BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus
menerus melakukan pengembangan, salah satunya yaitu melakukan perluasan atau
ekspansi dalam usahanya. Perusahaan membutuhkan biaya atau modal tambahan
untuk menjalankan tujuannya. Cara perusahaan mendapatkan modal tambahan
antara lain dengan melakukan penerbitan saham di pasar modal. Tujuannya agar
para investor mau berinvestasi dalam suatu perusahaan, sehingga perusahaan
mendapatkan dana tambahan yang diperlukan agar dapat memenuhi tujuan
perusahaan.
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang maupun jangka pendek yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang ataupun modal sendiri (Basir dan Fakhrudin, 2005). Menurut Susanto dan
Sabardi (2010) Pasar modal adalah pasar bagi konsumen finansial misal obligasi
dan saham jangka panjang (lebih dari satu tahun jatuh tempo) maupun jangka
pendek.
Dalam
arti
sempit
pasar
modal
merupakan
kegiatan
yang
mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang (Sjahrial, 2007). Pasar
modal merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli surat berharga,
sehingga terjadinya transaksi jual-beli surat berharga. Bagi pihak investor, dalam
melakukan investasi tentu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau return
dari investasi yang dilakukannya. Return merupakan hasil yang akan diperoleh
atas investasinya. Return yang dapat diterima para investor dapat berupa deviden
1
maupun capital gain, deviden merupakan tingkat pengembalian suatu perusahaan
kepada pemegang saham. Besarnya deviden yang yang dibagikan kepada investor
tergantung dari porsi kepemilikan saham pada suatu perusahaan. Sedangkan
capital gain merupakan tingkat pengembalian investasi perusahaan kepada
investor yang dilihat dari selisih harga saham saat investor beli dan jual. Sehingga
hal yang harus diperhatikan bagi seorang investor bila melakukan investasi pada
saham yaitu tingkat keberuntungan yang akan diterima, maupun tingkat resiko
yang terjadi, kedua hal tersebut bergantung pada harga saham perusahaan.
Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, yaitu
jika nilai perusahaan tinggi maka harga saham perusahaanpun tinggi. Begitu pula
sebaliknya, jika nilai perusahaan rendah mencerminkan harga saham perusahaan
rendah. Harga saham juga ditentukan berdasarkan kebutuhan dana yang
diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan ekspansi. Penetapan harga saham
berjalan seiring dengan mekanisme permintaan dan penawaran pada harga saham,
menurut Weston dan Brigham (dalam Kusumawardani, 2009) berpendapat bahwa
faktor yang mempengaruhi harga saham adalah proyeksi laba, tingkat risiko,
proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah keadaan
eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak, keadaan bursa
saham. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran
harga saham, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Jika permintaan
barang meningkat maka harga barang tersebut menjadi mahal, sebaliknya jika
permintaan menurun makan harga barang tersebut menjadi mahal. Sama halnya
2
seperti saham, jika permintaan suatu saham banyak maka harga saham tersebut
menjadi naik, sedangkan jika permintaan saham turun maka harga saham tersebut
menjadi turun.
Permintaan dan penawaran harga saham tersebut menyebabkan harga saham
menjadi naik turun, untuk dapat memastikan pergerakan harga saham dapat dilihat
dari nilai perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan
potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan (Orniati, 2010). Untuk menilai
kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan
kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan
menggunakan ukuran komparatif (Sucipto, 2003).
Kinerja keuangan dapat
menunjukkan kondisi sehat atau tidaknya suatu perusahaan, dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya selama periode tertentu. Jika kinerja keuangan
perusahaan sehat mencerminkan perusahaan mendapatkan keuntungan, sebaliknya
jika kinerja perusahaan tidak baik maka perusahaan dapat dikatakan tidak
mendapatkan keuntungan.
Secara umum pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan
menganalisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Dalam menganalisis rasio
keuangan,
diperlukan
laporan
keuangan
perusahaan.
Laporan
keuangan
merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi informasi keuangan, informasi
keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut digunakan oleh pihakpihak yang berkepentingan, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Dilihat
dari sisi manajemen perusahaan (pihak internal perusahaan), laporan keuangan
3
merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi.
Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah satu
bentuk pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
(Mahsun, 2007). Untuk menganalisis laporan keuangan lebih lanjut dalam
berinvestasi, dibutuhkan analisis fundamental. Ananlisis fundamental yaitu
analisis yang didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis
melalui analisa rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya (Susilowati dan
Turyanto, 2011). Sedangkan menurut Markoni (2009)
analisis fundamental
mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Kondisi perusahaan dapat di analisa menggunakan laporan keuangan yang
diukur dengan analisis rasio keuangan, menurut Barlian (dalam penelitian Ihsan,
2009) analisis rasio keuangan dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu rasio
likuiditas, rasio aktifitas, rasio hutang, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
Seorang investor, harus dapat memilih rasio mana yang sebaiknya digunakan
untuk menganalisa kinerja perusahaan. Sehingga rasio yang dipilih untuk
melakukan analisa kondisi perusahaan terhadap harga saham yaitu Current Ratio
(CR), Total Asset Turnover (TAT),Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets
(ROA), dan Price Earning Ratio (PER).
4
Current Ratio (CR) merupakan salah satu bagian dari rasio likuiditas, rasio ini
untuk mengukur seberapa besar aktiva-aktiva perusahaan jangka pendek dapat
memenuhi kewajiban dari suatu perusahaan. jika sebuah perusahaan mampu
memenuhi kewajiban dengan tepat waktu atau pada saat jatuh tempo, maka
perusahaan tersebut dapat dikatakan memperoleh laba atau tidak mengalami
kerugian, yang menimbulkan persepsi bagi masyarakat atau investor. Jika
perusahaan memperoleh laba atau tidak mengalami kerugian, maka investor akan
menerima return dari perusahaan, sehingga investor lebih tertarik untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dengan adanya ketertarikan
dalam berinvestasi, maka penawaran dan permintaan saham pun akan terjadi yang
berdampak pada kenaikan harga saham suatu perusahaan.
Untuk mengukur seberapa efisien aktiva yang digunakan perusahaan dalam
proses penjualan, maka dibutuhkan analisa mengenai Total Asset Turnover (TAT).
Total Asset Turnover (TAT) merupakan salah satu bagian dari rasio aktivitas yang
menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset perusahaan untuk
memperoleh penjualan. Jika perusahaan mampu mengunakan aset untuk
mengahsilkan penjualan yang dimilikinya secara efisien, maka perusahaan
tersebut mencerminkan kinerja yang baik dalam pengelolaan aset. Perusahaan
yang dapat menggunakan aktivanya secara efisien dan memperoleh penjualan
maka kinerja perusahaan tersebut baik. Sehingga, timbulnya persepsi bahwa
perusahaan tersebut dikelola secara tepat dan benar. Oleh karena itu, tidak
menutup kemungkinan jika investor ingin berinvestasi pada perusahaan tersebut,
hal seperti itu menimbulkan penawaran dan permintaan terhadap harga saham.
5
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan bagian dari rasio leverage yang
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang (Ghozali,
2005). Menurut Kusumawardani (2009) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat Leverage (penggunaan hutang) terhadap
total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai Debt to
Equity Ratio (DER) perusahaan, menunjukkan bahwa total hutang perusahaan
semakin besar. Besarnya hutang perusahaan, gagal bayar hutang perusahaan pun
semakin besar. Jika perusahaan tidak mampu membayar hutang-hutangnya, maka
perusahaan tersebut beresiko mengalami kebangkrutan. Hal tersebut berpengaruh
pada para investor, karena jika suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan
tentu investor tidak berani melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Sehingga permintaan saham pada perusahaan pun akan menurun, menurunnya
permintaan saham berdampak pada harga saham perusahaan yang akan
mengalami penurunan.
Return On Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih (laba setelah pajak) dari aktiva yang digunakan,
untuk proses operasional perusahaan. Menurut Dwipratama (2009) return on asset
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah
pajak dari total aset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Sedangkan
Putri (2011) menjelaskan bahwa return on assets merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang
dipergunakan. Jika kinerja perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dengan
aktiva yang digunakan, maka berdampak pada pemegang saham. Dampak yang
6
diterima investor, yaitu akan mendapatkan dividend atau capital gain. Hal
demikian, akan bertambahnya nilai Return On Asset (ROA) yang mengakibatkan
juga pada bertambahnya jumlah investor yang akan berinvestasi di perusahaan.
Sehingga, banyaknya permintaan saham pada perusahaan tersebut, yang membuat
harga saham perusahaan kemungkinan akan menjadi naik.
Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu dari rasio pasar, Price
Earning Ratio (PER) adalah rasio dari harga saham terhadap laba perusahaan
(Susanto dan Sabardi, 2010). Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang
membandingkan harga per lembar saham biasa dengan laba per lembar saham.
Semakin tinggi Price Earning Ratio (PER) maka semakin besar tingkat
kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Price Earning Ratio
(PER) mengindikasikan besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk
memperoleh setiap rupiah laba perusahaan (Stella, 2009). Jika nilai dari Price
Earning Ratio (PER) perusahaan rendah, mencerminkan harga saham perusahaan
rendah atau murah dengan laba per lembar saham yang signifikan, dengan
rendahnya harga saham perusahaan dan tingginya laba per lembar saham yang
diperoleh memacu investor membeli lebih banyak pada saham tersebut. Oleh
karena itu permintaan pada saham perusahaan pun akan meningkat, sehingga
harga saham perusahaan menjadi naik. Begitu pula sebaliknya, jika nilai dari
Price Earning Ratio (PER) tinggi, mencerminkan harga saham perusahaan tinggi
dengan laba per lembar saham kecil. Hal tersebut menyebabkan permintaan pada
saham perusahaan menurun, yang mengakibatkan harga saham menjadi menurun
atau murah.
7
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka adanya keinginan
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh Current Ratio
(CR), Total Asset Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Assets (ROA), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham
perusahaan manufaktur yang tercantum di Bursa Efek Indonesia (BEI).”
Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya
yaitu Ihsan (2009), pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian
terdahulu, yaitu:
a. Menambahkan variabel independen yaitu Price Earning Ratio (PER) yang
diambil dari penelitian Hadianto (2008), dan mengganti variabel Return
On Investment (ROI) dengan Return On Assets (ROA).
b. Objek penelitian ini meneliti perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian
sebelumnya meneliti perusahaan industry apparel.
c. Periode waktu yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pada tahun 20092011, sedangkan pada penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 20042006.
1.2
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat batasan masalah yang akan di teliti lebih dalam.
Adapun batasan masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini yaitu
menganalisa pengaruh Current Ratio (CR), Total Asset Tunover (TAT), Debt to
Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), dan Price Earning Ratio (PER)
8
terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2009-2011.
1.3
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham?
2. Apakah Total Asset Turnover (TAT) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham?
3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham?
4. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham?
5. Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham?
6. Apakah Current Ratio (CR), Total Asset Turnover (TAT), Debt to Equity
Ratio (DER), Return On Assets (ROA), dan Price Earning Ratio (PER)
secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham?
9
1.4
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham.
2. Menganalisis pengaruh Total Asset Turnover
(TAT) terhadap harga
saham.
3. Menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham.
4. Menganalisis pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap harga saham.
5. Menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham.
6. Menganalisis secara simultan pengaruh Current Ratio (CR), Total Asset
Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA),
dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham.
1.5
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bermamfaat untuk:
1. Bagi investor
Dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu investor atas informasi
keuangan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan untuk
berinvestasi, sehingga para investor dapat memilih berinvestasi di pasar
modal dengan resiko yang kecil. Selain itu juga, investor dapat lebih
memahami mengenai rasio-rasio keuangan terhadap harga saham.
10
2. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan penelitian ini, diharapkan dapat membantu perusahaan
dalam mengukur tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Jika kondisi
keuangan perusahaan kurang baik, maka perusahaan dapat mencari solusi
untuk memperbaiki keuangannya sebelum kondisi semakin memburuk
atau sampai mengalami kebangkrutan.
3. Bagi Penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi maupun teori
dalam penelitian selanjutnya.
1.6
Sistematis Penulisan
Dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yang terdiri dari beberapa sub bab.
Secara singkat akan diuraikan urutan dari bab dan sub bab pada penelitian ini,
yaitu:
Bab 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan mengenai latar belakang penelitian,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat
penelitian, dan sistematis penulisan
Bab 2
TELAAH LITERATUR
Pada bab ini menguraikan landasan teori yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti, serta penjelasan dari penelitian
sebelumnya dan menjelaskan perumusan hipotesis.
11
Bab 3
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai rancangan atau metode penelitian,
obyek penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini mengemukakan tentang deskripsi objek penelitian,
analisis data, dan pembahasan dari hasil pengujian hipotesis atas
data yang diperoleh penulis.
Bab 5
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian, keterbasan penelitian,
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dan saran.
12
Download