keterampilan menulis wacana argumentasi berbahasa

advertisement
TESIS
KETERAMPILAN MENULIS
WACANA ARGUMENTASI BERBAHASA INGGRIS
DENGAN METODE ESA PADA MAHASISWA STIE
TRIATMA MULYA LEVEL POST INTERMEDIATE
I MADE AGUNG RAI ANTARA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
KETERAMPILAN MENULIS
WACANA ARGUMENTASI BERBAHASA INGGRIS
DENGAN METODE ESA PADA MAHASISWA STIE
TRIATMA MULYA LEVEL POST INTERMEDIATE
I MADE AGUNG RAI ANTARA
NIM : 1290161023
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
KETERAMPILAN MENULIS
WACANA ARGUMENTASI BERBAHASA INGGRIS
DENGAN METODE ESA PADA MAHASISWA STIE
TRIATMA MULYA LEVEL POST INTERMEDIATE
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I Made Agung Rai Antara
1290161023
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 9 APRIL 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum.
NIP 19540424 198303 1 002
Dr. Anak Agung Putu Putra, M.Hum.
NIP 19600825 198602 1 001
Mengetahui
Ketua Program Magister Linguistik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A.
NIP 19521225 197903 1 004
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K)
NIP 19590215 198510 2 00 1
iii
Tesis ini telah diuji pada tanggal 9 APRIL 2015
oleh
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No : 1099/UN14.4/HK/2015 tgl 9 April 2015
Ketua
: Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum.
Sekretaris
: Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum.
Anggota
: Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A.
Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum.
Dr. I G. A. G. Sosiowati, M.A.
iv
Pernyataan Keaslian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: I Made Agung Rai Antara, S.S.
NIM
: 1290161023
Program Studi
: Magister Linguistik
Konsentrasi
: Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap hasil karya orang lain. Kutipan
pendapat dan tulisan orang lain dirujuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya
ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam tesis ini
terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Denpasar, 9 April 2015
Yang membuat pernyataan,
( I Made Agung Rai Antara, S.S.)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama, perkenankanlah penulis menghaturkan rasa syukur ke
hadapan Tuhan Yang Maha pemurah dan Maha Penyayang. Berkat rahmat dan
Karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan untuk memenuhi persyaratan untuk
mencapai gelar magister.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum. dan Dr. A.A. Putu
Putra, M.Hum. selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh perhatian,
kesabaran, dan ketelitian dalam memeriksa serta memberikan masukan-masukan
positif sehingga tesis ini menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rektor Universitas
Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika Sp.P.D. KEMD atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Magister Linguistik di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga
ditunjukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang
dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister, pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A,
Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum dan Dr. I G.A.G. Sosiowati, M.A. yang telah
memberikan saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini menjadi lebih baik
daripada sebelumnya. Terima kasih saya sampaikan kepada I Nyoman Sadra, S.S., I
Ketut Ebuh, S.Sos., Gusti Ayu Supadmini, Ni Nyoman Adi Triadi, S.E, Ida Bagus
Suanda sebagai staf yang melayani segala proses administrasi sehingga tesis ini
dapat diujikan. Dra Ni Nyoman Sumerti, dan Ni Nyoman Sukartini sebagai petugas
perpustakaan yang senantiasa melayani penulis dalam mencari berbagai buku acuan
dalam proses penelitian.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua dan keluarga
yang selalu memberikan semangat dan motivasi tanpa henti selama penulis
menempuh pendidikan magister di Universitas Udayana. Selain itu, penulis sangat
vi
mengapresiasi segala bentuk dorongan yang diberikan dosen-dosen bahasa Inggris
dan dosen lainnya di yayasan Triatma Surya Jaya. Terima kasih kepada Bapak Drs.
I Ketut Putra Suartana, M.M. selaku ketua yayasan yang telah memberikan izin
belajar sehingga program perkuliahan yang dilaksanakan penulis berjalan dengan
baik dan lancar.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Semoga Tuhan
Yang Mahaesa selalu memberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keselamatan
kepada seluruh pihak yang telah membantu pelaksanaan tesis ini.
Denpasar, 9 April 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Menulis argumentasi adalah proses mengekspresikan opini atau pendapat
dalam bentuk tulisan mengenai isu kontroversial yang terjadi di masyarakat.
Kemampuan menulis argumentasi sangat penting untuk dikuasai bagi mahasiswa
yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Mahasiswa STIE Triatma
Mulya merupakan mahasiswa yang dipersiapkan untuk bersaing dalam dunia
internasional. Oleh karena itu, mahasiswa wajib menguasai kemampuan
berbahasa akademik dengan baik. Namun, dalam proses pembelajaran,
kemampuan berbicara lebih diutamakan daripada kemampuan menulis. Hal ini
mengakibatkan kemampuan menulis mahasiswa masih dalam kategori cukup
rendah. Selain itu, mahasiswa belum mampu menyusun organisasi menggunakan
kohesi gramatikal dan leksikal dengan tepat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemampuan menulis mahasiswa
STIE Triatma Mulya dalam menulis wacana argumentasi dengan metode engage,
study, and activate, kohesi gramatikal dan leksikal, dan faktor-faktor yang
menghambat kemampuan dalam menulis argumentasi. Penelitian ini adalah
penelitian lapangan dengan metode campuran desain sequential exploratory.
Subjek penelitian berjumlah empat belas orang mahasiswa jurusan Manajemen
Perhotelan semester enam. Teori yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
mahasiswa adalah teori statistik yang dikemukakan oleh Mundir, kohesi dianalisis
menggunakan teori Cohesion in English yang dikemukakan oleh Halliday dan
Hassan. Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan menulis menggunakan
teori Harmer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulisan argumentasi yang dibuat oleh
mahasiswa mengalami peningkatan sebesar 6,08 %. Namun, grammar masih
menjadi kendala utama mahasiswa dalam menulis argumentasi. Sebagian besar
mahasiswa menggunakan konjungsi, perujuk, dan elipsis, tetapi hanya satu
mahasiswa menggunakan substitusi. Kohesi leksikal diwujudkan sebagian besar
melalui repetisi, hiponim sinonim, dan antonim. Namun, meronimi tidak terwakili
secara luas Faktor-faktor yang menghambat mahasiswa dalam menulis wacana
argumentasi adalah membuat pendahuluan dan mengurutkan informasi secara
sistematis, tata bahasa yang kurang gramatikal, dan kesalahan pemilihan kata.
Kata kunci
: argumentasi, kohesi gramatikal dan leksikal, engage, study, and
activate, tata bahasa, ketepatan pemilihan kata
viii
ABSTRACT
Writing argumentation is process of expressing argument or opinion in
form of written text on controversial issue happened in the society. This skill is
very essential to students who want to continue their study in foreign country.
STIE Triatma Mulya students are prepared to compete internationally, and to
support their skill they must comprehend how to use academic English
appropriately. However, the focus of learning was still focusing on speaking than
writing skill. This caused student’s ability in some aspects of writing need to be
improved. The students’ writing in organization, mechanic, word choice, and the
use of cohesive devices need to be developed.
The aim of this research was to find out the student’s competence in
writing argumentative discourse, cohesive devices; the factors hindered the
student’s writing. This research was field research using mixed method.
Sequential exploratory design was applied to support mixed method to give
emphasis on qualitative method. The subjects of this research were 14 students of
Hospitality Management in STIE Triatma Mulya. The theory employed to find out
the student’s competence in writing were statistical theory by Mundir, cohesive
devices analyzed using theory of cohesion in English proposed by Halliday and
Hassan, and to analyze the factors hindered the writing ability used the theory
proposed by Harmer.
The results shown that the students’ writing ability increased as much as
6,08%, conversely, grammar still became the major difficulties in their writing.
Most students used conjunction, reference and ellipsis in their writing, but there
was little substitution used. Students were able to use repetition, hyponym,
synonym, and antonym, on the other hand not many meronymy were used. The
factors influenced or hindered their writing were the difficulties of organizing
their composition, grammar and word choice.
Key words
: argumentation, cohesive devices, engage, study, and activate,
grammar, word choice
.
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM.........................................................................................
PRASYARAT GELAR..................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
PENETAPAN PANITIA PENGUJI.............................................................
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................
5
1.3.1 Tujuan Umum .........................................................................................
5
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
6
1.4.1 Manfaat Teoretis .....................................................................................
6
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN ..................................................................
8
2.1 Kajian Pustaka............................................................................................
8
2.2 Konsep .......................................................................................................
17
2.2.1 Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi .......................................
17
2.2.2 Metode Engage, Study, and Activate ...................................................
19
2.3
Landasan Teori......................................................................................
21
2.3.1 Teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa ........................................
21
2.3.2 Teori statistik..........................................................................................
23
2.3.3 Kohesi ....................................................................................................
24
x
2.3.4 Wacana...................................................................................................
31
2.3.5 Menulis ..................................................................................................
34
2.4 Model Penelitian ........................................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
39
3.1 Pendekatan Penelitian ...............................................................................
39
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................
40
3.3 Jenis dan Sumber Data ..............................................................................
41
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................
41
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................
42
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data .............................................................
47
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ..................................
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
55
4.1 Kemampuan Menulis Wacana Argumentasi pada Mahasiswa STIE.........
56
4.1.1 Organisasi ..............................................................................................
56
4.1.1.1 Pendahuluan .........................................................................................
56
4.1.1.2 Argumen...............................................................................................
60
4.1.1.3 Simpulan ..............................................................................................
63
4.1.2 Grammar .................................................................................................
67
4.1.3 Ketepatan Pilihan Kata............................................................................
74
4. 1.4 Mekanik ................................................................................................
75
4.2 Kohesi Gramatikal pada Tulisan Argumentasi Mahasiswa STIE.............
84
4.2.1 Perujuk ....................................................................................................
85
4.2.2 Konjungsi ................................................................................................
89
4.2.3 Substitusi.................................................................................................
94
4.2.4 Elipsis......................................................................................................
94
4.3 Kohesi Leksikal pada Tulisan Argumentasi mahasiswa STIE…………..
96
4.4 Faktor-faktor Penghambat Kemampuan Menulis Mahasiswa STIE..........
100
4.4.1 Jenis Tulisan............................................................................................
101
4.4.2 Tata Bahasa .............................................................................................
102
xi
4.4.3 Pilihan kata.............................................................................................. 110
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 110
5.1 Simpulan ....................................................................................................
112
5.2 Saran...........................................................................................................
114
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
116
xii
DAFTAR TABEL
3.1 ................................................................................................... Inter
val Nilai dan Uraian Pencapaian Mahasiswa .......................................
48
3.2 ................................................................................................... Rubri
k Keterampilan Menulis ......................................................................
49
4.1 Tabel Nilai Pendahuluan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya........
56
4.2 Tabel Nilai Argumen Karangan Siswa STIE Triatma Mulya .............
60
4.3 Tabel Nilai Simpulan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya .............
63
4.4 Tabel Nilai Organisasi Karangan Siswa STIE Triatma Mulya ...........
66
4.5 Analisis Pemakaian Klausa Sebelum dan Sesudah ESA……………..
66
4.6 Persentase Jumlah Kalimat Benar dan Salah Pada Karangan Mahasiswa 69
4.7 Persentase Nilai Grammar Mahasiswa STIE Triatma Mulya..............
70
4.8 Persentase Ketepatan Kata ...................................................................
74
4.9 Persentase Pemakaian Tanda Baca.......................................................
75
4.10 Persentase Pemakaian Huruf Kapital .................................................
77
4.11 Persentase Kemampuan Mekanik ......................................................
78
4.12 Analisis Karangan Siswa Berdasarkan Rubrik Sebelum ESA ...........
80
4.13 Analisis Karangan Siswa Berdasarkan Rubrik Setelah ESA .............
81
4.14 Nilai Mahasiswa Sebelum Dan Sesudah Esa Diterapkan ..................
82
4.15 Kohesi Gramatikal..............................................................................
84
4.16 Kohesi Leksikal……………………………………………………….. 96
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model penelitian .......................................................................................
36
3.1 Desain Penelitian .......................................................................................
38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Post Test
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Silabus
Lampiran 4 Rencana Pengajaran Pertemuan Pertama
Lampiran 5 Rencana Pengajaran Pertemuan Kedua
Lampiran 6 Rencana Pengajaran Pertemuan Ketiga
Lampiran 7 Rencana Pengajaran Pertemuan Keempat
Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan Siswa
Lampiran 9 Lembar Aspek-aspek yang Diobservasi Pada Proses Pembelajaran
Menulis
Lampiran 10 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Pertama
Lampiran 11 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Kedua
Lampiran 12 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Ketiga
Lampiran 13 Lembar Observasi Keadaan Siswa Pertemuan Keempat
Lampiran 14 S.d. 27 Karangan Argumentasi Setelah ESA
Lampiran 28 S.d. 40 Karangan Argumentasi Sebelum ESA
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa Inggris, menulis merupakan salah satu
kemampuan yang harus dikuasai seorang pembelajar. Menulis merupakan suatu
kegiatan untuk menciptakan karya tulis, seperti cerita, puisi, dan artikel
(Cambridge Advance Learners Dictionary). Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang tidak kalah pentingnya dengan keterampilan berbicara dan
kedua keterampilan ini saling terkait antara satu dan yang lainnya. Sering kali
siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang baik juga mampu menuangkan
ide-idenya dalam bentuk tulisan dengan lebih ekspresif. Penulis menggambarkan
isi pikiran dan perasaannya sama halnya dengan apa yang dilakukan dalam
berbicara. Namun, dalam menulis pengetahuan tentang tata tulis dan ketepatan
kata sangat penting.
Mahasiswa STIE Triatma Mulya merupakan mahasiswa yang dipersiapkan
untuk bersaing dalam dunia kerja yang semakin hari semakin kompetitif.
Mahasiswa STIE Triatma Mulya selain memiliki keahlian di bidang manajemen
dan akuntansi juga dibekali pelatihan perhotelan sehingga siap bekerja dalam
bidang ekonomi dan industri pariwisata. Untuk mencapai lulusan-lulusan yang
kompeten tersebut, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang wajib
dikuasai untuk mendukung keahlian-keahlian mereka. Semakin fasih bahasa
Inggris mereka semakin besar pula kesempatan untuk mampu bersaing dalam
1
2
dunia internasional. Mereka dapat menggunakan keterampilan bahasa, baik
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik maupun melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Pekerjaan dan pendidikan yang berkualitas
membutuhkan sumber daya yang berkualitas. Untuk bisa bersaing dengan ribuan,
bahkan jutaan pesaing tersebut, mereka harus menguasai kemampuan berbahasa
akademik dengan baik. Kemampuan berbahasa akademik membutuhkan
kemampuan menyusun ide dengan menggunakan tata bahasa, ketepatan kata, dan
tata tulis yang tepat. Salah satu keterampilan menulis yang sangat penting untuk
dikuasai adalah keterampilan menulis wacana argumentasi. Pada keterampilan ini
siswa diharapkan mampu membuat suatu argumen yang berisikan bukti-bukti
mengenai isu yang kontroversial. Di samping itu, mampu menghubungkan ide-ide
tersebut sehingga tulisan mereka mudah dimengerti dan pembaca mampu
mengintepretasikan maksud penulis.
Pembelajaran keterampilan menulis wacana argumentasi diharapkan dapat
berguna bagi siswa yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam menulis
opini tentang isu-isu kontroversial yang terjadi di sekitar mereka. Kemampuan ini
juga sangat berguna, terutama bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi atau
bekerja di luar negeri. Kemampuan menulis argumentasi merupakan salah satu
keterampilan menulis yang biasa diujikan dalam tes kemampuan bahasa, seperti
TOEFL dan IELTS. Pembelajaran membuat argumentasi pada level post
intermediate di Bali International Language Center, lebih memfokuskan kepada
kemampuan berbicara sehingga fokus terhadap kemampuan menulis tidak sebesar
pada kemampuan berbicara. Siswa membuat tulisan argumentasi sebelum
3
mempresentasikannya secara lisan. Fokus utama tulisan yang dibuat adalah sudut
pandang mereka terhadap suatu kasus, pendapat, dan alasan yang mendasari
mahasiswa mendukung atau menyanggah pernyataan yang diberikan. Hal inilah
yang menyebabkan tulisan argumentasi mahasiswa masih dalam kategori cukup
rendah, yaitu 64,21. Mahasiswa belum mampu membuat pendahuluan yang baik,
struktur argumen belum diurutkan dengan baik, dan kesimpulan yang masih
berada pada below basic, yaitu simpulan yang tidak fokus pada topik dan
memerlukan banyak perbaikan. Selain itu, mahasiswa belum mampu membuat
wacana yang memiliki kepaduan bentuk. Kohesi gramatikal dan leksikal yang
digunakan masih sangat terbatas. Mahasiswa masih memiliki kemampuan terbatas
dalam menghubungkan ide satu dengan ide lainnya dan pemakaian kata-kata
dalam karangan argumentasi masih kurang bervariasi.
Mahasiswa diharapkan memiliki suatu pemahaman tentang bagaimana
menulis wacana argumentasi dengan struktur wacana yang biasa digunakan dalam
tes TOEFL atau IELTS. Di samping itu, mahasiswa diharapkan mampu menyusun
organisasi dengan tata bahasa, ketepatan kata, dan tata tulis yang baik supaya
informasi dalam wacana argumentasi dapat dimengerti oleh pembaca. Pengajar
harus memiliki sumber-sumber yang bisa memberi pengetahuan kepada siswa
tentang bagaimana menyusun wacana sesuai dengan struktur yang biasa
digunakan dalam ujian resmi. Pengetahuan tersebut dapat berupa buku, video,
ataupun sumber lainnya sehingga materi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan
pembelajar. Selain itu, sumber-sumber tersebut harus disertai dengan metode
mengajar yang baik sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan efektif.
4
Dalam kegiatan belajar mengajar, terutama menulis, sering kali
mahasiswa terlihat kurang antusias karena metode pengajaran yang diterapkan
pengajar cukup monoton. Dosen sering menerapkan metode pembelajaran yang
menggunakan pendekatan teacher center learning daripada student center
learning. Pengajar menerapkan metode konvensional yaitu metode ceramah dalam
proses pembelajaran. Pengajar menjelaskan bagaimana menulis suatu karangan
tertentu, kemudian menyuruh mahasiswa membuatnya. Selanjutnya, karangan
tersebut dipresentasikan secara lisan. Metode pembelajaran yang diterapkan
seringkali membuat siswa tidak termotivasi dan berdampak terhadap kemampuan
menulis yang kurang maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis mencoba
untuk menerapkan
suatu metode yang berbeda yang lebih berpusat pada
mahasiswa atau student center learning. Metode yang akan diterapkan adalah
metode ESA. ESA merupakan singkatan dari engage, study, and activate. Metode
ESA merupakan variasi metode PPP atau yang biasa disebut presentation,
practice, and production yang merupakan suatu metode pengajaran yang
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran, baik melalui game
berkelompok di awal pembelajaran, mendiskusikan materi dalam proses
pembelajaran, maupun pelatihan untuk membuat opini sendiri tentang suatu topik
tertentu.
5
1.2
Rumusan Masalah
Untuk melangkah lebih jauh dalam penelitian ini, beberapa masalah perlu
dirumuskan. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya,
masalah-masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah kemampuan mahasiswa STIE Triatma Mulya Level Post
Intermediate dalam mempelajari cara menulis wacana argumentasi dengan
metode ESA?
2) Bagaimanakah kohesi gramatikal dan leksikal pada karangan mahasiswa
STIE Triatma Mulya Level Post Intermediate dengan metode ESA?
3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat mahasiswa STIE Triatma
Mulya dalam menulis wacana argumentasi dengan metode ESA?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dan tujuan khusus
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran nyata
tentang kemampuan siswa dalam menulis, terutama menulis wacana argumentasi
agar dapat diketahui keefektifan dan keberhasilan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode ESA. Hasil pembelajaran diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kemampuan pembelajar dan pengajar dalam
proses pembelajaran.
6
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara
spesifik kemampuan menulis wacana argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa
STIE Triatma Mulya Level Post Intermediate, yaitu berkaitan dengan kemampuan
menulis organisasi karangan, penggunaaan kohesi gramatikal dan leksikal, dan
kendala-kendala yang dialami mahasiswa dalam menyusun organisasi karangan
meliputi tata bahasa, ketepatan kata, dan tata tulis.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian tentang pembelajaran menulis wacana argumentasi dengan
metode engage, study, and activate sangat diperlukan dan sangat bermanfaat bagi
guru dan lembaga tempat penelitian itu dilakukan. Penelitian ini memiliki manfaat
teoretis dan manfaat praktis seperti yang dijabarkan secara lebih detail dalam
penjelasan di bawah ini.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap teori-teori pembelajaran bahasa Inggris. Selain itu, pengajar juga
memahami pentingnya pengetahuan linguistik dalam proses pembelajaran bahasa.
Manfaat lainnya pengajar juga mampu membuat
metode pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan sehingga metode-metode serupa bisa diterapkan dalam
proses belajar mengajar pada bidang keterampilan yang biasanya sulit dan
membosankan seperti pembelajaran menulis.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan
bagi para pengajar di dalam peningkatan kualitas belajar mengajar, khususnya
bagi para pengajar bahasa Inggris di Bali Language Center atau BILCEN. Melalui
penelitian ini pengajar diharapkan dapat menerapkan metode pengajaran yang
lebih bervariasi dalam mengajar sehingga mahasiswa bisa lebih antusias dan aktif
dalam belajar sehingga pembelajaran keterampilan menulis yang biasanya
membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan menantang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan penelitian ini, di
antaranya adalah penelitian oleh Kurnia (2009) yang berjudul “Pembelajaran
Menulis Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Cooperative
Integrated Reading and Composition” (Penelitian Quasi Experiment Pada Siswa
Kelas X SMAN 15 Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi sebelum diterapkannya
teknik cooperative integrated reading and composition, mendeskripsikan
kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi setelah diterapkannya
teknik cooperative integrated reading and composition, dan tujuan yang terakhir
adalah menemukan ada tidaknya perbedaan signifikansi antara kemampuan siswa
kelas X SMA Negeri 15 Bandung dalam menulis wacana argumentasi sebelum
dan sesudah diterapkannya teknik
cooperative integrated reading and
composition. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan
one group pre-test and post-test design. Teori pembelajaran yang digunakan
adalah teori cooperative learning oleh Slavin, sedangkan untuk mengetahui ada
atau tidak perbedaan signifikansi digunakan rumus statistik yang dikemukakan
oleh Subana dan Arikunto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis
wacana argumentasi sebelum treatment dilakukan masih sangat rendah, yaitu
dengan nilai rata-rata 60 karena banyak siswa yang belum mampu dan memahami
8
9
bagaimana cara menulis wacana argumentasi dengan benar. Sebaliknya setelah
treatment dilakukan, kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi
termasuk tinggi dengan nilai-rata-rata 80 karena sudah banyak siswa yang mampu
menulis wacana argumentasi dengan memperhatikan aspek kebahasaaannya.
