PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB PADA KELAS MATA PELAJARAN DI MTsN SUMBER BUNGUR PAMEKASAN Achmad Muhlis (STAIN Pamekasan/[email protected]) Abstract: One of the Among the breakthroughs of MTs Sumber Bungur Pamekasan as a formal educational institution that is trusted as a pilot school in the area of East Java religious ministry is the realization of the program in the field of Arabic language curriculum development. The purpose of this study was about to describe how the concept and development of the classroom curriculum model in Arabic subject at MTs Sumber Bungur Pamekasan, and what are the factors supporting and hindering the implementation of the curriculum. The research result shows that the class curriculum of Arabic subjects is basically develop the 2006 curriculum which emphasis on the needs of the community and the islamic boarding school. MTs Sumber Bungur Pamekasan develop classroom-based curriculum of the Arabic subjects that later termed as classroom curriculum of Arabic subjects. The Curriculum development model used is the central de-central, the curriculum development process that combines the two approaches, administrative and grass roots approach. Curriculum development is manifested in the additional hours of lessons and teaching materials, namely on subjects PAI and Arabic which was originally only 11 hours of lessons to 24 hours of lessons. The addition of the lesson period is used to examine the science nahwu, shorrof, hermeneutics (tafsir), and other classical holy books. The factors supporting the implementation of curriculum development are: 1) the Motivation by the Regional Office of the Religion Ministry of East Java, 2) the Principals Commitment, 3) Professional competence of the Arabic subjects classroom teachers, 4) The existence of Islamic boarding school sumber bungur as an institution that strengthens the learning process and 5) the students Input who have an initial understanding of the material that will be presented. While the inhibiting factors are: 1) No allocation of special funds, 2) There is inequality in the ability of teachers in curriculum development, 3) the prevalence of the teachers’s ability in teaching Arabic, and 4) there are some students who feel bored when learning Arabic because of the many hours of lessons being presented. Keywords: Curriculum Development, Arabic Language, Classical Curriculum Pendahuluan bahwa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem “Pengembangan dilakukan Pendidikan standar Nasional Pasal 36 ayat (1) menyatakan dengan nasional mewujudkan 250 mengacu pada pendidikan untuk tujuan OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 kurikulum pendidikan nasional,” dan ayat (2) menyebutkan jawab di bidang pendidikan untuk SD, bahwa “Kurikulum pada semua jenjang SMP, SMA, dan MK, dan Kementerian dan yang menangani urusan pemerintahan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. daerah, dan peserta didik”. Pasal 38 Sejak keluarnya PP. No. 19 ayat (2) menyatakan bahwa “Kurikulum Tahun 2005 secara resmi penyusunan pendidikan kurikulum dasar dan menengah sesuai dengan setiap satuan pendidikan (sekolah dan relevansinya oleh setiap kelompok atau madrasah), dengan demikian tidak lagi satuan pendidikan dan komite sekolah dikenal istilah kurikulum nasional yang atau madrasah di bawah koordinasi dan dulu supervisi dinas pendidikan atau kantor pemerintah pusat. Hingga saat ini telah Kementerian Agama Kabupaten atau terbit Kota dan Nasional Pendidikan yang seharusnya 1 dijadikan acuan dalam pengembangan dikembangkan untuk pendidikan dasar Provinsi untuk pendidikan menengah . Dalam rangka melaksanakan menjadi menjadi tujuh tanggung tanggung dari Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun dasar dan menengah. Pendidikan standar, yang yaitu kompetensi Standar Nasional meliputi pada Dari jenjang paparan di pendidikan atas, dapat delapan dipahami bahwa sekolah atau madrasah isi, standar memiliki kewenangan yang besar dalam standar proses, rangka standar lulusan, Standar dan penyusunan kurikulum sekolah atau madrasah tentang jawab delapan perundangan tersebut, telah diterbitkan 2005 jawab mengembangkan kurikulum standar penilaian, standar sarana dan untuk memberdayakan berbagai macam prasarana, standar pengelolaan, standar potensi yang dimiliki sehingga amanat tenaga yang terdapat dalam Undang-undang kependidikan, dan standar pembiayaan. Pasal 17 (ayat 2) PP Nomor tersebut menyatakan bahwa “Sekolah terealisasi secara utuh. dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, 20 MTsN Tahun 2003 Model betul-betul Sumber Bungur mengembangkan Pamekasan, yang merupakan salah satu kurikulum tingkat satuan pendidikan dan lembaga pendidikan yang ditetapkan silabusnya berdasarkan kerangka dasar sebagai lembaga pendidikan yang dapat kurikulum dijadikan sebagai sekolah percontohan, lulusan, dan di standar bawah kompetensi supervisi dinas senantiasa kabupaten atau kota yang bertanggung melakukan inovasi dan pengembangan kurikulum. Hal ini terlihat pada kurikulum 1 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag, 2006), hal. 7. program, eksistensi melalui pengembangan beberapa diantaranya adalah: kelas kelas CI+BI, kelas Modul, Kelas Bahasa Arab, OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 251 Kelas Bahasa Inggris, MIPA dikumpulkannya bukan dalam bentuk (Matematika dan IPA), kelas Bahasa angka, baik interval, ordinal maupun Indonesia, kelas IPS (Ilmu Pengetahuan data Sosial), kelas TIK (Teknologi Informasi menggambarkan realitas sebagaimana dan POK adanya (realitas aslinya). Sedangkan (Pendidikan Olah Raga dan Kesenian), jenis penelitian ini adalah eksploratif, dan kelas Seni Budaya. yakni studi deskriptif analisis yang lebih Komunikasi), kelas kelas Kelas CI+BI merupakan program deferensiasi, menggunakan yang kelas kurikulum menekankan produk, Modul bersifat induktif, mementingkan esensi, berusaha 3 dan lebih dengan ragam 4 diferensiasi penelitian kasuistis . aspek Data yang dihimpun adalah data- menggunakan data yang bersifat kualitatif, yaitu data modul, kelas bahasa Arab menekankan yang dikategorikan berdasarkan kualitas pengembangan mata obyek yang akan diteliti.5 Di antara data Arab. yang ingin dihimpun adalah: pembelajaran pelajaran pada sekaligus mementingkan proses dari pada hasil kelas akselerasi dengan menggunakan kurikulum diskrit dengan PAI kurikulum dan Bahasa Kemudian kelas Bahasa Inggris, MIPA, 1. Konsep kurikulum kelas Mata Bahasa Indonesia, IPS, TIK, POK, dan Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Seni Sumber Bungur Pamekasan. Budaya mengorientasikan masing-masing kurikulum sesuai 2. Aplikasi kurikulum kelas Mata dengan mata pelajaran yang menjadi Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri fokus utama. Sumber Bungur Pamekasan. Penelitian ini hendak mengkaji bagaimana konsep dan 3. Implementasi kurikulum kelas Mata model Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri pengembangan kurikulum kelas mata Sumber Bungur Pamekasan. pelajaran Bahasa Arab di MTs Negeri 4. Pendukung dan penghambat realisasi Sumber Bungur Pamekasan dan apa kurikulum bahasa Arab berbasis saja faktor pendukung dan penghambat Kelas Mata Pelajaran di MTs Negeri pelaksanaan kurikulum tersebut. Sumber Bungur Pamekasan. Sumber data dalam penelitian ini, Metode Penelitian Penelitian kategori ini penelitian berupa sumber data primer dan data termasuk empirik, dalam sekunder (penunjang). Data primer dengan pendekatan kualitatif,2 karena data yang Penelitian Naturalistik-Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), hlm. 24. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina Aksara,1989), hlm. 9. 4 Imron Arifin, ed. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, hlm. 57. 5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm.66. 