TESIS KETERAMPILAN MENULIS WACANA ARGUMENTASI BERBAHASA INGGRIS DENGAN METODE ESA PADA MAHASISWA STIE TRIATMA MULYA LEVEL POST INTERMEDIATE I MADE AGUNG RAI ANTARA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KETERAMPILAN MENULIS WACANA ARGUMENTASI BERBAHASA INGGRIS DENGAN METODE ESA PADA MAHASISWA STIE TRIATMA MULYA LEVEL POST INTERMEDIATE I MADE AGUNG RAI ANTARA NIM : 1290161023 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i KETERAMPILAN MENULIS WACANA ARGUMENTASI BERBAHASA INGGRIS DENGAN METODE ESA PADA MAHASISWA STIE TRIATMA MULYA LEVEL POST INTERMEDIATE Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana I Made Agung Rai Antara 1290161023 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 9 APRIL 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum. NIP 19540424 198303 1 002 Dr. Anak Agung Putu Putra, M.Hum. NIP 19600825 198602 1 001 Mengetahui Ketua Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. NIP 19521225 197903 1 004 Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP 19590215 198510 2 00 1 iii Tesis ini telah diuji pada tanggal 9 APRIL 2015 oleh Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 1099/UN14.4/HK/2015 tgl 9 April 2015 Ketua : Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum. Sekretaris : Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum. Anggota : Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A. Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum. Dr. I G. A. G. Sosiowati, M.A. iv Pernyataan Keaslian Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : I Made Agung Rai Antara, S.S. NIM : 1290161023 Program Studi : Magister Linguistik Konsentrasi : Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap hasil karya orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain dirujuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam tesis ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Denpasar, 9 April 2015 Yang membuat pernyataan, ( I Made Agung Rai Antara, S.S.) v UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama, perkenankanlah penulis menghaturkan rasa syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha pemurah dan Maha Penyayang. Berkat rahmat dan Karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar magister. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum. dan Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum. selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian dalam memeriksa serta memberikan masukan-masukan positif sehingga tesis ini menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika Sp.P.D. KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Linguistik di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditunjukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister, pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum dan Dr. I G.A.G. Sosiowati, M.A. yang telah memberikan saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Terima kasih saya sampaikan kepada I Nyoman Sadra, S.S., I Ketut Ebuh, S.Sos., Gusti Ayu Supadmini, Ni Nyoman Adi Triadi, S.E, Ida Bagus Suanda sebagai staf yang melayani segala proses administrasi sehingga tesis ini dapat diujikan. Dra Ni Nyoman Sumerti, dan Ni Nyoman Sukartini sebagai petugas perpustakaan yang senantiasa melayani penulis dalam mencari berbagai buku acuan dalam proses penelitian. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi tanpa henti selama penulis menempuh pendidikan magister di Universitas Udayana. Selain itu, penulis sangat vi mengapresiasi segala bentuk dorongan yang diberikan dosen-dosen bahasa Inggris dan dosen lainnya di yayasan Triatma Surya Jaya. Terima kasih kepada Bapak Drs. I Ketut Putra Suartana, M.M. selaku ketua yayasan yang telah memberikan izin belajar sehingga program perkuliahan yang dilaksanakan penulis berjalan dengan baik dan lancar. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Semoga Tuhan Yang Mahaesa selalu memberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keselamatan kepada seluruh pihak yang telah membantu pelaksanaan tesis ini. Denpasar, 9 April 2015 Penulis vii ABSTRAK Menulis argumentasi adalah proses mengekspresikan opini atau pendapat dalam bentuk tulisan mengenai isu kontroversial yang terjadi di masyarakat. Kemampuan menulis argumentasi sangat penting untuk dikuasai bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Mahasiswa STIE Triatma Mulya merupakan mahasiswa yang dipersiapkan untuk bersaing dalam dunia internasional. Oleh karena itu, mahasiswa wajib menguasai kemampuan berbahasa akademik dengan baik. Namun, dalam proses pembelajaran, kemampuan berbicara lebih diutamakan daripada kemampuan menulis. Hal ini mengakibatkan kemampuan menulis mahasiswa masih dalam kategori cukup rendah. Selain itu, mahasiswa belum mampu menyusun organisasi menggunakan kohesi gramatikal dan leksikal dengan tepat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemampuan menulis mahasiswa STIE Triatma Mulya dalam menulis wacana argumentasi dengan metode engage, study, and activate, kohesi gramatikal dan leksikal, dan faktor-faktor yang menghambat kemampuan dalam menulis argumentasi. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode campuran desain sequential exploratory. Subjek penelitian berjumlah empat belas orang mahasiswa jurusan Manajemen Perhotelan semester enam. Teori yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa adalah teori statistik yang dikemukakan oleh Mundir, kohesi dianalisis menggunakan teori Cohesion in English yang dikemukakan oleh Halliday dan Hassan. Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan menulis menggunakan teori Harmer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulisan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa mengalami peningkatan sebesar 6,08 %. Namun, grammar masih menjadi kendala utama mahasiswa dalam menulis argumentasi. Sebagian besar mahasiswa menggunakan konjungsi, perujuk, dan elipsis, tetapi hanya satu mahasiswa menggunakan substitusi. Kohesi leksikal diwujudkan sebagian besar melalui repetisi, hiponim sinonim, dan antonim. Namun, meronimi tidak terwakili secara luas Faktor-faktor yang menghambat mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi adalah membuat pendahuluan dan mengurutkan informasi secara sistematis, tata bahasa yang kurang gramatikal, dan kesalahan pemilihan kata. Kata kunci : argumentasi, kohesi gramatikal dan leksikal, engage, study, and activate, tata bahasa, ketepatan pemilihan kata viii ABSTRACT Writing argumentation is process of expressing argument or opinion in form of written text on controversial issue happened in the society. This skill is very essential to students who want to continue their study in foreign country. STIE Triatma Mulya students are prepared to compete internationally, and to support their skill they must comprehend how to use academic English appropriately. However, the focus of learning was still focusing on speaking than writing skill. This caused student’s ability in some aspects of writing need to be improved. The students’ writing in organization, mechanic, word choice, and the use of cohesive devices need to be developed. The aim of this research was to find out the student’s competence in writing argumentative discourse, cohesive devices; the factors hindered the student’s writing. This research was field research using mixed method. Sequential exploratory design was applied to support mixed method to give emphasis on qualitative method. The subjects of this research were 14 students of Hospitality Management in STIE Triatma Mulya. The theory employed to find out the student’s competence in writing were statistical theory by Mundir, cohesive devices analyzed using theory of cohesion in English proposed by Halliday and Hassan, and to analyze the factors hindered the writing ability used the theory proposed by Harmer. The results shown that the students’ writing ability increased as much as 6,08%, conversely, grammar still became the major difficulties in their writing. Most students used conjunction, reference and ellipsis in their writing, but there was little substitution used. Students were able to use repetition, hyponym, synonym, and antonym, on the other hand not many meronymy were used. The factors influenced or hindered their writing were the difficulties of organizing their composition, grammar and word choice. Key words : argumentation, cohesive devices, engage, study, and activate, grammar, word choice . ix DAFTAR ISI SAMPUL DALAM......................................................................................... PRASYARAT GELAR.................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... PENETAPAN PANITIA PENGUJI............................................................. PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. i ii iii iv v vi viii ix x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5 1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 6 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6 1.4.1 Manfaat Teoretis ..................................................................................... 6 1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN .................................................................. 8 2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 8 2.2 Konsep ....................................................................................................... 17 2.2.1 Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi ....................................... 17 2.2.2 Metode Engage, Study, and Activate ................................................... 19 2.3 Landasan Teori...................................................................................... 21 2.3.1 Teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa ........................................ 21 2.3.2 Teori statistik.......................................................................................... 23 2.3.3 Kohesi .................................................................................................... 24 x 2.3.4 Wacana................................................................................................... 31 2.3.5 Menulis .................................................................................................. 34 2.4 Model Penelitian ........................................................................................ 36 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 39 3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 39 3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 40 3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 41 3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 41 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 42 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 47 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data .................................. 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 55 4.1 Kemampuan Menulis Wacana Argumentasi pada Mahasiswa STIE......... 56 4.1.1 Organisasi .............................................................................................. 56 4.1.1.1 Pendahuluan ......................................................................................... 56 4.1.1.2 Argumen............................................................................................... 60 4.1.1.3 Simpulan .............................................................................................. 63 4.1.2 Grammar ................................................................................................. 67 4.1.3 Ketepatan Pilihan Kata............................................................................ 74 4. 1.4 Mekanik ................................................................................................ 75 4.2 Kohesi Gramatikal pada Tulisan Argumentasi Mahasiswa STIE............. 84 4.2.1 Perujuk .................................................................................................... 85 4.2.2 Konjungsi ................................................................................................ 89 4.2.3 Substitusi................................................................................................. 94 4.2.4 Elipsis...................................................................................................... 94 4.3 Kohesi Leksikal pada Tulisan Argumentasi mahasiswa STIE………….. 96 4.4 Faktor-faktor Penghambat Kemampuan Menulis Mahasiswa STIE.......... 100 4.4.1 Jenis Tulisan............................................................................................ 101 4.4.2 Tata Bahasa ............................................................................................. 102 xi 4.4.3 Pilihan kata.............................................................................................. 110 BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 110 5.1 Simpulan .................................................................................................... 112 5.2 Saran........................................................................................................... 114 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 116 xii DAFTAR TABEL 3.1 ................................................................................................... Inter val Nilai dan Uraian Pencapaian Mahasiswa ....................................... 48 3.2 ................................................................................................... Rubri k Keterampilan Menulis ...................................................................... 49 4.1 Tabel Nilai Pendahuluan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya........ 56 4.2 Tabel Nilai Argumen Karangan Siswa STIE Triatma Mulya ............. 60 4.3 Tabel Nilai Simpulan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya ............. 63 4.4 Tabel Nilai Organisasi Karangan Siswa STIE Triatma Mulya ........... 66 4.5 Analisis Pemakaian Klausa Sebelum dan Sesudah ESA…………….. 66 4.6 Persentase Jumlah Kalimat Benar dan Salah Pada Karangan Mahasiswa 69 4.7 Persentase Nilai Grammar Mahasiswa STIE Triatma Mulya.............. 70 4.8 Persentase Ketepatan Kata ................................................................... 74 4.9 Persentase Pemakaian Tanda Baca....................................................... 75 4.10 Persentase Pemakaian Huruf Kapital ................................................. 77 4.11 Persentase Kemampuan Mekanik ...................................................... 78 4.12 Analisis Karangan Siswa Berdasarkan Rubrik Sebelum ESA ........... 80 4.13 Analisis Karangan Siswa Berdasarkan Rubrik Setelah ESA ............. 81 4.14 Nilai Mahasiswa Sebelum Dan Sesudah Esa Diterapkan .................. 82 4.15 Kohesi Gramatikal.............................................................................. 84 4.16 Kohesi Leksikal……………………………………………………….. 96 xiii DAFTAR GAMBAR 2.1 Model penelitian ....................................................................................... 36 3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 38 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Post Test Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Silabus Lampiran 4 Rencana Pengajaran Pertemuan Pertama Lampiran 5 Rencana Pengajaran Pertemuan Kedua Lampiran 6 Rencana Pengajaran Pertemuan Ketiga Lampiran 7 Rencana Pengajaran Pertemuan Keempat Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan Siswa Lampiran 9 Lembar Aspek-aspek yang Diobservasi Pada Proses Pembelajaran Menulis Lampiran 10 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Pertama Lampiran 11 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Kedua Lampiran 12 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Ketiga Lampiran 13 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Keempat Lampiran 14 S.d. 27 Karangan Argumentasi Setelah ESA Lampiran 28 S.d. 40 Karangan Argumentasi Sebelum ESA xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Inggris, menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai seorang pembelajar. Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan karya tulis, seperti cerita, puisi, dan artikel (Cambridge Advance Learners Dictionary). Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak kalah pentingnya dengan keterampilan berbicara dan kedua keterampilan ini saling terkait antara satu dan yang lainnya. Sering kali siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang baik juga mampu menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan dengan lebih ekspresif. Penulis menggambarkan isi pikiran dan perasaannya sama halnya dengan apa yang dilakukan dalam berbicara. Namun, dalam menulis pengetahuan tentang tata tulis dan ketepatan kata sangat penting. Mahasiswa STIE Triatma Mulya merupakan mahasiswa yang dipersiapkan untuk bersaing dalam dunia kerja yang semakin hari semakin kompetitif. Mahasiswa STIE Triatma Mulya selain memiliki keahlian di bidang manajemen dan akuntansi juga dibekali pelatihan perhotelan sehingga siap bekerja dalam bidang ekonomi dan industri pariwisata. Untuk mencapai lulusan-lulusan yang kompeten tersebut, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang wajib dikuasai untuk mendukung keahlian-keahlian mereka. Semakin fasih bahasa Inggris mereka semakin besar pula kesempatan untuk mampu bersaing dalam 1 2 dunia internasional. Mereka dapat menggunakan keterampilan bahasa, baik mendapatkan pekerjaan yang lebih baik maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pekerjaan dan pendidikan yang berkualitas membutuhkan sumber daya yang berkualitas. Untuk bisa bersaing dengan ribuan, bahkan jutaan pesaing tersebut, mereka harus menguasai kemampuan berbahasa akademik dengan baik. Kemampuan berbahasa akademik membutuhkan kemampuan menyusun ide dengan menggunakan tata bahasa, ketepatan kata, dan tata tulis yang tepat. Salah satu keterampilan menulis yang sangat penting untuk dikuasai adalah keterampilan menulis wacana argumentasi. Pada keterampilan ini siswa diharapkan mampu membuat suatu argumen yang berisikan bukti-bukti mengenai isu yang kontroversial. Di samping itu, mampu menghubungkan ide-ide tersebut sehingga tulisan mereka mudah dimengerti dan pembaca mampu mengintepretasikan maksud penulis. Pembelajaran keterampilan menulis wacana argumentasi diharapkan dapat berguna bagi siswa yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam menulis opini tentang isu-isu kontroversial yang terjadi di sekitar mereka. Kemampuan ini juga sangat berguna, terutama bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi atau bekerja di luar negeri. Kemampuan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan menulis yang biasa diujikan dalam tes kemampuan bahasa, seperti TOEFL dan IELTS. Pembelajaran membuat argumentasi pada level post intermediate di Bali International Language Center, lebih memfokuskan kepada kemampuan berbicara sehingga fokus terhadap kemampuan menulis tidak sebesar pada kemampuan berbicara. Siswa membuat tulisan argumentasi sebelum 3 mempresentasikannya secara lisan. Fokus utama tulisan yang dibuat adalah sudut pandang mereka terhadap suatu kasus, pendapat, dan alasan yang mendasari mahasiswa mendukung atau menyanggah pernyataan yang diberikan. Hal inilah yang menyebabkan tulisan argumentasi mahasiswa masih dalam kategori cukup rendah, yaitu 64,21. Mahasiswa belum mampu membuat pendahuluan yang baik, struktur argumen belum diurutkan dengan baik, dan kesimpulan yang masih berada pada below basic, yaitu simpulan yang tidak fokus pada topik dan memerlukan banyak perbaikan. Selain itu, mahasiswa belum mampu membuat wacana yang memiliki kepaduan bentuk. Kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan masih sangat terbatas. Mahasiswa masih memiliki kemampuan terbatas dalam menghubungkan ide satu dengan ide lainnya dan pemakaian kata-kata dalam karangan argumentasi masih kurang bervariasi. Mahasiswa diharapkan memiliki suatu pemahaman tentang bagaimana menulis wacana argumentasi dengan struktur wacana yang biasa digunakan dalam tes TOEFL atau IELTS. Di samping itu, mahasiswa diharapkan mampu menyusun organisasi dengan tata bahasa, ketepatan kata, dan tata tulis yang baik supaya informasi dalam wacana argumentasi dapat dimengerti oleh pembaca. Pengajar harus memiliki sumber-sumber yang bisa memberi pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana menyusun wacana sesuai dengan struktur yang biasa digunakan dalam ujian resmi. Pengetahuan tersebut dapat berupa buku, video, ataupun sumber lainnya sehingga materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan pembelajar. Selain itu, sumber-sumber tersebut harus disertai dengan metode mengajar yang baik sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan efektif. 4 Dalam kegiatan belajar mengajar, terutama menulis, sering kali mahasiswa terlihat kurang antusias karena metode pengajaran yang diterapkan pengajar cukup monoton. Dosen sering menerapkan metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan teacher center learning daripada student center learning. Pengajar menerapkan metode konvensional yaitu metode ceramah dalam proses pembelajaran. Pengajar menjelaskan bagaimana menulis suatu karangan tertentu, kemudian menyuruh mahasiswa membuatnya. Selanjutnya, karangan tersebut dipresentasikan secara lisan. Metode pembelajaran yang diterapkan seringkali membuat siswa tidak termotivasi dan berdampak terhadap kemampuan menulis yang kurang maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis mencoba untuk menerapkan suatu metode yang berbeda yang lebih berpusat pada mahasiswa atau student center learning. Metode yang akan diterapkan adalah metode ESA. ESA merupakan singkatan dari engage, study, and activate. Metode ESA merupakan variasi metode PPP atau yang biasa disebut presentation, practice, and production yang merupakan suatu metode pengajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran, baik melalui game berkelompok di awal pembelajaran, mendiskusikan materi dalam proses pembelajaran, maupun pelatihan untuk membuat opini sendiri tentang suatu topik tertentu. 