Persamaan penelitian Kurnia dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
wacana argumentasi, tetapi berbeda dalam metode penelitian. Penelitian Kurnia
menggunakan kuasi eksperimen, sedangkan penelitian ini menggunakan
penelitian lapangan dengan metode campuran dengan desain sequential
exploratory. Perbedaan lainnya yakni, penelitian ini meneliti kemampuan siswa
dalam menulis wacana argumentasi berbahasa Inggris pada mahasiswa, sedangkan
penelitian Kurnia meneliti kemampuan siswa dalam menulis wacana argumentasi
berbahasa Indonesia pada siswa SMA.
Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
Tsareva (2010) yang berjudul “Grammatical Cohesion In Argumentative Essays
by Norwegian and Russian Learners”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
tipe-tipe kohesi grammatikal yang dibuat oleh mahasiswa yang ada pada esai
argumentasi pada tulisan akademik berbahasa Inggris pada pembelajar Norwegia
dan Rusia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kohesi oleh
Halliday dan Hasan yang didukung oleh teori Brown dan Yule, Egins, Gutwinski,
Hoey, dan Thompson. Tujuan utama tesis ini adalah menemukan jenis-jenis
hubungan kohesi gramatikal dalam tulisan akademik, yaitu esai argumentasi.
Untuk mencapai tujuan ini, Corpus of learner English dipilih untuk mempelajari
bagaimana pembelajar Norwegia dan Rusia menyusun komposisi mereka. Empat
10
tipe kohesi gramatikal utama telah dipelajari, yaitu referensi, substitusi, elipsis,
dan konjungsi. Tulisan argumentasi yang dibuat oleh pembelajar Norwegia dan
Rusia telah dianalisis untuk menunjukkan bagaimana variasi elemen gramatikal
berfungsi sebagai penghubung kohesif pada kalimat dan klausa independen.
Hasil penelitian terhadap kohesi gramatikal menunjukkan bahwa esai
argumentasi tidak jauh berbeda dalam hal jumlah item kohesif. Perbedaaannya
adalah dilihat dari cara item-item ini memberikan sinyal perbedaan tipe kohesi.
Dua kelompok esai argumentasi menunjukkan kisaran ikatan kohesif yang
menghubungkan kalimat dan klausa independen. Bagaimanapun juga hubungan
yang ditunjukkan tidak merata.
Bukti pemeriksaaan menunjukkan bahwa
referensi dan konjungsi merupakan tipe yang paling umum dari kohesi gramatikal,
sedangkan substitusi dan elipsis tidak terwakili secara luas. Kedua kelompok
pembelajar menggunakan tiga komponen eksponen referensi anaforis, yaitu
personal, possessive, dan demonstrative. Pemeriksaaan terhadap referensi
demonstratif menunjukkan bahwa determiner bekerja sama dengan kohesi
leksikal. Kesan keseluruhan menunjukan bahwa kohesi gramatikal mendominasi
pada tulisan argumentasi pembelajar Rusia. Hasil penelitian mendukung hipotesis
penggunaan artikel the. Kedua kelompok pembelajar menggunakan artikel the
untuk menunjukkan makna yang pasti. Pembelajar Norwegia tidak bingung dalam
menggunakan definite article. Esai dari pembelajar Rusia menunjukkan gambaran
yang berbeda. Definite article digunakan untuk menunjukkan hubungan kohesif
antara kalimat. Tetapi tipe tipe kohesi gramatikal ini tidak terwakili secara
11
keseluruhan. Beberapa pembelajar menggunakan pilihan yang salah dari
penggunaan artikel dan tidak dihitung secara keseluruhan.
Temuan tersebut mendukung hipotesis tentang penggunaan and
pembelajar Rusia dan Norwegia. Konjungsi yang sama tidak muncul pada esai
yang dibuat oleh pebelajar Rusia. Posisi konjungsi ini digantikan oleh besides.
Hal ini terjadi mungkin karena pengaruh budaya (pengajaran bahasa). Since dan
is tidak dianggap digunakan secara benar pada batas kalimat. Temuan yang paling
mengejutkan
adalah
tidak
ada
pembelajar
yang
menyusun
informasi
menggunakan relasi temporal. Pembelajar Norwegia memperkenalkan beberapa
konjungsi yang menunjukan posisi awal
opini penulis atau menyimpulkan
komentar. Pembelajar Rusia enggan menyusun esai mereka dalam urutan
argumen. Mereka tidak menyimpulkan atau memberikan opini lanjutan dari apa
yang sudah dikatakan, tetapi menekankan akhir argumen dengan ekspresi opini
pribadi. Hal ini menunjukan bahwa kohesi leksikal digunakan secara lebih luas
daripada penggunaan referensi gramatikal pada tulisan yang dibuat oleh
pembelajar Rusia. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan kohesi gramatikal
dengan kohesi leksikal harus dipelajari pada teks tertulis pembelajar. Lebih jauh
penelitian perbandingan dan analisis esai argumentasi yang ditulis oleh pembicara
bahasa Inggris akan memperluas kerangka dan akan mengungkapkan lebih lanjut,
baik tentang sifat kohesi gramatikal maupun dari tingkat keberhasilan peserta
didik. Persamaan penelitian Tsareva dengan penelitian ini sama-sama mengkaji
wacana argumentasi dan kohesi gramatikal. Perbedaannya adalah penelitian
Tsareva membandingkan dua tulisan, yaitu pembelajar Rusia dan Norwegia,
12
sedangkan penelitian ini menganalisis kelompok tunggal dengan menerapkan
penelitian lapangan dengan metode campuran. Penelitian ini menganalisis
kemampuan mahasiswa menggunakan metode ESA, kohesi gramatikal dan
leksikal, dan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa dalam menulis
wacana argumentasi.
Penelitian yang ketiga adalah penelitian Sudrajat (2010) yang berjudul
“Model Deep Dialogue Critical Thinking (DD/CT) dalam Pembelajaran Menulis
Paragraf Argumentasi” yang merupakan penelitian tindakan kelas terhadap siswa
kelas X-6 SMAN 22 Bandung. Masalah yang dikaji adalah tentang perencanaan
pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan model deep
dialogue/critical thinking, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajarannya.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini digunakan
untuk mendeskripsikan secara objektif permasalahan pembelajaran di kelas yang
menyangkut perbaikan, peningkatan, dan pengelolaan kelas secara terbuka.
Sumber data penelitian ini adalah aktivitas guru selama proses pelaksanaan
tindakan dan hasil evaluasi pembelajaran berupa paragraf argumentasi. Simpulan
penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi
menggunakan model deep dialogue/critical thinking telah tersusun dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi menggunakan deep
dialogue/critical thinking telah berjalan dengan baik dan hasil pembelajarannya
berhasil, yakni ada peningkatan nilai di setiap siklus.
Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat adalah pada metode
yang digunakan, yakni metode deep dialogue/critical thinking bisa membantu
13
siswa berpikir kritis sehingga keterampilan berpikir kritis tidak hanya digunakan
di ruangan kelas, tetapi dapat digunakan di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini
tidak membahas secara mendalam tentang alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal
yang dihasilkan siswa. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tentang menulis wacana argumentasi dengan pembahasan alat-alat
kohesi gramatikal dan leksikal secara lebih mendalam. Persamaan penelitian yang
dilakukan Sudrajat dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji paragraf
argumentasi, tetapi berbeda pada metode penelitian yang digunakan.
Penelitian keempat yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
Qian (2010) yang berjudul
“A Comparative Genre Analysis Of English
Argumentative Essays Written By English Major And Non-English Major Students
In An Efl Context”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan
membandingkan pola retoris pada tulisan argumentasi yang dihasilkan oleh siswa
Inggris dan non Inggris di Universitas Tongren.
Dua set korpus esai argumentasi ditulis oleh mahasiswa Universitas
Tongren dipakai pada penelitian ini. Seratus orang dari Jurusan Bahasa Inggris
dan seratus orang dari non-Bahasa Inggris. Model Hyland diadopsi sebagai
kerangka analitik untuk menganalisis langkah gerak esai. Selain itu, fitur-fitur
linguistik seperti tense, sikap kata kerja bantu, dan penanda juga diselidiki. Hasil
menunjukkan bahwa mayoritas esai argumentasi mengikuti tiga fase dan termasuk
kumpulan gerakan wajib dalam model tersebut. Namun, pada tulisan siswa ada
tiga pergerakan yang tidak ada pada model Hyland, yaitu contradiction,
irrelevance, and suggestion or recommendation. Hasil penelitian menunjukkan
14
tidak ada perbedaan penting dalam hal struktur langkah bergerak antara esai yang
ditulis oleh dua kelompok siswa. Persamaan penelitian Qian dengan penelitian ini
adalah sama-sama menganalisis esai argumentasi. Perbedaannya adalah penelitian
Qian menganalisis perbandingan dua kelompok subjek, sedangkan penelitian ini
merupakan penelitian lapangan dengan kelompok tunggal yang menganalisis
kohesi gramatikal dan leksikal, dan faktor-faktor yang menghambat siswa dalam
menulis argumentasi.
Penelitian kelima adalah penelitian Kurnia (2011) yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Metode
Jigsaw pada Siswa Kelas X B SMA Islam 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta”.
Penelitian
Kurnia
bertujuan
untuk
meningkatkan
keterampilan
menulis
argumentasi pada siswa kelas X B SMA Islam 1 Gamping, Sleman, Yogyakarta
dengan menerapkan metode jigsaw. Teori utama yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori pembelajaran kooperatif oleh Ibrahim dan Slavin.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, metode jigsaw dalam
meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas XB SMA Islam
1 Gamping, Sleman, Yogyakarta mendapat tanggapan positif dari siswa. Siswa
merasa lebih senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis
argumentasi. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Kedua, adanya peningkatan nilai rata-rata menulis argumentasi pada siklus I dan
siklus II. Selain itu, setiap aspek dalam menulis argumentasi juga mengalami
peningkatan. Dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw mampu meningkatkan
15
kemampuan siswa kelas XB SMA Islam 1 Gamping Sleman Yogyakarta dalam
menulis argumentasi.
Kelebihan penelitan Kurnia adalah pada metode yang digunakan, yakni
metode jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menulis dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran, Sebaliknya kelemahan penelitian ini adalah pada
objek yang diteliti, yakni hasil tulisan siswa belum memiliki kohesi dan koherensi
yang baik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurnia adalah sama-sama meneliti wacana argumentasi, tetapi perbedaannya pada
objek yang teliti dan metode yang digunakan.
Penelitan terakhir adalah penelitian Widowati (2013) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pemanfaatan
Media Artikel Opini Surat Kabar pada Siswa Kelas X IPA 7 SMA Negeri 3
Bandung.” Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada tahun ajaran
2012/2013. Masalah yang diteliti adalah tentang perencanaaan, pelaksanaan, dan
hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan media
artikel opini surat kabar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas. Tujuan penelitian dengan metode ini tidak hanya sebagai tindakan
kolaboratif dan partisipatif untuk memperbaiki kinerja guru, tetapi juga
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian,
peneliti menemukan keberhasilan pada tiap siklus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa media opini surat kabar dapat meningkatkan kemampuan
menulis paragraf argumentasi pada siswa kelas X IPA 7 SMA Negeri 3 Bandung.
16
Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Widowati ini adalah pada media
yang digunakan yang berupa artikel opini surat kabar, yakni siswa bisa melihat
bentuk langsung sebuah opini dan merefleksikannya dalam paragraf yang dibuat.
Penelitian Widowati tidak menjabarkan alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal
secara terperinci yang mendasari dilakukannya penelitian tentang keterampilan
menulis wacana argumentasi berbahasa Inggris dengan metode ESA. Persamaan
penelitian Widowati dengan penelitian ini adalah sama-sama tentang menulis
wacana argumentasi, tetapi bedanya adalah pada objek yang diteliti dan metode
yang digunakan. Penelitian Widowati merupakan penelitian tindakan kelas,
sedangkan penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan metode
campuran dengan desain sequential exploratory. Beda penelitian widowati dengan
penelitian ini adalah, penelitian tindakan kelas menerapkan perlakuan atau
treatment sampai proses pembelajaran berjalan tuntas atau mencapai kkm,
sedangkan penelitian ini hanya melihat pengaruh penerapan metode ESA terhadap
hasil menulis mahasiswa. Hasil menulis dijabarkan secara kualitatif untuk
memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek linguistik dalam karangan
mahasiswa. Aspek-aspek linguistik tersebut yaitu kohesi gramatikal dan leksikal
pada wacana argumentasi. Selanjutnya data kuantitatif berupa nilai mahasiswa
digunakan untuk mendukung penjelasan data kualitatif.
17
2.2
Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang dibahas. Konsep-konsep
tersebut, yaitu konsep keterampilan menulis wacana argumentasi dan metode
engage, study, and activate. Konsep-konsep tersebut dapat dijabarkan seperti
berikut.
2.2.1 Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi
Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang
produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain (Tarigan, 2008: 3). Selain
itu, menulis dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha untuk menuangkan
pendapat atau isi pikiran melalui bahasa tertulis kepada penerima informasi
dengan tujuan supaya informasi yang diterima oleh pembaca sama dengan apa
yang dimaksudkan oleh si penulis. Banyak pengetahuan dan keterampilan yang
harus dimiliki seorang penulis supaya tulisan yang dihasilkan memiliki suatu
struktur organisasi yang baik, satu unsur dengan unsur yang lainya saling
berhubungan satu sama lain, dan memiliki kepaduan yang baik. Menulis
mencakup berbagai macam unsur yang saling berhubungan satu sama lain yang
harus dipahami oleh penulis untuk dapat menghasilkan suatu karya tulis yang
dapat dimengerti dan bermanfaat bagi pembaca. Selain itu, kegiatan menulis
mengharuskan penulis untuk mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran secara
sungguh-sungguh (Akhadiah, 1992:1).
Djiwandono (1996:129) menjelaskan bahwa dalam menulis perlu
ditentukan gagasan pokok dan pokok-pokok pikiran atau suatu topik yang akan
18
dijelaskan kepada pembaca. Gagasan pokok dijelaskan oleh pokok-pokok pikiran
yang kemudian disusun secara kronologis sehingga urutan cerita dan maksud yang
hendak disampaikan penulis mudah dimengerti. Dalam membangun dan
mengaitkan satu pokok pikiran dengan pokok pikiran yang lain diperlukan suatu
pengetahuan yang baik tentang unsur-unsur yang digunakan dalam bahasa. Hal
yang pertama yang sangat penting dalam penulisan sebuah esai atau karangan
adalah kosakata. Kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan topik cerita. Jika
kata yang digunakan tidak sesuai, makna atau maksud yang hendak disampaikan
penulis akan berbeda sehingga bisa menyebabkan suatu kesalahpahaman. Kata
yang digunakan hendaknya sesuai dengan aturan penyusunan kata dan memenuhi
persyaratan tata bahasa.
Dalam menulis sebuah karangan, teknik penulisan juga sangat berperan
penting dalam membuat karangan padu dan mudah dimengerti. Teknik penulisan
itu meliputi tata bahasa, struktur dan pilihan kata, ejaan, dan penulisan paragraf.
Menurut Semi (1990:10) keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang penulis
agar mampu menciptakan suatu karya tulis yang baik adalah (1) keterampilan
berbahasa, (2) keterampilan penyajian, (3) keterampilan perwajahan, (4) gaya atau
pilihan struktur kosakata, dan (5) penerapan ejaan dan penggunaan tanda baca.
Tarigan (1986:15) mengemukakan bahwa penguasaan kosakata sangat penting
penting dalam kemajuan mental seseorang. Jika seorang siswa mempelajari
sebuah kata baru, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh dan efek terhadap
siswa tersebut. Wacana argumentasi adalah wacana yang menarik minat pembaca,
diekspresikan dalam sebuah klaim, komentar atau opini dan disertai bukti yang
19
mendukung hal tersebut (Smith, 2003:33). Dalam wacana argumentasi penulis
berusaha untuk mendukung hal-hal yang kontroversial atau mempertahankan
posisi dalam perbedaan pendapat yang terjadi dalam topik yang sedang
diperdebatkan (Langan, 2010:87).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis wacana argumentasi
merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun dan menyampaikan sebuah
opini atau pendapat dalam bentuk bahasa tertulis mengenai isu-isu kontroversial
dengan menggunakan bahasa, ejaan, dan kosakata yang sesuai dengan kaidah tata
bahasa yang berlaku.
2.2.2 Metode Engage, Study and Activate
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
engage, study, and activate. Metode ini dapat memberikan kegiatan yang lebih
terpusat pada siswa atau student center learning. Selain itu, pada metode ini
diterapkan suatu kegiatan yang bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa
dalam belajar. Menurut Harmer (2001:78), metode merupakan sebuah perwujudan
dari pendekatan. Pencetus metode mengemukakan tentang jenis kegiatan, peranan
guru dan pembelajar, jenis materi dan beberapa model silabus. Metode mencakup
berbagai prosedur dan teknik sebagai bagian kegiatan standarnya. Selain itu,
dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary metode didefinisikan sebagai
cara tertentu untuk melakukan sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode
adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan pendekatan yang mencakup
teknik dan prosedur sebagai kegiatan standarnya.
20
Engage, study, and activate merupakan salah satu metode pembelajaran
yang disajikan di dalam kelas yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih
efektif. Engage adalah awal kegiatan mengajar, yakni pengajar mencoba untuk
membangkitkan minat siswa melalui kegiatan yang menyenangkan, misalkan
game. Game yang digunakan harus berkaitan dengan topik yang sedang
didiskusikan dan mampu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Kebanyakan orang tidak bisa mengingat pelajaran di sekolah karena mereka tidak
dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, sering kali
mereka bosan karena tidak terlibat secara emosional dengan apa yang sedang
diajarkan. Pembelajaran pada tahap ini membuat mereka merasa tertantang,
terdorong, tergerak, dan merasa gembira. Kemudian, tahap yang kedua adalah
study, pada kegiatan ini siswa diminta fokus pada bahasa atau informasi dan
bagimana hal tersebut dibentuk. Mahasiswa bisa belajar dalam beberapa gaya
yang berbeda, yaitu bisa menjelaskan grammar; bisa mempelajari bukti bahasa
untuk menemukan grammar untuk mereka sendiri, bisa bekerja dalam grup
mempelajari teks bacaaan atau kosakata. Akan tetapi, bagaimanapun jenis
kegiatannya fokusnya adalah tetap konstruksi sebuah bahasa. Kegiatan
pembelajaran yang ketiga adalah activate. Kegiatan ini mendeskripsikan latihan
dan kegiatan yang didesain agar mahasiswa bisa menggunakan bahasa secara
bebas dan sekomunikatif mungkin.
Tujuannya adalah para mahasiswa tidak
hanya fokus pada konstruksi bahasa atau melatih sedikit pola grammar, kosakata
khusus atau fungsi, tetapi dapat menggunakan seluruh bahasa yang cocok pada
situasi yang diberikan (Harmer, 1998:84 ).
21
2.3
Landasan Teori
Teori yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa oleh Brown (2007). Menghitung
modus, mean, dan median dianalisis menggunakan teori statistik yang
dikemukakan oleh Mundir (2013). Kohesi dalam tulisan argumentasi siswa
dianalisis menggunakan teori wacana bahasa Inggris yang dikemukakan oleh
Halliday dan Hassan (1976), dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
menulis dianalisis menggunakan teori applied linguistic dari Harmer (2001).
2.3.1 Teori Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
Menurut Brown (2000:7), salah satu definisi
pembelajaran seperti yang
dikutip dalam salah satu kamus kontemporer adalah proses mendapatkan dan
memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dengan belajar, pengalaman
atau instruksi. Pengajaran menunjukkan atau membantu seseorang untuk belajar
sesuatu dengan memberikan instruksi, memandu, dan memberikan pengetahuan
yang menyebabkan siswa tahu dan mengerti. Pengajaran tidak bisa didefinisikan
secara terpisah dengan pembelajaran. Pengajaran memfasilitasi dan memandu
pembelajaran sehingga memudahkan pembelajar untuk mempersiapkan kondisi
dalam proses pembelajaran.
Metode ESA terdiri dari tiga prosedur pembelajaran. Pertama melibatkan
siswa secara emotional sebelum diberikan sesuatu, misalnya role play atau
communication games. Setelah itu siswa mempelajari bahasa yang masih
dipergunakan secara tidak tepat. Tahap terakhir yaitu activate. Mahasiswa
menggunakan apa yang sudah mereka dapatkan ke dalam kegiatan sekomunikatif
22
mungkin (Harmer, 2001: 84) Dalam pembelajaran menulis wacana argumentasi
berbahasa Inggris dengan metode ESA atau engage, study, and activate
mahasiswa dikondisikan dalam suatu keadaaan yang merangsang minat belajar
mereka. Salah satu cara yang digunakan adalah game. Game yang digunakan
dalam pembelajaran ini berfungsi sebagai stimulus dalam merangsang minat siswa
untuk belajar. Kegiatan yang kedua adalah kegiatan diskusi. Mereka diajak untuk
menentukan bagian-bagian wacana argumentasi, antara lain thesis statement,
kalimat utama, kalimat penjelas, dan simpulan. Dalam kaitannya dengan metode
ini, teori belajar yang digunakan adalah teori pembelajaran behaviorisme dan
konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme adalah teori pembelajaran yang
menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respons. Teori behaviorisme menekankan pentingnya peranan
lingkungan, bagaimana terbentuknya respons dan menekankan bagaimana latihan
sangat penting dalam tercapainya hasil pembelajaran.
