BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 4 KOTA TEGAL A. SEKILAS TENTANG SMA NEGERI 4 KOTA TEGAL 1. Sejarah SMA Negeri 4 Kota Tegal SMA Negeri 4 kota Tegal berdiri sejak tanggal 1 Juli tahun 1991. Terletak di jalan DR Setia Budi No. 32 Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah, dekat dengan Balaikota Kota Tegal. SMA Negeri 4 merupakan perubahan dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri dengan SK Mendikbud RI. No. 0246/0/1991 tentang alih fungsi Sekolah Pendidikan Guru dan Sekolah Olahraga menjadi Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA). Dan surat kepala kantor Depdikbud Kotamadya Tegal No. 8145/Io3.35/Aa/1990 tertanggal 19 Juli 1990 tentang penyerahan gedung eks. SPG Negeri ke SMA Negeri 4 Tegal sehingga guru-guru SMA Negeri 4 Tegal, gedung, sarana dan prasarana merupakan warisan dari SPG Negeri Tegal. SMA Negeri 4 Tegal terletak di daerah pesisir pantai utara pulau Jawa dengan kondisi lingkungan khas pesisir yang bercirikan bersuhu udara relatif panas, tetapi untuk lingkungan di sekolah SMA Negeri 4 Tegal kondisinya relatif agak sejuk karena di sekolah masih banyak terdapat pohon-pohon yang tinggi yang hijau, bebas polusi, kicauan 70 71 burung yang tak pernah berhenti setiap hari karena sekolah merawat beberapa jenis burung. SMA Negeri 4 Tegal menerima peserta didik baru pada tahun pelajaran 1989/1990. Saat itu siswa SPG masih 2 angkatan yaitu duduk di kelas II dan III, baru pada tahun 1991/1990 murni siswa SMA Negeri 4 Tegal sampai sekarang.1 2. Visi dan Misi a. Visi SMAN 4 Kota Tegal : “Generasi Mandiri Yang Berimtak, Cerdas, Terampil, Berbudi Pekerti Luhur, Dan Berwawasan Kebangsaan”. b. Misi SMAN 4 Kota Tegal : 1) Mengintegrasikan materi imtak dan wawasan kebangsaan ke dalam semua mata pelajaran 2) Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan inovatif dengan cara membuka kelas multimedia serta menciptakan sumber belajar baik dari alam maupun internet 3) Menyelenggarakan/ menyediakan sarana dan prasarana sekolah yang lebih lengkap 4) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler berbasis vokasional, seni, dan olahraga 1 Dokumentasi SMA Negeri 4 Kota Tegal dikutip pada tanggal 14 Januari 2015. 72 5) Melaksanakan layanan bimbingan, konseling, dan pelatihan yang memadai guna mendukung kegiatan pengembangan diri peserta didik. 3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan a. Keadaan Pendidik Tenaga pendidik di UPTD SMA Negeri 4 Tegal berjumlah 56 orang guru yang terdiri dari 52 orang guru PNS dan 4 orang guru GTT, yang kesemuanya berpendidikan tinggi (S.1 dan S.2) yang masingmasing guru mengajar sesuai disiplin ilmu yang dimiliki sehingga tercapainya proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.2 Tabel 2. Daftar Ketersediaan Tenaga Pendidik SMAN 4 Tegal. No. Mata Pelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 2 Ibid. PPKn/ Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Agama Islam Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa Inggris Sejarah Nasional dan Umum Pendidikan Jasmani Matematika Fisika Biologi Kimia Ekonomi Sosiologi Geografi Teknologi Guru Tetap 2 Jumlah Guru Yang Ada Guru Jumlah Jml Tidak Guru Sertifikasi Tetap 2 2 2 1 3 1 3 1 4 3 6 2 - 6 2 5 2 3 6 3 2 2 5 1 2 2 1 1 - 3 6 3 2 2 6 1 3 2 1 6 3 1 2 3 1 1 73 Informasi dan Komunikasi Pendidikan Seni Bahasa Asing Lain Bimbingan dan Konseling Muatan Lokal Jumlah 15. 16. 17. 18. 2 2 5 1 - 3 2 5 2 3 2 52 5 2 56 36 b. Keadaan Tenaga Kependidikan Untuk tenaga kependidikan di UPTD SMA Negeri 4 Tegal sebanyak 13 orang yang masing-masing bekerja secara profesional sehingga membantu tercapainya proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.3 Tabel 3. Daftar Ketersediaan Tenaga Kependidikan SMAN 4 Tegal. No. 1. 2. 3. 4. 5. 3 Ibid. Jenis Tenaga Kependidikan Tenaga TU/ Administrasi Tenaga Pustakawan Tenaga Teknisi Tenaga Laboran Tenaga................. Jumlah Jumlah Tenaga Kependidikan Yang Ada Tenaga Tenaga Jumlah Tetap Tidak Tenaga Tetap Kependidikan 2 9 11 - 1 1 1 1 2 11 13 74 4. Keadaan Peserta Didik Tabel 4. Jumlah Peserta didik SMAN 4 Tegal.4 Tingkat dan Program Pengajaran Kelas X Kelas XI IPA Kelas XI IPS Kelas XI Bahasa Kelas XII IPA Kelas XII IPS Kelas XII Bahasa Total Jumlah Siswa Perempuan L+P 154 70 99 0 255 96 157 0 Jumlah Rombongan Belajar 8 Rombel 3 Rombel 5 Rombel 0 Rombel 25 69 0 70 83 0 95 152 0 3 5 0 Rombel Rombel Rombel 279 476 755 24 Rombel LakiLaki 101 26 58 0 5. Struktur Organisasi Secara struktural susunan pengurus SMAN 4 Tegal dapat digambarkan dalam bagan berikut : KEPALA SEKOLAH Wiyarna, M.Pd KOMITE WAKASEK UR. KURIKULUM WAKASEK UR. KESISWAAN WAKASEK UR. SAPRAS WAKASEK UR. HUMAS Lucia Sri Supriyanti, S.Pd Supriyono, S.Pd Rosuli, S.Pd Drs. Abdul Mubin Wali Kelas Guru Murid 4 Ibid. 75 B. Pembelajaran PAI di SMA Negeri 4 Kota Tegal Di SMAN 4 Kota Tegal, Pendidikan Agama Islam diajarkan pada semua tingkatan kelas, yakni pada kelas X, XI, dan XII. Pada setiap kelasnya, pembelajaran PAI dilakukan selama 4 jam pelajaran pada setiap minggunya. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran PAI di Sekolah : 1. Kurikulum Kurikulum merupakan bagian penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Seperti sekolah pada umumnya, SMAN 4 Kota Tegal sebagai sekolah berwawasan kebangsaan dan anti korupsi menerapkan kebijakan kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI, serta Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada kelas XII. 5 Di SMAN 4 Kota Tegal, PAI diajarkan berdasarkan beberapa aspek pokok bahasan, diantaranya tentang Aqidah, Akhlaq, Al-Qur’an, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Beberapa aspek pokok bahasan tersebut dapat dilihat pada silabus pembelajaran.6 2. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi fokus utama dalam pembelajaran nilai dituntut untuk memiliki guru yang profesional dan kompeten dalam bidangnya. Di SMAN 4 Kota Tegal memiliki 3 orang guru mata pelajaran PAI, yang terdiri dari 2 orang guru 5 Lucia, Waka Kurikulum SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015. 6 Suaidi, Guru PAI Kelas XII SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 15 Januari 2015. 