5 1.2 Rumusan Masalah Untuk melangkah lebih jauh dalam penelitian ini, beberapa masalah perlu dirumuskan. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, masalah-masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah kemampuan mahasiswa STIE Triatma Mulya Level Post Intermediate dalam mempelajari cara menulis wacana argumentasi dengan metode ESA? 2) Bagaimanakah kohesi gramatikal dan leksikal pada karangan mahasiswa STIE Triatma Mulya Level Post Intermediate dengan metode ESA? 3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat mahasiswa STIE Triatma Mulya dalam menulis wacana argumentasi dengan metode ESA? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dan tujuan khusus penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran nyata tentang kemampuan siswa dalam menulis, terutama menulis wacana argumentasi agar dapat diketahui keefektifan dan keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ESA. Hasil pembelajaran diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kemampuan pembelajar dan pengajar dalam proses pembelajaran. 6 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara spesifik kemampuan menulis wacana argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya Level Post Intermediate, yaitu berkaitan dengan kemampuan menulis organisasi karangan, penggunaaan kohesi gramatikal dan leksikal, dan kendala-kendala yang dialami mahasiswa dalam menyusun organisasi karangan meliputi tata bahasa, ketepatan kata, dan tata tulis. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang pembelajaran menulis wacana argumentasi dengan metode engage, study, and activate sangat diperlukan dan sangat bermanfaat bagi guru dan lembaga tempat penelitian itu dilakukan. Penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis seperti yang dijabarkan secara lebih detail dalam penjelasan di bawah ini. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap teori-teori pembelajaran bahasa Inggris. Selain itu, pengajar juga memahami pentingnya pengetahuan linguistik dalam proses pembelajaran bahasa. Manfaat lainnya pengajar juga mampu membuat metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga metode-metode serupa bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar pada bidang keterampilan yang biasanya sulit dan membosankan seperti pembelajaran menulis. 7 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pengajar di dalam peningkatan kualitas belajar mengajar, khususnya bagi para pengajar bahasa Inggris di Bali Language Center atau BILCEN. Melalui penelitian ini pengajar diharapkan dapat menerapkan metode pengajaran yang lebih bervariasi dalam mengajar sehingga mahasiswa bisa lebih antusias dan aktif dalam belajar sehingga pembelajaran keterampilan menulis yang biasanya membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan menantang. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan penelitian ini, di antaranya adalah penelitian oleh Kurnia (2009) yang berjudul “Pembelajaran Menulis Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition” (Penelitian Quasi Experiment Pada Siswa Kelas X SMAN 15 Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi sebelum diterapkannya teknik cooperative integrated reading and composition, mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi setelah diterapkannya teknik cooperative integrated reading and composition, dan tujuan yang terakhir adalah menemukan ada tidaknya perbedaan signifikansi antara kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sebelum dan sesudah diterapkannya teknik cooperative integrated reading and composition. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. Teori pembelajaran yang digunakan adalah teori cooperative learning oleh Slavin, sedangkan untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan signifikansi digunakan rumus statistik yang dikemukakan oleh Subana dan Arikunto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi sebelum treatment dilakukan masih sangat rendah, yaitu dengan nilai rata-rata 60 karena banyak siswa yang belum mampu dan memahami 8 9 bagaimana cara menulis wacana argumentasi dengan benar. Sebaliknya setelah treatment dilakukan, kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi termasuk tinggi dengan nilai-rata-rata 80 karena sudah banyak siswa yang mampu menulis wacana argumentasi dengan memperhatikan aspek kebahasaaannya. Persamaan penelitian Kurnia dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti wacana argumentasi, tetapi berbeda dalam metode penelitian. Penelitian Kurnia menggunakan kuasi eksperimen, sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan metode campuran dengan desain sequential exploratory. Perbedaan lainnya yakni, penelitian ini meneliti kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi berbahasa Inggris pada mahasiswa, sedangkan penelitian Kurnia meneliti kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi berbahasa Indonesia pada siswa SMA. Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Tsareva (2010) yang berjudul “Grammatical Cohesion In Argumentative Essays by Norwegian and Russian Learners”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tipe-tipe kohesi grammatikal yang dibuat oleh mahasiswa yang ada pada esai argumentasi pada tulisan akademik berbahasa Inggris pada pembelajar Norwegia dan Rusia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kohesi oleh Halliday dan Hasan yang didukung oleh teori Brown dan Yule, Egins, Gutwinski, Hoey, dan Thompson. Tujuan utama tesis ini adalah menemukan jenis-jenis hubungan kohesi gramatikal dalam tulisan akademik, yaitu esai argumentasi. Untuk mencapai tujuan ini, Corpus of learner English dipilih untuk mempelajari bagaimana pembelajar Norwegia dan Rusia menyusun komposisi mereka. Empat 10 tipe kohesi gramatikal utama telah dipelajari, yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Tulisan argumentasi yang dibuat oleh pembelajar Norwegia dan Rusia telah dianalisis untuk menunjukkan bagaimana variasi elemen gramatikal berfungsi sebagai penghubung kohesif pada kalimat dan klausa independen. Hasil penelitian terhadap kohesi gramatikal menunjukkan bahwa esai argumentasi tidak jauh berbeda dalam hal jumlah item kohesif. Perbedaaannya adalah dilihat dari cara item-item ini memberikan sinyal perbedaan tipe kohesi. Dua kelompok esai argumentasi menunjukkan kisaran ikatan kohesif yang menghubungkan kalimat dan klausa independen. Bagaimanapun juga hubungan yang ditunjukkan tidak merata. Bukti pemeriksaaan menunjukkan bahwa referensi dan konjungsi merupakan tipe yang paling umum dari kohesi gramatikal, sedangkan substitusi dan elipsis tidak terwakili secara luas. Kedua kelompok pembelajar menggunakan tiga komponen eksponen referensi anaforis, yaitu personal, possessive, dan demonstrative. Pemeriksaaan terhadap referensi demonstratif menunjukkan bahwa determiner bekerja sama dengan kohesi leksikal. Kesan keseluruhan menunjukan bahwa kohesi gramatikal mendominasi pada tulisan argumentasi pembelajar Rusia. Hasil penelitian mendukung hipotesis penggunaan artikel the. Kedua kelompok pembelajar menggunakan artikel the untuk menunjukkan makna yang pasti. Pembelajar Norwegia tidak bingung dalam menggunakan definite article. Esai dari pembelajar Rusia menunjukkan gambaran yang berbeda. Definite article digunakan untuk menunjukkan hubungan kohesif antara kalimat. Tetapi tipe tipe kohesi gramatikal ini tidak terwakili secara 11 keseluruhan. Beberapa pembelajar menggunakan pilihan yang salah dari penggunaan artikel dan tidak dihitung secara keseluruhan. Temuan tersebut mendukung hipotesis tentang penggunaan and pembelajar Rusia dan Norwegia. Konjungsi yang sama tidak muncul pada esai yang dibuat oleh pebelajar Rusia. Posisi konjungsi ini digantikan oleh besides. Hal ini terjadi mungkin karena pengaruh budaya (pengajaran bahasa). Since dan is tidak dianggap digunakan secara benar pada batas kalimat. Temuan yang paling mengejutkan adalah tidak ada pembelajar yang menyusun informasi menggunakan relasi temporal. Pembelajar Norwegia memperkenalkan beberapa konjungsi yang menunjukan posisi awal opini penulis atau menyimpulkan komentar. Pembelajar Rusia enggan menyusun esai mereka dalam urutan argumen. Mereka tidak menyimpulkan atau memberikan opini lanjutan dari apa yang sudah dikatakan, tetapi menekankan akhir argumen dengan ekspresi opini pribadi. Hal ini menunjukan bahwa kohesi leksikal digunakan secara lebih luas daripada penggunaan referensi gramatikal pada tulisan yang dibuat oleh pembelajar Rusia. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan kohesi gramatikal dengan kohesi leksikal harus dipelajari pada teks tertulis pembelajar. Lebih jauh penelitian perbandingan dan analisis esai argumentasi yang ditulis oleh pembicara bahasa Inggris akan memperluas kerangka dan akan mengungkapkan lebih lanjut, baik tentang sifat kohesi gramatikal maupun dari tingkat keberhasilan peserta didik. Persamaan penelitian Tsareva dengan penelitian ini sama-sama mengkaji wacana argumentasi dan kohesi gramatikal. Perbedaannya adalah penelitian Tsareva membandingkan dua tulisan, yaitu pembelajar Rusia dan Norwegia, 12 sedangkan penelitian ini menganalisis kelompok tunggal dengan menerapkan penelitian lapangan dengan metode campuran. Penelitian ini menganalisis kemampuan mahasiswa menggunakan metode ESA, kohesi gramatikal dan leksikal, dan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi. Penelitian yang ketiga adalah penelitian Sudrajat (2010) yang berjudul “Model Deep Dialogue Critical Thinking (DD/CT) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi” yang merupakan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas X-6 SMAN 22 Bandung. Masalah yang dikaji adalah tentang perencanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan model deep dialogue/critical thinking, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajarannya. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan secara objektif permasalahan pembelajaran di kelas yang menyangkut perbaikan, peningkatan, dan pengelolaan kelas secara terbuka. Sumber data penelitian ini adalah aktivitas guru selama proses pelaksanaan tindakan dan hasil evaluasi pembelajaran berupa paragraf argumentasi. Simpulan penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi menggunakan model deep dialogue/critical thinking telah tersusun dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi menggunakan deep dialogue/critical thinking telah berjalan dengan baik dan hasil pembelajarannya berhasil, yakni ada peningkatan nilai di setiap siklus. Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat adalah pada metode yang digunakan, yakni metode deep dialogue/critical thinking bisa membantu 13 siswa berpikir kritis sehingga keterampilan berpikir kritis tidak hanya digunakan di ruangan kelas, tetapi dapat digunakan di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini tidak membahas secara mendalam tentang alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal yang dihasilkan siswa. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang menulis wacana argumentasi dengan pembahasan alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal secara lebih mendalam. Persamaan penelitian yang dilakukan Sudrajat dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji paragraf argumentasi, tetapi berbeda pada metode penelitian yang digunakan. Penelitian keempat yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Qian (2010) yang berjudul “A Comparative Genre Analysis Of English Argumentative Essays Written By English Major And Non-English Major Students In An Efl Context”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan membandingkan pola retoris pada tulisan argumentasi yang dihasilkan oleh siswa Inggris dan non Inggris di Universitas Tongren. Dua set korpus esai argumentasi ditulis oleh mahasiswa Universitas Tongren dipakai pada penelitian ini. Seratus orang dari Jurusan Bahasa Inggris dan seratus orang dari non-Bahasa Inggris. Model Hyland diadopsi sebagai kerangka analitik untuk menganalisis langkah gerak esai. Selain itu, fitur-fitur linguistik seperti tense, sikap kata kerja bantu, dan penanda juga diselidiki. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas esai argumentasi mengikuti tiga fase dan termasuk kumpulan gerakan wajib dalam model tersebut. Namun, pada tulisan siswa ada tiga pergerakan yang tidak ada pada model Hyland, yaitu contradiction, irrelevance, and suggestion or recommendation. Hasil penelitian menunjukkan 14 tidak ada perbedaan penting dalam hal struktur langkah bergerak antara esai yang ditulis oleh dua kelompok siswa. Persamaan penelitian Qian dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis esai argumentasi. Perbedaannya adalah penelitian Qian menganalisis perbandingan dua kelompok subjek, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan kelompok tunggal yang menganalisis kohesi gramatikal dan leksikal, dan faktor-faktor yang menghambat siswa dalam menulis argumentasi. Penelitian kelima adalah penelitian Kurnia (2011) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X B SMA Islam 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta”. Penelitian Kurnia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X B SMA Islam 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta dengan menerapkan metode jigsaw. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran kooperatif oleh Ibrahim dan Slavin. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, metode jigsaw dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas XB SMA Islam 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta mendapat tanggapan positif dari siswa. Siswa merasa lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kedua, adanya peningkatan nilai rata-rata menulis argumentasi pada siklus I dan siklus II. Selain itu, setiap aspek dalam menulis argumentasi juga mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw mampu meningkatkan 15 kemampuan siswa kelas XB SMA Islam 1 Gamping Sleman Yogyakarta dalam menulis argumentasi. Kelebihan penelitan Kurnia adalah pada metode yang digunakan, yakni metode jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menulis dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, Sebaliknya kelemahan penelitian ini adalah pada objek yang diteliti, yakni hasil tulisan siswa belum memiliki kohesi dan koherensi yang baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia adalah sama-sama meneliti wacana argumentasi, tetapi perbedaannya pada objek yang teliti dan metode yang digunakan. Penelitan terakhir adalah penelitian Widowati (2013) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pemanfaatan Media Artikel Opini Surat Kabar pada Siswa Kelas X IPA 7 SMA Negeri 3 Bandung.” Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada tahun ajaran 2012/2013. Masalah yang diteliti adalah tentang perencanaaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan media artikel opini surat kabar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian dengan metode ini tidak hanya sebagai tindakan kolaboratif dan partisipatif untuk memperbaiki kinerja guru, tetapi juga meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan keberhasilan pada tiap siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media opini surat kabar dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf argumentasi pada siswa kelas X IPA 7 SMA Negeri 3 Bandung. 16 Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Widowati ini adalah pada media yang digunakan yang berupa artikel opini surat kabar, yakni siswa bisa melihat bentuk langsung sebuah opini dan merefleksikannya dalam paragraf yang dibuat. Penelitian Widowati tidak menjabarkan alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal secara terperinci yang mendasari dilakukannya penelitian tentang keterampilan menulis wacana argumentasi berbahasa Inggris dengan metode ESA. Persamaan penelitian Widowati dengan penelitian ini adalah sama-sama tentang menulis wacana argumentasi, tetapi bedanya adalah pada objek yang diteliti dan metode yang digunakan. Penelitian Widowati merupakan penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan metode campuran dengan desain sequential exploratory. Beda penelitian widowati dengan penelitian ini adalah, penelitian tindakan kelas menerapkan perlakuan atau treatment sampai proses pembelajaran berjalan tuntas atau mencapai kkm, sedangkan penelitian ini hanya melihat pengaruh penerapan metode ESA terhadap hasil menulis mahasiswa. Hasil menulis dijabarkan secara kualitatif untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek linguistik dalam karangan mahasiswa. Aspek-aspek linguistik tersebut yaitu kohesi gramatikal dan leksikal pada wacana argumentasi. Selanjutnya data kuantitatif berupa nilai mahasiswa digunakan untuk mendukung penjelasan data kualitatif. 17 2.2 Konsep Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang dibahas. Konsep-konsep tersebut, yaitu konsep keterampilan menulis wacana argumentasi dan metode engage, study, and activate. Konsep-konsep tersebut dapat dijabarkan seperti berikut. 2.2.1 Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain (Tarigan, 2008: 3). Selain itu, menulis dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menuangkan pendapat atau isi pikiran melalui bahasa tertulis kepada penerima informasi dengan tujuan supaya informasi yang diterima oleh pembaca sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si penulis. Banyak pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki seorang penulis supaya tulisan yang dihasilkan memiliki suatu struktur organisasi yang baik, satu unsur dengan unsur yang lainya saling berhubungan satu sama lain, dan memiliki kepaduan yang baik. Menulis mencakup berbagai macam unsur yang saling berhubungan satu sama lain yang harus dipahami oleh penulis untuk dapat menghasilkan suatu karya tulis yang dapat dimengerti dan bermanfaat bagi pembaca. Selain itu, kegiatan menulis mengharuskan penulis untuk mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran secara sungguh-sungguh (Akhadiah, 1992:1). Djiwandono (1996:129) menjelaskan bahwa dalam menulis perlu ditentukan gagasan pokok dan pokok-pokok pikiran atau suatu topik yang akan 18 dijelaskan kepada pembaca. Gagasan pokok dijelaskan oleh pokok-pokok pikiran yang kemudian disusun secara kronologis sehingga urutan cerita dan maksud yang hendak disampaikan penulis mudah dimengerti. Dalam membangun dan mengaitkan satu pokok pikiran dengan pokok pikiran yang lain diperlukan suatu pengetahuan yang baik tentang unsur-unsur yang digunakan dalam bahasa. Hal yang pertama yang sangat penting dalam penulisan sebuah esai atau karangan adalah kosakata. Kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan topik cerita. Jika kata yang digunakan tidak sesuai, makna atau maksud yang hendak disampaikan penulis akan berbeda sehingga bisa menyebabkan suatu kesalahpahaman. Kata yang digunakan hendaknya sesuai dengan aturan penyusunan kata dan memenuhi persyaratan tata bahasa. Dalam menulis sebuah karangan, teknik penulisan juga sangat berperan penting dalam membuat karangan padu dan mudah dimengerti. Teknik penulisan itu meliputi tata bahasa, struktur dan pilihan kata, ejaan, dan penulisan paragraf. Menurut Semi (1990:10) keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang penulis agar mampu menciptakan suatu karya tulis yang baik adalah (1) keterampilan berbahasa, (2) keterampilan penyajian, (3) keterampilan perwajahan, (4) gaya atau pilihan struktur kosakata, dan (5) penerapan ejaan dan penggunaan tanda baca. Tarigan (1986:15) mengemukakan bahwa penguasaan kosakata sangat penting penting dalam kemajuan mental seseorang. Jika seorang siswa mempelajari sebuah kata baru, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh dan efek terhadap siswa tersebut. Wacana argumentasi adalah wacana yang menarik minat pembaca, diekspresikan dalam sebuah klaim, komentar atau opini dan disertai bukti yang 19 mendukung hal tersebut (Smith, 2003:33). Dalam wacana argumentasi penulis berusaha untuk mendukung hal-hal yang kontroversial atau mempertahankan posisi dalam perbedaan pendapat yang terjadi dalam topik yang sedang diperdebatkan (Langan, 2010:87). Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis wacana argumentasi merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun dan menyampaikan sebuah opini atau pendapat dalam bentuk bahasa tertulis mengenai isu-isu kontroversial dengan menggunakan bahasa, ejaan, dan kosakata yang sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku. 2.2.2 Metode Engage, Study and Activate Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode engage, study, and activate. Metode ini dapat memberikan kegiatan yang lebih terpusat pada siswa atau student center learning. Selain itu, pada metode ini diterapkan suatu kegiatan yang bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Menurut Harmer (2001:78), metode merupakan sebuah perwujudan dari pendekatan. Pencetus metode mengemukakan tentang jenis kegiatan, peranan guru dan pembelajar, jenis materi dan beberapa model silabus. Metode mencakup berbagai prosedur dan teknik sebagai bagian kegiatan standarnya. Selain itu, dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary metode didefinisikan sebagai cara tertentu untuk melakukan sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan pendekatan yang mencakup teknik dan prosedur sebagai kegiatan standarnya. 