pernyataan “Paedagogi adalah pendekatan untuk mengajar 35 pada orang dewasa”, untuk pernyataan yang salah, dan“Metode pengajaran dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dibuat”, untuk contoh yang benar. Kemudian, menuliskan masing-masing pernyataan pada selembar kertas yang berbeda. Harus dipastikan bahwa pernyataan yang dibuat sesuai dengan jumlah siswa yang ada. Kedua, memberikan setiap siswa dengan satu kertas, kemudian mereka diminta untuk mengidentifikasi benar atau salahnya pernyataan tersebut. Dalam hal ini, siswa diperbolehkan untuk berdiskusi dengan temanna untuk menentukan jawaban. Ketiga, apabila proses sebelumnya selesai, siswa diminta untuk membacakan pernyataan-pernyataan tersebut dan guru meminta teman lain untuk mengonfirmasi jawaban siswa tersebut benar atau salah. Keempat, guru memberikan masukan untuk setiap jawaban, yang disampaikan. Dalam hal ini, kerjasama kelompok yang positif akan sangat membantu kelas karena ini adalah strategi belajar aktif. Selanjutnya menurut TIM Penyusun Modul PLPG UMS (2013: 24) langkah-langkah dalam penerapan strategi True Or False adalah sebagai berikut : 1. Buatlah sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan materi pelajaran, separuh benar dan separuh yang lain salah. 2. Tulis masing-masing pernyataan pada kertas yang berbeda dan pastikan jumlah pernyataan yang dibuat sesuai dengan jumlah siswa. 3. Beri setiap siswa satu kertas pernyataan dan masing-masing diminta mengidentifikasi mana pernyataan yang benar dan mana yang salah. Siswa boleh menggunakan cara dan argumentasi apa saja untuk menentukan jawaban. 4. Jika proses di atas selesai, bacalah masing-masing pernyataan dan mintalah jawaban dari kelas apakah pernyataan tersebut benar atau salah. 5. Beri masukan untuk setiap jawaban, sampaikan cara kerja siswa adalah bekerja bersama dalam tugas. 6. Tekankan bahwa kerjasama kelompok yang positif akan sangat membantu. Berdasarkan uraian langkah-langkah strategi True Or Falsedi atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah – langkah strategi True Or False 36 dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa yaitu : 1. Guru memberikan apersesi dan motivasi belajar kepada siswa. 2. Guru tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi pembelajaran 3. Guru menampilkan media pembelajaran. 4. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca dan mempelajari kembali materi yang disampaikan selama ± 10 menit. 5. Siswa menutup semua bacaan dan bukunya. 6. Guru membagikan lipatan kertas menarik yang didalamnya terdapat list pernyataan atau pertanyaan yang berhubungan dengan materi dan bacaan kepada seluruh siswa. 7. Siswa diminta untuk mengidentifikasi pernyataan-pernyataan ataupun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam lipatan kertas tersebut . 8. Setelah selesai, siswa diminta membacakan masing-masing pernyataan ataupun pertanyaannya beserta pendapat ataupun jawabannya. 9. Guru meminta siswa yang lain untuk menanggapi hasil pendapat atau jawaban dari siswa sebelumnya. 10. Setelah itu, siswa diminta untuk melipat kembali kertas tersebut dan dikumpulkan kepada guru. 11. Kemudian siswa diminta untuk saling berkelompok. 12. Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan bersama-sama. Lembar kerja kelompok tersebut berisikan pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan siswa sebelumnya. 13. Guru mempersilakan siswa untuk menutup diskusinya dan kemudian meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 37 14. Setelah selesai, masing-masing siswa dibagikan lembar evaluasi yang ditujukan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman siswa berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelunya yang telah siswa lalui. Dari kegiatan pembelajaran keterampilan membaca pemahaman melalui strategi True Or False tersebut, pembelajaran lebih mengarahkan pada kegiatan siswa, sehingga siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru memantau dan memberian fasilitas kepada siswa untuk mingkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. 38 3. Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini sehingga dapat membantu peneliti memperoleh gambaran mengenai prosedur penelitian daan hasil yang diperoleh yaitu : a. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fathan Al Farizi (2015) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Model Kooperatif Metode Talking Stick pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Trayu Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian Muhammad Fathan Al Farizi (2015) menyatakan bahwa penggunaan model kooperatif metode talking stick dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Trayu Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015. Peningkatannya terlihat dari tiap siklus yang dilaksanakan. Pada kondisi awal siswa yang nilainya ≥ 70 sejumlah 11 siswa dengan ketuntasan klasikal 34,37 %. Pada siklus I siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 21 siswa dengan ketuntasan klasikal 65, 63%. Pada siklus II, siswa yang nilainya mencapai KKM sejumlah 28 siswa dengan ketuntasan klasikal 87,50%. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel terikatnya, yaitu keterampilan membaca pemahaman. Selanjutnya, perbedaanya terdapat pada variabel bebasnya, yaitu model kooperatif metode talking stick, sementara dalam penelitian ini menggunakan strategi True Or False. Selain itu juga terdapat perbedaan pada subjek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan, serta tahun ajaran pada penelitian tersebut. b. Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Dwi Setya Putri (2013) dengan judul “Penggunaan Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngasem, Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013)”. Hasil penelitian Anggun Dwi Setya Putri (2013) 39 menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VA SDNegeri 01 Ngasem, Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Peningkatannya terlihat di setiap siklusnya. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas adalah 63,11. Pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 72 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggun Dwi Setya Putri (2013) terdapat pada variabel terikatnya, yaitu keterampilan membaca pemahaman, sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel bebasnya, yaitu pada penelitian ini menggunakan strategi True Or False, sementara penelitian yang dilakukan oleh Anggun Dwi Setya Putri (2013) menggunakan metode SQ3R. Selain itu juga terdapat perbedaan pada subjek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan, serta tahun ajaran pada penelitian tersebut. c. Penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) dengan judul “Pengaruh Multimedia Interaktif Tipe True Or False dalam Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Matematika Anak Tuna Grahita Kelas IV di SLB ABCD YSD Polokarto Tahun Pelajaran 2010/2011”.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif tipe True Or False prestasinya lebih baik daripada sebelum mendapat perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil test setelah perlakuan diperoleh skor 22,60, sedangkan sebelum diberi perlakuan rata-ratanya hanya diperoleh 17,80. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) adalah pada variabel bebasnya, yaitu samasama menggunakan strategi True Or False. Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikatnya, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Anjar Setyaningrum (2011) mengenai prestasi 40 belajar matematika, sedangkan pada penelitian ini mengenai keterampilan membaca pemahaman. Selain itu juga terdapat perbedaan pada subjek penelitian dan lokasi penelitian yang digunakan, serta tahun ajaran pada penelitian tersebut. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Strategi True Or False pada Siswa Kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”. B. Kerangka Berpikir Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru hendaknya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan akan membuat siswa belajar menjadi bermakna. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, yaitu dengan melalui strategi True Or False. Pada kondisi awal, pada pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya tentang keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo tergolong rendah, terbukti dari hasil pratindakan yang menunjukkan bahwa 23 siswa dari 27 siswa atau 85,18% nilainya belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Telah diketahui bahwa nilai KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya yaitu (1) guru cenderung menggunakan metode ceramah, (2) peserta didik cenderung ramai dan bermain dengan temannya, (3) kurangnya perhatian siswa terhadap guru, dan (4) kurangnya strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mengubah kondisi pembelajaran dengan menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini disusun suatu kerangka pemikiran mengenai pembelajaran membaca pemahaman dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar melalui strategi True Or False. 41 Strategi True Or False dapat membantu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016. Penggunaan strategi ini lebih meningkatkan daya ingat siswa dan melatih kerjasama untuk saling berbagi pengetahuan, sehingga suasana belajar lebih menarik dan menyenangkan. Strategi True Or False diterapkan pada siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya terdapat dua kali pertemuan yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan menerapkan strategi True Or False dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016. 42 Dari pemikiran di atas, dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut : Kondisi Pembelajaran yang Keterampilan membaca Awal bersifat konvensional pemahaman siswa rendah Siklus I Tindakan Penerapan Strategi 1. Perencanaan True or False pada 2. Tindakan pembelajaran 3. Observasi keterampilan membaca 4. Refleksi pemahaman Siklus II 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi Kondisi Melalui penerapan strategi Akhir true or false, keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016 meningkat Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Peningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Strategi True Or False pada Siswa Kelas VA SD Negeri Pucangan 03, Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/ 2016. 43 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Melalui strategi True Or False dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VA SD Negeri Pucangan 03 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”.