BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN

advertisement
BAB II
KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN
2.1
Film
2.1.1 Pengertian Film
Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan
bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu
rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk
menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak
ditonton. 9 Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari
definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda
yang sangat rapuh, ringkih, karena berbentuk pita seluloid atau hanya
sekeping compact disc (CD). Tapi di sisi lain, pengertian kedua memberikan
gambaran yang lebih kompleks, sebagai perekam sejarah yang baik.10
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang dengar (audio video) yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan
video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk,
jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses
9
HeruEffendy.Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Jakarta : Erlangga, Edisi Kedua, 2009, hal
10
10
Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV : Program Acara Televisi – Format Acara Televisi Drama.
Depok : Mind 8 Publishing House, 2011, hal 2.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan
dengan sistem mekanik, elektronik, atau lainnya.11
Pengertian diatas jelas mengungkapkan bahwa film adalah sebuah
proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam
bentuk gambar hidup. Sebagai sebuah proses, banyak aspek yang tercakup
dalam sebuah film. Mulai dari pemain atau artisnya, produksi, bioskop,
penonton, dan sebagainya. Film juga identik sebagai hasil karya seni kolektif
yang melibatkan sejumlah orang, modal, dan manajemen. Dalam proses
pembuatannya, pada dasarnya film merupakan komoditi jasa kreatif untuk
dinikmati masyarakat luas. Dinilai dari sudut manapun, film adalah acuan
otentik tentang berbagai hal, termasuk perkembangan sejarah suatu bangsa.
Film merupakan karya cipta manusia yang berkaitan erat dengan berbagai
aspek kehidupan.12
2.1.2 Film Sebagai Media Massa
Film bermula pada akhir abad ke 19 sebagai teknologi baru, tetapi
konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian
berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih
tua, menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi
konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa yang
sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam
11
Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV : Program Acara Televisi – Format Acara Televisi Drama.
Depok : Mind 8 Publishing House, 2011, hal 2.
12
ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media
massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang,
waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara
menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya)
terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelas pekerja yang
telah dinikmati oleh kelompok sosial mereka yang cukup baik. Di nilai dari
pertumbuhannya yang fenomenal, permintaan yang dipenuhi oleh film
sangatlah tinggi.13
Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat
besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkan bisa positif
dan negatif. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benarbenar
diperhatikan
oleh
komunikator,
apalagi
komunikator
yang
menggunakan media massa elektronik. Film misalnya dalam penyampaian
pesan-pesan komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikan. 14 Akan
tetapi ada banyak sekali keistimewaan media film. Lima diantaranya adalah :
1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup
menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal
2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung
3. Film dapat berkomunikasi dengan penontonya tanpa batas
menjangkau luas kedalam perspektif pemikiran
4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan
5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton
13
14
Denis McQuail, Op. cit. hal 35.
James Monaco. Cara Menghayati Sebuah Film.Jakarta : Yayasan Citra, 1977, hal 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar15
2.1.3 Jenis-Jenis Film
Fim dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis
film, sebagai berikut :16
1.
Film Cerita (story film)
Film cerita adalah film yang mengandung suatu cerita, yaitu film yang
menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus
mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film
yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam
bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan
yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati,
sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsurunsur cerita.
2.
Film Berita (newsreel)
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta. Peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan
kepada public harus mengandung nilai berita (newsvalue). Sebenarnya
kalau dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio
sifat “newsyfact” nya film berita tidak ada. Sebab sesuatu berita harus
aktual, sedang berita yang dihidangkan oleh film berita tidak pernah
aktual. Ini disebabkan oleh proses pembuatannya dan penyajiannya
15
16
Panca Javandalasta. Mahir Bikin Film. Muntaz Media. Hal. 1
Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Op.cit. hal 210
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
kepada publik yang memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi
dengan adanya TV yang juga sifatnya auditif visual seperti film.Maka
berita yang difilmkan dapat dihidangkan kepada publik melalui TV lebih
cepat dari pada kalau dipertunjukan di gedung-gedung bioskop
mengawali film utama yang sudah tentu film cerita.
3.
Film Dokumenter (documentary film)
Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi.
Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai
sesuatu yang mempunyai nilai berita (news value) untuk dihidangkan
kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Film berita sering dibuat dalam waktu yang sangat tergesagesa.Karena itu mutunya sering tidak memuaskan.Sedangkan untuk
membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan
perencanaan yang matang.Berbeda pula dengan film cerita yang dapat
diolah dengan unsur kejahatan dan seks, film dokumenter tidak
demikian. Dalam merencanakan suatu film dokumenter diperlukan usaha
keras dalam imajinasi, karena sering sekali mengalami kesukaran untuk
membebaskan diri dari hal-hal yang menjemukan. Sedang publik yang
akan dihidangi film tersebut harus tertarik, bahkan mereka harus dihibur.
4.
Film Kartun (cartoon film)
Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para
seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan
gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
mereka lukis. Dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu
dan menarik, karena dapat “disuruh” memegang peranan apa saja, yang
tidak mungkin diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat
dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi
kecil secara tiba-tiba dan lain-lain.
2.1.4 Genre Film
Genre atau jenis film ada bermacam ragam. Sebenarnya tidak ada
maksud tersendiri dengan pemisahan tersebut, namun secara tidak
langsung
dengan
hadirnya
film-film
dengan
karakter
tertentu,
memunculkan pengelompokan tersebut. Beberapa Genre filmya itu
sebagai berikut :
1. Action - Laga
Film yang bertema laga dan mengetengahkan tentang perjuangan
hidup dengan bumbu utama keahlian setiap tokoh untuk bertahan
dengan pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre film
ini yaitu kepiaawaan sutradara untuk menyajikan pertarungan secara
apik dan detil seolah penonton merasakan ketegangan yang terjadi.
2. Comedy – Humor
Comedy – humor adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan
sebagai factor penyajian utama. Genre jenis ini tergolong paling
disukai dan merambah segala usia segmentasi penonton. Tetapi
termasuk paling sulit dalam menyajikannya, bila kurang waspada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
comedy yang ditawarkan terjebak humoryang slapstick, terkesan
memaksa penontonuntuk tertawa dengan kelucuan yang dibuat-buat.
3. Roman – Drama
Roman – Drama adalah genre yang popular di kalangan masyarakat
penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata
ditawarkan dengan senjata simpaty dan empaty penonton terhadap
tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesan film bergenre
roman – drama ini yaitu tema yang di angkat klasik permasalahan
manusia yang tak pernah puas terjawab.
4. Mystery – Horor
Mystery – Horor adalah sebuah genre khusus dunia perfilman.
Dikatakan genre khusus karena meski cakupannya sempit dan
berkisar pada hal yang itu-itu saja, namun genre ini cukup mendapat
perhatian yang lebih dari penonton. Hal ini disebabkan keingintahuan
manusia pada sebuah dunia yang membuat mereka selalu bertanyatanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut.
Kunci suksesnya pada cara pengemasan dan penyajian visualisasi
hantu dan konstruksi dramatik skenario. Selain itu juga alur cerita
yang masuk akal penonton sehingga tidak ada ganjalan dan
sanggahan penonton setelah menonton film tersebut.17
17
M. Bayu Widagdo, Winastwan Gora S, BIKIN SENDIRI FILM KAMU, Yogyakarta : PD. Anindya, 2004,
hal 26-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.1.5 Unsur-Unsur Film
Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur
naratif dan sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam film
cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara
unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan
aspek-aspek teknis pembentuk film:
a. Unsur Naratif
Setiap cerita apapun bentuknya dan seberapapun pendeknya pasti
mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk dalam unsur naratif
yaitu :18
1. Cerita dan Plot
Cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film
maupun tidak. Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan
secara visual maupun audio dalam film.
2. Hubungan naratif dengan ruang
Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam
sebuah ruang. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang.
Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan
beraktifitas.
3. Hubungan naratif dengan waktu
18
Himawan Pratista, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, Hal. 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu.
Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif
sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi waktu.
4. Batasan informasi cerita
Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis
yakni:
a. Pencitraan terbatas (Restricted Narration) informasi cerita
dibatasi dan terikat hanya pada satu orang karakter saja.
b. Pencitraan tak terbatas (omniscient narration) informasi cerita
yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja.