2 Periksa Basrowi dan Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan Cendekia, 2002), hlm. 2; Lihat juga Imron Arifin, ed., Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada Press, 1996), hlm. 4; S. Nasution, Metode OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 252 diperoleh dari informan atau stakeholder triangulasi, (d) audit trail mandiri dan (e) yang pemeriksaan sejawat melalui diskusi. terlibat langsung dalam pelaksanaan Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kelas Mata Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelajaran di MTs Negeri Sumber Bungur Madrasah Tsanawiyah Pamekasan. Dalam konteks ini, sumber Sumber data primer adalah Kepala Madrasah, dijadikan sebagai obyek penelitian ini Pembantu tidak Kepala Madrasah bagian Bungur Negeri serta Pamekasan merta institusi dan mata pelajaran Pendidikan Agama memiliki kualitas mapan dan meraih Islam di kelas Bahasa Arab. prestasi maksimal seperti sekarang ini. data sekunder pendidikan diambil dari literatur dan dokumen yang panjang terkait dengan penelitian ini, seperti kemerdekaan. silabus, RPP, struktur kurikulum, peta Bermula struktur organisasi, besar yang Akan tetapi ia adalah sebuah lembaga (penunjang) adalah sumber data yang lokasi, lembaga sebuah Kurikulum, staf pengajar bahasa Arab Sumber atau menjadi yang jadwal yang Pesantren kegiatan dan lain-lain. yang memiliki dimulai dari yang sejarah sejak sebuah dirintis pra Pondok oleh K.H. Muhammad Khalil pada 1921 sampai Adapun instrumen pengumpul data beliau wafat pada 1950. Lalu dalam penelitian ini adalah observasi sepeninggal Kiai Khalil, kepemimpinan non wawancara pesantren dilanjutkan oleh saudaranya dokumentasi. yang bernama K.H. Abd Majid sampai partisipan mendalam Sedangkan murni, dan Analisa yang digunakan pada 1957. Kemudian, dua orang putra dalam penelitian ini adalah fungsional KH Abd. Majid, yaitu K.H. Madani dan and structural prerequisites, yaitu fungsi K.H. Ali Makki menggantikan estafeta yang harus sudah ada sebelum unit kepemimpinan pesantren sampai saat dibentuk atau didirikan. Demikian pula ini.7 structural prerequisitis, berarti struktur Pondok harus ada sebelum suatu unit dibentuk atau 6 didirikan. Sumber Bungur memiliki kurang lebih 300 santri untuk mukim yang terdiri dari santri putra dan menjaga keabsahan temuan, peneliti santri putri. Adapun lembaga pendidikan melakukan pengecekan keabsahan formal yang mula-mula dikelola oleh temuannya dengan: (a) perpanjangan Pondok Pesantren ini adalah Taman kehadiran, (b) Sedangkan Pesantren observasi yang Pendidikan Al-Qur’an (1989), Madrasah diperdalam (observasi lebih lanjut), (c) Ibtidaiyah (1936), Madrasah Tsanawiyah (1960) dan Madrasah Aliyah (1987). 6 A. Khozin Afandi ed., Berpikir Teoritis Merancang Proposal (Surabaya: Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006), hlm. 29. 7 KH. Ahmad Madani, Pamekasan, 13 Mei 2013. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 253 Wawancara, Terkait Madrasah menjadi dengan Tsanawiyah obyek eksistensi Negeri penelitian ini, lembaga pendidikan atau sekolah yang percontohan, khususnya di lingkungan awal kementerian mulanya bernama Madrasah Mu’allimin, agama wilayah Jawa Timur. kemudian pada 1968 berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah. Selanjutnya, Pengembangan Kurikulum Kelas pada 1972 sampai sekarang, lembaga Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs pendidikan ini berubah status menjadi Negeri Sumber Bungur Pamekasan Madrasah Tsanawiyah Negeri yang Pada awal tahun 2002, orientasi secara otomatis pengelolaannya berada pengembangan di Model Sumber Bungur Pamekasan 3 bawah naungan Pemerintah (Kementerian Agama). Sumber banyak Bungur mengalami di MTsN diarahkan pada pembelajaran dengan Dalam perkembangannya, MTs Negeri kurikulum mengacu pada kurikulum 1994. Akan Pamekasan kemajuan tetapi sistem dan penilaian serta model dan pembelajarannya diorientasikan pada peningkatan, baik dari bertambahnya kurikulum 2004, sehingga pada tahun siswa, maupun pelajaran 2003-2004, kurikulum 2004 tambahan staf pengajar yang profesional (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sudah di bidangnya. Bahkan terdapat beberapa dilaksanakan secara menyeluruh. Dalam siswa dari luar Pamekasan bahkan dari hal luar Madura yang memang sengaja semula menitikberatkan pada metode datang (ke MTs Negeri Sumber Bungur ceramah dan sebagian praktikum di Pamekasan) untuk menimba ilmu. Di laboratorium, antara siswa-siswa tersebut ada yang pelajaran itu diterapkan model-model berasal dari Bali, Bandung, Sidoarjo, pembelajaran Surabaya, dan beberapa kota lainnya. Teaching Learning), pembelajaran di lengkapnya fasilitas, Walaupun letaknya jauh dari Kota ini dalam metode pembelajaran, maka dan pada seperti di luar CTL yang tahun (Context kelas dengan Pamekasan, yaitu sekitar 22 Km, MTs pendekatan siswa aktif, sehingga guru Negeri Sumber Bungur Pamekasan saat hanya sebagai fasilitator artinya siswa ini diakui memiliki keunggulan kompetetif yang dan komparatif. Keunggulan kompetetif mengarahkan. menentukan dan guru yang ditunjukkan oleh prestasi dan kualifikasi Kemudian pada perkembangan siswa yang tidak kalah kemampuan berikutnya, yaitu menerapkan kurikulum akademik baru (2006) dengan tetap menggunakan dan kinestetiknya dibandingkan dengan sekolah favorit di metode daerah perkotaan, seperti SMP 1 dan kompetensi yang sudah disuplementasi SMP dengan 2 Pamekasan. Sedangkan pembelajaran kurikulum Tingkat Pendidikan kenyataannya tahun 2013, MTs Negeri Sumber Bungur salah satu OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 254 Kemudian Satuan keunggulan komparatif ditunjukkan oleh sebagai (KTSP). berbasis pada Pamekasan “belajar” menerapkan penyesuaian kurikulum secara berkala kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana dengan perkembangan atau perubahan dijelaskan oleh Mohammad Holis selaku yang terjadi dalam masyarakat serta Kepala Madrasah bahwa: tuntutan Adapun bentuk pengembangan Kurikulum Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan meliputi: 1). Perumusan latar belakang, 2). Landasan hukum, 3). Perumusan tujuan, 4). Penentuan alokasi waktu, 5). Perumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa Arab.10 1. Latar Belakang kurikulum Kelas Mata Pelajaran Bahasa Bahasa Arab adalah bahasa al- Arab adalah bagian dari pengembangan Qur’an, bahasa ibadah umat Islam kurikulum 2006 dengan menekankan masyarakat yang Sumber Bungur Pamekasan. Pada dasarnya, pengembangan kebutuhan pesantren merupakan cikal bakal MTs Negeri MTs Sumber Bungur adalah madrasah yang senantiasa melakukan inovasi pada aspek kurikulum. Tidak terkecuali pada upaya melaksanakan kurikulum 2013 yang diprakarsai oleh Mendiknas. Pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan tidak secara penuh diterapkan karena Kementerian Agama masih belum memberikan perintah pelaksanaan kurikulum 2013 pada tahun ini melainkan dicanangkan pelaksanaannya pada tahun depan, sehingga saya menggunakan istilah “belajar 8 menggunakan kurikulum 2013”. pada budaya secara dan keseluruhan, dan bahasa internasional ketiga setelah bahasa eksistensi budaya pesantren. Hal ini Inggris disampaikan oleh Edi Subiyanto selaku dan demikian PKM kurikulum bahwa: Perancis. karena sudah Dikatakan mafhum, bahwa al-Qur’an sebagai kitab suci Kurikulum kelas mata pelajaran bahasa Arab adalah pengembangan kurikulum 2006 yang sebenarnya sudah mengarah pada kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum kelas bahasa Arab ini menekankan pada kebutuhan masyarakat akan beberapa penguatan materi berbasis arab dan budaya pesantren yang memang cikal bakal MTs 9 Negeri Sumber Bungur Pamekasan. ditulis dalam bahasa Arab, dengan Berdasarkan PKM keseharian, baik secara langsung Kurikulum di atas dapat dipahami bahwa maupun melalui media cetak dan kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa elektronik. Arab penjelasan dikembangkan sebagai demikian ia tidak dapat dipisahkan dari medium ekspresi linguistiknya. Secara makro, bahasa Arab adalah bahasa mayoritas umat Islam di dunia, dimana ia digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi dalam Di Indonesia, idealitas entitas upaya bahasa Arab di atas ternyata tidak 8 Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, Pamekasan, 13 Mei 2013. 9 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, Pamekasan, 13 Mei 2013. 10 Hasil wawancara dengan Moch Cholid, Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, pada tanggal 15 Mei 2013. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 255 diimbangi dengan realitas obyektif “anak dalam Sebuah penting. Sehingga tak jarang terdapat melihat antipati untuk mengikuti pembelajaran pembelajaran. keironisan ketika kompleksitas permasalahan dalam tingkat madrasah pelajaran yang tidak dimaksud. proses pembelajaran bahasa Arab dari tiri”, Berdasarkan paparan di atas, ibtidaiyah kompleksitas problem pembelajaran hingga perguruan tinggi. Kemampuan bahasa Arab di Indonesia. Harus berbahasa Arab yang telah diyakini segera disikapi dan dicarikan solusi sebagai syarat bagi setiap individu secara yang besarnya melakukan kajian keilmuan inten mengingat signifikansi begitu penguasaan umum maupun keislaman sampai bahasa Arab, terutama bagi seorang saat ini tidaklah menggembirakan. muslim. Pembelajaran bahasa Arab jauh MTs Negeri Sumber Bungur tertinggal, baik dari sisi substansi Pamekasan kajian, kurikulum, maupun metode melakukan inovasi pembelajaran dan pembelajaran. pengembangan Pengalaman menunjukkan di lapangan bahwa: yang senantiasa kurikulum ingin menjawab problem tersebut dengan (1) nilai melakukan pengembangan kurikulum Arab untuk pembelajaran Bahasa Arab sebagai lulusan MTs dan MA yang masih di upaya penguatan bagi siswa dan bawah standar, (2) hasil ujian masuk siswa kelas Mata Pelajaran Bahasa PTAI Arab kemampuan bahasa menunjukkan hasil rata-rata peserta tes yang memuaskan, peserta dan yang sangat tidak kalaupun ada memiliki kemampuan berkomunikasi Bahasa Arab dalam pengertian yang utuh, yaitu talenta kemampuan memahami dan atau kemampuan berbahasa Arab yang menghasilkan teks lisan dan atau tulis baik, yang mereka memiliki agar adalah yang latar direalisasikan dalam empat yaitu belakang pendidikannya dari pondok keterampilan berbahasa, pesantren atau lulusan Madrasah mendengarkan (istima’), Aliyah Program Khusus (MAN-PK), (kalam), (3) pelajaran bahasa Arab masih menulis (kitabah). dipandang sebagai momok yang membaca berbicara (qira’ah) dan 2. Landasan Hukum menakutkan bagi sebagian siswa, a. Undang-undang Dasar 1945 pelajaran linier, b. Undang-undang Nomor 20 Tahun menjemukan, memberatkan (karena 2003 tentang Sistem Pendidikan terlalu dibebani dengan sederet Nasional hafalan teks), disikapi dengan yang begitu c. Peraturan defensif, dan yang lebih parah lagi Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 menganggap bahasa Arab sebagai OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 256 tentang Standar Nasional informational, Pendidikan Pada d. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun tingkat siswa membaca satuan menulis Dasar dan Menengah ramuz Dasar dan Menengah digunakan. f. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun al- pelaksanaan (al-kalam bi yang Pada tingkat siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Arab Tahun 2006 kebutuhan g. Visi dan Misi Kementerian Agama untuk memenuhi hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar Republik Indonesia (qiro’ah al-jaridah), manual atau h. Visi, misi dan tujuan MTs Negeri petunjuk. Sumber Bungur Pamekasan Tingkat Pada Satuan mampu mengakses pengetahuan Bungur Pamekasan kemampuan j. Keputusan rapat dinas dewan guru Sumber tingkat informational, siswa diharapkan Pendidikan MTs Negeri Sumber Negeri (fahm al-shauti) functional, Permendiknas Nomor 22 dan 23 MTs al-kitabah), masmu’), dan berbicara dengan Lulusan untuk satuan Pendidikan i. Kurikulum maqru’), (kafa’ah simbol-simbol tentang mampu (fahm 2006 tentang Standar Kompetensi 2006 performative, mendengarkan e. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun epistemic. diharapkan 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan dan berbahasa, sedangkan Bungur epistemic dengan pada siswa tingkat diharapkan Pamekasan tanggal 10 Pebruari mampu mengungkapkan 2009 tentang pembentukan kelas pengetahuan ke dalam bahasa Mata Pelajaran sasaran. • Mencetak siswa yang terampil 3. Perumusan Tujuan berbahasa a. Tujuan Umum: yang mencakup masalah ketrampilan berbicara Memberikan materi (maharah al-kalam), menyimak Bahasa Arab dalam dalam empat (maharah al-istima’), membaca aspek keterampilan (maharah yaitu mendengarkan berbicara penguatan (kalam), berbahasa, (istima’), membaca 4. Penentuan Alokasi Waktu Alokasi b. Tujuan khusus: waktu mata pelajaran Bahasa Arab yang disediakan untuk • Mencapai tingkat kemampuan yang performative, dan menulis (maharah al-kitabah). (qira’ah) dan menulis (kitabah). berbahasa al-qira’ah) kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab mencakup adalah 8 Jam Tatap Muka (8X40 functional, menit). Dengan OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 257 rincian 4 jam pelajaran untuk mata pelajaran pelajaran Bahasa Arab disesuaikan bahasa arab, 2 jam pelajaran untuk dengan Permenag Nomor 2 Tahun pelajaran nahwu dan 2 jam pelajaran 2008, untuk mata pelajaran sorrof. Kompetensi dan Kompetensi Dasar 5. Perumusan SK dan KD Untuk dan Kompetensi Dasar Nahwu (Kelas 7) NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami kalam dan bentuk susunannya 2 Memahami I’rab dan Bina’ 3 Memahami tanda-tanda I’rab 4 Memahami Isim Nakirah dan Isim Ma’rifah Kelas 8 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami isim yang dirofa’kan 2 Memahami isim yang dinashabkan Kelas 9 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami isim yang dinashabkan 2 3 Memahami isim-isim dijarkan I’rab fi’il mudhara’ah tambahan Standar untuk mata pelajaran Nahwu dan Standar Kompetensi dengan yang Shorrof sebagai berikut: mata 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 4.1 4.2 4.3 KOMPETENSI DASAR Memahami pengertian kalimah Memahami tanda-tanda isim Memahami tanda-tanda fi’il Memahami pembagian fi’il Memahami tanda-tanda huruf Memahami pengertian I’rab Memahami pembagian I’rab Mengetahui sesuatu yang boleh memasuki Isim dan Fi’il Memahami definisi Bina’ (mabni) Memahami isim mu’rab dan isim mabni Memahami isim-isim yang dimabnikan Memahami fi’il mabni dan fi’il mu’rab Memahami tanda i’rab rofa’ Memahami tanda i’rab jar Memahami tanda i’rab jazm Memahami lafadz yang di i’rab dengan harakat dan huruf Memahami ketentuan i’rab isim tatsniyah, jama’ mudzakkar salim, asma’us sittah, lafadz hanu, dan amtsilatul khamsah Memahami i’rab fi’il mu’tal Memahami macam-macam isim dhomir Memahami isim dhomir muttasil dan munfasil Mamahami isim alam, isyarah dan maushul 1.5 1.6 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 KOMPETENSI DASAR Memahami fa’il Memahami maful yang tidak disebut failnya Memahami mubtada’ dan khabar Memahami amil-amil yang masuk pada mubtada’ dan khabar Memahami kana, inna, dzanna dan saudara-saudaranya Memahami af’alul muqarabah Memahami maf’ul bih dan maf’ul muqaddam Memahami maf’ul mutlaq dan pembagiannya Memahami Maf’ul fih Memahami maf’ul min ajlih Memahami maf’ul ma’a dan sifat yang menyerupai isim fail 1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 3.1 3.2 KOMPETENSI DASAR Memahami hal Memahami tamyiz Memahami mustatsna dan ketentuannya Ketentuan i’rab lafadz khala, ‘ada dan hasya Memahami pengertian idhafah Memahami pembagian idhafah Memahami awamilun nasbi dan pembagiaannya Memahami ‘awamilul jazm 1.1 1.2 1.3 1.4 OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 258 4 Memahami Naat 5 Memahami ‘athaf 6 Memahami taukid 7 Memahami badal 4.1 4.2 5.1 5.2 6.2 6.3 7.2 7.3 Sharraf (Kelas 7) NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami konsep dasar ilmu sharraf 2 Memahami tashrif istilahi Kelas 8 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami tashrif istilahi 2 Memahami tashrif lughawi Kelas 9 NO STANDAR KOMPETENSI 1 Memahami tasfrif lughawi 2 Memahami faidah-faidah peribahan wazan 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 Memahami pengertian naat Memahami konsep dasar naat Memahami ketentuan ‘athaf bayan dan athaf nasaq Memahami fungsi huruf ‘athaf Memahami pengertian taukid Memahami bentuk-bentuk taukid Memahami pengertian badal Memahami macam-macam badal KOMPETENSI DASAR Memahami pengertian ilmu sharraf Memahami pengertian bina’ dan macam-macamnya Memahami pengertian shighat dan macam-macamnya Memahami wazan-wazan sharfi Memahami fi’il mujarrad dan mazid Memahami