Teori pembelajaran yang kedua yang digunakan acuan dalam penelitian ini
adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme
menekankan bahwa semua manusia membentuk jenis kenyataan mereka masingmasing. Oleh karena itu, berbagai cara untuk mengetahui dan menggambarkan
sesuatu adalah sah. Di dalam teori konstruktivisme, interaksi sosial dipandang
sebagai dasar perkembangan kognitif seseorang. Para ahli yang meneliti
pemerolehan bahasa pertama dan kedua telah menunjukkan sudut pandang
konstruktivisme
melalui
penelitian
wacana
sosiokultural dalam belajar, dan teori interaksi.
konversasional,
faktor-faktor
23
2.3.2 Statistik
Statistik merupakan suatu media yang digunakan untuk mendeskripsikan
suatu peristiwa secara visualisasi dalam bentuk angka-angka atau grafik. (Mundir,
2013: 1). Penelitian ini menganalisis statistik sederhana meliputi modus, median,
dan mean. Statistik ini digunakan untuk mendukung penjelasan pada data
kualitatif. Modus adalah skor yang memiliki frekuensi terbanyak dibandingkan
data lain dari sebuah pengukuran. Jika skor-skor itu disajikan dalam bentuk
distribusi tunggal, maka modus tinggal menunjuk skor yang memiliki frekuensi
terbanyak. Median adalah angka yang terletak ditengah-tengah distribusi
frekuensi, atau suatu angka yang membelah jumlah skor menjadi dua bagian yang
sama. Median dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
a.
Median pada data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu
dengan jumlah kasus ganjil, rumus yang dugunakan adalah :
N= 2n+1.
b.
Median pada data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu
dengan jumlah kasus genap ditentukan dengan rumus N=2N
Mean adalah nilai rata-rata hitung dari sebuah data. Perhitungan mean
dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu
1.
Perhitungan mean dari data mentah dapat ditentukan dengan cara
menjumlahkan skor-skor individual dibagi jumlah kelompok
subjek.
24
2.
Perhitungan mean dari data distribusi frekuensi tunggal dapat
ditentukan dengan membagi jumlah skor dengan jumlah
subjek
3.
Perhitungan mean dari data distribusi bergolong dapat ditentukan
dari jumlah skor titik tengah setelah dikalikan frekuensi dibagi
jumlah subjek.
2.3.3 Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan (1976:5) konsep kohesi merupakan suatu
konsep yang mengacu pada pertautan makna (semantik) dalam sebuah teks.
Selanjutnya dari hubungan makna tersebut jenis teks dapat diidentifikasi dan
didefinisikan. Konsep kohesi adalah suatu sistem makna yang merujuk pada
sistem arti yang ada di dalam teks dan menerangkan makna sebagai suatu teks.
Kohesi terjadi pada interpretasi beberapa elemen di dalam wacana yang terkait
satu dengan yang lainnya. Hubungan kohesi adalah hubungan semantik yang
diwujudkan melalui sistem leksikogramatikal, yakni tata bahasa dan pilihan kata.
Kohesi yang diekspresikan melalui tata bahasa disebut kohesi gramatikal,
sedangkan kohesi melalui seleksi kata disebut kohesi leksikal. Kohesi gramatikal
dapat diwujudkan dengan empat penanda kohesi yaitu perujuk atau reference,
konjungsi substitusi, dan elipsis. Secara terperinci, kohesi gramatikal dapat
dijelaskan sebagi berikut.
25
2.3.3.1 Perujuk (Referens)
Perujuk (referens) adalah pemerolehan informasi khusus yang diperoleh
melalui proses penunjukan. Informasi yang ditunjuk adalah makna, identitas
benda tertentu, atau jenis benda yang ditunjuk.
Perujuk memiliki dua
kemungkinan arah rujukan (retrieval), yaitu endoforik dan eksoforik. Endoforik
adalah penunjukan di dalam teks yang terdiri atas dua macam, yaitu anaforik dan
kataforik. Anaforik merujuk ke partisipan sebelumnya atau merujuk ke kiri,
sedangkan kataforik menampilkan pronomina setelah partisipan dengan kata lain
merujuk ke kanan. Sebaliknya penunjukan eksoforik mengacu pada penunjukan di
luar teks. Perujuk dapat dibagi menjadi tiga, yaitu personal, komparatif, dan
demonstratif.
Perujuk personal merujuk ke fungsi makna dalam situasi berbicara melalui
kategori kata ganti orang. Fungsi gramatikal ditandai dengan head dan modifier
dan kelas ditandai dengan nomina (pronomina), contoh I, me, you, we, us, he,
him, she, her, they them, it dan determiner , yakni posessesive adjective my, your,
our, his, her, their, its dan one’s dan possessive pronoun mine, yours, ours, his,
hers, theirs, dan its. Contoh “I bought him some apples yesterday”, “Sinta goes to
cinema with her boyfriend”. Perujuk komparatif merujuk langsung pada makna
identitas atau persamaan. Perujuk komparatif dapat berbentuk perujuk komparatif
adverbia dan kata sifat. Contoh perujuk komparatif dalam bentuk adverbia adalah
identically, differently, beautifully, slowly, dan less equally. Perujuk komparatif
dalam kata sifat dapat diekspresikan dengan: same, identical, equal, similar,
additional, other different, else, better, more etc (Halliday dan Hasan, 1976:37).
26
Contoh perujuk komparatif adalah “ she is taller than me”, I am better than you
all, “My bag is different from your bag”.
Perujuk yang ketiga adalah perujuk demonstratif. Perujuk demonstratif
pada dasarnya merupakan bentuk penunjukan verbal. Pembicara mengidentifikasi
sesuatu yang ditunjuk dengan meletakkannya pada skala kedekatan. Demonstratif
adverbial, seperti here, there, now, and then mengacu pada lokasi proses dalam
jarak dan waktu. Mereka biasanya melakukannya secara langsung, tidak melalui
lokasi dari beberapa orang atau objek yang sedang terlibat dalam proses tersebut,
Contoh“at first she was here, then suddenly she is there” Dipihak lain
demonstratif nominal, seperti this, these, that, those, dan the mengacu pada lokasi
suatu benda atau objek dan orang yang berpartisipasi dalam proses tersebut.
Contoh “this tie is more expensive than that tie”,” Those dogs were fed by my
brother two days ago”.
2.3.3.2 Substitusi
Substitusi menggantikan unsur yang terdapat dalam teks. Hubungan katakata yang digantikan biasanya tersirat dalam teks tersebut. Contoh “Does she say
there is going to be a nationwide strike? Yes she says so. Berdasarkan contoh di
atas penulis mengatakan bahwa substitusi di atas adalah jenis substitusi klausa
karena “so” menggantikan there is going to be a nationwide strike (Halliday dan
Hasan, 1976:33). Jenis substitusi ada tiga, yakni substitusi nomina, substitusi
verba, dan substitusi klausa.
Substitusi nomina adalah penggantian bentuk nomina. Bentuk substitusi
nomina biasanya one/ones, same, dan so. Contoh substitusi dengan kata one,
27
same, ones dan so dapat dlihat pada contoh-contoh berikut ini. A: He is an idiot.
B: Who? A: The one who wears red jacket. She wears black shoes and we wear
the same. When we were shopping we saw many shirts but we decided that we
bought the red ones. John felt it was annoying and Mary felt so.
Kata so pada kalimat di atas menggantikan kata benda. Kata so selain bisa
digunakan untuk substitusi klausa bisa digunakan untuk substitusi nomina.
Substitusi yang kedua adalah substitusi verba. Substitusi verba adalah
penggantian atau penyubstitusian kata kerja. Kata yang digunakan untuk
menyubstitusi verba dalam bahasa Inggris adalah do. Biasanya substitusi verba
selalu berada di akhir teks. Sebagai contoh: John is eating more now than he used
to do. Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa unsur yang mengalami
substitusi adalah is eating. Unsur tersebut merupakan frasa verba. Substitusi yang
terakhir adalah substitusi klausa. Substitusi klausa adalah penggantian atau
penyubstitusian klausa. Biasanya substitusi klausa selalu menggunakan kata so
dan not. Contoh: Is he going to buy the jacket? I hope so. Berdasarkan contoh
tersebut, unsur yang mengalami substitusi so adalah is he going to buy the jacket?
Substitusi klausa yang berbentuk interogatif harus diubah menjadi bentuk
deklaratif pada contoh di atas menjadi I hope he is going to buy the jacket. Isn’t
he going to accompany you to Canada? I’m afraid not. Pada kalimat I’m afraid
not, kata not menggantikan I’m afraid he isn’t.
28
2.3.3.3 Konjungsi
Konjungsi merupakan bagian kohesi yang ditandai dengan adanya relasi
antara bagian-bagian dalam teks sehingga teks tersebut dapat dipahami. Menurut
Halliday dan Hasan (1976: 227), konjungsi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
additive, adversative, causal, dan temporal.
Additive relation of conjunction
(hubungan relasi yang menambahkan) adalah hubungan konjungsi untuk
menambahkan hal-hal yang telah dikatakan atau dimusyawarahkan sebelumnya.
Contoh additive devices adalah moreover, besides, in addition, furthermore, and,
and also.
Adversatif merupakan bagian konjungsi yang artinya memiliki hubungan
berlawanan atau bertentangan dengan harapan atau hal-hal yang disebutkan
sebelumnya. Contoh konjungsi adversatif, antara lain but, nevertheless, however,
despite this, and on the other hand. Contoh, “All the figures were correct; they’d
been checked”. “Yet the total came out wrong”. Jenis konjungsi yang kedua
adalah kausal. Hubungan kausal menyatakan hasil, alasan, dan tujuan. Contoh
konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan kausal, yaitu because, as
the result, so, consequently, dan for this reason. Jenis konjungsi yang terakhir
adalah temporal. Temporal
adalah relasi antara dua kalimat yang sederhana
dalam urutan waktu. Contoh konjungsi temporal adalah then, after that, first,
secondly, finally, in conclusion.
2.3.3.4 Elipsis
Elipsis merupakan salah satu bentuk substitusi yakni satu objek dalam teks
atau wacana dihilangkan atau sering disebut juga substitusi kosong. Ada beberapa
29
jenis elipsis yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan, yaitu elipsis nomina,
verba, klausa, dan elipsis kalimat tidak langsung. Elipsis nomina adalah pelesapan
yang terjadi dalam grup nomina. Contoh: Do you want to have another candy? No
thanks that was my third. Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa unsur
yang mengalami elipsis nomina adalah candy. Elipsis verba adalah elipsis atau
pelesapan verba. Sebagai contoh: John killed two mouses and one snake. Pada
kalimat tersebut bagian kalimat yang mengalami elipsis verba adalah killed.
Elipsis klausa adalah elipsis atau pelesapan modal dan proposisi dalam kalimat.
Contoh elipsis modal: What were they doing? Holding hands. Pada kalimat ini
yang dihilangkan adalah they were. Contoh elipsis proposisi: Who was going to
plant a row of poplars in the park? The Duke was. Pada kalimat ini bagian
kalimat yang mengalami elipsis adalah going to plant a row of poplars in the
park. Elipsis yang terakhir adalah elipsis kalimat tidak langsung. Pernyataan
tidak langsung (Indirect statement) ini bisa menjadi substitusi, terutama pada
substitusi so atau negative not. Sebagai contoh: I thought that Robert and George
were going to take me shopping today. They haven’t said so. Berdasarkan contoh
di atas, diketahui bahwa unsur yang mengalami elipsis indirect statement adalah
“They haven’t said that Robert and George were going to take me shopping
today” ( Halliday and Hasan, 1976:278).
Kohesi yang kedua yaitu kohesi leksikal. Kohesi leksikal adalah efek
kohesif yang diperoleh melalui seleksi kata. Ada beberapa cara yang digunakan
untuk memperoleh kohesi leksikal dalam wacana yaitu melalui repetisi, sinonim
atau sinonim sebagian, hiponim, antonim, dan meronimi. Repetisi adalah salah
30
satu bentuk kohesi leksikal yang diperoleh melalui pengulangan kata. Contoh.
“There as a large mushroom growing near her about the same height as herself,
and when she look under it, it occurred to her that she might as well look and see
what was the top of it. She stretched herself up on tiptoe, and peep over the edge
of the mushroom”. Kohesi leksikal yang kedua yaitu sinonim penuh dan sinonim
sebagian. Sinonim penuh artinya dua kata/frasa atau lebih yang memiliki makna
sama atau hampir sama, dan juga memiliki relasi kohesif. Contoh “Accordingly I
took leave, and turned the ascent of the peak. The climb is perfectly easy”.
Sedangkan sinonim sebagian artinya dua kata/frasa atau lebih dalam wacana yang
memiliki makna sama atau hampir sama, akan tetapi tidak memiliki relasi kohesif
atau tidak merujuk pada satu unsur acuan yang sama (unsur acuannya berbeda).
Contoh “Then quickly rose sir bediveri and run and leaping down the ridges
lightly plung’d among the bulrush beds and clutch’d the swords, and lightly wheel
and threw it. The great brand made lightning in the splendor of the moon…..”.
Jenis kohesi leksikal ke tiga adalah hiponim. Hiponim merupakan satuan bahasa
yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.
Contohnya kata table dan chair dalam bahasa Inggris merupakan hiponim dari
kata furniture. Kohesi leksikal yang keempat yaitu antonim. Antonim dapat
diartikan satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan
lingual lain. Contoh. “Why does this little boy wriggle all the time? Girls don’t
wriggle”. Kohesi leksikal yang terakhir yaitu meronimi. Meronimi adalah istilah
yang digunakan untuk mendeskripsikan hubungan bagian-keseluruhan (part to
whole) antar unsur leksikal Contohnya” I have problem with the brake, so my car
31
can’t stop in the right place ”. Kata brake merupakan bagian dari kata car.
Meronimi juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan hubungan part to part,
misalnya kata mouth dan chin merupakan bagian dari face.
2.3.4 Wacana
Definisi wacana dapat ditinjau dari sudut bentuk bahasa dan tujuan umum
sebuah tulisan. Dilihat dari bentuk bahasa, wacana adalah salah satu bentuk
bahasa yang lebih luas daripada kalimat yang berisikan sebuah pokok pikiran atau
topik. Bentuk bahasa yang mempunyai sebuah topik tersebut mempunyai bagianbagian penting yang membentuk struktur komposisi tersebut. Bagian-bagian
tersebut, antara lain alinea-alinea, bab-bab, subbab, dan karangan-karangan utuh
yang terdiri atas bab ataupun tidak. Topik atau tema merupakan karakteristik
sebuah wacana atau dapat disimpulkan bahwa suatu wacana tidak bisa dibuat
tanpa sebuah tema (Keraf, 1995:6).
Hal mendasar yang membedakan satu karangan dengan karangan yang
lainnya adalah tujuan umum yang ingin diperoleh oleh penulis wacana tersebut.
Tujuan umum tersebut dipengaruhi oleh adanya kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan dasar tersebut, antara lain berikut ini.
1) Keinginan untuk memberikan informasi kepada orang lain dan
memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal.
2) Keinginan untuk menyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran
atau suatu hal dan lebih jauh memengaruhi sikap dan pendapat orang
lain
32
3) Keinginan
untuk
menggambarkan,
menceritakan,
dan
mendeskripsikan bentuk atau wujud suatu barang atau objek, atau cita
rasa suatu benda, hal atau bunyi.
4) Keinginan untuk menceritakan pada orang lain tentang kejadian atau
pristiwa, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari
orang lain.
Berdasarkan tujuannya, karangan-karangan yang utuh dapat dibedakan
atas karangan eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi. Eksposisi
adalah sebuah karangan yang dibuat untuk memberikan informasi kepada
pembaca sehingga informasi tersebut bisa memperluas pengetahuan mereka.
Argumentasi adalah salah satu jenis karangan yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca tentang sebuah kebenaran tertentu yang disertai dengan bukti-bukti yang
memperkuat pernyataaan tersebut. Menurut Bemmel dan Tucker (1997:31)
paragraf-paragraf dalam sebuah esai terutama esai argumentasi memiliki bagianbagian yaitu pendahuluan, tubuh paragraf, dan simpulan. Paragraf pertama, yakni
pendahuluan terdiri atas pernyataan umum dan thesis statement . Tubuh paragraf
terdiri atas beberapa paragraf yang mendukung thesis statement dan satu paragraf
yang mengekspresikan opini yang berlawanan dengan paragraf sebelumnya.
Paragraf yang terakhir yakni simpulan. Simpulan terdiri atas ringkasan, penyajian
kembali pernyataan tesis, dan prediksi atau saran.
Persuasi adalah sebuah karangan yang merupakan varian dari argumentasi.
Wacana ini berbeda dengan karangan argumentasi karena wacana ini bertujuan
memengaruhi orang lain tentang suatu hal daripada mempertahankan kebenaran
33
tentang topik tertentu. Deskripsi adalah karangan yaitu penulis atau pembicara
berkeinginan untuk menggambarkan sesuatu hal. Narasi adalah sebuah karangan
yang menyajikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa dan bagaimana cerita
itu terjadi berdasarkan urutan waktu. Kejadian tersebut bisa berupa kebenaran
tentang pengalaman ataupun kejadian yang merupakan imajinasi penulis. Sama
dengan pendapat Keraf, Smith membagi jenis-jenis wacana menjadi lima, yaitu
narasi, deskripsi, laporan, informasi, dan argumen. Contoh-contoh wacana
tersebut dapat dilihat pada bagian berikut ini.
Wacana narasi
She put on her apron, took a lump of clay from the bin and weighed
off enough for a small vase. The clay was wet. Frowning, she cut the
lump in half with a cheese-wire to check for air bubbles, then
slammed the pieces together much harder than usual. A fleck of clay
spun off and hit her forehead, just above her right eye.
Sumber: Peter Robinson, A Necessary End, New York: Avon Books, 1989, p.
182.
Wacana deskripsi
In the passenger car every window was propped open with a stick of
kindlingwood. A breeze blew through, hot and then cool, fragrant of
the woods and yellow flowers and of the train. The yellow butterflies
flew in at any window,out at any other.
Sumber: Eudora Welty, Delta Wedding, New York: Harcourt, Brace, 1945, p. 1
Wacana
laporanfortified Jewish settlement in the Gaza Strip, an Israeli
Near a heavily
soldier and a Palestinian policeman were wounded as Palestinian
protests for the release of 1,650 prisoners degenerated into
.confrontations. Israeli military officials say they are investigating the
source of fire that wounded the soldier
34
Sumber: Barak fights on many fronts. New York Times, May 20, 2000.
Wacana Informasi
Thanks to advanced new imaging techniques, the internal world of the
mind is becoming more and more visible. Just as X-ray scans reveal
our bones, the latest brain scans reveal the origin of our thoughts,
moods, and memories.Scientists can observe how the brain registers a
joke or experiences a painful memory.
Sumber: Mapping thoughts and even feelings. New York Times, May 20, 1999.
Wacana argumentasi
The press has trumpeted the news that crude oil prices are three times
higher than they were a year ago. But it was the $10 or $11 price of
February 1999, not the one today, that really deserved the headlines.
Sumber: Robert Mosbacher, Cheap oil’s tough bargains. New York Times, March
13, 2000.
2.3.5 Menulis
Menulis merupakan sebuah proses ekspresi diri. Menulis dapat digunakan
untuk menceritakan perasaan kepada orang lain dan mengeksplorasi ide yang
dimiliki. Ketika menceritakan pengalaman, ide, dan minat, biarkan ide itu datang
secara alami seperti saat melakukan percakapan (Glencoe, 2001: 9). Proses
menulis bisa dipengaruhi oleh isi tulisan, jenis tulisan, dan media di mana tulisan
dibuat (Harmer: 2004:11). Harmer (2001:12) menjelaskan bahwa tata bahasa
sangat penting dalam konstruksi sebuah bahasa. Jika kita tahu aturan gramatikal
sebuah bahasa, kita bisa menghasilkan kalimat yang tidak terhingga banyaknya.
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam bahasa adalah pilihan kata, arti
35
kata, kombinasi kata, struktur kata, serta fungsi bahasa. Dalam pembelajaran
bahasa, faktor yang memengaruhi lancarnya proses belajar mengajar adalah
motivasi siswa. Motivasi adalah semacam dorongan dari dalam yang mendorong
atau menggerakkan seseorang untuk mencapai sesuatu. Motivasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik
adalah motivasi yang datang dari dalam individu. Contoh, seseorang ingin belajar
bahasa karena menikmati proses pembelajaran atau adanya keinginan membuat
diri mereka merasa lebih baik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang
dari faktor luar individu, seperti kebutuhan untuk lulus ujian, harapan akan hadiah
uang, atau keinginan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.
36
2.4 Model Penelitian
KETERAMPILAN MENULIS
Keterampilan
menulis argumentasi
mahasiswa STIE
Triatma Mulya
Faktor-faktor
penghambat
mahasiswa dalam
menulis wacana
argumentasi
Kohesi
Gramatikal dan
Leksikal
Landasan Teori
-Teori Pembelajaran dan
Pengajaran Bahasa (Brown
,2001)
- Teori Mundir (2013)
- Teori Halliday dan Hassan
(1976)
- Teori Harmer, (2001)
Metode Penelitian
- Metode campuran
dengan desain
sequential
exploratory
Metode Pembelajaran
- Metode ESA
Metode Pengumpulan data
- Observasi,
wawancara,
dokumentasi dan tes
Metode Analisis data
- Deskriptif kualitatif
Metode Penyajian analisis
data
- Metode formal dan
informal
HASIL
PENELITIAN
Bagan 2.1 Model penelitian
37
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode campuran dengan
desain sequential exploratory. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
observasi partisipatif. Peneliti selain sebagai pengamat juga ikut mengajar selama
lima kali pertemuan untuk mengetahui pengaruh metode ESA dalam pembelajaran
menulis wacana argumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE
Triatma Mulya Level Post Intermediate. Objek penelitian yang diteliti adalah
kemampuan menulis mahasiswa. Mahasiswa ini dipilih karena kemampuan
mereka masih lemah dalam menulis wacana argumentasi. Keterampilan menulis
merupakan salah satu proses pemerolehan bahasa. Dalam penelitian ini bahasa
yang diteliti adalah bahasa Inggris yang termasuk sebagai bahasa asing di
Indonesia. Dalam penelitian ini proses pemerolehan bahasa asing didapatkan dari
proses belajar mengajar (guided learning) yang dilakukan di dalam kelas pada
kursus yang diselenggarakan Bali International Language Center atau biasa
disingkat BILCEN. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa penerapan
yang dilakukan oleh peneliti, seperti penerapan pendekatan, penerapan metode,
dan penerapan teknik. Adapun dalam proses belajar mengajar pendekatan yang
dipakai adalah pendekatan student center learning. Pendekatan ini digunakan
karena
dapat
mengeksplorasi
kemampuan
mahasiswa khususnya
dalam
keterampilan menulis. Pendekatan ini lebih memusatkan pada aktivitas mahasiswa
atau student center learning. Metode yang digunakan adalah metode ESA yang
merupakan singkatan dari engage, study, and activate. Dalam metode terdapat
teknik untuk membantu penerapan metode. Teknik yang digunakan adalah game
dan diskusi.