76 tetap dan 1 orang guru tidak tetap. Ketiganya memiliki kualifikasi pendidikan S1 dalam pendidikan agama Islam.7 3. Metode Pembelajaran Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya, guru PAI di SMAN 4 Kota Tegal memiliki beberapa metode yang digunakan dalam menyampaikan materi. Beberapa metode yang digunakan diantaranya :8 a. Metode Ceramah Merupakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran secara lisan di depan kelas untuk kemudian dijadikan pesan yang diterima oleh peserta didik. Peserta didik secara aktif mendengarkan, memperhatikan dan mencatat materi-materi yang dianggap penting. b. Metode Diskusi Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggulirkan suatu permasalahan yang kemudian diperdebatkan oleh peserta didik. Peserta didik kemudian saling memberikan argumentasi yang rasional dan objektif terhadap masalah yang dikaji. c. Metode Tanya Jawab Merupakan penyajian materi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban, atau sebaliknya peserta didik diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab. 7 Khaerul Zaman, Guru PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 12 Januari 2015. 8 Ibid. 77 Proses tanya jawab juga dapat dilakukan oleh sesama peserta didik dalam membahas suatu materi pembelajaran. d. Metode Hafalan Metode hafalan merupakan cara pembelajaran dimana peserta didik harus menghafal ayat-ayat Alquran untuk kemudian melakukan setoran kepada anggota Rohani Islam (Rohis). Guru kemudian melakukan pengawasan dengan absensi dari pengurus Rohis. Hal tersebut untuk melatih rasa tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas tanpa pengasawan secara langsung kepada peserta didik. Karena sewaktu-waktu guru melakukan tes kepada peserta didik. e. Metode Keteladanan Metode keteladanan merupakan cara pembelajaran dimana seorang guru dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didik. Selain memberikan contoh tokoh-tokoh yang dapat menjadi panutan, guru juga sebisa mungkin menjaga sikapnya di sekolah baik pada saat pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Misalnya, bersikap ramah, sederhana dalam berpenampilan, dan dapat menjalin interaksi yang baik kepada peserta didik. 4. Sarana Prasarana Sebagai faktor pendukung dalam mencapai kesuksesan pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal diperlukan sarana dan fasilitas pendukung di dalamnya. Beberapa fasilitas pendukung dalam upaya penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal, diantaranya : Kantin 78 kejujuran, Mushola, Alquran, buku-buku keagamaan, poster dan papan kampanye anti korupsi.9 C. Pendidikan Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal 1. Asal Usul Pendidikan Anti Korupsi di SMAN 4 Kota Tegal Pendidikan anti korupsi diterapkan di SMAN 4 kota Tegal sejak tahun 2013. Di awali dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan RI dalam penerapan program pendidikan anti korupsi di sekolah. Dengan keseriusan SMAN 4 kota Tegal dalam usaha membangun budaya anti korupsi di sekolah, SMAN 4 kota Tegal mengajukan proposal untuk ketersediannya dalam menerapkan program pendidikan anti korupsi. Seperti yang diungkapkan oleh waka kurikulum mengenai asal usul diterapkannya pendidikan anti korupsi di SMAN 4 kota Tegal, sebagai berikut : “Jadi begini mbak, waktu itu dari pemerintah pusat mengeluarkan surat edaran kesekolah-sekolah seluruh Indonesia untuk pengadaaan program pendidikan anti korupsi. Lalu dari SMA 4 mengajukan proposal yang kemudian ternyata SMA 4 masuk dalam salah satu sekolah yang mendapatkan dana sebesar 60 juta rupiah untuk pengadaan program pendidikan anti korupsi di sekolah. Dana itu digunakan seperti yang mbak liat banyak poster-poster dan sloganslogan disemua sudut sekolah salah satunya untuk itu. Lalu untuk pengadaan kantin kejujuran, sosialisasi PAK untuk siswa dan guru, seminar PAK untuk sekolah-sekolah di kota Tegal, pengadaan lombalomba PAK dan sebagainya. Harapannya SMAN 4 Tegal ini dapat menjadi sekolah percontohan di kota Tegal yang merupakan satusatunya sekolah yang masih menerapkan pendidikan anti korupsi”.10 9 Warsinah, Guru PAI kelas XI SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi dan Observasi, Tegal, 13 Januari 2015. 10 Lucia, op. cit., Tegal, 19 Januari 2015. 79 Sampai saat ini SMAN 4 kota Tegal masih konsisten dalam menerapkan program dan nilai pendidikan anti korupsi. Hal tersebut membuat SMAN 4 kota Tegal masih merupakan sekolah menengah atas yang satu-satunya menerapkan program pendidikan anti korupsi, sekaligus menjadi sekolah percontohan di kota Tegal. 2. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI Nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dikembangkan di SMAN 4 Kota Tegal memang tidak berbentuk satu mata pelajaran khusus. Nilainilai tersebut dikembangkan secara integratif pada aktivitas pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Seperti pada mata pelajaran PAI. Pembelajaran PAI yang dilakukan di SMAN 4 Kota Tegal mengajarkan beberapa materi pelajaran yang fokus pada beberapa unsur pokok di atas, seperti aqidah, akhlaq, Alquran, fiqih dan tarikh sejarah kebudayaan Islam. Didalam kajianya juga memuat beberapa pembelajaran moral tentang nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dimaksimalkan oleh guru agama untuk disampaikan kepada peserta didik. Diantara beberapa nilai yang dikembangkan diantaranya :11 a. Nilai Tanggung jawab Tanggung jawab merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam pendidikan anti korupsi. Kemudian dalam pelaksanaannya, nilai tersebut diajarkan sebagai salah satu proses pembelajaran akhlaq, seperti pada observasi dalam pembelajaran PAI kelas X yang 11 Khaerul Zaman, op. cit., Tegal, 12 Januari 2015. 80 bertemakan sikap semangat menuntut ilmu, melalui metode ceramah guru menyampaikan kepada siswa untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu dan bertanggung jawab untuk mengamalkan kepada sesama. Tanggung jawab merupakan amanah yang harus dilaksanakan. Secara tidak langsung terlihat guru dalam pembelajaran juga mengaitkan dengan tanggung jawab yang dipegang oleh pemimpin negara, yang merupakan orang berilmu yang mempunyai kedudukan tertinggi untuk bisa bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggung jawabnya. 