5. Elemen pokok naratif
Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku cerita, permasalahan dan
konflik, serta tujuan.
6. Pola struktur naratif
Pola struktur naratif dalam film secara umum di bagi menjadi tiga
yakni, permulaan, pertengahan, dan penutup.
7. Struktur tiga babak
Model stuktur naratif yang paling lama, popular, serta berpengaruh
sepanjang sejarah film. Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi,
resolusi.
8. Alternatif struktur tiga babak
Pola struktur naratif memiliki kemungkinan yang tak terbatas. Struktur
tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang bisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
ditepatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi-plot,
naratif realistik, serta pola non linier.
b. Unsur Sinematik
Unsur sinematik dalam film terdiri dari :19
1. Mise-en-scene : Hal – hal yang ditampilkan atau terlihat di layar film.
Elemen yang termasuk dalam mise en scene adalah:
a. Setting
Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Properti
dalam hal ini adalah benda tidak bergerak seperti perabot, pintu,
jendela, kursi dan sebagainya
b. Kostum dan tata rias wajah (Make-up)
Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh
aksesorisnya. Sedangkan tata rias wajah memiliki fungsi untuk
menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia.
c. Pencahayaan (Lighting)
Cahaya dalam film berfungsi untuk membentuk sebuah benda serta
dimensi ruang.
d. Performance para pemain dan pergerakannya (Acting)
Karakter merupakan pelaku cerita yang memotivasi naratif dan
selalu
bergerak
dalam
melakukan
sebuah
aksi
dengan
memunculkan ekspresi. Hal ini lebih ditekankan pada hal body
19
Nathan Abrams, Ian Bell, and Jan Udris, Studying The Media: Studying Film. New York: Oxford
University Press, Inc., 2001. Hal. 93-112.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
language atau komunikasi non verbal yang ditampilkan pemeran
dalam film tersebut.
2. Sinematografi : memfokuskan pada teknis pengambilan gambar sebuah
film. Hal – hal yang termasuk dalam sinematografi :
a. Framing
Framing merupakan kunci utama dalam sinematografi,yang
bagaimana sebuah gambar itu terlihat baik dalam pembingkaian di
layar kamera atau film. Framing memiliki hubungan kamera
dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wajah wilayah
gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan
seterusnya.
b. Shot Size (ukuran pengambilan gambar)
Shot size tidak terlepas dari peran framing. Shot size juga memiliki
kedekatan hubungan dengan unsur naratif yang ada dalam sebuah
film. Macam - macam shot size antara lain: extreme long shot
(ELS), long shot (LS), close up (CU), dan lainnya.
c. Durasi gambar
Mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.
d. Pergerakan Kamera
Hal-hal yang termasuk dalam pergerakan kamera : crane shot
(pergerakan kamera menggunakan crane), pan shot (pergerakan
kamera secara horizontal, ke kanan dan kiri dalam lokasi yang
tetap), tilt shot (pergerakan kamera secara vertical, ke atas dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
bawah, dalam lokasi yang sama), tracking shot (pergerakan secara
horizontal juga, tetapi berpindah lokasi dengan menggunakan alat
dolly yang berjalan di atas rel.)
e. Sudut kamera (camera angle) dan ketajaman gambar (depth of
field)
3. Editing
Proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah
diambil.
Mencakup
teknik-teknik
yang
digunakan
untuk
menghubungkan tiap shot-nya.
4. Suara (Sounds)
Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indra
pendengaran baik dialog, musik, dan efek suara. Sebuah audio akan
memberikan banyak informasi, membantu penonton mengikuti alur
cerita dan menjelaskan apa yang ditampilkan di dalam layar film.
Dengan harapan apa yang ingin diberikan di dalam film bisa sampai ke
penonton. Secara teori suara dalam film terbagi menjadi dua, yakni:
a. Diegetic sounds adalah suara utama atau suara asli dalam film,
yaitu dialog pemeran dan suara atmosfer dalam film
b. Non Diegetic sounds adalah suara yang berasal dari luar unsur
narasi film, yakni musik (backsound), efek suara, dan narasi (voice
over).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.2
Drama
2.2.1 Pengertian Drama
Drama berasal dari kata yunani, draomai yang berarti berbuat,
bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai
perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama adalah karya sastra
yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukan oleh aktor.
Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan
bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung.20
Pada umumnya, drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas
dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas pengertian drama adalah sebuah
bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan didepan orang
banyak. Dalam arti sempit, pengertian drama adalah kisah hidup manusia
dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung. Berikut ini macammacam drama berdasarkan isi kandungan cerita :21
1.
Drama romantis atau romance (melodrama)
Drama romantis adalah drama yang sangat menyentuh perasaan,
mendebarkan hati, dan mengharukan. Umumnya menggambarkan
percintaan antara manusia, dua orang atau tiga orang. Tokoh-tokoh
dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap
apa yang terjadi. Contohnya, film “Ayat-Ayat Cinta”, “Ada Apa dengan
Cinta”.
20
21
Andi Fachruddin. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta : ANDI, 2015, hal 195
ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.
Drama komedi
Drama komedi adalah drama yang sifatnya menghibur/ lucu, dialog
kocak dan menggelitik penuh keceriaan, biasanya berakhir dengan
kebahagiaan. Bagi penonton yang pernah mengalami peristiwa yang
diceritakan dalam drama komedi dan mengerti alur ceritanya akan
tertawa menyaksikannya. Contohnya, film “Mister Bean”.
3.
Drama tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan
atau drama percintaan yang bersifat sedih. Tokoh-tokohnya terlibat
bencana atau masalah besar, yaitu pertentangan antara tokoh protagonis
dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainnya. Pertentangan ini berakhir
dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis.
Contohnya, drama “Romeo and Juliet” film “Titanic”.
4.
Drama tragedi komedi
Drama tragedi komedi adalah drama yang dalam ceritanya ada bagian
sedih dan ada lucunya.
5.
Lelucon/ dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah polah jenaka
merangsang gelak tawa penonton. Isi ceritanya bisa kasar, lentur, dan
vulgar. Dagelan tidak memiliki kesetiaan terhadap alur cerita, iramanya
bisa melantur, dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokohnya dapat
berubah watak secara tiba-tiba dari awal hingga akhir cerita.Contohnya,
“Teater Srimulat’, “ketoprak Humor”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Penampilan cerita drama biasa diwujudkan dalam setting dan media
yang beragam. Drama juga memiliki beberapa macam berdasarkan cara
penyajiannya di atas pentas pertunjukan, seperti berikut :22
1.
Drama teatrikal (drama yang dipentaskan)
Drama teatrikal adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan di atas
panggung.
2.
Drama radio
Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui
radio. Drama radio mementingkan dialog/ audio yang diucapkan melalui
radio. Drama radio menonjolkan variasi dialog, nuansa cerita dengan
selingan music, sound effect, dan jenis suara, biasanya direkam melalui
kaset. Adegan dan babak bisa diubah sebanyak mungkin karena tanpa
pergantian set dekorasi. Contohnya : “Butir-Butir Pasir di Laut”, Tutur
Tinular”.
3.
Drama televisi
Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui
televisi. Keunggulan drama televisi mampu mendramatisir ketika
melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk
scenario certa ditampilkan dalam film, sinetron, atau telenovela.
22
ibid. hal 197
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.2.2 Unsur-Unsur Drama
Drama sebagai salah satu seni pertunjukan yang merupakan karya cipta
seniman dimanfaatkan sebagai hiburan dan pelestarian budaya masyarakat.
Drama sebagai karya seni akan terbentuk atau berjalan sukses karena dalam
drama terdapat dua unsur yang bersifat umum, yaitu :23
1.
Unsur ekstrinsik
Merupakan budaya dan adat istiadat yang berlaku di sekitar kehidupan
pengarang, biografi penulis, sehingga menjiwai alur cerita sebuah karya
atau bisa juga akibat kritik sosial dan pengaruh pementasan drama
terhadap kehidupan masyarakat luas.
2.
Unsur intrinsik adalah
a.
Naskah drama
b.
Pemain atau tokoh drama
c.
Sutradara drama
adalah orang yang memimpin dalam pementasan atau pengaturan
adegan drama.
d.
Tata rias dalam drama
adalah bagian yang terpenting terutama bagi pemain, sesuai dengan
watak dan peran di dalam pertunjukan drama.
e.