38
Permasalahan yang didiskusikan dalam penelitian ini adalah bagaimana
kemampuan menulis mahasiswa sesudah penerapan metode ESA, alat-alat kohesi
gramatikal dan leksikal dalam tulisan siswa, dan faktor-faktor yang menjadi
penghambat dalam membuat wacana argumentasi. Teori yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis adalah teori statistik dari
Mundir tentang bagaimana menentukan distribusi frekuensi, median, modus, dan
mean yang didukung dengan rubrik penilaian yang dibuat oleh Hamp-Lyons
(1992,1993) dan Andrade (1997). Kohesi wacana dianalisis dengan menggunakan
teori Halliday dan Hassan, sedangkan faktor-faktor yang menghambat
kemampuan menulis siswa dianalisis dengan teori Harmer (2001).
Teori pembelajaran dan pengajaran bahasa yang digunakan pada penelitian
ini adalah teori pembelajaran behaviorisme dan konstruktivisme. Kedua teori
tersebut dipilih karena sesuai dengan metode dan teknik yang digunakan. Pada
metode pembelajaran ESA kegiatan pembelajaran diawali dengan game. Game
merupakan sebuah stimulus yang dapat menarik respons mahasiswa. Kegiatan
yang kedua yakni study. Study adalah kegiatan pembelajaran yang menerapkan
teknik diskusi yang sesuai dengan teori konstruktivisme yang menekankan pada
interaksi dengan mahasiswa lainnya ataupun lingkungannya. Dari proses belajar
mengajar tersebut diperoleh data yang dikaji, yaitu bagaimana kemampuan
menulis mahasiswa pada wacana argumentasi sesudah diterapkannya metode
ESA, alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal pada karangan yang dibuat oleh
mahasiswa sesudah penerapan metode, dan faktor-faktor yang menghambat
kemampuan
mahasiswa
dalam
menulis
karangan
argumentasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan mixed method atau
metode campuran. Desain penelitian ini adalah sequential exploratory. Desain
sequential exploratory dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Research questions
Mixed method
Followed by
Quan
QUAL
Qual data collection
and analisis
Findings
Quan data collection
and analisis
Sequential exploratori design adalah desain analisis data dengan tahapan
menganalisis data kualitatif kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data
kuantitatif, oleh karena itu penekanan diberikan lebih kepada aspek kualitatif.
Hasil analisis kemudian digabungkan selama proses interpretasi data. Tujuan
penelitian ini adalah menggunakan data kuantitatif untuk membantu interpretasi
dari hasil analisis data kualitatif (Cresswell, 2002). Pada penelitian ini tulisan
mahasiswa dijabarkan secara kualitatif dan nilai-nilainya
secara kuantitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIE Triatma Mulya Jurusan
Manajemen Perhotelan yang sedang mengikuti kursus post intermediate.
39
40
Pengambilan data dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar dengan
melaksanakan dan mengamati penerapan metode ESA, yaitu hasil kemampuan
menulis, pemakaian alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan oleh
siswa, dan faktor-faktor yang menghambat siswa dalam menulis wacana
argumentasi. Dalam penelitian ini peneliti sekaligus berperan sebagai pengajar
selama proses belajar mengajar di Lembaga BILCEN sehingga secara langsung,
peneliti mampu menilai secara keseluruhan hasil karangan yang dihasilkan
mahasiswa.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Triatma Surya Jaya Dalung, yaitu pada
lembaga kursus bahasa Inggris BILCEN atau Bali International Language Center.
Lembaga ini merupakan lembaga kursus bahasa Inggris yang menangani kursus
bahasa Inggris dari level elementary sampai dengan post intermediate, TOEIC,
dan TOEFL. Lembaga ini memberikan kursus bahasa Inggris pada lembagalembaga yang berada di bawah yayasan Triatma Surya Jaya, seperti STIPAR
Triatma Jaya, STIE Triatma Mulya, MAPINDO, dan SMK Triatma Jaya.
Penelitian ini meneliti mahasiswa STIE Triatma Mulya karena mahasiswa STIE
adalah mahasiswa yang paling banyak menaruh minat untuk melanjutkan kuliah
di luar negeri. Jumlah keseluruhan mahasiswa STIE semester enam jurusan
manajemen perhotelan adalah 20 orang, namun empat orang sedang bekerja, dua
orang cuti dan satu orang selesai. Jadi, jumlah mahasiswa STIE yang diteliti
adalah empat belas orang.
41
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif berupa karangan mahasiswa, sedangkan data kuantitatif berupa
nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa. Sumber data yang digunakan dan dianalisis
dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini berupa
kalimat dan pemaparan berupa paragraf yang diperoleh dari subjek penelitian,
yaitu mahasiswa STIE Triatma Mulya jurusan Manajemen Perhotelan semester
enam yang sedang mengikuti kursus bahasa Inggris post intermediate. Data
berupa kalimat-kalimat dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tulisan
argumentasi mahasiswa.
3.4
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, catatan harian, catatan harian digunakan untuk mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kedua, lembar observasi dalam
bentuk check list. Lembar observasi berisikan tentang aspek-aspek yang
diobservasi pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat. Ketiga,
pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisikan tentang pertanyaan pertanyaan mengenai proses pembelajaran dengan metode ESA. Keempat,
instrumen terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test. Tes ini
berisikan pernyataan tentang topik yang akan diperdebatkan dalam tulisan
argumentasi. Topik yang ditulis dalam penelitian ini adalah prokontra tentang
bahaya merokok bagi kesehatan.
42
3.5
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode observasi dengan teknik check list. Selain itu, digunakan juga metode
wawancara dengan teknik catat, dokumentasi dengan teknik catat, dan metode tes
dengan teknik tes tulis.
3.5.1
Metode Observasi
Metode observasi merupakan satu cara pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mencatat sesuatu yang diobservasi, kemudian mencatat pada
lembar pengamatan. Kelebihan metode observasi ini adalah peneliti dapat
mengamati hal yang diteliti secara langsung tanpa menghilangkan atau
menambahkan hal-hal yang penting dalam penelitian tersebut. Observasi dilihat
dari sifat hubungan antara observer dan observant ada dua, yaitu observasi
partisipatif dan observasi nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi
yang dilakukan apabila pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh
observant. Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang menempatkan
observer
murni
sebagai
pengamat
(Sanjaya,
2013:270).
Penelitian
ini
menggunakan observasi partisipatif yaitu pengajar selain sebagai peneliti juga ikut
terlibat dalam proses pengajaran sehingga dapat melihat langsung keadaan siswa
selama proses pembelajaran.
Pada pertemuan pertama peneliti mengobservasi delapan aspek dalam
proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi yaitu keaktifan siswa dalam
merespon permainan, pembentukan kelompok belajar, menuangkan ide-ide dalam
proses diskusi, merespon pendapat teman, bertanya kepada guru dan teman,
43
menyimpulkan pembelajaran, dan menerapkan pengetahuan ke dalam kegiatan
activate. Hasilnya menunjukan bahwa 100%
merespon permainan, 100%
belajar, 42,86 %
mahasiswa sangat aktif dalam
mahasiswa aktif dalam pembentukan kelompok
mahasiswa aktif dalam menuangkan ide-ide, 42,86 %
mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 42,86%
mahasiswa aktif
bertanya kepada guru dan teman, 42,86% mahasiswa aktif menyimpulkan
pembelajaran, dan 100% mahasiswa aktif dalam menerapkan pengetahuan ke
dalam kegiatan activate.
Pada pertemuan kedua, aspek-aspek yang diobservasi yaitu keaktifan
dalam merespon permainan yang diberikan, keaktifan dalam pembentukan
kelompok belajar, keaktifan dalam menuangkan ide-ide, keaktifan dalam diskusi
terkait referensi, kemampuan dalam memberikan masukan bagi pendapat teman,
keseriusan mahasiswa dalam proses pembelajaran, kemampuan mahasiswa dalam
membuat kesimpulan, dan keaktifan mahasiswa dalam melengkapi karangan
dengan referensi yang tepat. Hasilnya menunjukan bahwa 100% mahasiswa
sangat aktif dalam merespon permainan, 100%
mahasiswa aktif dalam
pembentukan kelompok belajar. 50% mahasiswa aktif dalam menuangkan ideide, 42,86 % mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 42,86%
mahasiswa aktif bertanya kepada guru dan teman, 42,86%
menyimpulkan pembelajaran, dan 100%
mahasiswa aktif
mahasiswa aktif dalam menerapkan
pengetahuan ke dalam kegiatan activate.
Pada pertemuan ketiga, aspek-aspek yang diobservasi yaitu keaktifan
siswa dalam merespon permainan, pembentukan kelompok belajar, menuangkan
44
ide-ide dalam proses diskusi, keseriusan siswa dalam proses diskusi, kemampuan
mahasiswa dalam merespon pendapat teman, keaktifan bertanya, merefleksi dan
menyimpulkan pembelajaran, dan kemampuan melengkapi karangan dengan
dengan substitusi dan elipsis. Hasilnya menunjukan bahwa 100% mahasiswa
sangat aktif dalam merespon permainan, 100%
mahasiswa aktif dalam
pembentukan kelompok belajar. 50% mahasiswa aktif dalam menuangkan ide-ide,
42,86% mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 50% mahasiswa aktif
bertanya kepada guru dan teman, 42,86 %
mahasiswa aktif menyimpulkan
pembelajaran, dan 100% mahasiswa aktif dalam menerapkan pengetahuan ke
dalam kegiatan activate.
Pada pertemuan yang keempat, aspek-aspek yang diobservasi berjumlah
delapan aspek yaitu keaktifan siswa dalam merespon permainan yang diberikan,
pembentukan kelompok belajar, menuangkan ide-ide dalam proses diskusi,
keseriusan mahasiswa dalam proses diskusi, kemampuan mahasiswa dalam
merespon pendapat teman, kemampuan mahasiswa dalam merefleksi dan
menyimpulkan pembelajaran, dan kemampuan mahsiswa dalam melengkapi
karangan dengan konjungsi. Hasilnya menunjukan bahwa 100%
sangat aktif dalam merespon permainan, 100%
mahasiswa
mahasiswa aktif dalam
pembentukan kelompok belajar. 42,86 % mahasiswa aktif dalam menuangkan
ide-ide, 50% mahasiswa aktif dalam merespon pendapat teman, 57,14%
mahasiswa aktif bertanya kepada guru dan teman, 42,86 % mahasiswa aktif
menyimpulkan pembelajaran, dan 92,86% mahasiswa aktif dalam menerapkan
pengetahuan ke dalam kegiatan activate.
45
3.5.2 Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dalam penelitian dengan cara mewawancarai mahasiswa sebagai sumber data.
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pendapat, persepsi,
dan sikap
yang dibutuhkan dalam penelitian. Mahasiswa yang diwawancarai
berjumlah 14 orang. Pertanyaaan-pertanyaan yang ditanyakan adalah tentang
pengaruh game dalam memotivasi mahasiswa, kendala-kendala dalam menulis
argumentasi, kemampuan metode ESA dalam meningkatkan kemampuan menulis
argumentasi, hal-hal yang didapatkan mahasiswa dari metode ESA dalam menulis
argumentasi dan kesan mahasiswa terhadap pembelajaran menulis argumentasi
dengan metode ESA. Jumlah mahasiswa yang diwawancarai adalah empat belas
orang mahasiswa.
Hasil wawancara menunjukan bahwa empat belas orang mahasiswa
mengatakan bahwa game dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran
karena mereka tidak menyukai proses pembelajaran yang terkesan selalu serius,
bisa mengetahui tentang aspek-aspek wacana, dapat mendorong keinginan untuk
belajar, membangunkan semangat belajar, dapat memacu semangat dalam
berkompetisi, dan dapat membuat pikiran rileks dan tenang.
Kendala-kendala yang dialami mahasiswa dalam menulis argumentasi
adalah kurangnya kosakata yang diketahui, mengekspresikan ide dengan kata dan
tata bahasa yang benar, menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Inggris, dan menerapkan pengetahuan tata bahasa Inggris yang cenderung
kompleks.
Mahasiswa mengatakan bahwa metode ESA dapat meningkatkan
46
kemampuan menulis argumentasi. Melalui metode ESA Mereka mendapatkan
pengetahuan tentang tata bahasa, struktur organisasi dan kosakata.
Kesan
mahasiswa terhadap pembelajaran menulis dengan metode ESA adalah sangat
baik karena beberapa alasan, diantaranya adalah mahasiswa lebih senang dengan
pembelajaran menulis, mengetahui kelemahan struktur tulisan mereka, dan bisa
membuat mereka menulis dengan lebih rapi.
3.5.3 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan
mengarsipkan atau mendokumentasikan segala bentuk kegiatan penelitian yang
dilaksanakan. Bentuk pendokumentasian tersebut dapat berupa catatan, agenda,
transkrip,
dan
sebagainya
(Arikunto,
2006:231).
Penggunaaan
metode
dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi nama
yang ditetapkan sebagai subjek penelitian yang didapatkan dari daftar hadir yaitu
mahasiswa STIE Triatma Mulya level Post Intermediate. Selain itu, juga
mendokumentasikan hasil observasi terkait kegiatan yang dilakukan selama
proses penelitian, baik berupa pencatatan maupun tes selama penelitian dilakukan.
Hasil observasi akan digunakan untuk mengetahui keadaan siswa selama proses
pembelajaran.
3.5.4 Metode Tes
Metode tes adalah merupakan metode yang digunakan dalam suatu
penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam
menguasai materi pelajaran tertentu. Dalam penelitian pendidikan, tes sering
47
digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan, baik bidang kognitif, afektif
maupun psikomotor. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
tulis. Tes tulis disesuaikan dengan format pada ujian IELTS. Materi tes adalah
tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Mahasiswa harus membuat sudut
pandang mereka tentang dampak positif dan negatif dari rokok.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
descriptive qualitative method. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan secara utuh dan mendalam mengenai realitas sosial dan berbagai
fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga
tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model fenomena tersebut.
Teknik
analisis
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
mengklasifikasikan data-data yang didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan
kategori-kategori yang sudah disusun dalam rubrik penilaian, Setelah itu, datadata tersebut dipaparkan dalam bentuk tulisan. Adapun langkah-langkah dalam
menganalisis data penelitian ini adalah (1) menentukan rubrik penilaian, dan (2)
dari nilai tersebut kategori pencapaian siswa dapat ditentukan. Pencapaian siswa
dari nilai terendah ke tingkat nilai yang paling tinggi dapat dibagi menjadi lima
kategori yaitu, buruk, kurang, cukup, memuaskan, dan sangat memuaskan (Putra,
2012: 72). Secara lengkap uraiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
48
Tabel 3.1: Interval Nilai dan Uraian Pencapaian Siswa
POINT
A
NILAI
86--100
B
70--85
C
51--69
D
26--50
E
0--25
URAIAN
Memperlihatkan penguasaan dan pemahaman tentang struktur
organisasi dan sistem tata bahasa yang baik. Pada rentang ini,
tulisan siswa dikategorikan pada tahap yang sangat memuaskan
Memperlihatkan penguasaan struktur organisasi dan tata bahasa
yang cukup baik. Pada rentang ini, tulisan dikategorikan pada
tahap memuaskan
Memperlihatkan penguasaan parsial pada struktur organisasi dan
tata bahasa. Pemahaman pada tahap ini dikategorikan cukup.
Memperlihatkan pemahaman terbatas terhadap struktur
organisasi dan tata bahasa. Pemahaman pada tahap ini
dikategorikan kurang
Memperlihatkan sama sekali tidak menguasai struktur organisasi
dan tata bahasa. Pemahaman pada tahap ini dikategorikan buruk
Rubrik penilaian dalam penelitian ini adalah rubrik analitik. Rubrik ini
adalah rubrik yang diadaptasi dari rubrik yang dibuat oleh Jacobs, Hamp-Lyons
dan Andrade, serta rubrik yang digunakan di San Diego Unified School District.
Aspek-aspek yang dinilai pada tulisan argumentasi siswa adalah tata bahasa,
organisasi karangan, ketepatan kata, dan mechanic. Tata bahasa diperoleh dari
jumlah kalimat benar, dijumlahkan dengan klausa benar serta alat-alat kohesi
gramatikal kemudian dibagi tiga. Persentase grammar benar kemudian
dimasukkan ke dalam rubrik. Organisasi karangan dibagi menjadi tiga, yaitu
pendahuluan, argumen, dan penutup. Ketepatan kata diperoleh dari persentase
kata benar dalam karangan mahasiswa, dan mekanik diperoleh dari penggunaan
tanda baca dan huruf kapital yang benar. Hasil dari kedua aspek ini dibagi dua,
kemudian dimasukkan ke dalam rubrik.
Tabel 3.2 Rubrik Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi
Diadaptasi dari rubrik yang dibuat oleh Jacobs, Hamp-Lyons dan Andrade,
serta rubrik yang digunakan di San Diego Unified School District
STUDENT
DATE
CLASS
1
G
R
A
M
M
A
R
:
:
:
CATEGORY
Cohesion
4. Advanced
A (30-26)
3. Proficient
B (25-21)
2. Basic
C (16-20)
1. Below Basic
D (15-0)
Effective and appropriate
details create a vivid
picture showing
knowledge and insight.
The average of
grammatical cohesion,
clause and the sentence
correct are 81-100%.
Sufficient details create
a picture showing some
knowledge and insight.
The average of
grammatical cohesion,
clause and the sentence
correct are 61-80%.
Underdeveloped details
show little knowledge.
The average of
grammatical cohesion,
clause and the sentence
correct are 31-60%.
Limited or
disconnected details
show a lack of
understanding.
The average of
grammatical
cohesion, clause and
the sentence correct
are 0-30%.
SCORE
49
Category
Advance
10-9
Proficient
8-6
Basic
5-3
Below basic
2-0
Strong, engaging
introduction. The
introduction is inviting,
states the main topic. The
introduction is made
using the correct structure
of writing and correct
grammar.
Engaging introduction,
Adequate sequencing of
ideas based on purpose
and linked to issue, but
it is not particularly
inviting to the reader.
The grammar used
shows several mistakes
The introduction states
the main topic, but does
not adequately preview
the structure of the
writing nor is
particularly inviting to
the reader. Many
mistakes on grammar.
Introduction may need
some revision.
There is no clear
introduction of the
main topic or
structure of the
writing. Introduction
may not exist or may
need major revision.
Advance
20-18
Presents powerful
Argument pros to support
issue, effective
sequencing of ideas
enhances argument and
Proficient
17-15
Effectively supports
issue with relevant
argument(s) pros and
evidence. Adequately
uses elaboration
Basic
14-12
Supporting argument(s)
pros or evidence
Insufficient, irrelevant or
unclear. Lacks
explanation/elaboration.
Below basic
11-0
Little or no
supporting reasons or
credible evidence to
support issue. Many
mistakes on grammar
O
R
G
Introduction Issue
A
N
I
Z
A
T
I
O
N
Pros
50
Argument
Cons
Conclusion
3
CATEGORY
links to issue. Well
documented evidence
provides consistent and
convincing perspective on
issue using good
grammar.
Effectively addresses
opposing viewpoints and
provides counterarguments, building a
convincing and well focused argument.
Advance
10-9
Powerful conclusion
reinforces issue.
Conclusion is made
using the correct
structure of writing.
techniques to suit reader
and purpose. The
argument is
understandable with
several grammar
mistakes.
Addresses an opposing
view point and
provides a reasonable
counterargument.
4. Advanced
3. Proficient
Proficient
8-6
Conclusion reinforces
thesis an gives closure,
conclusion and issue
are clearly linked.
Conclusion is made
using the correct
structure of writing
with several mistakes
on grammar
The grammar used
shows little knowledge
influenced the meaning
of sentences.
which influenced
meaning.
Addresses opposing
viewpoint but does not
provide a reasonable
counterargument.
Doesn't address
opposing viewpoint
nor provide
counterargument
Basic
5-3
Conclusion attempt to
establish focus but the
structure of writing is
incorrect. Conclusion
may need some
revision.
2. Basic
Below basic
2-0
Conclusion lacks
focus, a lot of
grammar mistakes.
Conclusion
need major revision.
1. Below Basic
SCORE
51
W
O Precision
R
Effectiveness
D
C
H
O
I
C
E
4
M
E
C
H
A
N
I
C
CATEGORY
 Punctuation
Capitalization
A (20-18)
Words powerfully
convey the intended
message in a very
interesting and precise
way. Precise, vivid,
natural language creates a
clear and complete
picture in the reader. The
average correct words
used around 81-100%.
B (17-15)
Effective words get
message across.
Correct, adequate word
choice creates a clear
picture in the reader’s
mind.
The average correct
words used around 5180%
C (14-12)
More precise words are
needed to create a clear
message. Ordinary
word choice attempts to
create a picture in the
reader’s mind. Verbs,
nouns, and adjectives,
are adequate.
The average correct
words used 21-50%
D (11-0)
Limited vocabulary;
words may be used
inappropriately.
Language choice is
inappropriate
repetitive or lacks
meaning. The
average correct
words used around
20-0%
4. Advanced
A (20-18)
Punctuation and
Capitalization are smooth
and enhances meaning,
Students can use
punctuation and
capitalization from 81100%
3. Proficient
B (17-15)
Punctuation and
capitalization are
smooth and enhances
meaning, students can
use punctuation and
capitalization from
51-80%
2. Basic
C (14-12)
1. Below Basic
D (11-0)
Errors in Capitalization
may impair readability,
errors occasionally
obscure meaning.
Students can use
punctuation and
capitalization from
21-50%
Numerous errors in
Punctuation and
capitalization distract
and/or confuse the
reader. Limited
understanding of
appropriate
punctuation and
capitalization.
SCORE
52
Students can use
punctuation and
20-0%
53
54
Data nilai yang sudah tersedia kemudian dijabarkan ke dalam skor nilai
mentah, distribusi frekuensi, modus, median, dan mean untuk melihat kemampuan
individu masing-masing serta nilai rata-rata siswa sesudah penerapan metode
engage, study, and activate. Selanjutnya kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal dalam menulis wacana
argumentasi dianalisis dan dijabarkan dengan berpedoman pada teori kohesi oleh
Halliday dan Hassan. Data mengenai faktor-faktor yang menghambat kemampuan
menulis mahasiswa akan diambil melalui metode wawancara. Hasil wawancara
dikaji dengan teori Harmer tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan
mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi. Analisis penerapan ESA
dilakukan dengan melihat hasil observasi pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan keempat.