fi’il ma’mul dan majhul Memahami cara mentashrif bina’ shahih secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mahmuz secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mudha’af secara istilahi 2.4 Memahami cara mentashrif bina’ mitsal secara istilahi 2.5 Memahami cara mentashrif bina’ ajwaf secara istilahi 2.6 Memahami cara mentashrif bina’ naqish secara istilahi 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 2.1 2.2 2.3 KOMPETENSI DASAR Memahami cara mentashrif bina’ lafif mafruq secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ lafif maqun secara istilahi Memahami cara mentasfrif fi’il ruba’i mujarrad dan mazid Memahami cara mentashrif bina’ shahih secara lughawi Memahami cara mentashrif bina’ mudha’af secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mahmuz secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ mitsal secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ ajwaf secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ naqish secara istilahi Memahami cara mentashrif bina’ lafif secara istilahi Memahami cara mentashrif isim fa’il marfu’ secara istilahi KOMPETENSI DASAR 1.1 Memahami cara mentashrif isim maf’ul marfu’ secara istilahi 1.2 Memahami cara mentashrif fi’il mudhari’ mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid tsaqilah secara istilahi 1.3 Memahami cara mentashrif fi’il mudhari’ mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid khafifah secara istilahi 1.4 Memahami cara mentashrif fi’il amar lil ghaib dan hadir mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid tsaqilah secara istilahi 1.5 Memahami cara mentashrif fi’il amar lil ghaib dan hadir mabni fa’il yang bersambung dengan nun taukid khafifah secara istilahi 1.6 Memahami cara mentashrif isim zaman dan isim makan secara istilahi 1.7 Memahami cara mentashrif isim alat secara istilahi 2.1 Memahami faidah-faidah wazan fi’il tsulatsi mazid ruba’i 2.2 Memahami faidah-faidah wazan fi’il tsulatsi mazid khumasi 2.3 Memahami faidah-faidah wazan fi’il tsulatsi mazid sudasi 2.4 Memahami faidah-faidah wazan fi’il ruba’i mazid khumasi 2.5 Memahami faidah-faidah wazan fi’il ruba’i mazid sudasi 2.6 Memahami faidah-faidah wazan fi’il ruba’i mulhaq OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 259 Keseluruhan PAI dan Bahasa Arab bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah dan nilai 75 dengan menyertakan bukti pernah mengenyam pendidikan madrasah diniyah bagi siswa sekolah dasar. Sedangkan guru yang mengajar adalah guru yang benar-benar profesional di bidangnya masing-masing serta pernah 12 mengenyam pendidikan pesantren. pendalaman materi tersebut diorientasikan pada penguatan maharatul istima’, kalam, qiro’ah dan kitabah dengan tanpa mengesampingkan konten kitab- kitab yang dikaji. Misalnya fiqh yang berorientasi pada tata cara ibadah Berdasarkan keterangan di dan tafsir yang berorientasi pada atas, dapat disimpulkan bahwa baik pemahaman guru maupun murid yang ada di terhadap al-Qur’an secara utuh. kelas mata pelajaran bahasa Arab Berdasarkan keterangan di disimpulkan bahwa beberapa atas adalah orang kompetensinya tidak diragukan lagi. mata Hal kelas ini sangat terhadap yang alokasi waktu mata pelajaran pembelajaran bahasa dan yang dapat pelajaran bahasa Arab adalah kelas Arab pilihan PAI terdapat berpengaruh ketercapaian sesuai dengan Standar Kompetensi penambahan jam pelajaran, yaitu Kompetensi Dasar bahasa Arab menjadi 8 jam dan ditentukan. yang dan sudah mata pelajaran PAI menjadi 4 jam. Hal ini sebagaimana diungkapkan Faktor Pendukung dan Penghambat oleh Moch Cholid bahwa: Pelaksanaan Kurikulum Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Kelas mata pelajaran bahasa Arab adalah kelas dengan penambahan jam pada mata pelajaran bahasa Arab dan PAI. Hal ini dilakukan agar supaya siswa betul menguasai bahasa Arab dan pengetahuan agama lainnya jauh di atas teman-temannya yang lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan tercapainya prestasi siswa yang bisa merubah fi’il-fi’il baik yang shohih maupun yang mu’tal pada 11 beberapa bentuk fi’il tsulatsi mazid. Sumber Bungur Pamekasan Dalam dengan guru arab di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan Bahasa Arab, itu berupa maupun faktor 1. Faktor Pendukung Edi Di Subiyanto menjelaskan bahwa: antara faktor pendukung pelaksanaan kurikulum kelas mata pelajaran bahasa Arab MTs Negeri Ada beberapa persyaratan bagi siswa yang ingin belajar di kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Diantaranya ada lulus dalam tes seleksi tulis, wawancara pengetahuan bahasa Arab dan agama, memiliki nilai 75 untuk mata pelaharan 11 pendukung baik penghambat. murid yang ada di kelas mata pelajaran pengembangan kurikulum kelas mata pelajaran bahasa faktor Terkait rangka Sumber Bungur Pamekasan adalah: 12 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. Ibid. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 260 a. Motivasi Kanwil Kemenag Selain itu, pengembangan Menurut Mohammad Holis yang kurikulum yang sudah dibuat MTs sekarang Negeri menjabat sebagai Sumber Bungur Kepala Madrasah, ide awal yang Pamekasan juga kemudian mendapatkan legalisasi menjadi inspirasi pengembangan kurikulum berbasis Kantor kelas Agama Jawa Timur. mata pemberian pelajaran sebuah adalah buku Wilayah “The Shaping School Culture” oleh salah seorang Kepala MTs pejabat di Kanwil Bungur Pamekasan Mapenda Beberapa tahun yang lalu, saya diberi sebuah buku oleh Pak Suprat yang pada waktu itu akan berangkat ke Australia untuk melanjutkan kuliah S3. Judul buku itu adalah “The Shaping School Culture”. Beliau mengatakan: Coba baca buku ini kemudian kembangkan di madrasah ini. Setelah saya baca dengan dibantu beberapa teman, akhirnya saya bertekad untuk mengembangkan “school culture” dengan menggunakan istilah “kelas mata 13 pelajaran”. pada Pamekasan dan untuk perkembangan Bungur senantiasa senantiasa pendidikan penekanan kurikulum yang Berdasarkan keterangan di atas, mengetahui Madrasah tujuan MTs Sumber Bungur tidak akan pernah berhenti untuk mengembangkan kurikulum dari masa ke masa. Hal ini sudah menjadi tekad saya sebagai kepala madrasah untuk menjadi pengembangan kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Di samping itu, saya juga memberikan fasilitas dan media pembelajaran yang cukup memadai untuk menunjang 14 kegiatan pembelajaran. dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah Kepala Bungur langsung memberikan dukungan kepada berdasarkan mengatakan: dilakukan. Hal ini secara tidak moral kurikulum berorientasi ke “masa depan”. Dia aspek yang mengembangkan pengembangan meminta salinannya dalam setiap tahun senantiasa adanya memantau kurikulum yang dibuat Sumber Sumber yang ideal. Hal ini terbukti dengan Kemenag Jawa Timur senantiasa MTs Negeri berupaya ketercapaian pemberian buku, Mapenda Kanwil oleh Kementerian b. Komitmen Kepala Madrasah Kemenag Jawa Timur. hanya dari yang berjudul Tidak sudah komitmen agar MTs Sumber Pamekasan yang mengembangkan mengembangkan Negeri memiliki kuat untuk kurikulum terutama kurikulum kelas Mata kurikulum. Pelajaran. Komitmen ini memiliki 13 14 Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013. Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 261 dampak positif kesuksesan kepada guru yang berprestasi serta tidak pernah berhenti memberikan solusi 15 ketika para guru memiliki kendala. terhadap pengembangan kurikulum mengingat peran Kepala Madrasah yang fundamental dalam Berdasarkan keterangan di atas, cukup Kepala rangka mengembangkan juga fasilitas yang menunjang meningkatkan pembelajaran untuk pembelajaran. menuntut guru untuk menemukan yang dikeluarkan terkait dengan Misalnya strategi, ke motivasi pengembangan samping dan itu, Kepala maksimal Madrasah yang sebagaimana Hal diungkapkan untuk disesuaikan dengan Saya dan kepala Madrasah melakukan supervisi untuk memilih guru yang tepat pada masing-masing kelas mata pelajaran. Untuk kelas mata pelajaran bahasa Arab, kami memilih guru PAI dan Bahasa Arab yang memiliki kemampuan lebih dan disiplin yang tinggi serta tercatat sebagai alumni pesantren 17 (santri). melaksanakan baru. dan kompetensi yang dimiliki: guru yang memiliki masalah dalam kurikulum kurikulum kelas mata pelajaran sudah secara Di segar sebagai solusi ketika ada dan pembelajaran.16 Menurut Edi Subiyanto, guru pada juga memberikan ide baru dan menyusun dunia mengimplementasikannya. secara reward. konsep- dalam kemampuan serta langsung kepada guru dengan pembinaan dan atau Hal ini juga berlaku pada wilayah mengikuti pelatihan dalam rangka memberikan baru pendidikan kepada guru, mengutus guru untuk kurikulum metode konsep mendatangkan ahli untuk memberikan pembinaan penguatan melalui Eksistensi guru sebagai inovator, berpengaruh terhadap kebijakan depan. terutama c. Kompetensi Profesional Guru Komitmen kepala madrasah ini kurikulum kualitas inovasi kurikulum. kegiatan pengembangan Bungur andil yang cukup besar dalam memberikan cukup Sumber Pamekasan benar-benar memiliki lembaga pendidikan. Di samping itu, Kepala Madrasah MTs ini oleh Saleh Hasin: Terus terang saja, kepala madrasah kami selalu memberikan dukungan terhadap pengembangan kurikulum yang berorientasi pada masa depan. Hal ini terlihat pada pemberian ide-ide baru terkait kurikulum, selalu memberikan inspirasi kepada guru, memberikan fasilitas untuk mengembangkan kurikulum seperti mengirim delegasi untuk mengikuti pelatihan, mendatangkan nara sumber, memberikan pembinaan dan reward 15 Moh Saleh Hasin, PKM P2M MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. 16 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru, 11. Lihat juga: Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 74. 17 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 262 pelajaran agama dan Bahasa Arab mendapatkan pengaruh secara langsung dari Pesantren karena ketika siswa secara maksimal dan prosedural mendapatkan materi agama dan Bahasa Arab di Madrasah, mereka akan melanjutkan, mendalami dan menguatkan pemahamannya di 18 Pesantren. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa guru pada kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab adalah guru pilihan yang memiliki kompetensi yang baik dibidangnya, memiliki disiplin tinggi Berdasarkan keterangan di atas, dan alumni salah satu pesantren. Pesantren Hal ini dijadikan sebagai syarat agar supaya pembelajaran dalam dan yang implementasi materi, yang kondusif salah satu pendukung kurikulum. pula kelas utama siswa sebelumnya, dalam upaya memaksimalkan agama dan Bahasa Pesantren akan menjadi bahan baik pembelajaran di faktor pendukung terlaksananya pengembangan pada kurikulum mata pelajaran Bahasa Arab di MTs materi Negeri Arab. Sumber Pamekasan. Bungur Sebagaimana disampaikan oleh Edi Subiyanto: di lingkungan Pesantren Sumber Bungur memiliki nilai lebih dalam Siswa yang masuk pada kelas mata pelajaran adalah siswa yang memiliki modal untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bidang yang dimilikinya. Tidak terkecuali kelas Bahasa Arab. Artinya siswa yang siap mendalami mata mengembangkan kurikulum Mata Bahasa yang Input siswa adalah salah satu Keberadaan Madrasah yang ada Pelajaran dan materi e. Input Siswa disampaikan berorientasi telah Madrasah maupun di Pesantren. ini dikarenakan muatan kurikulum sudah yang Jadi akan terjadi umpan balik dari Mata mengembangkan kurikulum. Hal yang materi dan dalam berdiskusi di Madrasah. Pesantren adalah lingkungan yang mitra akan mendalami dari dikuatkan Pelajaran Bahasa Arab, Pondok menjadi mereka sebaliknya, didapat faktor pengembangan Pada sehingga diperoleh sebelumnya. Demikian suksesnya pelaksanaan maka menguatkan Bungur merupakan diperoleh melanjutkan, Sumber Lingkungan telah ketika siswa yang mendapatkan kendala yang berarti. Pesantren pusat pengembangan pendidikan siswa proses kurikulumnya tidak mendapatkan d. Eksistensi adalah Arab. Sebagaimana disampaikan oleh Moch Cholid bahwa: 18 Moch Cholid, Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. Kelas mata pelajaran Bahasa Arab yang materinya diorientasikan pada mata OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 263 pelajaran PAI dan Bahasa Arab akan memiliki kemampuan yang berbeda dengan siswa yang tidak memiliki modal 19 pengetahuan sama sekali. Pernyataan yang sama Kelas mata pelajaran Bahasa Arab adalah salah satu kelas unggulan Sumber juga di MTs Bungur Negeri Pamekasan. diberikan oleh Abdul Haq selaku Sebenarnya kelas ini memiliki wali kelas mata pelajaran Bahasa kebutuhan yang cukup banyak Arab, bahwa: dari sisi infrastruktur maupun pengembangan Siswa yang masuk di kelas mata pelajaran Bahasa Arab adalah siswa yang sudah memiliki kemampuan sebagai modal awal untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Oleh karenanya, diadakan tes dalam rekrutmen siswa untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki oleh siswa terutama pada materi PAI dan Bahasa Arab administrasi kurikulum. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Moch Cholid: Pendanaan adalah salah satu masalah yang dihadapi MTs Sumber Bungur dalam upaya melakukan pengembangan bidang kurikulum. Misalnya pada kelas mata pelajaran Bahasa Arab, pemberian insentif pada guru pengajar yang dituntut lebih profesional dari pada guru pada kelas lain masih belum ada, demikian halnya dengan pembuatan yang berkaitan dengan administrasi kurikulum masih belum ada anggaran khusus sehingga guru tidak termotivasi secara maksimal. Disamping itu, pengadaan kelas yang representatif untuk mengatasi 20 kejenuhan siswa masih jauh dari ideal. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa yang akan masuk pada kelas mata pelajaran Bahasa Arab harus lulus tes seleksi dan syarat khusus seperti miliki nilai minimal 75 pada mata pelajaran PAI dan Bahasa Berdasarkan Arab pada tingkat dasar. atas, dana menjadi salah satu faktor 2. Faktor Penghambat Kendatipun di penghambat pengembangan kurikulum kelas beberapa mata pelajaran bahasa Arab mendukung karena tidak adanya alokasi pelaksanaan kurikulum kelas mata khusus untuk membuat kelas pelajaran Bahasa Arab, terdapat yang kendala pemberian insentif yang ideal faktor terdapat keterangan yang yang dihadapi dalam mengimplementasikan pengembangan kurikulum Sumber dan untuk guru. kelas mata pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri representatif b. Penyusunan Kurikulum Bungur Hambatan utama Pamekasan, diantarangan adalah: pengembangan kurikulum kelas a. Alokasi dana mata pelajaran di MTs Negeri 19 20 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013. Moch Cholid , Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 264 Sumber Bungur Pamekasan c. Ketidakmerataan adalah penyusunan guru pengajar kurikulumnya. Hal Peran ini guru 22 dikarenakan masih belum ada banyak pedoman yang bisa dijadikan manager, sebagai acuan dasar dalam supervisor, menyusun motivator, kurikulum. Sebagaimana dikatakan oleh keterangan cukup edukator, administrator, leader, inovator, dinamisator, dan berdampak fasilitator pada sulitnya mencari guru yang siap menjadi Penyusunan kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa Arab hanya mengacu pada konsep dasar yang ada dalam buku “The Shaping Shool Culture” karya Peterson. Hal ini karena memang belum ada panduan ataupun pedoman khusus penyelenggaraan kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Oleh karenanya, saya sebagai Kepala Madrasah dengan dibantu oleh PKM Kurikulum, Ketua Program dan guru pengajar berupaya merumuskan kurikulum yang ideal dengan segala keterbatasan referensi sehingga dalam setiap tahunnya pasti mengalami perubahan sebagai upaya pembenahan menuju arah yang lebih 21 baik. Berdasarkan yang seperti evaluator Mohammad Holis bahwa: kemampuan bagian dari kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Hal ini diungkapkan oleh Edi Subiyanto: Mencari guru yang pas di kelas mata pelajaran bahasa arab memang cukup sulit mengingat tidak semua guru siap menagajar secara maksimal di kelas ini. Misalnya tidak semua guru bahasa arab dapat menguasai kitab nahwu dan shorrof, tidak semua guru qur’an hadits yang menguasai tafsir dan tidak semua guru fiqh mampu menguasai kitab fiqh 23 klasik. di atas, acuan penyelenggaraan Berdasarkan keterangan PKM kelas mata pelajaran bahasa Kurikulum di atas, guru PAI dan Arab Bahasa Arab di MTs Negeri memang belum ada. Sehingga pihak madrasah, baik Sumber Kepala tidak secara keseluruhan siap dan guru, merasa Bungur menemukan mengajar format kurikulum yang sesuai pelajaran bahasa Arab dengan mengingat kompetensi yang kesulitan untuk peraturan. Oleh di Pamekasan kelas mata karenanya, secara independen dimiliki tidak cukup syarat untuk mereka mengajar di kelas ini. Misalnya merumuskan sendiri kurikulum yang direvisi dalam guru bahasa Arab harus setiap tahunnya agar supaya menguasai kitan nahwu dan lebih mendekati idealitas. 