Tata busana
adalah unsur drama yang mengatur busana atau kostum para pemain,
mulai dari jenis pakaian, model, sampai cara pemakaian.
23
ibid. hal 198-199
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
f.
Tata panggung
adalah penataan arena atau panggung (set desain) untuk pementasan/
adegan drama.
g.
Tata lampu (lighting)
adalah pengaturan pencahayaan dalam panggung pada waktu
pengadegan atau pementasan drama.
h.
Tata suara
adalah pengaturan terhadap suara-suara yang berhubungan dengan
pementasan.
2.3
Teori Penyutradaraan
2.3.1 Sejarah Penyutradaraan
Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan
teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk
mementaskan sebuah cerita.Kemudian mereka berlatih dan memainkannya di
hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang
semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor
yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada
aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam
terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan
pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang
sutradara dapat diartikan sebagai master.
Istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada
jaman Geroge II. Seorang bangsawan (duke) dari Saxe-Meiningen yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
memimpin sebuah grup teater dan menyelenggarakan pementasan keliling Eropa
pada akhir tahun 1870-1880. Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus
dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan
mengharmonisasikan
keseluruhan
unsur
artistik
pementasan
dibutuhkan.
Meskipun demikian, produksi pementasan teater Saxe-Meiningen masih
mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk
meningkatkan kemampuan berakting mereka (Robert Cohen, 1994).
Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh George II diteruskan
pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. Andre Antoine di Tokohcis
dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat
yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya. Max Reinhart
mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor
dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang
menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara
sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater (Herman J. Waluyo,
2001). Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang
diinginkan sangat tergantung kepiawaian sutradara. Dengan demikian sutradara
menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern.24
24
Risky Broadcaster ( 2017, 13 Mei ). Sutradara ( Online ). di akses pada pada 13 Mei 2017 Pukul 02 : 32
dari https://rizkybroadcaster.wordpress.com/04-sutradara/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
2.4
Sutradara
2.4.1 Pengertian Sutradara
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab menerjemahkan kata-kata
tertulis (skrip) menjadi suara atau gambar tertentu. Sutradara bertugas
menvisualisasikan konsep bertugas memvisualisasikan konsep naskah yang
abstrak ke dalam bentuk yang nyata.
Sutradara bertugas membangun sudut pandang dari setiap adegan yang
akan menentukan pemilihan (shot), penempatan, dan gerakan kamera. Sutradara
bertanggung jawab mengatur tingkat dramatisasi cerita, kecepatan, aliran sara, dan
gambar. Ia harus memeragakan dan mengarahkan setiap adegan, dan juga
memberikan perintah dan saran dalam seluruh proses pengambilan gambar dan
editing. Sutradara harus mampu mempertahankan minat audien untuk terus
menonton. Sutradara bekerja dengan seluruh tim kreatif dan teknis25.
Analisis sutradara atas kompleksitas lakon dengan studi konstruksi lakon
dengan memeriksa pola : preparasi, komplikasi, krisis dan resolusi. Dia harus
mempelajari bahan-bahan yang dipakai untuk membangun “suspensi’ dan untuk
eksposisi. Untuk membuat analisis la membantu dengan cara membagi lakon
kedalam adegan-adegan pendek yang ditandai dengan “masuk atau keluar”
(karena
setiap
masuk/keluarselalu
membawa
perubahan
dalam
hubungankarakter).
25
Morissan, Managemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta.Kencana Prenada
Media Grup, 314
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Sutradara akan menyadari baik kekuatan maupun kelemahan naskah dan
juga masalah-masalah yang harus di selesaikan. Sutradara harus memahami setiap
karakter, baik dalam fungsinya dalam lakon maupun tuntutan atas pemain yang
akan memainkan perannya. Sutradara harus memperhatikan ciri-ciri fisik, kualitas
yang dominan (seperti : kesedihan, kekuatan atau kelicikan/kecerdikan).
Tingkatan emosional dan kualifikasi vokal yang diperlukan bagi setiap karakter
sehingga sutradara bisa meng-casting dan melatih lakon secara cerdas. Sutradara
harus memahami lakon dalam rangka kebutuhan pengadeganan, kostum dan
pencahayaan.