12 Kemudian nilai tanggung jawab juga ditanamkan dalam aspek aqidah hingga keteladanan terhadap perjuangan Nabi SAW. b. Nilai Kedisiplinan Nilai Kedisiplinan merupakan bagian dari salah satu sifat terpuji yang merupakan pembelajaran seperti di dalam materi kelas X yakni pada aspek akhlak kedisiplinan ditanamkan salah satu contohnya dalam materi memahami dan menampilkan perilaku taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan dan bekerja keras, serta kedisiplinan ditanamkan keteladanan terhadap perjuangan Nabi dan tokoh-tokoh dalam perjuangan agama Islam. Nilai kedisiplinan juga ditanamkan oleh guru pada saat pembelajaran, Seperti pada saat penulis melakukan observasi, terlihat guru menanamkan nilai kedisiplinan kepada peserta didiknya. Guru tidak langsung mempersilahkan duduk bagi peserta didik yang 12 Observasi proses pembelajaran PAI kelas X, Tegal, 12 Januari 2015. 81 terlambat, tetapi berdiri di depan kelas untuk mengutarakan alasan keterlambatannya. Selain itu guru juga memeriksa kerapian siswa sebagai wujud kesiapan mereka dalam belajar. Jika dari keterlambatan siswa dan kerapian siswa tidak sesuai dengan aturan yang berlaku maka dengan terpaksa siswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti pembelajaran. Seperti yang diungkapkan salah satu guru PAI bahwa “Ketegasan saya bukan berarti mengambil hak mereka untuk belajar, tapi untuk mendidik mereka agar lebih disiplin dalam belajar...”.13 c. Nilai Kejujuran Nilai kejujuran juga dikaji dalam materi pelajaran PAI yang fokus pada unsur Alquran, yakni peserta didik belajar tentang perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman QS. Al-Maidah (5): 8, QS. At-Taubah (9): 119 dan hadis terkait dengan nilai kejujuran. Kemudian, nilai kejujuran juga diajarkan pada unsur fiqih dalam pembelajaran PAI. Pada persoalan muamalah, kejujuran menjadi salah satu nilai yang harus dimiliki oleh setiap muslim.14 Dalam proses pembelajaran hingga penilaian, guru menekankan pada penanaman sifat jujur pada peserta didik. Kejujuran yang ditunjukan dengan perbuatan tidak mencotek selalu diarahkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Untuk evaluasi guru menggunakan tes tertulis, namun dalam pelaksanaanya guru hanya memberi 30% untuk 13 Khaerul Zaman, Guru PAI SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara pribadi, Tegal, 24 Januari 2015. 14 Silabus PAI kelas X dan XI SMAN 4 Kota Tegal. 82 penilaian tes tertulis, untuk selebihnya yang 70% diambil dari evaluasi setiap proses pembelajaran yakni dari keaktifan mengikuti pembelajaran, kejujuran saat mengerjakan tugas dan guru dengan tegas tidak akan memberikan penilaian pada pekerjaan siswa yang merupakan hasil mencontek.15 Dari beberapa arahan tersebut peserta didik akan terbiasa untuk berperilaku jujur dalam mengerjakan sesuatu. Seperti diungkapkan salah satu peserta didik sebagai berikut : “Kalau dalam pembelajaran PAI sendiri ya kita selalu menghafal dengan jujur, berusaha tidak mencontek, shalat tepat waktu, ya kalau di sekolah ya kita harus selalu disiplin, peduli antar sesama, kalau di kehidupan sehari-hari ya misal kita waktunya belajar ya belajar, membantu orang tua, kalau pulang sekolah juga langsung pulang nggak mampir-mampir dulu”.16 d. Nilai Kesederhanaan Nilai kesederhanaan juga dapat menjadi sikap yang dihasilkan dari usaha untuk mengembangkan perilaku kontrol diri (MujÄhadah annafs) dari godaan syaitan dan kepentingan dunia yang merupakan salah satu materi PAI yang diajarkan. Dalam penerapannya nilai kesederhanaan juga ditampakkan oleh guru yang menjadi panutan bagi siswa-siswinya di sekolah. Para guru di sekolah berpakaian sebagaimana mestinya seorang guru, tidak memakai perhiasan maupun aksesoris yang berlebihan, bersikap ramah terhadap semua siswa dan menjalin komunikasi yang baik dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI sebagai berikut : 15 Khaerul Zaman, op. cit., Tegal, 12 Januari 2015. Aji, Ketua Rohis SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015. 16 83 “Guru setidaknya harus bisa menjaga tindak tanduknya di sekolah, meniru kesederhanaan yang ditampilkan Rasulullah SAW agar menjadi contoh bagi siswa. Jika semua guru dapat menjaga tindak tanduknya dengan baik, maka siswa otomatis akan meniru dengan apa yang mereka lihat. Jadi pendidikan anti korupsi secara tidak langsung akan mudah tertanam dalam diri siswa, tidak hanya teori belaka.17 e. Nilai Kerja keras Sebagai salah satu nilai dari pendidikan anti korupsi, kerja keras juga ditanamkan kepada peserta didik dalam pembelajaran PAI. Materi yang mengajarkan tentang nilai tersebut seperti dijelaskan dalam unsur tarikh dan sejarah kebudayaan Islam. Pada materi tersebut peserta didik belajar untuk memahami kerja keras perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah di Makkah dan Madinah. Semangat dan perjuangan Nabi dalam menyebarkan agama Islam berbuah pada kemajuan Islam hingga kini. Dalam materi tersebut, peserta didik juga belajar tentang sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Mekah.18 Dalam proses pembelajaran PAI, melalui metode hafalan guru menanamkan nilai kerja keras untuk membiasakan siswa untuk pantang menyerah dalam menghafal ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi SAW. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu peserta didik sebagai berikut : “Kalau di dalam pelajaran kan kita selalu dituntut untuk menghafal ayat-ayat Alquran atau hadis yang terkait dengan materi pelajaran, nah disitu kita dituntut untuk kerja keras dalam 17 18 Khaerul Zaman, op.cit., Tegal, 12 Januari 2015. Silabus PAI SMAN 4 Kota Tegal, Kelas X, XI dan XII. 84 menghafal. Karena nantinya juga di cek hafalannya sewaktu-waktu tanpa terduga, jadi kita tetap harus terus menghafal, kalau nanti di cek kita nggak hafal kan malu.”19 Selain itu guru dalam proses pembelajarannya pun selalu memotivasi siswa untuk kerja keras dalam arti semangat dalam belajar agar mudah dalam menuntut ilmu dan mengerjakan tugas sekolah. Tidak hanya itu, melalui tanya jawab guru tidak jarang meminta siswa untuk mengidentifikasi nilai kerja keras yang terdapat dalam materi pelajaran.20 f. Nilai Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu nilai pendidikan anti korupsi yang dikembangkan. Dalam pembelajaran PAI, peserta didik diajarkan tentang kemandirian sebagai salah satu dari akhlaq yang terpuji. Selain nilai kejujuran, kemandirian juga ditanamkan agar peserta didik memiliki kepercayaan terhadap kemampuan pribadi yang dimiliki untuk melaksanakan tugas atau amanah, dengan tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Nilai ini diajarkan dalam setiap proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru PAI bahwa nilai kemandirian ini ditanamkan melalui pembiasaan shalat dhuha sebelum pembelajaran dan tadarus ketika pagi hari. Secara tidak langsung siswa dibiasakan mandiri untuk melaksanakan shalat dhuha dan doa bersama tanpa pengawasan guru. Seperti yang diungkapkan 19 20 Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal 14 Januari 2015. Observasi Pembelajaran PAI kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal 12 Januari 2015. 