20 Engage, study, and activate merupakan salah satu metode pembelajaran yang disajikan di dalam kelas yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih efektif. Engage adalah awal kegiatan mengajar, yakni pengajar mencoba untuk membangkitkan minat siswa melalui kegiatan yang menyenangkan, misalkan game. Game yang digunakan harus berkaitan dengan topik yang sedang didiskusikan dan mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Kebanyakan orang tidak bisa mengingat pelajaran di sekolah karena mereka tidak dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, sering kali mereka bosan karena tidak terlibat secara emosional dengan apa yang sedang diajarkan. Pembelajaran pada tahap ini membuat mereka merasa tertantang, terdorong, tergerak, dan merasa gembira. Kemudian, tahap yang kedua adalah study, pada kegiatan ini siswa diminta fokus pada bahasa atau informasi dan bagimana hal tersebut dibentuk. Mahasiswa bisa belajar dalam beberapa gaya yang berbeda, yaitu bisa menjelaskan grammar; bisa mempelajari bukti bahasa untuk menemukan grammar untuk mereka sendiri, bisa bekerja dalam grup mempelajari teks bacaaan atau kosakata. Akan tetapi, bagaimanapun jenis kegiatannya fokusnya adalah tetap konstruksi sebuah bahasa. Kegiatan pembelajaran yang ketiga adalah activate. Kegiatan ini mendeskripsikan latihan dan kegiatan yang didesain agar mahasiswa bisa menggunakan bahasa secara bebas dan sekomunikatif mungkin. Tujuannya adalah para mahasiswa tidak hanya fokus pada konstruksi bahasa atau melatih sedikit pola grammar, kosakata khusus atau fungsi, tetapi dapat menggunakan seluruh bahasa yang cocok pada situasi yang diberikan (Harmer, 1998:84 ). 21 2.3 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa oleh Brown (2007). Menghitung modus, mean, dan median dianalisis menggunakan teori statistik yang dikemukakan oleh Mundir (2013). Kohesi dalam tulisan argumentasi siswa dianalisis menggunakan teori wacana bahasa Inggris yang dikemukakan oleh Halliday dan Hassan (1976), dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis dianalisis menggunakan teori applied linguistic dari Harmer (2001). 2.3.1 Teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Menurut Brown (2000:7), salah satu definisi pembelajaran seperti yang dikutip dalam salah satu kamus kontemporer adalah proses mendapatkan dan memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dengan belajar, pengalaman atau instruksi. Pengajaran menunjukkan atau membantu seseorang untuk belajar sesuatu dengan memberikan instruksi, memandu, dan memberikan pengetahuan yang menyebabkan siswa tahu dan mengerti. Pengajaran tidak bisa didefinisikan secara terpisah dengan pembelajaran. Pengajaran memfasilitasi dan memandu pembelajaran sehingga memudahkan pembelajar untuk mempersiapkan kondisi dalam proses pembelajaran. Metode ESA terdiri dari tiga prosedur pembelajaran. Pertama melibatkan siswa secara emotional sebelum diberikan sesuatu, misalnya role play atau communication games. Setelah itu siswa mempelajari bahasa yang masih dipergunakan secara tidak tepat. Tahap terakhir yaitu activate. Mahasiswa menggunakan apa yang sudah mereka dapatkan ke dalam kegiatan sekomunikatif 22 mungkin (Harmer, 2001: 84) Dalam pembelajaran menulis wacana argumentasi berbahasa Inggris dengan metode ESA atau engage, study, and activate mahasiswa dikondisikan dalam suatu keadaaan yang merangsang minat belajar mereka. Salah satu cara yang digunakan adalah game. Game yang digunakan dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai stimulus dalam merangsang minat siswa untuk belajar. Kegiatan yang kedua adalah kegiatan diskusi. Mereka diajak untuk menentukan bagian-bagian wacana argumentasi, antara lain thesis statement, kalimat utama, kalimat penjelas, dan simpulan. Dalam kaitannya dengan metode ini, teori belajar yang digunakan adalah teori pembelajaran behaviorisme dan konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme adalah teori pembelajaran yang menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Teori behaviorisme menekankan pentingnya peranan lingkungan, bagaimana terbentuknya respons dan menekankan bagaimana latihan sangat penting dalam tercapainya hasil pembelajaran. Teori pembelajaran yang kedua yang digunakan acuan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa semua manusia membentuk jenis kenyataan mereka masingmasing. Oleh karena itu, berbagai cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu adalah sah. Di dalam teori konstruktivisme, interaksi sosial dipandang sebagai dasar perkembangan kognitif seseorang. Para ahli yang meneliti pemerolehan bahasa pertama dan kedua telah menunjukkan sudut pandang konstruktivisme melalui penelitian wacana sosiokultural dalam belajar, dan teori interaksi. konversasional, faktor-faktor 23 2.3.2 Statistik Statistik merupakan suatu media yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa secara visualisasi dalam bentuk angka-angka atau grafik. (Mundir, 2013: 1). Penelitian ini menganalisis statistik sederhana meliputi modus, median, dan mean. Statistik ini digunakan untuk mendukung penjelasan pada data kualitatif. Modus adalah skor yang memiliki frekuensi terbanyak dibandingkan data lain dari sebuah pengukuran. Jika skor-skor itu disajikan dalam bentuk distribusi tunggal, maka modus tinggal menunjuk skor yang memiliki frekuensi terbanyak. Median adalah angka yang terletak ditengah-tengah distribusi frekuensi, atau suatu angka yang membelah jumlah skor menjadi dua bagian yang sama. Median dapat ditentukan dengan dua cara yaitu a. Median pada data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu dengan jumlah kasus ganjil, rumus yang dugunakan adalah : N= 2n+1. b. Median pada data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu dengan jumlah kasus genap ditentukan dengan rumus N=2N Mean adalah nilai rata-rata hitung dari sebuah data. Perhitungan mean dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu 1. Perhitungan mean dari data mentah dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan skor-skor individual dibagi jumlah kelompok subjek. 24 2. Perhitungan mean dari data distribusi frekuensi tunggal dapat ditentukan dengan membagi jumlah skor dengan jumlah subjek 3. Perhitungan mean dari data distribusi bergolong dapat ditentukan dari jumlah skor titik tengah setelah dikalikan frekuensi dibagi jumlah subjek. 2.3.3 Kohesi Menurut Halliday dan Hassan (1976:5) konsep kohesi merupakan suatu konsep yang mengacu pada pertautan makna (semantik) dalam sebuah teks. Selanjutnya dari hubungan makna tersebut jenis teks dapat diidentifikasi dan didefinisikan. Konsep kohesi adalah suatu sistem makna yang merujuk pada sistem arti yang ada di dalam teks dan menerangkan makna sebagai suatu teks. Kohesi terjadi pada interpretasi beberapa elemen di dalam wacana yang terkait satu dengan yang lainnya. Hubungan kohesi adalah hubungan semantik yang diwujudkan melalui sistem leksikogramatikal, yakni tata bahasa dan pilihan kata. Kohesi yang diekspresikan melalui tata bahasa disebut kohesi gramatikal, sedangkan kohesi melalui seleksi kata disebut kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dapat diwujudkan dengan empat penanda kohesi yaitu perujuk atau reference, konjungsi substitusi, dan elipsis. Secara terperinci, kohesi gramatikal dapat dijelaskan sebagi berikut. 25 2.3.3.1 Perujuk (Referens) Perujuk (referens) adalah pemerolehan informasi khusus yang diperoleh melalui proses penunjukan. Informasi yang ditunjuk adalah makna, identitas benda tertentu, atau jenis benda yang ditunjuk. Perujuk memiliki dua kemungkinan arah rujukan (retrieval), yaitu endoforik dan eksoforik. Endoforik adalah penunjukan di dalam teks yang terdiri atas dua macam, yaitu anaforik dan kataforik. Anaforik merujuk ke partisipan sebelumnya atau merujuk ke kiri, sedangkan kataforik menampilkan pronomina setelah partisipan dengan kata lain merujuk ke kanan. Sebaliknya penunjukan eksoforik mengacu pada penunjukan di luar teks. Perujuk dapat dibagi menjadi tiga, yaitu personal, komparatif, dan demonstratif. Perujuk personal merujuk ke fungsi makna dalam situasi berbicara melalui kategori kata ganti orang. Fungsi gramatikal ditandai dengan head dan modifier dan kelas ditandai dengan nomina (pronomina), contoh I, me, you, we, us, he, him, she, her, they them, it dan determiner , yakni posessesive adjective my, your, our, his, her, their, its dan one’s dan possessive pronoun mine, yours, ours, his, hers, theirs, dan its. Contoh “I bought him some apples yesterday”, “Sinta goes to cinema with her boyfriend”. Perujuk komparatif merujuk langsung pada makna identitas atau persamaan. Perujuk komparatif dapat berbentuk perujuk komparatif adverbia dan kata sifat. Contoh perujuk komparatif dalam bentuk adverbia adalah identically, differently, beautifully, slowly, dan less equally. Perujuk komparatif dalam kata sifat dapat diekspresikan dengan: same, identical, equal, similar, additional, other different, else, better, more etc (Halliday dan Hasan, 1976:37). 26 Contoh perujuk komparatif adalah “ she is taller than me”, I am better than you all, “My bag is different from your bag”. Perujuk yang ketiga adalah perujuk demonstratif. Perujuk demonstratif pada dasarnya merupakan bentuk penunjukan verbal. Pembicara mengidentifikasi sesuatu yang ditunjuk dengan meletakkannya pada skala kedekatan. Demonstratif adverbial, seperti here, there, now, and then mengacu pada lokasi proses dalam jarak dan waktu. Mereka biasanya melakukannya secara langsung, tidak melalui lokasi dari beberapa orang atau objek yang sedang terlibat dalam proses tersebut, Contoh“at first she was here, then suddenly she is there” Dipihak lain demonstratif nominal, seperti this, these, that, those, dan the mengacu pada lokasi suatu benda atau objek dan orang yang berpartisipasi dalam proses tersebut. Contoh “this tie is more expensive than that tie”,” Those dogs were fed by my brother two days ago”. 2.3.3.2 Substitusi Substitusi menggantikan unsur yang terdapat dalam teks. Hubungan katakata yang digantikan biasanya tersirat dalam teks tersebut. Contoh “Does she say there is going to be a nationwide strike? Yes she says so. Berdasarkan contoh di atas penulis mengatakan bahwa substitusi di atas adalah jenis substitusi klausa karena “so” menggantikan there is going to be a nationwide strike (Halliday dan Hasan, 1976:33). Jenis substitusi ada tiga, yakni substitusi nomina, substitusi verba, dan substitusi klausa. Substitusi nomina adalah penggantian bentuk nomina. Bentuk substitusi nomina biasanya one/ones, same, dan so. Contoh substitusi dengan kata one, 27 same, ones dan so dapat dlihat pada contoh-contoh berikut ini. A: He is an idiot. B: Who? A: The one who wears red jacket. She wears black shoes and we wear the same. When we were shopping we saw many shirts but we decided that we bought the red ones. John felt it was annoying and Mary felt so. Kata so pada kalimat di atas menggantikan kata benda. Kata so selain bisa digunakan untuk substitusi klausa bisa digunakan untuk substitusi nomina. Substitusi yang kedua adalah substitusi verba. Substitusi verba adalah penggantian atau penyubstitusian kata kerja. Kata yang digunakan untuk menyubstitusi verba dalam bahasa Inggris adalah do. Biasanya substitusi verba selalu berada di akhir teks. Sebagai contoh: John is eating more now than he used to do. Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa unsur yang mengalami substitusi adalah is eating. Unsur tersebut merupakan frasa verba. Substitusi yang terakhir adalah substitusi klausa. Substitusi klausa adalah penggantian atau penyubstitusian klausa. Biasanya substitusi klausa selalu menggunakan kata so dan not. Contoh: Is he going to buy the jacket? I hope so. Berdasarkan contoh tersebut, unsur yang mengalami substitusi so adalah is he going to buy the jacket? Substitusi klausa yang berbentuk interogatif harus diubah menjadi bentuk deklaratif pada contoh di atas menjadi I hope he is going to buy the jacket. Isn’t he going to accompany you to Canada? I’m afraid not. Pada kalimat I’m afraid not, kata not menggantikan I’m afraid he isn’t. 28 2.3.3.3 Konjungsi Konjungsi merupakan bagian kohesi yang ditandai dengan adanya relasi antara bagian-bagian dalam teks sehingga teks tersebut dapat dipahami. Menurut Halliday dan Hasan (1976: 227), konjungsi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu additive, adversative, causal, dan temporal. Additive relation of conjunction (hubungan relasi yang menambahkan) adalah hubungan konjungsi untuk menambahkan hal-hal yang telah dikatakan atau dimusyawarahkan sebelumnya. Contoh additive devices adalah moreover, besides, in addition, furthermore, and, and also. Adversatif merupakan bagian konjungsi yang artinya memiliki hubungan berlawanan atau bertentangan dengan harapan atau hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Contoh konjungsi adversatif, antara lain but, nevertheless, however, despite this, and on the other hand. Contoh, “All the figures were correct; they’d been checked”. “Yet the total came out wrong”. Jenis konjungsi yang kedua adalah kausal. Hubungan kausal menyatakan hasil, alasan, dan tujuan. Contoh konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan kausal, yaitu because, as the result, so, consequently, dan for this reason. Jenis konjungsi yang terakhir adalah temporal. Temporal adalah relasi antara dua kalimat yang sederhana dalam urutan waktu. Contoh konjungsi temporal adalah then, after that, first, secondly, finally, in conclusion. 2.3.3.4 Elipsis Elipsis merupakan salah satu bentuk substitusi yakni satu objek dalam teks atau wacana dihilangkan atau sering disebut juga substitusi kosong. Ada beberapa 29 jenis elipsis yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan, yaitu elipsis nomina, verba, klausa, dan elipsis kalimat tidak langsung. Elipsis nomina adalah pelesapan yang terjadi dalam grup nomina. Contoh: Do you want to have another candy? No thanks that was my third. Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa unsur yang mengalami elipsis nomina adalah candy. Elipsis verba adalah elipsis atau pelesapan verba. Sebagai contoh: John killed two mouses and one snake. Pada kalimat tersebut bagian kalimat yang mengalami elipsis verba adalah killed. Elipsis klausa adalah elipsis atau pelesapan modal dan proposisi dalam kalimat. Contoh elipsis modal: What were they doing? Holding hands. Pada kalimat ini yang dihilangkan adalah they were. Contoh elipsis proposisi: Who was going to plant a row of poplars in the park? The Duke was. Pada kalimat ini bagian kalimat yang mengalami elipsis adalah going to plant a row of poplars in the park. Elipsis yang terakhir adalah elipsis kalimat tidak langsung. Pernyataan tidak langsung (Indirect statement) ini bisa menjadi substitusi, terutama pada substitusi so atau negative not. Sebagai contoh: I thought that Robert and George were going to take me shopping today. They haven’t said so. Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa unsur yang mengalami elipsis indirect statement adalah “They haven’t said that Robert and George were going to take me shopping today” ( Halliday and Hasan, 1976:278). Kohesi yang kedua yaitu kohesi leksikal. Kohesi leksikal adalah efek kohesif yang diperoleh melalui seleksi kata. Ada beberapa cara yang digunakan untuk memperoleh kohesi leksikal dalam wacana yaitu melalui repetisi, sinonim atau sinonim sebagian, hiponim, antonim, dan meronimi. Repetisi adalah salah 30 satu bentuk kohesi leksikal yang diperoleh melalui pengulangan kata. Contoh. “There as a large mushroom growing near her about the same height as herself, and when she look under it, it occurred to her that she might as well look and see what was the top of it. She stretched herself up on tiptoe, and peep over the edge of the mushroom”. Kohesi leksikal yang kedua yaitu sinonim penuh dan sinonim sebagian. Sinonim penuh artinya dua kata/frasa atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama, dan juga memiliki relasi kohesif. Contoh “Accordingly I took leave, and turned the ascent of the peak. The climb is perfectly easy”. Sedangkan sinonim sebagian artinya dua kata/frasa atau lebih dalam wacana yang memiliki makna sama atau hampir sama, akan tetapi tidak memiliki relasi kohesif atau tidak merujuk pada satu unsur acuan yang sama (unsur acuannya berbeda). Contoh “Then quickly rose sir bediveri and run and leaping down the ridges lightly plung’d among the bulrush beds and clutch’d the swords, and lightly wheel and threw it. The great brand made lightning in the splendor of the moon…..”. Jenis kohesi leksikal ke tiga adalah hiponim. Hiponim merupakan satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Contohnya kata table dan chair dalam bahasa Inggris merupakan hiponim dari kata furniture. Kohesi leksikal yang keempat yaitu antonim. Antonim dapat diartikan satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual lain. Contoh. “Why does this little boy wriggle all the time? Girls don’t wriggle”. Kohesi leksikal yang terakhir yaitu meronimi. Meronimi adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan hubungan bagian-keseluruhan (part to whole) antar unsur leksikal Contohnya” I have problem with the brake, so my car 31 can’t stop in the right place ”. Kata brake merupakan bagian dari kata car. Meronimi juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan hubungan part to part, misalnya kata mouth dan chin merupakan bagian dari face. 2.3.4 Wacana Definisi wacana dapat ditinjau dari sudut bentuk bahasa dan tujuan umum sebuah tulisan. Dilihat dari bentuk bahasa, wacana adalah salah satu bentuk bahasa yang lebih luas daripada kalimat yang berisikan sebuah pokok pikiran atau topik. Bentuk bahasa yang mempunyai sebuah topik tersebut mempunyai bagianbagian penting yang membentuk struktur komposisi tersebut. Bagian-bagian tersebut, antara lain alinea-alinea, bab-bab, subbab, dan karangan-karangan utuh yang terdiri atas bab ataupun tidak. Topik atau tema merupakan karakteristik sebuah wacana atau dapat disimpulkan bahwa suatu wacana tidak bisa dibuat tanpa sebuah tema (Keraf, 1995:6). Hal mendasar yang membedakan satu karangan dengan karangan yang lainnya adalah tujuan umum yang ingin diperoleh oleh penulis wacana tersebut. Tujuan umum tersebut dipengaruhi oleh adanya kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar tersebut, antara lain berikut ini. 1) Keinginan untuk memberikan informasi kepada orang lain dan memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal. 2) Keinginan untuk menyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran atau suatu hal dan lebih jauh memengaruhi sikap dan pendapat orang lain 32 3) Keinginan untuk menggambarkan, menceritakan, dan mendeskripsikan bentuk atau wujud suatu barang atau objek, atau cita rasa suatu benda, hal atau bunyi. 4) Keinginan untuk menceritakan pada orang lain tentang kejadian atau pristiwa, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Berdasarkan tujuannya, karangan-karangan yang utuh dapat dibedakan atas karangan eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi. Eksposisi adalah sebuah karangan yang dibuat untuk memberikan informasi kepada pembaca sehingga informasi tersebut bisa memperluas pengetahuan mereka. Argumentasi adalah salah satu jenis karangan yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca tentang sebuah kebenaran tertentu yang disertai dengan bukti-bukti yang memperkuat pernyataaan tersebut. Menurut Bemmel dan Tucker (1997:31) paragraf-paragraf dalam sebuah esai terutama esai argumentasi memiliki bagianbagian yaitu pendahuluan, tubuh paragraf, dan simpulan. Paragraf pertama, yakni pendahuluan terdiri atas pernyataan umum dan thesis statement . Tubuh paragraf terdiri atas beberapa paragraf yang mendukung thesis statement dan satu paragraf yang mengekspresikan opini yang berlawanan dengan paragraf sebelumnya. Paragraf yang terakhir yakni simpulan. Simpulan terdiri atas ringkasan, penyajian kembali pernyataan tesis, dan prediksi atau saran. Persuasi adalah sebuah karangan yang merupakan varian dari argumentasi. Wacana ini berbeda dengan karangan argumentasi karena wacana ini bertujuan memengaruhi orang lain tentang suatu hal daripada mempertahankan kebenaran 33 tentang topik tertentu. Deskripsi adalah karangan yaitu penulis atau pembicara berkeinginan untuk menggambarkan sesuatu hal. Narasi adalah sebuah karangan yang menyajikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa dan bagaimana cerita itu terjadi berdasarkan urutan waktu. Kejadian tersebut bisa berupa kebenaran tentang pengalaman ataupun kejadian yang merupakan imajinasi penulis. Sama dengan pendapat Keraf, Smith membagi jenis-jenis wacana menjadi lima, yaitu narasi, deskripsi, laporan, informasi, dan argumen. Contoh-contoh wacana tersebut dapat dilihat pada bagian berikut ini. Wacana narasi She put on her apron, took a lump of clay from the bin and weighed off enough for a small vase. The clay was wet. Frowning, she cut the lump in half with a cheese-wire to check for air bubbles, then slammed the pieces together much harder than usual. A fleck of clay spun off and hit her forehead, just above her right eye. Sumber: Peter Robinson, A Necessary End, New York: Avon Books, 1989, p. 182. Wacana deskripsi In the passenger car every window was propped open with a stick of kindlingwood. A breeze blew through, hot and then cool, fragrant of the woods and yellow flowers and of the train. The yellow butterflies flew in at any window,out at any other. Sumber: Eudora Welty, Delta Wedding, New York: Harcourt, Brace, 1945, p. 1 Wacana laporanfortified Jewish settlement in the Gaza Strip, an Israeli Near a heavily soldier and a Palestinian policeman were wounded as Palestinian protests for the release of 1,650 prisoners degenerated into .confrontations. Israeli military officials say they are investigating the source of fire that wounded the soldier 34 Sumber: Barak fights on many fronts. New York Times, May 20, 2000. Wacana Informasi Thanks to advanced new imaging techniques, the internal world of the mind is becoming more and more visible. Just as X-ray scans reveal our bones, the latest brain scans reveal the origin of our thoughts, moods, and memories.Scientists can observe how the brain registers a joke or experiences a painful memory. Sumber: Mapping thoughts and even feelings. New York Times, May 20, 1999. Wacana argumentasi The press has trumpeted the news that crude oil prices are three times higher than they were a year ago. But it was the $10 or $11 price of February 1999, not the one today, that really deserved the headlines. Sumber: Robert Mosbacher, Cheap oil’s tough bargains. New York Times, March 13, 2000. 