Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 Pengaruh Penguatan Otot Quadriceps Femoris terhadap Kemampuan Naik Tangga pada Pasien Osteoarthritis Genu di RSUD dr. Saiful Anwar Malang Bella Wahyu Erviandani*, Moch.Ridwan**, Danik Agustin P*** ABSTRAK Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang mengenai kartilago sendi. Dengan insiden paling banyak terjadi adalah osteoartritis pada lutut adalah 240 per 100.000 orang/tahun. Seorang dengan osteoarthritis genu akan mengalami kelemahan pada otot quadriceps femoris yang menyebabkan gangguan fungsional seperti kemampuan naik tangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penguatan otot quadriceps femoris terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu. Penelitan ini menggunakan pre-eksperimental dengan sampel sebanyak 15 orang. Variabel bebas adalah penguatan otot quadriceps femoris, sedangkan kemampuan naik tangga merupakan variabel terikat. Analisis data menggunakan uji t dan Wilcoxon. Hasil penelitian diperoleh nilai p < 0,05 yang artinya bahwa penguatan otot quadriceps femoris memberikan pengaruh terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu. Terapi yang dilakukan selama 10 minggu memberikan perubahan yang lebih signifikan dalam meningkatkan kemampuan naik tangga bila dibanding dengan latihan selama 5 minggu. Dapat disimpulkan bahwa terapi latihan penguatan otot quadriceps femoris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu. Kata kunci: Naik tangga, Osteoarthritis genu, Otot quadriceps femoris Effect of Quadriceps Femoris Muscle Strengthening on the Ability of Climbing Up Stairs in Osteoarthritis Genu Patients at dr.Saiful Anwar Hospital Malang ABSTRACT Osteoarthritis is a degenerative disease of the joint cartilage. The most common incidence is osteoarthritis of the knee (incidence rate is 240/100,000 person/year). Osteoarthritis genu patient will feel weakness in quadriceps femoris muscle that result in functional disruption, such as the ability to climb up stairs. The purpose of this study is to determine the effect of quadriceps femoris muscle strengthening for the ability of climbing up stairs in patients with osteoarthritis genu. This was a pre-experimental research with 15 persons as sample. Quadriceps femoris muscle strengthening was independent variable and the ability to climb up stairs was the dependent variable. The data was analyzed using paired t-test and Wilcoxon test. The results showed that the quadriceps femoris muscle strengthening can increase the patient’s ability to climb up stairs (p < 0.05). Performing the muscles strengthening in 10 weeks will increase the ability to climb up stairs significantly than performing in 5 weeks. It can be concluded that quadriceps femoris muscle strengthening have a significant effect on the ability to climbing up stairs in patients with osteoarthritis genu. Keywords: Climb up stairs, Osteoarthritis genu, Quadriceps femoris muscle * Program Studi Pendidikan Dokter, FKUB ** Lab Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, RSSA-FKUB *** Lab Anatomi Histologi, FKUB 50 Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 PENDAHULUAN Osteoartritis lutut merupakan osteoartritis yang terjadi pada sendi lutut, ditandai dengan rasa nyeri pada pergerakan yang hilang bila istirahat, kaku sendi terutama saat bangun tidur atau setelah istirahat lama, krepitasi dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi cairan sendi.1 Kejadian osteoartritis di Malang diketahui sekitar 10,0 % daerah perkotaan dan 13,5 % di pedesaan.2 Berdasarkan data Centre for Disease Control and Prevention (CDC), secara keseluruhan angka kejadian osteoartritis pada usia >25 tahun 13,9 % dan 33,6 % pada usia >65 tahun. Di seluruh dunia, diperkirakan 9,6 % pria dan 18 % wanita berumur 60 tahun