22 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 38-39. 23 Edi Subiyanto, PKM Kurikulum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. 21 Mohammad Holis, Kepala MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 13 Mei 2013. OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 265 shorrof, harus guru Qur’an menguasai mata pelajaran Bahasa Arab mampu mencapai tujuan pembelajaran, maka ada penambahan alokasi waktu, yaitu: untuk Bahasa arab dari 3 jam pelajaran menjadi 8 jam pelajaran, untuk mata pelajaran PAI masing-masing ditambah 2 jam sehingga menjadi 4 jam. Jadi total jam pelajaran PAI dan Bahasa Arab yang semestinya adalah 11 jam pelajaran untuk kelas lain, menjadi 24 jam pelajaran untuk kelas mata pelajaran 24 Bahasa Arab. Hadits tafsir dan guru fiqh harus menguasai kitab fiqh klasik. d. Psikologi siswa Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab berupaya untuk mencetak siswa yang terampil berbahasa Banyaknya jam pelajaran yang yang masalah ditempuh untuk mata pelajaran ketrampilan berbicara (maharah PAI dan Bahasa Arab pada al-kalam), menyimak (maharah kelas mata pelajaran bahasa al-istima’), membaca (maharah Arab menjadikan siswa jenuh. al-qira’ah) Rasa mencakup dan (maharah menulis al-kitabah). Kemampuan tersebut penambahan yaitu: Alokasi dan pelajaran, waktu bosan ini dengan menggunakan metode dengan jam dan menuntut guru untuk mengajar dapat direalisasikan jenuh strategi yang variatif. Artinya ketika guru tidak mampu mata memberikan solusi terhadap pelajaran Bahasa Arab yang rasa jenuh siswa, maka siswa disediakan untuk kelas Mata akan Pelajaran Bahasa Arab adalah psikologi yang pada akhirnya 8 memunculkan Jam Tatap Muka (8X40 mengalami gangguan problem pada menit). Dengan rincian 4 jam kelas pelajaran untuk mata pelajaran setiap guru yang mengajar di bahasa arab, 2 jam pelajaran kelas untuk pelajaran nahwu dan 2 pilihan jam kompetensi dalam berbagai hal pelajaran pelajaran untuk sorrof. mata Kemudian orientasikan ditambah Oleh karenanya, benar-benar yang dalam guru memiliki model pembelajaran yang digunakan. pada penguasaan bahasa, masingmasing ini termasuk untuk mata pelajaran PAI yang di ini. jam Kurikulum merupakan alat untuk pelajaran sehingga menjadi 4 mencapai tujuan pendidikan, sekaligus jam ini sebagai pedoman dalam pelaksanaan dikemukakan pendidikan. Dalam usaha pencapaian pelajaran. sebagaimana 2 Pembahasan Hal oleh Moch Cholid bahwa: 24 Moch Cholid ,Ketua Program Kelas Mata Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan, Wawancara, 15 Mei 2013. Sebagai upaya optimalisasi pembelajaran agar siswa dan siswi kelas OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 266 tujuan pendidikan, kurikulum kalaupun ada peserta yang memiliki dalam pendidikan formal di sekolah talenta kemampuan berbahasa Arab 25 Bahkan kurikulum yang baik, mereka adalah yang latar memiliki kedudukan dan posisi yang belakang pendidikannya dari pondok sangat sentral pesantren atau lulusan Madrasah proses pendidikan, sangatlah strategis. peran dalam keseluruhan serta kurikulum Aliyah Program Khusus (MAN-PK) merupakan syarat mutlak dan bagian 3) Pelajaran bahasa Arab masih sebagai momok yang tak terpisahkan dari pendidikan itu dipandang sendiri. Mengingat perannya yang cukup menakutkan bagi sebagian siswa, strategis, maka ia menjadi tanggung pelajaran jawab bersama diantara pihak yang menjemukan, memberatkan (karena terkait (stake holder) dalam terlalu dibebani dengan sederet hafalan teks), disikapi dengan proses pendidikan. Bagi guru, kurikulum yang yang begitu linier, berfungsi defensif, dan yang lebih parah lagi sebagai pedoman dalam melaksanakan menganggap bahasa Arab sebagai proses belajar mengajar. Bagi kepala “anak sekolah dan penting. Sehingga tak jarang terdapat sebagai pedoman pengawas berfungsi supervisi atau terselenggaranya proses Sedangkan bagi siswa Berdasarkan bagi kompleksitas dengan tidak paparan problem di atas, pembelajaran pendidikan. bahasa Arab di Indonesia. Harus segera kurikulum disikapi dan dicarikan solusi secara inten sebagai pedoman pelajaran. Berkaitan yang dimaksud. itu berfungsi sebagai pedoman untuk bantuan pelajaran antipati untuk mengikuti pembelajaran pengawasan. Bagi orang tua kurikulum memberikan tiri”, mengingat begitu besarnya signifikansi pentingnya penguasaan bahasa Arab, terutama bagi pengembangan kurikulum kelas mata seorang muslim. pelajaran Bahasa Arab, maka harus MTs Negeri Sumber Bungur diakui bahwa realitas di lapangan saat Pamekasan sebagai salah satu lembaga ini pendidikan formal yang dipercaya oleh menunjukkan beberapa hal diantaranya adalah: masyarakat, nampaknya ingin menjawab 1) Nilai kemampuan bahasa Arab untuk problem tersebut dengan melakukan lulusan MTs dan MA yang masih di pengembangan kurikulum pembelajaran bawah standar Bahasa Arab sebagai upaya penguatan 2) Hasil ujian masuk PTAI menunjukkan hasil sangat rata-rata tidak peserta bagi siswa dan siswa kelas Mata tes yang Pelajaran Bahasa Arab, yaitu dengan memuaskan, dan merealisasikan program pengembangan kurikulum bahasa Arab berbasis kelas 25 Robert Zais, Curriculum, Principles, and Foundation (New York: Harper and Row, 1976), hlm. 104. mata pelajaran yang kemudian diberi istilah kurikulum kelas mata pelajaran OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 267 bahasa Arab. Langkah ini merupakan tersedia di lapangan, dan pendekatan suatu terobosan yang tidak hanya untuk sentral menjawab priblematika yang terjadi di pengembangan masyarakat tetapi juga out put yang menggabungkan dihasilkan diharapkan memiliki tersebut. kemampuan berkomunikasi Bahasa pendekatan sentral de-sentral antara Arab dalam pengertian yang utuh, yaitu pemerintah di pusat sebagai pemilik kemampuan kebijakan bekerjasama dengan pihak di memahami dan atau de-sentral, yaitu proses kurikulum yang kedua Dengan pendekatan demikian menghasilkan teks lisan dan atau tulis bawah yang empat stakeholder), sesuai dengan fungsi dan yaitu perannya masing-masing, berkolaborasi direalisasikan dalam keterampilan berbahasa, mendengarkan (istima’), berbicara (sekolah, guru dalam dan mengembangkan para kurikulum (kalam), membaca (qira’ah) dan menulis (merancang, (kitabah). mengontrol) sesuai dengan kebutuhan Apa yang dilakukan oleh MTs melaksanakan, dan tantangan yang ada di masyarakat. Negeri Sumber Bungur ini tidak lepas Dalam konteks ini, MTs. Negeri dari pendapat para ahli bahwa macam Sumber Bungur berupaya agar tidak atau model pengembangan kurikulum terjebak ada yang menggunakan pendekatan administratif administratif, prosedur 26 yaitu pendekatan atau pengembangan pada pendekatan vis grass roots a vis dikotomis pendekatan karena pengembangan kurikulum kurikulum administratif (sentralistik) dan yang dilakukan oleh suatu tim atau para atau grass roots memiliki kelemahan. pejabat tingkat atas sebagai pemilik Diantara kelemahan model administratif kebijakan adalah: (pengembangan kurikulum dari atas ke bawah), pendekatan grass roots, 27 yaitu suatu 1) proses biasanya didorong pengalaman yang Keinginan oleh 2) ini hasil dirasakan mengakomodasi negara dari keinginan yang muncul dari tingkat (sekolah/guru). dapat seluruh keragaman wilayah suatu pengembangan kurikulum yang diawali bawah Tidak Pemahaman kurikulum oleh wilayah seluruh nasional tanah air memerlukan waktu yang relatif lama pihak 3) Penerapan kurikulum sentralisasi sekolah/guru, di mana kurikulum yang oleh wilayah yang sangat luas akan sedang menghadapi banyak hambatan dan berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah atau ketidaksesuaian kemungkinan penyimpangan. dengan kebutuhan dan potensi yang Sedangkan kelemahan model grass roots adalah: 1) 26 Lihat: Tedjo Narsoyo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 40. 