2.4.2 Teknik Penyutradaraan
Teknik penyutradaraan adalah suatu cara seorang sutradara dalam
melakonkan perannya untuk mengangkat sebuah naskah lakon ke dalam bentuk
pementasan. Ajib Hamzah berpendapat bahwa “Sutradara ketika berkehendak
menyutradarai suatu naskah lakon, keberangkatan naskah lakon itu didukung oleh
konsep yang telah dimiliki sebagai hasil kontrak dengan naskah” (1986 : 196-197)
sementara Suyatna Anirun berpendapat bahwa setiap pagelaran drama selalu
bertolak dari pencetusnya ide-ide. Ide-ide yang telah melembaga menjadi suatu
gagasan – gagasan itu mengembang menjadi bahasa teater (1978:19). Sutradara
adalah orang yang dapat mengaktualisasikan naskah lakon kedalam panggung
pementasan. Sutradara tidak dapat bekerja sendiri. Dalam setiap proses
pementasan, sutradara akan berhadapan dengan naskah, aktor, kru panggung, serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
penonton. Menurut Suyatna Anirun, ada empat unsur yang mengusung terciptanya
sebuah teater yaitu, naskah, pemain, tempat pertunjukan, dan penonton. Semua
merupakan satu kesatuan yang meruang, hanya dari sana kita akan mendapat
kemungkinan terciptanya atmosfer teateral. Atmosfer tersebut hanya tercipta
apabila naskah sedang dimainkan, dipertunjukkan dengan tingkat permainan yang
optimal, bertenaga dan berpengaruh, diusung oleh kondisi ruangan dan teknik
akustik yang memadai sehingga secara visual memungkinkan terjadinya
komunikasi estetis maupun emosional dengan penonton ( Suyatna Anirun, 2012 :
41 ).
Teknik penyutradaraan yang digunakan sutradara dalam memunculkan
naskah lakon keatas pangung meliputi beberapa cara. Menurut Japi Tambayong,
teknik yang digunakan oleh sutradara meliputi memilih naskah, menentukan
pokok penafsiran, memilih pemain, bekerja dengan staff, melatih pemain, dan
mengkoordinasi setiap bagian” (1981 : 68-70). Sementara Harymawan dalam
bukunya berjudul Dramaturgi menguraikan teknik dalam proses penyutadaraan
adalah menentukan nada dasar, casting, tata dan teknik pentas, menyusun miss en
scene, menguatkan dan melemahkan scene, menciptakan aspek – aspek laku dan
mempengaruhi jiwa pemain.
Dengan berbagai teknik yang ada dalam penjabaran diatas penulis
memakai teknik penyutradaraan yang di pakai oleh Harymawan dalam bukunya
berjudul Dramaturgi karena dapat memperkuat karakter penjiwaan tokoh, cerita
dan juga dramatik dalam film yang akan di buat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2.4.3 Tugas Sutradara
Adapun penjelasan dari tugas dalam proses sutradara adalah sebagai berikut :
A. Menentukan Nada Dasar
Menentukan nada dasar adalah mencari motif yang memasuki karya lakon
dankemudian memberi ciri kejiwaan dalam suatu perwujudan naskah lakon dasar
dapat bersifat sebagaimana berikut :
1. Menentukan dan memberikan suasana khusus
2. Membuat lakon gembira menjadi suatu banyolan
3. Mengurangi bobot tragedi yang terlalu berlebihan
4. Memberikan prinsip dasar pada lakon
5. Ringan
B. Menentukan Casting
yang dimaksud casting ialah proses penuangan untuk menentukan pemeran
berdasarkan analisis naskah untuk diwujudkan dalam pentas. beberapa macam
casting yang digunakan sutradara, adalah sebagai berikut :
1. Casting by ability : casting berdasarkan kecakapan yang terbaik dan
terpandai sebagai pemeran utama, serta menjadikan pemain dengan tokoh
- tokoh yang penting dan sukar
2. Casting to type : casting berdasarkan kondisi, kesesuaian fisik dengan
peran tokoh. Sutradara akan memilih pemainnya yang sesuai dalam
memerankan tokoh dengan melihat kesesuaian fisik pemain dengan tokoh
yang akan dilakoninya
3. Anti type casting : casting yang agak bertentangan dengan keadaan watak
maupun
sifat
pemeran
dalam
memerankan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tokoh
yang
akan
29
dimainkannya. Proses pengcastingan dengan model ini akan membuat
pemain lebih mengeksplor dirinya.