ke atas, terkena osteoartritis. Insidens osteoartritis pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10 % dan meningkat lebih dari 80 % pada umur lebih dari 55 tahun.3 Osteoartritis menurut lokasinya dapat dibedakan menjadi osteoartritis pada lutut, tangan, dan panggul. Menurut angka kejadiannya, yang paling banyak terjadi adalah osteoartritis pada lutut (240 per 100.000 orang/tahun), tangan (100 per 100.000/tahun), dan panggul (88 per 100.000 orang/tahun).2. Menurut Academy American of Orthopaedic Surgeon (AAOS), osteoartritis merupakan salah satu dari 5 penyebab kecacatan akibat penyakit pada tulang. Diperkirakan sekitar 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita kecacatan karena osteoartritis sehingga mempunyai pengaruh yang besar pada bidang sosial dan ekonomi.4 Oleh sebab itu pengkajian lebih lanjut mengenai manajemen terapi pada pasien osteoartritis perlu dilakukan agar dapat mengurangi angka kecacatan yang di akibatkannya. American College of Rheumatology menjelaskan bahwa dengan melakukan penguatan otot quadriceps femoris pada pasien osteoartritis genu dapat meningkatkan kekuatan otot, menurunkan rasa nyeri pada sendi, serta mengurangi kaku sendi.5 Terapi latihan meningkatkan kekuatan otot quadriceps dan mempercepat waktu untuk melakukan 4 aktivitas penting dalam kehidupan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berdiri dari tempat duduk, menaiki serta menuruni tangga.6 penguatan otot efektif dalam menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis lutut derajat ringansedang.7 Berdasarkan hal tersebut di atas maka akan dilakukan penelitian eksperimental mengenai pengaruh penguatan otot quadriceps femoris terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Desain penelitian yang dipakai adalah pre-eksperimental. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau, yaitu populasi yang memenuhi kriteria dalam penelitian dan dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi penelitian ini adalah semua pasien osteoartritis lutut di Poli Rehabilitasi Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Sampel Penelitian Sampel yang diambil adalah pasien osteoartritis yang bersedia menjadi responden penelitian di Poli Rehabilitasi Medik RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Besar sampel sesuai dengan consecutive sampling dari bulan Agustus-November 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 15 orang. 51 Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 Data diolah dengan menggunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon. Variabel Penelitian Variabel bebas adalah penguatan otot quadriceps femoris, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan naik tangga dalam hal waktu yang dibutuhkan saat naik tangga, derajat kesulitan, dan rasa nyeri yang dirasakan saat naik tangga. HASIL Data karakteristik responden yang diihat dari usia, jenis kelamin, dan Body Mass Index (BMI) dianalisis menggunakan analisis univariat dan dijelaskan secara deskriptif (Gambar 1.). Analisis Data A B Distribusi Frekuensi BMI Responden Obesitas 20% BB berlebih 47% Normal 33% C Gambar 1. Karakteristik responden (A) distribusi berdasar usia, (B) distribusi berdasar jenis kelamin, (C) distribusi berdasar body mass index Dari 15 sampel penelitian sebanyak 13 orang (87 %) berusia di atas 50 tahun, sedangkan 2 orang yaitu 13 % berusia kurang dari 50 tahun (Gambar 1 A). Dari 15 orang yang menjadi sampel pada penelitian ini, 12 orang (80 %) diantaranya berjenis kelamin perempuan dan 3 orang (20 %) lainnya berjenis kelamin laki-laki (Gambar 1B). Dari 15 orang sampel, 7 orang (47 %) diantaranya memiliki BMI kategori BB berlebih. Sementara sisanya yaitu 5 orang (33 %) dan 3 orang (20 %) memiliki BMI dengan kategori normal dan obesitas. Selain karakteristik di atas, analisis bivariat mengenai kemampuan naik tangga dengan penguatan otot juga dilakukan dan memberikan hasil seperti pada Gambar 2. 