1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat kekurangan insulin (Badawi, 2009). Diabetes mellitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi). Komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah meninggi secara terus-menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri dari gula didalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal. Akibat penebalan ini, maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf (Badawi, 2009). Jumlah penderita diabetes mellitus menurut data WHO (World Health Organization), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Diabetes mellitus merupakan salah satu contoh penyakit degeneratif yang akhir-akhir ini 1 2 menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan dan bukan lagi menjadi konsumsi para dokter (Badawi, 2009). Penanggulangan diabetes, obat hanya merupakan pelengkap dari diet. Obat hanya perlu diberikan bila pengaturan diet secara maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadar gula darah. Obat antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin atau yang tidak menggunakan suntikan insulin. Sementara penggunaannya harus dipahami, agar ada kesesuaian dosis dengan indikasinya, tanpa menimbulkan hipoglikemia. Karena obat antidiabetes oral kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan, maka para ahli mengembangkan sistem pengobatan tradisional untuk diabetes mellitus yang relatif aman (Agoes, 1991). Obat tradisional memiliki beragam kelebihan yaitu mudah diperoleh, harga murah, bahkan umumnya gratis karena dapat ditanam sendiri dan efek samping yang relatif kecil. Oleh karena itu, obat tradisional diharapkan mampu berperan dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit berdasarkan buktibukti ilmiah. Secara tradisional, banyak tanaman yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah, tetapi penggunaan tanaman obat tersebut kadang hanya berdasarkan pengalaman atau secara empiris saja, belum didukung oleh adanya penelitian untuk uji klinis dan farmakologinya. Beberapa tanaman yang biasa digunakan sebagai obat diabetes mellitus adalah biji alpukat, mahkota dewa, buah naga, jambu biji, pare, dan tanaman seledri. Salah satu jenis tanaman yang juga dapat menurunkan kadar gula darah (bersifat hipoglikemik) adalah tanaman bungur (Lagerstroemia) (Dalimartha, 2005). 3 Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) adalah salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia. Tanaman ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan, akan tetapi tanaman ini bisa digunakan untuk obat diabetes mellitus. Dalam pengobatan tradisional sebagai obat diabetes, tanaman bungur biasanya digunakan dalam bentuk rebusan. Biji tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan kencing manis. Daunnya digunakan untuk mengobati kencing batu, kencing manis, dan tekanan darah tinggi, sedangkan bagian kulit kayu digunakan untuk mengobati diare, disentri dan kencing darah. Daun bungur memiliki kandungan kimia, seperti saponin, flavonoid dan tanin, sedangkan pada kulit batang bungur mengandung flavonoid dan tanin (Dalimartha, 2003). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penggunaan air rebusan daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) dengan kepekatan 10% dan 20% yang diberikan secara oral pada kelinci mampu menurunkan kadar gula darah sebesar 85,97% dan 96,27% dibandingkan dengan tolbutamid 250 mg/kg b.b (Astiti, 1990), serta berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2008), pada ekstrak n-butanol kulit batang bungur diduga mengandung senyawa flavonoid golongan flavanon. Menurut Kakuda et al (1996), ekstrak daun bungur mampu menekan peningkatan kadar gula darah secara signifikan pada tikus diabetes tipe 2 yang dibandingkan dengan tikus kontrol. Hayashi (2001) telah meneliti tentang elagitanin pada fraksi aseton daun bungur yang dapat menurunkan kadar gula darah. Monica (2006) telah meneliti tentang penurunan kadar gula darah pada tikus Wistar yang diberi air seduhan serbuk biji alpukat kemungkinan karena 4 adanya kandungan tanin yang bersifat sebagai astringent pada permukaan lapisan usus halus sehingga menghambat penyerapan gula yang pada akhirnya akan menurunkan kadar gula dalam darah. Dalimartha (2005) menyebutkan bahwa tanin diketahui dapat memacu metabolisme glukosa dan lemak, sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari. Tanin mempunyai aktivitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas hipoglikemik yaitu dengan meningkatkan glikogenesis. Selain itu tanin juga berfungsi sebagai astringent atau pengkhelat yang dapat mengkerutkan membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan akibatnya menghambat asupan gula dan laju peningkatan gula darah tidak terlalu tinggi. Sa’adah (2010) melaporkan bahwa pada isolasi dan identifikasi senyawa tanin dari daun belimbing wuluh yang menggunakan pelarut aseton positif mengandung tanin. Pengujian efek hipoglikemik, umumnya digunakan mencit yang diinduksi aloksan, karena aloksan dapat menimbulkan hiperglikemia yang permanen dalam waktu dua sampai tiga hari. Aloksan mempunyai efek diabetogenik yang bersifat antagonis. Mencit digunakan sebagai hewan percobaan, karena kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme, dan biokimianya cukup dekat dengan manusia serta perkembangbiakannya cepat (Suharmiati, 2003). Belum adanya laporan mengenai tanin pada ekstrak kulit batang bungur yang berfungsi memberikan efek hipoglikemik, maka penulis tertarik 5 untuk melakukan penelitian mengenai isolasi senyawa tanin dan uji efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap darah mencit yang diinduksi aloksan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pada ekstrak kulit batang bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) mengandung senyawa tanin? 2. Apakah senyawa tanin pada ekstrak kulit batang bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) mempunyai efek hipoglikemik terhadap darah mencit yang diinduksi aloksan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengisolasi senyawa tanin pada ekstrak kulit batang bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.). 2. Untuk mengetahui efek hipoglikemik dari senyawa tanin yang terkadung pada ekstrak kulit batang bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap kadar gula darah mencit yang diinduksi aloksan. 6 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang senyawa tanin pada ekstrak kulit batang bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) serta efek hipoglikemiknya terhadap darah mencit yang diinduksi aloksan.