2.3.5 Menulis Menulis merupakan sebuah proses ekspresi diri. Menulis dapat digunakan untuk menceritakan perasaan kepada orang lain dan mengeksplorasi ide yang dimiliki. Ketika menceritakan pengalaman, ide, dan minat, biarkan ide itu datang secara alami seperti saat melakukan percakapan (Glencoe, 2001: 9). Proses menulis bisa dipengaruhi oleh isi tulisan, jenis tulisan, dan media di mana tulisan dibuat (Harmer: 2004:11). Harmer (2001:12) menjelaskan bahwa tata bahasa sangat penting dalam konstruksi sebuah bahasa. Jika kita tahu aturan gramatikal sebuah bahasa, kita bisa menghasilkan kalimat yang tidak terhingga banyaknya. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam bahasa adalah pilihan kata, arti 35 kata, kombinasi kata, struktur kata, serta fungsi bahasa. Dalam pembelajaran bahasa, faktor yang memengaruhi lancarnya proses belajar mengajar adalah motivasi siswa. Motivasi adalah semacam dorongan dari dalam yang mendorong atau menggerakkan seseorang untuk mencapai sesuatu. Motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam individu. Contoh, seseorang ingin belajar bahasa karena menikmati proses pembelajaran atau adanya keinginan membuat diri mereka merasa lebih baik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari faktor luar individu, seperti kebutuhan untuk lulus ujian, harapan akan hadiah uang, atau keinginan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. 36 2.4 Model Penelitian KETERAMPILAN MENULIS Keterampilan menulis argumentasi mahasiswa STIE Triatma Mulya Faktor-faktor penghambat mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi Kohesi Gramatikal dan Leksikal Landasan Teori -Teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (Brown ,2001) - Teori Mundir (2013) - Teori Halliday dan Hassan (1976) - Teori Harmer, (2001) Metode Penelitian - Metode campuran dengan desain sequential exploratory Metode Pembelajaran - Metode ESA Metode Pengumpulan data - Observasi, wawancara, dokumentasi dan tes Metode Analisis data - Deskriptif kualitatif Metode Penyajian analisis data - Metode formal dan informal HASIL PENELITIAN Bagan 2.1 Model penelitian 37 Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode campuran dengan desain sequential exploratory. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif. Peneliti selain sebagai pengamat juga ikut mengajar selama lima kali pertemuan untuk mengetahui pengaruh metode ESA dalam pembelajaran menulis wacana argumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE Triatma Mulya Level Post Intermediate. Objek penelitian yang diteliti adalah kemampuan menulis mahasiswa. Mahasiswa ini dipilih karena kemampuan mereka masih lemah dalam menulis wacana argumentasi. Keterampilan menulis merupakan salah satu proses pemerolehan bahasa. Dalam penelitian ini bahasa yang diteliti adalah bahasa Inggris yang termasuk sebagai bahasa asing di Indonesia. Dalam penelitian ini proses pemerolehan bahasa asing didapatkan dari proses belajar mengajar (guided learning) yang dilakukan di dalam kelas pada kursus yang diselenggarakan Bali International Language Center atau biasa disingkat BILCEN. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa penerapan yang dilakukan oleh peneliti, seperti penerapan pendekatan, penerapan metode, dan penerapan teknik. Adapun dalam proses belajar mengajar pendekatan yang dipakai adalah pendekatan student center learning. Pendekatan ini digunakan karena dapat mengeksplorasi kemampuan mahasiswa khususnya dalam keterampilan menulis. Pendekatan ini lebih memusatkan pada aktivitas mahasiswa atau student center learning. Metode yang digunakan adalah metode ESA yang merupakan singkatan dari engage, study, and activate. Dalam metode terdapat teknik untuk membantu penerapan metode. Teknik yang digunakan adalah game dan diskusi. 38 Permasalahan yang didiskusikan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menulis mahasiswa sesudah penerapan metode ESA, alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal dalam tulisan siswa, dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam membuat wacana argumentasi. Teori yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis adalah teori statistik dari Mundir tentang bagaimana menentukan distribusi frekuensi, median, modus, dan mean yang didukung dengan rubrik penilaian yang dibuat oleh Hamp-Lyons (1992,1993) dan Andrade (1997). Kohesi wacana dianalisis dengan menggunakan teori Halliday dan Hassan, sedangkan faktor-faktor yang menghambat kemampuan menulis siswa dianalisis dengan teori Harmer (2001). Teori pembelajaran dan pengajaran bahasa yang digunakan pada penelitian ini adalah teori pembelajaran behaviorisme dan konstruktivisme. Kedua teori tersebut dipilih karena sesuai dengan metode dan teknik yang digunakan. Pada metode pembelajaran ESA kegiatan pembelajaran diawali dengan game. Game merupakan sebuah stimulus yang dapat menarik respons mahasiswa. Kegiatan yang kedua yakni study. Study adalah kegiatan pembelajaran yang menerapkan teknik diskusi yang sesuai dengan teori konstruktivisme yang menekankan pada interaksi dengan mahasiswa lainnya ataupun lingkungannya. Dari proses belajar mengajar tersebut diperoleh data yang dikaji, yaitu bagaimana kemampuan menulis mahasiswa pada wacana argumentasi sesudah diterapkannya metode ESA, alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal pada karangan yang dibuat oleh mahasiswa sesudah penerapan metode, dan faktor-faktor yang menghambat kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan mixed method atau metode campuran. Desain penelitian ini adalah sequential exploratory. Desain sequential exploratory dapat dilihat pada bagan dibawah ini. Research questions Mixed method Followed by Quan QUAL Qual data collection and analisis Findings Quan data collection and analisis Sequential exploratori design adalah desain analisis data dengan tahapan menganalisis data kualitatif kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data kuantitatif, oleh karena itu penekanan diberikan lebih kepada aspek kualitatif. Hasil analisis kemudian digabungkan selama proses interpretasi data. Tujuan penelitian ini adalah menggunakan data kuantitatif untuk membantu interpretasi dari hasil analisis data kualitatif (Cresswell, 2002). Pada penelitian ini tulisan mahasiswa dijabarkan secara kualitatif dan nilai-nilainya secara kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE Triatma Mulya Jurusan Manajemen Perhotelan yang sedang mengikuti kursus post intermediate. 39 40 Pengambilan data dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar dengan melaksanakan dan mengamati penerapan metode ESA, yaitu hasil kemampuan menulis, pemakaian alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan oleh siswa, dan faktor-faktor yang menghambat siswa dalam menulis wacana argumentasi. Dalam penelitian ini peneliti sekaligus berperan sebagai pengajar selama proses belajar mengajar di Lembaga BILCEN sehingga secara langsung, peneliti mampu menilai secara keseluruhan hasil karangan yang dihasilkan mahasiswa. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Triatma Surya Jaya Dalung, yaitu pada lembaga kursus bahasa Inggris BILCEN atau Bali International Language Center. Lembaga ini merupakan lembaga kursus bahasa Inggris yang menangani kursus bahasa Inggris dari level elementary sampai dengan post intermediate, TOEIC, dan TOEFL. Lembaga ini memberikan kursus bahasa Inggris pada lembagalembaga yang berada di bawah yayasan Triatma Surya Jaya, seperti STIPAR Triatma Jaya, STIE Triatma Mulya, MAPINDO, dan SMK Triatma Jaya. Penelitian ini meneliti mahasiswa STIE Triatma Mulya karena mahasiswa STIE adalah mahasiswa yang paling banyak menaruh minat untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Jumlah keseluruhan mahasiswa STIE semester enam jurusan manajemen perhotelan adalah 20 orang, namun empat orang sedang bekerja, dua orang cuti dan satu orang selesai. Jadi, jumlah mahasiswa STIE yang diteliti adalah empat belas orang. 41 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa karangan mahasiswa, sedangkan data kuantitatif berupa nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa. Sumber data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini berupa kalimat dan pemaparan berupa paragraf yang diperoleh dari subjek penelitian, yaitu mahasiswa STIE Triatma Mulya jurusan Manajemen Perhotelan semester enam yang sedang mengikuti kursus bahasa Inggris post intermediate. Data berupa kalimat-kalimat dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tulisan argumentasi mahasiswa. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, catatan harian, catatan harian digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kedua, lembar observasi dalam bentuk check list. Lembar observasi berisikan tentang aspek-aspek yang diobservasi pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat. Ketiga, pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisikan tentang pertanyaan pertanyaan mengenai proses pembelajaran dengan metode ESA. Keempat, instrumen terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test. Tes ini berisikan pernyataan tentang topik yang akan diperdebatkan dalam tulisan argumentasi. Topik yang ditulis dalam penelitian ini adalah prokontra tentang bahaya merokok bagi kesehatan. 42 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dengan teknik check list. Selain itu, digunakan juga metode wawancara dengan teknik catat, dokumentasi dengan teknik catat, dan metode tes dengan teknik tes tulis. 3.5.1 Metode Observasi Metode observasi merupakan satu cara pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat sesuatu yang diobservasi, kemudian mencatat pada lembar pengamatan. Kelebihan metode observasi ini adalah peneliti dapat mengamati hal yang diteliti secara langsung tanpa menghilangkan atau menambahkan hal-hal yang penting dalam penelitian tersebut. Observasi dilihat dari sifat hubungan antara observer dan observant ada dua, yaitu observasi partisipatif dan observasi nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan apabila pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh observant. Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang menempatkan observer murni sebagai pengamat (Sanjaya, 2013:270). Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif yaitu pengajar selain sebagai peneliti juga ikut terlibat dalam proses pengajaran sehingga dapat melihat langsung keadaan siswa selama proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama peneliti mengobservasi delapan aspek dalam proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi yaitu keaktifan siswa dalam merespon permainan, pembentukan kelompok belajar, menuangkan ide-ide dalam proses diskusi, merespon pendapat teman, bertanya kepada guru dan teman, 43 menyimpulkan pembelajaran, dan menerapkan pengetahuan ke dalam kegiatan activate. Hasilnya menunjukan bahwa 100% merespon permainan, 100% belajar, 42,86 % mahasiswa sangat aktif dalam mahasiswa aktif dalam pembentukan kelompok mahasiswa aktif dalam menuangkan ide-ide, 42,86 % mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 42,86% mahasiswa aktif bertanya kepada guru dan teman, 42,86% mahasiswa aktif menyimpulkan pembelajaran, dan 100% mahasiswa aktif dalam menerapkan pengetahuan ke dalam kegiatan activate. Pada pertemuan kedua, aspek-aspek yang diobservasi yaitu keaktifan dalam merespon permainan yang diberikan, keaktifan dalam pembentukan kelompok belajar, keaktifan dalam menuangkan ide-ide, keaktifan dalam diskusi terkait referensi, kemampuan dalam memberikan masukan bagi pendapat teman, keseriusan mahasiswa dalam proses pembelajaran, kemampuan mahasiswa dalam membuat kesimpulan, dan keaktifan mahasiswa dalam melengkapi karangan dengan referensi yang tepat. Hasilnya menunjukan bahwa 100% mahasiswa sangat aktif dalam merespon permainan, 100% mahasiswa aktif dalam pembentukan kelompok belajar. 50% mahasiswa aktif dalam menuangkan ideide, 42,86 % mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 42,86% mahasiswa aktif bertanya kepada guru dan teman, 42,86% menyimpulkan pembelajaran, dan 100% mahasiswa aktif mahasiswa aktif dalam menerapkan pengetahuan ke dalam kegiatan activate. Pada pertemuan ketiga, aspek-aspek yang diobservasi yaitu keaktifan siswa dalam merespon permainan, pembentukan kelompok belajar, menuangkan 44 ide-ide dalam proses diskusi, keseriusan siswa dalam proses diskusi, kemampuan mahasiswa dalam merespon pendapat teman, keaktifan bertanya, merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran, dan kemampuan melengkapi karangan dengan dengan substitusi dan elipsis. Hasilnya menunjukan bahwa 100% mahasiswa sangat aktif dalam merespon permainan, 100% mahasiswa aktif dalam pembentukan kelompok belajar. 50% mahasiswa aktif dalam menuangkan ide-ide, 42,86% mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 50% mahasiswa aktif bertanya kepada guru dan teman, 42,86 % mahasiswa aktif menyimpulkan pembelajaran, dan 100% mahasiswa aktif dalam menerapkan pengetahuan ke dalam kegiatan activate. Pada pertemuan yang keempat, aspek-aspek yang diobservasi berjumlah delapan aspek yaitu keaktifan siswa dalam merespon permainan yang diberikan, pembentukan kelompok belajar, menuangkan ide-ide dalam proses diskusi, keseriusan mahasiswa dalam proses diskusi, kemampuan mahasiswa dalam merespon pendapat teman, kemampuan mahasiswa dalam merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran, dan kemampuan mahsiswa dalam melengkapi karangan dengan konjungsi. Hasilnya menunjukan bahwa 100% sangat aktif dalam merespon permainan, 100% mahasiswa mahasiswa aktif dalam pembentukan kelompok belajar. 42,86 % mahasiswa aktif dalam menuangkan ide-ide, 50% mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 57,14% mahasiswa aktif bertanya kepada guru dan teman, 42,86 % mahasiswa aktif menyimpulkan pembelajaran, dan 92,86% mahasiswa aktif dalam menerapkan pengetahuan ke dalam kegiatan activate. 45 3.5.2 Metode Wawancara Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian dengan cara mewawancarai mahasiswa sebagai sumber data. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pendapat, persepsi, dan sikap yang dibutuhkan dalam penelitian. Mahasiswa yang diwawancarai berjumlah 14 orang. Pertanyaaan-pertanyaan yang ditanyakan adalah tentang pengaruh game dalam memotivasi mahasiswa, kendala-kendala dalam menulis argumentasi, kemampuan metode ESA dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi, hal-hal yang didapatkan mahasiswa dari metode ESA dalam menulis argumentasi dan kesan mahasiswa terhadap pembelajaran menulis argumentasi dengan metode ESA. Jumlah mahasiswa yang diwawancarai adalah empat belas orang mahasiswa. Hasil wawancara menunjukan bahwa empat belas orang mahasiswa mengatakan bahwa game dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran karena mereka tidak menyukai proses pembelajaran yang terkesan selalu serius, bisa mengetahui tentang aspek-aspek wacana, dapat mendorong keinginan untuk belajar, membangunkan semangat belajar, dapat memacu semangat dalam berkompetisi, dan dapat membuat pikiran rileks dan tenang. Kendala-kendala yang dialami mahasiswa dalam menulis argumentasi adalah kurangnya kosakata yang diketahui, mengekspresikan ide dengan kata dan tata bahasa yang benar, menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dan menerapkan pengetahuan tata bahasa Inggris yang cenderung kompleks. Mahasiswa mengatakan bahwa metode ESA dapat meningkatkan 46 kemampuan menulis argumentasi. Melalui metode ESA Mereka mendapatkan pengetahuan tentang tata bahasa, struktur organisasi dan kosakata. Kesan mahasiswa terhadap pembelajaran menulis dengan metode ESA adalah sangat baik karena beberapa alasan, diantaranya adalah mahasiswa lebih senang dengan pembelajaran menulis, mengetahui kelemahan struktur tulisan mereka, dan bisa membuat mereka menulis dengan lebih rapi. 3.5.3 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan mengarsipkan atau mendokumentasikan segala bentuk kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Bentuk pendokumentasian tersebut dapat berupa catatan, agenda, transkrip, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Penggunaaan metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi nama yang ditetapkan sebagai subjek penelitian yang didapatkan dari daftar hadir yaitu mahasiswa STIE Triatma Mulya level Post Intermediate. Selain itu, juga mendokumentasikan hasil observasi terkait kegiatan yang dilakukan selama proses penelitian, baik berupa pencatatan maupun tes selama penelitian dilakukan. Hasil observasi akan digunakan untuk mengetahui keadaan siswa selama proses pembelajaran. 3.5.4 Metode Tes Metode tes adalah merupakan metode yang digunakan dalam suatu penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi pelajaran tertentu. Dalam penelitian pendidikan, tes sering 47 digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan, baik bidang kognitif, afektif maupun psikomotor. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis. Tes tulis disesuaikan dengan format pada ujian IELTS. Materi tes adalah tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Mahasiswa harus membuat sudut pandang mereka tentang dampak positif dan negatif dari rokok. 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive qualitative method. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam mengenai realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model fenomena tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan mengklasifikasikan data-data yang didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan kategori-kategori yang sudah disusun dalam rubrik penilaian, Setelah itu, datadata tersebut dipaparkan dalam bentuk tulisan. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini adalah (1) menentukan rubrik penilaian, dan (2) dari nilai tersebut kategori pencapaian siswa dapat ditentukan. Pencapaian siswa dari nilai terendah ke tingkat nilai yang paling tinggi dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu, buruk, kurang, cukup, memuaskan, dan sangat memuaskan (Putra, 2012: 72). Secara lengkap uraiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 48 Tabel 3.1: Interval Nilai dan Uraian Pencapaian Siswa POINT A NILAI 86--100 B 70--85 C 51--69 D 26--50 E 0--25 URAIAN Memperlihatkan penguasaan dan pemahaman tentang struktur organisasi dan sistem tata bahasa yang baik. Pada rentang ini, tulisan siswa dikategorikan pada tahap yang sangat memuaskan Memperlihatkan penguasaan struktur organisasi dan tata bahasa yang cukup baik. Pada rentang ini, tulisan dikategorikan pada tahap memuaskan Memperlihatkan penguasaan parsial pada struktur organisasi dan tata bahasa. Pemahaman pada tahap ini dikategorikan cukup. Memperlihatkan pemahaman terbatas terhadap struktur organisasi dan tata bahasa. Pemahaman pada tahap ini dikategorikan kurang Memperlihatkan sama sekali tidak menguasai struktur organisasi dan tata bahasa. Pemahaman pada tahap ini dikategorikan buruk Rubrik penilaian dalam penelitian ini adalah rubrik analitik. Rubrik ini adalah rubrik yang diadaptasi dari rubrik yang dibuat oleh Jacobs, Hamp-Lyons dan Andrade, serta rubrik yang digunakan di San Diego Unified School District. Aspek-aspek yang dinilai pada tulisan argumentasi siswa adalah tata bahasa, organisasi karangan, ketepatan kata, dan mechanic. Tata bahasa diperoleh dari jumlah kalimat benar, dijumlahkan dengan klausa benar serta alat-alat kohesi gramatikal kemudian dibagi tiga. Persentase grammar benar kemudian dimasukkan ke dalam rubrik. Organisasi karangan dibagi menjadi tiga, yaitu pendahuluan, argumen, dan penutup. Ketepatan kata diperoleh dari persentase kata benar dalam karangan mahasiswa, dan mekanik diperoleh dari penggunaan tanda baca dan huruf kapital yang benar. Hasil dari kedua aspek ini dibagi dua, kemudian dimasukkan ke dalam rubrik. Tabel 3.2 Rubrik Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi Diadaptasi dari rubrik yang dibuat oleh Jacobs, Hamp-Lyons dan Andrade, serta rubrik yang digunakan di San Diego Unified School District STUDENT DATE CLASS 1 G R A M M A R : : : CATEGORY Cohesion 4. Advanced A (30-26) 3. Proficient B (25-21) 2. Basic C (16-20) 1. Below Basic D (15-0) Effective and appropriate details create a vivid picture showing knowledge and insight. The average of grammatical cohesion, clause and the sentence correct are 81-100%. Sufficient details create a picture showing some knowledge and insight. The average of grammatical cohesion, clause and the sentence correct are 61-80%. Underdeveloped details show little knowledge. The average of grammatical cohesion, clause and the sentence correct are 31-60%. Limited or disconnected details show a lack of understanding. The average of grammatical cohesion, clause and the sentence correct are 0-30%. SCORE 49 Category Advance 10-9 Proficient 8-6 Basic 5-3 Below basic 2-0 Strong, engaging introduction. The introduction is inviting, states the main topic. The introduction is made using the correct structure of writing and correct grammar. Engaging introduction, Adequate sequencing of ideas based on purpose and linked to issue, but it is not particularly inviting to the reader. The grammar used shows several mistakes The introduction states the main topic, but does not adequately preview the structure of the writing nor is particularly inviting to the reader. Many mistakes on grammar. Introduction may need some revision. There is no clear introduction of the main topic or structure of the writing. Introduction may not exist or may need major revision. Advance 20-18 Presents powerful Argument pros to support issue, effective sequencing of ideas enhances argument and Proficient 17-15 Effectively supports issue with relevant argument(s) pros and evidence. Adequately uses elaboration Basic 14-12 Supporting argument(s) pros or evidence Insufficient, irrelevant or unclear. Lacks explanation/elaboration. Below basic 11-0 Little or no supporting reasons or credible evidence to support issue. Many mistakes on grammar O R G Introduction Issue A N I Z A T I O N Pros 50 Argument Cons Conclusion 3 CATEGORY links to issue. Well documented evidence provides consistent and convincing perspective on issue using good grammar. Effectively addresses opposing viewpoints and provides counterarguments, building a convincing and well focused argument. Advance 10-9 Powerful conclusion reinforces issue. Conclusion is made using the correct structure of writing. techniques to suit reader and purpose. The argument is understandable with several grammar mistakes. Addresses an opposing view point and provides a reasonable counterargument. 