BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton. 9 Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, karena berbentuk pita seluloid atau hanya sekeping compact disc (CD). Tapi di sisi lain, pengertian kedua memberikan gambaran yang lebih kompleks, sebagai perekam sejarah yang baik.10 Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar (audio video) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses 9 HeruEffendy.Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Jakarta : Erlangga, Edisi Kedua, 2009, hal 10 10 Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV : Program Acara Televisi – Format Acara Televisi Drama. Depok : Mind 8 Publishing House, 2011, hal 2. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik, atau lainnya.11 Pengertian diatas jelas mengungkapkan bahwa film adalah sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Sebagai sebuah proses, banyak aspek yang tercakup dalam sebuah film. Mulai dari pemain atau artisnya, produksi, bioskop, penonton, dan sebagainya. Film juga identik sebagai hasil karya seni kolektif yang melibatkan sejumlah orang, modal, dan manajemen. Dalam proses pembuatannya, pada dasarnya film merupakan komoditi jasa kreatif untuk dinikmati masyarakat luas. Dinilai dari sudut manapun, film adalah acuan otentik tentang berbagai hal, termasuk perkembangan sejarah suatu bangsa. Film merupakan karya cipta manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan.12 2.1.2 Film Sebagai Media Massa Film bermula pada akhir abad ke 19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam 11 Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV : Program Acara Televisi – Format Acara Televisi Drama. Depok : Mind 8 Publishing House, 2011, hal 2. 12 ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelas pekerja yang telah dinikmati oleh kelompok sosial mereka yang cukup baik. Di nilai dari pertumbuhannya yang fenomenal, permintaan yang dipenuhi oleh film sangatlah tinggi.13 Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkan bisa positif dan negatif. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benarbenar diperhatikan oleh komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan media massa elektronik. Film misalnya dalam penyampaian pesan-pesan komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikan. 14 Akan tetapi ada banyak sekali keistimewaan media film. Lima diantaranya adalah : 1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal 2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung 3. Film dapat berkomunikasi dengan penontonya tanpa batas menjangkau luas kedalam perspektif pemikiran 4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan 5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton 13 14 Denis McQuail, Op. cit. hal 35. James Monaco. Cara Menghayati Sebuah Film.Jakarta : Yayasan Citra, 1977, hal 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar15 2.1.3 Jenis-Jenis Film Fim dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis film, sebagai berikut :16 1. Film Cerita (story film) Film cerita adalah film yang mengandung suatu cerita, yaitu film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsurunsur cerita. 2. Film Berita (newsreel) Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta. Peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita (newsvalue). Sebenarnya kalau dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio sifat “newsyfact” nya film berita tidak ada. Sebab sesuatu berita harus aktual, sedang berita yang dihidangkan oleh film berita tidak pernah aktual. Ini disebabkan oleh proses pembuatannya dan penyajiannya 15 16 Panca Javandalasta. Mahir Bikin Film. Muntaz Media. Hal. 1 Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Op.cit. hal 210 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 kepada publik yang memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya TV yang juga sifatnya auditif visual seperti film.Maka berita yang difilmkan dapat dihidangkan kepada publik melalui TV lebih cepat dari pada kalau dipertunjukan di gedung-gedung bioskop mengawali film utama yang sudah tentu film cerita. 3. Film Dokumenter (documentary film) Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita (news value) untuk dihidangkan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Film berita sering dibuat dalam waktu yang sangat tergesagesa.Karena itu mutunya sering tidak memuaskan.Sedangkan untuk membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang.Berbeda pula dengan film cerita yang dapat diolah dengan unsur kejahatan dan seks, film dokumenter tidak demikian. Dalam merencanakan suatu film dokumenter diperlukan usaha keras dalam imajinasi, karena sering sekali mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari hal-hal yang menjemukan. Sedang publik yang akan dihidangi film tersebut harus tertarik, bahkan mereka harus dihibur. 