52 Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 7 6 5 waktu 4 (detik) 3 2 1 0 A 6.16 5.58 4.73 Minggu ke Minggu ke Minggu ke 0 5 10 --> lama penguatan otot Distribusi Frekuensi waktu naik tangga B 3 2,5 Derajat 2 Kesulitan 1,5 (WOMAC) 1 0,5 0 2.46 1.93 1.2 Minggu ke 0 Minggu Minggu ke 5 ke 10 --> lama penguatan otot Distribusi Frekuensi Derajat Kesulitan C 80 60 Rasa Nyeri (VAS) 40 20 58.3 47.6 36.3 0 Minggu Minggu Minggu ke 0 ke 5 ke 10 --> lama penguatan otot Distribusi Frekuensi Rasa Nyeri Gambar 2. Hubungan waktu naik tangga (A), derajat kesulitan (B), dan rasa nyeri (C) dengan lama penguatan otot Dari Gambar 2. di atas dapat dilihat bahwa dengan melakukan penguatan otot secara teratur dan bertahap tampak perubahan dari minggu 0, minggu ke 5, maupun minggu ke 10 baik dari waktu, derajat kesulitan, dan rasa nyeri yang dirasakan saat naik tangga. Berdasarkan hasil uji t untuk waktu naik tangga diperoleh nilai signifikansi p < 0,05 pada ketiga pasang kelompok. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lamanya naik tangga sebelum dan setelah melakukan penguatan otot baik selama 5 minggu maupun 10 minggu. Dari uji Wilcoxon untuk derajat kesulitan saat naik tangga diperoleh hasil dari ketiga pasang kelompok yaitu kelompok awal dengan 5 minggu, kelompok awal dengan 10 minggu, dan kelompok 5 minggu dengan 10 minggu, nilai signifikansinya p < 0,05 yang artinya bahwa terdapat perbedaan derajat kesulitan pada saat awal yaitu sebelum melakukan penguatan otot dan setelah penguatan otot baik selama 5 minggu melakukan penguatan 53 Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 otot maupun 10 minggu setelah melakukan penguatan otot secara bertahap dan teratur. Dari uji Wilcoxson untuk rasa nyeri diperoleh hasil nilai signifikansi p < 0,05 pada ketiga pasangan kelompok. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat nyeri sebelum dan setelah 5 minggu maupun 10 minggu penguatan otot quadriceps femoris. Analisis statistik pada kategori waktu, derajat kesulitan, dan rasa nyeri saat naik tangga diperoleh nilai signifikansi paling kecil ada pada pasangan kelompok awal dengan 10 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melakukan penguatan otot quadriceps femoris selama 10 minggu akan memberikan hasil yang lebih signifikan dalam meningkatkan kemampuan naik tangga dalam hal waktu, derajat kesulitan, dan rasa nyeri. Adaptasi yang terjadi adalah adaptasi struktural dan adaptasi neurologis.8 Adaptasi neurologis terbagi atas 3 tahap, yaitu: 2-3 minggu pertama terjadi peningkatan koordinasi intermuskuler, 4-6 minggu berikutnya terjadi peingkatan koordinasi intermuskuler, dan 2-5 bulan selanjutnya akan terjadi hypertropi otot yang menyebabkan peningkatan fungsional massa otot. Adaptasi struktural yaitu meningkatnya jaringan otot itu sendiri yang meliputi peningkatan protein kontraktil otot.8 Dari berbagai macam proses adaptasi di atas maka otot yang pada awalnya mengalami kelemahan secara perlahan akan menjadi kuat sehingga kekuatan otot pun juga akan bertambah. Pengaruh Penguatan Otot Quadriceps Femoris terhadap Derajat Kesulitan saat Naik Tangga Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh penguatan otot terhadap derajat kesulitan saat menaiki tangga pada minggu ke-0 dengan minggu ke-10 mempunyai nilai signifikansi 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil bila dibanding dengan dua pasangan lainnya. Jadi dengan melakukan penguatan otot quadriceps femoris selama 10 minggu akan terjadi perubahan yang cukup signifikan oleh para responden terhadap derajat kesulitan untuk menaiki tangga bila dibanding dengan melakukan penguatan otot selama 5 minggu. Dalam hal ini