85 salah satu peserta didik mengenai penanaman nilai mandiri di dalam proses pembelajaran PAI : “Dan kita juga mencoba selalu mandiri dalam mengemban amanah yang diberikan, misalnya ketika tadarus pagi tanpa ada pengawasan otomatis kita langsung memulai tadarus, dan sebelum pelajaran PAI kita semua tanpa disuruh langsung melaksanakan shalat dhuha. Hal yang semacam itu yang membuat kita jadi mandiri dan terbiasa melakukannya”.21 g. Nilai Keadilan Nilai keadilan tersebut diajarkan dalam pembelajaran akhlaq kepada peserta didik, karena merupakan bagian dari sifat terpuji dan merupakan salah satu pemaknaan dari salah satu asma Allah, yakni al‘Adl.22 Nilai adil juga sangat ditekankan oleh semua guru terutama dalam memperhatikan dan memberi penilaian terhadap setiap siswa dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI sebagai berikut: “Karena setiap siswa tentunya memiliki hak yang sama untuk menerima pengajaran dan perhatian yang sama. Tidak membedakan kaya miskin, bodoh pintar, cantik, tidak cantik, tentunya guru harus memperlakukannya dengan adil”.23 h. Nilai Keberanian Sikap keberanian sebagai salah satu yang dipelajari dalam materi pelajaran PAI juga merupakan salah satu dari 9 nilai pendidikan anti korupsi. Dalam kajiannya, peserta didik belajar untuk memahami keberanian Nabi Muhammad dalam berupaya keras berdakwah baik di 21 Bayu, Siswa SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015. Silabus PAI SMAN 4 Kota Tegal Kelas X. 23 Khaerul Zaman, op. cit., 12 Januari 2015. 22 86 Makkah maupun Madinah. Dalam proses pembelajaran PAI, nilai keberanian ditanamkan melalui metode pembelajaran siswa aktif. Setelah guru menerangkan materi pelajaran, guru meminta peserta didik untuk mencari nilai-nilai pendidikan anti korupsi apa saja yang terkandung dalam materi pelajaran yang telah disampaikan. Hal itu dilakukan juga dalam rangka menanamkan nilai keberanian agar siswa aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya. Seperti yang penulis dengar saat melakukan observasi pembelajaran ketika guru menstimulus peserta didik agar berani berpendapat sebagai berikut : “ayo kalian harus berani, berani dalam melakukan kebaikan itu harus dilakukan, seperti mengungkapkan pendapat di depan kelas kalian tidak boleh malu-malu, kalau mengungkapkan pendapat di depan kelas saja tidak berani, bagaimana kalian berani melawan korupsi?”.24 Terlihat beberapa siswa sudah mulai berani mengungkapkan pendapatnya. Meskipun dalam menyampaikan pendapatnya hanya beberapa kalimat saja tetapi guru tetap memberikan apresiasi yang baik. Hal tersebut rupanya membangkitkan keberanian terhadap peserta didik yang lain.25 i. Nilai Kepedulian Sebagai bagian dari salah satu sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama, kepedulian juga dijelaskan secara eksplisit pada materi pelajaran PAI. Didalam pembelajaran akhlaq, kepedulian erat kaitanya 24 Khaerul Zaman, op. cit., Tegal, 24 Januari 2015. Observasi Pembelajaran PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015. 25 87 dengan nilai persaudaraan (ukhuwah). Disamping termuat dalam materi PAI, nilai kepedulian juga ditanamkan melalui pembiasaan aktivitas siswa sehari-hari. Dalam penerapannya, siswa telah membiasakan nilai kepedulian terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Terlihat rata-rata tepat di depan kelas terdapat keran air. Peserta didik menggunakannya untuk mencuci tangan sebelum maupun sesudah makan maupun setelah mereka melakukan pembelajaran. Hal tersebut sebagai bentuk pembiasaan nilai kepedulian terhadap diri sendiri akan pentingnya hidup bersih dan menjaga kebersihan antar sesama dan lingkungan. 3. Penanaman Nilai - Nilai Pendidikan Anti Korupsi Dalam praktiknya, penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dilakukan secara konsisten oleh pihak sekolah. Proses tersebut dilakukan dengan berbagai upaya yang dilakukan guna mendukung pelaksanaan dan tujuan yang dicanangkan. Diantara beberapa usaha yang dilakukan adalah : a. Pembelajaran PAI di Kelas Kaitannya dengan pendidikan anti korupsi, PAI menjadi mata pelajaran yang dijadikan sarana untuk memberikan pembelajaran terhadap nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah. Berikut merupakan komponen-komponen penunjang dalam proses pembelajaran PAI yang memiliki semangat pendidikan anti korupsi : 88 1) Kurikulum PAI Dalam Pelaksanaan pendidikan anti korupsi, sebenarnya PAK tidak berdiri sendiri menjadi mata pelajaran khusus. Pembelajarannya masih diintegrasikan dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lain, seperti PAI. Sehingga, pada komponen perangkat pembelajaran baik silabus maupun RPP masih berbentuk sama seperti ketentuan dari pemerintah. Hanya saja dalam praktiknya, guru agama menambahkan kolom tersendiri pada RPP PAI untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam materi pelajaran yang akan diajarkan. Sehingga guru dapat memberikan nilai-nilai apa saja yang hendak ditanamkan pada materi pelajaran PAI. Meskipun mengawali pembelajaran pendidikan anti korupsi dengan sebuah program dari pemerintah, namun pihak sekolah masih berupaya untuk selalu menerapkan pembelajaran berbasis nilai tersebut.26 Dalam proses pembelajaran PAI, nilai-nilai pendidikan anti korupsi diajarkan menyesuaikan dengan materi pokok yang dipelajari. Materi-materi tentang perilaku dan sifat terpuji dalam Islam selalu dikaitkan dengan perilaku anti korupsi, dan juga nilainilai yang lain yang berkaitan dengan pembelajaran anti korupsi. Selain menyesuaikan dengan materi pokok yang diajarkan, penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi juga dilakukan pada 26 Warsinah, op. cit., Tegal, 13 Januari 2015. 