4. Film Kartun (cartoon film) Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 mereka lukis. Dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat “disuruh” memegang peranan apa saja, yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba dan lain-lain. 2.1.4 Genre Film Genre atau jenis film ada bermacam ragam. Sebenarnya tidak ada maksud tersendiri dengan pemisahan tersebut, namun secara tidak langsung dengan hadirnya film-film dengan karakter tertentu, memunculkan pengelompokan tersebut. Beberapa Genre filmya itu sebagai berikut : 1. Action - Laga Film yang bertema laga dan mengetengahkan tentang perjuangan hidup dengan bumbu utama keahlian setiap tokoh untuk bertahan dengan pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre film ini yaitu kepiaawaan sutradara untuk menyajikan pertarungan secara apik dan detil seolah penonton merasakan ketegangan yang terjadi. 2. Comedy – Humor Comedy – humor adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai factor penyajian utama. Genre jenis ini tergolong paling disukai dan merambah segala usia segmentasi penonton. Tetapi termasuk paling sulit dalam menyajikannya, bila kurang waspada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 comedy yang ditawarkan terjebak humoryang slapstick, terkesan memaksa penontonuntuk tertawa dengan kelucuan yang dibuat-buat. 3. Roman – Drama Roman – Drama adalah genre yang popular di kalangan masyarakat penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpaty dan empaty penonton terhadap tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesan film bergenre roman – drama ini yaitu tema yang di angkat klasik permasalahan manusia yang tak pernah puas terjawab. 4. Mystery – Horor Mystery – Horor adalah sebuah genre khusus dunia perfilman. Dikatakan genre khusus karena meski cakupannya sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja, namun genre ini cukup mendapat perhatian yang lebih dari penonton. Hal ini disebabkan keingintahuan manusia pada sebuah dunia yang membuat mereka selalu bertanyatanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut. Kunci suksesnya pada cara pengemasan dan penyajian visualisasi hantu dan konstruksi dramatik skenario. Selain itu juga alur cerita yang masuk akal penonton sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan penonton setelah menonton film tersebut.17 17 M. Bayu Widagdo, Winastwan Gora S, BIKIN SENDIRI FILM KAMU, Yogyakarta : PD. Anindya, 2004, hal 26-27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2.1.5 Unsur-Unsur Film Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film: a. Unsur Naratif Setiap cerita apapun bentuknya dan seberapapun pendeknya pasti mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk dalam unsur naratif yaitu :18 1. Cerita dan Plot Cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film maupun tidak. Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. 2. Hubungan naratif dengan ruang Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam sebuah ruang. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang. Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas. 3. Hubungan naratif dengan waktu 18 Himawan Pratista, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, Hal. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu. Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi waktu. 4. Batasan informasi cerita Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis yakni: a. Pencitraan terbatas (Restricted Narration) informasi cerita dibatasi dan terikat hanya pada satu orang karakter saja. b. Pencitraan tak terbatas (omniscient narration) informasi cerita yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja. 5. Elemen pokok naratif Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku cerita, permasalahan dan konflik, serta tujuan. 6. Pola struktur naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum di bagi menjadi tiga yakni, permulaan, pertengahan, dan penutup. 7. Struktur tiga babak Model stuktur naratif yang paling lama, popular, serta berpengaruh sepanjang sejarah film. Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi, resolusi. 