3.7
Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disampaikan secara
formal dan informal. Teknik penyajian analisis data dalam penelitian ini adalah
narasi. Secara formal hasil nilai mahasiswa disajikan dalam bentuk tabel. Secara
informal, hasil karangan mahasiswa dideskripsikan secara kualitatif untuk
mendapatkan penjelasan yang mendalam tentang struktur tulisan argumentasi
mahasiswa, alat-alat kohesi gramatikal dan leksikal yang digunakan, dan faktorfaktor penghambat mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi melalui tahap
post-test.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian keterampilan menulis argumentasi terdiri dari
beberapa tahapan. Pelaksanaan penelitian secara terperinci dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Kegiatan pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah menyiapkan
silabus, lesson plan, materi atau sumber pembelajaran, dan test. Kemudian, data
dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan tes dengan
teknik check list, catat, dan tes tulis. Data dokumentasi pada penelitian ini
diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi tentang gambaran umum sampel
penelitian. Data observasi diperoleh dengan mengamati proses penelitian dalam
format observasi yang disediakan dengan memberi tanda (ν) terhadap pembelajar.
Tahap ketiga yaitu mengadakan tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tulis.
Jenis tes adalah tes esai dengan instruksi soal menulis wacana argumentasi
berdasarkan topik yang sudah dipersiapkan oleh pengajar. Selanjutnya, data tes
dianalisis dengan rubrik penilaian yang disusun sebelumnya. Aspek-aspek yang
dinilai, yaitu grammar, organization, argument, word choice, dan mechanic.
Selain itu kohesi gramatikal dan leksikal dalam data tes dianalisis dan dijelaskan
secara kualitatif. Tahap keempat yaitu memasukkan hasil nilai menulis mahasiswa
ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui mean, median, dan modus.
Penyajian data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
55
56
4.1 Kemampuan Mahasiswa STIE Triatma Mulya Menulis Wacana
Argumentasi
Tulisan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya
dinilai dengan rubrik analitik. Aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan argumentasi
yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya terdiri atas beberapa aspek,
yaitu grammar, organisasi yang dipilah lagi menjadi tiga yaitu pendahuluan,
argumen, dan penutup, pilihan kata, dan mechanic. Penjabaran tiap-tiap aspek dan
bobot aspek dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
4.1.1 Organisasi Karangan
Nilai keseluruhan organisasi karangan mahasiswa didapatkan dari nilai
pendahuluan, nilai argumen, dan nilai simpulan dibagi tiga. Nilai pendahuluan
tiap-tiap siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
4.1.1.1 Pendahuluan
Tabel 4.1 Nilai Pendahuluan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya
No
Nama
1.
Dwi Warsaningsih
5
5
2.
Edi Pramana
2
2
3.
6
9
8
7
5.
Ayu Nicky
Suardani
Ayu Wida
Cesartika
Ayu Novi Lestari
5
5
6.
Agus Bujangga
3
3
7.
Putu Ferry
Darmawan
3
5
4.
Nilai
Pendahuluan Nilai Pendahuluan
Karangan
Sebelum Karangan
Setelah
ESA
ESA
57
8.
Cholisah
3
5
9.
Anggayani
4
7
10.
Ferry Heriawan
5
9
11.
I Made Dwi Arsada
5
5
12.
Anggun Sintya
Dewi
Jumi Arsawan
5
8
3
8
3
5
4,29
5,91
13.
14
Althin Bryan
Tahapary
Rata-rata
Sebelum ESA diterapkan nilai terkecil pada kategori pendahuluan adalah 3
dan nilai terbesar adalah 8. Rata-rata nilai menulis pendahuluan sebelum ESA
adalah 4,29, sedangkan setelah ESA adalah 5,91. Hasil dari selisih nilai rata-rata
sebelum ESA diterapkan dengan nilai setelah ESA diterapkan menunjukan bahwa
terjadi peningkatan sebesar 1,62 poin.
Pendahuluan karangan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma
Mulya sebelum metode ESA diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sebanyak dua belas orang (85,71%) berada pada level basic dan dua orang
(14,29%) berada pada level proficient. Setelah metode diterapkan, tujuh orang
siswa (50%) berada pada level basic, empat orang (28,57%) berada pada level
proficient, satu orang (7,14%) berada pada level below basic dan dua orang
(14,29%) berada pada level advance.
Pada level advance pendahuluan yang dibuat oleh mahasiswa sangat menarik,
penyusunan sesuai dengan pendahuluan pada format yang diajarkan dengan
bahasa yang baik, dan mudah dimengerti. Pada level ini nilai yang diberikan 9.
58
a. Contoh pendahuluan pada level tersebut dapat dilihat pada contoh di
bawah.
Smoking is a very bad habit that mostly doing by an adult, especially
b.
men but nowdays also been doing by young generations. Smoking is an activity
where we absorp the fumes of the cigarette, but in the long-term this could
c. Pada
membuat
pendahuluan
yang
tersusun
damage
our level
body proficient
system andpenulis
even our
brain too.
That is why
i really
agreedengan
that
smoking should be forbiden because same as drugs, cigarette can cause
baik,Smoking
penyususunan
berkaitan
dengan isu
yang
addiction.
is also berdasarkan
known to betujuan
highlydan
damaging
to physical
health,
being a major factor in cancer and heart disease, moreover smoking is also take
tetapi
tidak mengundang
degan
Padaquit
part ofdibicarakan
reducing our
brain’s
performance.minat
And pembaca
I guarantee
if baik.
you not
smoking now, you will regret it for your whole life.
Level yang kedua, yaitu level proficient. Pada level ini, mahasiswa sudah
mencoba membuat struktur pendahuluan yang sesuai dengan struktur pendahuluan
pada ujian IELTS, yaitu pernyataan umum ke khusus, thesis statement, dan
outline. Akan tetapi, pada bagian ini ada beberapa hal yang masih perlu
diperhatikan yaitu pada bagian outline. Mahasiswa tidak mencantumkan outline
atau beberapa siswa membuat outline yang tidak sesuai dengan penjelasanpenjelasan yang dibuat pada tubuh paragraf. Mahasiswa yang menulis
pendahuluan dengan kemampuan seperti ini mendapatkan nilai 6--8.
Contoh pendahuluan yang berada pada kategori proficient
Cigarette is cylinder from paper and have measuring length between
70 mm – 120 mm. Cigarette also contain chemicals such us nicotine, tar and
carbonmonoxide. Besides that, smoking is forbidden because can effect
disease cancer, heart attack, and risk for baby. So I agree, if smoking
forbidden in the world and cigarette is number one cause of died in the world.
d.
59
Pada level basic, penulis membuat pendahuluan yang memuat topik tetapi
tidak menerapkan struktur tulisan argumentasi dengan benar. Pada level ini
penulis memulai pendahuluan dengan secara langsung atau mencoba membuat
pendahuluan dengan membuat peryataan umum ke khusus kemudian diikuti oleh
thesis statement tetapi tidak memuat outline kerangka pendahuluan tersebut.
Kalimat-kalimat yang dibuat bisa dimengerti walaupun tata bahasa yang
digunakan tidak terlalu baik. Selain itu, pendahuluan yang dibuat tidak menarik
sehingga tidak dapat menarik minat pembaca. Pendahuluan dalam kategori ini
memerlukan perbaikan dalam struktur tulisan. Kemampuan menulis pendahuluan
dengan kategori seperti ini mendapat nilai lima dari skala 10.
Contoh pendahuluan pada level basic.
I agree if some people believe that smoking should be forbidden and
smoking is factor number one to risk your health, such as cancer, air pollution,
impotance
Pada level below basic tidak ada pendahuluan yang jelas dan struktur
tulisan. Pendahuluan pada kategori ini memerlukan banyak perbaikan.
Pendahuluan pada level ini mendapatkan nilai 0--2.
Contoh.
Smoking is an activity that is so let loose by smoker,despite the
dangaers of smoking ,at this time she her already smoking ,I’m agree presence
of cigarette factory because a lot of give help country so be advanced, you can
look in the skin of cigarette in there can couse make so smoking can cause
career,heart at attack,impotence, ,but not problem with smoker to smoking that
all factor of enviren ment ,assoeration ,especially among young people so
smoking already a regular
60
4.1.1.2 Argumen
Tabel 4.2 Nilai Argumen Karangan Siswa STIE Triatma Mulya
No
Nama
Nilai Argumen
Karangan Sebelum
ESA
Nilai Argumen Karangan
Setelah ESA
1.
Dwi Warsaningsih
15
12
2.
Edi Pramana
10
12
3.
16
18
15
18
5.
Ayu Nicky
Suardani
Ayu Wida
Cesartika
Ayu Novi Lestari
15
15
6.
Agus Bujangga
10
10
7.
11
14
8.
Putu Ferry
Darmawan
Cholisah
11
12
9.
Anggayani
11
17
10. Ferry Heriawan
15
18
11.
11
17
12. Anggun Sintya
Dewi
13. Jumi Arsawan
12
18
11
15
14
11
14
12,43
15,00
4.
I Made Dwi Arsada
Althin Bryan
Tahapary
Rata-rata
Kemampuan mahasiswa menulis argumen menunjukan peningkatan
sebesar 2,57. Nilai tertinggi sebelum ESA diterapkan adalah 16, sedangkan nilai
terendah adalah 10. Setelah Metode ESA diterapkan nilai tertinggi adalah 18,
sedangkan nilai terendah adalah 10. Penjelasan terperinci mengenai kemampuan
mahasiswa dalam menulis argumen dapat dijelaskan sebagai berikut.
61
Sebelum metode ESA dilakukan delapan orang (57,14%) dikategorikan
below basic, satu orang (7,14) dikategorikan basic dan lima orang (35,71)
dikategorikan proficient. Sesudah ESA, empat orang (28,57%) dikategorikan
berada pada kategori advance, empat orang (28,57%) dikategorikan proficient,
dan lima orang (35,71%) dikategorikan basic dan satu orang (7,14) dikategorikan
below basic. Pada level advance, argumen yang dibuat sangat kuat dalam
mendukung pernyataan. Ide tersusun dengan baik dan terhubung dengan isu yang
diperdebatkan, bukti-bukti argumen yang kuat memberikan perspektif yang
konsisten dan meyakinkan. Penulis menyusun opini-opini yang mendukung isu
yang sedang diperdebatkan dengan memberikan contoh-contoh sesuai dengan
konjungsi yang tepat, mampu memberikan suatu contrasting point, dan mampu
memosisikan diri mereka pada
isu tersebut. Pada level advance, skor yang
diberikan adalah 18-20. Contoh argumen yang berada pada level advance dapat
dilihat pada contoh di bawah ini.
The first reason is because smoking can cause addiction, some people can
smoke for about one box or even two box of cigarette everyday, and that is a
big number of problem. As an example, my friend is very much addicted to
smoking, i guess every single minutes in his life he always do smoking, and
because of it he needs more budget to buy cigarettes and of course it cost more
rather than us who not smoking. He also has lot of cigarette’s box collection in
his room, such as; Sampoerna, Dunhill, Marlboro and also alcoholic bottles.
The second reason is because smoking is also known to be the highly
damaging to physical health, smoking is also being a major factor in cancer and
heart disease. Lot of people may just ignore it, because they just think that as a
fake interdiction. That is right if people said that is no short-term effect of
smoking, but as the quote say: “slow but sure”, smoking effect will not appear
immediately but as the poison settle in your body that is the counting time for
you to break a habit, maybe start to do more sport or start to be a vegan.
However is it bad, but there is still a positive side about smoking,
especially the big companies, just say PT. Djarum they are very active in
sponsoring sports activities such as badminton. They also doing social act by
provides scholarships, in term of environment, PT. Djarum has regularly doing
reforestation such as tree planting. Cigarettes also been the source of income
for our country through the tax customs.
62
Pada level proficient mahasiswa mampu secara efektif mendukung isu
dengan argumen yang relevan dengan bukti-bukti, menggunakan teknik elaborasi
yang cukup sehingga tujuan tulisan tersebut dapat dimengerti oleh pembaca. Pada
level ini nilai yang diberikan yaitu 15-17. Contoh argumen yang berada pada
kategori proficient.
Firstly for health, smoking cause cancer, disorders of pregnancy, the risk
of cataracts, make teeth yellow, bad breath impotent and etc. for example one of
my friends already have cancer, even he to dead because of smoking addiction,
he could spend three packs of cigarettes a day.
Secondly smoking is dangers to the environment , such as of air pollution,
because the smoke everywhere and which, other people will fell the breating
disorder and cough. In addition as we know many harmful substances contained
in cigarettes can be dischar can damage soil fertility, for example if the discarded
cigarettes butts on the ground can cause the plants to die easily because cigarette
butts aren’t good in the ground. Morever smoking also causes wasteful, if you’re
an smoker, surely can smoke at least one until two packs of cigarettes.
Yet, smoking is also beneficial for certain people, such as my uncle, he
can’t think when there is a problem with his work if doesn’t smoke.
However, although many people say that smoking can make them look
more manly. But I still agree that smoking is banned because smoking is very
harmful to our bodies.
Pada level basic, bukti-bukti atau argumen pendukung tidak cukup, tidak
relevan atau tidak jelas. Argumen yang dibuat masih kurang penjelasan atau
elaborasi. Pada level ini skor yang diberikan yaitu 12--14. Contoh argumen yang
berada pada kategori basic dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
63
Firstly, smoking can lead to addiction, because if I just started smoking, I can
do that for more and more again, if I look for my friend, and my social
environment almost all from them is a smoker, for example if I walking or play
with my friend them always say for me, are you want smoking, so this is which
make me hard for stop from smoking, if I a smoker.
Secondly smoking can cause breath odor, if I smoking this is cause my
breath odor, so if I talk with my mother, father, and other people, maybe for
my friend or my friend work which smoking, not problem, but for my friend or
my friend work which not smoking them will feel not good.
The third was for some of my best friends, said that smoking can
eliminate stress, are also capable of helping them to gain inspiration, but it’s
not going to change my view, I still don’t agree with smoking, because
smoking for me personally, never bring good to my body, and never give you
made for me personally, that there will be only make me wasteful and other
things that hurt me.
4.1.1.3 Simpulan
Tabel 4.3 Nilai Simpulan Karangan Siswa STIE Triatma Mulya
No
Nama
Nilai Simpulan
Karangan Sebelum
ESA
Nilai Simpulan
Karangan Setelah
ESA
1.
Dwi Warsaningsih
5
5
2.
Edi Pramana
2
2
3.
5
8
6
9
5.
Ayu Nicky
Suardani
Ayu Wida
Cesartika
Ayu Novi Lestari
5
6
6.
Agus Bujangga
2
2
7.
0
5
8.
Putu Ferry
Darmawan
Cholisah
4
6
9.
Anggayani
2
7
10.
Ferry Heriawan
7
9
11.
I Made Dwi Arsada
3
6
4.
64
12.
13.
14
Anggun Sintya
Dewi
Jumi Arsawan
5
8
4
8
Althin Bryan
Tahapary
Rata-rata
3
5
3,8
5,5
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai tertinggi sebelum ESA adalah 7
dan nilai terendah adalah 2. Setelah metode ESA diterapkan, nilai tertinggi adalah
9 dan nilai terendah adalah 2. Nilai rata-rata sebelum dan sesudah ESA
menunjukan kenaikan sebesar 1,7%. Kemampuan mahasiswa dalam menulis
kesimpulan dapat dijabarkan sebagai berikut.
Sebelum metode ESA diterapkan, empat orang (28,57%) dikategorikan
proficient, delapan orang (57,14%) dikategorikan basic, dan dua orang (14,29)
dikategorikan below basic. Setelah ESA diterapkan, dua orang (14,29) berada
pada level below basic, tiga orang (21,43) berada pada level basic, tujuh orang
(50%) berada pada level proficient, dan dua orang (14,29%) berada pada level
advance. Simpulan yang dibuat menarik dan memperkuat isu yang sedang
dibicarakan. Simpulan yang dibuat terdiri atas dari rangkuman-rangkuman
pernyataan sebelumnya, restatement of thesis statement dan saran-saran penulis
yang mendukung isu yang sedang diperdebatkan. Pada kategori ini, skor yang
diberikan adalah 9.
65
In conclusion, smoking is very dangerous for our health and cigarette
butts also has it’s own effect on environment. Besides that, smoking is
forbidden because can effect disease for example, cancer heart attack and risk
for baby. Even smoking is prohibited but there are still many people smoking
and think smoking can relieve stress. So I agree, if smoking prohibited, because
that very dangerous for our health and environment. Even a lot of people think
smoking can relieve stress, but a lot of thing we can do for relieve stress, for
example you can hang out with your friend or listen music, maybe you can
physical exercise not to be smoking which is very risk for our health and
environment also can cause of death. At the same time, a lot of cigarette product
make program scholarship, even there is offer from cigarette product but the
way we thanks to cigarette product not to be smoking. However with study hard
and show since cigarette we can get achievement, not since cigarette we leave
this world forever and ever
Pada level proficient simpulan memperkuat thesis statement dan memberikan
penutupan yang baik. Simpulan dan isu terkait dengan jelas. Pada level ini nilai
yang diberikan yaitu 6--8. Contoh simpulan yang berada pada level proficient
dapat dilihat di bawah ini.
c.
In conclusion, smoking cause a lot of less for active smokers and passive
smokers. I agree that smoking make us wasteful, sick, pollute the environment
d.
and can even lead to death. My suggestion, switch to stop smoking habit with
eating sweets, snacks and if you can avoid smoking if in addition we keep
e.
smoking and if you’re active smokers balaced with execice or searching
information about how to stop smoking from google or your friends and your
f.
parents. So someone to quit smoking isn’t easy and there isn’t cure. But if you
have a strong determination and will to live a healthy life without cigarettes.
g.
Pada level basic simpulan yang dibuat mencoba untuk menyajikan fokus
pembicaraan, tetapi memerlukan beberapa perbaikan. Perbaikan-perbaikan
tersebut antara lain informasi-informasi yang digunakan perlu diurutkan sesuai
dengan struktur tulisan. Pada kategori ini nilai yang diberikan yaitu 3--5.
Contoh simpulan pada level basic dapat dilihat pada contoh berikut ini.
66
Smoking is one of can cause health, so do not it. Kill your cigarette before
h. kill you. In condusion, smoking is factor number one to risk our
cigarette
health such as : cancer, air pollution. Impotance. Besides that, if you smoking
you i.face will be pale. You do not have girld friend because a women do not
like have boy friend to has health cancer. So I agree if smoking prohibited in
the word because that is number one cause of die.
Pada level below basic, simpulan yang dibuat kurang fokus pada topik dan
memerlukan banyak perbaikan.
Contoh:
Conclusion ,smoking is activity that is so let loose by smoker,the factory
is lot of help the country so be economy became good,still keep your
environment so that keep clean don,t do it anymore the presence of cigarette
factory be problem in your environment,I’m disagree if the company smoking
forbidden in Indonesia because I own a smoker on the other cigarette
companies are the largest infusion
Tabel 4.4 Nilai Organisasi Karangan Siswa STIE Triatma Mulya
No Nama
Nilai
Karangan
ESA
1.
2.
3.
25
14
28
22
16
35
29
34
25
15
14
25
15
24
18
17
27
18
22
23
31
36
28
34
Dwi Warsaningsih
Edi Pramana
Ayu
Nicky
Suardani
4. Ayu
Wida
Cesartika
5. Ayu Novi Lestari
6. Agus Bujangga
7. Putu
Ferry
Darmawan
8. Cholisah
9. Anggayani
10. Ferry Heriawan
11. I Made Dwi Arsada
12. Anggun
Sintya
Dewi
Organisasi Nilai Organisasi Karangan
Sebelum Setelah ESA
67
13. Jumi Arsawan
18
14 Althin
Bryan 17
Tahapary
Rata-rata
20,5
31
24
27,0
Kategori organisasi karangan sebelum dan sesudah ESA diterapkan dapat
dijabarkan sebagai berikut. Sebelum ESA diterapkan, nilai tertinggi adalah 29 dan
nilai terkecil adalah 14. Sesudah ESA diterapkan, nilai tertinggi adalah 36 dan
nilai terendah adalah 15.
Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis
karangan argumentasi sebelum ESA diterapkan adalah 20,5, dan setelah ESA
diterapkan, naik menjadi 27,0 %. Hasil rata-rata nilai tersebut menunjukan
kenaikan kemampuan sebesar 7,5 %.
4.1.2 Grammar
Grammar atau tata bahasa dalam penelitian ini dinilai dengan menggabungkan
persentase pemakaian kohesi gramatikal yang benar, klausa yang benar, dan
kalimat yang benar. Setelah itu persentase keseluruhan dibagi tiga. Jika persentase
grammar menunjukkan angka 0--59%, pada kategori ini, nilai yang diberikan
adalah 0-11. Jika menunjukan angka 60--69 %, diberikan nilai 12-14. Mahasiswa
yang memiliki rata-rata nilai 70--79% diberikan nilai 15--17, dan 80--100%
diberikan nilai 18--20.
68
Tabel 4.5 Analisis Pemakaian Klausa Sebelum dan Sesudah Metode ESA
No
Nama
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
klausa
klausa
klausa
klausa
benar
benar
salah
salah
sebelum
setelah
sebelum
setelah
ESA
ESA
ESA
metode
ESA
1.
Dwi Warsaningsih
58,33
47,73
41,67
52,27
2.
Edi Pramana
44,44
21,43
55,56
78,57
3.
Ayu Nicky
82,93
50,74
17,07
49,25
77,50
55,56
22,50
44,44
Suardani
4.
Ayu Wida
Cesartika
5.
Ayu Novi Lestari
56,52
67,24
43,48
32,76
6.
Agus Bujangga
61,54
37,84
38,46
62,16
7.
Putu Ferry
48,15
54,39
51,85
45,61
Darmawan
8.
Cholisah
56,67
62,50
43,33
37,50
9.
Anggayani
76,67
68,57
23,33
31,43
10.
Ferry Heriawan
95,45
82,46
4,55
17,54
11.
I Made Dwi Arsada
90,91
78,05
9,09
21,95
12.
Anggun Sintya
64,86
62,67
35,14
37,33
Dewi
13.
Jumi Arsawan
56,00
58,82
44,00
41,18
14
Althin Bryan
60,00
37,93
40,00
62,07
66,43
56,14
33,57
43,86
Tahapary
Rata-rata
69
Tabel 4.6 Persentase Jumlah Kalimat Benar dan Salah Pada Karangan
Mahasiswa.