27 Lihat: Ibid., hlm. 46. Tidak semua guru dan tenaga kependidikan memiliki keahlian atau OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 268 2) kecakapan dalam mengembangkan jam pelajaran menjadi 8 jam pelajaran kurikulum dan mata pelajaran PAI (Fiqh, Qur’an Kurikulum yang kemungkinan 3) 4) bersifat lulusannya lokal Hadits, Aqidah Akhlak, dan SKI) dari 2 kurang jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran. memiliki daya saing secara nasional Berdasarkan keterangan di atas, Desain kurikulum sangat beragam, pelaksanaan kurikulum di MTs Negeri sehingga berdampak pada kesulitan Sumber melakukan pengawasan terpaku pada kurikulum pusat an sich Perpindahan siswa Pamekasan tidak satu dan juga tidak hanya menggunakan sekolah/daerah ke daerah lain akan kurikulum lokal, akan tetapi ada integrasi menimbulkan kesulitan kurikulum nasional dan lokal dengan Pendekatan sebagai pola yang dari Bungur sentral-desentral cara menambahkan materi menggabungkan penambahan jam pelajaran. melalui kedua model (terpusat dan arus bawah), secara teknis masih bisa dilakukan Faktor Pendukung dan Penghambat secara bervariasi. Artinya apakah masih Pelaksanaan Kurikulum Kelas Mata lebih banyak muatan ke pusat atau ke Pelajaran Bahasa Arab MTs Negeri bawah, Sumber Bungur Pamekasan atau mungkin setengah- setengah. Dalam Menurut Kemp, proses pengembangan pengembangan kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa kurikulum bisa bervariasi yaitu bisa Arab, MTs Sumber Bungur memiliki seluruhnya faktor atau sebagian pendukung yang dikembangkan oleh pusat dan sebagian menunjang lagi kelas mata pelajaran bahasa Arab dan oleh daerah. Oleh karena itu mengingat pola yang dikembangkan ini faktor menggabungkan keduanya (pusat dan menghabat daerah), maka pendekatannya disebut tersebut. dengan manajmen sentral-desentral. Sebagai pengembangan terlaksananya dapat penghambat yang terlaksananya Diantara 28 faktor kurikulum dapat kurikulum pendukungnya adalah pertama, motivasi dari Kantor wujud pengembangan Wilayah Kementerian Agama Jawa kurikulum dengan penedekatan sentral Timur yang telah memberikan inspirasi desentral di MTs Negeri Sumber Bungur melalui Pamekasan, terdapat Shapping School Culture”. Disamping penambahan jam pelajaran dan materi itu, mereka juga berpartisipasi aktif ajar, yaitu bahasa Arab yang semula 3 dalam maka buku yang berjudul menunjang “The kebijakan pengembangan kurikulum kelas mata pelajaran Bahasa Arab. 28 Kemp, Planning and Producing Instructional Media, Fifth Edition. (New York: Harper &Row Publisher, 1985) dalam Suplemen Bahasan Ajar Unit 5 Dikti, hlm. 56-57. Kedua, Negeri komitmen Sumber Bungur OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 269 Kepala MTs Pamekasan untuk mengembangkan kurikulum kuirikulum. Kepala madrasah dengan sedemikian rupa merupakan mengemban tugas memimpin. Dalam modal utama pengembangan kurikulum hal ini kepala madrasah mengarahkan di dan MTs Negeri Pamekasan. Sumber Kepala merupakan tokoh Bungur memberi komando. madrasah mendasar di dalam madrasah harus kunci sini Hal adalah yang kepala berperan sebagai manajemen madrasah. Kebijakan dan penanggung jawab atas pengembangan keputusan mengenai berbagai hal ada kurikulum madrasah. pada kepala Madrasah. Secara umum, Sebagai inovator di madrasah, peran dan fungsi kepala madrasah kepala adalah sebagai berikut: melahirkan ide-ide baru yang kreatif. Sebagai harus mampu kepala Pengembangan kurikulum sering kali atas bermula dari gagasan kepala madrasah. Kepala Mengingat kedudukannya sebagai pihak madrasah mengkoordinasikan kegiatan yang mengemban tanggung jawab atas merencanakan, mengorganisasikan, madrasah yang dipimpinnya, maka pada melaksanakan, memimpin, diri kepala madrasah cenderung muncul mengendalikan segenap madrasah manajer, madrasah bertanggung manajemen jawab madrasah. dan usaha dorongan-dorongan untuk terus pencapaian tujuan pendidikan. Dalam memajukan aspek perencanaan, kepala madrasah kewenangan yang dimilikinya, ide-ide merupakan pelaku yang selalu terlibat barunya menjadi lebih terbuka untuk dan bahkan sering menjadi tumpuan diimplementasikan. Begitu pula dalam dalam konteks kegiatan perencanaan dan madrasah. Karena pengembangan kurikulum pengembangan kurikulum, mulai dari madrasah ini. Kepala madrasah harus konsep hingga hal-hal yang lebih teknis. mampu manghadirkan inspirasi dan ide Dalam aspek pengorganisasian, kepala pembaharuan, madrasah madrasah (kurikulum) yang dijalankan mengorganisasikan unsur- unsur, baik unsur manusia maupun Sebagai fasilitator, Madrasah harus sinergi antar unsur. Dari sinergi tersebut kebutuhan guru tercipta daya baru dengan kualitas yang kaitannya dengan pengembangan lebih pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan Dalam kurikulum, kurikulum bagi madrasah. pelaksanaan, kepala dan memenuhi siswa pelaksana dalam teknis juga pengembangan biasanya tidak langsung sebagai pelaksana lapangan. Ia adalah oleh kepala madrasah, melainkan oleh orang mengkoordinasikan tim kurikulum, demikian, yang pengembangan madrasah aspek bisa Kepala membangun bernilai untuk program senantiasa actual atau mutakhir. unsur non manusia. Unsur-unsur itu diorganisasikan sehingga dan sekaligus menjadikan atau menerapkan khusus yang kepala ditunjuk. madrasah Namun terus melakukan komunikasi dengan tim itu OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 270 dan memfasilitasinya untuk mengatasi Bahasa Arab. Pondok Pesantren adalah berbagai muncul. lingkungan yang menjadi mitra utama membantu dalam mengembangkan kurikulum. Hal melayani ini dikarenakan muatan kurikulum yang Kepala persoalan madrasah mengatasi yang harus persoalan, konsultasi tim. sudah Kesimpulannya Kepala adalah Madrasah berorientasi mempunyai kedudukan strategis pengembangan kurikulum. pemimpin bahwa disampaikan pada memaksimalkan dalam sebelumnya, upaya materi agama dan Bahasa Arab Sebagai Kelima, input siswa yang memiliki ia pemahaman awal terhadap materi yang professional, menerjemahkan perubahan masyarakat akan dan kebudayaan, termasuk generasi pendukung karena mereka akan lebih muda, ke dalam kurikulum. Dialah tokoh mudah menyerap materi yang lebih utama agar banyak dan lebih luas dibandingkan upaya-upaya dengan materi yang ada pada kelas- pengembangan, baik bagi diri guru kelas yang lain. Dalam hal ini, untuk maupun tugas keguruannya. Karena itu, menjaring kepala Madrasah perlu mempunyai latar kemampuan belakang yang mendalam tentang teori seleksi masuk dan ketentuan nilai 75 dan untuk mata pelajaran PAI dan Bahasa yang mendorong senantiasa melakukan praktik guru kurikulum. Perubahan kurikulum hanya akan berjalan dengan dukungan Madrasah. dan Ia dorongan dapat di kepala siswa awal, Kemudian membangkitkan penghambat kelas madrasahnya. adalah: kompetensi menjadi faktor yang memiliki maka dilakukan Arab. atau mematikan perubahan kurikulum di Ketiga, sajikan profesional mata yang menjadi faktor pelaksanaan pelajaran Pertama, tidak kurikulum Bahasa adanya Arab alokasi guru kelas mata pelajaran Bahasa Arab dana khusus sehingga guru pengajar cukup menunjang terlaksananya proses tidak mendapatkan insentif walaupun pembelajaran yang memiliki tugas yang lebih. Kemudian dikarenakan peran ideal. guru Hal ini dalam pengadaan kelas yang representatif administrasi kurikulum cukup signifikan masih menjadi kendala karena minimnya terutama dalam penyusunan silabus dan alokasi dana yang disediakan. RPP. Kedua, tidak semua guru memiliki Keempat, eksistensi pesantren kemampuan yang maksimal dalam sumber bungur sebagai lembaga yang melakukan penyusunan kurikulum. Oleh menguatkan proses pembelajaran siswa karenanya, madrasah berupaya untuk dan memberikan pemahaman awal pada memberikan siswa tentang materi ajar yang terdapat mendatangkan pakar karena sampai dalam kurikulum kelas mata pelajaran saat ini masih belum ada panduan fasilitas OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 271 untuk maupun penyelenggaraan Ketiga, tidak semua guru memiliki kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Di kesiapan untuk mengajar di kelas mata antara kesulitan yang dialami dalam pelajaran penyusunan kurikulum adalah: bidang adanya cakupan, pedoman 29 relevansi, pengintegrasian, kontinuitas, 34 30 32 artikulasi, kemampuan transfer. 