4. Advanced 3. Proficient Proficient 8-6 Conclusion reinforces thesis an gives closure, conclusion and issue are clearly linked. Conclusion is made using the correct structure of writing with several mistakes on grammar The grammar used shows little knowledge influenced the meaning of sentences. which influenced meaning. Addresses opposing viewpoint but does not provide a reasonable counterargument. Doesn't address opposing viewpoint nor provide counterargument Basic 5-3 Conclusion attempt to establish focus but the structure of writing is incorrect. Conclusion may need some revision. 2. Basic Below basic 2-0 Conclusion lacks focus, a lot of grammar mistakes. Conclusion need major revision. 1. Below Basic SCORE 51 W O Precision R Effectiveness D C H O I C E 4 M E C H A N I C CATEGORY Punctuation Capitalization A (20-18) Words powerfully convey the intended message in a very interesting and precise way. Precise, vivid, natural language creates a clear and complete picture in the reader. The average correct words used around 81-100%. B (17-15) Effective words get message across. Correct, adequate word choice creates a clear picture in the reader’s mind. The average correct words used around 5180% C (14-12) More precise words are needed to create a clear message. Ordinary word choice attempts to create a picture in the reader’s mind. Verbs, nouns, and adjectives, are adequate. The average correct words used 21-50% D (11-0) Limited vocabulary; words may be used inappropriately. Language choice is inappropriate repetitive or lacks meaning. The average correct words used around 20-0% 4. Advanced A (20-18) Punctuation and Capitalization are smooth and enhances meaning, Students can use punctuation and capitalization from 81100% 3. Proficient B (17-15) Punctuation and capitalization are smooth and enhances meaning, students can use punctuation and capitalization from 51-80% 2. Basic C (14-12) 1. Below Basic D (11-0) Errors in Capitalization may impair readability, errors occasionally obscure meaning. Students can use punctuation and capitalization from 21-50% Numerous errors in Punctuation and capitalization distract and/or confuse the reader. Limited understanding of appropriate punctuation and capitalization. SCORE 52 Students can use punctuation and 20-0% 53 54 Data nilai yang sudah tersedia kemudian dijabarkan ke dalam skor nilai mentah, distribusi frekuensi, modus, median, dan mean untuk melihat kemampuan individu masing-masing serta nilai rata-rata siswa sesudah penerapan metode engage, study, and activate. Selanjutnya kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal dalam menulis wacana argumentasi dianalisis dan dijabarkan dengan berpedoman pada teori kohesi oleh Halliday dan Hassan. Data mengenai faktor-faktor yang menghambat kemampuan menulis mahasiswa akan diambil melalui metode wawancara. Hasil wawancara dikaji dengan teori Harmer tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi. Analisis penerapan ESA dilakukan dengan melihat hasil observasi pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat. 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disampaikan secara formal dan informal. Teknik penyajian analisis data dalam penelitian ini adalah narasi. Secara formal hasil nilai mahasiswa disajikan dalam bentuk tabel. Secara informal, hasil karangan mahasiswa dideskripsikan secara kualitatif untuk mendapatkan penjelasan yang mendalam tentang struktur tulisan argumentasi mahasiswa, alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan, dan faktorfaktor penghambat mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi melalui tahap post-test. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian keterampilan menulis argumentasi terdiri dari beberapa tahapan. Pelaksanaan penelitian secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut. Kegiatan pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah menyiapkan silabus, lesson plan, materi atau sumber pembelajaran, dan test. Kemudian, data dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan tes dengan teknik check list, catat, dan tes tulis. Data dokumentasi pada penelitian ini diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi tentang gambaran umum sampel penelitian. Data observasi diperoleh dengan mengamati proses penelitian dalam format observasi yang disediakan dengan memberi tanda (ν) terhadap pembelajar. Tahap ketiga yaitu mengadakan tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tulis. Jenis tes adalah tes esai dengan instruksi soal menulis wacana argumentasi berdasarkan topik yang sudah dipersiapkan oleh pengajar. Selanjutnya, data tes dianalisis dengan rubrik penilaian yang disusun sebelumnya. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu grammar, organization, argument, word choice, dan mechanic. Selain itu kohesi gramatikal dan leksikal dalam data tes dianalisis dan dijelaskan secara kualitatif. Tahap keempat yaitu memasukkan hasil nilai menulis mahasiswa ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui mean, median, dan modus. Penyajian data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 55 56 4.1 Kemampuan Mahasiswa STIE Triatma Mulya Menulis Wacana Argumentasi Tulisan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya dinilai dengan rubrik analitik. Aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya terdiri atas beberapa aspek, yaitu grammar, organisasi yang dipilah lagi menjadi tiga yaitu pendahuluan, argumen, dan penutup, pilihan kata, dan mechanic. Penjabaran tiap-tiap aspek dan bobot aspek dapat dilihat pada penjelasan berikut ini. 4.1.1 Organisasi Karangan Nilai keseluruhan organisasi karangan mahasiswa didapatkan dari nilai pendahuluan, nilai argumen, dan nilai simpulan dibagi tiga. Nilai pendahuluan tiap-tiap siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 4.1.1.1 Pendahuluan Tabel 4.1 Nilai Pendahuluan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya No Nama 1. Dwi Warsaningsih 5 5 2. Edi Pramana 2 2 3. 6 9 8 7 5. Ayu Nicky Suardani Ayu Wida Cesartika Ayu Novi Lestari 5 5 6. Agus Bujangga 3 3 7. Putu Ferry Darmawan 3 5 4. Nilai Pendahuluan Nilai Pendahuluan Karangan Sebelum Karangan Setelah ESA ESA 57 8. Cholisah 3 5 9. Anggayani 4 7 10. Ferry Heriawan 5 9 11. I Made Dwi Arsada 5 5 12. Anggun Sintya Dewi Jumi Arsawan 5 8 3 8 3 5 4,29 5,91 13. 14 Althin Bryan Tahapary Rata-rata Sebelum ESA diterapkan nilai terkecil pada kategori pendahuluan adalah 3 dan nilai terbesar adalah 8. Rata-rata nilai menulis pendahuluan sebelum ESA adalah 4,29, sedangkan setelah ESA adalah 5,91. Hasil dari selisih nilai rata-rata sebelum ESA diterapkan dengan nilai setelah ESA diterapkan menunjukan bahwa terjadi peningkatan sebesar 1,62 poin. Pendahuluan karangan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya sebelum metode ESA diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebanyak dua belas orang (85,71%) berada pada level basic dan dua orang (14,29%) berada pada level proficient. Setelah metode diterapkan, tujuh orang siswa (50%) berada pada level basic, empat orang (28,57%) berada pada level proficient, satu orang (7,14%) berada pada level below basic dan dua orang (14,29%) berada pada level advance. Pada level advance pendahuluan yang dibuat oleh mahasiswa sangat menarik, penyusunan sesuai dengan pendahuluan pada format yang diajarkan dengan bahasa yang baik, dan mudah dimengerti. Pada level ini nilai yang diberikan 9. 58 a. Contoh pendahuluan pada level tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah. Smoking is a very bad habit that mostly doing by an adult, especially b. men but nowdays also been doing by young generations. Smoking is an activity where we absorp the fumes of the cigarette, but in the long-term this could c. Pada membuat pendahuluan yang tersusun damage our level body proficient system andpenulis even our brain too. That is why i really agreedengan that smoking should be forbiden because same as drugs, cigarette can cause baik,Smoking penyususunan berkaitan dengan isu yang addiction. is also berdasarkan known to betujuan highlydan damaging to physical health, being a major factor in cancer and heart disease, moreover smoking is also take tetapi tidak mengundang degan Padaquit part ofdibicarakan reducing our brain’s performance.minat And pembaca I guarantee if baik. you not smoking now, you will regret it for your whole life. Level yang kedua, yaitu level proficient. Pada level ini, mahasiswa sudah mencoba membuat struktur pendahuluan yang sesuai dengan struktur pendahuluan pada ujian IELTS, yaitu pernyataan umum ke khusus, thesis statement, dan outline. Akan tetapi, pada bagian ini ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan yaitu pada bagian outline. Mahasiswa tidak mencantumkan outline atau beberapa siswa membuat outline yang tidak sesuai dengan penjelasanpenjelasan yang dibuat pada tubuh paragraf. Mahasiswa yang menulis pendahuluan dengan kemampuan seperti ini mendapatkan nilai 6--8. Contoh pendahuluan yang berada pada kategori proficient Cigarette is cylinder from paper and have measuring length between 70 mm – 120 mm. Cigarette also contain chemicals such us nicotine, tar and carbonmonoxide. Besides that, smoking is forbidden because can effect disease cancer, heart attack, and risk for baby. So I agree, if smoking forbidden in the world and cigarette is number one cause of died in the world. d. 59 Pada level basic, penulis membuat pendahuluan yang memuat topik tetapi tidak menerapkan struktur tulisan argumentasi dengan benar. Pada level ini penulis memulai pendahuluan dengan secara langsung atau mencoba membuat pendahuluan dengan membuat peryataan umum ke khusus kemudian diikuti oleh thesis statement tetapi tidak memuat outline kerangka pendahuluan tersebut. Kalimat-kalimat yang dibuat bisa dimengerti walaupun tata bahasa yang digunakan tidak terlalu baik. Selain itu, pendahuluan yang dibuat tidak menarik sehingga tidak dapat menarik minat pembaca. Pendahuluan dalam kategori ini memerlukan perbaikan dalam struktur tulisan. Kemampuan menulis pendahuluan dengan kategori seperti ini mendapat nilai lima dari skala 10. Contoh pendahuluan pada level basic. I agree if some people believe that smoking should be forbidden and smoking is factor number one to risk your health, such as cancer, air pollution, impotance Pada level below basic tidak ada pendahuluan yang jelas dan struktur tulisan. Pendahuluan pada kategori ini memerlukan banyak perbaikan. Pendahuluan pada level ini mendapatkan nilai 0--2. Contoh. Smoking is an activity that is so let loose by smoker,despite the dangaers of smoking ,at this time she her already smoking ,I’m agree presence of cigarette factory because a lot of give help country so be advanced, you can look in the skin of cigarette in there can couse make so smoking can cause career,heart at attack,impotence, ,but not problem with smoker to smoking that all factor of enviren ment ,assoeration ,especially among young people so smoking already a regular 60 4.1.1.2 Argumen Tabel 4.2 Nilai Argumen Karangan Siswa STIE Triatma Mulya No Nama Nilai Argumen Karangan Sebelum ESA Nilai Argumen Karangan Setelah ESA 1. Dwi Warsaningsih 15 12 2. Edi Pramana 10 12 3. 16 18 15 18 5. Ayu Nicky Suardani Ayu Wida Cesartika Ayu Novi Lestari 15 15 6. Agus Bujangga 10 10 7. 11 14 8. Putu Ferry Darmawan Cholisah 11 12 9. Anggayani 11 17 10. Ferry Heriawan 15 18 11. 11 17 12. Anggun Sintya Dewi 13. Jumi Arsawan 12 18 11 15 14 11 14 12,43 15,00 4. I Made Dwi Arsada Althin Bryan Tahapary Rata-rata Kemampuan mahasiswa menulis argumen menunjukan peningkatan sebesar 2,57. Nilai tertinggi sebelum ESA diterapkan adalah 16, sedangkan nilai terendah adalah 10. Setelah Metode ESA diterapkan nilai tertinggi adalah 18, sedangkan nilai terendah adalah 10. Penjelasan terperinci mengenai kemampuan mahasiswa dalam menulis argumen dapat dijelaskan sebagai berikut. 61 Sebelum metode ESA dilakukan delapan orang (57,14%) dikategorikan below basic, satu orang (7,14) dikategorikan basic dan lima orang (35,71) dikategorikan proficient. Sesudah ESA, empat orang (28,57%) dikategorikan berada pada kategori advance, empat orang (28,57%) dikategorikan proficient, dan lima orang (35,71%) dikategorikan basic dan satu orang (7,14) dikategorikan below basic. Pada level advance, argumen yang dibuat sangat kuat dalam mendukung pernyataan. Ide tersusun dengan baik dan terhubung dengan isu yang diperdebatkan, bukti-bukti argumen yang kuat memberikan perspektif yang konsisten dan meyakinkan. Penulis menyusun opini-opini yang mendukung isu yang sedang diperdebatkan dengan memberikan contoh-contoh sesuai dengan konjungsi yang tepat, mampu memberikan suatu contrasting point, dan mampu memosisikan diri mereka pada isu tersebut. Pada level advance, skor yang diberikan adalah 18-20. Contoh argumen yang berada pada level advance dapat dilihat pada contoh di bawah ini. The first reason is because smoking can cause addiction, some people can smoke for about one box or even two box of cigarette everyday, and that is a big number of problem. As an example, my friend is very much addicted to smoking, i guess every single minutes in his life he always do smoking, and because of it he needs more budget to buy cigarettes and of course it cost more rather than us who not smoking. He also has lot of cigarette’s box collection in his room, such as; Sampoerna, Dunhill, Marlboro and also alcoholic bottles. The second reason is because smoking is also known to be the highly damaging to physical health, smoking is also being a major factor in cancer and heart disease. Lot of people may just ignore it, because they just think that as a fake interdiction. That is right if people said that is no short-term effect of smoking, but as the quote say: “slow but sure”, smoking effect will not appear immediately but as the poison settle in your body that is the counting time for you to break a habit, maybe start to do more sport or start to be a vegan. However is it bad, but there is still a positive side about smoking, especially the big companies, just say PT. Djarum they are very active in sponsoring sports activities such as badminton. They also doing social act by provides scholarships, in term of environment, PT. Djarum has regularly doing reforestation such as tree planting. Cigarettes also been the source of income for our country through the tax customs. 62 Pada level proficient mahasiswa mampu secara efektif mendukung isu dengan argumen yang relevan dengan bukti-bukti, menggunakan teknik elaborasi yang cukup sehingga tujuan tulisan tersebut dapat dimengerti oleh pembaca. Pada level ini nilai yang diberikan yaitu 15-17. Contoh argumen yang berada pada kategori proficient. Firstly for health, smoking cause cancer, disorders of pregnancy, the risk of cataracts, make teeth yellow, bad breath impotent and etc. for example one of my friends already have cancer, even he to dead because of smoking addiction, he could spend three packs of cigarettes a day. Secondly smoking is dangers to the environment , such as of air pollution, because the smoke everywhere and which, other people will fell the breating disorder and cough. In addition as we know many harmful substances contained in cigarettes can be dischar can damage soil fertility, for example if the discarded cigarettes butts on the ground can cause the plants to die easily because cigarette butts aren’t good in the ground. Morever smoking also causes wasteful, if you’re an smoker, surely can smoke at least one until two packs of cigarettes. Yet, smoking is also beneficial for certain people, such as my uncle, he can’t think when there is a problem with his work if doesn’t smoke. However, although many people say that smoking can make them look more manly. But I still agree that smoking is banned because smoking is very harmful to our bodies. Pada level basic, bukti-bukti atau argumen pendukung tidak cukup, tidak relevan atau tidak jelas. Argumen yang dibuat masih kurang penjelasan atau elaborasi. Pada level ini skor yang diberikan yaitu 12--14. Contoh argumen yang berada pada kategori basic dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 63 Firstly, smoking can lead to addiction, because if I just started smoking, I can do that for more and more again, if I look for my friend, and my social environment almost all from them is a smoker, for example if I walking or play with my friend them always say for me, are you want smoking, so this is which make me hard for stop from smoking, if I a smoker. Secondly smoking can cause breath odor, if I smoking this is cause my breath odor, so if I talk with my mother, father, and other people, maybe for my friend or my friend work which smoking, not problem, but for my friend or my friend work which not smoking them will feel not good. The third was for some of my best friends, said that smoking can eliminate stress, are also capable of helping them to gain inspiration, but it’s not going to change my view, I still don’t agree with smoking, because smoking for me personally, never bring good to my body, and never give you made for me personally, that there will be only make me wasteful and other things that hurt me. 4.1.1.3 Simpulan Tabel 4.3 Nilai Simpulan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya No Nama Nilai Simpulan Karangan Sebelum ESA Nilai Simpulan Karangan Setelah ESA 1. Dwi Warsaningsih 5 5 2. Edi Pramana 2 2 3. 5 8 6 9 5. Ayu Nicky Suardani Ayu Wida Cesartika Ayu Novi Lestari 5 6 6. Agus Bujangga 2 2 7. 0 5 8. Putu Ferry Darmawan Cholisah 4 6 9. Anggayani 2 7 10. Ferry Heriawan 7 9 11. I Made Dwi Arsada 3 6 4. 64 12. 13. 14 Anggun Sintya Dewi Jumi Arsawan 5 8 4 8 Althin Bryan Tahapary Rata-rata 3 5 3,8 5,5 Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai tertinggi sebelum ESA adalah 7 dan nilai terendah adalah 2. Setelah metode ESA diterapkan, nilai tertinggi adalah 9 dan nilai terendah adalah 2. Nilai rata-rata sebelum dan sesudah ESA menunjukan kenaikan sebesar 1,7%. Kemampuan mahasiswa dalam menulis kesimpulan dapat dijabarkan sebagai berikut. Sebelum metode ESA diterapkan, empat orang (28,57%) dikategorikan proficient, delapan orang (57,14%) dikategorikan basic, dan dua orang (14,29) dikategorikan below basic. Setelah ESA diterapkan, dua orang (14,29) berada pada level below basic, tiga orang (21,43) berada pada level basic, tujuh orang (50%) berada pada level proficient, dan dua orang (14,29%) berada pada level advance. Simpulan yang dibuat menarik dan memperkuat isu yang sedang dibicarakan. Simpulan yang dibuat terdiri atas dari rangkuman-rangkuman pernyataan sebelumnya, restatement of thesis statement dan saran-saran penulis yang mendukung isu yang sedang diperdebatkan. Pada kategori ini, skor yang diberikan adalah 9. 65 In conclusion, smoking is very dangerous for our health and cigarette butts also has it’s own effect on environment. Besides that, smoking is forbidden because can effect disease for example, cancer heart attack and risk for baby. Even smoking is prohibited but there are still many people smoking and think smoking can relieve stress. So I agree, if smoking prohibited, because that very dangerous for our health and environment. Even a lot of people think smoking can relieve stress, but a lot of thing we can do for relieve stress, for example you can hang out with your friend or listen music, maybe you can physical exercise not to be smoking which is very risk for our health and environment also can cause of death. At the same time, a lot of cigarette product make program scholarship, even there is offer from cigarette product but the way we thanks to cigarette product not to be smoking. However with study hard and show since cigarette we can get achievement, not since cigarette we leave this world forever and ever Pada level proficient simpulan memperkuat thesis statement dan memberikan penutupan yang baik. Simpulan dan isu terkait dengan jelas. Pada level ini nilai yang diberikan yaitu 6--8. Contoh simpulan yang berada pada level proficient dapat dilihat di bawah ini. c. In conclusion, smoking cause a lot of less for active smokers and passive smokers. I agree that smoking make us wasteful, sick, pollute the environment d. and can even lead to death. My suggestion, switch to stop smoking habit with eating sweets, snacks and if you can avoid smoking if in addition we keep e. smoking and if you’re active smokers balaced with execice or searching information about how to stop smoking from google or your friends and your f. parents. So someone to quit smoking isn’t easy and there isn’t cure. But if you have a strong determination and will to live a healthy life without cigarettes. g. Pada level basic simpulan yang dibuat mencoba untuk menyajikan fokus pembicaraan, tetapi memerlukan beberapa perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut antara lain informasi-informasi yang digunakan perlu diurutkan sesuai dengan struktur tulisan. Pada kategori ini nilai yang diberikan yaitu 3--5. Contoh simpulan pada level basic dapat dilihat pada contoh berikut ini. 66 Smoking is one of can cause health, so do not it. Kill your cigarette before h. kill you. In condusion, smoking is factor number one to risk our cigarette health such as : cancer, air pollution. Impotance. Besides that, if you smoking you i.face will be pale. You do not have girld friend because a women do not like have boy friend to has health cancer. So I agree if smoking prohibited in the word because that is number one cause of die. Pada level below basic, simpulan yang dibuat kurang fokus pada topik dan memerlukan banyak perbaikan. Contoh: Conclusion ,smoking is activity that is so let loose by smoker,the factory is lot of help the country so be economy became good,still keep your environment so that keep clean don,t do it anymore the presence of cigarette factory be problem in your environment,I’m disagree if the company smoking forbidden in Indonesia because I own a smoker on the other cigarette companies are the largest infusion Tabel 4.4 Nilai Organisasi Karangan Siswa STIE Triatma Mulya No Nama Nilai Karangan ESA 1. 