No
Nama
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
kalimat
kalimat
kalimat
kalimat
benar
benar
salah
salah
sebelum
setelah
sebelum
setelah
ESA
ESA
ESA
metode
ESA
1.
Dwi Warsaningsih
28,57
12,50
71,43
87,50
2.
Edi Pramana
11,11
0
88,89
100
3.
Ayu Nicky
68,42
30,77
31,58
69,23
23,08
51,61
76,92
48,39
Suardani
4.
Ayu Wida
Cesartika
5.
Ayu Novi Lestari
28,57
27,78
71,43
72,22
6.
Agus Bujangga
16,67
0
83,33
100
7.
Putu Ferry
0
25
100
75
0
29,41
100
70,59
Darmawan
8.
Cholisah
9.
Anggayani
61,11
45
39,89
55
10. Ferry Heriawan
95,45
50
4,55
50
57,14
50
42,86
50
56,25
25,93
43,75
74,07
16,67
22,58
83,33
77,42
0
20
100
80
33,07
27,89
66,93
72,11
11.
I Made Dwi Arsada
12. Anggun Sintya
Dewi
13. Jumi Arsawan
14
Althin Bryan
Tahapary
Rata-rata
70
Tabel 4.7 Persentase grammar benar pada Mahasiswa STIE Triatma Mulya
No
Nama
Grammar sebelum
Grammar setelah
metode ESA
metode ESA
1
Dwi Warsaningsih
39,22
35,46
2
Edi Pramana
26,21
19,96
3
Ayu Nicky Suardani
70,50
45,11
4
Ayu Wida Cesartika
48,91
58,80
5
Ayu Novi Lestari
37,88
49,62
6
Agus Bujangga
26,32
25,43
7
Putu Ferry Darmawan
23,74
28,47
8
Cholisah
31,71
51,15
9
Anggayani
63,86
43,52
10
Ferry Heriawan
73,89
69,79
11
I Made Dwi Arsada
57,04
60,38
12
Anggun Sintya Dewi
53,19
44,92
13
Jumi Arsawan
34,46
39,95
14
Althin Bryan Tahapary
27,67
37,26
43,90
43,56
Rata-rata
Sebelum metode ESA diterapkan, nilai grammar mahasiswa STIE Triatma
Mulya dapat dijabarkan sebagai berikut. Sebelas orang berada pada below basic,
dua orang berapa pada kategori proficient ,dan satu orang berada pada level basic.
Setelah metode ESA diterapkan, sebanyak dua belas orang berada pada level
below basic dan dua orang berada pada level basic. Hal tersebut menunjukan
Terjadi penurunan sebanyak 0,34 persen. Namun, pada kategori ini kohesi
gramatikal mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 17,15%.
Mahasiswa STIE Triatma Mulya mampu menggunakan alat-alat kohesi
71
gramatikal lebih baik daripada sebelumnya. Kemampuan mahasiswa dalam
menulis kalimat mengalami penurunan sebanyak 5,18 persen. Hal yang sama juga
terjadi pada penulisan klausa, yaitu terjadi penurunan sebanyak 10,29 persen.
Mahasiswa mengalami penurunan kemampuan karena beberapa faktor karena
mahasiswa mencoba membuat kalimat kompleks, namun masih membuat
kesalahan pada salah satu klausa. Selain itu, penurunan menunjukan ketidak
konsistenan mahasiswa dalam menggunakan tata bahasa.
Kemampuan mahasiswa tertinggi sebelum metode ESA dilakukan berada
pada level proficient. Dalam menyusun kalimat dan klausa yang digunakan, kata
kerja yang paling dominan digunakan oleh mahasiswa yang mendapatkan nilai
grammar tertinggi adalah nonfinite verb. Mahasiswa menggunakan 13 finite verb
dan 18 nonfinite verb. Dari kata kerja yang digunakan, mahasiswa hanya
membuat dua kesalahan finite verb. Kesalahan tersebut yaitu pada subject verb
agreement contohnya “Smoking is not good for our health because there is
serious substance contain in the cigarette, which is damage our organ and
specially for woman it could damage the fetus and comb”. Kata “contain”
seharusnya ditambahkan -s supaya sesuai dengan subjek tunggal yaitu smoking.
Tenses yang digunakan pada karangan mahasiswa adalah kombinasi dari present
tense dan future tense. Namun, penguasaan tense pada level ini masih
menunjukkan beberapa kesalahan yang perlu diperbaiki. Salah satu diantaranya
adalah kesalahan dalam menggunakan simple past tense untuk mengekspresikan
fakta. Contohnya “Gradually it will disturb our activities and as the ad said that
smoking could kill you”. Mahasiswa mengelaborasi opininya dalam bentuk
72
conditional sentence. Mahasiswa memperkuat opini dengan kalimat-kalimat
pengandaian yang mendeskripsikan akibat-akibat buruk merokok.
Mahasiswa yang berada pada level basic sebagian besar menggunakan
finite verb dalam tulisan, diikuti oleh non finite verb. Dalam mengelaborasi
pendapat mahasiswa menggunakan kombinasi antara present tense dan past tense.
Mahasiswa mencoba membuat kalimat pengandaian tipe kedua, yaitu present
unreal, tetapi menggunakan dependent clause yang masih salah. Contoh “And I
would avoid if there are active smoker near me”.
Pada level below basic penggunaaan verba didominasi oleh nonfinite verb
diikuti oleh finite verb. Kesalahan yang paling banyak ditemukan adalah
kesalahan pada finite verb. Penulis mencoba menerapkan tata bahasa simple
present tense dan simple past tense, tetapi kalimat-kalimat yang dibuat belum
akurat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya percampuran antara kalimat nominal
dan kalimat verbal. Contoh “I am know that smoking is dangerous……….”.
Selain itu, mahasiswa masih cenderung menempatkan bentuk -ing setelah subjek.
Misalnya, “The presence of cigarette making factory jobs are getting
unemployment”. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada level basic
masih banyak perlu diberikan pemahaman tentang tata bahasa terutama present
tense dan simple past tense
Setelah metode ESA diterapkan, kemampuan mahasiswa tertinggi berada
pada level basic. Pada level ini, sebagian besar verba yang digunakan adalah
nonfinite verb, diikuti oleh finite verb. Pada level ini mahasiswa mampu
mengembangkan ide secara lebih baik, tetapi masih perlu memerhatikan
73
pemakaian finite dan infinite verb. Contoh “ Smoking is a very bad habit that
mostly doing by an adult, especially men but nowdays also been doing by young
generations. Kata doing seharusnya diganti dengan bentuk infinite done karena
kalimat tersebut mengekspresikan struktur pasif. Selain bentuk pasif itu,
mahasiswa masih perlu memerhatikan penggunaan tenses. Mahasiswa mampu
membuat kalimat dengan tenses sederhana seperti present tense dan simple past
tense, tetapi masih mengalami kesulitan dalam membuat kalimat present perfect
continous tense. Pada pembuatan kalimat dan klausa, mahasiswa sudah mampu
membuat klausa benar dengan persentase sebesar 82,46%, sedangkan kalimat
benar sebanyak 50%. Pemakaian kohesi gramatikal sebanyak 76,92%. Kohesi
tersebut didominasi oleh konjungsi diikuti oleh referensi, elipsis, dan substitusi.
Melalui penguasaan kohesi gramatikal tersebut, penulis mampu mengurutkan ideide dengan lebih baik.
Kemampuan pada kategori below basic atau level terendah pada kategori
grammar dapat dijelaskan sebagai berikut. Aspek yang paling banyak digunakan
adalah finite verb diikuti oleh nonfinite verb. Mahasiswa masih melakukan banyak
kesalahan pada penggunaan auxiliary. Mahasiswa masih membuat kalimat dengan
konstruksi panjang dengan kesalahan pada kalimat nominal dan verbal. Klausa
dan kalimat yang dihasilkan tidak terlalu bagus karena hanya mampu membuat
klausa benar sebanyak 21,43% dan semua kalimat yang dibuat oleh mahasiswa
salah. Tulisan mahasiswa didominasi oleh simple present tense dengan kesalahan
yang sangat banyak. Analisis tersebut membuktikan bahwa mahasiswa masih
mempunyai pengetahuan tatabahasa yang masih terbatas.
74
4.1.3 Ketepatan Pilihan Kata
Nilai ketepatan kata pada karangan siswa diperoleh dari jumlah
keseluruhan kata pada karangan dikurangi kata salah. Persentase ketepatan
pemilihan kata pada tulisan argumentasi yang dihasilkan oleh mahasiswa STIE
Triatma Mulya level post intermediate, dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4.8 Persentase jumlah kata benar.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama
Dwi
Warsaningsih
Edi Pramana
Ayu Nicky
Suardani
Ayu Wida
Cesartika
Ayu Novi
Lestari
Agus Bujangga
Putu Ferry
Darmawan
Cholisah
Anggayani
Ferry Heriawan
I Made Dwi
Arsada
Anggun Sintya
Dewi
Jumi Arsawan
Althin Bryan
Tahapary
Rata –rata
Persentase
jumlah kata
benar sebelum
ESA
Persentase
jumlah kata
benar
setelah ESA
Persentase
kesalahan
pemakaian
kata sebelum
ESA
Persentase
Kesalahan
pemakaian
kata setelah
ESA
93,18
88,43
6,82
11,90
81,72
95,18
67,22
92,91
18,27
4,82
32,78
7,08
93,52
93,92
6,48
6,08
85,54
91,58
14,46
8,42
78,20
75,00
84,05
87,93
21,79
25,00
15,94
11,90
84,32
96,60
97,16
94,48
88,57
91,54
97,62
94,74
10,67
3,40
2,84
5,52
11,43
8,46
2,38
5,26
92,09
93
9,09
6,11%
91,77
90,16
90,18
89,17
8,22
9,88
9,82
10,82
89,21
89,35
10,79
10,65
75
Kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kata-kata mengalami
peningkatan sebesar 0,14 persen. Nilai ini diperoleh dari selisih rata-rata
pemakaian kata sebelum ESA diterapkan dengan Setelah ESA diterapkan yaitu
89,35-89,21. Setelah metode ESA diterapkan, sebanyak tiga belas mahasiswa
dikategorikan berada pada level advance dan satu orang berada pada level basic.
Sebelum ESA diterapkan sebanyak dua belas orang berada pada level advance
dan dua orang berada pada level proficient.
4.1.4 Mekanik
Mekanik dibagi menjadi dua, yaitu tanda baca dan penggunaan huruf
kapital. Penggunaan punctuation atau tanda baca dapat dideskripsikan sebagai
berikut.
Tabel 4.9 Persentase Pemakaian Tanda Baca
No
1.
Nama
Dwi
Persentase
pemakaian
tanda baca
yang benar
sebelum ESA
Persentase
pemakaian
tanda baca
yang benar
setelah
ESA
Persentase
pemakaian
tanda baca
yang salah
sebelum ESA
Persentase
pemakaian
tanda baca
yang salah
setelah ESA
76,92
75,68
23,08
24,32
Warsaningsih
2.
Edi Pramana
66,89
52,94
33,11
47,06
3.
Ayu Nicky
82,79
79,37
17,21
20,63
92
84,88
8
15,12
71,43
71,67
28,57
28,33
Suardani
4.
Ayu Wida
Cesartika
5.
Ayu Novi
Lestari
76
6.
Agus
57,41
29,63
42,86
70,37
88
95,24
12
4,76
Bujangga
7.
Putu Ferry
Darmawan
8.
Cholisah
66,67
82,93
33,33
17,07
9.
Anggayani
89,29
94,20
10,71
5,80
10.
Ferry
83,33
76,92
16,67
23,08
86,67
54,29
13,33
45,71
92,86
92,59
7,14
7,41
Heriawan
11.
I Made Dwi
Arsada
12.
Anggun
Sintya Dewi
13.
Jumi Arsawan
55,56
90,57
44,44
9,43
14.
Althin Bryan
80,95
77,42
19,05
22,58
71,40
75,60
28,60
24,40
Tahapary
Rata-rata
77
Tabel 4.10 Persentase Pemakaian Huruf Kapital Yang Benar Pada Tulisan
Mahasiswa
No
Nama
1.
Dwi Warsaningsih
2.
Edi Pramana
3.
Ayu Nicky
Persentase
pemakaian
huruf kapital
yang benar
sebelum ESA
85,71
Persentase
pemakaian
huruf kapital
yang benar
setelah ESA
95,24
Persentase
pemakaian
huruf kapital
yang salah
sebelum ESA
14,29
Persentase
pemakaian
kapital yang
salah
setelah ESA
4,76
88,89
71,43
11,11
28,57
88
100
12
0
Suardani
4.
Ayu Wida Cesartika
100
100
0
0
5.
Ayu Novi Lestari
100
89,47
0
10,53
6.
Agus Bujangga
100
87,50
0
12,50
7.
Putu Ferry
91,67
92,59
8,33
7,41
88,89
100
11,11
0
Darmawan
8.
Cholisah
9.
Anggayani
100
97,42
0
2,08
10. Ferry Heriawan
100
75
0
25
11.
100
100
0
0
100
100
0
0
13. Jumi Arsawan
100
97,96
0
2,04
14. Althin Bryan
100
95,65
0
4,35
95,94
93,02
4,76
6,98
I Made Dwi Arsada
12. Anggun Sintya
Dewi
Tahapary
Rata-rata
Kemampuan mekanik siswa didapat dari jumlah persentase ketepatan
tanda baca dijumlahkan dengan jumlah persentase ketepatan huruf kapital,
78
kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dua. Hasil penjumlahan tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11Persentase Rata-Rata Nilai Mekanik Siswa STIE Triatma Mulya.
No
Nama
1.
Dwi Warsaningsih
2.
Edi Pramana
77,89
62,18
3.
Ayu Nicky Suardani
85,40
89,69
4.
Ayu Wida Cesartika
96,00
92,44
5.
Ayu Novi Lestari
85,72
80,57
6.
Agus Bujangga
78,71
89,84
7.
Putu Ferry Darmawan
89,84
93,92
8.
Cholisah
77,78
91,47
9.
Anggayani
94,65
95,81
10.
Ferry Heriawan
91,67
75,95
11.
I Made Dwi Arsada
93,34
77,15
12.
Anggun Sintya Dewi
96,43
96,30
13.
Jumi Arsawan
77,78
94,27
14.
Althin Bryan Tahapary
90,48
86,54
84,99
86,54
Rata-rata
Persentase pemakaian Persentase pemakaian
mechanic
sebelum mechanic setelah ESA
ESA
54,21
85,46
Pada kategori mekanik terjadi peningkatan sebesar 1,55 persen. Sebelum
metode ESA diterapkan, satu orang dikategorikan
basic, empat orang
dikategorikan proficient, dan sembilan orang dikateorikan advance. Setelah
79
metode ESA diterapkan, dua orang dikategorikan proficient dan dua belas orang
dikategorikan advance.
Tabel 4.12 Hasil Menulis Wacana Argumentasi Pada Mahasiswa STIE Triatma Mulya Sebelum Metode ESA
Nama
Grammar
Dwi warsaningsih
30
16
Edi pramana
Introduction
Organization
40
Argument
Conclusion
10
20
Word
choice
Mechanic
15
9
64
Score
5
15
5
15
14
15
2
10
2
13
8
50
Ayu niki suardani
24
6
16
5
14
13
78
Ayu wida cesartika
17
8
15
6
14
13
73
Ayu novi
16
5
15
5
13
13
67
Agus bujangga
15
3
10
2
10
9
50
Ferry darmawan
14
3
11
0
9
13
50
Cholisah
16
3
11
4
13
10
57
Anggayani
21
4
11
2
14
14
66
Ferry heriawan
24
5
15
7
14
14
79
Dwi arsada
20
5
11
3
14
14
67
Anggun sintya dewi
17
5
12
5
14
14
67
Jumi arsawan
16
3b
11
4b
14a
9p
57
Althin bryan tahapary
15
3b
11
3b
14a
14a
60
10
80
Tabel 4.13 Hasil Menulis Wacana Argumentasi Pada Mahasiswa Stie Triatma Mulya Setelah Metode ESA
Nama
Grammar
30
Organization
40
Argument
20
12
Word
choice
15
14
Mechanic
15
Score
Conclusion
10
5
13
65
Dwi warsaningsih
16
Introduction
10
5
Edi pramana
14
2
12
2
7
13
50
Ayu niki suardani
17
9
18
8
14
14
80
Ayu wida cesartika
18
7
18
9
14
14
80
Ayu novi
19
5
15
6
14
13
72
Agus bujangga
15
3
10
2
13
13
56
Ferry darmawan
14
5
14
5
13
14
65
Cholisah
19
5
12
6
13
14
69
Anggayani
17
7
17
7
14
14
76
Ferry heriawan
23
9
18
9
14
9
82
Dwi arsada
20
5
17
6
14
9
71
Anggun sintya dewi
15
8
18
8
14
14
77
Jumi arsawan
16
8
15
8
14
14
75
Althin bryan tahapary
16
5
14
5
13
13
66
81
82
Tabel 4.14 Tabel Hasil Menulis Mahasiswa STIE Triatma Mulya
No
Nama
Nilai sebelum ESA
Nilai setelah ESA
1
Dwi Warsaningsih
64
65
2
Edi Pramana
50
50
3
Ayu Nicky Suardani
78
80
4
Ayu Wida Cesartika
73
80
5
Ayu Novi Lestari
67
72
6
Agus Bujangga
50
56
7
Putu Ferry Darmawan
54
65
8
Cholisah
69
69
9
Anggayani
69
76
10
Ferry Heriawan
79
82
11
I Made Dwi Arsada
64
71
12
Anggun Sintya Dewi
67
77
13
Jumi Arsawan
56
75
14
Althin Bryan Tahapary
59
66
64,21
70,29
Rata-rata
Mean atau rata-rata nilai mahasiswa didapatkan dari menjumlahkan
keseluruhan nilai dibagi jumlah siswa. Nilai rata-rata-mahasiswa sebelum ESA
diterapkan adalah 64,21, sedangkan setelah ESA nilai rata-rata adalah 70,29.
Dengan demikian, kemampuan mahasiswa meningkat sebesar 6.08 %. Modus
83
atau nilai yang paling sering muncul pada nilai mahasiswa sebelum ESA
diterapkan 50 dan 69. Nilai tengah adalah 54+69/2 = 61,50. Sedangkan setelah
esa diterapkan nilai yang paling sering muncul adalah 65 dan 80, sedangkan nilai
tengah adalah 65+69/2= 67.
4. 2 Pemakaian Alat-Alat Kohesi Gramatikal dan Leksikal
4.2.1 Kohesi Gramatikal
Alat-alat kohesi gramatikal yang dianalisis pada penelitian ini berjumlah 13
aspek, yaitu personal reference, demonstrative reference, comparatif reference,
nominal
substitution,
verbal
substitution,
klausal
substitution,
additive
conjunction, adversative conjunction, temporal conjunction, klausal conjunction,
nominal ellipsis,verbal ellipsis, dan klausal ellipsis. Persentase alat-alat kohesi
gramatikal yang digunakan tiap-tiap siswa dihitung dengan cara menjumlahkan
kohesi gramatikal yang digunakan dikalikan 100% dibagi jumlah aspek
keseluruhan. Secara keseluruhan, pemakaian alat-alat kohesi gramatikal sebelum
dan sesudah diterapkannya metode ESA meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan rata-rata kemampuan sebesar 17,15 %. Persentase pemakaian kohesi
gramatikal sebelum dan sesudah ESA diterapkan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
84
Tabel 4.15 Persentase Penggunaan Kohesi Gramatikal.
No
Name
Persentase
Persentase
penggunaan
penggunaan kohesi
kohesi gramatikal gramatikal
sebelum
setelah
metode metode esa
esa
1
Dwi Warsaningsih
30,76%
46,15%
2
Edi Pramana
23,07%
38,46%
3
Ayu Nicky Suardani
60,15%
53,84%
4
Ayu Wida Cesartika
46,15%
69,23%
5
Ayu Novi Lestari
30,76%
53,84%
6
Agus Bujangga
7,6%
38,46%
7
Putu Ferry Darmawan
23,07%
30,76%
8
Cholisah
38,46%
61,53%
9
Anggayani
53,8%
61,53%
10
Ferry Heriawan
30,76%
76,92%
11
I Made Dwi Arsada
23,07%
53,08%
12
Anggun Sintya Dewi
38,46%
46,15%
13
Jumi Arsawan
30,7
38,46
14
Althin Bryan Tahapary
23,07
53,84
32,42 %
49,57 %
Rata-rata
Alat-alat kohesi gramatikal yang digunakan dalam tulisan argumentasi mahasiswa
STIE Triatma Mulya dapat dideskripsikan sebagai berikut.
85
Perujuk/Reference
Jenis-jenis perujuk yang digunakan oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya
level post intermediate dapat dijabarkan sebagai berikut. Dari 14 mahasiswa
semua mampu menggunakan possessive adjective, seperti my, our, your, their,
my, his. Dua orang melakukan kesalahan pada penggunaan possessive adjective.
Delapan orang atau 57% menggunakan object pronoun seperti me, you, it, us,
them, sedangkan empat orang atau 28 % menggunakan subject pronoun seperti
we, they, you. Pada penggunaan pronoun tipe ini, dua orang melakukan kesalahan
penggunaan subjek pronoun. Mahasiswa menempatkan objek pronoun di tempat
subjek pronoun. Kesalahan lainnya, yaitu mahasiswa menggunakan subjek
pronoun yang salah sehingga kalimat tersebut tidak berhubungan dengan kalimat
sebelumnya. Tiga orang atau 21% siswa menggunakan demonstrative reference,
yakni that dan this. Sebanyak lima mahasiswa atau 30 % mahasiswa
menggunakan comparative reference, seperti others, another, dan higher.
Contoh penggunaan possessive adjective pada tulisan argumentasi mahasiswa
dapat dilihat pada contoh berikut.
a. We can inform to our friend about smoking is very dangerous for our
health and help how to stop smoking (data 17)
b. The week you stop smoking, will be the best of your life (data 29)
c.
By smoke, the businessman, somebody or more people can get good
ideas for their business and carrier (data 14)
d. As an example, my friend is very much addicted to smoking, I guess
every single minute in his life he always smoking. (data 23)
86
Pada kalimat (a), (b), dan (c) jenis penunjukan yang dilakukan adalah
penunjukan anafora. Anafora adalah satu jenis penunjukan yang merujuk ke kiri.