4. Casting to emotional temperament : casting berdasarkan pada hasil
observasi hidup pribadi, adanya kesamaan, kesesuaian dengan peran yang
dimainkan dalam hal emosi dan temperamen. Pada tipe pengkastingan
gaya emotional temperament, sutradara akan lebih mudah menggarap
para pemainnya karena pemain memiliki kemiripan kondisi keseharian
dengan tokoh yang dilakoninya.\
5. Therapeutic casting : casting yang dikemukakan untuk seorang pelaku
yang bertentangan sekali watak aslinya dengan maksud menyembuhkan
atau
terapi
mengurangi
ketakseimbangan
jiwanya.
Pada
tipe
penyutradaraan gaya therapeutic casting, sutradara sudah mencapai
tahapan suhu di mana ia mengerti betul kondisi para pemainnya dan
berusaha untuk menyeimbangkan kondisi kejiwaan para pemainnya.
Dalam melakukan casting, sutradara harus memilih pemain atau orang
yang sesuai untuk memainkan tokoh yang dimaksud. Kesesuaian itu
berdasar pada fisik, karakter, warna suara, temperamen kesehariannya,
dan mungkin juga pengalaman atau jam terbang yang dimilikinya dalam
dunia panggung atau seni peran.
C. Tata dan Teknik Pentas
Tata dan teknis pentas adalah segala yang menyangkut soal tata setting,
tata rias dan busana, tata cahaya dan tata musik, kesemuanya disesuaikan
dengan nada dasar. Dalam merencanakan tata pentas, seorang sutradara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
mempunyai konsep mengenai tata pentas sebuah lakon yang akan
disutradarainya, yang memberikan gambaran mengenai tata setting, tata
rias dan busana, tata cahaya, dan tata musiknya. Pelaksanaan tata pentas
ini dikerjakan oleh pekerja panggung, seperti penata setting, perias dan
penata kostum, penata lampu dan penata musik.Hubungan sutradara
dengan pekerja panggung tersebut, sutradara hanya memberikan konsep
tata pentas secara garis besarnya saja, dan pekerja panggung mengerjakan
menurut konsep tata pentas sutradara.
D. Menyusun Miss en Scene
Menyusun miss en scene adalah menyusun segala perubahan yang terjadi
dan terdapat pada daerah pemain akibat adanya perpindahan pemeran atas
perlengkapan panggung, pemberian bentuk bisa dicapai dengan hal-hal
berikut :
1.
Sikap pemain
2.
Pengelompokan
3.
Pembagian Tempat kedudukan Para Pelaku
4.
Variasi Saat keluar dan Masuk
5.
Variasi Posisi dari Dua Pemain yang berhadap-hadapan
6.
Komposisi dengan Menggunakan garis dalam penempatan pelaku
7.
Ekspresi kontras dalam Pakaian Pemeran
8.
Efek yang Ditimbulkan oleh Tata Sinar lampu
9.
Memperhatikan latar belakang Pentas
10.
Keseimbangan dalam komposisi Pentas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
11.
Dekorasi.
E. Menguatkan Atau Melunakkan Scene
Teknik ini adalah cara penggarapan suatu lakon yang dituangkan pada
bagian – bagian adegan lakon. Sutradara bebas menentukan tekanan pada
bagian-bagian lakon menurut pandangannya sendiri tanpa mengubah
naskah. kondisi penguatan dan pelunakan scene bisa didukung dengan
efek cahaya dan musikalitas
F. Menciptakan Aspek – aspek Laku
Sutradara memberikan saran - saran pada para aktor agar mereka
menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau akting kreatif, yaitu cara
berperan yang biasanya tidak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi
diciptakan untuk memperkaya permainan, sehingga penonton lebih jelas
dengan kondisi batin seorang pemeran.