2. 3. 25 14 28 22 16 35 29 34 25 15 14 25 15 24 18 17 27 18 22 23 31 36 28 34 Dwi Warsaningsih Edi Pramana Ayu Nicky Suardani 4. Ayu Wida Cesartika 5. Ayu Novi Lestari 6. Agus Bujangga 7. Putu Ferry Darmawan 8. Cholisah 9. Anggayani 10. Ferry Heriawan 11. I Made Dwi Arsada 12. Anggun Sintya Dewi Organisasi Nilai Organisasi Karangan Sebelum Setelah ESA 67 13. Jumi Arsawan 18 14 Althin Bryan 17 Tahapary Rata-rata 20,5 31 24 27,0 Kategori organisasi karangan sebelum dan sesudah ESA diterapkan dapat dijabarkan sebagai berikut. Sebelum ESA diterapkan, nilai tertinggi adalah 29 dan nilai terkecil adalah 14. Sesudah ESA diterapkan, nilai tertinggi adalah 36 dan nilai terendah adalah 15. Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi sebelum ESA diterapkan adalah 20,5, dan setelah ESA diterapkan, naik menjadi 27,0 %. Hasil rata-rata nilai tersebut menunjukan kenaikan kemampuan sebesar 7,5 %. 4.1.2 Grammar Grammar atau tata bahasa dalam penelitian ini dinilai dengan menggabungkan persentase pemakaian kohesi gramatikal yang benar, klausa yang benar, dan kalimat yang benar. Setelah itu persentase keseluruhan dibagi tiga. Jika persentase grammar menunjukkan angka 0--59%, pada kategori ini, nilai yang diberikan adalah 0-11. Jika menunjukan angka 60--69 %, diberikan nilai 12-14. Mahasiswa yang memiliki rata-rata nilai 70--79% diberikan nilai 15--17, dan 80--100% diberikan nilai 18--20. 68 Tabel 4.5 Analisis Pemakaian Klausa Sebelum dan Sesudah Metode ESA No Nama Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah klausa klausa klausa klausa benar benar salah salah sebelum setelah sebelum setelah ESA ESA ESA metode ESA 1. Dwi Warsaningsih 58,33 47,73 41,67 52,27 2. Edi Pramana 44,44 21,43 55,56 78,57 3. Ayu Nicky 82,93 50,74 17,07 49,25 77,50 55,56 22,50 44,44 Suardani 4. Ayu Wida Cesartika 5. Ayu Novi Lestari 56,52 67,24 43,48 32,76 6. Agus Bujangga 61,54 37,84 38,46 62,16 7. Putu Ferry 48,15 54,39 51,85 45,61 Darmawan 8. Cholisah 56,67 62,50 43,33 37,50 9. Anggayani 76,67 68,57 23,33 31,43 10. Ferry Heriawan 95,45 82,46 4,55 17,54 11. I Made Dwi Arsada 90,91 78,05 9,09 21,95 12. Anggun Sintya 64,86 62,67 35,14 37,33 Dewi 13. Jumi Arsawan 56,00 58,82 44,00 41,18 14 Althin Bryan 60,00 37,93 40,00 62,07 66,43 56,14 33,57 43,86 Tahapary Rata-rata 69 Tabel 4.6 Persentase Jumlah Kalimat Benar dan Salah Pada Karangan Mahasiswa. No Nama Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah kalimat kalimat kalimat kalimat benar benar salah salah sebelum setelah sebelum setelah ESA ESA ESA metode ESA 1. Dwi Warsaningsih 28,57 12,50 71,43 87,50 2. Edi Pramana 11,11 0 88,89 100 3. Ayu Nicky 68,42 30,77 31,58 69,23 23,08 51,61 76,92 48,39 Suardani 4. Ayu Wida Cesartika 5. Ayu Novi Lestari 28,57 27,78 71,43 72,22 6. Agus Bujangga 16,67 0 83,33 100 7. Putu Ferry 0 25 100 75 0 29,41 100 70,59 Darmawan 8. Cholisah 9. Anggayani 61,11 45 39,89 55 10. Ferry Heriawan 95,45 50 4,55 50 57,14 50 42,86 50 56,25 25,93 43,75 74,07 16,67 22,58 83,33 77,42 0 20 100 80 33,07 27,89 66,93 72,11 11. I Made Dwi Arsada 12. Anggun Sintya Dewi 13. Jumi Arsawan 14 Althin Bryan Tahapary Rata-rata 70 Tabel 4.7 Persentase grammar benar pada Mahasiswa STIE Triatma Mulya No Nama Grammar sebelum Grammar setelah metode ESA metode ESA 1 Dwi Warsaningsih 39,22 35,46 2 Edi Pramana 26,21 19,96 3 Ayu Nicky Suardani 70,50 45,11 4 Ayu Wida Cesartika 48,91 58,80 5 Ayu Novi Lestari 37,88 49,62 6 Agus Bujangga 26,32 25,43 7 Putu Ferry Darmawan 23,74 28,47 8 Cholisah 31,71 51,15 9 Anggayani 63,86 43,52 10 Ferry Heriawan 73,89 69,79 11 I Made Dwi Arsada 57,04 60,38 12 Anggun Sintya Dewi 53,19 44,92 13 Jumi Arsawan 34,46 39,95 14 Althin Bryan Tahapary 27,67 37,26 43,90 43,56 Rata-rata Sebelum metode ESA diterapkan, nilai grammar mahasiswa STIE Triatma Mulya dapat dijabarkan sebagai berikut. Sebelas orang berada pada below basic, dua orang berapa pada kategori proficient ,dan satu orang berada pada level basic. Setelah metode ESA diterapkan, sebanyak dua belas orang berada pada level below basic dan dua orang berada pada level basic. Hal tersebut menunjukan Terjadi penurunan sebanyak 0,34 persen. Namun, pada kategori ini kohesi gramatikal mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17,15%. Mahasiswa STIE Triatma Mulya mampu menggunakan alat-alat kohesi 71 gramatikal lebih baik daripada sebelumnya. Kemampuan mahasiswa dalam menulis kalimat mengalami penurunan sebanyak 5,18 persen. Hal yang sama juga terjadi pada penulisan klausa, yaitu terjadi penurunan sebanyak 10,29 persen. Mahasiswa mengalami penurunan kemampuan karena beberapa faktor karena mahasiswa mencoba membuat kalimat kompleks, namun masih membuat kesalahan pada salah satu klausa. Selain itu, penurunan menunjukan ketidak konsistenan mahasiswa dalam menggunakan tata bahasa. Kemampuan mahasiswa tertinggi sebelum metode ESA dilakukan berada pada level proficient. Dalam menyusun kalimat dan klausa yang digunakan, kata kerja yang paling dominan digunakan oleh mahasiswa yang mendapatkan nilai grammar tertinggi adalah nonfinite verb. Mahasiswa menggunakan 13 finite verb dan 18 nonfinite verb. Dari kata kerja yang digunakan, mahasiswa hanya membuat dua kesalahan finite verb. Kesalahan tersebut yaitu pada subject verb agreement contohnya “Smoking is not good for our health because there is serious substance contain in the cigarette, which is damage our organ and specially for woman it could damage the fetus and comb”. Kata “contain” seharusnya ditambahkan -s supaya sesuai dengan subjek tunggal yaitu smoking. Tenses yang digunakan pada karangan mahasiswa adalah kombinasi dari present tense dan future tense. Namun, penguasaan tense pada level ini masih menunjukkan beberapa kesalahan yang perlu diperbaiki. Salah satu diantaranya adalah kesalahan dalam menggunakan simple past tense untuk mengekspresikan fakta. Contohnya “Gradually it will disturb our activities and as the ad said that smoking could kill you”. Mahasiswa mengelaborasi opininya dalam bentuk 72 conditional sentence. Mahasiswa memperkuat opini dengan kalimat-kalimat pengandaian yang mendeskripsikan akibat-akibat buruk merokok. Mahasiswa yang berada pada level basic sebagian besar menggunakan finite verb dalam tulisan, diikuti oleh non finite verb. Dalam mengelaborasi pendapat mahasiswa menggunakan kombinasi antara present tense dan past tense. Mahasiswa mencoba membuat kalimat pengandaian tipe kedua, yaitu present unreal, tetapi menggunakan dependent clause yang masih salah. Contoh “And I would avoid if there are active smoker near me”. Pada level below basic penggunaaan verba didominasi oleh nonfinite verb diikuti oleh finite verb. Kesalahan yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan pada finite verb. Penulis mencoba menerapkan tata bahasa simple present tense dan simple past tense, tetapi kalimat-kalimat yang dibuat belum akurat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya percampuran antara kalimat nominal dan kalimat verbal. Contoh “I am know that smoking is dangerous……….”. Selain itu, mahasiswa masih cenderung menempatkan bentuk -ing setelah subjek. Misalnya, “The presence of cigarette making factory jobs are getting unemployment”. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada level basic masih banyak perlu diberikan pemahaman tentang tata bahasa terutama present tense dan simple past tense Setelah metode ESA diterapkan, kemampuan mahasiswa tertinggi berada pada level basic. Pada level ini, sebagian besar verba yang digunakan adalah nonfinite verb, diikuti oleh finite verb. Pada level ini mahasiswa mampu mengembangkan ide secara lebih baik, tetapi masih perlu memerhatikan 73 pemakaian finite dan infinite verb. Contoh “ Smoking is a very bad habit that mostly doing by an adult, especially men but nowdays also been doing by young generations. Kata doing seharusnya diganti dengan bentuk infinite done karena kalimat tersebut mengekspresikan struktur pasif. Selain bentuk pasif itu, mahasiswa masih perlu memerhatikan penggunaan tenses. Mahasiswa mampu membuat kalimat dengan tenses sederhana seperti present tense dan simple past tense, tetapi masih mengalami kesulitan dalam membuat kalimat present perfect continous tense. Pada pembuatan kalimat dan klausa, mahasiswa sudah mampu membuat klausa benar dengan persentase sebesar 82,46%, sedangkan kalimat benar sebanyak 50%. Pemakaian kohesi gramatikal sebanyak 76,92%. Kohesi tersebut didominasi oleh konjungsi diikuti oleh referensi, elipsis, dan substitusi. Melalui penguasaan kohesi gramatikal tersebut, penulis mampu mengurutkan ideide dengan lebih baik. Kemampuan pada kategori below basic atau level terendah pada kategori grammar dapat dijelaskan sebagai berikut. Aspek yang paling banyak digunakan adalah finite verb diikuti oleh nonfinite verb. Mahasiswa masih melakukan banyak kesalahan pada penggunaan auxiliary. Mahasiswa masih membuat kalimat dengan konstruksi panjang dengan kesalahan pada kalimat nominal dan verbal. Klausa dan kalimat yang dihasilkan tidak terlalu bagus karena hanya mampu membuat klausa benar sebanyak 21,43% dan semua kalimat yang dibuat oleh mahasiswa salah. Tulisan mahasiswa didominasi oleh simple present tense dengan kesalahan yang sangat banyak. Analisis tersebut membuktikan bahwa mahasiswa masih mempunyai pengetahuan tatabahasa yang masih terbatas. 74 4.1.3 Ketepatan Pilihan Kata Nilai ketepatan kata pada karangan siswa diperoleh dari jumlah keseluruhan kata pada karangan dikurangi kata salah. Persentase ketepatan pemilihan kata pada tulisan argumentasi yang dihasilkan oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya level post intermediate, dapat dijabarkan sebagai berikut. Tabel 4.8 Persentase jumlah kata benar. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Nama Dwi Warsaningsih Edi Pramana Ayu Nicky Suardani Ayu Wida Cesartika Ayu Novi Lestari Agus Bujangga Putu Ferry Darmawan Cholisah Anggayani Ferry Heriawan I Made Dwi Arsada Anggun Sintya Dewi Jumi Arsawan Althin Bryan Tahapary Rata –rata Persentase jumlah kata benar sebelum ESA Persentase jumlah kata benar setelah ESA Persentase kesalahan pemakaian kata sebelum ESA Persentase Kesalahan pemakaian kata setelah ESA 93,18 88,43 6,82 11,90 81,72 95,18 67,22 92,91 18,27 4,82 32,78 7,08 93,52 93,92 6,48 6,08 85,54 91,58 14,46 8,42 78,20 75,00 84,05 87,93 21,79 25,00 15,94 11,90 84,32 96,60 97,16 94,48 88,57 91,54 97,62 94,74 10,67 3,40 2,84 5,52 11,43 8,46 2,38 5,26 92,09 93 9,09 6,11% 91,77 90,16 90,18 89,17 8,22 9,88 9,82 10,82 89,21 89,35 10,79 10,65 75 Kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kata-kata mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen. Nilai ini diperoleh dari selisih rata-rata pemakaian kata sebelum ESA diterapkan dengan Setelah ESA diterapkan yaitu 89,35-89,21. Setelah metode ESA diterapkan, sebanyak tiga belas mahasiswa dikategorikan berada pada level advance dan satu orang berada pada level basic. Sebelum ESA diterapkan sebanyak dua belas orang berada pada level advance dan dua orang berada pada level proficient. 4.1.4 Mekanik Mekanik dibagi menjadi dua, yaitu tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Penggunaan punctuation atau tanda baca dapat dideskripsikan sebagai berikut. Tabel 4.9 Persentase Pemakaian Tanda Baca No 1. Nama Dwi Persentase pemakaian tanda baca yang benar sebelum ESA Persentase pemakaian tanda baca yang benar setelah ESA Persentase pemakaian tanda baca yang salah sebelum ESA Persentase pemakaian tanda baca yang salah setelah ESA 76,92 75,68 23,08 24,32 Warsaningsih 2. Edi Pramana 66,89 52,94 33,11 47,06 3. Ayu Nicky 82,79 79,37 17,21 20,63 92 84,88 8 15,12 71,43 71,67 28,57 28,33 Suardani 4. Ayu Wida Cesartika 5. Ayu Novi Lestari 76 6. Agus 57,41 29,63 42,86 70,37 88 95,24 12 4,76 Bujangga 7. Putu Ferry Darmawan 8. Cholisah 66,67 82,93 33,33 17,07 9. Anggayani 89,29 94,20 10,71 5,80 10. Ferry 83,33 76,92 16,67 23,08 86,67 54,29 13,33 45,71 92,86 92,59 7,14 7,41 Heriawan 11. I Made Dwi Arsada 12. Anggun Sintya Dewi 13. Jumi Arsawan 55,56 90,57 44,44 9,43 14. Althin Bryan 80,95 77,42 19,05 22,58 71,40 75,60 28,60 24,40 Tahapary Rata-rata 77 Tabel 4.10 Persentase Pemakaian Huruf Kapital Yang Benar Pada Tulisan Mahasiswa No Nama 1. Dwi Warsaningsih 2. Edi Pramana 3. Ayu Nicky Persentase pemakaian huruf kapital yang benar sebelum ESA 85,71 Persentase pemakaian huruf kapital yang benar setelah ESA 95,24 Persentase pemakaian huruf kapital yang salah sebelum ESA 14,29 Persentase pemakaian kapital yang salah setelah ESA 4,76 88,89 71,43 11,11 28,57 88 100 12 0 Suardani 4. Ayu Wida Cesartika 100 100 0 0 5. Ayu Novi Lestari 100 89,47 0 10,53 6. Agus Bujangga 100 87,50 0 12,50 7. Putu Ferry 91,67 92,59 8,33 7,41 88,89 100 11,11 0 Darmawan 8. Cholisah 9. Anggayani 100 97,42 0 2,08 10. Ferry Heriawan 100 75 0 25 11. 100 100 0 0 100 100 0 0 13. Jumi Arsawan 100 97,96 0 2,04 14. Althin Bryan 100 95,65 0 4,35 95,94 93,02 4,76 6,98 I Made Dwi Arsada 12. Anggun Sintya Dewi Tahapary Rata-rata Kemampuan mekanik siswa didapat dari jumlah persentase ketepatan tanda baca dijumlahkan dengan jumlah persentase ketepatan huruf kapital, 78 kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dua. Hasil penjumlahan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11Persentase Rata-Rata Nilai Mekanik Siswa STIE Triatma Mulya. No Nama 1. Dwi Warsaningsih 2. Edi Pramana 77,89 62,18 3. Ayu Nicky Suardani 85,40 89,69 4. Ayu Wida Cesartika 96,00 92,44 5. Ayu Novi Lestari 85,72 80,57 6. Agus Bujangga 78,71 89,84 7. Putu Ferry Darmawan 89,84 93,92 8. Cholisah 77,78 91,47 9. Anggayani 94,65 95,81 10. Ferry Heriawan 91,67 75,95 11. I Made Dwi Arsada 93,34 77,15 12. Anggun Sintya Dewi 96,43 96,30 13. Jumi Arsawan 77,78 94,27 14. Althin Bryan Tahapary 90,48 86,54 84,99 86,54 Rata-rata Persentase pemakaian Persentase pemakaian mechanic sebelum mechanic setelah ESA ESA 54,21 85,46 Pada kategori mekanik terjadi peningkatan sebesar 1,55 persen. Sebelum metode ESA diterapkan, satu orang dikategorikan basic, empat orang dikategorikan proficient, dan sembilan orang dikateorikan advance. Setelah 79 metode ESA diterapkan, dua orang dikategorikan proficient dan dua belas orang dikategorikan advance. Tabel 4.12 Hasil Menulis Wacana Argumentasi Pada Mahasiswa STIE Triatma Mulya Sebelum Metode ESA Nama Grammar Dwi warsaningsih 30 16 Edi pramana Introduction Organization 40 Argument Conclusion 10 20 Word choice Mechanic 15 9 64 Score 5 15 5 15 14 15 2 10 2 13 8 50 Ayu niki suardani 24 6 16 5 14 13 78 Ayu wida cesartika 17 8 15 6 14 13 73 Ayu novi 16 5 15 5 13 13 67 Agus bujangga 15 3 10 2 10 9 50 Ferry darmawan 14 3 11 0 9 13 50 Cholisah 16 3 11 4 13 10 57 Anggayani 21 4 11 2 14 14 66 Ferry heriawan 24 5 15 7 14 14 79 Dwi arsada 20 5 11 3 14 14 67 Anggun sintya dewi 17 5 12 5 14 14 67 Jumi arsawan 16 3b 11 4b 14a 9p 57 Althin bryan tahapary 15 3b 11 3b 14a 14a 60 10 80 Tabel 4.13 Hasil Menulis Wacana Argumentasi Pada Mahasiswa Stie Triatma Mulya Setelah Metode ESA Nama Grammar 30 Organization 40 Argument 20 12 Word choice 15 14 Mechanic 15 Score Conclusion 10 5 13 65 Dwi warsaningsih 16 Introduction 10 5 Edi pramana 14 2 12 2 7 13 50 Ayu niki suardani 17 9 18 8 14 14 80 Ayu wida cesartika 18 7 18 9 14 14 80 Ayu novi 19 5 15 6 14 13 72 Agus bujangga 15 3 10 2 13 13 56 Ferry darmawan 14 5 14 5 13 14 65 Cholisah 19 5 12 6 13 14 69 Anggayani 17 7 17 7 14 14 76 Ferry heriawan 23 9 18 9 14 9 82 Dwi arsada 20 5 17 6 14 9 71 Anggun sintya dewi 15 8 18 8 14 14 77 Jumi arsawan 16 8 15 8 14 14 75 Althin bryan tahapary 16 5 14 5 13 13 66 81 82 Tabel 4.14 Tabel Hasil Menulis Mahasiswa STIE Triatma Mulya No Nama Nilai sebelum ESA Nilai setelah ESA 1 Dwi Warsaningsih 64 65 2 Edi Pramana 50 50 3 Ayu Nicky Suardani 78 80 4 Ayu Wida Cesartika 73 80 5 Ayu Novi Lestari 67 72 6 Agus Bujangga 50 56 7 Putu Ferry Darmawan 54 65 8 Cholisah 69 69 9 Anggayani 69 76 10 Ferry Heriawan 79 82 11 I Made Dwi Arsada 64 71 12 Anggun Sintya Dewi 67 77 13 Jumi Arsawan 56 75 14 Althin Bryan Tahapary 59 66 64,21 70,29 Rata-rata Mean atau rata-rata nilai mahasiswa didapatkan dari menjumlahkan keseluruhan nilai dibagi jumlah siswa. Nilai rata-rata-mahasiswa sebelum ESA diterapkan adalah 64,21, sedangkan setelah ESA nilai rata-rata adalah 70,29. Dengan demikian, kemampuan mahasiswa meningkat sebesar 6.08 %. Modus 83 atau nilai yang paling sering muncul pada nilai mahasiswa sebelum ESA diterapkan 50 dan 69. Nilai tengah adalah 54+69/2 = 61,50. Sedangkan setelah esa diterapkan nilai yang paling sering muncul adalah 65 dan 80, sedangkan nilai tengah adalah 65+69/2= 67. 4. 2 Pemakaian Alat-Alat Kohesi Gramatikal dan Leksikal 4.2.1 Kohesi Gramatikal Alat-alat kohesi gramatikal yang dianalisis pada penelitian ini berjumlah 13 aspek, yaitu personal reference, demonstrative reference, comparatif reference, nominal substitution, verbal substitution, klausal substitution, additive conjunction, adversative conjunction, temporal conjunction, klausal conjunction, nominal ellipsis,verbal ellipsis, dan klausal ellipsis. Persentase alat-alat kohesi gramatikal yang digunakan tiap-tiap siswa dihitung dengan cara menjumlahkan kohesi gramatikal yang digunakan dikalikan 100% dibagi jumlah aspek keseluruhan. Secara keseluruhan, pemakaian alat-alat kohesi gramatikal sebelum dan sesudah diterapkannya metode ESA meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata kemampuan sebesar 17,15 %. Persentase pemakaian kohesi gramatikal sebelum dan sesudah ESA diterapkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 84 Tabel 4.15 Persentase Penggunaan Kohesi Gramatikal. No Name Persentase Persentase penggunaan penggunaan kohesi kohesi gramatikal gramatikal sebelum setelah metode metode esa esa 1 Dwi Warsaningsih 30,76% 46,15% 2 Edi Pramana 23,07% 38,46% 3 Ayu Nicky Suardani 60,15% 53,84% 4 Ayu Wida Cesartika 46,15% 69,23% 5 Ayu Novi Lestari 30,76% 53,84% 6 Agus Bujangga 7,6% 38,46% 7 Putu Ferry Darmawan 23,07% 30,76% 8 Cholisah 38,46% 61,53% 9 Anggayani 53,8% 61,53% 10 Ferry Heriawan 30,76% 76,92% 11 I Made Dwi Arsada 23,07% 53,08% 12 Anggun Sintya Dewi 38,46% 46,15% 13 Jumi Arsawan 30,7 38,46 14 Althin Bryan Tahapary 23,07 53,84 32,42 % 49,57 % Rata-rata Alat-alat kohesi gramatikal yang digunakan dalam tulisan argumentasi mahasiswa STIE Triatma Mulya dapat dideskripsikan sebagai berikut. 85 Perujuk/Reference Jenis-jenis perujuk yang digunakan oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya level post intermediate dapat dijabarkan sebagai berikut. Dari 14 mahasiswa semua mampu menggunakan possessive adjective, seperti my, our, your, their, my, his. Dua orang melakukan kesalahan pada penggunaan possessive adjective. Delapan orang atau 57% menggunakan object pronoun seperti me, you, it, us, them, sedangkan empat orang atau 28 % menggunakan subject pronoun seperti we, they, you. Pada penggunaan pronoun tipe ini, dua orang melakukan kesalahan penggunaan subjek pronoun. Mahasiswa menempatkan objek pronoun di tempat subjek pronoun. Kesalahan lainnya, yaitu mahasiswa menggunakan subjek pronoun yang salah sehingga kalimat tersebut tidak berhubungan dengan kalimat sebelumnya. Tiga orang atau 21% siswa menggunakan demonstrative reference, yakni that dan this. Sebanyak lima mahasiswa atau 30 % mahasiswa menggunakan comparative reference, seperti others, another, dan higher. Contoh penggunaan possessive adjective pada tulisan argumentasi mahasiswa dapat dilihat pada contoh berikut. a. We can inform to our friend about smoking is very dangerous for our health and help how to stop smoking (data 17) b. The week you stop smoking, will be the best of your life (data 29) c. By smoke, the businessman, somebody or more people can get good ideas for their business and carrier (data 14) d. As an example, my friend is very much addicted to smoking, I guess every single minute in his life he always smoking. (data 23) 86 Pada kalimat (a), (b), dan (c) jenis penunjukan yang dilakukan adalah penunjukan anafora. Anafora adalah satu jenis penunjukan yang merujuk ke kiri. Possessive adjective our merujuk kepada kepemilikan orang kedua jamak we. Demikian juga pada pada kata your yang merujuk pada kepemilikan orang kedua tunggal you. Hal yang sama juga terjadi pada penunjukan my friend dengan kata his. Pada penunjukan ini kepemilikan dalam bentuk kata sifat his merujuk pada kata my friend, dalam hal ini menyatakan milik laki-laki. Object pronoun atau kata ganti objek Objek pada bahasa Inggris adalah him, her, it, me, you, them ,dan us. Him merupakan penunjukan objek laki-laki dari subjek he, sedangkan her untuk menyatakan objek dari perempuan she. It adalah perunjuk yang mengacu pada subjek berupa benda atau binatang. Me merupakan objek pronoun merujuk pada subjek I, you untuk subjek you, them pada they dan us pada we. Contoh penggunaan perujuk objek pada tulisan mahasiswa dapat dilihat pada contoh berikut ini. a. As an example, my friend is very much addicted of smoking I guess ever single minutes in his life he always smoking and because of it he needs more budget to buy cigarettes and of course it costs more rather than us who not smoking.( data 23) b. Firstly, smoking can lead to addiction , because if I just started smoking, I can do that for more and more again, if I look for my friend and my social environment almost all from them is a smoker. (data 24) 87 c. I had try smoke when I got a stress but it just in time, I’m not happy cause it makes me nervous and wants to more smoke.