terjadinya penurunan derajat kesulitan. Hasil penelitian terdahulu melaporkan bahwa latihan terapi progressive resistance training (PRE) selama 8 minggu sudah dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien OA lutut. Kenaikan kekuatan otot fleksor dan ekstensor memperlihatkan kenaikan stabilitas sendi yang diikuti dengan penurunan skor WOMAC nyeri dan fungsi fisik yang berarti pada pasien OA lutut.9 PEMBAHASAN Pengaruh Penguatan Otot Quadriceps Femoris terhadap Waktu yang Dibutuhkan untuk Naik Tangga Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa latihan penguatan otot quadriceps femoris yang dilakukan oleh responden baik selama 5 minggu maupun 10 minggu menunjukkan adanya perubahan pada waktu yang dibutuhkan untuk naik tangga oleh para responden. Perbedaan yang sangat signifikan ditunjukkan oleh para responden dengan melakukan penguatan otot pada minggu ke 0 hingga minggu ke 10 dengan nilai signifikansi 0,000. Dengan melakukan penguatan otot selama 10 minggu maka terjadi perubahan waktu yang cukup signifikan untuk menaiki tangga oleh para responden. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa dengan melakukan penguatan otot quadriceps femoris secara bertahap maka komponen-komponen di dalam otot yang berpengaruh langsung untuk kekuatan otot perlahan akan mengalami adaptasi. 54 Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 Penelitian lain menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan fungsional yang nyata pada pasien osteoartritis lutut dalam hal kesulitan untuk menaiki tangga dengan melakukan latihan penguatan otot selama 3 bulan.10 derajat nyeri yang signifikan pada pasien osteoarthritis lutut terjadi setelah 8 minggu melakukan latihan penguatan otot quadriceps femoris rutin di rumah.11 Derajat penguatan otot quadriceps femoris dan nyeri berbeda-beda pada masing-masing penelitian. Perbedaan ini dikarenakan variasi intensitas, tipe, dan durasi intervensi latihan. Pengaruh Penguatan Otot Quadriceps Femoris terhadap Rasa Nyeri saat Naik Tangga Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa penguatan otot quadriceps femoris terhadap rasa nyeri saat naik tangga diperoleh nilai signifikansi 0,003 pada pasangan minggu ke-0 dengan minggu ke-5. Nilai signifikansi 0,002 pada pasangan minggu ke-5 dengan minggu ke-10, sedangkan nilai signifikansi paling kecil yaitu 0,001 pada pasangan minggu ke-0 dengan minggu ke-10. Semua pasangan mempunyai nilai p < 0,05 yang artinya terjadi perubahan rasa nyeri saat naik tangga yang dirasakan oleh responden dengan melakukan penguatan otot quadriceps femoris selama beberapa minggu, namun perubahan paling signifikan dirasakan oleh responden apabila melakukan penguatan otot selama 10 minggu. Penguatan otot quadriceps femoris yang dilakukan secara bertahap dan teratur akan mengakibatkan otot tersebut semakin stabil sehingga membantu dalam stabilisasi lutut. Pada seseorang dengan osteoarthritis lutut, titik tumpu beban akan bergeser dari titik normalnya. Hal ini tentu akan mengakibatkan terjadinya gesekan antar tulang hingga mengenai periosteum yang merangsang saraf nyeri dan mencetuskan rasa nyeri pada seseorang dengan osteoarthritis lutut. Apabila lutut mejadi stabil maka titik tumpu beban akan kembali pada posisi normal sehingga gesekan antar tulang tidak terjadi dan rasa nyeri tidak tercetus kembali. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa penurunan KESIMPULAN 1. Terapi penguatan otot quadriceps femoris berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk naik tangga, derajat kesulitan saat naik tangga, dan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien saat menaiki tangga. 