8. Alternatif struktur tiga babak Pola struktur naratif memiliki kemungkinan yang tak terbatas. Struktur tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang bisa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 ditepatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi-plot, naratif realistik, serta pola non linier. b. Unsur Sinematik Unsur sinematik dalam film terdiri dari :19 1. Mise-en-scene : Hal – hal yang ditampilkan atau terlihat di layar film. Elemen yang termasuk dalam mise en scene adalah: a. Setting Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Properti dalam hal ini adalah benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi dan sebagainya b. Kostum dan tata rias wajah (Make-up) Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Sedangkan tata rias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia. c. Pencahayaan (Lighting) Cahaya dalam film berfungsi untuk membentuk sebuah benda serta dimensi ruang. d. Performance para pemain dan pergerakannya (Acting) Karakter merupakan pelaku cerita yang memotivasi naratif dan selalu bergerak dalam melakukan sebuah aksi dengan memunculkan ekspresi. Hal ini lebih ditekankan pada hal body 19 Nathan Abrams, Ian Bell, and Jan Udris, Studying The Media: Studying Film. New York: Oxford University Press, Inc., 2001. Hal. 93-112. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 language atau komunikasi non verbal yang ditampilkan pemeran dalam film tersebut. 2. Sinematografi : memfokuskan pada teknis pengambilan gambar sebuah film. Hal – hal yang termasuk dalam sinematografi : a. Framing Framing merupakan kunci utama dalam sinematografi,yang bagaimana sebuah gambar itu terlihat baik dalam pembingkaian di layar kamera atau film. Framing memiliki hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wajah wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. b. Shot Size (ukuran pengambilan gambar) Shot size tidak terlepas dari peran framing. Shot size juga memiliki kedekatan hubungan dengan unsur naratif yang ada dalam sebuah film. Macam - macam shot size antara lain: extreme long shot (ELS), long shot (LS), close up (CU), dan lainnya. c. Durasi gambar Mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. d. Pergerakan Kamera Hal-hal yang termasuk dalam pergerakan kamera : crane shot (pergerakan kamera menggunakan crane), pan shot (pergerakan kamera secara horizontal, ke kanan dan kiri dalam lokasi yang tetap), tilt shot (pergerakan kamera secara vertical, ke atas dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 bawah, dalam lokasi yang sama), tracking shot (pergerakan secara horizontal juga, tetapi berpindah lokasi dengan menggunakan alat dolly yang berjalan di atas rel.) e. Sudut kamera (camera angle) dan ketajaman gambar (depth of field) 3. Editing Proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Mencakup teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya. 4. Suara (Sounds) Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indra pendengaran baik dialog, musik, dan efek suara. Sebuah audio akan memberikan banyak informasi, membantu penonton mengikuti alur cerita dan menjelaskan apa yang ditampilkan di dalam layar film. Dengan harapan apa yang ingin diberikan di dalam film bisa sampai ke penonton. Secara teori suara dalam film terbagi menjadi dua, yakni: a. Diegetic sounds adalah suara utama atau suara asli dalam film, yaitu dialog pemeran dan suara atmosfer dalam film b. Non Diegetic sounds adalah suara yang berasal dari luar unsur narasi film, yakni musik (backsound), efek suara, dan narasi (voice over). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 2.2 Drama 2.2.1 Pengertian Drama Drama berasal dari kata yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung.20 Pada umumnya, drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas pengertian drama adalah sebuah bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan didepan orang banyak. Dalam arti sempit, pengertian drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung. Berikut ini macammacam drama berdasarkan isi kandungan cerita :21 1. Drama romantis atau romance (melodrama) Drama romantis adalah drama yang sangat menyentuh perasaan, mendebarkan hati, dan mengharukan. Umumnya menggambarkan percintaan antara manusia, dua orang atau tiga orang. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Contohnya, film “Ayat-Ayat Cinta”, “Ada Apa dengan Cinta”. 20 21 Andi Fachruddin. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta : ANDI, 2015, hal 195 ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2. Drama komedi Drama komedi adalah drama yang sifatnya menghibur/ lucu, dialog kocak dan menggelitik penuh keceriaan, biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Bagi penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi dan mengerti alur ceritanya akan tertawa menyaksikannya. Contohnya, film “Mister Bean”. 