G. Mempengaruhi Jiwa Pemain
Ada dua macam kedudukan sutradara sebagai penggarap cerita lakon :
1. Ciri Sutradara Teknikus
Dia akan menciptakan suatu pagelaran pentas yang menyolok dan
menarik perhatian public dengan teknik dekor yang luar biasa, tata sinar
yang mewujudkan kostum yang menarik. Penyutradaraan teknikus
terkesan mengelabuhi penonton dengan tampilan secara visual tanpa
memahami unsur keaktorannya yang notabene sebagai media penyampai
suatu maksud dari teks drama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2. Ciri Sutradara Psikolog
Gaya sutradara psikologi memang kurang memperhatikan aspek selain
keaktoran karena dalam penggambaran watak dia akan
lebih
mengutamakan tekanan psikologis, khususnya pada cara acting yang
murni ketika prestasi permainan pribadi ditempatkandalam arti
sebenarnya. jadi aspek di luar wilayah keaktoran agak dikesampingkan.
Tugas sutradara film yang utama adalah mengarahkan para aktris dan
aktor untuk membawakan peran yang sesuai dengan isi script/naskah, selain itu
sutradara harus mempunyai kemampuan stimulasi supaya ia mampu membimbing
aktris dan aktor untuk menghidupkan peran yang dimainkan dalam film tersebut.
Berikut adalah tugas utama seorang sutradara dari tahap pra produksi sampai
pasca produksi:
a.
Tahap Praproduksi :
a. Menganalisa sekenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik,
penyajian informasi dan semua hal yang berhubungan dengan estetika
dan tujuan arsitek di dalam film tersebut.
b. Bersama penata fotografi, penata artistik, penata suara, ed itor danjuga
produser. Menentukan letak pengambilan gambar dan kemudian
merumuskan konsep penyutradaraan untuk film tersebut
c. Bersama produser memilih dan menentukan kru yang akan terlibat
dalam produksi film tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
d. Bersama Asisten Sutradara dan juga Casting director untuk menentukan
dalam melakukan casting terhadap para pemain utama dan pemain
pendukung
e. Bersama pemain utama melakukan pembacaan sekenario, latihan
pemeranan untuk menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan
f. yang ada dalam sekenario yang bertujuan untuk membangun kesamaan
persepsi karakter tokoh kepada pemain utama.
g. Bersama tim hunting lokasi dengan penata fotografi, penata artistik,
asisten Sutradara dan manajer produksi untuk menentukan dan
memastikan lokasi berdasarkan konsep dan semua aspek teknis
h. Merumuskan dan membuat director shot dan ilustrasi staging pemain
pada setiap scene untuk membentuk floorplam agar sesuai dengan
peletakan kamera. Bersama storyboard artist membuat storyboard
b.
Tahap Produksi :
a. Bersama asisten sutradara dengan kru utama lainnya membuat urutan
shot yang akan di ambil.Sesuai dengan berdasarkan breakdown shooting
agar sesuai dengan adegannya.
b. Bersama asisten sutradara melakukan arahan terhadap pemaindalam
melakukan latihan blocking yang disesuaikan dengan blocking kamera
c. Mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam wilayah kreatif
apabila ada persoalan di lapangan
d. Melihat hasil rush copy untuk hasil shoting haru pertama
c.
Tahap Pasca Produksi :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
a.
Mengevaluasi hasil shooting materi editing sesuai dengan catatan
laboratorium atau editor.
b.
Bersama editor untuk melihat dan mendiskusikan hasi rough cut dan
fine cut, serta bersama penata musik mengevaluasi perihal musik yang
telah di konsepkan pada pra produksi sebelumnya.
c.
Mengevaluasi dan peninjauan mixing berdasarkan konsep suara yang
telah di tentukan pada saat pra produksi.
d.
Bersama editor melakukan supervisi/koreksi warna gambar berdasakan
konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, setelah
berdiskusi dengan produser dan penata fotografi.
Rencana syuting akan memudahkan Sutradara dalam menjelaskan visi
yang ingin diwujudkan dari skenario film. Selain itu, juga memudahkan kru
seperti Penata Sinematografi/Fotografi untuk memesan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan untuk mewujudkan adegan tertentu sesuai dengan sudut pengambilan
ataupun gerak kamera yang diinginkan Sutradara.26
26
Tino Saroengallo. Dongeng Sebuah Produksi Film, Jakarta: PT Intisari Mediatama. 36- 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download