89 materi-materi yang di luar pembahasan tentang sifat terpuji. Pembelajaran tentang fiqih muamalah dan tarikh sejarah kebudayaan Islam juga menjadi salah satu materi yang digunakan untuk menanamkan perilaku anti korupsi. Seperti yang diungkapkan salah satu peserta didik berikut : “Ya sering, terkadang juga disangkut pautkan antara materi pelajaran dengan cerita-cerita korupsi. Seperti hukuman-hukuman bagi orang yang mencuri, kalau di arabkan dipotong tangannya ya semacam begitu”.27 2) Tenaga Pendidik Guru memegang peranan penting dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah. Seperti di SMAN 4 Kota Tegal yang memiliki 3 guru PAI yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai lulusan pendidikan guru agama Islam. Sehingga tidak ditemui guru PAI yang berasal dari lulusan non pendidikan agama Islam. Selain itu para guru sudah dibekali pemahaman yang baik tentang pendidikan anti korupsi melalui workshop dan sosialisasi pendidikan anti korupsi yang diadakan pada tahun 2013.28 Pola pengajarannya sendiri guru lebih mengutamakan pola keteladanan sebagai internalisasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Nilai-nilai PAK juga tidak hanya ditanamkan kepada 27 28 Aji, Ketua rohis SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015. Suaidi, op. cit., Tegal, 15 Januari 2015. 90 siswa tetapi juga kepada para guru . Agar apa yang ditanamkan sesuai dengan apa yang guru lakukan. Seperti diungkapkan salah satu guru PAI berikut : “Misalkan seorang guru menyampaikan korupsi itu haram, dilarang oleh agama, sudah tercantum jelas di dalam Alquran, tetapi guru tersebut selalu datang terlambat masuk ke dalam kelas, mengakhiri pembelajaran tidak pada waktunya. Itu merupakan kegiatan-kegiatan korupsi yang sering terjadi di sekolah. Akhirnya dari situ siswa juga dapat menilai bahwa teori-teori itu hanya sekedar teori belaka, karena gurunya pun tidak dapat dijadikan panutan sebagai pembuktian teori yang telah disampaikan. Oleh karena itu guru sangat diharapkan dapat menjadi contoh atau teladan bagi siswanya”.29 Kemudian, untuk melatih rasa tanggung jawab dan kemandirian peserta didik, di awal kegiatan pembelajaran diadakan tadarus Alquran setiap harinya. Namun dalam pelaksanaanya, guru tidak selalu mendampingi dan mengawasi kegiatan tersebut, sehingga peserta didik harus dengan mandiri dan rasa tanggung jawab melaksanakan kewajiban tersebut. Selanjutnya, sebelum kegiatan pembelajaran PAI, guru agama lebih dahulu mengajak peserta didik untuk melakukan shalat dhuha berjama’ah. Hal tersebut dilakukan guna mengasah kecerdasan spiritual peserta didik dan meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT dan juga kedisplinan dalam menjalankan ibadah.30 Dalam proses pembelajaran hingga penilaian, guru menekankan pada penanaman sifat jujur pada peserta didik. 29 Khaerul Zaman, op. cit.,Tegal, 12 Januari 2015. Ibid. 30 91 Kejujuran yang ditunjukkan dengan perbuatan tidak mencotek selalu diarahkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Untuk evaluasi guru menggunakan tes tertulis, namun dalam pelaksanaanya guru hanya memberi 30% untuk penilaian tes tertulis, untuk selebihnya yang 70% diambil dari evaluasi setiap proses pembelajaran yakni dari keaktifan mengikuti pembelajaran, kejujuran saat mengerjakan tugas dan guru dengan tegas tidak akan memberikan penilaian pada pekerjaan siswa yang merupakan hasil mencontek.31 Dari beberapa arahan tersebut peserta didik akan terbiasa untuk berperilaku jujur dalam mengerjakan sesuatu. Seperti diungkapkan salah satu peserta didik sebagai berikut : “Kalau dalam pembelajaran PAI sendiri ya kita selalu menghafal dengan jujur, berusaha tidak mencontek, shalat tepat waktu, ya kalau di sekolah ya kita harus selalu disiplin, peduli antar sesama, kalau di kehidupan sehari-hari ya misal kita waktunya belajar ya belajar, membantu orang tua, kalau pulang sekolah juga langsung pulang nggak mampir-mampir dulu”.32 3) Peserta Didik Sebagai salah satu komponen penting yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran, peserta didik SMAN 4 Kota Tegal dilatih untuk menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab. Peserta didik harus sudah tiba di sekolah tepat waktu untuk melaksanakan kegiatan tadarus rutin setiap pagi. Jika peserta didik 31 Ibid. Aji, op. cit., Tegal 19 januari 2015. 32 92 datang terlambat maka akan dikenakan hukuman yang mendidik, seperti membersihkan lingkungan dan ruangan kelas. Selain itu, peserta didik juga dilatih untuk disiplin dengan kegiatan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah yang dilakukan rutin di sekolah. Seperti diungkapkan salah satu peserta didik berikut : “Shalat dhuha sebelum pembelajaran, shalat dzuhur berjama’ah, tadarus. Semua itu ternyata melatih kita untuk menerapkan nilai-nilai anti korupsi. Kalau ulangan juga di kertas ulangan kita selalu diingatkan dengan kata-kata dikerjakan dengan jujur atau dilarang mencotek”.33 Selain itu, kemandirian dan kejujuran peserta didik juga dilatih dengan cara tidak rutinnya pengawasan yang dilakukan oleh guru ketika kegiatan tadarus berlangsung. Kemudian, pada proses pembelajaran PAI, peserta didik diarahkan untuk menghafal suratsurat dalam Alquran untuk kemudian melakukan setoran hafalan kepada pengurus Rohis sekolah. Jadi guru hanya memastikan kemampuan anak di kelas, jika memang sudah melakukan setoran berarti anak dapat menunjukanya pada guru dikelas. Seperti diungkapkan salah satu peserta didik berikut : “Ya, sekarang jadi lebih disiplin, kita dilatih juga untuk mandiri, kerja keras dan jujur. Setiap belajar PAI kan kita disuruh hafalan setiap pelajaran. Nah sorenya kita setor ke kaka kelas. Ketika pertemuan lagi kita ditanya sudah hafalan atau belum. Kalau kita nggak jujur juga pasti akan ketahuan, karna nantinya pasti dibuktikan suruh mengulang lagi di depan kelas. Kalau kita nggak jujur kan jadi malu kalau ternyata kita belum hafal. Kita juga dilatih mandiri dan kerja keras untuk 33 Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015. 