3. Drama tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan atau drama percintaan yang bersifat sedih. Tokoh-tokohnya terlibat bencana atau masalah besar, yaitu pertentangan antara tokoh protagonis dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainnya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis. Contohnya, drama “Romeo and Juliet” film “Titanic”. 4. Drama tragedi komedi Drama tragedi komedi adalah drama yang dalam ceritanya ada bagian sedih dan ada lucunya. 5. Lelucon/ dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah polah jenaka merangsang gelak tawa penonton. Isi ceritanya bisa kasar, lentur, dan vulgar. Dagelan tidak memiliki kesetiaan terhadap alur cerita, iramanya bisa melantur, dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokohnya dapat berubah watak secara tiba-tiba dari awal hingga akhir cerita.Contohnya, “Teater Srimulat’, “ketoprak Humor”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Penampilan cerita drama biasa diwujudkan dalam setting dan media yang beragam. Drama juga memiliki beberapa macam berdasarkan cara penyajiannya di atas pentas pertunjukan, seperti berikut :22 1. Drama teatrikal (drama yang dipentaskan) Drama teatrikal adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan di atas panggung. 2. Drama radio Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog/ audio yang diucapkan melalui radio. Drama radio menonjolkan variasi dialog, nuansa cerita dengan selingan music, sound effect, dan jenis suara, biasanya direkam melalui kaset. Adegan dan babak bisa diubah sebanyak mungkin karena tanpa pergantian set dekorasi. Contohnya : “Butir-Butir Pasir di Laut”, Tutur Tinular”. 3. Drama televisi Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui televisi. Keunggulan drama televisi mampu mendramatisir ketika melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario certa ditampilkan dalam film, sinetron, atau telenovela. 22 ibid. hal 197 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 2.2.2 Unsur-Unsur Drama Drama sebagai salah satu seni pertunjukan yang merupakan karya cipta seniman dimanfaatkan sebagai hiburan dan pelestarian budaya masyarakat. Drama sebagai karya seni akan terbentuk atau berjalan sukses karena dalam drama terdapat dua unsur yang bersifat umum, yaitu :23 1. Unsur ekstrinsik Merupakan budaya dan adat istiadat yang berlaku di sekitar kehidupan pengarang, biografi penulis, sehingga menjiwai alur cerita sebuah karya atau bisa juga akibat kritik sosial dan pengaruh pementasan drama terhadap kehidupan masyarakat luas. 2. Unsur intrinsik adalah a. Naskah drama b. Pemain atau tokoh drama c. Sutradara drama adalah orang yang memimpin dalam pementasan atau pengaturan adegan drama. d. Tata rias dalam drama adalah bagian yang terpenting terutama bagi pemain, sesuai dengan watak dan peran di dalam pertunjukan drama. e. Tata busana adalah unsur drama yang mengatur busana atau kostum para pemain, mulai dari jenis pakaian, model, sampai cara pemakaian. 23 ibid. hal 198-199 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 f. Tata panggung adalah penataan arena atau panggung (set desain) untuk pementasan/ adegan drama. g. Tata lampu (lighting) adalah pengaturan pencahayaan dalam panggung pada waktu pengadegan atau pementasan drama. h. Tata suara adalah pengaturan terhadap suara-suara yang berhubungan dengan pementasan. 2.3 Teori Penyutradaraan 2.3.1 Sejarah Penyutradaraan Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita.Kemudian mereka berlatih dan memainkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master. Istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada jaman Geroge II. Seorang bangsawan (duke) dari Saxe-Meiningen yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 memimpin sebuah grup teater dan menyelenggarakan pementasan keliling Eropa pada akhir tahun 1870-1880. Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan mengharmonisasikan keseluruhan unsur artistik pementasan dibutuhkan. Meskipun demikian, produksi pementasan teater Saxe-Meiningen masih mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berakting mereka (Robert Cohen, 1994). Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh George II diteruskan pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. Andre Antoine di Tokohcis dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya. Max Reinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater (Herman J. Waluyo, 2001). Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan sangat tergantung kepiawaian sutradara. Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern.24 24 Risky Broadcaster ( 2017, 13 Mei ). Sutradara ( Online ). di akses pada pada 13 Mei 2017 Pukul 02 : 32 dari https://rizkybroadcaster.wordpress.com/04-sutradara/ http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 2.4 Sutradara 2.4.1 Pengertian Sutradara Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab menerjemahkan kata-kata tertulis (skrip) menjadi suara atau gambar tertentu. Sutradara bertugas menvisualisasikan konsep bertugas memvisualisasikan konsep naskah yang abstrak ke dalam bentuk yang nyata. Sutradara bertugas membangun sudut pandang dari setiap adegan yang akan menentukan pemilihan (shot), penempatan, dan gerakan kamera. Sutradara bertanggung jawab mengatur tingkat dramatisasi cerita, kecepatan, aliran sara, dan gambar. Ia harus memeragakan dan mengarahkan setiap adegan, dan juga memberikan perintah dan saran dalam seluruh proses pengambilan gambar dan editing. Sutradara harus mampu mempertahankan minat audien untuk terus menonton. Sutradara bekerja dengan seluruh tim kreatif dan teknis25. Analisis sutradara atas kompleksitas lakon dengan studi konstruksi lakon dengan memeriksa pola : preparasi, komplikasi, krisis dan resolusi. Dia harus mempelajari bahan-bahan yang dipakai untuk membangun “suspensi’ dan untuk eksposisi. Untuk membuat analisis la membantu dengan cara membagi lakon kedalam adegan-adegan pendek yang ditandai dengan “masuk atau keluar” (karena setiap masuk/keluarselalu membawa perubahan dalam hubungankarakter). 25 Morissan, Managemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta.Kencana Prenada Media Grup, 314 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Sutradara akan menyadari baik kekuatan maupun kelemahan naskah dan juga masalah-masalah yang harus di selesaikan. Sutradara harus memahami setiap karakter, baik dalam fungsinya dalam lakon maupun tuntutan atas pemain yang akan memainkan perannya. Sutradara harus memperhatikan ciri-ciri fisik, kualitas yang dominan (seperti : kesedihan, kekuatan atau kelicikan/kecerdikan). Tingkatan emosional dan kualifikasi vokal yang diperlukan bagi setiap karakter sehingga sutradara bisa meng-casting dan melatih lakon secara cerdas. Sutradara harus memahami lakon dalam rangka kebutuhan pengadeganan, kostum dan pencahayaan. 2.4.2 Teknik Penyutradaraan Teknik penyutradaraan adalah suatu cara seorang sutradara dalam melakonkan perannya untuk mengangkat sebuah naskah lakon ke dalam bentuk pementasan. Ajib Hamzah berpendapat bahwa “Sutradara ketika berkehendak menyutradarai suatu naskah lakon, keberangkatan naskah lakon itu didukung oleh konsep yang telah dimiliki sebagai hasil kontrak dengan naskah” (1986 : 196-197) sementara Suyatna Anirun berpendapat bahwa setiap pagelaran drama selalu bertolak dari pencetusnya ide-ide. Ide-ide yang telah melembaga menjadi suatu gagasan – gagasan itu mengembang menjadi bahasa teater (1978:19). Sutradara adalah orang yang dapat mengaktualisasikan naskah lakon kedalam panggung pementasan. Sutradara tidak dapat bekerja sendiri. Dalam setiap proses pementasan, sutradara akan berhadapan dengan naskah, aktor, kru panggung, serta http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 penonton. Menurut Suyatna Anirun, ada empat unsur yang mengusung terciptanya sebuah teater yaitu, naskah, pemain, tempat pertunjukan, dan penonton. Semua merupakan satu kesatuan yang meruang, hanya dari sana kita akan mendapat kemungkinan terciptanya atmosfer teateral. Atmosfer tersebut hanya tercipta apabila naskah sedang dimainkan, dipertunjukkan dengan tingkat permainan yang optimal, bertenaga dan berpengaruh, diusung oleh kondisi ruangan dan teknik akustik yang memadai sehingga secara visual memungkinkan terjadinya komunikasi estetis maupun emosional dengan penonton ( Suyatna Anirun, 2012 : 41 ). Teknik penyutradaraan yang digunakan sutradara dalam memunculkan naskah lakon keatas pangung meliputi beberapa cara. Menurut Japi Tambayong, teknik yang digunakan oleh sutradara meliputi memilih naskah, menentukan pokok penafsiran, memilih pemain, bekerja dengan staff, melatih pemain, dan mengkoordinasi setiap bagian” (1981 : 68-70). Sementara Harymawan dalam bukunya berjudul Dramaturgi menguraikan teknik dalam proses penyutadaraan adalah menentukan nada dasar, casting, tata dan teknik pentas, menyusun miss en scene, menguatkan dan melemahkan scene, menciptakan aspek – aspek laku dan mempengaruhi jiwa pemain. Dengan