Possessive adjective our merujuk kepada kepemilikan orang kedua jamak we.
Demikian juga pada pada kata your yang merujuk pada kepemilikan orang kedua
tunggal you. Hal yang sama juga terjadi pada penunjukan my friend dengan kata
his. Pada penunjukan ini kepemilikan dalam bentuk kata sifat his merujuk pada
kata my friend, dalam hal ini menyatakan milik laki-laki.
Object pronoun atau kata ganti objek
Objek pada bahasa Inggris adalah him, her, it, me, you, them ,dan us.
Him
merupakan penunjukan objek laki-laki dari subjek he, sedangkan her untuk
menyatakan objek dari perempuan she. It adalah perunjuk yang mengacu pada
subjek berupa benda atau binatang. Me merupakan objek pronoun merujuk pada
subjek I, you untuk subjek you, them pada they dan us pada we.
Contoh
penggunaan perujuk objek pada tulisan mahasiswa dapat dilihat pada contoh
berikut ini.
a. As an example, my friend is very much addicted of smoking I guess ever
single minutes in his life he always smoking and because of it he needs
more budget to buy cigarettes and of course it costs more rather than us
who not smoking.( data 23)
b. Firstly, smoking can lead to addiction , because if I just started smoking, I
can do that for more and more again, if I look for my friend and my
social environment almost all from them is a smoker. (data 24)
87
c. I had try smoke when I got a stress but it just in time, I’m not happy
cause it makes me nervous and wants to more smoke.( data 29)
Pada contoh a, objek it merujuk pada kata benda smoking meskipun struktur
kalimat yang dibuat salah. Struktur yang benar seharusnya memakai kata kerja
smokes karena kalimat tersebut mengekspresikan kegiatan rutin yang ditandai
dengan adanya adverb always.
Pada contoh b kata them membuat kalimat
tersebut kohesif karena sesuai dengan subjek jamak my friend dan social
environment. Pada contoh c, objek me juga membuat kalimat tersebut kohesif
secara gramatikal karena merujuk pada subjek I.
Subject pronoun
Subjek dalam bahasa Inggris seperti yang sudah disebutkan sebelumnya
yaitu he, she, it, you, they, dan we. Penggunaan objek pronoun dapat dilihat pada
contoh berikut ini.
a. They also doing social act by provide scholarship, in terms of
environment, PT Djarum has regularly doing reforestation such as tree
planting. (data 23)
b. I agree if smoking should be forbidden cause we can saving our money
if there is no cigarette sale (data 14)
c. He also has a lot of cigarette’s boxes collection in his room such as
Sampoerna, Dunhill, Marlboro and also alcoholic bottle. (data 23)
d. Secondly, when you are smoking. It means you are the one of air
pollutant. (data 26)
88
Pada keempat contoh di atas penulis menempatkan subjek pronoun secara
tepat karena subjek he, you, they, dan I adalah orang yang melakukan kegiatan
atau aksi dalam situasi tersebut.
Demonstrative reference
Demonstrative reference merupakan penunjukan yang mengacu pada skala
jarak, seperti this, these, that, those, them, there dan the. Contoh penggunaan
demonstrative reference pada tulisan mahasiswa dapat dilihat berikut ini.
a.
Chemicals contained in cigarette is very dangerous and can also
damage the environment cause usually smoker smoking at environment
and that can disturb the people around him (data 18)
b. Even many teens who are in school are also smoking, so they buy
cigarette use money from the parents, this can damage the young
generation as the generation as both healthy generation (data 18)
Pada kalimat a kata that berfungsi menunjukkan suatu peristiwa sebelumnya
yang menyebabkan suatu konsekuensi pada kalimat selanjutnya can disturb the
people around him. Pada kalimat b kata this mengacu pada pernyataan
sebelumnya, yakni “many teens who are in school are also smoking, so they buy
cigarette use money from the parents yang menyebabkan suatu hasil, yaitu “can
damage the young generation as the generation as both healthy generation”.
Comparative reference
Perujuk ini membandingkan sesuatu yang satu dengan yang lainnya dengan
menggunakan degree of comparison atau bentuk perbandingan lainnya. Contoh
a. Smoking cause lot of harm to smoker or others. (data 21 )
89
b. Smoking can damage our body for example lung, brain heart and
dental problems. Another problem is that you can get addicted easily
by nicotine. (data 28)
c. Smokers also have a significantly higher risk of developing mouth
cancer, lungth cancer, and disorder of pregnancy. (data 29)
Pada kalimat a penulis membuat suatu perbandingan bahaya merokok, baik
pada diri perokok maupun pada orang lain. Demikian juga dengan contoh b, kata
another menunjukkan suatu perbandingan masalah yang ditimbulkan oleh rokok.
Permasalahan yang dibandingkan, yaitu antara dampak rokok menyebabkan
kerusakan pada tubuh dan kecanduan nikotin. Pada kalimat c, penulis
membandingkan risiko perokok dengan orang yang tidak merokok dengan frasa
higher risk. Hal ini menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko yang lebih
tinggi mengalami kanker mulut, paru-paru, dan gangguan kehamilan.
Konjungsi
Konjungsi yang dipakai dalam karangan mahasiswa di STIE Triatma Mulya
dapat dijabarkan seperti berikut. Sembilan siswa atau 64% persen siswa
menggunakan additive conjunction, seperti also, besides, not only but also, for
example ,in addition, moreover, such as, in tandem with, take the example,
furthermore, for instance, last but not least. Sembilan mahasiswa atau 64 persen
menggunakan adversative conjunction, seperti however, on the other hand,
conversely, yet, although, dan even though. Sebanyak empat belas 14 orang atau
100% menggunakan konjungsi temporal, seperti the first reason, firstly, the
second, in conclusion, the third one, third, the last one, secondly. Konjungsi
90
terakhir, yaitu konjungsi kausal. Tiga orang siswa atau 21%. menggunakan
konjungsi kausal antara lain therefore, so, dan because. Contoh penggunaan
konjungsi yang digunakan oleh mahasiswa adalah sebagai berikut.
Konjungsi aditif
Konjungsi aditif berfungsi untuk menambahkan informasi yang ada dalam
sebuah teks. Kata penghubung yang biasa digunakan untuk menggekspresikan
hubungan penambahan yaitu and, moreover, also, too, besides that, for example
dan sebagainya. Contoh penggunaan konjungsi adeversatif dapat dilihat dibawah
ini.
a. Cigarette butts also need a very long time to dissolve, and while it
hasn’t yet. It will cause litter problem. Moreover carelessly discarded
cigarettes butts are also responsible for causing fire (data 17)
b. In conclusion, smoking is factor number one to risk our health such as
cancer, air pollution impotence. Besides that, if you smoking your face
will be pale, you don’t have girlfriend because woman don’t like have
boyfriend to has health cancer. (data 20)
c. Secondly, smoking is very risk for our health. In addition, cigarette is
very harmful for our environment because cigarette smoke is also risk
for human health (data 30)
d.
I disagree because smoking can cause my risk health, so if I
smoking every time, this can make my body desease, for example my body
affected by cancer and other desease.
91
Pada kalimat a hubungan penambahan dilakukan dengan menggunakan
konjungsi moreover. Konjungsi ini menambahkan poin sebelumnya, yaitu
litter problem. Dengan kata moreover, penulis menambahkan informasi
bahwa selain dapat menyebabkan banyaknya sampah, merokok juga
menyebabkan kebakaran karena puntung rokok yang masih menyala dibuang
sembarangan. Sama halnya dengan contoh b, c, dan d. Ketiga contoh tersebut
menggunakan konjungsi besides that, in addition, dan for example untuk
menyatakan hubungan penambahan.
Konjungsi adversatif
Konjungsi adversatif adalah konjungsi yang menunjukkan hubungan
perlawanan. Hubungan perlawanan ditandai dengan penggunaan konjungsi,
seperti on the other hand, however, although dan even though, yet, dan
sebagainya. Penggunaan konjungsi tersebut dapat dilihat pada contoh di
bawah ini. .
a. The worst is some recent studies have found cigarette butts in the
stomach of young birds, sea turtles and other marine creatures, on the
other hand, for the smoker smoking is very beneficial for relieve
stress.( data 17)
b. However, some people believe that never to sop for active smoker
because they are addictive and smoking make people more high level
comparison with passive smoker. (data 15)
c.
Although cigarette package always have ‘smoking can kill you” but
that instruction not decreasing totally smoker. (data 15)
92
Pada contoh a penulis membuat suatu kontradiksi yaitu banyak puntung
rokok ditemukan pada tubuh hewan laut, tetapi disisi lain merokok adalah salah
satu kegiatan yang dapat digunakan untuk menghilangkan stres. Demikian juga
pada kalimat b dan c. Pernyataan kontra ditekankan dengan kata hubung however
dan although.
Konjungsi temporal
Konjungsi temporal adalah konjungsi yang menyatakan hubungan kalimat
dalam urutan waktu. Relasi ini ditunjukkan oleh kata hubung first, second, third,
then, next, after that, next day, at this point. Penggunaan konjungsi tersebut dapat
dilihat pada contoh berikut ini.
a. The first reason is because smoking can cause addiction (data 23)
b. Secondly, smoking can cause the damage environment ( lampiran 15)
c. Third, smoking can cause you don’t have money (data 25)
d. In conclusion, that was some reason why smoking is dangerous and
should be forbidden. (data 26)
Pada contoh di atas dapat dilihat adanya urutan informasi
dengan
menggunakan konjungsi. konjungsi the first digunakan untuk menerangkan
informasi pertama, secondly untuk menunjukan informasi kedua, third untuk
informasi ketiga dan in conclusion untuk menyatakan simpulan dari informasiinformasi yang disebutkan sebelumnya.
93
Konjungsi kausal
Konjungsi kausal mengekspresikan hasil, alasan, dan tujuan. Konjungsi ini
ditandai dengan tanda hubung so, because, therefore, as a result, dan sebagainya.
Berikut ini adalah contoh pemakaian konjungsi kausal.
a. However, in Indonesia many cigarette’s company provide scholarships to
outstanding, students and the cigarette’s company pays high taxes to the
government so, cigarette company gives contributing to the development in
Indonesia. (data 18)
b. In conclusion, smoking it to be dangerous to the health of smokers so that
it is also dangerous to smokers in passive smoker and smoking also causes
the environment to be dirty and pollution. Therefore, smoking should be
stopped now and the government should be minimize cigarette company.
(data 15)
Pada kalimat a dan b penulis menggunakan kata so dan therefore untuk
menjelaskan akibat dan alasan. Pada pernyataan a penulis membuat pernyataan
bahwa pabrik rokok memberikan beasiswa dan membayar pajak kepada
pemerintah sehingga pabrik rokok memberikan kontribusi pada perkembangan
Indonesia. Pada kalimat no b penulis membuat suatu pernyataan tentang bahaya
merokok pada perokok pasif dan lingkungan sehingga merokok harus dihentikan
dan pabrik rokok harus diminimalisasi.
94
Substitusi
Jenis kohesi gramatikal yang paling sedikit ditemukan adalah substitusi.
Satu orang mahasiswa STIE Triatma Mulya menggunakan substitusi nomina
“one” dalam karangan yang ditulis. Hal ini juga terjadi dalam penulisan substitusi
klausa, yaitu hanya satu orang siswa menggunakan substitusi klausa dengan kata
so. Berikut ini adalah contoh pemakaian substitusi nomina dan substitusi klausa.
a. “The last one, the other side smoking also have benefit for few society,
they could have hob there”. (data 27)
Kata one menggantikan kata benda reason. Pada awalnya penulis
menjabarkan beberapa alasan mengapa rokok itu seharusnya dilarang dan penulis
mengganti alasan selanjutnya dengan kata reason.
b. Last but not least, smoking also take part of reducing our brain
performance, and the young generation should be aware of this point as
they think that smoking is a life style, part of fashion and so on, besides
that many people feel the smoke itself is very annoying and I think so.
Pada substitusi ini, kata so menggantikan klausa the smoke itself is very
annoying.
Elipsis
Pada karangan yang dibuat oleh mahasiswa, sembilan orang atau 14 % siswa
menggunakan nominal elipsis. Delapan orang atau 57 % siswa menggunakan
elipsis klausa, dan dua orang menggunakan elipsis verba. Contoh penggunaan
elipsis dapat dilihat dibawah ini.
Ellipsis nomina
a. Smoking is a very bad habit that mostly doing by an adult, especially
men but nowdays also been doing by young generations. (data 23 )
95
b. Smoking can damage our body for example lung, brain, heart and
dental problem (data 28)
c. I didn’t like and never try to smoke. (data 19)
Pada kalimat a, nomina yang digantikan adalah kata smoking. Kalimat
yang lengkap adalah Smoking is a very bad habit that mostly doing by an
adult, especially men but nowdays it also been doing by young generations..
Pada kalimat b aspek yang diellipsis adalah possessive adjective our.
Smoking can damage our body for example lung, brain, heart and dental
problem. Kalimat yang lengkap adalah Smoking can damage our body for
example our lung, our brain, our heart and dental problem. Pada kalimat c
unsur yang dielipsis adalah nomina I. Kalimat yang benar adalah I didn’t like
and I never try to smoke.
Elipsis klausa
a. They are smoking in the free time, after eat, or only to be
accompanied for drinking coffee or tea (data 26)
b. It make the smoker look poor and older than their old. (lampiran 26)
c. That’s why I agree smoking should be forbidden because it can be
risk our health and life. (data 14)
d. There will be good weather without smoke, healthy heart nice tooth
and gum, good breath and look fresh if balance with train or work
out everyday. (data 14)
Pada kalimat a, klausa yang dielipsis adalah “they are smoking” sehingga
kalimat yang lengkap menjadi they are smoking in the free time, they are
96
smoking after eating or they are smoking only to be accompanied for drinking
coffee or tea. Pada kalimat b klausa yang dielipsis adalah it make the smoker.
Kalimat yang lengkap menjadi it make the smoker look poor and it make the
smoker older than their old. Pada kalimat c, klausa yang dielipsis adalah it
can risk. Kalimat yang lengkap adalah
That’s why I agree smoking should
be forbidden because it can risk our health and it can risk our life.
4.2.2 Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal yang dianalisis pada penelitian ini adalah repetisi,
sinonim, antonim, hiponim, dan meronimi. Persentase pemakaian kohesi leksikal
pada tulisan argumentasi mahasiswa dapat dijabarkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.16 Persentase Penggunaan Kohesi Leksikal
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama
Dwi Warsaningsih
Edi Pramana
Ayu Nicky Suardani
Ayu Wida Cesartika
Ayu Novi Lestari
Agus Bujangga
Putu Ferry Darmawan
Cholisah
Anggayani
Ferry Heriawan
I Made Dwi Arsada
Anggun Sintya Dewi
Jumi Arsawan
Althin Bryan Tahapary
Rata -rata
Persentase
pemakaian Persentase
kohesi leksikal sebelum pemakaian
ESA (%)
leksikal
ESA (%)
40
20
40
40
40
20
40
20
40
20
20
20
40
20
30%
kohesi
setelah
40
20
80
60
40
20
60
80
40
60
60
80
60
60
54,29%
97
Pemakaian kohesi leksikal pada tulisan argumentasi mahasiswa STIE Triatma
Mulya dapat dijabarkan sebagai berikut. Nilai rata-rata menunjukan adanya
peningkatan pada pemakaian kohesi leksikal sebesar 24, 29%. Hal ini ditunjukan
dari selisih pemakaian kohesi leksikal setelah metode ESA sebesar 54,29%
dengan nilai rata-rata sebelum ESA yaitu sebesar 30%.
Kohesi leksikal yang paling banyak digunakan mahasiswa sebelum metode
ESA diterapkan adalah repetisi, kemudian diikuti oleh hiponim, dan yang paling
sedikit digunakan adalah antonim. Meronimi dan sinonim tidak digunakan oleh
mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Setelah ESA diterapkan,
kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kohesi leksikal meningkat dengan
digunakannya sinonim dan meronimi. Kohesi leksikal yang paling banyak
digunakan adalah repetisi, kemudian diikuti oleh hiponim, antonim, dan yang
paling sedikit digunakan adalah meronimi. Contoh penggunaaan kohesi leksikal
dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Repetisi
- Secondly, smoking is very risk for our health. In addition, cigarette is very
harmful for our environment because cigarette smoke is also risk for human
health. When we inhale smoke then you will leave this world forever. (data 17)
- Firstly, smoking cause human health problems. For example smoking cause
cancer, disorders of pregnancy, lungs and also impotence. Smoking is dangerous
not only for active smoker but also passive smoker. I have experience, for a
moment have to people smoking beside me, I think is very annoyed because if we
inhale cigarette smoke then you will probably effected by asthma. (data 15)
Pada kalimat pertama, mahasiswa menekankan kata cigarette untuk
menekankan bahwa rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut juga
dapat dilihat pada kalimat kedua, penulis beberapa kali mengulangi kata smoking
untuk menekankan bahwa merokok adalah kegiatan yang sangat merugikan
karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
98
Hiponim
-
Firstly, smoking can cause health cancer, if you health cancer, you can in the
hospital, after in the hospital, you can issu a lot of money to buy drugs cancer.
Besides to buy drugs cancer, you also pay doctor. You pace will be pale. You
can not go shoping such as : go to market, and restaurant. You can not eating
favorite food such as : fried rice, hot dog, fried chicken, and pizza. You
are family can the sad. You do not have girl friend because a women do not
like have boy friend to has health cancer. The finally your deat. If you will not
deat, you mush stop it. (data 20)
-
Secondly, smoking can cause air pollution, if occur air pollution, you can not
breathe. If you can not breathe, you mush treatmen in the hospital. You can
issu a lot of money to buy drugs breathe. You can not do activities that you
like such as : playing foot ball, badminton, swimming, and basket ball.
-
Pada kalimat pertama, mahasiswa mampu menggunakan hiponim dari kata
food, antara lain fried rice, hot dog, fried chicken, and pizza. Demikian juga
halnya dengan paragraf kedua. Mahasiswa mampu membuat hiponim dari kata
activities, antara lain playing foot ball, badminton, swimming, and basket ball.
Sinonim
-
Firstly, smoking is very dangerous for our health. For instance 90% cancer,
heart attack and risk for baby that cause by cigarette. Even in every cigarette
pack warnings that smoking is very harmful for our health, but a lot of people
ignore it. So aside from, advertisement or in cigarette pack warnings that
99
smoking is very risk. We can inform to our friends about smoking is very
dangerous for our health, and help how to stop smoking. (data 17)
-
Smoking is life style that effect human health. People who smoker for a long
time will have a quiker chance to suffer from diseases. Increased smoking
country developing countries including Indonesian is a very serious problem,
but some people believe that because of the factory a lot of children can get
scholarship services and parents can earn money for their children as well. I
disagree about smoking is a life style because smoking can kill humans up to
five million each year in the world, and will cause negative things, such as
(data 15)
Pada kalimat pertama dan kedua, kita bisa melihat mahasiswa mampu
membuat variasi kata dengan sinonim. Kata dangerous bersinonim dengan
kata harmful, sedangkan kata increase bersinonim dengan kata develop.
Antonim
-
However, some people believe that, smoking never to stop for active smoker
because they are addictive and smoking make people higher lever comparison
with passive smoker. Although, cigarette package always have “smoking can
be kill you” but, that instruction not decreasing totally smoker.
-
However, smoking not only cause negatife things but also has positive things
such as it give in come for the goverment by the tax and i saw lot of my friend
do smoking because it can eliminate our stress but those things will not
change my mind about smoking, I still disagree about it because smoking can
100
cause cancer, smoking can cause impotent and smoking can cause poluttion
for the air.
Pada kedua contoh paragraf diatas, dapat dilihat mahasiswa mampu
membuat antonim yaitu kata aktif dan pasif. Hal ini menekankan bahaya
perokok pasif dengan perokok aktif. Selain itu, dapat dilihat bahwa mahasiswa
mampu membuat sudut pandang antara pengaruh positif dan pengaruh negatif
dari merokok.
Meronimi
The conclusion is I don’t want to be a smoker I realy disagree with here
smoking, the first reason is, I don’t want to be addicted, if I try to once, than I will
want it more and more, and it will make me get worse, the last reason or secondly
why I disagree with smoking is because smoking can cause my breath odor and if
I addicted my tooth and my lips will turn to dark. For me smoking is not good, so
I better don’t have it and I will never want it or try it.
Kata tooth dan lips adalah meronimi dari kata mouth. Penulis
menekankan lips dan tooth untuk menekankan bahaya merokok bagi kedua bagian
mulut tersebut.
4.3 Faktor-Faktor yang Menghambat Mahasiswa dalam Menulis Wacana
Argumentasi
Dari hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa jenis-jenis kendala
yang dihadapi mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi adalah menulis pro
dan kontra, mengaplikasikan tenses yang digunakan, kurangnya kosakata yang
101
diketahui, memilih kata yang sesuai pada kalimat dalam tulisan tersebut dan
mencari ide-ide baru untuk mengembangkan karangan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Harmer bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
kemampuan menulis adalah jenis tulisan, tata bahasa dan pilihan kata yang
digunakan. Jenis tulisan, tata bahasa dan pilihan kata yang ditulis oleh mahasiswa
STIE Triatma Mulya dipaparkan sebagai berikut.
4.3.1 Jenis tulisan
Wacana argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma Mulya
sudah sesuai dengan struktur wacana argumentasi yang biasa diujikan pada ujian
IELTS, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan. Format tulisan dalam penelitian ini
diacu dari IELTS to success oleh Bemmel dan Tucker. Mereka membagi tulisan
argumentasi menjadi beberapa bagian, yaitu introduction, body paragraf, dan
conclusion. Introduction terdiri atas pernyataan umum dan thesis statement. Body
paragraf adalah penjelasan dari thesis statement yang dibagi lagi menjadi
beberapa body paragraf satu, dua, atau tiga. Satu contrasting point atau poin yang
berlawanan dengan poin sebelumnya juga ditulis dalam paragraf selanjutnya.
Bagian yang terakhir adalah simpulan. Simpulan terdiri atas ringkasan pernyataan
sebelumnya, pernyataan kembali dari thesis statement dan rekomendasi atau
prediksi.
Karangan argumentasi yang dibuat oleh mahasiswa STIE Triatma
Mulya dapat dijabarkan sebagai berikut.