2. Terapi yang dilakukan selama 10 minggu memberikan hasil yang lebih signikan dalam meningkatkan kemampuan naik tangga bila dibanding dengan terapi selama 5 minggu dan sebelum terapi. SARAN 1. Para petugas kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas dianjurkan mempertimbangkan pemberian terapi quadriceps exercise dalam tatalaksana terapi pada pasien osteoarthritis genu. 2. Keluarga pasien diharapkan mampu memberikan motivasi serta mengontrol jadwal dan metode quadriceps exercise pada pasien osteoarthritis genu dengan benar. Sehingga, efek terapi terhadap kemampuan fungsional, dalam hal ini adalah naik tangga dapat dirasakan. 3. Instansi usaha bisnis diharapkan dapat mengembangkan produksi dan penjualan beban yang praktis dan ekonomis sebagai alat melakukan quadriceps exercise. Sehingga, quadriceps exercise bisa dilakukan di mana saja dengan rutin sesuai dosis terapi. 55 Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 2, Juni 2016 3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan lebih banyak sampel penelitian agar hasilnya dapat dipublikasikan lebih luas lagi sehingga dapat memberikan informasi kepada banyak masyarakat. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti jenis latihan penguatan Otot quadriceps femoris lainnya terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu, sehingga dapat menambah pengetahuan petugas kesehatan dan masyarakat terhadap tatalaksana osteoarthritis genu. 5. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan home visite dengan tujuan untuk mengontrol secara langsung efektivitas latihan penguatan otot yang dilakukan di rumah. 6. 7. 8. DAFTAR PUSTAKA 1. Cooper C et al. In: Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS (Editors). Osteoarthritis. Oxford: Oxford University Press. 1998; p 237-249. 2. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing. 2009; Hal 2538-2549. 3. (CDC) Centers for Disease Control and Prevention. Osteoarthritis (OA). (Online).http://www.cdc.gov/arthritis/basi cs/osteoarthritis.htm. 4. American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, American Academy of Orthopedic Surgeons. Panel on Falls Prevention Guideline for the Prevention of Falls in Older Persons. J Am Geriatr Soc. 2001;49:664-72. 5. Patricia PK. Measures of Adult General Functional Status: The Barthel Index, Katz Index of Activities of Daily Living, Health Assessment Questionnaire (HAQ), MACTAR Patient Preference 9. 10. 11. 56 Disability Questionnaire, and Modified Health Assessment Questionnaire (MHAQ). Association of Rheumatology Health Professionals. 2003; 49(s5): s15s27. Hurley S. Improvements in Quadriceps Sensorimotor Function and Disability of Patients with Osteoarthritis Following A Clinically Practicable Exercise Regimen. British Journal of Rheumatology. 1998; 37:1181-1187. Samantha M, Patrick AC. Knee Biomechanics of Alternatr Stair Ambulation Patterns. Canada: School of Kinesiology and Health Studies and School of Rehabilition Therapy, Queen’s University. 2005. Hardjono J. Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De Lorme dengan Latihan Metode Oxford terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Quadriceps. Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Unversitas Esa Unggul. 2002. Bellamy N, Buchanan WW et al. Validation Study of WOMAC: A Health Status Instrument for Measuring Clinically Important Patient Relevant Outcomes to Antirheumatic Drug Therapy in Patients with Osteoarthritis of the Hip or Knee. J Rheumatol. 1988; 15:1833-1840. Erwinanti E. Perbandingan Terapi Osteoartritis Lutut menggunakan Short Wave Diathermy dengan atau tanpa Latihan di RSUP dr. Kariadi Semarang. Tesis. Tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 1999. Shakoor N, Furmanov S, Nelson DE, Li Y, Block JA. Pain and Its Relationship with Muscle Strength and Propioception in Knee OA: Results of an 8-Weeks Home Exercise Pilot Study. J Musculoskelet Neuronal Interact 2008; 8(1):35-42.