berbagai teknik yang ada dalam penjabaran diatas penulis memakai teknik penyutradaraan yang di pakai oleh Harymawan dalam bukunya berjudul Dramaturgi karena dapat memperkuat karakter penjiwaan tokoh, cerita dan juga dramatik dalam film yang akan di buat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 2.4.3 Tugas Sutradara Adapun penjelasan dari tugas dalam proses sutradara adalah sebagai berikut : A. Menentukan Nada Dasar Menentukan nada dasar adalah mencari motif yang memasuki karya lakon dankemudian memberi ciri kejiwaan dalam suatu perwujudan naskah lakon dasar dapat bersifat sebagaimana berikut : 1. Menentukan dan memberikan suasana khusus 2. Membuat lakon gembira menjadi suatu banyolan 3. Mengurangi bobot tragedi yang terlalu berlebihan 4. Memberikan prinsip dasar pada lakon 5. Ringan B. Menentukan Casting yang dimaksud casting ialah proses penuangan untuk menentukan pemeran berdasarkan analisis naskah untuk diwujudkan dalam pentas. beberapa macam casting yang digunakan sutradara, adalah sebagai berikut : 1. Casting by ability : casting berdasarkan kecakapan yang terbaik dan terpandai sebagai pemeran utama, serta menjadikan pemain dengan tokoh - tokoh yang penting dan sukar 2. Casting to type : casting berdasarkan kondisi, kesesuaian fisik dengan peran tokoh. Sutradara akan memilih pemainnya yang sesuai dalam memerankan tokoh dengan melihat kesesuaian fisik pemain dengan tokoh yang akan dilakoninya 3. Anti type casting : casting yang agak bertentangan dengan keadaan watak maupun sifat pemeran dalam memerankan http://digilib.mercubuana.ac.id/ tokoh yang akan 29 dimainkannya. Proses pengcastingan dengan model ini akan membuat pemain lebih mengeksplor dirinya. 4. Casting to emotional temperament : casting berdasarkan pada hasil observasi hidup pribadi, adanya kesamaan, kesesuaian dengan peran yang dimainkan dalam hal emosi dan temperamen. Pada tipe pengkastingan gaya emotional temperament, sutradara akan lebih mudah menggarap para pemainnya karena pemain memiliki kemiripan kondisi keseharian dengan tokoh yang dilakoninya.\ 5. Therapeutic casting : casting yang dikemukakan untuk seorang pelaku yang bertentangan sekali watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau terapi mengurangi ketakseimbangan jiwanya. Pada tipe penyutradaraan gaya therapeutic casting, sutradara sudah mencapai tahapan suhu di mana ia mengerti betul kondisi para pemainnya dan berusaha untuk menyeimbangkan kondisi kejiwaan para pemainnya. Dalam melakukan casting, sutradara harus memilih pemain atau orang yang sesuai untuk memainkan tokoh yang dimaksud. Kesesuaian itu berdasar pada fisik, karakter, warna suara, temperamen kesehariannya, dan mungkin juga pengalaman atau jam terbang yang dimilikinya dalam dunia panggung atau seni peran. C. Tata dan Teknik Pentas Tata dan teknis pentas adalah segala yang menyangkut soal tata setting, tata rias dan busana, tata cahaya dan tata musik, kesemuanya disesuaikan dengan nada dasar. Dalam merencanakan tata pentas, seorang sutradara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 mempunyai konsep mengenai tata pentas sebuah lakon yang akan disutradarainya, yang memberikan gambaran mengenai tata setting, tata rias dan busana, tata cahaya, dan tata musiknya. Pelaksanaan tata pentas ini dikerjakan oleh pekerja panggung, seperti penata setting, perias dan penata kostum, penata lampu dan penata musik.Hubungan sutradara dengan pekerja panggung tersebut, sutradara hanya memberikan konsep tata pentas secara garis besarnya saja, dan pekerja panggung mengerjakan menurut konsep tata pentas sutradara. D. Menyusun Miss en Scene Menyusun miss en scene adalah menyusun segala perubahan yang terjadi dan terdapat pada daerah pemain akibat adanya perpindahan pemeran atas perlengkapan panggung, pemberian bentuk bisa dicapai dengan hal-hal berikut : 1. Sikap pemain 2. Pengelompokan 3. Pembagian Tempat kedudukan Para Pelaku 4. Variasi Saat keluar dan Masuk 5. Variasi Posisi dari Dua Pemain yang berhadap-hadapan 6. Komposisi dengan Menggunakan garis dalam penempatan pelaku 7. Ekspresi kontras dalam Pakaian Pemeran 8. Efek yang Ditimbulkan oleh Tata Sinar lampu 9. Memperhatikan latar belakang Pentas 10. Keseimbangan dalam komposisi Pentas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 11. Dekorasi. E. Menguatkan Atau Melunakkan Scene Teknik ini adalah cara penggarapan suatu lakon yang dituangkan pada bagian – bagian adegan lakon. Sutradara bebas menentukan tekanan pada bagian-bagian lakon menurut pandangannya sendiri tanpa mengubah naskah. kondisi penguatan dan pelunakan