( data 29) Pada contoh a, objek it merujuk pada kata benda smoking meskipun struktur kalimat yang dibuat salah. Struktur yang benar seharusnya memakai kata kerja smokes karena kalimat tersebut mengekspresikan kegiatan rutin yang ditandai dengan adanya adverb always. Pada contoh b kata them membuat kalimat tersebut kohesif karena sesuai dengan subjek jamak my friend dan social environment. Pada contoh c, objek me juga membuat kalimat tersebut kohesif secara gramatikal karena merujuk pada subjek I. Subject pronoun Subjek dalam bahasa Inggris seperti yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu he, she, it, you, they, dan we. Penggunaan objek pronoun dapat dilihat pada contoh berikut ini. a. They also doing social act by provide scholarship, in terms of environment, PT Djarum has regularly doing reforestation such as tree planting. (data 23) b. I agree if smoking should be forbidden cause we can saving our money if there is no cigarette sale (data 14) c. He also has a lot of cigarette’s boxes collection in his room such as Sampoerna, Dunhill, Marlboro and also alcoholic bottle. (data 23) d. Secondly, when you are smoking. It means you are the one of air pollutant. (data 26) 88 Pada keempat contoh di atas penulis menempatkan subjek pronoun secara tepat karena subjek he, you, they, dan I adalah orang yang melakukan kegiatan atau aksi dalam situasi tersebut. Demonstrative reference Demonstrative reference merupakan penunjukan yang mengacu pada skala jarak, seperti this, these, that, those, them, there dan the. Contoh penggunaan demonstrative reference pada tulisan mahasiswa dapat dilihat berikut ini. a. Chemicals contained in cigarette is very dangerous and can also damage the environment cause usually smoker smoking at environment and that can disturb the people around him (data 18) b. Even many teens who are in school are also smoking, so they buy cigarette use money from the parents, this can damage the young generation as the generation as both healthy generation (data 18) Pada kalimat a kata that berfungsi menunjukkan suatu peristiwa sebelumnya yang menyebabkan suatu konsekuensi pada kalimat selanjutnya can disturb the people around him. Pada kalimat b kata this mengacu pada pernyataan sebelumnya, yakni “many teens who are in school are also smoking, so they buy cigarette use money from the parents yang menyebabkan suatu hasil, yaitu “can damage the young generation as the generation as both healthy generation”. Comparative reference Perujuk ini membandingkan sesuatu yang satu dengan yang lainnya dengan menggunakan degree of comparison atau bentuk perbandingan lainnya. Contoh a. Smoking cause lot of harm to smoker or others. (data 21 ) 89 b. Smoking can damage our body for example lung, brain heart and dental problems. Another problem is that you can get addicted easily by nicotine. (data 28) c. Smokers also have a significantly higher risk of developing mouth cancer, lungth cancer, and disorder of pregnancy. (data 29) Pada kalimat a penulis membuat suatu perbandingan bahaya merokok, baik pada diri perokok maupun pada orang lain. Demikian juga dengan contoh b, kata another menunjukkan suatu perbandingan masalah yang ditimbulkan oleh rokok. Permasalahan yang dibandingkan, yaitu antara dampak rokok menyebabkan kerusakan pada tubuh dan kecanduan nikotin. Pada kalimat c, penulis membandingkan risiko perokok dengan orang yang tidak merokok dengan frasa higher risk. Hal ini menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kanker mulut, paru-paru, dan gangguan kehamilan. Konjungsi Konjungsi yang dipakai dalam karangan mahasiswa di STIE Triatma Mulya dapat dijabarkan seperti berikut. Sembilan siswa atau 64% persen siswa menggunakan additive conjunction, seperti also, besides, not only but also, for example ,in addition, moreover, such as, in tandem with, take the example, furthermore, for instance, last but not least. Sembilan mahasiswa atau 64 persen menggunakan adversative conjunction, seperti however, on the other hand, conversely, yet, although, dan even though. Sebanyak empat belas 14 orang atau 100% menggunakan konjungsi temporal, seperti the first reason, firstly, the second, in conclusion, the third one, third, the last one, secondly. Konjungsi 90 terakhir, yaitu konjungsi kausal. Tiga orang siswa atau 21%. menggunakan konjungsi kausal antara lain therefore, so, dan because. Contoh penggunaan konjungsi yang digunakan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut. Konjungsi aditif Konjungsi aditif berfungsi untuk menambahkan informasi yang ada dalam sebuah teks. Kata penghubung yang biasa digunakan untuk menggekspresikan hubungan penambahan yaitu and, moreover, also, too, besides that, for example dan sebagainya. Contoh penggunaan konjungsi adeversatif dapat dilihat dibawah ini. a. Cigarette butts also need a very long time to dissolve, and while it hasn’t yet. It will cause litter problem. Moreover carelessly discarded cigarettes butts are also responsible for causing fire (data 17) b. In conclusion, smoking is factor number one to risk our health such as cancer, air pollution impotence. Besides that, if you smoking your face will be pale, you don’t have girlfriend because woman don’t like have boyfriend to has health cancer. (data 20) c. Secondly, smoking is very risk for our health. In addition, cigarette is very harmful for our environment because cigarette smoke is also risk for human health (data 30) d. I disagree because smoking can cause my risk health, so if I smoking every time, this can make my body desease, for example my body affected by cancer and other desease. 91 Pada kalimat a hubungan penambahan dilakukan dengan menggunakan konjungsi moreover. Konjungsi ini menambahkan poin sebelumnya, yaitu litter problem. Dengan kata moreover, penulis menambahkan informasi bahwa selain dapat menyebabkan banyaknya sampah, merokok juga menyebabkan kebakaran karena puntung rokok yang masih menyala dibuang sembarangan. Sama halnya dengan contoh b, c, dan d. Ketiga contoh tersebut menggunakan konjungsi besides that, in addition, dan for example untuk menyatakan hubungan penambahan. Konjungsi adversatif Konjungsi adversatif adalah konjungsi yang menunjukkan hubungan perlawanan. Hubungan perlawanan ditandai dengan penggunaan konjungsi, seperti on the other hand, however, although dan even though, yet, dan sebagainya. Penggunaan konjungsi tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini. . a. The worst is some recent studies have found cigarette butts in the stomach of young birds, sea turtles and other marine creatures, on the other hand, for the smoker smoking is very beneficial for relieve stress.( data 17) b. However, some people believe that never to sop for active smoker because they are addictive and smoking make people more high level comparison with passive smoker. (data 15) c. Although cigarette package always have ‘smoking can kill you” but that instruction not decreasing totally smoker. (data 15) 92 Pada contoh a penulis membuat suatu kontradiksi yaitu banyak puntung rokok ditemukan pada tubuh hewan laut, tetapi disisi lain merokok adalah salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk menghilangkan stres. Demikian juga pada kalimat b dan c. Pernyataan kontra ditekankan dengan kata hubung however dan although. Konjungsi temporal Konjungsi temporal adalah konjungsi yang menyatakan hubungan kalimat dalam urutan waktu. Relasi ini ditunjukkan oleh kata hubung first, second, third, then, next, after that, next day, at this point. Penggunaan konjungsi tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini. a. The first reason is because smoking can cause addiction (data 23) b. Secondly, smoking can cause the damage environment ( lampiran 15) c. Third, smoking can cause you don’t have money (data 25) d. In conclusion, that was some reason why smoking is dangerous and should be forbidden. (data 26) Pada contoh di atas dapat dilihat adanya urutan informasi dengan menggunakan konjungsi. konjungsi the first digunakan untuk menerangkan informasi pertama, secondly untuk menunjukan informasi kedua, third untuk informasi ketiga dan in conclusion untuk menyatakan simpulan dari informasiinformasi yang disebutkan sebelumnya. 93 Konjungsi kausal Konjungsi kausal mengekspresikan hasil, alasan, dan tujuan. Konjungsi ini ditandai dengan tanda hubung so, because, therefore, as a result, dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh pemakaian konjungsi kausal. a. However, in Indonesia many cigarette’s company provide scholarships to outstanding, students and the cigarette’s company pays high taxes to the government so, cigarette company gives contributing to the development in Indonesia. (data 18) b. In conclusion, smoking it to be dangerous to the health of smokers so that it is also dangerous to smokers in passive smoker and smoking also causes the environment to be dirty and pollution. Therefore, smoking should be stopped now and the government should be minimize cigarette company. (data 15) Pada kalimat a dan b penulis menggunakan kata so dan therefore untuk menjelaskan akibat dan alasan. Pada pernyataan a penulis membuat pernyataan bahwa pabrik rokok memberikan beasiswa dan membayar pajak kepada pemerintah sehingga pabrik rokok memberikan kontribusi pada perkembangan Indonesia. Pada kalimat no b penulis membuat suatu pernyataan tentang bahaya merokok pada perokok pasif dan lingkungan sehingga merokok harus dihentikan dan pabrik rokok harus diminimalisasi. 94 Substitusi Jenis kohesi gramatikal yang paling sedikit ditemukan adalah substitusi. Satu orang mahasiswa STIE Triatma Mulya menggunakan substitusi nomina “one” dalam karangan yang ditulis. Hal ini juga terjadi dalam penulisan substitusi klausa, yaitu hanya satu orang siswa menggunakan substitusi klausa dengan kata so. Berikut ini adalah contoh pemakaian substitusi nomina dan substitusi klausa. a. “The last one, the other side smoking also have benefit for few society, they could have hob there”. (data 27) Kata one menggantikan kata benda reason. Pada awalnya penulis menjabarkan beberapa alasan mengapa rokok itu seharusnya dilarang dan penulis mengganti alasan selanjutnya dengan kata reason. b. Last but not least, smoking also take part of reducing our brain performance, and the young generation should be aware of this point as they think that smoking is a life style, part of fashion and so on, besides that many people feel the smoke itself is very annoying and I think so. Pada substitusi ini, kata so menggantikan klausa the smoke itself is very annoying. Elipsis Pada karangan yang dibuat oleh mahasiswa, sembilan orang atau 14 % siswa menggunakan nominal elipsis. Delapan orang atau 57 % siswa menggunakan elipsis klausa, dan dua orang menggunakan elipsis verba. Contoh penggunaan elipsis dapat dilihat dibawah ini. Ellipsis nomina a. Smoking is a very bad habit that mostly doing by an adult, especially men but nowdays also been doing by young generations. (data 23 ) 95 b. Smoking can damage our body for example lung, brain, heart and dental problem (data 28) c. I didn’t like and never try to smoke. (data 19) Pada kalimat a, nomina yang digantikan adalah kata smoking. Kalimat yang lengkap adalah Smoking is a very bad habit that mostly doing by an adult, especially men but nowdays it also been doing by young generations.. Pada kalimat b aspek yang diellipsis adalah possessive adjective our. Smoking can damage our body for example lung, brain, heart and dental problem. Kalimat yang lengkap adalah Smoking can damage our body for example our lung, our brain, our heart and dental problem. Pada kalimat c unsur yang dielipsis adalah nomina I. Kalimat yang benar adalah I didn’t like and I never try to smoke. Elipsis klausa a. They are smoking in the free time, after eat, or only to be accompanied for drinking coffee or tea (data 26) b. It make the smoker look poor and older than their old. (lampiran 26) c. That’s why I agree smoking should be forbidden because it can be risk our health and life. (data 14) d. There will be good weather without smoke, healthy heart nice tooth and gum, good breath and look fresh if balance with train or work out everyday. (data 14) Pada kalimat a, klausa yang dielipsis adalah “they are smoking” sehingga kalimat yang lengkap menjadi they are smoking in the free time, they are 96 smoking after eating or they are smoking only to be accompanied for drinking coffee or tea. Pada kalimat b klausa yang dielipsis adalah it make the smoker. Kalimat yang lengkap menjadi it make the smoker look poor and it make the smoker older than their old. Pada kalimat c, klausa yang dielipsis adalah it can risk. Kalimat yang lengkap adalah That’s why I agree smoking should be forbidden because it can risk our health and it can risk our life. 4.2.2 Kohesi Leksikal Kohesi leksikal yang dianalisis pada penelitian ini adalah repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan meronimi. Persentase pemakaian kohesi leksikal pada tulisan argumentasi mahasiswa dapat dijabarkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.16 Persentase Penggunaan Kohesi Leksikal No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Nama Dwi Warsaningsih Edi Pramana Ayu Nicky Suardani Ayu Wida Cesartika Ayu Novi Lestari Agus Bujangga Putu Ferry Darmawan Cholisah Anggayani Ferry Heriawan I Made Dwi Arsada Anggun Sintya Dewi Jumi Arsawan Althin Bryan Tahapary Rata -rata Persentase pemakaian Persentase kohesi leksikal sebelum pemakaian ESA (%) leksikal ESA (%) 40 20 40 40 40 20 40 20 40 20 20 20 40 20 30% kohesi setelah 40 20 80 60 40 20 60 80 40 60 60 80 60 60 54,29% 97 Pemakaian kohesi leksikal pada tulisan argumentasi mahasiswa STIE Triatma Mulya dapat dijabarkan sebagai berikut. Nilai rata-rata menunjukan adanya peningkatan pada pemakaian kohesi leksikal sebesar 24, 29%. Hal ini ditunjukan dari selisih pemakaian kohesi leksikal setelah metode ESA sebesar 54,29% dengan nilai rata-rata sebelum ESA yaitu sebesar 30%. Kohesi leksikal yang paling banyak digunakan mahasiswa sebelum metode ESA diterapkan adalah repetisi, kemudian diikuti oleh hiponim, dan yang paling sedikit digunakan adalah antonim. Meronimi dan sinonim tidak digunakan oleh mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Setelah ESA diterapkan, kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kohesi leksikal meningkat dengan digunakannya sinonim dan meronimi. Kohesi leksikal yang paling banyak digunakan adalah repetisi, kemudian diikuti oleh hiponim, antonim, dan yang paling sedikit digunakan adalah meronimi. Contoh penggunaaan kohesi leksikal dapat dilihat pada contoh berikut ini. Repetisi - Secondly, smoking is very risk for our health. In addition, cigarette is very harmful for our environment because cigarette smoke is also risk for human health. When we inhale smoke then you will leave this world forever. (data 17) - Firstly, smoking cause human health problems. For example smoking cause cancer, disorders of pregnancy, lungs and also impotence. Smoking is dangerous not only for active smoker but also passive smoker. I have experience, for a moment have to people smoking beside me, I think is very annoyed because if we inhale cigarette smoke then you will probably effected by asthma. (data 15) Pada kalimat pertama, mahasiswa menekankan kata cigarette untuk menekankan bahwa rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut juga dapat dilihat pada kalimat kedua, penulis beberapa kali mengulangi kata smoking untuk menekankan bahwa merokok adalah kegiatan yang sangat merugikan karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. 98 Hiponim - Firstly, smoking can cause health cancer, if you health cancer, you can in the hospital, after in the hospital, you can issu a lot of money to buy drugs cancer. Besides to buy drugs cancer, you also pay doctor. You pace will be pale. You can not go shoping such as : go to market, and restaurant. You can not eating favorite food such as : fried rice, hot dog, fried chicken, and pizza. You are family can the sad. You do not have girl friend because a women do not like have boy friend to has health cancer. The finally your deat. If you will not deat, you mush stop it. (data 20) - Secondly, smoking can cause air pollution, if occur air pollution, you can not breathe. If you can not breathe, you mush treatmen in the hospital. You can issu a lot of money to buy drugs breathe. You can not do activities that you like such as : playing foot ball, badminton, swimming, and basket ball. - Pada kalimat pertama, mahasiswa mampu menggunakan hiponim dari kata food, antara lain fried rice, hot dog, fried chicken, and pizza. Demikian juga halnya dengan paragraf kedua. Mahasiswa mampu membuat hiponim dari kata activities, antara lain playing foot ball, badminton, swimming, and basket ball. Sinonim - Firstly, smoking is very dangerous for our health. For instance 90% cancer, heart attack and risk for baby that cause by cigarette. Even in every cigarette pack warnings that smoking is very harmful for our health, but a lot of people ignore it. So aside from, advertisement or in cigarette pack warnings that 99 smoking is very risk. We can inform to our friends about smoking is very dangerous for our health, and help how to stop smoking. (data 17) - Smoking is life style that effect human health. People who smoker for a long time will have a quiker chance to suffer from diseases. Increased smoking country developing countries including Indonesian is a very serious problem, but some people believe that because of the factory a lot of children can get scholarship services and parents can earn money for their children as well. I disagree about smoking is a life style because smoking can kill humans up to five million each year in the world, and will cause negative things, such as (data 15) Pada kalimat pertama dan kedua, kita bisa melihat mahasiswa mampu membuat variasi kata dengan sinonim. Kata dangerous bersinonim dengan kata harmful, sedangkan kata increase bersinonim dengan kata develop. Antonim - However, some people believe that, smoking never to stop for active smoker because they are addictive and smoking make people higher lever comparison with passive smoker. Although, cigarette package always have “smoking can be kill you” but, that instruction not decreasing totally smoker. - However, smoking not only cause negatife things but also has positive things such as it give in come for the goverment by the tax and i saw lot of my friend do smoking because it can eliminate our stress but those things will not change my mind about smoking, I still disagree about it because smoking can 100 cause cancer, smoking can cause impotent and smoking can cause poluttion for the air. Pada kedua contoh paragraf diatas, dapat dilihat mahasiswa mampu membuat antonim yaitu kata aktif dan pasif. Hal ini menekankan bahaya perokok pasif dengan perokok aktif. Selain itu, dapat dilihat bahwa mahasiswa mampu membuat sudut pandang antara pengaruh positif dan pengaruh negatif dari merokok. Meronimi The conclusion is I don’t want to be a smoker I realy disagree with here smoking, the first reason is, I don’t want to be addicted, if I try to once, than I will want it more and more, and it will make me get worse, the last reason or secondly why I disagree with smoking is because smoking can cause my breath odor and if I addicted my tooth and my lips will turn to dark. For me smoking is not good, so I better don’t have it and I will never want it or try it. Kata tooth dan lips adalah meronimi dari kata mouth. Penulis menekankan lips dan tooth untuk menekankan bahaya merokok bagi kedua bagian mulut tersebut. 4.3 Faktor-Faktor yang Menghambat Mahasiswa dalam Menulis Wacana Argumentasi Dari hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa jenis-jenis kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi adalah menulis pro dan kontra, mengaplikasikan tenses yang digunakan, kurangnya kosakata yang 101 diketahui, memilih kata yang sesuai pada kalimat dalam tulisan tersebut dan mencari ide-ide baru untuk mengembangkan karangan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harmer bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan menulis adalah jenis tulisan, tata bahasa dan pilihan kata yang digunakan. Jenis tulisan, tata bahasa dan pilihan kata yang ditulis oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya dipaparkan sebagai berikut. 4.3.1 Jenis tulisan Wacana argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya sudah sesuai dengan struktur wacana argumentasi yang biasa diujikan pada ujian IELTS, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan. Format tulisan dalam penelitian ini diacu dari IELTS to success oleh Bemmel dan Tucker. Mereka membagi tulisan argumentasi menjadi beberapa bagian, yaitu introduction, body paragraf, dan conclusion. Introduction terdiri atas pernyataan umum dan thesis statement. Body paragraf adalah penjelasan dari thesis statement yang dibagi lagi menjadi beberapa body paragraf satu, dua, atau tiga. Satu contrasting point atau poin yang berlawanan dengan poin sebelumnya juga ditulis dalam paragraf selanjutnya. Bagian yang terakhir adalah simpulan. Simpulan terdiri atas ringkasan pernyataan sebelumnya, pernyataan kembali dari thesis statement dan rekomendasi atau prediksi. Karangan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya dapat dijabarkan sebagai berikut. Sebelum metode ESA, mahasiswa masih membuat pendahuluan dengan menyebutkan langsung pendapat mereka. Misalnya “I agree that……”. .Setelah metode ESA diterapkan, sebagian besar mahasiswa sudah mampu membuat 102 pendahuluan yang lebih baik, yaitu pendahuluan yang berisikan pernyataaan umum ke khusus, thesis statement, dan beberapa mahasiswa sudah mencoba membuat outline karangan walaupun dengan kalimat yang tidak gramatikal. Dalam menjelaskan argumen, beberapa mahasiswa masih mengalami kendala menyusun ide, sehingga ide tersebut sulit dipahami dan pembaca sulit menginterpretasikan maksud yang hendak disampaikan penulis. Demikian juga halnya dengan simpulan. Mereka mencoba membuat fokus dari topik tersebut walaupun dengan kata dan tata bahasa yang masih tidak gramatikal. 