35 Arab persyaratan mengingat yang tidak 31 semuanya dimiliki oleh setiap guru, 33 misalnya keseimbangan, rangkaian, Bahasa dan pernah mengenyam pendidikan di Pesantren. 36 Keempat, tidak sedikit siswa yang merasa jenuh ketika belajar di kelas mata pelajaran Bahasa Arab. Hal ini 29 dikarenakan banyaknya jam pelajaran Bidang cakupan kurikulum meliputi keluasan topik, pengalaman belajar, aktivitas, pengorganisasian unsur-unsur kurikulum serta hubungan pengintegrasian dan pengorganisasian berbagai unsur-unsur kurikulum tersebut. Dengan kata lain cakupan mengacu pada apa unsurunsur kurikulum, apa pengelolaan dan hubungan peintegrasian unsur-unsur kurikulum. 30 Relevansi adalah menyangkut kegunaan dan kebermaknaan suatu kurikulum bagi orang, masyarakat, dan bangsa. Artinya bahwa kurikulum perlu dikembangkan agar memiliki kegunaan dan kebermaknaan bagi orang, masyarakat, dan bangsa. 31 Memenuhi variabel, diantaranya adalah: kurikulum yang berpusan pada siswa, kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat, pendidikan umum dan pendidikan khusus, luas dan dalamnya kurikulum, domain kognitif, afektif dan psikomotor, pendidikan individual dan masyarakat dll. 32 Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan pemaduan, penggabungan dan penyatuan antar disiplin ilmu. Namun demikian hal ini bukanlah menjadi keharusan, bergantung pada filosofi yang dijadikan pendangan dalam pengembangan kurikulum 33 Sekuen adalah susunan atau urutan pengelompokkan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan kurikulum. Pengembang kurikulum perlu memperhatikan rangkaian unsur-unsur kurikulum. 34 Makna kontinuitas adalah pengulangan vertikal, yang kompleks dan canggih dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Pengulangan tidak hanya berarti pengulangan konten pembelajaran, namun sebagai pengulangan unsur-unsur kurikulum. 35 Artikulasi adalah pertautan horisontal atau korelasi antara unsur atau kelompok lintas tingkatan sekolah. Dengan kata lain artikulasi yang harus pelajaran dilewati Bahasa terutama Arab dan mata PAI. Sehingga apabila ditotal, pada kelas yang lain hanya 11 jam pelajaran untuk mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab menjadi 24 jam pelajaran pada kelas mata pelajaran bahasa Arab. Secara sederhana, faktor penghambat pelaksanaan kurikulum di sekolah maupun madrasah yang ada di Indonesia adalah: a) Pada guru : guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal yaitu kurang sesuaian waktu, pendapat, kekurang baik dengan sesama guru maupun kepala sekolah & administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri merupakan sekuens unit-unit pembelajaran secara lintas tingkatan 36 Pengembang kurikulum perlu memperhatikan unsur-unsur yang perlu ditransfer. Untuk itu pengembang kurikulum perlu menentukan tujuan, menyeleksi isi atau materi dan meyeleksi strategi pembelajaran yang mengarah pada pendayagunaan proses transfer secara maksimal OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 272 b) Dari masyarakat : untuk pelajaran bahasa Arab. Model kurikulum yang pengembangan kurikulum dibutuhkan pengembangan dukungan masyarakat, baik dalam digunakan adalah sentral de-sentral, pembiayaan yaitu maupun dalam proses pengembangan memberikan umpan balik terhadap kurikulum yang menggabungkan dua sistem pendidikan ataupun kurikulum pendekatan yang sedang berjalan. Masyarakat pendekatan adalah sumber input dari sekolah. Pengembangan c) Masalah biaya: untuk pengembangan kurikulum untuk grass dan roots. kurikulum ini dimanifestasikan pada penambahan kegiatan jam pelajaran dan materi ajar, yaitu eksperimen baik metode isi atau pada mata pelajaran PAI dan Bahasa sistem keseluruhan Arab yang semula hanya 11 jam membutuhkan biaya yang sering tidak pelajaran menjadi 24 jam pelajaran. sedikit. Penambahan jam ini digunakan untuk d) Kepala apalagi administratif secara sekolah seharusnya : dalam hal kepala ini mengkaji ilmu nahwu, shorrof, tafsir, sekolah dan kitab klasik lainnya. mempunyai latar belakang mendalam 2. Di antara 1) faktor pendukungnya tentang teori dan praktek kurikulum. adalah: Motivasi dari Kantor Kepala sekolah merupakan peranan Wilayah Kementerian Agama Jawa yang penting dalam pengembangna Timur, 2) Komitmen Kepala MTs kurikulum. Negeri Sumber Bungur Pamekasan e) Birokrasi : terdiri dari para inspeksi di untuk mengembangkan kurikulum, 3) Kanwil dan juga orang tua maupun Kompetensi profesional guru kelas tokoh- Kepala mata pelajaran Bahasa Arab, 4) dapat Eksistensi pesantren sumber bungur patokan sebagai lembaga yang menguatkan tokoh sekolah dan bekerja dalam masyarakat. stafnya tidak kerangka yang ditetapkan oleh Depdikbud. proses pembelajaran, dan 5) Input siswa Penutup memiliki pemahaman awal terhadap materi yang akan di 1. Kurikulum Bahasa kelas Arab mata pada mengembangkan dengan yang pesantren. sajikan. dasarnya penghambatnya kurikulum menekankan kebutuhan pelajaran pada masyarakat MTs Negeri Sedangkan adalah: faktor 1) Tidak 2006 adanya alokasi dana khusus, 2) Tidak aspek semua guru memiliki kemampuan dan yang Sumber maksimal dalam penyusunan kurikulum, melakukan 3) Tidak Bungur mengembangkan kurikulum meratanya kemampuan guru untuk bahasa Arab berbasis kelas mata mengajar di kelas mata pelajaran pelajaran yang kemudian diistilahkan Bahasa Arab, dan 4) Tidak sedikit dengan siswa yang merasa jenuh ketika kurikulum kelas mata OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 273 belajar di kelas mata Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) pelajaran Bahasa Arab karena banyaknya jam pelajaran yang disajikan. Direktorat Jenderal Kementerian Undang Pemerintah Pendidikan, 2006) Daftar Pustaka Abd. al-Rahman dan Ahmad Usman, Manahij al-Bahts al-‘ilm wa turuq al-kitabah, (Beirut: Dar al-Fikr t.t.) Elliot, Educational Psycology Effective Teaching, Efective Learning (Singapore: Brown and Bencmark Publisher, 1999) Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007) Hadi, Sutrisno, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989) Afandi, A. Khozin, ed., Berpikir Teoritis Merancang Proposal (Surabaya: Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Amiroh, Ibrahim Basuni, aL Manhaj wa Anasiruhu (Kairo: Dar al Ma’arif, 1991) ---------------------, Manajemen Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Arif, Saiful, Pengembangan Kurikulum (Pamekasan: STAIN Press, 2010) Arifin, Imron, ed., Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan keagamaan (Malang: Kalimasahada Press, 1996) Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina Aksara,1989) Meleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) Pascasarjana IAIN Sunan Surabaya, 2006) Pendidikan Islam Agama, Undangdan Peraturan RI tentang (Jakarta: Depag, Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) Ampel Muhammad, Ali Ismail, al Manhaj fi al Lughah al ‘Arabiyah (Kairo: Maktabah Wahbah, 1997) Basrowi dan Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan Cendekia, 2002) Nasution, S., Metode Naturalistik-Kualitatif Tarsito, 1988) OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 274 Penelitian (Bandung: ---------------, Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993) Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Narsoyo, Tedjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: Refika Aditama, 2010) Suparno, Membangun Belajar (Jakarta: Depdiknas, 2001) Paterson, Kent D. and Deal, Terrence E., The Shaping School Culture Field Book (San Francisco: Wiley Company, 2002) Qosim, Kompetensi Dirjen Dikti Suprayogo, Imam, Tobrini, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) Mohammad, ed., Pondok Pesantren di Pamekasan; Pertumbuhan dan Perkembangannya (Pamekasan: P3M, 2002) Syarief, A. Hamid, Pengenalan Kurikulum Madrasah dan Sekolah, (Bandung: Citra Umbara, 1995) Royyan, Fikri Hasan, Takhtitu al Manahij al Dirosiyah wa Tadruha (Kuwait: Maktabah al Fallah, 1986) Yuwana, Seya, Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001) OKARA, Vol. 2, Tahun X, Nopember 2015 275