scene bisa didukung dengan efek cahaya dan musikalitas F. Menciptakan Aspek – aspek Laku Sutradara memberikan saran - saran pada para aktor agar mereka menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau akting kreatif, yaitu cara berperan yang biasanya tidak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk memperkaya permainan, sehingga penonton lebih jelas dengan kondisi batin seorang pemeran. G. Mempengaruhi Jiwa Pemain Ada dua macam kedudukan sutradara sebagai penggarap cerita lakon : 1. Ciri Sutradara Teknikus Dia akan menciptakan suatu pagelaran pentas yang menyolok dan menarik perhatian public dengan teknik dekor yang luar biasa, tata sinar yang mewujudkan kostum yang menarik. Penyutradaraan teknikus terkesan mengelabuhi penonton dengan tampilan secara visual tanpa memahami unsur keaktorannya yang notabene sebagai media penyampai suatu maksud dari teks drama http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 2. Ciri Sutradara Psikolog Gaya sutradara psikologi memang kurang memperhatikan aspek selain keaktoran karena dalam penggambaran watak dia akan lebih mengutamakan tekanan psikologis, khususnya pada cara acting yang murni ketika prestasi permainan pribadi ditempatkandalam arti sebenarnya. jadi aspek di luar wilayah keaktoran agak dikesampingkan. Tugas sutradara film yang utama adalah mengarahkan para aktris dan aktor untuk membawakan peran yang sesuai dengan isi script/naskah, selain itu sutradara harus mempunyai kemampuan stimulasi supaya ia mampu membimbing aktris dan aktor untuk menghidupkan peran yang dimainkan dalam film tersebut. Berikut adalah tugas utama seorang sutradara dari tahap pra produksi sampai pasca produksi: a. Tahap Praproduksi : a. Menganalisa sekenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan arsitek di dalam film tersebut. b. Bersama penata fotografi, penata artistik, penata suara, ed itor danjuga produser. Menentukan letak pengambilan gambar dan kemudian merumuskan konsep penyutradaraan untuk film tersebut c. Bersama produser memilih dan menentukan kru yang akan terlibat dalam produksi film tersebut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 d. Bersama Asisten Sutradara dan juga Casting director untuk menentukan dalam melakukan casting terhadap para pemain utama dan pemain pendukung e. Bersama pemain utama melakukan pembacaan sekenario, latihan pemeranan untuk menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan f. yang ada dalam sekenario yang bertujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh kepada pemain utama. g. Bersama tim hunting lokasi dengan penata fotografi, penata artistik, asisten Sutradara dan manajer produksi untuk menentukan dan memastikan lokasi berdasarkan konsep dan semua aspek teknis h. Merumuskan dan membuat director shot dan ilustrasi staging pemain pada setiap scene untuk membentuk floorplam agar sesuai dengan peletakan kamera. Bersama storyboard artist membuat storyboard b. Tahap Produksi : a. Bersama asisten sutradara dengan kru utama lainnya membuat urutan shot yang akan di ambil.Sesuai dengan berdasarkan breakdown shooting agar sesuai dengan adegannya. b. Bersama asisten sutradara melakukan arahan terhadap pemaindalam melakukan latihan blocking yang disesuaikan dengan blocking kamera c. Mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam wilayah kreatif apabila ada persoalan di lapangan d. Melihat hasil rush copy untuk hasil shoting haru pertama c. Tahap Pasca Produksi : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 a. Mengevaluasi hasil shooting materi editing sesuai dengan catatan laboratorium atau editor. b. Bersama editor untuk melihat dan mendiskusikan hasi rough cut dan fine cut, serta bersama penata musik mengevaluasi perihal musik yang telah di konsepkan pada pra produksi sebelumnya. c. Mengevaluasi dan peninjauan mixing berdasarkan konsep suara yang telah di tentukan pada saat pra produksi. d. Bersama editor melakukan supervisi/koreksi warna gambar berdasakan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, setelah berdiskusi dengan produser dan penata fotografi. Rencana syuting akan memudahkan Sutradara dalam menjelaskan visi yang ingin diwujudkan dari skenario film. Selain itu, juga memudahkan kru seperti Penata Sinematografi/Fotografi untuk memesan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk mewujudkan adegan tertentu sesuai dengan sudut pengambilan ataupun gerak kamera yang diinginkan Sutradara.26 26 Tino Saroengallo. Dongeng Sebuah Produksi Film, Jakarta: PT Intisari Mediatama. 36- 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/