4.3.2 Tata Bahasa Pada karangan argumentasi yang dihasilkan oleh mahasiswa banyak ditemukan banyak kesalahan tata bahasa. Kesalahan-kesalahan tata bahasa yang ditemukan pada karangan mahasiswa pada saat menulis wacana argumentasi adalah sebagai berikut. Agreement atau concord Agreement adalah kesesuaian antara subjek kalimat dan kata kerja kalimat tersebut. Ketidaksesuaian antara subjek dan predikat dapat dilihat pada contoh berikut ini. a. Secondly smoking can cause the damage environment, because smoking cause pollution, there is to many cigarettes butts and also make the environment become dirty. (data 15) b. They think they can thinking mostly good and flying with their mind and also somebody have been told me that by smoke he can’t nervous when he talks with the other people. (data 14) 103 Pada kalimat pertama kata smoking tidak sesuai dengan verba cause karena dalam bahasa Inggris subjek tunggal smoking harus diikuti oleh verba causes. Hal ini sesuai dengan aturan tata bahasa dalam simple present tense yaitu subject orang ketiga tunggal dan benda harus diikuti oleh akhiran -s atau –es. Pada kalimat kedua, kata can seharusnya diikuti oleh kata kerja bentuk pertama. Bentuk yang tepat kalimat tersebut, yaitu “ They think they can think mostly good and fly with their mind. Penggunaan tobe Tobe adalah kata kerja bantu dalam bahasa Inggris. Kata kerja bantu pada simple present tense adalah is, am, dan are; pada simple past tense adalah was,were pada future tense adalah will be dan pada present perfect tense adalah have been atau has been. Berikut ini adalah contoh kalimat yang seharusnya diisi tobe. - Smoking not good for the people no smoking (data 22) - Cigarettes no good for the body and no good for the heart. (data 22) Kata smoking di atas seharusnya diikuti oleh kata kerja bantu is karena yang mengikuti adalah kata sifat good. Kalimat yang benar menjadi “ Smoking is not good for the people who are not smoking”. “Cigarettes is not good for the body and not good for the heart”. Gerund dan to infinitive Infinitif adalah kata kerja bentuk dasar atau kata kerja bentuk pertama. Di dalam kalimat, infinitif bisa dipakai dalam bentuk infinitif yang didahului to (to infinitive) seperti to write, speak, to do. Selain itu, juga terdapat infinitif tanpa to 104 seperti speak, sleep, invite. Gerund adalah kata kerja yang digunakan atau berfungsi sebagai kata benda. Dalam kalimat, gerund berwujud kata kerja bentuk ing. a. By smoke the businessman, somebody or more people can get good ideas for their business and carrier. (data 14) b. Thinks good for our better life in future is like get away from cigarette and support environment to make difference place for smoke. (data 14) c. They are smoking in the free time, after eat or only to be an accompaniment for drinking coffee or tea (data 26) d. That is happened because the smoker need cost more for buying cigarette everyday. (data 26) Pada kalimat a dan c preposisi by dan after seharusnya diikuti oleh verbing sehingga kalimat yang benar adalah by smoking the businessman, somebody or more people can get good ideas for their business and carrier. Pada kalimat “that is happened because the smoker need cost more for buying cigarette every day” kata need membutuhkan to infinitive apabila di depan kata tersebut ada kata kerja. Oleh karena itu, kalimat yang benar menjadi “ that is happened because the smoker need to cost more for buying cigarette every day”. Negative Construction Konstruksi kalimat negatif pada bahasa Inggris dibentuk dengan menggunakan kata kerja bantu do dan does pada simple present tense, did 105 pada simple past tense, dan won’t atau will not pada future tense. Contoh kesalahan pembentukan kalimat negatif dapat dilihat berikut ini. a. You already sick that way you will not be able to work and you will no have money and they can not able to support your family (data 25) b. Third, usually the smokers spend more money than another people who doesn’t smoking. (data 26) c. And I guarantee if you not quit smoking now, you will regret it your whole life. (data 23) Pada kalimat (a) bentuk negative future yang tepat adalah won’t sehingga kalimat yang benar adalah “You already sick that way you won’t be able to work and you will not have money and they can not able to support your family Pada kalimat b bentuk negatif dari simple present tense yang digunakan kurang tepat karena doesn’t harus diikuti oleh kata kerja bentuk pertama, yaitu smoke. Pada kalimat no c mahasiswa masih kebingungan menentukan kata kerja bantu untuk membentuk kalimat negatif. Pada kalimat pengandaian bentuk pertama bentuk if adalah simple present tense sehingga bentuk negatif yang benar adalah “I guarantee if you don’t quit smoking now, you will regret it your whole life. Preposition Preposisi adalah kata-kata yang digunakan bersama kata benda atau kata ganti, yang letaknya berada di depan kata benda atau kata ganti tersebut. Preposisi berfungsi menunjukkan hubungan antara kata-kata tersebut dan bagian lain dari kalimat. Preposisi yang sering dipakai dalam kalimat antara 106 lain, at, on, in, into, for, from, of, off, out of, over, by, with dan lain sebagainya. Kesalahan penggunaan preposisi pada karangan siswa dapat dilihat pada contoh berikut. a. Sometime smoking cause the smokers have no money for carrying theirself. (data 26) b. Even a lots of people think smoking can relieve stress, but lots of thing we can do for relieve stress for example you can hang out with your friend or listen music. (data 17) Pada kalimat a, kesalahan penggunaan preposisi ditemukan pada kata for. Kalimat yang benar adalah sometimes smoking can cause the smokers have no money to take care of themselves. For berfungsi untuk menyatakan bahwa sesuatu itu dimaksudkan untuk diberikan kepada orang tertentu, mempunyai tujuan, karena, menyatakan waktu atau jarak, membandingkan, dan lain sebagainya. Preposisi to berfungsi untuk menunjukan tujuan, menunjukkan siapa yang menerima sesuatu dan siapa yang mengalaminya, waktu dan sebagainya. Noun pronoun agreement Noun pronoun agreement adalah kesesuaian antara subject dengan object atau possessive adjective atau dengan reflexive pronoun. Kesalahan penggunaaan pronoun dapat dilihat pada contoh berikut. a. Sometime smoking cause the smoker have no money for caring their self . (data 26) 107 b. Firstly smoking can cause the smokers have problem with them health (data 26) c. If you already sick, that way you will not be able to work and you will not be able to work and you will not have money and they can not able to support your family.( data 25) Pada kalimat a terjadi kesalahan pada penggunaan reflexive pronoun theirself. Kalimat yang benar seharusnya “Sometime smoking cause the smokers have no money for caring themselves. Pada kalimat no b ada kesalahan penggunaan possessive adjective atau penggunaaan kepemilikan dalam bentuk kata sifat. Kalimat yang benar seharusnya “Firstly smoking can cause the smokers have problem with their health”. Pada kalimat no c terjadi kesalahan penggunaan subjek pronoun. Penulis mengawali kalimat dengan subjek you, tetapi menggunakan subjek they pada kalimat selanjutnya sehingga tidak ada keterkaitan antara subjek pertama dengan subjek selanjutnya. Makna kalimat tersebut tidak terkait satu sama lain. Kalimat yang tepat adalah “ If you already sick, that way you will not be able to work and you will not be able to work and you will not have money and you can not able to support your family. Noun Kesalahan pemakaian kata benda juga banyak ditemukan pada tulisan argumentasi mahasiswa. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini. 108 a. The most importance, smoking can show the identity of the smokers by the type of cigarette that smokers usually buy (data 26) b. The first reason is because smoking can cause addiction, some people can smoke for about one box or even two box of cigarette everyday. (data 23) Pada kalimat a kesalahan terjadi pada bentuk kata benda abstrak yaitu pada kata importance. Pada kalimat tersebut the most seharusnya diiukuti oleh adjective important. Pada degree of comparison yang dibandingkan adalah adjective sehingga kalimat yang benar adalah the most important. Verb Kesalahan-kesalahan yang paling banyak ditemukan pada tulisan mahasiswa adalah kesalahan penggunaan verba. Sering kali siswa mencampur penggunaan kata kerja dan kata kerja bantu atau tobe, penggunaan kata kerja bentuk pertama dan kedua. Contoh kesalahan tersebut dapat dilihat di bawah ini. a. First of this time, the country have a lot of problem between out of money but the existence of factory the environment will be pollutant the air. (data 16) b. People who smoker for a long time will have a quicker chance to suffer from diseases. (data 15) c. I had try smoke when I got a stress but it just in time. (lampiran 14) d. That’s why I agree smoking should be forbidden because it can be risk our health and life (data 14) 109 Pada kalimat no a ada kesalahan penulisan kata kerja will be. Kata kerja yang tepat seharusnya will pollute the air. Kalimat yang benar adalah “First of this time, the country have a lot of problem between out of money but the existence of factory the environment will pollute the air”. Pada kalimat no b ada kesalahan pengggunaan verba smoke. Pada kalimat “people who smoker, people who menjadi subjek kalimat maka dari itu membutuhkan verba smoke sehingga kalimat yang benar menjadi “People who smoke for a long time will have a quicker chance to suffer from diseases”. Pada kalimat no c, tense yang digunakan adalah past perfect tense, tetapi, verba yang digunakan adalah kata kerja bentuk pertama. Past perfect tense menggambarkan kejadian pada masa lampau, saat suatu kejadian terjadi terlebih dahulu daripada kejadian yang lain. Contoh I had slept when you came. Pada kalimat no d penulis menggunakan kata kerja bantu dengan kata kerja utama. Kalimat yang benar seharusnya That’s why I agree smoking should be forbidden because it can risk our health and life. Passive voice Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya bukan pelaku perbuatan. Dalam kalimat pasif, subjek kalimat adalah penerima tindakan. Kesalahankesalahan penulisan kalimat pasif dapat dilihat pada kalimat berikut ini. a. It selling in Indonesia, passive smokers is someone who inhale smoke from others. (data 21) b. That’s all the reason and the negative things cause by smoking suck as cause addiction …. (data 23) 110 Pada kalimat (a) struktur yang benar adalah “It is sold in Indonesia, passive smokers are someone who inhale smoke from others. Pada kalimat (b) kata kerja yang dipakai pada struktur pasif adalah kata kerja bentuk ke tiga. Kalimat yang benar adalah “that’s all the reason and the negative things caused by smoking such as cause addiction”. 4.3.3 Pilihan kata Kesalahan-kesalahan pemilihan kata dalam karangan mahasiswa STIE Triatma Mulya adalah pada urutan kata dan kelas kata. Contoh kesalahankesalahan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. a. The cancer also make you be unreliable man because you will death slowly. (data 26) b. If there is no smokers, it will be better for the country because a lot of people in the country is healt (data 26) c. People who smoker for a long time will have a quicker chance to suffer from diseases. (data 15) d. However some people believe that smoking never to stop for active smoker because they are addictive and smoking make people more high level comparison passive smoker. (data 15) e. Smoking package always have “ smoking can be kill you” but that instruction not decreasing totally smoker. (data 15) f. So I agree if smoking forbidden in the world and cigarette is number one cause of died in the world. (data 17) 111 g. So aside from, advertisement or in cigarette pack warnings that smoking is very risk. (data 17) h. Even a lot of people think smoking can relieve stress but a lot of things we can do for relieve stress for example you can hang out with your friends or listen to music maybe you can physical exercise not to be smoking which is very risk for our health and environment also can cause of death. (data 17) i. at the same time a lots of cigarette product make program scholarship. Even there is offer from cigarette product but the way we thank to cigarette product not tobe smoking (data 17) Pada contoh-contoh di atas kata-kata yang tepat seharusnya adalah die, healthy, smoke, compare, decrease, should, risky, scholarship program, dan smoker. Penulis masih mengalami kesulitan dalam menentukan kelas kata yang dipakai. Pada contoh a, kelas kata yang tepat adalah verba die karena will diikuti oleh verb bukan kata benda death sehingga maknanya akan berbeda, penulis ingin mengatakan mati tetapi yang ditulis adalah akan kematian. Demikian juga dengan contoh lainnya seperti smoker, comparison, smoke dan risk. Semua itu menunjukan contoh kesalahan penempatan kelas kata. Kesalahan yang kedua, yaitu kesalahan dalam pengurutan kata misalnya frase program scholarship. Bentuk yang benar adalah scholarship program karena scholarship adalah adjective atau kata sifat yang menerangkan kata benda program. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis wacana argumentasi dengan metode engage, study dan activate sudah berjalan dengan baik. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rata-rata kemampuan menulis mahasiswa sebesar 6,08 %. Kemampuan menulis organisasi karangan meningkat sebesar 7,5 poin. Semua aspek dalam organisasi karangan mengalami peningkatan. Kemampuan dalam membuat pendahuluan mengalami peningkatan sebesar 1,62, argumen mengalami peningkatan sebesar 2,57, dan kesimpulan mengalami peningkatan sebesar 1,7. Kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kata dan mechanic juga mengalami peningkatan sebesar 0,14 % dan 1,55%. Namun, pada kategori grammar mahasiswa mengalami penurunan kemampuan sebesar 0,34 %. Mahasiswa mampu mengembangkan kalimatnya dengan lebih baik, mahasiswa mampu menulis kalimat lebih banyak dari sebelumnya. Tetapi semakin banyak kalimat yang ditulis, kecendrungan untuk membuat kesalahan pun menjadi lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah mahasiswa belum menguasai grammar dengan baik sehingga kemampuan mereka masih fluktuatif. Mahasiswa bisa membuat kalimat sederhana, namun ketika mereka mencoba membuat kalimat kompleks, misalnya kalimat pengandaian, mereka masih menghadapi kesulitan dalam menentukan 112 113 salah satu klausa. Secara keseluruhan dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi. Akan tetapi, mahasiswa masih mengalami beberapa hambatan dalam menulis wacana argumentasi. Kemampuan siswa dalam menggunakan kohesi gramatikal meningkat sebesar 17,15 %. Sebagian besar mahasiswa menggunakan perujuk dan konjungsi dalam tulisan mereka, namun elipsis dan substitusi tidak terwakili secara luas. Jenis referensi yang paling banyak dugunakan mahasiswa adalah possessive adjective, konjungsi yang paling banyak digunakan adalah konjungsi temporal, elipsis yang paling banyak ditemukan adalah elipsis nomina, sedangkan hanya satu mahasiswa mampu membuat substitusi nomina dan klausa. Kohesi leksikal juga mengalami peningkatan sebesar 24,26 %. Sebagian besar mahasiswa menggunakan repetisi pada tulisan untuk menekankan topik pembicaraan. Faktor-faktor yang menghambat mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi adalah jenis tulisan, tata bahasa, dan ketepatan kata. Menulis argumentasi merupakan keterampilan menulis yang sangat menantang mahasiswa karena mereka harus bisa menerapkan pengetahuan tata bahasa dalam bentuk tertulis. Tata bahasa yang digunakan masih sederhana dan ketika mencoba membuat struktur yang lebih kompleks, mereka masih mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat pada kemampuan mereka dalam menulis klausa dan kalimat yang masih perlu ditingkatkan lagi. Di samping itu, pilihan kata juga menjadi faktor yang menghambat mahasiswa. Artinya, mahasiswa masih perlu mencermati penggunaan adjective, noun, dan kata kerja finite dan nonfinite dalam kalimat yang dibuat. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa 114 kemampuan mahasiswa masih dalam level intermediate, meskipun mereka sudah memasuki level post intermediate. Pengajar harus memberikan pengajaran menulis secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa. Mahasiswa STIE Triatma Mulya harus mampu menulis dengan lancar karena level post intermediate adalah level yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam memahami dan menulis suatu teks dengan baik. Selain itu, mahasiswa pada level ini harus mampu menulis relatif baik dalam bahasa Inggris , menunjukkan kemampuan untuk mengatur ide-ide menggunakan pilihan kata yang tepat dan beberapa variasi sintaksis dengan kesalahan sesekali yang dapat diri dikoreksi . 5.2 Saran Metode ESA yang diterapkan mampu menghadirkan suasana yang menarik. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya opini mahasiswa yang mengatakan bahwa permainan sangat penting diterapkan dalam pembelajaran karena mampu menghilangkan rasa bosan dan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menarik. Kegiatan belajar mengajar yang menarik dapat mengubah suasana hati mahasiswa terhadap pembelajaran yang biasanya membosankan misalnya menulis menjadi kegiatan yang lebih menyenangkan. Namun, pengajar masih perlu memerhatikan pengajaran tentang grammar atau tata bahasa. Mahasiswa masih perlu banyak belajar tentang menulis klausa dan kalimat. Hal ini disebabkan oleh penulisan pada kategori ini mengalami penurunan masing-masing sebesar 10,29 % dan 5,18 %. Pembelajaran keterampilan menulis pada mahasiswa perlu diberikan porsi yang seimbang karena keterampilan menulis sama pentingnya 115 dengan kemampuan berbicara. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain menambah jumlah jam pelajaran dalam pembelajaran menulis. Selain itu pengajar diharapkan senantiasa mengembangkan metode pembelajaran dengan kegiatan yang memotivasi siswa, menarik minat, dan memberikan kegiatan pembelajaran yang merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam berinteraksi dengan teman dan pengajar. 116 DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk. 1992. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Andrade, H. G. 1997. Understanding Rubrics. Eduacational Leaderships. Di unduh pada 10 Desember 2013 dari halaman http://www.middleweb.com/ rubricsHD.html. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. Bemmel dan Tucker. 1997. IELTS to Success. Melbourne: Melbourne Enterprises Brown, Doughlas H. 2007. Principle of Language Learning and Teaching. New York : Pearson Education. Cresswell, J W. 2010. Research design: Quantitative, qualitative, and mixed method approaches (2nd Edition) Thousand Oaks, CA : Sage Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana, Pemahaman dan Hubungan antar Unsur. Bandung: PT Eresco. Freidenberg, J. dan Boardman C. 2008. Writing to Communicate. New York: Pearson Education. Gass, M.S, dan L. Selinker. 2008. Second Language Acquisition. New York: Routledge. Glencoe. 2001. Grammar and Composition Grade 6. New York: McGraw Hill. Glencoe. 2009. Grammar and Composition Grade 12. New York: McGraw Hill. Haliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1976. Cohesion in English. London: Longman. Harmer, Jeremy. 1998. How to Teach English. Harlow: Pearson Education Limited. Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching: Pearson Education Limited. 117 Harmer, Jeremy. 2004. How to Teach Writing. Harlow: Pearson Education Limited. Higgins, Ryan T. 2010. Task 2: How to Write at 9 level: www.englishryan.com. Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi. Jakarta: PT Grasindo. Kurnia, Deka. 2011. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Melalui Penerapan Teknik Tutorial dengan Media Film Pendek pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Majenang, Kabupaten Cilacap”(skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Kurnia, Nunung. 2009. “Pembelajaran Menulis Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas x SMAN 15 Bandung” (skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Langan, John. 2010. Exploring Writing. New York : McGraw Hill McCrimmon, J.M. 1984. Writing with Purpose. Edisi VIII. Boston: Houghton Mifflin. Mundir, H. 2013. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Putra, S, Harjuli. 2012. “ Pengembangan Rubrik Penilaian untuk Digunakan Guru dalam Menilai Tulisan Siswa SMA” (Tesis). Depok: Universitas Indonesia Qian, Li. 2010. “A comparative Genre Analysis of English Argumentative Essays Written by English Major and Non-English Major Students in an Efl Context”: Suranaree University of Technology. San Diego Unified School District. (2006,September). SDUSD Grade 7 NARRATIVE Writing Rubric. Desember 20, 2013. Http://Old.Sandi.net/depts/literacy/rubrics/7 writing.pdf Sanjaya, Wina H. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana. Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Smith, S, Carlota. 2003. Modes in Discourse. New York. Cambridge University Press. Sudrajat, Adie Sapar. 2010. “Model Deep Dialogue Critikal Thinking (Dd/Ct) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi :Penelitian Tindakan 118 Kelas terhadap Siswa Kelas X-6 SMAN 22 Bandung”. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa bandung Tsareva, Anastasia. 2010. “Grammatical Cohesion in Argumentative Essays by Norwegian and Russian learners” (Thesis): University of Oslo Widowati, Rafina. 2013. “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pemanfaatan Media Artikel Opini Surat Kabar : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IPA 7 SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013” (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.