93 menghafal agar terbiasa dan akhirnya bisa menghafal dengan baik”.34 4) Media Pembelajaran SMAN 4 Kota Tegal memiliki beberapa media pembelajaran dan fasilitas yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Media-media dan fasilitas tersebut juga digunakan oleh guru agama dalam memberikan materi Pendidikan Agama Islam baik di kelas maupun di luar kelas. Beberapa media pembelajaran yang lazim digunakan pada proses pembelajaran PAI dan mendukung pendidikan anti korupsi di sekolah. Diantaranya :35 a) Kelas Sebagai salah satu fasilitas penunjang pembelajaran, keberadaannya tidak bisa disepelekan. Dalam pembelajaran PAI di sekolah, kelas juga merupakan media penting untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi terhadap peseta didik di SMAN 4 Kota Tegal. b) LCD LCD merupakan salah satu media favorit yang dimiliki oleh SMAN 4 Kota Tegal. Dengan ketersediaan fasilitas LCD di setiap kelas juga memberikan manfaat bagi pembelajaran PAI. Guru agama lazim menggunakan LCD untuk memberikan materi pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak terasa 34 Ibid. Observasi pembelajaran PAI di kelas X SMAN 4 Kota Tegal, 24 Januari 2015. 35 94 menjenuhkan. Karena peserta didik bisa melihat materi pelajaran secara lebih menarik mengesankan, jadi materi yang disampaikan mudah dicerna dengan baik. c) Gambar Media gambar atau poster banyak ditemukan di SMAN 4 Kota Tegal. Poster yang berisi kaligrafi dan slogan-slogan Islam dapat dilihat ditembok-tembok kelas. Sehingga secara tidak langsung peserta didik dapat menerima kesan dari tulisan-tulisan yang setiap saat mereka melihatnya.36 d) Mushola Fasilitas ibadah sangat diperlukan oleh sekolah dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Seperti di SMAN 4 Kota Tegal, keberadaan mushola memeberikan manfaat dalam pembelajaran PAI. Guru agama secara rutin mengarahkan peserta didik untuk disiplin dan berjamaah dalam melaksanakan shalat dhuha dan dhuhur.37 e) Hotspot Area Selain beberapa fasilatas diatas, internet juga menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dalam proses pembelajaran. SMAN 4 Kota Tegal memiliki area internet yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam mengakses 36 Akhmad Yaseer, WakaKesiswaan SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 24 Januari 2015. 37 Khaerul Zaman, op.cit.,Tegal, 12 Januari 2015. 95 materi-materi pelajaran yang diperlukan seperti pada mata pelajaran PAI. Peserta didik dapat menggunakan fasilitas penunjang tersebut dalam mengerjakan tugas mata pelajaran PAI. 5) Metode dan Strategi Pendidikan Anti Korupsi Metode dan strategi merupakan salah satu hal yang penting untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran. Apabila metode dan strateginya tidak tepat maka sudah pasti nilai-nilai yang ditanamkan tidak sampai tepat sasaran. Oleh karena itu melalui oberservasi yang dilakukan, peneliti mengamati metode dan strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran guna menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi khususnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. a) Metode Pendidikan Anti Korupsi Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya : (1) Metode Ceramah Dalam metode ini penulis mengamati dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Disamping guru menyampaikan materi pelajaran, guru juga selalu menyampaikan hal-hal yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Seperti yang terlihat pada 96 waktu guru menyampaikan mengenai materi semangat menuntut ilmu, guru menyampaikan bahwa dalam menunut ilmu juga mempunyai tanggung jawab untuk mengamalkannya. Kemudian tidak hanya itu guru juga mengaitkan tanggung jawab yang diemban oleh pemimpin negara yang merupakan orang yang berilmu dan mempunyai kedudukan tertinggi, artinya harus dapat bertanggung jawab dengan apa dilakukan.38 Selain itu guru juga memberikan contoh kongkrit dalam aktivitas di sekolah yang merupakan pembiasaan dalam penanaman nilai-nilai penddikan anti korupsi. Seperti, pada pembiasaan shalat dhuha, shalat dzuhur berjama’ah dan tadarus pagi yang merupakan sebuah pembiasaan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.39 (2) Metode Diskusi Metode diskusi juga merupakan metode yang dilakukan oleh guru pada proses pembelajarannya terutama dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI sebagai berikut : 38 Observasi dalam pembelajaran PAI kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015. 39 Ibid. 97 “Biasanya saya ajak mereka (peserta didik) untuk mendiskusikan makna dari suatu ayat. Misalkan pada QS. Al-Maidah ayat 8 disitu mengandung nilai pendidikan anti korupsi, yang nantinya siswa menggali mencari makna dan nilainilai yang terkandung di dalam ayat tersebut”.40 (3) Metode Tanya Jawab Dalam metode ini penulis mengamati dalam proses pembelajaran yang dilakukan, guru selalu memberikan rangsangan kepada siswa untuk aktif di dalam pembelajaran. Guru mempersilahkan kepada siswa siapa saja yang ingin bertanya terkait materi pembelajaran. Namun, pada pelaksanaannya selama penulis melakukan observasi jarang sekali siswa yang bertanya. Akan tetapi, guru selalu memberikan stimulus kepada siswa agar lebih aktif. pertama guru menunjuk siswa melalui absensi, dan meminta siswa untuk membaca suatu ayat yang terkait dengan materi. Kemudian menunjuk siswa yang lain untuk membacakan artinya dan kemudian guru menawarkan pada siswa yang lain untuk mencoba mencari makna dan nilai yang terkandung dari ayat yang telah dibacakan.41 40 Warsinah, op.cit., Tegal, 13 Januari 2015. Observasi dalam pembelajaran PAI kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 41 2015. 98 Selain itu guru selalu memotivasi siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya seperti “ayo kalian harus berani, berani dalam melakukan kebaikan itu harus dilakukan, seperti mengungkapkan pendapat di depan kelas kalian tidak boleh malu-malu, kalau mengungkapkan pendapat di depan kelas saja tidak berani, bagaimana kalian berani melawan korupsi?”