Sebelum metode ESA, mahasiswa masih membuat pendahuluan dengan
menyebutkan langsung pendapat mereka. Misalnya “I agree that……”. .Setelah
metode ESA diterapkan, sebagian besar mahasiswa sudah mampu membuat
102
pendahuluan yang lebih baik, yaitu pendahuluan yang berisikan pernyataaan
umum ke khusus, thesis statement, dan beberapa mahasiswa sudah mencoba
membuat outline karangan walaupun dengan kalimat yang tidak gramatikal.
Dalam menjelaskan argumen, beberapa mahasiswa masih mengalami kendala
menyusun ide, sehingga ide tersebut sulit dipahami dan pembaca sulit
menginterpretasikan maksud yang hendak disampaikan penulis. Demikian juga
halnya dengan simpulan. Mereka mencoba membuat fokus dari topik tersebut
walaupun dengan kata dan tata bahasa yang masih tidak gramatikal.
4.3.2 Tata Bahasa
Pada karangan argumentasi yang dihasilkan oleh mahasiswa banyak
ditemukan banyak kesalahan tata bahasa. Kesalahan-kesalahan tata bahasa yang
ditemukan pada karangan mahasiswa pada saat menulis wacana argumentasi
adalah sebagai berikut.
Agreement atau concord
Agreement adalah kesesuaian antara subjek kalimat dan kata kerja kalimat
tersebut. Ketidaksesuaian antara subjek dan predikat dapat dilihat pada contoh
berikut ini.
a. Secondly smoking can cause the damage environment, because smoking
cause pollution, there is to many cigarettes butts and also make the
environment become dirty. (data 15)
b. They think they can thinking mostly good and flying with their mind and
also somebody have been told me that by smoke he can’t nervous when he
talks with the other people. (data 14)
103
Pada kalimat pertama kata smoking tidak sesuai dengan verba cause
karena dalam bahasa Inggris subjek tunggal smoking harus diikuti oleh verba
causes. Hal ini sesuai dengan aturan tata bahasa dalam simple present tense yaitu
subject orang ketiga tunggal dan benda harus diikuti oleh akhiran -s atau –es. Pada
kalimat kedua, kata can seharusnya diikuti oleh kata kerja bentuk pertama. Bentuk
yang tepat kalimat tersebut, yaitu “ They think they can think mostly good and fly
with their mind.
Penggunaan tobe
Tobe adalah kata kerja bantu dalam bahasa Inggris. Kata kerja bantu pada
simple present tense adalah is, am, dan are; pada simple past tense adalah
was,were pada future tense adalah will be dan pada present perfect tense adalah
have been atau has been. Berikut ini adalah contoh kalimat yang seharusnya diisi
tobe.
-
Smoking not good for the people no smoking (data 22)
-
Cigarettes no good for the body and no good for the heart. (data 22)
Kata smoking di atas seharusnya diikuti oleh kata kerja bantu is karena
yang mengikuti adalah kata sifat good. Kalimat yang benar menjadi “ Smoking is
not good for the people who are not smoking”. “Cigarettes is not good for the
body and not good for the heart”.
Gerund dan to infinitive
Infinitif adalah kata kerja bentuk dasar atau kata kerja bentuk pertama. Di
dalam kalimat, infinitif bisa dipakai dalam bentuk infinitif yang didahului to (to
infinitive) seperti to write, speak, to do. Selain itu, juga terdapat infinitif tanpa to
104
seperti speak, sleep, invite. Gerund adalah kata kerja yang digunakan atau
berfungsi sebagai kata benda. Dalam kalimat, gerund berwujud kata kerja bentuk
ing.
a. By smoke the businessman, somebody or more people can get good
ideas for their business and carrier. (data 14)
b. Thinks good for our better life in future is like get away from cigarette
and support environment to make difference place for smoke. (data 14)
c. They are smoking in the free time, after eat or only to be an
accompaniment for drinking coffee or tea (data 26)
d. That is happened because the smoker need cost more for buying
cigarette everyday. (data 26)
Pada kalimat a dan c preposisi by dan after seharusnya diikuti oleh verbing sehingga kalimat yang benar adalah by smoking the businessman,
somebody or more people can get good ideas for their business and carrier.
Pada kalimat “that is happened because the smoker need cost more for
buying cigarette every day” kata need membutuhkan to infinitive apabila di
depan kata tersebut ada kata kerja. Oleh karena itu, kalimat yang benar
menjadi “ that is happened because the smoker need to cost more for buying
cigarette every day”.
Negative Construction
Konstruksi kalimat negatif pada bahasa Inggris dibentuk dengan
menggunakan kata kerja bantu do dan does pada simple present tense, did
105
pada simple past tense, dan won’t atau will not pada future tense. Contoh
kesalahan pembentukan kalimat negatif dapat dilihat berikut ini.
a. You already sick that way you will not be able to work and you will no
have money and they can not able to support your family (data 25)
b. Third, usually the smokers spend more money than another people who
doesn’t smoking. (data 26)
c. And I guarantee if you not quit smoking now, you will regret it your whole
life. (data 23)
Pada kalimat (a) bentuk negative future yang tepat adalah won’t
sehingga kalimat yang benar adalah “You already sick that way you won’t be
able to work and you will not have money and they can not able to support
your family Pada kalimat b bentuk negatif dari simple present tense yang
digunakan kurang tepat karena doesn’t harus diikuti oleh kata kerja bentuk
pertama, yaitu smoke. Pada kalimat no c mahasiswa masih kebingungan
menentukan kata kerja bantu untuk membentuk kalimat negatif. Pada kalimat
pengandaian bentuk pertama bentuk if adalah simple present tense sehingga
bentuk negatif yang benar adalah “I guarantee if you don’t quit smoking now,
you will regret it your whole life.
Preposition
Preposisi adalah kata-kata yang digunakan bersama kata benda atau
kata ganti, yang letaknya berada di depan kata benda atau kata ganti tersebut.
Preposisi berfungsi menunjukkan hubungan antara kata-kata tersebut dan
bagian lain dari kalimat. Preposisi yang sering dipakai dalam kalimat antara
106
lain, at, on, in, into, for, from, of, off, out of, over, by, with dan lain
sebagainya. Kesalahan penggunaan preposisi pada karangan siswa dapat
dilihat pada contoh berikut.
a. Sometime smoking cause the smokers have no money for carrying
theirself. (data 26)
b. Even a lots of people think smoking can relieve stress, but lots of thing
we can do for relieve stress for example you can hang out with your
friend or listen music. (data 17)
Pada kalimat a, kesalahan penggunaan preposisi ditemukan pada kata
for. Kalimat yang benar adalah sometimes smoking can cause the smokers
have no money to take care of themselves. For berfungsi untuk menyatakan
bahwa sesuatu itu dimaksudkan untuk diberikan kepada orang tertentu,
mempunyai tujuan, karena, menyatakan waktu atau jarak, membandingkan,
dan lain sebagainya. Preposisi to berfungsi untuk menunjukan tujuan,
menunjukkan siapa yang menerima sesuatu dan siapa yang mengalaminya,
waktu dan sebagainya.
Noun pronoun agreement
Noun pronoun agreement adalah kesesuaian antara subject dengan
object atau possessive adjective atau dengan reflexive pronoun. Kesalahan
penggunaaan pronoun dapat dilihat pada contoh berikut.
a. Sometime smoking cause the smoker have no money for caring their
self . (data 26)
107
b. Firstly smoking can cause the smokers have problem with them health
(data 26)
c. If you already sick, that way you will not be able to work and you will
not be able to work and you will not have money and they can not able
to support your family.( data 25)
Pada kalimat a terjadi kesalahan pada penggunaan reflexive pronoun
theirself. Kalimat yang benar seharusnya “Sometime smoking cause the
smokers have no money for caring themselves. Pada kalimat no b ada
kesalahan penggunaan possessive adjective atau penggunaaan kepemilikan
dalam bentuk kata sifat. Kalimat yang benar seharusnya “Firstly smoking
can cause the smokers have problem with their health”. Pada kalimat no c
terjadi kesalahan penggunaan subjek pronoun.
Penulis mengawali kalimat dengan subjek you, tetapi menggunakan
subjek they pada kalimat selanjutnya sehingga tidak ada keterkaitan antara
subjek pertama dengan subjek selanjutnya. Makna kalimat tersebut tidak
terkait satu sama lain. Kalimat yang tepat adalah “ If you already sick, that
way you will not be able to work and you will not be able to work and you
will not have money and you can not able to support your family.
Noun
Kesalahan pemakaian kata benda juga banyak ditemukan pada tulisan
argumentasi mahasiswa. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilihat pada
contoh berikut ini.
108
a. The most importance, smoking can show the identity of the smokers by
the type of cigarette that smokers usually buy (data 26)
b. The first reason is because smoking can cause addiction, some people
can smoke for about one box or even two box of cigarette everyday.
(data 23)
Pada kalimat a kesalahan terjadi pada bentuk kata benda abstrak yaitu
pada kata importance. Pada kalimat tersebut the most seharusnya diiukuti
oleh adjective important. Pada degree of comparison yang dibandingkan
adalah adjective sehingga kalimat yang benar adalah the most important.
Verb
Kesalahan-kesalahan yang paling banyak ditemukan pada tulisan
mahasiswa adalah kesalahan penggunaan verba. Sering kali siswa mencampur
penggunaan kata kerja dan kata kerja bantu atau tobe, penggunaan kata kerja
bentuk pertama dan kedua. Contoh kesalahan tersebut dapat dilihat di bawah
ini.
a. First of this time, the country have a lot of problem between out of
money but the existence of factory the environment will be pollutant the
air. (data 16)
b. People who smoker for a long time will have a quicker chance to suffer
from diseases. (data 15)
c. I had try smoke when I got a stress but it just in time. (lampiran 14)
d. That’s why I agree smoking should be forbidden because it can be risk
our health and life (data 14)
109
Pada kalimat no a ada kesalahan penulisan kata kerja will be. Kata
kerja yang tepat seharusnya will pollute the air. Kalimat yang benar adalah
“First of this time, the country have a lot of problem between out of money
but the existence of factory the environment will pollute the air”. Pada
kalimat no b ada kesalahan pengggunaan verba smoke. Pada kalimat “people
who smoker, people who menjadi subjek kalimat maka dari itu membutuhkan
verba smoke sehingga kalimat yang benar menjadi “People who smoke for a
long time will have a quicker chance to suffer from diseases”. Pada kalimat
no c, tense yang digunakan adalah past perfect tense, tetapi, verba yang
digunakan
adalah
kata
kerja
bentuk
pertama.
Past
perfect
tense
menggambarkan kejadian pada masa lampau, saat suatu kejadian terjadi
terlebih dahulu daripada kejadian yang lain. Contoh I had slept when you
came. Pada kalimat no d penulis menggunakan kata kerja bantu dengan kata
kerja utama. Kalimat yang benar seharusnya That’s why I agree smoking
should be forbidden because it can risk our health and life.
Passive voice
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya bukan pelaku perbuatan.
Dalam kalimat pasif, subjek kalimat adalah penerima tindakan. Kesalahankesalahan penulisan kalimat pasif dapat dilihat pada kalimat berikut ini.
a. It selling in Indonesia, passive smokers is someone who inhale smoke
from others. (data 21)
b. That’s all the reason and the negative things cause by smoking suck as
cause addiction …. (data 23)
110
Pada kalimat (a) struktur yang benar adalah “It is sold in Indonesia,
passive smokers are someone who inhale smoke from others. Pada kalimat
(b) kata kerja yang dipakai pada struktur pasif adalah kata kerja bentuk ke
tiga. Kalimat
yang benar adalah “that’s all the reason and the negative
things caused by smoking such as cause addiction”.
4.3.3 Pilihan kata
Kesalahan-kesalahan pemilihan kata dalam karangan mahasiswa STIE
Triatma Mulya adalah pada urutan kata dan kelas kata. Contoh kesalahankesalahan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. The cancer also make you be unreliable man because you will death
slowly. (data 26)
b. If there is no smokers, it will be better for the country because a lot of
people in the country is healt (data 26)
c. People who smoker for a long time will have a quicker chance to suffer
from diseases. (data 15)
d. However some people believe that smoking never to stop for active
smoker because they are addictive and smoking make people more high
level comparison passive smoker. (data 15)
e. Smoking package always have “ smoking can be kill you” but that
instruction not decreasing totally smoker. (data 15)
f. So I agree if smoking forbidden in the world and cigarette is number
one cause of died in the world. (data 17)
111
g. So aside from, advertisement or in cigarette pack warnings that
smoking is very risk. (data 17)
h. Even a lot of people think smoking can relieve stress but a lot of things
we can do for relieve stress for example you can hang out with your
friends or listen to music maybe you can physical exercise not to be
smoking which is very risk for our health and environment also can
cause of death. (data 17)
i. at the same time a lots of cigarette product make program scholarship.
Even there is offer from cigarette product but the way we thank to
cigarette product not tobe smoking (data 17)
Pada contoh-contoh di atas kata-kata yang tepat seharusnya adalah die,
healthy, smoke, compare, decrease, should, risky, scholarship program, dan
smoker. Penulis masih mengalami kesulitan dalam menentukan kelas kata
yang dipakai. Pada contoh a, kelas kata yang tepat adalah verba die karena
will diikuti oleh verb bukan kata benda death sehingga maknanya akan
berbeda, penulis ingin mengatakan mati tetapi yang ditulis adalah akan
kematian. Demikian juga dengan contoh lainnya seperti smoker, comparison,
smoke dan risk. Semua itu menunjukan contoh kesalahan penempatan kelas
kata. Kesalahan yang kedua, yaitu kesalahan dalam pengurutan kata misalnya
frase program scholarship. Bentuk yang benar adalah scholarship program
karena scholarship adalah adjective atau kata sifat yang menerangkan kata
benda program.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan
pembahasan
yang
sudah
dilakukan,
maka
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis wacana argumentasi
dengan metode engage, study dan activate sudah berjalan dengan baik. Metode ini
dapat meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa. Hal ini dibuktikan dari
adanya peningkatan rata-rata kemampuan menulis mahasiswa sebesar 6,08 %.
Kemampuan menulis organisasi karangan meningkat sebesar 7,5 poin.
Semua aspek dalam organisasi karangan mengalami peningkatan. Kemampuan
dalam membuat pendahuluan mengalami peningkatan sebesar 1,62, argumen
mengalami peningkatan sebesar 2,57, dan kesimpulan mengalami peningkatan
sebesar 1,7. Kemampuan mahasiswa dalam menggunakan kata dan mechanic juga
mengalami peningkatan sebesar 0,14 % dan 1,55%.
Namun, pada kategori grammar mahasiswa mengalami penurunan
kemampuan sebesar 0,34 %. Mahasiswa mampu mengembangkan kalimatnya
dengan lebih baik, mahasiswa mampu menulis kalimat lebih banyak dari
sebelumnya. Tetapi semakin banyak kalimat yang ditulis, kecendrungan untuk
membuat kesalahan pun menjadi lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah mahasiswa belum menguasai grammar dengan baik
sehingga kemampuan mereka masih fluktuatif. Mahasiswa bisa membuat kalimat
sederhana, namun ketika mereka mencoba membuat kalimat kompleks, misalnya
kalimat pengandaian, mereka masih menghadapi kesulitan dalam menentukan
112
113
salah satu klausa. Secara keseluruhan dapat dilihat adanya peningkatan
kemampuan mahasiswa dalam menulis wacana argumentasi. Akan tetapi,
mahasiswa masih mengalami beberapa hambatan dalam menulis wacana
argumentasi. Kemampuan siswa dalam menggunakan kohesi gramatikal
meningkat sebesar 17,15 %. Sebagian besar mahasiswa menggunakan perujuk dan
konjungsi dalam tulisan mereka, namun elipsis dan substitusi tidak terwakili
secara luas. Jenis referensi yang paling banyak dugunakan mahasiswa adalah
possessive adjective, konjungsi yang paling banyak digunakan adalah konjungsi
temporal, elipsis yang paling banyak ditemukan adalah elipsis nomina, sedangkan
hanya satu mahasiswa mampu membuat substitusi nomina dan klausa. Kohesi
leksikal juga mengalami peningkatan sebesar 24,26 %. Sebagian besar mahasiswa
menggunakan repetisi pada tulisan untuk menekankan topik pembicaraan.
Faktor-faktor yang menghambat mahasiswa dalam menulis wacana
argumentasi adalah
jenis tulisan, tata bahasa, dan ketepatan kata. Menulis
argumentasi merupakan keterampilan menulis yang sangat menantang mahasiswa
karena mereka harus bisa menerapkan pengetahuan tata bahasa dalam bentuk
tertulis. Tata bahasa yang digunakan masih sederhana dan ketika mencoba
membuat struktur yang lebih kompleks, mereka masih mengalami kesulitan. Hal
ini dapat dilihat pada kemampuan mereka dalam menulis klausa dan kalimat yang
masih perlu ditingkatkan lagi. Di samping itu, pilihan kata juga menjadi faktor
yang menghambat mahasiswa. Artinya, mahasiswa masih perlu mencermati
penggunaan adjective, noun, dan kata kerja finite dan nonfinite dalam kalimat
yang dibuat. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
114
kemampuan mahasiswa masih dalam level intermediate, meskipun mereka sudah
memasuki level post intermediate. Pengajar harus memberikan pengajaran
menulis secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan menulis
mahasiswa. Mahasiswa STIE Triatma Mulya harus mampu menulis dengan lancar
karena level post intermediate adalah level yang menggambarkan kemampuan
seseorang dalam memahami dan menulis suatu teks dengan baik. Selain itu,
mahasiswa pada level ini harus mampu menulis relatif baik dalam bahasa Inggris
, menunjukkan kemampuan untuk mengatur ide-ide menggunakan pilihan kata
yang tepat dan beberapa variasi sintaksis dengan kesalahan sesekali yang dapat
diri dikoreksi .
5.2 Saran
Metode ESA yang diterapkan mampu menghadirkan suasana yang menarik.
Hal ini ditunjukkan dari banyaknya opini mahasiswa yang mengatakan bahwa
permainan sangat penting diterapkan dalam pembelajaran karena mampu
menghilangkan rasa bosan dan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menarik. Kegiatan belajar mengajar yang menarik dapat mengubah suasana hati
mahasiswa terhadap pembelajaran yang biasanya membosankan misalnya menulis
menjadi kegiatan yang lebih menyenangkan. Namun, pengajar masih perlu
memerhatikan pengajaran tentang grammar atau tata bahasa. Mahasiswa masih
perlu banyak belajar tentang menulis klausa dan kalimat. Hal ini disebabkan oleh
penulisan pada kategori ini mengalami penurunan masing-masing sebesar 10,29
% dan 5,18 %. Pembelajaran keterampilan menulis pada mahasiswa perlu
diberikan porsi yang seimbang karena keterampilan menulis sama pentingnya
115
dengan kemampuan berbicara. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain menambah jumlah jam pelajaran dalam pembelajaran menulis. Selain
itu pengajar diharapkan senantiasa mengembangkan metode pembelajaran dengan
kegiatan yang memotivasi siswa, menarik minat, dan memberikan kegiatan
pembelajaran yang merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam berinteraksi
dengan teman dan pengajar.
116
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti dkk. 1992. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Andrade, H. G. 1997. Understanding Rubrics. Eduacational Leaderships. Di
unduh pada 10 Desember 2013 dari halaman http://www.middleweb.com/
rubricsHD.html.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Bemmel dan Tucker. 1997. IELTS to Success. Melbourne: Melbourne Enterprises
Brown, Doughlas H. 2007. Principle of Language Learning and Teaching. New
York : Pearson Education.
Cresswell, J W. 2010. Research design: Quantitative, qualitative, and mixed
method approaches (2nd Edition) Thousand Oaks, CA : Sage
Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana, Pemahaman dan Hubungan antar Unsur.
Bandung: PT Eresco.
Freidenberg, J. dan Boardman C. 2008. Writing to Communicate. New York:
Pearson Education.
Gass, M.S, dan L. Selinker. 2008. Second Language Acquisition. New York:
Routledge.
Glencoe. 2001. Grammar and Composition Grade 6. New York: McGraw Hill.
Glencoe. 2009. Grammar and Composition Grade 12. New York: McGraw Hill.
Haliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1976. Cohesion in English. London: Longman.
Harmer, Jeremy. 1998. How to Teach English. Harlow: Pearson Education
Limited.
Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching: Pearson
Education Limited.
117
Harmer, Jeremy. 2004. How to Teach Writing. Harlow: Pearson Education
Limited.
Higgins, Ryan T. 2010. Task 2: How to Write at 9 level: www.englishryan.com.
Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi. Jakarta: PT Grasindo.
Kurnia, Deka. 2011. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi
Melalui Penerapan Teknik Tutorial dengan Media Film Pendek pada Siswa
Kelas X.1 SMA Negeri 1 Majenang, Kabupaten Cilacap”(skripsi).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Kurnia, Nunung. 2009. “Pembelajaran Menulis Wacana Argumentasi dengan
Menggunakan Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas x SMAN 15 Bandung”
(skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Langan, John. 2010. Exploring Writing. New York : McGraw Hill
McCrimmon, J.M. 1984. Writing with Purpose. Edisi VIII. Boston: Houghton
Mifflin.
Mundir, H. 2013. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, S, Harjuli. 2012. “ Pengembangan Rubrik Penilaian untuk Digunakan
Guru dalam Menilai Tulisan Siswa SMA” (Tesis). Depok: Universitas
Indonesia
Qian, Li. 2010. “A comparative Genre Analysis of English Argumentative Essays
Written by English Major and Non-English Major Students in an Efl
Context”: Suranaree University of Technology.
San Diego Unified School District. (2006,September). SDUSD Grade 7
NARRATIVE Writing Rubric. Desember 20, 2013.
Http://Old.Sandi.net/depts/literacy/rubrics/7 writing.pdf
Sanjaya, Wina H. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Smith, S, Carlota. 2003. Modes in Discourse. New York. Cambridge University
Press.
Sudrajat, Adie Sapar. 2010. “Model Deep Dialogue Critikal Thinking (Dd/Ct)
dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi :Penelitian Tindakan
118
Kelas terhadap Siswa Kelas X-6 SMAN 22 Bandung”. (Skripsi). Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa bandung
Tsareva, Anastasia. 2010. “Grammatical Cohesion in Argumentative Essays
by Norwegian and Russian learners” (Thesis): University of Oslo
Widowati, Rafina. 2013. “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan
Argumentasi Melalui Pemanfaatan Media Artikel Opini Surat Kabar :
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IPA 7 SMA Negeri 3
Bandung Tahun Ajaran 2012/2013” (Skripsi). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Download