. Begitu kiranya yang selalu dikatakan untuk membangkitkan keberanian di dalam diri siswa minimal untuk berani mengungkapkan pendapat sekaligus menanamkan nilai keberanian yang termasuk nilai-nilai pendidikan anti korupsi.42 (4) Metode Hafalan Dalam proses pembelajaran guru juga menggunakan metode hafalan untuk menanamkan nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran PAI di kelas. Setiap pembelajaran siswa dituntut untuk menghafal ayat-ayat yang terkait dengan materi tanpa diawasi oleh guru. Setelah guru memberikan waktu kepada siswa untuk menghafal, kemudian guru tidak langsung menyuruh siswa untuk mencoba hafalannya di depan kelas, namun hanya sewaktu-waktu saja tanpa 42 Ibid. 99 diduga oleh siswa. Metode itu dilakukan guna membiasakan siswa untuk jujur dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah untuk menghafalkan serta kerja keras untuk menghafal dengan lancar dan baik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI sebagai berikut: “Harapannya kelak ketika siswa telah berhasil dalam bidangnya, mereka selalu bisa mengemban amanah yang telah dipegangnya meskipun tanpa diawasi oleh seseorang, namun mereka sadar dan mengetahui bahwa mereka selalu diawasi oleh Allah SWT”.43 (5) Metode Keteladanan Metode keteladanan ini tidak hanya diterapkan pada proses pembelajaran, namun sangat penting diterapkan pada proses pembelajaran saat guru menjadi sorotan utama di dalam kelas. Guru hendaknya dapat menjadi teladan diungkapkan bagi oleh guru siswanya. PAI Seperti SMAN 4 yang Tegal mengatakan bahwa : “Guru seharusnya harus bisa seperti Rasulullah SAW yang dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya. Hal itu karena Rasulullah tidak hanya memberi contoh, tetapi menjadi contoh. Yang disayangkan guru-guru sekarang itu adalah memberi contoh tapi belum bisa menjadi contoh istilah jawanya “jarkoni” “Ngajar tapi ora nglakoni”.44 43 Warsinah, op. cit.,Tegal, 13 Januari 2015. Khaerul Zaman, op. cit.,Tegal 12 Januari 2015. 44 100 Dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi metode keteladanan sangat penting diterapkan tidak hanya di dalam proses pembelajaran tapi juga segala aktivitas di sekolah. b). Strategi Pendidikan Anti Korupsi Selain metode juga diperlukan strategi yang jitu untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah. Di SMAN 4 kota Tegal menggunakan dua strategi untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dua strategi tersebut yaitu: (1) Strategi Pembelajaran Integratif (Strategi Integrasi) Pada prinsipnya strategi integrasi bisa dilakukan melalui pengembangan materi, metode, media, dan sumber belajar. Integrasi melalui pengembangan materi terutama dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan yang memang sebagian materinya mengandung muatan nilai dan perilaku anti korupsi. Hal tersebut juga menjadi strategi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Tegal sebagaimana yang diungkapkan waka kurikulum berikut : 101 “Pendidikan anti korupsi juga terintegrasi pada semua mata pelajaran khususnya pada pelajaran agama, PKN dan sejarah. Harapannya semua guruguru yang sudah mendapatkan atau mengikuti sosialisasi, seminar dan workshop pendidikan anti korupsi juga dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada setiap materi pembelajaran”.45 (2) Strategi Pengembangan Pendidikan anti korupsi juga ditanamkan melalui strategi pengembangan yang di tanamkan melalui kegiatan kesiswaan (ekstrakurikuler) seperti Pramuka, PMR, Paskib, Rohis, dan sebagainya. Sebagaimana yang diungkapkan waka kesiswaan SMAN 4 Tegal berikut : “Untuk kegiatan siswa itu sendiri biasanya melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR, Paskibraka, Rohis dan masih banyak lagi. Lewat kegiatan ekstrakurikuler itulah nilai-nilai pendidikan anti korupsi ditanamkan. Seperti Pramuka mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, kemandirian, kerja keras, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran yang semua itu juga merupakan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Tidak hanya di Pramuka di PMR, Paskib dan Rohis juga demikian. Dan yang menjadi pembinapembina ekstrakurikuler juga di pilih dari bapak ibu guru yang memang telah mengikuti seminarseminar dan workshop pendidikan anti korupsi jadi dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi secara tepat sasaran kepada siswa”.46 45 Lucia, Kepala Urusan Kurikulum, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015. Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 januari 2015. 46 102 b. Pembelajaran di Luar Kelas Proses pembelajaran tentunya tidak pernah terikat oleh waktu dan tempat. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja selagi proses pembelajaran dapat diterima dan tetap menyenangkan bagi siswa. Seperti halnya di SMAN 4 Kota Tegal, selain mengadakan pembelajaran rutin di dalam kelas namun juga sesekali mengadakan pembelajaran di luar kelas. Seperti yang diungkapkan seorang guru PAI : “Biasanya untuk materi-materi pelajaran seperti tentang shalat, wudhu, langsung kami praktikkan di Mushola. Selain mendapatkan suasana baru, siswa juga lebih memahami ketika kita langsung mempraktikannya. Tidak hanya itu, terkadang siswa juga langsung saya ajak ketika ada orang tua siswa meninggal dunia, saya ajak beberapa siswa untuk ta’ziyah dan langsung saya suruh mereka untuk ikut shalat jenazah. Jadi tidak hanya sekedar dalam waktu proses pembelajaran saja, tapi saya langsung ajak pada keadaan riilnya. Hal itu juga saya maksudkan untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap sesama. Contoh lainnya juga ada ketika kita mempelajari materi shalat tahajud, saya tidak bisa hanya menerangkan teorinya di dalam kelas. Saya dibantu dengan pengurus rohis membuat agenda untuk mereka bisa menginap di sekolah, dan kegiatan dimulai ba’da ashar dengan tadarus bersama, shalat maghrib dan isya berjama’ah, kemudian malamnya kami bangunkan untuk melaksanakan shalat hajat, tahajud dan witir. Nah..upaya seperti itu tentunya tidak bisa saya lakukan di dalam kelas. Harapannya kegiatan seperti itu bisa memberikan contoh langsung kepada siswa, dengan suasana baru dan menyenangkan sehingga dapat dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.”47 Selain materi-materi pelajaran yang diajarkan di luar kelas, masih dalam rangka proses pembelajaran moral dan penanaman 47 Ibid. 103 nilai-nilai pendidikan anti korupsi kepada siswa juga terdapat beberapa tempat atau kegiatan pembelajaran di luar kelas, seperti : 1) Tempat temuan barang Selain pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, SMAN 4 Kota Tegal juga dalam pendidikan moral peserta didik yang dilakukan di luar kelas. Seperti adanya tempat temuan barang hilang yang dibuat oleh pihak sekolah untuk menampung barang-barang yang hilang disekitar sekolah.48 Dalam praktiknya, peserta didik dilatih untuk mengasah nilai kepedulian, kejujuran dan tanggung jawab ketika menemukan barang yang bukan merupakan hak miliknya. Ketika peserta didik menjumpai barang yang bukan miliknya, mereka dapat langsung menghubungi guru piket untuk kemudian ditempatkan pada tempat temuan barang hilang. Dengan demikian, orang yang merasa kehilangan sesuatu dapat segera mencarinya di tempat temuan barang tersebut. Jika nyatanya peserta didik menemukan barang hilang, dapat langsung diterima oleh yang merasa kehilangan di tempat tersebut.49 2) Kantin kejujuran Selain tempat temuan barang hilang, SMAN 4 Kota Tegal juga memiliki fasilitas berupa kantin kejujuran. Kantin 48 49 Buku Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter SMAN 4 Kota Tegal. Wiyarna, Kepala Sekolah SMAN 4 Tegal, wawancara pribadi, Tegal, 24 Januari 2015. 104 kejujuran di SMAN 4 Kota Tegal tidak dijaga oleh penjual yang lazim kita temukan di kantin kejujuran pada umumnya. Setiap jenis barang dan makanan yang dijajakan sudah memiliki label harga yang terpampang dengan jelas. Peserta didik yang hendak membeli hanya cukup melihat harga barang untuk kemudian memasukkan uangnya pada sebuah kotak yang sudah diberi label. Peserta didik dengan bebas dapat menaruh uang dan mengambil kembalian jika harga barang yang dibeli lebih murah dari besaran uang rupiah yang dimiliki.50 Seperti yang diungkapkan pula oleh salah satu peserta didik berikut : “Dengan adanya kantin kejujuran ini, kami terbiasa untuk melakukan jual beli sendiri tanpa ada penjaganya. Kami memasukan uang sendiri kedalam kotak pembayaran tanpa ada pengawasan dari penjaga kantin. Kalau kita tidak jujur sebenarnya bisa saja kami mengambil barang tanpa membayar, namun kami selalu membayar sesuai dengan harga barang atau makanan yang kami beli di kantin”.51 3) Poster Gambar atau poster juga menjadi media pembelajaran yang dapat mudah ditemui di lingkungan sekolah. Selain tersedia di dalam kelas, poster-poster yang berisi kampanye anti korupsi dan cinta tanah air menghiasi setiap sudut SMAN 4 Kota Tegal. Sekalipun sifatnya pasif, papan dan poster yang berisi ajakan tentang kebaikan tersebut menjadi salah satu menu pokok yang dikonsumsi setiap hari oleh peserta didik. Sehingga 50 Siti Nurhidayah, Pengelola Kantin Kejujuran SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015. 51 M. Ali, Siswa SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal 19 Januari 2015. 105 perlahan hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap pola fikir dan kebiasaan peserta didik untuk melaksanakan apa yang ada dalam papan kampanye tersebut. Seperti dijelaskan oleh salah satu pihak sekolah berikut : “Peran sekolah sendiri seperti membuat slogan-slogan dan poster-poster sebagai pemicu siswa atau motivasi siswa untuk tidak korupsi entah itu korupsi uang atau waktu. Peran sekolah sangat penting dalam menciptakan budaya anti korupsi. Lalu peran guru sendiri dalam membangun budaya anti korupsi bahwa seorang guru itu harus bisa menjadi panutan bagi siswanya. Seorang guru juga harus bisa menjaga kedisiplinanya, selalu mengingatkan siswa untuk tidak mencontek, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, tidak membolos, dan lain sebagainya”.52 Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah satu wakil kepala sekolah yang lain, yang mengungkapkan bahwa : “Berbagai program pendidikan anti korupsi yang telah dilaksanakan mampu memberikan pengetahuan baru bagi siswa dan guru untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang telah didapatnya. Seperti slogan-slogan dan poster-poster yang terpajang itu secara tidak langsung juga dapat menjadi pemicu dan motivasi bagi para siswa dan guru untuk membangun budaya anti korupsi. Siswa juga sekarang lebih disiplin, terlihat semakin berkurangnya siswa yang terlambat setiap harinya. Sudah tidak ada lagi yang membolos”.53 Dari adanya poster-poster yang berisi slogan tentang budaya anti korupsi dan cinta tanah air tersebut diharapkan budaya anti korupsi mampu tumbuh dan berkembang serta mengubah pola fikir semua komponen disekolah untuk menjadi pribadi yang baik dan terpuji. Sehingga visi SMAN 4 Kota 52 53 Lucia, op .cit., Tegal, 19 januari 2015. Akhmad Yaseer, op. cit., Tegal, 19 januari 2015. 106 Tegal sebagai sekolah berwawasan kebangsaan dan anti korupsi mampu benar-benar diwujudkan dengan maksimal. 4) Workshop anti korupsi Sebagai salah satu pelaksana program penyelenggaraan pendidikan anti korupsi, SMAN 4 Kota Tegal juga secara aktif mengadakan workshop dan sosialisasi. Program tersebut telah dilaksanakan pada tahun 2013 dan diperuntukan bagi guru, karyawan, peserta didik dan orang tua. Program tersebut berupa sosialisasi pendidikan anti korupsi bagi setiap komponen pendidikan di SMAN 4 Kota Tegal agar memahami secara baik tentang konsep pendidikan tersebut. Para peserta workshop dilatih tentang pembelajaran pendidikan anti korupsi yang harus diintegrasikan pada setiap kegiatan pembelajaran di sekolah.54 5) Lomba kreasi anti korupsi Selain kegiatan workshop bagi pendidik dan peserta didik, SMAN 4 Kota Tegal juga mengadakan lomba kreasi anti korupsi yang diperuntukkan bagi pelajar tingkat SMA se Kota Tegal. Kampanye yang dilakukan tidak hanya dilakukan bagi peserta didik di SMAN 4 Kota Tegal, namun juga bagi sekolahsekolah yang lain di sekitar Kota Tegal. Sebagai satu-satunya SMA yang memiliki predikat sebagai sekolah berwawasan kebangsaan dan anti korupsi, SMAN 4 Kota Tegal mengadakan 54 Wiyarna, op. cit., Tegal, 24 Januari 2015. 107 beberapa perlombaan pada september 2013. Beberapa perlombaan yang diadakan diantaranya, majalah dinding anti korupsi, puisi anti korupsi, dan poster anti korupsi. Beberapa perlombaan tersebut bertujuan untuk mengkampanyekan budaya anti korupsi di Kota Tegal. Sehingga harapanya dapat meciptakan generasi-generasi bangsa yang anti korupsi.55 55 Ibid.